Laporan Pkl Pln Isnani Nofitasari (Unmul)

50
PRAKTEK KERJA LAPANGAN PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR LAPORAN Oleh: ISNANI NOFITASARI 1109035042 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2015

description

Laporan praktek kerja lapangan

Transcript of Laporan Pkl Pln Isnani Nofitasari (Unmul)

  • PRAKTEK KERJA LAPANGAN

    PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN

    KALIMANTAN TIMUR

    LAPORAN

    Oleh:

    ISNANI NOFITASARI

    1109035042

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MULAWARMAN

    SAMARINDA

    2015

  • PRAKTEK KERJA LAPANGAN

    PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN

    KALIMANTAN TIMUR

    LAPORAN

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

    pada Program Studi Strata 1 Teknik Industri,

    Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

    Oleh:

    ISNANI NOFITASARI

    1109035042

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MULAWARMAN

    SAMARINDA

    2015

  • PRAKTEK KERJA LAPANGAN

    PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN

    KALIMANTAN TIMUR

    Oleh:

    Isnani Nofitasari

    1109035042

    Samarinda, 9 Februari 2015

    Disahkan oleh:

    Pembimbing PKL,

    Aji Ery Burhandenny, S.T., MAIT.

    NIP. 19810317 200501 1 001

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi S1 Teknik Industri

    Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman,

    Dutho Suh Utomo, S.T., M.T.

    NIP. 19780126 200801 1 006

  • PRAKTEK KERJA LAPANGAN

    PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN

    KALIMANTAN TIMUR

    Oleh :

    ISNANI NOFITASARI

    1109035042

    Telah diperiksa dan disetujui oleh PT PLN AP2B Sistem Kaltim

    Balikpapan

    Balikpapan, Februari 2015

    Mengesahkan dan Menyetujui,

    Nuraida Puspitasari Pembimbing PKL

    Mengetahui,

    Andrianto

    Manager PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan,

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanyalah kepada Allah SWT, yang dengan

    kasih sayang, rahmat, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

    Praktek Kerja Lapangan (PKL) Fakultas Teknik Universitas Mulawarman yang

    dilaksanakan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan dengan sebagaimana

    mestinya. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan yaitu selama 1 bulan

    pada tanggal 01 Agustus 2014 hingga 01 September 2014.

    Selama kegiatan pelaksanaan PKL dan penyusunan, penulis banyak menerima bantuan,

    bimbingan, dan dukungan dari banyak pihak. Tidak lupa pada kesempatan yang baik ini,

    penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Andrianto selaku Manager PT PLN AP2B Sistem Kaltim Baalikpapan,

    2. Bapak Marthen Rudy selaku, Asisten Manager divisi Penyaluran,

    3. Bapak Ari Zurianto selaku Supervisor Pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk,

    4. Bapak Dodik Evan Rony selaku Supervisor Relay dan Proteksi,

    5. Ibu Nuraida Puspitasari selaku Engineer Pemeliharaan Transmisi yang banyak

    membantu penulis dalam penulisan laporan PKL,

    6. Seluruh karyawan divisi penyaluran, diantaranya Mbak Dinar, Mas Reza, Mas

    Faris, Pak Sukar, Pak Syaiful, Pak Bravo, dan lain-lain,

    7. Bapak. Dr. Ir. H. Dharma Widada, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

    Mulawarman,

    8. Bapak Muhammad Dahlan Balfas, S.T., M.T., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

    Teknik yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan PKL di PT

    PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan,

    9. Bapak Aji Ery Burhandenny, ST, MAIT selaku dosen pembimbing PKL atas arahan

    dan masukannya,

    10. Bapak. Dutho Suh Utomo, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi S1 Teknik

    Industri di Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

    11. Kedua orang tua penulis yang menjadi penyemangat penulis,

    12. Saudara penulis yang memberi dukungan moril,

  • 13. Kawan seperjuangan Rifqah yang bersama melaksanakan kegiatan PKL di PT PLN

    AP2B Balikpapan, serta Siti Umi Zuhriah dan Lyza Miranda sahabat terbaik yang

    selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

    14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan

    KKN ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan ini masih banyak terdapat

    kesalahan karena keterbatasan pengetahuan hal ini yang menyebabkan laporan ini masih

    jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap untuk kritik dan saran yang

    membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat

    bermanfaat.

    Samarinda, Februari 2015

    Penulis

  • Isnani Nofitasari

    1109035042

    Teknik Industri

    PEMELIHARAAN PADA TRANSFORMATOR DAYA DAN ANALISIS

    METODE PEMELIHARAAN PADA PT PLN AP2B SISTEM KALTIM

    BALIKPAPAN

    ABSTRAK

    Pemeliharaan peralatan listrik merupakan suatu kegiatan menjaga atau memelihara dan

    memperbaiki peralatan listrik untuk memperpanjang masa pakai peralatan sehingga

    penyaluran tenaga listrik ke pelanggan menjadi optimal. Penulisan laporan ini bertujuan

    untuk mengetahui prosedur pemeliharaan pada transformator daya dan metode yang

    digunakan oleh perusahaan. Pada transformator daya terdapat lima jenis pemeliharaan

    yaitu in service inspection, in service measurement, shutdown testing (measurement),

    shutdown function check, dan treatment. Metode yang digunakan oleh perusahaan saat

    ini adalah metode Time Base Maintanance (TBM) dan Corrective Maintenance dengan

    persentase masing-masing sebesar 80% dan 20%. Penerapan kedua metode tersebut

    menimbulkan permasalahan yang membuat kegiatan pemeliharaan peralatan listrik

    kurang optimal, sehingga perusahaan menerapkan metode Condition Base Maintenance

    (CBM) yang dirasa lebih efektif dan efisien. Perusahaan menargetkan untuk

    menerapkan metode pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM, 60%

    untuk CBM dan 10% untuk Corrective Maintenance. Dengan demikian diterapkannya

    CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective maintanance, namun hanya

    persentasenya yang dikurangi.

    Kata Kunci: Pemeliharaan, Transformator, Corrective Maintenance, Time Base

    Maintenance (TBM), dan Condition Base Maintenance (CBM)

  • Isnani Nofitasari

    1109035042

    Teknik Industri

    MAINTENANCE IN POWER TRANSFORMER MAINTENANCE AND ANALYSIS

    METHOD IN PT PLN AP2B KALTIM SYSTEM BALIKPAPAN

    ABSTRACT

    Electrical equipment maintenance is an activity to keep or maintain and repair

    electrical equipment to extend the life of the equipment so that the electrical power

    supply to the customer to be optimal. Writing this report aims to determine the power

    transformer maintenance procedures and methods used by the company. In power

    transformers, there are five types of maintenance that is in service inspection, in service

    measurement, shutdown testing (measurement), the shutdown function check, and

    treatment. The method used by the company now is the method Time Base Maintenance

    (TBM) and Corrective Maintenance with each percentage of 80% and 20%. Application

    of these methods cause problems that make electrical equipment maintenance activities

    less than optimal, so that companies implement methods Condition Base Maintenance

    (CBM) which is more effective and efficient. The company aims to apply the methods of

    maintenance with a percentage of 30% for the TBM, 60% to 10% for the CBM and

    Corrective Maintenance. Thus the implementation of CBM does not mean negating the

    TBM and corrective maintanance, but only a reduced percentage.

    Keywords: Maintenance, Power Transformer, Corrective Maintenance, Time Base

    Maintenance (TBM), and Condition Base Maintenance (CBM)

  • DAFTAR ISI

    halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN AKADEMIK ............................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN .......................................................... iii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv

    ABSTRAK ................................................................................................................. vi

    ABSTRACT ................................................................................................................ vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

    1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan .............................................................. 2

    1.3 Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan ................................................. 2

    1.4 Sistematika Penulisan .............................................................................. 2

    BAB II GAMBARAN UMUM PT PLN AREA BALIKPAPAN ..................... 4

    2.1 Sejarah Umum PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ..................... 4

    2.2 Profil Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan .................. 6

    2.3 Wilayah Kerja PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ...................... 7

    2.4 Visi dan Misi Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan .... 9

    2.5 Struktur Organisasi PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan .............. 9

    BAB III LANDASAN TEORI .............................................................................. 11

    3.1 Transformator Daya ................................................................................. 11

    3.1.1 Jenis Trafo ................................................................................................ 11

    3.1.2 Bagian-bagian Transformator dan Fungsinya .......................................... 12

    3.2 Pemeliharaan ............................................................................................ 13

    3.2.1 Definisi Pemeliharaan .............................................................................. 13

    3.2.2 Jenis-jenis Pemeliharaan .......................................................................... 14

    3.2.3 Pedoman Pemeliharaan ............................................................................ 15

    BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA ......................................................... 17

    4.1 Kegiatan yang Dilakukan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan 17

    4.2 Pengujian-Pengujian yang Dilakukan dalam Pemeliharaan Trafo .......... 18

    4.2.1 In Service Inspection ................................................................................ 18

    4.2.2 In Service Measurement ........................................................................... 19

    4.2.3 Shutdown Testing atau Measurement ....................................................... 22

  • 4.2.4 Shutdown Function Check ....................................................................... 26 halaman

    4.2.5 Treatment ................................................................................................. 26

    4.3 Analisa Penggunaan Metode Pemeliharaan .............................................. 27

    4.3.1 Metode Pemeliharaan yang Digunakan Saat Ini ....................................... 30

    4.3.2 Perbaikan Metode Meggunakan Conditioan Base Maintenance (CBM) . 30

    4.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Metode Pemeliharaan ......... 32

    4.3.4 Langkah-langkah untuk Menerapkan Metode Perbaikan ......................... 33

    BAB V PENUTUP ............................................................................................... 35

    5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 35

    5.2 Saran ........................................................................................................ 36

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar halaman 2.1 Wilayah Kerja PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ....................... 8

    2.2 Struktur Organisasi PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ............... 10

    3.1 Prinsip Kerja Transformator .................................................................... 11

    4.1 Alat Uji DGA ........................................................................................... 19

    4.2 Alat Uji Kadar Air .................................................................................... 20

    4.3 Alat Uji Tegangan Tembus ....................................................................... 20

    4.4 Alat Uji Kadar Asam ................................................................................ 21

    4.5 Alat Pengujian Tegangan Antar Muka .................................................... 21

    4.6 Alat Uji Warna Minyak ............................................................................ 22

    4.7 Megaohm Meter ........................................................................................ 23

    4.8 Micro Ohmmeter ....................................................................................... 24

    4.9 Indikatir Sensor Suhu ................................................................................ 25

    4.10 Voltage Slide Regulator dan Kabel ........................................................... 25

    4.11 Voltmeter dan Ampermeter ..................................................................... 26

    4.12 Konsep Pemeliharaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim ke Depan ............. 32

  • DAFTAR TABEL

    Tabel halaman 4.1 Kekurangan dan Kelebihan Masing-masing Metode Pemelliharaan ........... 12

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Slide Sosialisasi PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

    Lampiran 2 Wawancara Pemeliharaan

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan yang dilakukan di lapangan selama

    periode tertentu untuk menjadikan para mahasiswa lebih memahami bidang studinya,

    baik di perusahaan maupun di instansi tertentu. Praktek kerja lapangan ini dipandang

    perlu karena melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah.

    Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat memberi dan menambah pengalaman,

    pengetahuan dan perkembangan ilmu keteknikan kepada mahasiswa dalam

    penerapannya di bidang aplikasi dan industri teknologi. Adapun perusahaan yang

    dijadikan objek tempat pengaplikasin kegiatan PKL ini adalah perusahaan PT PLN

    AP2B (Area Pengaturan dan Penyaluran Beban) Sistem Kaltim Balikpapan.

    Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

    diberi kewenangan oleh Pemerintah dan diserahi tugas semata-mata untuk

    melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, serta diberikan

    tugas dalam melaksanakan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik.

    Dalam kegiatan PKL ini akan dibahas tentang pemeliharaan atau maintenance

    transformator daya yang ada di Gardu Induk AP2B Sistem Kaltim Balikpapan. Salah

    satu peralatan utama yang terdapat di Gardu Induk adalah transformator daya.

    Pemeliharaan dan pengoperasian yang tidak benar terhadap transformator daya akan

    memperpendek umur transformator daya dan akan menimbulkan gangguan gangguan

    pada saat beroperasi sehingga kontinuitas penyaluran menjadi tidak lancar.

    Pengaplikasian metode pemeliharaan yang kurang tepat maka akan membuat

    perencanaan pemeliharan yang kurang optimal seperti yang dialami oleh PT PLN AP2B

    Sistem Kaltim saat ini. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisa untuk mengoptimalkan

    metode yang digunakan dalam pemeliharaan peralatan listrik khususnya transformator

    daya.

  • 1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

    Tujuan dari praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya dalam dunia kerja nyata di PT PLN AP2B

    Sistem Kaltim Balikpapan,

    2. Untuk mengetahui prosedur-prosedur pemeliharaan yang dilakukan pada

    transformator daya, dan

    3. Untuk mengetahui metode pemeliharaan yang digunakan perusahaan.

    1.3 Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan

    Ruang lingkup pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini meliputi hal-hal sebagai

    berikut:

    1. Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

    pada divisi penyaluran,

    2. Penelitian hanya pada pemeliharaan transformator daya, dan

    3. Analisa metode pemeliharaan hanya pada metode yang digunakan oleh PT PLN

    AP2B Sistem Kaltim.

    1.4 Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan laporan ini, menggunakan sistematika penulisan laporan sebagai

    berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan, dan ruang lingkup

    pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, serta sistematika penulisan laporan

    Praktek Kerja Lapangan

    BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    Bab II menjelaskan tentang sejarah berdirinya PT PLN AP2B Sistem

    Kaltim Balikpapan, visi misi perusahaan, dan deskripsi bagan organisasi

    PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan.

  • BAB III LANDASAN TEORI

    Bab III memuat tentang pengertian transformator daya, pemeliharaan,

    konsep pemeliharaan dan jenis metode yang digunakan dalam melakukan

    pemeliharaan.

    BAB IV KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

    Bab ini menjelaskan mengenai proses atau kegiatan yang dilakukan oleh

    divisi penyaluran, khususnya dalam melakukan pemeliharaan terhadap

    transformator, serta metode yang diterapkan dalam pemeliharaan.

    BAB V PENUTUP

    Bagian ini mengemukakan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari

    pengamatan langsung selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

  • BAB II

    GAMBARAN UMUM PT PLN AP2B SISTEM KALTIM

    BALIKPAPAN

    2.1 Sejarah Umum PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

    Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, pada saat beberapa perusahaan

    Belanda antara gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk

    keperluan sendiri. Kelistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan

    swasta Belanda yaitu NV NIGN yang semula bergerak dibidang gas memperluas

    usahanya dibidang listrik untuk kemanfaatan umum. Pada tahun 1927 Pemerintah

    Belanda membentuk SLands Waterkrach Bedrijven (LB) yaitu perusahaan listrik

    Negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan Bangkok Dago, PLTA dan

    Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA

    Tonsea Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa Kotapraja

    dibentuk Perusahaan-perusahaan Listrik Kotapraja.

    Dengan menyerahnya pemerintah Belanda kepada Jepang dalam Perang Dunia II maka

    Indonesia dikuasai Jepang, oleh karena itu perusahaan listrik dan gas yang ada diambil

    oleh Jepang dan semua personil dalam perusahaan listrik tersebut diambil alih oleh

    orang-orang Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ketangan Sekutu dan diproklamasikannya

    kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka kesempatan yang baik

    dimanfaatkan oleh pemuda serta buruh listrik dan gas untuk mengambil alih

    perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai Jepang.

    Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan kekuasaan Jepang,

    kemudian pada bulan September 1945, Delegasi dari Buruh/Pegawai Listrik dan Gas

    diketuai oleh Kobarsjih menghadap pimpinan KNI Pusat yang waktu diketuai oleh Mr.

    Kasman Singodimejo untuk melaporkan hasil perjuangan mereka. Selanjutnya delegasi

    Kobarsjih bersama-sama dengan pimpinan KNPI Pusat menghadap Presiden Soekarno,

    untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik

  • Indonesia. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno dan kemudian dengan

    Penetapan Pemerintah tahun 1945 No.1 tertanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah

    Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.

    Dengan adanya Agresi Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-perusahaan listrik

    dikuasai kembali oleh Pemerintah Belanda atau pemiliknya semula. Pegawai-pegawai

    yang tidak mau bekerjasama kemudian mengungsi dan menggabungkan diri pada

    kantor-kantor Jawatan Listrik dan Gas di daerah-daerah Republik Indonesia yang bukan

    daerah pendudukan Belanda untuk meneruskan perjuangan. Para pemuda kemudian

    mengajukan mosi yang dikenal dengan Mosi Kobarsjih tentang Nasionalisasi

    Perusahaan Listrik dan Gas Swasta kepada pemerintah selanjutnya kristalisasi dari

    semangat dan jiwa mosi tersebut tertuang dalam ketetapan Parlemen RI No. 163 tanggal

    3 Oktober 1953 tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik bangsa asing di

    Indonesia, jika waktu konsesinya habis.

    Sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian

    Jaya dari cengkeraman penjajah Belanda maka dikeluarkan Undang-undang Nomor 86

    tahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958 tentang Nasionalisasi semua perusahaan

    Belanda dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1958 tentang Nasionalisasi listrik

    dan gas milik belanda. Dengan Undang-Undang tersebut, maka seluruh perusahaan

    listrik Belanda berada ditangan Bangsa Indonesia.

    Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan pasang

    surutnya perjuangan Bangsa. Tanggal 27 Oktober 1945 kemudian dikenal sebagai Hari

    Listrik dan Gas, hari tersebut telah diperingati untuk pertama kalinya pada tanggal 27

    Oktober 1945 bertempat di Gedung Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat

    (BPKNIP) Yogyakarta. Penetapan secara resmi tanggal 27 Oktober 1945 sebagai Hari

    Listrik dan Gas berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga, Nomor

    20 tahun 1960. Namun kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan

    Tenaga listrik Nomor : 235/KPTS/1975 tanggal 30 September 1975 peringatan Hari

    Listrik dan Gas yang digabung dengan Hari Kebaktian Pekerjaan Umum dan Tenaga

    Listrik jatuh pada tanggal 3 Desember. Mengingat pentingnya semangat dan nilai-nilai

  • Hari Listrik, maka berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor:

    1134.K/MPE/1992 tanggal 31 Agustus ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari

    Listrik Nasional.

    2.2 Profil Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

    PT PLN (Persero) Area Penyaluran Dan Pengatur Beban Sistem Kaltim adalah

    perusahaan jasa penyedia tenaga listrik, yang selalu berusaha meningkatkan mutu

    pelayanan sesuai dengan Target Kinerja dan peraturan yang berlaku melalui penerapan

    Sistem Manajemen Mutu dan perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan

    efisiensi dan efektifitas kerja serta untuk mencapai Kepuasan Pelanggan. Dalam

    Peraturan Pemerintah No. 023/TAHUN 1994, disebutkan bahwa maksud didirikannya

    PT PLN (Persero) adalah untuk mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah

    dan makna yang memadai dengan tujuan sebagai berikut:

    1. Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus memupuk

    keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

    2. Mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai

    dengan tujuan untuk

    3. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta

    mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.

    4. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan penyediaan

    tenaga listrik untuk melayani kebutuhan rakyat.

    5. Merintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik

    6. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang menunjang usaha penyediaan tenaga

    listrik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Kaltim bertekad

    menjadi Perusahaan Listrik setara dengan kelas dunia yang berorientasi kepada :

    Pelanggan, Unggul dan Mandiri. Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang

    bertumbuh-kembang dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.

  • Dalam melaksanakan proses bisnisnya, PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan

    Pengatur Beban Sistem Kaltim mendapat dukungan dari Transmisi dan Gardu Induk

    (Tragi) Area Samarinda dan Balikpapan yang mengelola aset jaringan tenaga listrik, dan

    mendapat pembinaan, pengarahan, bimbingan dan pemantauan dari PT PLN (Persero)

    Wilayah Kalimantan Timur.

    Management PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan dipimpin oleh seorang

    Manajer dan dibantu empat Asman sebagai berikut:

    1. Asisten Manajer Operasi Sistem

    2. Asisten Manajer Penyaluran

    3. Asisten Manajer SCADA dan Telekomuniasi

    4. Asisten Manajer Keuangan, SDM dan Administrasi

    5. Manajer Tragi

    Beserta seluruh karyawan dan karyawati PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim

    Balikpapan, Asman Manajer juga dibantu oleh Supervisor yang menjalankan tugas dan

    fungsinya masing-masing. Secara global, jumlah pegawai yang berstatus pegawai PLN

    sebanyak 139 orang, OJT sebanyak 8 orang sedangkan yang berstatus pegawai

    outsourcing sebanyak 220 orang dengan sikap yang professional dan level kompetensi

    masing-masing.

    2.3 Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

    Adupun wilayah kerja PT. PLN (Persero) Area Balikpapan dapat dilihat pada Gambar

    2.1 sebagai berikut:

  • Gambar 2.1 Wilayah kerja PT PLN AP2B Sistem Kaltim

    Balikpapan

    PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Kaltim mendapat

    dukungan dari Transmisi dan Gardu Induk (Tragi) Area Samarinda dan Balikpapan

    yang mengelola aset jaringan tenaga listrik, dan mendapat pembinaan, pengarahan,

    bimbingan dan pemantauan dari PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur. AP2B

    Sistem Kalimantan Timur adalah salah satu unit yang berada di bawah manajemen PT

    PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur yang bertugas melaksanakan fungsi

    penyaluran dan pengaturan beban di sistem Kaltim. Sistem Kaltim terdiri dari Subsistem

    Balikpapan dan Subsistem Samarinda. Subsistem Balikpapan terdiri Gardu Induk 150

    kV Industri, Manggarsari dan Karang Joang dan terdiri dari pembangkit PLTD skala

    kecil mulai dari 1 MW s.d 12 MW dan semua pembangkit masuk sistem melalui 20 kV

    hal ini sangat berpengaruh pada kestabilan sistem. Subsistem Samarinda terdiri dari

    Gardu Induk 150 kV Bukit Biru, Embalut, Tengkawang, Harapan Baru, Bukuan dan

    Sambutan dengan disupply sebagian oleh pembangkit skala cukup besar dan langsung

  • masuk ke sistem 150 kV seperti PLTU CFK, PLTGU Tanjung Batu dan PLTG

    Menamas dan selebihnya PLTD melalui sistem 20 kV.

    Kedua subsistem tersebut dihubungkan oleh transmisi 150 kV Double Hawk Double

    circuit dengan jarak transmisi yang menghubungkan keduanya 76 kMR. Panjang

    transmisi antar gardu induk selain interkonektor tersebut relatif cukup pendek dibawah

    23 km, sedangkan trafo tenaga sebagian berdaya besar (60 MVA) seperti tabel diatas.

    Jaringan transmisi yang pendek sangat berpengaruh pada kontribusi reaktif dari

    jaringan, sementara dengan trafo tenaga juga berpengaruh pada penyerapan daya reaktif

    sistem.Konfigurasi Sistem Kalimantan Timur masih radial dengan total panjang

    jaringan transmisi 350.6 kMR. Pusat Pembangkit berskala besar berada di GI Embalut

    Kabupaten Kutai Kartanegara sementara dominan pusat beban berada di GI

    Tengkawang Kotamadya Samarinda dan GI Industri Kotamadya Balikpapan.

    2.3 Visi dan Misi Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

    Visi dari perusahaan PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan yaitu

    "Menjadi Perusahaan yang Sehat dan terpercaya yang Bertumbuh Kembang dengan

    Bertumpu pada Potensi Insani Dalam Penyediaan Tenaga Listrik di Kalimantan Timur

    ". Sedangkan misi dari perusahaan PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

    adalah sebagai berikut:

    1. Menjamin ketersediaan tenaga listrik dengan kualitas dan kuantitas sesuai

    persyaratan yang dibutuhkan,

    2. Memberikan pelayanan prima kepada pelanggan,

    3. Meningkatkan profesionalitas dan integritas sdm,

    4. Mengelola proses bisnis ketenagalistrikan sesuai kaidah Good Corporate

    Governance (GCG),

    5. Memanfaatkan sumber daya alam di Kalimantan Timur, dan

    6. Menjalankan usaha yang berwawasan lingkungan.

  • 2.5 Struktur Organisasi PT PLN AP2B Balikpapan

    Adapun struktur organisasi PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan adalah sebagai

    berikut yaitu berbentuk fungsional yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut:

    Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

    MANAJER AP2B

    SISTEM KALTIM

    SUPERVISOR

    LOGISTIK

    PLT SUPERVISOR

    SCADA DAN

    TELEKOMUNIKASI

    SUPERVISOR

    ANGGARAN DAN

    KEUANGAN

    SUPERVISOR

    RELAY DAN

    PROTEKSI

    SUPERVISOR

    PENGATURAN

    OPERASI

    PLT

    SUPERVISOR PDKB

    PLT ASISTEN

    MANAJER OPERASI

    SISTEM

    ASISTEN

    MANAJER

    PENYALURAN

    ASISTEN MANAJER

    KEUANGAN, SDM

    DAN ADMINISTRASI

    PLT SUPERVISOR

    PERENCANAAN

    OPERASI

    PLT SUPERVISOR

    TELEKOMUNIKASI

    SUPERVISOR K3

    DAN UMUM

    SUPERVISOR

    TRANSAKSI

    ENERGI

    SUPERVISOR

    PEMELIHARAAN TRANSMISI

    DAN GARDU INDUK

    ASISTEN MANAJER

    SCADA DAN

    TELEKOMUNIKASI

    PLT SUPERVISOR

    LINGKUNGAN

    DAN K2

  • BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1 Transformator Daya

    Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya

    atau tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator

    menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan hukum lorentz dalam menyalurkan

    daya, dimana arus bolak balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi

    itu akan berubah menjadi magnet. Dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu

    belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial. Arus yang

    mengalir pada belitan primer akan menginduksi inti besi transformator sehingga

    didalam inti besi akan mengalir flux magnet dan flux magnet ini akan menginduksi

    belitan sekunder sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial

    yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

    Gambar 3.1 Prinsip kerja transformator

    3.1.1 Jenis trafo

    Berdasarkan fungsinya transformator tenaga dapat dibedakan beberapa jenis, jenis-jenis

    trafo tersebut adalaha sebagai berikut:

    1. Trafo pembangkit,

    2. Trafo gardu induk/penyaluran, dan

    3. Trafo distribusi

  • Sedangkan transformator tenaga untuk fungsi penyaluran dapat dibedakan menjadi

    beberapa jenis yaitu sebagai berikut:

    1. Trafo besar,

    2. Trafo sedang, dan

    3. Trafo kecil.

    3.1.2 Bagian Bagian Transformator dan Fungsinya

    Di dalam transformator terdapat bagian-bagian yang yaitu sebagai berikut:

    1. Electromagnetic Circuit (Inti besi)

    Inti besi digunakan sebagai media jalannya flux yang timbul akibat induksi arus

    bolak balik pada kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga dapat menginduksi

    kembali ke kumparan yang lain.

    2. Current Carying Circuit (Belitan Trafo)

    Belitan trafo terdiri dari batang tembaga berisolasi yang mengelilingi inti besi,

    dimana saat arus bolak balik mengalir pada belitan tembaga tersebut, inti besi akan

    terinduksi dan menimbulkan flux magnetik.

    3. Bushing

    Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan luar.

    Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator.

    4. Pendingin

    Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada

    transformator. Oleh karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan.

    5. Oil preservation & expansion (Konservator)

    Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada transformator, minyak isolasi akan memuai

    sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi,

    maka minyak akan menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator

    digunakan untuk menampung minyak pada saat transformator mengalami kenaikan

    suhu.

    6. Dielectric (Minyak isolasi transformator & Isolasi kertas)

    Minyak isolasi pada transformator berfungsi sebagai media isolasi, pendingin dan

    pelindung belitan dari oksidasi.

  • 7. Tap Changer

    Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal yang dinilai

    sebagai kualitas tegangan.

    8. NGR (Neutral Grounding Resistant)

    Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang

    mengalir dari sisi neutral ke tanah. Ada dua jenis NGR, yaitu liquid dan solid

    3.2 Pemeliharaan (Maintenance)

    Pemeliharaan akan dibahas lebih lanjut meliputi definisi, jenis pemeliharaan,

    pemeliharaan pada transformator, dan sebagainya sebagai berikut.

    3.2.1 Definisi Pemeliharaan

    Pada umumnya sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin

    rusak, tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang

    dikenal dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992).

    Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat, menjaga dan

    memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kobinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan

    untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa

    diterima. Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin atau

    peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan atau kerusakan

    mesin. (Setiawan F.D, 2008). Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya

    operations Management pemeliharaan adalah : all activities involved in keeping a

    systems equipment in working order. Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan yang

    di dalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar bekerja dengan baik.

    Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang, (2001) dalam bukunya Production

    Management pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan

    secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai

    dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).

  • Menurut Sofyan Assauri (2004) pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau

    menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian

    atau penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi

    yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

    3.2.2 Jenis-jenis Pemeliharaan

    Dalam hal pemeliharaan, ada tiga metode pemeliharaan yang dikenal, yaitu :

    1. Preventive Maintanance (Time Based Maintenance)

    Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk

    mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk

    mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya.

    Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan berpedoman kepada Instruction

    Manual dari pabrik, standar-standar yang ada dan pengalaman operasi di lapangan.

    Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Base

    Maintenance). Pemeliharaan ini dilaksanakan secara rutin berdasarkan waktu,

    misalnya harian, mingguan, bulanan atau tahunan.

    2. Predictive Maintanance (Condition Based Maintenance)

    Pemeliharaan prediktif adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara

    memprediksi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya

    peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut

    dapat diketahui gejala kerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah

    memonitor kondisi secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak

    beroperasi. Untuk ini diperlukan peralatan dan personil khusus untuk analisa.

    Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi (Condition Base

    Maintenance ). Metode pemeliharaan ini dilaksanakan berdasarkan kondisi

    peralatan, misalnya berdasarkan statistik hasil pemeriksaan atau pemeliharaan

    sebelumnya.

    3. Corrective Maintenance

    Pemeliharaan korektif merupakan pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana

    pada waktu-waktu tertentu ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk

    kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan

  • pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan

    ini disebut juga Corective Maintenance, yang bisa berupa Trouble Shooting atau

    penggantian part atau bagian yang rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan

    dengan terencana. Metode pemeliharaan ini dilaksanakan jika terjadi kerusakan

    pada peralatan atau part dari peralatan instalasi tersebut.

    3.2.3 Pedoman Pemeliharaan

    Dalam melakukan pemeliharaan transformator daya, terdapat pedoman atau cara-cara

    pemeliharaan yang harus diketahui oleh bagian pemeliharaan. Pedoman pemeliharaan

    secara umum adalah sebagai berikut:

    1. In Service Inspection

    In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat

    transformator dalam kondisi bertegangan/operasi. Tujuan dilakukannya in service

    inspection adalah untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin

    terjadi didalam trafo tanpa melakukan pemadaman. Subsistem trafo yang dilakukan

    in service inspection adalah sebagai berikut:

    a. Bushing,

    b. Pendingin,

    c. Pernafasan,

    d. Sistem kontrol dan proteksi,

    e. OLTC,

    f. Struktur mekanik,

    g. Meter suhu atau temperatur,

    h. Sistem monitoring thermal,

    i. Belitan,

    j. NGR Neutral grounding Resistor, dan

    k. Fire Protection.

    2. In Service Measurement

    In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran atau pengujian yang dilakukan

    pada saat transformator sedang dalam keadaan bertegangan atau operasi (in

    service). Tujuan dilakukannya in service measurement adalah untuk mengetahui

    kondisi trafo lebih dalam tanpa melakukan pemadaman. Pengujian yang termasuk

  • in service measurement yaitu meliputi thermovisi atau thermal image, DGA

    (Dissolved gas analysis), Pengujian kualitas minyak isolasi (Karakteristik),

    pengujian furan, pengujian corrosive sulfur, pegujian partial discharge, dan vibrasi

    dan noise.

    3. Shutdown Testing Atau Measurement

    Shutdown testing atau measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan

    pada saat transformator dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat

    pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan. Pengujian yang

    termasuk pada shutdown testing adalah seperti pengukuran tahanan isolasi,

    pengukuran tangen delta, pengukuran SFRA (Sweep Frequency Response

    Analyzer), ratio test, pengukuran tahanan DC, HV test, pengujian OLTC, pengujian

    rele bucholz, pengujian rele jansen, pengujian sudden pressure, kalibrasi indikator

    suhu, motor kipas pendingin, pengukuran tahanan NGR, dan fire protection.

    4. Shutdown Function Check

    Shutdown function check adalah pekerjaan yang bertujuan menguji fungsi dari rele-

    rele proteksi maupun indikator yang ada pada transformator. Item-item yang harus

    di check pada saat inspeksi dan pengujian fungsi adalah meliputi rele bucholz, rele

    jansen, rele sudden pressure, rele thermal, dan oil level.

    5. Treatment

    Treatment merupakan tindakan korektif yang dilakukan berdasrkan hasil in service

    inspection, in service measurement, shutdown measurement dan shutdown function

    check. Pemeliharaan yang termasuk ke dalam treatment yaitu purification atau

    filter, reklamasi, ganti minyak, cleaning, tightening, replacing part, dan greasing.

  • BAB IV

    PEMBAHASAN DAN ANALISA

    4.1 Kegiatan yang Dilakukan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim

    Balikpapan

    Selama melakukan kegiatan praktek kerja lapangan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim,

    terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan baik itu di dalam maupun di luar ruangan.

    Adapun uraian dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Kegiatan di lapangan

    Kegiatan yang dilakukan di lapangan adalah sebagai berikut:

    a. Survey lapangan

    Survey lapangan dilakukan di daerah Gardu Induk Karang Joang yang

    didampingi oleh staf pemeliharaan beserta supervisor pemeliharaan dan

    supervisor proteksi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada

    peserta PKL daerah dan kegiatan yang biasa dilakukan di Gardu Induk (GI).

    b. Kegiatan Pemeliharaan

    Kegiatan yang dilakukan yaitu ikut serta dalam kegiatan pemeliharaan peralatan

    GI seperti:

    1) Pengujian partial discharge pada trafo ardu induk Gunung Malang, peserta

    PKL diajarkan secara langsung prosedur uji partial discharge.

    2) Pemeliharaan rutin Bay line transmisi di Gardu Induk Karang Joang beserta

    staf pemeliharaan dan staf Tragi Balikpapan yang didampingi oleh Staf

    K2/K3 Balikpapan.

    3) Pemeliharaan trafo 30 MVA dengan melakukan pengujian DGA dan

    tegangan tembus bersama staf pemeliharaan dan supervisor di Gardu Induk

    Karang Joang.

    c. Kegaiatan Training

    Ikut serta dalam kegiaatan training alat tes Ratio Trafo 3 Fasa yang dilakukan di

    kantor PT PLN Karang Joang bersama staf yang berkepentingan di bagian

    pemeliharaan oleh PT Guna Elektro yang berasal dari Jakarta.

  • 2. egiatan di dalam ruangan

    Selain kegiatan yang dilakukan di luar ruangan, ada juga kegiatan yang dilakukan di

    dalam ruangan seperti:

    a. Membantu bagian CSR membuat surat udangan,

    b. Membantu bagian CSR mengetik uraian anggaran pelatihan buah naga,

    c. Membantu bagian CSR membuat narasi undangan,

    d. Menginput data spesifikasi alat (management asset),

    e. Mengetik laporan hasil tes tegangan tembus dan uji DGA, dan

    f. Mengetik dan membuat bagan struktur organisasi perusahaan dan formasi

    jabatan di PT PLN AP2B Karaang Joang.

    4.2 Pengujian-pengujian yang Dilakukan dalam Pemeliharaan Trafo

    Dalam melakukan pemeliharaan transformator daya, terdapat prosedur yang harus

    diketahui oleh staf pemeliharaan. Berikut ini merupakan macam-macam pengujian

    yang dilakukan dalam pemeliharaan trafo

    4.2.1 In Service Inspection

    In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat transformator

    dalam kondisi bertegangan atau operasi. Tujuan dilakukannya in service inspection

    adalah untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi didalam

    trafo tanpa melakukan pemadaman. Subsistem trafo yang dilakukan in service

    inspection adalah sebagai berikut:

    1. Bushing

    2. Pendingin

    3. Pernafasan

    4. Sistem kontrol dan proteksi

    5. OLTC

    6. Struktur mekanik

    7. Meter suhu / temperature

    8. Sistem monitoring thermal

  • 9. Belitan

    10. NGR Neutral grounding Resistor

    11. Fire Protection

    4.2.2 In Service Measurement

    In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran atau pengujian yang dilakukan

    pada saat transformator sedang dalam keadaan bertegangan atau operasi (in service).

    Tujuan dilakukannya in service measurement adalah untuk mengetahui kondisi trafo

    lebih dalam tanpa melakukan pemadaman.

    1. Thermovisi (Thermal image)

    Suhu yang tidak normal pada trafo dapat diartikan sebagai adanya ketidaknormalan

    pada bagian atau lokasi tersebut. Metoda pemantauan suhu trafo secara menyeluruh

    untuk melihat ada tidaknya ketidaknormalan pada trafo dilakukan dengan

    menggunakan thermovisi atau thermal image camera.

    2. Dissolved Gas Analysis (DGA)

    DGA adalah proses untuk menghitung kadar atau nilai dari gas-gas hidrokarbon

    yang terbentuk akibat ketidaknormalan. Ketidaknormalan tersebut seperti overheat,

    arcing atau corona. Gas gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA adalah H2

    (hidrogen), CH4 (Methane), N2 (Nitrogen), O2 (Oksigen), CO (Carbon

    monoksida), CO2 (Carbondioksida), C2H4 (Ethylene), C2H6 (Ethane), C2H2

    (Acetylene). Untuk melihat alat uji DGA dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai

    berikut:

    Gambar 4.1 Alat uji DGA

  • 3. Pengujian Kualitas Minyak Isolasi

    Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminan atau terjadi tidaknya oksidasi didalam

    minyak dilakukanlah pengujian oil quality test. Adapun jenis pengujiannya adalah

    sebagai berikut:

    a. Pengujian kadar air

    Pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang terlarut

    atau terkandung di minyak. Berikut ini adalah alat uji kadar air dalam minyak

    yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 seperti di bawah ini:

    Gambar 4.2 Alat uji kadar air

    b. Pengujian tegangan tembus

    Tegangan tembus dilakukan untuk mengetahui kemampuan minyak isolasi

    dalam menahan stress tegangan. Untuk melihat alat uji tegangan tembus dapat

    dilihat pada Gambar 4.3 sebagai berikut:

    Gambar 4.3 Alat uji tegangan tembus

  • c. Pengujian kadar asam

    Besarnya kadar asam pada minyak juga dapat dijadikan sebagai dasar apakah

    minyak isolasi trafo tersebut harus segera dilakukan reklamasi atau diganti.

    Untuk mengetahui alat uji kadar asam dapat diliat pada Gambar 4.4 seperti di

    bawah ini:

    Gambar 4.4 Alat uji kadar asam

    d. Pengujian tegangan antar muka

    Pengujian tegangan antara minyak dengan air dimaksudkan untuk mengetahui

    Alat pengujian tegangan antar muka yang dapat dilihat pada Gambar 4.5 sebagai

    berikut:

    Gambar 4.5 Alat pengujian tegangan antar muka

  • e. Pengujian warna minyak

    Pengujian minyak pada dasarnya membandingkan warna minyak terpakai

    dengan minyak yang baru. Alat uji warna minyak dapat dilihat pada Gambar 4.6

    sebagai berikut:

    Gambar 4.6 Alat uji warna minyak

    4. Pengujian Furan

    Pengujian ini bertujuan untuk memperkirakan kondisi tingkat DP (degree of

    polimerization) dialami isolasi kertas dan estimasi sisa umur daripada kertas isolasi

    tersebut.

    5. Pengujian Corrosive Sulfur

    Salah satu yang dapat menurunkan kualitas isolasi kertas pada trafo adalah

    corrosive sulfur yang terkandung di dalam minyak isolasi trafo. Corrosive sulfur

    dapat menyebabkan korosi pada komponen tertentu dari trafo seperti tembaga dan

    perak.

    6. Pengujian Partial Discharge

    Kegagalan pada isolasi dapat diindikasikan dengan munculnya partial discharge

    (peluahan parsial). Partial discharge dapat terjadi pada bahan isolasi cair maupun

    isolasi gas.

    7. Vibrasi & Noise

    Noise pada trafo dikarenakan adanya fenomena yang disebut magnetostriction

    Adapun alat yang dipakai untuk mengukur tingkat noise yang muncul adalah sound

    level meter atau noise detector.

    4.2.3 Shutdown Testing atau Measurement

    Shutdown testing atau measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan pada

    saat transformator dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat

  • pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan. Terdapat beberapa

    kegiatan measurement pada pemeliharaan yaitu sebagai berikut:

    1. Pengukuran Tahanan Isolasi

    Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi antara belitan dengan

    ground atau antara dua belitan. Alat yang digunakan untuk mengukur tahanan

    isolasi adalah megaohm meter. Megaohm meter dapat dilihat pada Gambar 4.7

    seperti di bawah ini:

    Gambar 4.7 Megaohm meter

    2. Pengukuran Tangen Delta

    Tan delta atau sering disebut Loss Angle atau pengujian faktor disipasi adalah

    metoda diagnostik secara elektikal untuk mengetahui kondisi isolasi. Jika isolasi

    bebas dari defect, maka isolasi tersebut akan bersifat kapasitif sempurna.

    3. Pengukuran SFRA (Sweep Frequency Response Analyzer)

    Dengan melakukan pengujian ini, dapat diketahui bagaimana suatu belitan

    memberikan sinyal bertegangan rendah dalam berbagai variasi frekuensi.

    4. Ratio Test

    Tujuan dari pengujian rasio belitan pada dasarnya untuk mendiagnosa adanya

    masalah dalam antar belitan dan seksi-seksi sistem isolasi pada trafo. Pengujian ini

    akan mendeteksi adanya hubungan singkat atau ketidaknormalan pada tap changer.

    Peralatan yang secara umum digunakan untuk melakukan pengujian ratio ini adalah

    sebuah supply tegangan AC 3 fasa 380 V.

    5. Pengukuran tahanan DC (Rdc)

    Pengujian tahanan dc dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari koneksi-koneksi

    yang ada di belitan dan memperkirakan apabila ada kemungkinan hubung singkat

  • atau resistansi yang tinggi pada koneksi di belitan. Micro ohmmeter adalah alat

    untuk mengukur nilai resistif dari sebuah tahanan. Micro ohmmeter dapat dilihat

    pada Gambar 4.8 sebagai berikut:

    Gambar 4.8 Micro Ohmmeter

    6. HV test

    Pengujian HV test dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa ketahanan

    isolasi trafo sanggup menahan tegangan. Pelaksanaan pengujian HV test dapat

    dilengkapi dengan pengujian Partial discharge (PD) untuk mengetahui kondisi

    isolasi trafo pada saat mendapat stress tegangan.

    7. Pengujian OLTC

    OLTC merupakan satu-satunya bagian trafo yang bergerak secara mekanik.

    Pengujian ini memanfaatkan Ohmmeter yang dipasang serial dengan belitan primer

    trafo. Setiap perubahan tap atau ratio, nilai tahanan belitan diukur.

    8. Pengujian Rele Bucholz

    Pengujian rele bucholz juga ditujukan untuk memastikan kondisi kabel kontrol

    masih dalam kondisi baik sehingga mala kerja rele yang berakibat pada kesalahan

    informasi dapat dihindari.

    9. Pengujian Rele Jansen

    Pengujian rele jansen ditujukan untuk memastikan kondisi kabel kontrol masih

    dalam kondisi baik sehingga mala kerja rele yang berakibat pada kesalahan

    informasi dapat dihindari

    10. Pengujian Rele Sudden Pressure

    Rele sudden pressure ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan didalam trafo

    muncul akibat gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka tekanan akan

  • tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan merusak bagian lainnya pada

    maintank.

    11. Kalibrasi Indikator Suhu

    Kondisi sistem isolasi trafo akan terpengaruh dengan kondisi suhu operasi trafo.

    oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui besaran real suhu operasi dari

    trafo tersebut.. Indikator sensor suhu dapat dilihat pada Gambar 4.9 sebagai berikut:

    Gambar 4.9 Indikator sensor suhu

    12. Motor Kipas Pendingin

    Untuk mengetahui baik tidaknya kondisi belitan motor dilakukan pengukuran

    tahanan DC dari belitan tersebut dengan menggunakan Ohm meter.

    13. Tahanan NGR (Neutral Grounding Resistor)

    Untuk mengukur nilai tahanan NGR dilakukan dengan menggunakan voltage slide

    regulator, voltmeter dan amperemeter. Pada prinsipnya NGR akan diberikan beda

    tegangan pada kedua kutubnya dan dengan memanfaatkan pengukuran arus yang

    mengalir pada NGR dapat diketahui nilai tahanannya. Volteage slide regulator dan

    kabel dapat dilihat pada Gambar 4.10, dan untuk melihat voltmeter dan

    amperemeter dapat dilihat pada Gambar 4.11 sebagai berikut:

    Gambar 4.10 Voltage slide regulator dan kabel

  • Gambar 4.11 Voltmeter dan Amperemeter

    14. Fire Protection

    Untuk meminimalisir atau mengeliminasi dampak gangguan yang berpotensi

    membakar trafo, dilengkapilah trafo tersebut dengan fire protection.

    4.2.4 Shutdown Function Check

    Shutdown function check adalah pekerjaan yang bertujuan menguji fungsi dari rele

    rele proteksi maupun indikator yang ada pada transformator. Item item yang harus di

    check pada saat inspeksi dan pengujian fungsi adalah sebagai berikut:

    1. Rele Bucholz

    2. Rele Jansen

    3. Rele Sudden Pressure

    4. Rele thermal

    5. Oil Level

    4.2.5 Treatment

    Treatment merupakan tindakan korektif yang dilakukan berdasrkan hasil in service

    inspection, in service measurement, shutdown measurement dan shutdown function

    check. Berikut ini merupakan treatment-treatment yang biasa dilakukan pada

    transformator daya:

  • 1. Purification (filter)

    Proses purification (filter) ini dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak

    diketahui bahwa pengujian kadar air dan tegangan tembus berada pada kondisi

    buruk.

    2. Reklamasi

    Reklamasi dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak diketahui bahwa

    pengujian kadar asam berada pada kondisi buruk.

    3. Ganti minyak

    Penggantian minyak dilakukan berdasarkan rekomendasi hasil pengujian kualitas

    minyak dan diperhitungkan secara ekonomis.

    4. Cleaning

    Merupakan pekerjaan untuk membersihkan bagian peralatan atau komponen yang

    kotor. Adapun alat kerja yang dipakai adalah majun, lap, aceton, deterjen, sekapen

    hijau, vacum cleaner, minyak isolasi trafo.

    5. Tightening

    Pemeriksaan secara periodik perlu dilakukan terhadap baut-baut pengikat. Peralatan

    kerja yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan ini adalah kunci-kunci.

    Pelaksanaan tightening atau pengencangan harus dilakukan dengan menggunakan

    kunci momen dengan nilai yang sesuai dengan spesifikasi peralatan.

    6. Replacing parts

    Merupakan tindakan korektif yang dilakukan untuk mengganti komponen

    transformer akibat kegagalan fungsi ataupun berdasarkan rekomendasi pabrikan.

    7. Greasing

    Untuk mengembalikan fungsi-fungsi alat, dilakukan penggantian grease atau

    greasing. Penggantian grease harus sesuai dengan spesifikasi grease yang

    direkomendasikan pabrikan.

    4.3 Analisa Penggunaan Metode Pemeliharaan

    PT PLN AP2B Sistem Kaltim memegang peranan penting dalam pengelolaan sistem

    ketanagalistrikan di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan dan Samarinda.

    Pengelolaan ini mencakup perencanaan dan pemeliharaan peralatan instalasi tegangan

  • tinggi maupun tegangan ekstra tinggi. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi aktivitas

    pemeriksaan, pembersihan, pengujian, perbaikan, dan penggantian yang bertujuan untuk

    menjaga agar peralatan instalasi dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Dalam

    melakukan pemeliharaan terdapat tiga metode yang dikenal yaitu:

    1. Pemeliharaan preventive (time base maintenance),

    2. Pemeliharaan predictive (condition base maintenance), dan

    3. Pemeliharaan corrective.

    Dari ketiga metode tersebut dilakukan analisa yang bertujuan untuk mendapatkan

    metode pemeliharaan yang lebih tepat, baik dari segi biaya, perencanaan pemeliharaan,

    maupun tenaga kerja.

    Sebelum melakukan analisa, maka dilakukan wawancara kepada salah seorang dari

    devisi penyaluran yang ahli di bagian pemeliharaaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim

    Balikpapan untuk melengkapi data penelitian. Berikut merupakan pertanyaan

    wawancara yang diajukan kepada narasumber:

  • WAWANCARA METODE PEMELIHARAAN

    Tempat/via : Blackberry Massanger dan Email

    Waktu : 12 Januari 2015

    Narasumber : Nuraida Puspitasari

    Butir Pertanyaaan:

    1. Apa metode pemeliharaan yang sedang digunakan oleh PT PLN AP2B saat ini ?

    2. Berapa persentase masing-masing penggunan metode tersebut ?

    3. Apakah metode tersebut sudah efektif dan efisien untuk diterapkan ? Jika belum,

    apa saja penyebabnya dari metode yang ada sekarang?

    4. Apa kekurangan dan kelebihan metode yang digunakan saat ini ?

    5. Apakah ada metode baru yang ingin diterapkan untuk membantu memperbaiki

    metode yang ada sekarang ini ? Jika ada, apakah metode tersebut ?

    6. Apa kelebihan dan kekurangan metode baru tersebut ?

    7. Berapa perubahan persentase jika diterapkan metode yang sekarang ?

    8. Apa saja alasan atau faktor-faktor penyebab perubahan masing-masing persentase

    dari metode pemeliharaan tersebut ?

    9. Apa saja langkah yang sudah diambil oleh PT PLN AP2B Sistem Kaltim dalam

    menerapkan metode baru tersebut ?

    Narasumber

    Nuraida Puspitasari, ST.

  • 4.3.1 Metode Pemeliharaan yang Digunakan Saat Ini

    Dari hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan melalui kegiatan Praktek Kerja

    Lapangan (PKL) di PT PLN AP2B Sistem Kaltim, diketahui bahwa PT PLN AP2B

    Sistem Kaltim menggunakan metode pemeliharaan time base maintenance yang bersifat

    periodik dan pemeliharaan corrective dengan persentase masing-masing metode sebesar

    80% dan 20%. Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode time

    base maintenance sangat besar, sehingga menyebabkan permasalahan-permasalahan

    yang merugikan bagi divisi penyaluran khususnya bagian pemeliharaan yaitu sebagai

    berikut:

    1. Frekuensi kegiatan pemeliharaan lebih sering dilakukan sehingga menghabiskan

    banyak waktu pemeliharaan,

    2. Membutuhkan lebih banyak sumber daya manusia dalam melakukan pemeliharaan,

    3. Pemeliharaan peralatan transmisi dan gardu induk kurang optimal,

    4. Proses pencatatan hasil pemeliharaan tidak sistematis dan terintegrasi,

    5. Tenaga listrik yang disalurkan ke pelanggan menjadi tidak optimal, dan

    6. Perencanaan pemeliharaan kurang optimal.

    Dari permasalahan tersebut, maka PT PLN AP2B Sistem Kaltim ingin menerapkan

    metode lain yang lebih efektif dan efisien seperti metode condition base maintenance

    (CBM). Saat ini PT PLN AP2B Sistem Kaltim sedang melakukan sosialisasi

    implementasi CBM dengan cara mengadakan training atau pelatihan tentang metode

    CBM kepada bagian pemeliharaan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim.

    4.3.2 Perbaikan Metode Menggunakan Condition Base Maintanance (CBM)

    Permasalahan-permasalahan yang sudah disebutkan sebelumnya menjadi latar belakang

    rencana penggunaan metode CBM. Seperti diketahui bahwa penggunaan metode TBM

    dan corrective maintanance harus dikurangi karena pada prinsipnya, metode TBM

    adalah melakuan program pemeliharaan secara rutin berdasarkan waktu tanpa melihat

    bagaimana kondisi peralatan yang akan dipelihara. Dengan demikian dana yang

    digunakan untuk program pemeliharaan tidak tepat sasaran. Sedangkan metode

  • corrective dilaksanakan hanya setelah terjadi kerusakan atau pemeliharaan yang

    sifatnya darurat.

    Berbeda halnya dengan metode CBM, pemeliharaan dengan metode ini dilakukan

    sesuai dengan kondisi peralatan dengan menggunakan parameter-parameter yang

    terukur. Misalnya hasil pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) dapat diketahui

    fenomena apa yang sedang terjadi di dalam trafo dan bagaimana kondisinya. Metode ini

    juga mengutamakan kegiatan inspeksi pada saat peralatan dalam keadaan beroperasi.

    Inti utama bagaimana CBM dilakukan adalah dengan fokus pada kondisi peralatan.

    Penentuan kondisi peralatan sangat bergantung pada metode atau teknik pengujian yang

    digunakan, akurasi peralatan yang digunakan, keahlian teknik sumber daya manusia

    dalam melakukan pemeriksaan atau pengujian maupun analisa dari hasil pengujian yang

    telah dilakukan untuk menentukan tindakan pemeliharaan yang sesuai. Dengan

    demikian pemeliharaan yang akan dilakukan akan lebih tepat sasaran. Manfaat

    penenerapan metode CBM ini yaitu alokasi biaya yang akan digunakan untuk program

    pemeliharaan akan lebih tepat sasaran, objek yang akan dipelihara lebih tepat dan

    sumber daya manusia yang ada dapat lebih dioptimalkan.

    PT PLN AP2B Sistem Kaltim saat ini menargetkan untuk menerapkan metode

    pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM, 60% untuk CBM dan 10%

    untuk corrective maintenance. Dengan kondisi seperti ini berarti aktivitas pemeliharaan

    yang bersifat time Base dikurangi persentasenya ke arah condition based. Dengan

    demikian diterapkannya CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective

    maintanance, namun hanya persentasenya yang dikurangi seperti ditunjukkan pada

    Gambar 4.12 sebagai berikut:

  • Gambar 4.12 Konsep pemeliharaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim ke depan

    Hasil persentase dari masing-masing metode yang terlihat pada grafik di atas

    menunjukkan bahwa terjadi perubahan persentase pada metode TBM yang awalnya

    80% menjadi 30%. Persentase terbesar digantikan pada metode perbaikan yaitu metode

    CBM yang ditargetkan sebesar 60% dari metode yang digunakan. Menurut narasumber

    dari hasil wawancara, alasan yang mendasari perubahan metode tersebut tidak terlepas

    dari tujuan awal divisi penyaluran agar kegitatan pemeliharaan dapat dilakukan secara

    efektif dan efisien dan penyaluran tenaga listrik dapat dilakukan secara optimal,

    mengingat terdapat banyak kekurangan dari metode sebelumnya.

    4.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Metode Pemeliharaan

    Corrective maintenance dan time base maintenance telah digunakan selama beberapa

    dekade, namun keduanya masing-masing masih memiliki titik kelemahan yang

    signifikan dalam kegiatan pemeliharaan. Oleh sebab itu, tim pemeliharaan PT PLN

    Balikpapan melakukan perbaikan metode dengan menggunakan metode condition base

    maintenance (CBM). Kekurangan dan kelebihan dari masing-masing metode

    pemeliharaan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

  • Tabel 4.1 Kekurangan dan kelebihan masing-masing metode pemeliharaan

    No. Kekurangan Kelebihan

    Metode Corrective Maintenance

    1 Biaya meningkat karena downtime yang

    tidak terencana

    Biaya rendah ketika tidak terjadi

    kerusakan atau ketika alat masih dalam

    keadaan baru

    2 Biaya tenaga kerja meningkat jika

    terjadi overtime yang dibutuhkan

    Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

    lebih sedikit

    3 Terdapat pengeluaran biaya ketika

    perbaikan dan penggantian alat

    4 Penggunaan tenaga kerja yang tidak

    efisien

    5 Memerlukan inventarisasi komponen

    peralatan perbaikan dalam jumlah besar

    Metode Time Base Maintenance (TBM)

    1 Pemeliharaan mencakup pelaksanaan

    pemeliharaan yang tidak diperlukan

    Bersifat anticipative maintenance,

    sehingga bagian pemeliharaan dapat

    membuat peramalan (forecasting) dan

    penjadwalan pemeliharaan yang lebih

    baik

    2 Menggunakan banyak waktu dan dan

    sumber daya manusia

    Mengurangi pekerjaan yang bersifat

    darurat atau emergency

    3

    Menghilangkan sisa umur komponen

    mesin ketika komponen tersebut harus

    diganti sebelum rusak total

    Mencegah terjadinya kerusakan

    peralatan secara tiba-tiba atau life cycle

    komponen meningkat

    4

    Penggunaan biaya pemeliharaan tidak

    tepat sasaran dikarenakan kegiatan

    pemeliharan rutin dilakukan berdasarkan

    waktu yang ditentukan tanpa melihat

    kondisi peralatan

    Biaya pemeliharaan lebih rendah

    dibandingkan corrective maintenance

    Metode Condition Base Maintenance (CBM)

    1

    Membutuhkan analisa yang tepat untuk

    mengetahui kondisi peralatan yang perlu

    dipelihara

    Umur atau availibilitas operasi

    komponen meningkat dan proses

    downtime menurun

    2 Membutuhkan tenaga kerja dan

    peralatan khusus untuk analisa CBM Objek yang akan dipelihara lebih tepat

    3

    Biaya investasi alat diagnosa dan biaya

    investasi pelatihan tenaga kerja

    bertambah

    Alokasi biaya yang akan digunakan

    untuk program pemeliharaan akan

    lebih tepat sasaran (lebih hemat dari

    metode corrective dan TBM)

    4 Sumber daya manusia yang ada dapat

    lebih dioptimalkan

  • 4.4.4 Langkah-langakh untuk Menerapkan Metode Perbaikan

    Dalam merealisasikan perbaikan metode baru agar lebih efektif dan efisien, pihak PT

    PLN melakukan beberapa langkah-langkah yang diperkirakan tepat untuk dilakukan.

    Langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut:

    1. Sosialisasi

    Sosisalisasi yang dimaksudkan adalah sosialisasi ke seluruh pegawai pemeliharaan

    tentang metode perbaikan yang digunakan oleh perusahaan. Sosialisasi ini penting

    dilakukan agar bagian pemeliharaan mengetahui tentang pentingnya menjaga

    kondisi peralatan.

    2. Pelatihan (Training)

    Selain melakukan sosialisasi, PT PLN AP2B Balikpapan juga mengadakan

    pelatihan kepada pegawai bagian pemeliharaan mengenai analisa kondisi peralatan.

    Pelatihan ini diadakan guna menciptakan tenaga kerja yang lebih terampil dalam

    olah analisis kondisi peralatan. Dalam pelatihan ini, pegawai dilatih untuk

    menggunakan software CBM dimana data analisis kondisi peralatan akan lebih

    akurat hasilnya.

    3. Penambahan Peralatan Pengujian

    Analisis pemeliharaan dengan menggunakan metode time base dan corrective

    maintenance sebagian besar dilakukan secara manual oleh bagian pemeliharaan.

    Demi mencapai tujuan agar pemeliharaan peralatan lebih efektif dan efisien maka

    diperlukan penambahan peralatan pengujian untuk pemeliharaan yang mendukung

    penerapan metode perbaikan yaitu condition base maintenance (CBM).

    .

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai

    berikut:

    1. PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan merupakan perusahaan jasa penyedia

    tenaga listrik yang memegang peranan penting dalam pengelolaan sistem

    ketanagalistrikan di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan dan Samarinda.

    Pengelolaan ini mencakup pengaturan dan pemeliharaan peralatan instalasi

    tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi. Sebagai perusahaan

    ketenagalistrikan yang bertugas sebagai penyalur dan pengatur beban sistem Kaltim

    ini selalu berupaya untuk melakukan perbaikan berkesinambungan untuk

    meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja serta mencapai kepuasan pelanggan.

    Pada perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan terdapat beberapa

    kegiatan yang dilakukan, baik di dalam ruangan maupun di luar lapangan yang

    bertujuan untuk mengenalkan dan melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang

    sering dilakukan di Gardu Induk (GI), jenis-jenis peralatan pemeliharan listrik, dan

    prosedur pemeliharan peralatan listrik yang baik pada peralatan listrik seperti

    pemeliharaan pada trafo.

    2. Prosedur-prosdur pemeliharaan yang dilakukan pada transformator daya ada lima

    jenis yaitu in service inspection, in service measurement, shutdown testing

    (measurement), shutdown function check, dan treatment. Pemeliharaan in service

    measurement meliputi thermovisi (thermal image), Dissolved Gas Analysis (DGA),

    pengujian kualitas minyak isolasi, pengujian furan, pengujian corrosive sulfur,

    partial discharge, dan vibrasi dan noise. Pemeliharaan shutdown testing meliputi

    pengukuran tahanan isolasi, tangen delta, SFRA, ratio test, tahanan dc, HV test,

    pengujian OLTC, rele bucholz, rele jansen, sudden pressure, kalibrasi indikator

    suhu, motor kipas pendingin, tahanan NGR, dan fire protection. Pemeliharaan

  • shutdown function check meliputi inspeksi rele bucholz, rele jansen, sudden

    pressure, rele thermal dan oil level. Sedangkan jenis pemeliharaan selanjutnya

    adalah dengan melakukan treatment yang meliputi purification (filter), reklamasi,

    ganti minyak, cleaning, tightening, replacing parts, dan greasing.

    3. Pada saat ini PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan menggunakan metode Time

    Base Maintanance (TBM) dan corrective maintenance dengan persentase yang

    masih sangat tinggi pada TBM sebesar 80% dan 20% untuk metode corrective

    maintenance. Penerapan kedua metode tersebut menimbulkan permasalahan yang

    membuat kegiatan pemeliharaan peralatan listrik kurang optimal, sehingga PT PLN

    AP2B Sistem Kaltim Balikpapan mulai menerapkan metode Condition Base

    Maintenance (CBM) yang dirasa lebih efektif dan efisien. Metode ini memberikan

    manfaat seperti alokasi biaya yang digunakan untuk program pemeliharaan akan

    lebih tepat sasaran, objek yang akan dipelihara lebih tepat, dan SDM yang ada

    dapat dioptimalkan. PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan menargetkan untuk

    menerapkan metode pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM,

    60% untuk CBM dan 10% untuk Corrective Maintenance. Dengan demikian

    diterapkannya CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective maintanance,

    namun hanya persentasenya yang dikurangi.

    5.2 Saran

    Saran yang dapat diberikan pada praktek kerja lapangan ini yaitu pengalaman dan ilmu

    yang sudah diperoleh mahasiswa dari PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ini

    dapat menjadi pembelajaran yang bermanfaat bagi mahasiswa/i, dosen, serta siapa saja

    yang ingin mempelajari tentang kelistrikan khususnya pada pemeliharaan transformasi

    daya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. ______. 2013. Sosialisasi Implementasi CBM. Balikpapan: PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

    2. ______. Buku Petunjuk Transformator Tenaga. Balikpapan: PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan

    3. Simbolon, AJ. 2012. Pemeliharaan. (repository.usu.ac.id/bitstream//4/chapter% 20II.pdf), diakses pada 20 Agustus 2014, pukul 19.53 WITA)

    4. Yumaida. 2011. Analisis Risiko Kegagalan Pemeliharaan pada Pabrik Pengolahan Pupuk NPK Granular. Depok: UI (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20281099-

    S658-Analisis%20risiko.pdf), diakses pada 20 Agustus 2014, pukul 20.12 WITA)

    5. Kumayasari, Maghdalena Feby, dkk. 2010. Penerapan Condition Based Maintenance Untuk Menentukan Waktu Perawatan Sistem Pengendalian

    Temperatur Pada Thermal Oxidizer Di Conocophillips Indonesia. Surabaya: ITS

    (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12716-Paper.pdf), diakses pada

    20 Agustus 2014, pukul 21.35 WITA)