Laporan Pkl

77
Laporan Praktik Kerja Lapangan BAB I PENDAHULUAN A. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN / INSTANSI TEMPAT PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PT. CARE INDONUSA adalah suatu perusahaan berbadan hukum yang bergerak dalam industri jasa konstruksi. Saat ini PT. CARE INDONUSA sedang menangani proyek pembangunan gedung Poliklinik, gedung Aula, gedung Laboratorium, masjid dan garasi dalam kontrak Pembangunan Gedung Poliklinik Kesehatan Medan dengan nilai kontrak ± Rp 9.000.000.000,00. Proyek ini beralamatkan Jl. Jamin Ginting KM 14 Desa Lou Cih Kecamatan Medan Tuntungan. Pembangunan – Pembangunan Gedung tersebut merupakan tahapan pembangunan 1 paket dengan pembangunan/sumber daya materinya berasal dari APBD 2007. Proyek tersebut dilaksanakan melalui proses tender dan pelelangan yang dimenangkan oleh kontraktor Pelaksana PT. CARE INDONUSA. Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan yang dalam hal ini sebagai wakil dari owner diatas namakan Bpk. Koesman Wisoehoediono, Msc diperlukan peran serta dari sebuah konsultan pengawas sebagai wakil owner di lapssangan yang akan mengawasi setiap item pekerjaan – pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor pelaksana. Konsultan yang ditunjuk dalam proyek pekerjaan pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan adalah konsultan pengawas Jurusan Teknik Sipil POLITEKNIK NEGERI MEDAN 1

description

laporan pkl tentang plumbing

Transcript of Laporan Pkl

Laporan Praktik Kerja Lapangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN / INSTANSI TEMPAT PELAKSANAAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PT. CARE INDONUSA adalah suatu perusahaan berbadan hukum yang bergerak

dalam industri jasa konstruksi. Saat ini PT. CARE INDONUSA sedang menangani

proyek pembangunan gedung Poliklinik, gedung Aula, gedung Laboratorium, masjid dan

garasi dalam kontrak Pembangunan Gedung Poliklinik Kesehatan Medan dengan nilai

kontrak ± Rp 9.000.000.000,00. Proyek ini beralamatkan Jl. Jamin Ginting KM 14 Desa

Lou Cih Kecamatan Medan Tuntungan.

Pembangunan – Pembangunan Gedung tersebut merupakan tahapan pembangunan

1 paket dengan pembangunan/sumber daya materinya berasal dari APBD 2007. Proyek

tersebut dilaksanakan melalui proses tender dan pelelangan yang dimenangkan oleh

kontraktor Pelaksana PT. CARE INDONUSA. Dalam pelaksanaan pekerjaan

pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan yang dalam hal ini sebagai wakil dari

owner diatas namakan Bpk. Koesman Wisoehoediono, Msc diperlukan peran serta dari

sebuah konsultan pengawas sebagai wakil owner di lapssangan yang akan mengawasi

setiap item pekerjaan – pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor pelaksana. Konsultan

yang ditunjuk dalam proyek pekerjaan pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan

adalah konsultan pengawas CV. PARAMITHA PERKASA dengan site manager Bpk. Ir.

Daulat Tampubolon.

STRUKTUR ORGANISASI PROYEK

a. Struktur Organisasi Proyek

Dalam hal ini beberapa pihak ada yang terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek

pembangunan gedung politeknik kesehatan medan. Hubungan antar pihak pihak itu dapat

digambarkan dalam skema dibawah ini :

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

1

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Gambar. Struktur Organisasi Proyek

Hubungan antar pihak pihak diatas dapat diartikan sebagai berikut :

1. Hubungan Struktual

Hubungan ini adalah hubungan garis perintah dimana satu pihak berhak memberikan

perintah dan pihak lain berhak melaksanakannya selama perintah itu sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

2. Hubungan Kontraktual

Hubungan ini adalah hubungan kontrak dimana pihak pihak diatas telah membuat

perjanjian sesuatu hal dan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum didalam

masing-masing kontrak. Dalam hal ini masing-masing pihak harus menjalankan

tugasnya sesuai isi perjanjian dan akan mendapat haknya sesuai yang dijanjikan dalam

kontrak.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

2

OWNERPOLITEKNIKKESEHATAN

MEDAN

POLITEKNIK KESEHATAN

MEDAN

POLITEKNIK KESEHATAN

MEDAN

KONSULTAN PERENCANA

PT. PENDU PERKASA

KONSULTAN PERENCANA

PT. PENDU PERKASAPT. PANDU PERKASA

KONSULTAN PENGAWAS

CV. PARAMITHAPERKASA

KONSULTAN PENGAWAS

CV. PARAMITHAPERKASA

CV. PARAMITHA PERKASA

KONTRAKTORPT. CARE

INDONUSA

KONTRAKTORPT. CARE

INDONUSAPT. CARE

INDONUSA

= GARIS HUBUNGAN KONTRAKTUAL

= GARIS HUBUNGAN KOORDINASI

= GARIS HUBUNGAN STRUKTUAL

Laporan Praktik Kerja Lapangan

3. Hubungan Koordinasi

Hubungan ini adalah hubungan kerja sama antara pihak-pihak yang memiliki

hubungan kerja, dalam hal ini hubungan koordinasi itu terjadi antara pihak konsultan

perencana dengan pihak konsultan pengawas. Mereka dapat melakukan kerjasama

dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mungkin terjadi dilapangan.

b. Struktur Organisasi Lapangan

Di lapangan sendiri sangat diperlukan pengorganisasian demi terselenggaranya

pekerjaan pekerjaan yang diinginkan. Adapun struktur organisasi pada proyek

pembangunan gedung Pendidikan Politeknik Kesehatan Medan akan digambarkan dalam

sketsa dibawah ini :

Gambar. Struktur Orgnisasi Kontraktor PT. CARE INDONUSA

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

3

DIREKTURDIREKTUR

FERRY N. MARPAUNG. SE

SITE MANAGERSITE MANAGER

SAMIRAN. S.STSAMIRAN. S.ST

KOOR. PELAKSANAKOOR. PELAKSANA

MARKUS. SMARKUS. S

SITE ENGINEERSITE ENGINEER

BAMBANG W. STBAMBANG W. ST

LOGISTIKLOGISTIK

SUKURSUKUR

ASS. KEAMANAN IASS. KEAMANAN I

SYAMSULSYAMSUL

ESTIMATORESTIMATOR

BLANKBLANK

KEPALA KEAMANANKEPALA KEAMANAN

T. SIRAITT. SIRAIT

PELAKSANA I / GEDUNG AULA + MUSALLA

PELAKSANA I / GEDUNG AULA + MUSALLA

IVAN RIZALDYIVAN RIZALDY

PELAKSANA II / GEDUNG LAB + GARASI

PELAKSANA II / GEDUNG LAB + GARASI

SIMONSIMON

PELAKSANA III / GEDUNG POLIKLINIK

PELAKSANA III / GEDUNG POLIKLINIK

RONALDRONALD

ASS. KEAMANAN IIASS. KEAMANAN II

R. NAINGGOLAN, SHR. NAINGGOLAN, SH

SEKURITI ISEKURITI I

MADA MARPAUNG.

SE

MADA MARPAUNG.

SE

SEKURIT IISEKURIT II

ATENG MARPAUNG.

SE

ATENG MARPAUNG.

SE

SEKURITI IIISEKURITI III

PARLINPARLIN

SEKURITI IVSEKURITI IV

YAKUBYAKUB

Laporan Praktik Kerja Lapangan

B. TUJUAN MELAKSANAKAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

1. Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah :

a. Untuk mengadakan pengamatan, mengumpulkan data dan informasi mengenai

pelaksanaan suatu proyak dilapangan.

b. Untuk memperluas wawasan dan pola pikir mahasiswa, dimana diharapkan

dengan melihat, mengamati bahkan membantu pelaksanaan dilapangan

sehingga mahasiswa tersebut akan cakap bertindak setelah bekerja nanti.

c. Untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil, kreatif, bertanggung jawab,

dan penuh disiplin sesuai dengan tujuan pendidikan politeknik.

d. Untuk memahami kesulitan – kesulitan dan hambatan yang terjadi di lapangan,

sekaligus turut memikirkan cara yang terbaik untuk pencegahan dan

pemecahannya.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah :

a. Untuk melihat dan mengamati pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan

membandingkan dengan teori – teori yang didapat diperkuliahan.

C. MANFAAT MELAKSANAKAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini bermanfaat bagi :

a. Mahasiswa yang akan membahas hal yang sama.

b. Pihak pelaksana yang akan melaksanakan proyek yang sama.

c. Penulis sendiri untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal bila

nantinya terjun ke lapangan, sehingga mampu melaksanakan kegiatan yang sama

dengan baik.

Langkah-langkah pengamatan, hasil-hasil perhitungan, teknis pelaksanaannya,

penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan, keunggulan-keungulannya, dan data

lain yang disajikan dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat berfungsi sebagai

bahan masukan dan bahan bandingan kelak bila akan melakukan kegiatan yang sama.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

4

Laporan Praktik Kerja Lapangan

D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Mengingat luasnya ruang lingkup dan permasalahan mengenai pelaksanaan

pembangunan suatu gedung khususnya Gedung Aula di Politeknik Kesehatan Medan,

dan keterbatasan waktu untuk menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini

maka penulis membatasi masalah hanya pada :

1. Teknis pelaksanaan pembangunan suatu gedung;

2. Teknik penghitungan kebutuhan bahan;

3. Teknik penghitungan kubikasi atau volume suatu item pekerjaan.

E. JADWAL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Sesuai dengan ketentuan dari Politeknik, setiap mahasiswa semester 5

diharuskan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan yang dimulai pada tanggal 29

Oktober 2007 dan telah berakhir pada tanggal 24 November 2007. Selama

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, mahasiswa diharuskan sudah berada di lokasi

pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan pada pukul 08.00 wib dan diizinkan pulang pada

pukul 16.00 wib, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat perusahaan tempat

pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dalam hal ini oleh PT. CARE INDONUSA yang

menangani proyek pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

5

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

6

Laporan Praktik Kerja Lapangan

BAB II

PELAKSANAAN PKL

A. TINJAUAN TEORI

1. BEKESTING

Dalam pelaksanaan bangunan terutama sejak 10-20 tahun terakhir ini, beton

semakin banyak dipakai sebagai konstruksi bangunan. Beton membutuhkan suatu

bekesting (acuan) baik untuk mendapatkan bentuk yang dirancang maupun untuk

pengerasannya.

Acuan dan perancah merupakan konstruksi sementara yang akan dibongkar

kembali setelah beton mencapai batas umur yang ditentukan, walaupun demikian

konstruksi ini memegang peranan penting dalam konstruksi beton . Untuk itu acuan

(cetakan) harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu direncanakan sedemikian rupa,

supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan yang timbul ketika beton

dituang.

Berdasarkan tradisi nasional dana ahli-ahli bangunan timbullah beberapa garis-

garis besar pedoman pembekestingan yang timbul ditiap-tiap daerah. Pedoman ini sering

secara lisan yang hanya berdasarkan pengalaman yang sudah ada, Karena pada setiap

daerah pedoman ini dapat berbeda.

a. Rencana Bekesting

Supaya dapat membuat rencana bekesting awal pertama , perencanaan dari

struktur beton harus dipelajari lebih dahulu jangkauan untuk pekerjaan bangunan juga

sangat penting. Selanjutnya harus ada bayangan dari bahan-bahan, papan lantai, balok,

kayu bulat, stempel baja, dan sebagainya yang ada persediaan. Tujuan utama adalah untuk

merencanakan metode pekerjan sedemikian rupa sehingga memenuhi :

- Bekesting struktur dapat dipertanggungjawabkan terhadap kekuatan lendutan dan

kestabilan.

- Detail yang mudah, meningkatkan kemungkinan pelaksanaan.

- Keamanaan kerja.

- Ekonomis, Keperluan bekesting yang minimal, waktu pembangunan optimal, jumlah

tenaga yang dibutuhkan, pemakaian bahan, dan alat pengangkutan yang minimal.

- Direalisasikan dalam waktu yang minimal

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

7

Laporan Praktik Kerja Lapangan

1. Butir pemikiran perencanan bekesting

Pada perencanaan bekesting dikemukakan data serta pemeriksaan antara lain :

- Suku cadangan yang perlu dan bahan persediaan.

- Keperluan karyawan

- Penempatan yang teratur

- Waktu mulai dan akhir pekerjaan, disarankan memakai time schedule

Ukuran pelaksanaan :

- Ukuran pelakasnaan seluruh konstruksi

- Ukuran toleransi yang bolehkan

- Tempat penjangkaran

- Cukup perhitungan tempat pengaturan

Struktur penyanggaan :

- Stempel dipasang sedemikian rupa supaya lendutan tidak terjadi

- Stempel pada jarak yang cocok dan vertikal

- Detail sambungan menurut gambar

- Bila mungkin strutur strutur tumpuan diatur kembali

Pelat bekesting :

- Pelat bekesting dibasahi air atau dilumasi sebelum beton dicor.

- Sambungan cukup ditutup (peluapan mortal)

- Bila perlu dipasang bilahan kayu pengisi

Keamanaan :

- Bekesting terjangkau (tangga, jembatan,dl)

- Kestabilan bekesting

- Apakah celah lantai sudah ditutup

- Lokasi pembangunan dibereskan

- Dinding elemen dipasang cukup kuat, menghindari runtuhan pada saat beban angin

besar

2. Pemeriksaan bekesting sebelum & sesudah beton dicor

Sebelum beton dicor, bekesting harus diperiksa, gunanya adalah apabila ada

kesalahan masih dapat diperbaiki. Sedangkan keamanaan sedang mencor terjamin, setelah

itu boleh disetujui untuk dicor. Selama pengecoran harus diperiksa oleh yang bertanggung

jawab (ahli), guna menghindari adanya kerusakan selama pengecoran, tentu akan memakan

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

8

Laporan Praktik Kerja Lapangan

biaya yang cukup besar. Perecanaan bekesting dengan baik akan mampu menerima gaya-

gaya yang terjadi pada pengecoran dan pemadatan serta kecepatan tuang yang dikontrol.

Pemadatan dengan jarum penggetar jangan terlalu dalam dan jangan berulang-

ulang karena bisa memberikan tekanan tambahan pada bekesting, ini akan berakibat buruk

terhadap bekesting.

Hal- hal yang perlu diperhatikan pada saat pengecoran adalah sebagai berikut :

- Perubahan bentuk bekesting yang tidak diduga

- Sambungan berubah atau lepas, yang dapat membahayakan

- Tinggi jatuh beton, pemeriksaan kecepatan penuangan, penurunan mortal dan cara

pemadaan yang benar

- Peluapan air semen

Dalam hal ini bekesting perlu diperikasa setelah selesai pengecoran, guna mencek adanya

penurunan stempel, perubahan bentuk yang besar, dsb.

3. Pembongkaran

Setelah dikoreksi, rencana lengkap “bestek” atau peraturan dapat ditentukan

persyaratan waktu yang berkaitan dengan pembongkaran, karena adanya kerusakan beton

yang masih baru setelah dibongkar atau akibat dari kekuatan yang belum tercapai

(pembentukan pecah atau lendutan). Ketika pembongkaran, beban-beban (struktur beton

sendiri) harus serata mungkin agar tidak menimbulkan kejutan pada bagian struktur beton.

4. Perawatan dan penyimpanan

Bekesting yang telah dibongkar akan disusun dan dipilih kemungkinan

penggunaan berulang. Pemakaian berulang dapat dipertimbangkan berdasarkan apakah

pembersihannya masih menguntungkan dipandang dari segi ekonomi.

b. Persyaratan Acuan (Cetakan)

Berdasarkan Peraturan Beton Indonesia 1971, dijelaskan lebih lanjut tentang

persyaratan yang harus dipenuhi oleh konstruksi sebagai acuan (cetakan) adalah sebagai

berikut :

1. Acuan (cetakan) harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran

dan batas-batas yang seuai dengan gambar rencana dan uraian pekerjaan.

2. Acuan (cetakan) harus kokoh dan kaku serta cukup rapat sehingga dapat dicegah

kebocoran adukan.

3. Cetakan harus diberi ikatan secukupnya, sehingga dapat terjamin kedudukan dan

bentuknya yang tetap.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

9

Laporan Praktik Kerja Lapangan

4. Acuan (cetakan) harus terbuat dari bahan baik dan tidak mudah meresap air dan

direncanakan sedemikian sehingga mudah lepas dari beton tanpa menyebabkan

kerusakan pada beton. Pada beton kelas III harus ada jaminan bahwa air beton benar-

benar tidak teresap oleh acuan (cetakan).

5. Pada acuan (cetakan) kolom, dinding dan balok tinggi harus disediakan perlengkapan

untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan-potongan kawat

pengikat dan lainnya.

6. Apabila harus memikul beban-beban yang besar atau mengatasi bentang yang besar

memerlukan bentuk yang khusus, maka acuan (cetakan) harus dibuat perhitungan dan

gambar kerja khusus. Dalam perencanaan acuan (cetakan) harus ditinjau hal sebagai

berikut:

a. Kecepatan dan cara pengecoran

b. Beban-beban pelaksanaan, termasuk beban vertikal, horizontal dan kejutan-kejutan.

c. Syarat-syarat bentuk khusus yang diperlukan pada pelaksanaan konstruksi selaput,

plat-plat lipatan, ornamen-ornamen dan unsur-unsur sejenis. Disamping kekuatan

dari acuan (cetakan), juga stabilitas perlu dipehitungkan dengan baik.

7. Tiang-tiang acuan dari kayu harus dipasang diatas papan kayu yang kokoh dan harus

distel dengan baji. Tiap-tiap tiang tidak boleh mempunyai lebih dari satu sambungan

yang disokong di samping. Bambu tidak boleh dipakai sebagai tiang acuan kecuali

apabila diizinkan oleh pengawas.

c. Bahan-Bahan Bekesting

1. Kayu

Kayu adalah merupakan hasil alam terdiri dari sel-sel yang ukuran serta bentuknya

bermacam-macam. Sel-sel ini dibentuk pada masa pertumbuhan pohon. Ukuran dari sel-sel

kayu yang terbesar, letaknya sejajar dengan arah batang pohon kayu tersebut.

Pada saat kayu akan dikerjakan, struktur serat-seratnya perlu diperhatikan. Kayu

yang bentuknya hampir lurus dimana arah jaringan serat-seratnya hampir sejajar dengan

sumbu batang kyu. Pekerjaanya akan lebih mudah (misalnya mengetam) dari pada kayu

yang seratnya tidak teratur.

Pada saat pembuatan bekesting harus diperhatikan perilaku kayu, apabila kayu

yang sudah dikeringkan akan dipakai untuk bekesting, maka jarak dari papan tersebut

harus diatur jangan terlalu sempit (sedikit renggang, karena pada saat pertama beton dico

(pertama kali hujan), kayu akan sedikit mengembang.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

10

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Perilaku kekuatan kayu juga dipengaruhi oleh kelembaban kayu, karena semakin

lembab udaranya serat-serat kayu akan lebih lunak (serat-serat kayu menyerap air). Hal ini

mengakibatkan mutu (kekuatan) kayu berkurang. Kayu adalah suatu material yang tidak

homogen, karena perilaku dan kekuatan yang tegak lurus terhadap arah serat-seratnya jauh

lebih besar dari kekuatan yang sejajar dengan arah serat kayu.

2. Baja

Dari pembahasan bekesting kayu, ternyata kerugiannya terutama diakibatkan

keawetannya yang rendah dan masalah dengan ukuran pelaksanaan akibat perilaku

“kelembabannya”. Disamping bekesting dari kayu banyak memerlukan tenaga kerja.

Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang keuntungan baja terhadap kayu sebagai

bekesting adalah :

Ukuran yang tepat

Kekuatan dan kekakuan yang lebih besar (bentang yang panjang memungkinkan)

Cepat dan mudah pemasangannya

Awet bila baik pemeliharaanya

Lebih aman

Sedangkan, beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut :

Harga pembelian yang lebih tinggi

Berat sendiri yang lebih besar (diperlukan keran untuik pemasangan)

Kemungkinan berkarat

Pabrikasi harus ditempat kerja, khusus dan membutuhkan tenaga yang berkualitas

Biaya pengangkutan yang murah.

Akibat dari biaya bahan yang tinggi, bekesting baja dapat dipertanggungjawabkan bila

akan dipakai berualang-ulang (50-100 kali).

Sistem Bekesting Baja

Perlengkapan bekesting baja yang berada ditempat pekerjaan khusus, lebih banyak

dibutuhkan perhatian terhadap :

Sambungan bersendi diantara bagian-bagian yang berbeda

Pengaturan ketinggian yang mudah

Mudah dibongkar, dan kemungkinan pembongkaran yang cepat

Sistem bekesting dari baja digunakan pabrikasi elemen beton (produksi berantai)

ditempat pekerjaan khusus dibuat itu. Pada pekerjaan bangunan yang sama bekesting dapat

dipakai untuk berulang kali (misal untuk suatu komplek perumahan ).

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

11

Laporan Praktik Kerja Lapangan

d. Bahan-bahan Bangunan Untuk Mempermudah Pembongkaran Bekesting

1. Dengan Air

Pengunaan air adalah untuk memulas permuakaan acuan (cetakan) sebelum beton

dituangkan, biasanya untuk pekerjaan beton yang akan diplester. Penggunaan air sangat

penting untuk pekerjaan kecil, misalnya acuan balok, sloop, dll. Penggunaan air

dilakukan dengan cara menyiramkan pada seluruh permuakaan acuan (cetakan).

2. Dengan Release Agent

Yang dimaksud dengan release agent diantaranya oli bekas / minyak pelumas dan

meni.

Kelemahan oli adalah setelah beton dibongkar masih terdapat sisanya menempel

dipermukaan beton, jadi agak sulit dalam pemlesterannya. Oleh sebab itu pemakaian

oli jarang sekali kecuali pada konstruksi khusus.

3. Dengan Kapur

Pemakaian kapur sama dengan pemakaian air dan meni pada acuan (cetakan) beton,

pemakaiannya tidak bisa pada semua tempat, misalnya pada acuan (cetakan) lantai idak

bisa digunakan, karena kalau terinjak kapur akan hilang. Oleh sebab itu, pemakaian

kapur hanya pada daerah (permukaan) yang sempit, misalnya pembuatan tiang

pancang. Hal ini untuk menjaga agar acuan (cetakan) waktu dibongkar akan didapatkan

jarak antara yang satu dengan yang lainnya sejarak tiang pancang tersebut.

2. TULANGAN

1. Macam / Tipe Baja Tulangan

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

12

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Ada 2 jenis baja tulangan, yaitu tulangan polos (plain bar) dan tulangan ulir

(deformed bar), yaitu :

a. Tulangan ulir

Berdasarkan SNI ( dalam Wahyudi, 1999 :33), digunakan simbol D untuk

menyatakan diameter tulangan ulir. Sebagai contoh, D-10 dan D-19 menunjukkan tulangan

ulir berdiameter 10 mm dan 19 mm.

Tulangan ini tersedia mulai dari diameter 10 hingga 32 mm, meskipun ada juga yang lebih

besar, tetapi umumnya diperoleh melalui pesanan khusus.

Bedasarkan ketentuan SNI T-15-1991-03 pasal 3.5 (dalam Wahudi, 1999 : 33) baja

tulangan ulir labih diutamakan pemakaiannya untuk batang tulangan. Salah satu tujuan dari

ketentuan ini adalah agar struktur beton bertulang tersebut memiliki keandalan terhadap

efek gempa, Karena antara lain terdapat lekatan yang lebih baik antara beton dengan

tulangannya.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan ulir menurut L. Wahyudi

(1999:3) antara lain :

Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SII-0136-86 atau ekivalen JLS. G. 3112

Baja tulangan ulir mempunyai kuat leleh lebih besar dari 400 KN/cm2 boleh dipakai

asalkan fy adalah tegangan yang memberikan regangan 0,30 %.

Baja tulangan beton yang dianyam harus memilih ASTM AIG4 “Spesification For

Fabricated Deform Steel Bar Mats For Concrete Reinforcement”.

Tabel. 1 Dimensi Nominal Tulangan Ulir

Diameter(mm)

Berat (kg/m)

Keliling(cm)

Luas Penampang(cm2)

10 0,67 3,14 0,78513 1,04 4,08 1,3316 1,58 5,02 2,0119 2,23 5,96 2,8422 2,98 6,91 3,8025 3,85 7,85 4,9132 6,31 10,05 8,0436 7,99 11,30 10,2040 9,87 12,56 12,60

b. Tulangan polos (Plain)

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

13

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa macam diameter tetapi karena ketentuan

SNI (dalam Wahyuidi, 1999 : 32), hanya memperkenankan pemakaiannya untuk sengkang

dan tulang spiral, pemakiannya terbatas. Saat ini tulangan polos yang mudah dijumpai

adalah hingga diameter 16mm, dengan panjang standar 12 meter.

Table 2 Dimensi Efektif Tulangan Polos

Diameter(mm)

Berat(kg/m)

Keliling(cm)

Luas penmpang(cm2)

6 0,222 1,88 0,2838 0,395 2,51 0,50310 0,617 3,14 0,78512 0,888 3,77 1,1316 1,58 5,02 2,01

Untuk melindungi tulangan terhadap bahaya kebakaran dan korosi disebelah luar tulangan

harus diberi tebal minimum beton. Tebal selimut beton bervariasi tergantung pada tipe

konstruksi dan kondisi lingkungan. Berdasarkan pasal 3.16.7 SNI, tebal selimut beton

bertulang yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca atau tanah adalah tidak boleh

lebih kecil dari 20 mm untuk pelat, dinding, dan pelat berusuk yang menggunkan diameter

tulangan lebih kecil dari D-36, sert 40 mm untuk balik dan kolom. Jika beton tersebut

berhubungan langsung dengan tanah, tebal selimut minimum adalah 40-50 mm,

tergantung dari diameter tulangannya, tetapi jika beton tersebut dicor langsung ditanah

tanpa adanya lapisan dasar atau lantai kerja, tebal selimut beton minimum 70 mm.

(L.Wahyudi, 1999:32)

Gambar 10. Jenis-jenis Baja Tulangan

2. Pengaitan Dan Pembengkokan

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

14

Laporan Praktik Kerja Lapangan

a. Pengaitan pada batang-batang

Kait-kait pada batang tulangan dapat berupa kait penuh, miring, atau lurus. Garis

tengah krakteristik Øk adalah sebuah garis tengah dari suatu batang yang dimisalkan

berpenampang bulat dan panjang, Volume, dan beratnya sama seperti batang baja

sebenarnya yang berpenampang deform. Untuk baja polos kaitan harus dibengkokkan agar

garis tengah kait paling sedikit 2,5 Øk. Garis tengah kait dari batang deform minimal harus

4 Øk, dan untuk kait lurus dan miring 5 Øk, (Pedoman Pengerjaan Beton, 1997 :104).

b. Pengaitan pada sengkang

Sengkang-sengkang pada balok dan kolom harus dilengkapi kait miring atau kait

lurus. Penggunaan sengkang pada kolom harus dipasang berselang-seling.

c. Pembengkokan pada batang-batang

Pembengkokan adalah perubahan arah yang diperlukan batang. Pembengkokan

pada batang-batang tulangan utama harus mempunyai garis tengah dalam paling sedikit 10

Øk, ( Pedoman Pengerjaan Beton , 1997 :105 ).

3.Perilaku Dan Penentunya

Ciri-ciri khas baja tulangan adalah :

Kuat tarik ;

Batas luluh / tarik ;

Regangan pada tulangan maksimal ;

Modulus elastisitas

Sifat-sifat ini dapat ditentukan secara pengujian tarik. Pada uji tarik, Dilakukan

suatu pengujian tarik batang baja beton hingga batang patah.

3. BETON

1. Pengertian- pengertian

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

15

Laporan Praktik Kerja Lapangan

a. Beton

Campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang

membentuk massa padat.

b. Beton bertulang

Beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang

dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan

direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama

dalam menahan gaya yang bekerja

c. Beton normal

Beton yang mempunyai berat satuan 2.200 kg/m3 sampai 2.500 kg/m3 dan

dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah.

d. Beton polos

Beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi kurang dari ketentuan

minimum.

e. Beton pracetak

Elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak

terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan.

f. Beton prategang

Beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk

mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.

g. Beton ringan

Beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan tidak

lebih dari 1.900 kg/m3.

h. Beton ringan-pasir

Beton ringan yang semua agregat halusnya merupakan pasir berat normal.

I. Beton ringan-total

Beton ringan yang agregat halusnya bukan merupakan pasir alami.

2. Persyaratan-persyaratan Perencanaan Struktur

Dalam perencanaan struktur beton bertulang harus dipenuhi syarat-syarat

berikut:

1) Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang

baku.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

16

Laporan Praktik Kerja Lapangan

2) Analisis dengan komputer, harus disertai dengan penjelasan mengenai

prinsip cara kerja program, data masukan serta penjelasan mengenai data keluaran.

3) Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis

teoritis.

4) Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang

mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan

dan kekakuan unsur-unsurnya.

Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti

persyaratan sebagai berikut:

1. Struktur yang dihasilkan harus dapat

dibuktikan cukup aman dengan bantuan perhitungan dan/atau percobaan.

2. Tanggung jawab atas penyimpangan

yang terjadi dipikul oleh perencana dan pelaksana yang bersangkutan.

3. Perhitungan dan/atau percobaan

tersebut diajukan kepada panitia yang ditunjuk oleh pengawas bangunan yang

berwenang, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi wewenang menentukan segala

keterangan dan cara-cara tersebut. Bila perlu, panitia dapat meminta diadakan

percobaan ulang, lanjutan atau tambahan. Laporan panitia yang berisi syarat-syarat

dan ketentuan-ketentuan penggunaan cara tersebut mempunyai kekuatan yang sama

dengan tata cara ini.

3. Kelebihan dan Kekurangan Beton

Dalam keadaan mengeras, beton bagaikan batu karang dengan kekuatan tinggi.

Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam bentuk, sehingga dapat

digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan

dekoratif (hiasan). Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus jika

pengolahan akhir dilakukan dengan cara khusus, umpamanya diekspose agregatnya

(agregat yang mempunyai bentuk yang bertekstur seni tinggi diletakkan dibagian

luar, sehingga nampak jelas pada permukaan betonnya). Selain tahan terhadap

serangan api seperti yang telah disebutkan di atas, beton juga tahan terhadap

serangan korosi.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

17

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah:

1). Kelebihan

a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi

b. Mampu memikul beban yang berat

c. Tahan terhadap temperature yang tinggi

d. Biaya pemeliharaan yang kecil.

2). Kekurangan

a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah

b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi

c. Berat

d. Daya pantul suara yang besar.

Sebagian besar bahan pembuat beton adalah bahan lokal (kecuali semen

Portland atau bahan tambah kimia), sehingga sangat menguntungkan secara

ekonomi.

4. Aktivitas Pengerjaan Beton

Pengerjaan beton tidak hanya terdiri dari satu titik kegiatan, tetapi terdiri dari

beberapa kegiatan yang saling berhubungan. Setiap aktivitas kegiatan tersebut

harus dikontrol agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

Ternyata dituntut kerjasama yang baik antara pengelola proyek, pemilik dan

konsultan perencana serta antara konsultan perencana, penasihat dan pelaksana.

Disamping harus dapat menerjemahkan keinginan pemilik, pelaksana dan

pengelola proyek harus memahami ketentuan- ketentuan dari instansi pemerintah

karena perencanaan beton harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh

pemerintah.

Berdasarkan bagan di atas, aktivitas utama pengerjaan beton terletak adalah

perencanaan yang dilakukan oleh konsultan perencana dan pengendalian mutu pada

saat pelaksanaan yang dilakukan oleh kontraktor dibawah pengawasan konsultan

perencanaan dan supervise. Pengerjaan beton dimulai jika telah ada penunjukan

atau perintah kerja dari pemilik.

Kegiatan perencanaan beton dimulai dari quarry atau tempat penambangan

sumber alam. Perencana harus mengambil contoh-contoh material yang akan

digunakan, sesuai dengan ketentuan standar baku yang telah ditetapkan. Contoh uji

ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk dicek dan diuji. Setelah nilai masing-

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

18

Laporan Praktik Kerja Lapangan

masing bahan tersebut diperoleh, perencanaan beton (mix design) harus dilakukan

dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Setelah perencanaan beton selesai, perlu dilakukan pegujian lanjutan melalui

pengujian campuran beton di laboratorium, meliputi pengujian beton segar dan

pengujian beton keras, bertujuan untuk mengetahui workability atau kemudahan

dalam pengerjaannya. Kemudahan tersebut dapat dilihat dari nilai slump beton.

Tujuan pengujian beton segar lainnya adalah untuk melihat apakah terjadi bleeding

dan segregation atau tidak.

Setelah pembuatan campuran di laboratorium selesai dilakukan, proses

salanjutnay adalah membawa hasil komposisi mix design tersebut sebagai Job Mix

Formula (JMF) ke tempat pengolahan beton (molen atau concrete plant). Selama

masa pengolahan beton ini berjalan, proses pengawasan kualitas harus tetap

dilakukan oleh kontraktor, dibawah pengawasan konsultan pengawas. Jika terjadi

perubahan terhadap parameter bahan penysun beton, pengujian laboratorium harus

dilakukan lagi sebagai quality control bahan-bahan komposisi beton. Dari

pengolahan beton, beton dibawa ke tempat pekerjaan beton, yakni tempat

pengecorannya. Selama masa pengangkutan, beton segar tersebut harus tetap dijaga

agar tidak mengalami kehilangan Faktor Air Semen yang dapat menyebabkan

menurunnya kekuatan tekan beton. Hal ini dilakuakan agar beton yang dihasilkan

sesuai dengan yang diinginkan.

Selama masa pelaksanaan pun proses control tidak boelh dihentikan. Pada masa

ini, pelaksanaan pengecoran, pemadatan,perawatan dan penyelesaian harus diawasi.

Setelah beton mengeras dan berumur 28 hari, harus dilakukan uji tekan untuk

mengetahui kekuatannya.

5. Campuran Beton

a. Semen

1. Pengertian

Beton umumnya tersusun dari tiga bahan penyusun utama yaitu semen, agregat

dan air. Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan untuk

mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang bersangkutan.

Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah

berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam

reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

19

Laporan Praktik Kerja Lapangan

mencegah perubahan- perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan

memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.

2. Jenis Semen

Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta

susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok,

yaitu:

1). Semen non-hidrolik dan

2). Semen hidrolik.

1). Semen non-hidrolik

Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan

tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik

adalah kapur.

Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung

kalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum

berhubungan dengan air) dan akan mengandung banyak hidroksida ketika

telah berhubungan dengan air.

Kapur mati dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. dapat dimatikan dengan cepat

2. dapat dimatikan dengan agak lambat

3. dapat dimatikan dengan lambat

Kapur mati didapatkan dengan menambahkan air secukupnya

(sekitar sepertiga dari berat kapur tohor).

Kapur putih ini cocok untuk menjernihkan plesteran langit-langit,

untuk mengapur kamar-kamar yang tidak penting dan garasi, atau untuk

membasmi kutu-kutu dalam kandang. Jika digunakan sebagai bahan tambah

campuran beton, kapur putih akan menambah kekenyalan dan memperbaiki

sifat pengerjaan beton. Dengan menggunakan campuran 1:3, kapur putih

dapat memperbaiki permukaan beton yang tidak mengandung pori-pori.

Kapur putih merupakan komponen utama dari bata yang terbuat dari pasir

dan kapur. Kekuatan kapur bahan sebagai pengikat hanya dapat mencapai

sepertiga kekuatan semen Portland.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

20

Laporan Praktik Kerja Lapangan

2). Semen hidrolik

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan

mengeras didalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur kapur

hidrolik,semen pozollan, semen terak, semen alam, semen Portland, semen

Portland-pozollan, semen Portland terak tanur tinggi, semen alumina, dan

semen expansip. Contoh lainnya adalah semen Portland putih, semen warna,

semen-semen untuk keperluan khusus.

Dalam kesempatan ini penulis hanya menuliskan semen yang sering

digunakan dalam pembangunan struktur, yakni semen Portland.

Semen Portland adalah bahan kontruksi yang paling banyak

digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen

Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan

menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya

mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan

yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.

Semen Portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat

SII.0013-81 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB,1989:

3.2-8).

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan

dalam pembangunan fisik disektor kontruksi sipil. Jika ditambah air, semen

akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan

menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi

campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton kasar

(concrete)

3. Penyimpanan Semen

Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama,

cara penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989: 13). Semen harus

terbebas dari bahan kotoran dari luar. Semen dalam kantong harus disimpan

dalam gudang tertutup, terhindar dari basah dan lembab, dan tidak tercampur

dengan bahan lain. Semen dari jenis yang berbeda harus dikelompokkan

sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan tertukarnya jenis semen yang

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

21

Laporan Praktik Kerja Lapangan

satu dengan yang lainnya. Urutan penyimpanan harus diatur sehingga semen

yang lebih dahulu masuk gudang terpakai lebih dahulu.

Semen curah harus disimpan di dalam silo yang terbuat dari baja atau beton

dan harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya.

Apabila semen telah disimpan terlalu lamu, perlu dibuktikan dulu bahwa semen

tersebut memenuhi syarat sebelum dipakai.

Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimum timbunan

zak semen adalah 2 meter atau sekitar 10 zak. Jarak bebas antara bidang

dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas antara lantai dan

semen sekitar 30 cm.

b. Agregat

Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi.

Berdasarkan pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar 60%-70% dari

berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi

karena komposisinya yang cukup besar, agregat inipun menjadi penting. Karena

itu perlu dipelajari karateristik agregat yang akan menentukan sifat mortar atau

beton yang akan dihasilkan.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat

alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat

dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu,agregat kasar dan agregat halus.

Batasan antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu

yang satu dengan yang lainnya.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran

lebih kecil dari 40 mm. agregat yang ukurannya lebih besar dari 40mm

digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan,

tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong atau bendungan dan sebagainya.

Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil,

spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.

a. Persyaratan

Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:

(1) 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun

(2) 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

22

Laporan Praktik Kerja Lapangan

(3) 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat,

bundel tulangan, atau tendon-tendon prategang atau selongsong-

selongsong.

b. Sifat-Sifat Agregat Dalam Campuran Beton

Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Untuk

menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan seperti yang diinginkan.sifat-

sifat ini harus diketahui dan dipelajari agar kita dapat mengambil tindakan

yang positif dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul

c. Penyimpanan Agregat

Agregat biasanya tidak ditempatkan dalam ruang tertutup tetapi diletakkan

diudara terbuka atau stock field. Ada persyaratan yang harus dipenuhi dalam

penyimpanan agregat ini,antara lain:

1. Pengawasan agregat harus dimulai dari saat kedatangannya sampai

dengan pengambilan kembali.

2. Agreget harus ditimbun di atas bak-bak berlantai jika volumenya

dibawah 10 kubik meter. Jika volumenya besar, sebaiknya dibuatkan

landasan menggunakan land concrete campuran 1:3:5 untuk

menghindari tercampurnya tanah dengan agregat pada saat

pengambilan.

3. Jika agregat yang ditimbun dalam keadaan kering, terutama untuk

agregat yang ditimbun di stock field, sebaiknya agregat disiram dengan

menggunakan sprinkle (slang air)

4. Agregat diuji secara berkala sebelum digunakan, sebagai kontrol

kualitas bahan.

c. Air

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi

semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan

beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran

beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar

garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

23

Laporan Praktik Kerja Lapangan

beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat

beton yang dihasilkan.

Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen

dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran

yang penting, tetapi justru perbandingan jumlah air dengan semen atau yang

biasa disebut sebagai Faktor Air Semen (water cement ratio). Air yang

berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi

selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi

tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton pada

umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan

kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling (PB, 1989: 9).

a. Sumber-Sumber Air

Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau, telaga,

kolam dan lainnya), air laut maupun air limbah, asalkan memenuhi syarat mutu

yang telah ditetapkan. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat

digunakan sebagai campuran beton. Garam-garaman dalam air laut ini akan

mengurangi kualitas beton hingga 20%. Air laut tidak boleh digunakan sebagai

bahan campuran beton pra tegang ataupun beton bertulang karena resiko

terhadap karat lebih besar. Air buangan industi yang mengandung asam alkali

juga tidak boleh digunakan.

Sumber-sumber air yang ada adalah sebagai berikut:

1) Air yang terdapat diudara

2) Air hujan

3) Air tanah

4) Air permukaan

5) Air laut

b. Syarat Umum Air

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh

mengandung minyak. Asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat

merusak beton atau tulangan. Sebaliknya dipakai air tawar yang dapat diminum.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

24

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Air yang digunakan dalam pembuatan beton pra-tekan dan beton yang akan

ditanami logam alminium (termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat)

tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan (ACI

318-89: 2-2).

1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari

bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan

organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau

tulangan.

2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang

di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang

terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam

jumlah yang membahayakan.

3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali

ketentuan berikut terpenuhi:

Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran

beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang

dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus

mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari

kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.

Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa,

terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode

uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus

dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109).

c. Pemilihan Pemakaian Air

Pemilihan air yang digunakan sebagai campuran beton didasarkan pada

campuran beton. Air tersebut harus berasal dari sumber yang sama dan terbukti

dapat menghasilkan beton yang syarat.

Jika air yang ada dari suatu sumber belum terbukti memenuhi syarat,

harus dilakukan uji tekan mortar yang dibuat dengan air tersebut, yang

kemudian dibandingkan dengan campuran mortar yang menggunakan air

suling. Hasil pengujian (pada usia 7 hari dan 28 hari) kubus adukan yang dibuat

dengan air campuran yang tidak dapat diminum paling tidak harus mencapai

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

25

Laporan Praktik Kerja Lapangan

90% dari kekuatan spesimen serupa yang dibuat dengan air yang dapat

diminum.

d. Bahan Tambah

Admixture bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada

saat atau selama pencampuran berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk

mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan

tertentu, atau untuk menghemat biaya.

Admixture atau bahan tambah didefinisikan sebagai material selain air, agregat

dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang

ditambahkan sebelum atau salama pengadukan berlangsung. Bahan tambah

digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk

dapat dengan mudah dikerjakan, penghematan atau untuk tujuan lain seperti

penghematan energi.

Beberapa Alasan Penggunaan Bahan Tambah:

1. Memodifikasi Beton Segar, Mortar dan Grouting

a. Menambah sifat kemudahan pekerjaan tanpa menambah kandungan air

atau mengurangi kandungan air dengan sifat pengerjaan yang sama

b. Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal dari campuran

beton

c. Menghambat atau mencegah penurunan atau perubahan volume beton

d. Mengurangi segregasi

e. Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan

beton segar

f. Mengurangi kehilangan nilai slump.

2. Memodifikasi Beton Keras, Mortar dan Grouting

a. Menghambat atau mengurangi ekolusi panas selama pengerasan awal

b. Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur muda

c. Menambah kekuatan beton (kuat tekan kuat lentur atau kuat geser dari

beton)

d. Menambah sifat keawetan beton atau ketahanan dari gangguan luar

e. Mengurangi kapilaritas dari air

f. Mengurangi sifat permeabilitas

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

26

Laporan Praktik Kerja Lapangan

g. Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi dari alkali

termasuk dalam agregat

h. Menghasilkan struktur beton yang baik

i. Menambah kekuatan ikatan beton bertulang

j. Mengembangkan ketahanan gaya impact (berulang) dan ketahanan

abrasi

k. Mencegah korosi yang terjadi pada baja (embedded metal)

l. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.

4. SCAFFOLDING.

A. Bagian – Bagian Scaffolding dan ukurannya :

1. Main frame.

Keterangan :

a = 124 cm

b = 193 cm

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

27

a

b

Laporan Praktik Kerja Lapangan

2. Ladder frame.

Keterangan:

a = 124 cm

b = 91 cm

3. Cross bracing.

3.a. Cross Bracing Main Frame.

3.b. Cross Bracing Ladder Frame.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

28

a

b

Laporan Praktik Kerja Lapangan

4. Base jack

5. Head jack

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

29

Laporan Praktik Kerja Lapangan

6. Join pin

B. Perlengkapan Pendukung Scaffolding

1. Stronger

2. Hory beam

3. Support

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

30

394 cm

Laporan Praktik Kerja Lapangan

C Fungsi

1. Fungsi Scaffolding di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi.

1. Sebagai penerima beban.

2. Sebagai penyangga.

3. Untuk mempermudah para pekerja menjangkau wilayah yang tinggi.

4. Sebagai penahan balok sesaat sebelum pengecoran .

2. Fungsi Support di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi.

1. Sebagai penerima beban dan penyangga.

2. Sebagai penahan balok dan plat lantai sebelum pengecoran.

3. Fungsi Hory beam di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi.

1. Sebagai penahan bekesting plat lantai sesaat.

2. Mempertahankan kedataran bekesting plat lantai sebelum dan sesudah

pengecoran.

4. Fungsi Stronger di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi

1. Untuk mengapit sisi-sisi bekesting kolom agar tertutup rapat.

2. Mempertahankan kedataran kolom sesuai dengan kedataran bekesting.

B. TOPIK PKL

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

31

35

Laporan Praktik Kerja Lapangan

1.` Perhitungan Kebutuhan Bahan Untuk 1 Kolom Pada Gedung Aula, Lantai 1

a. Perhitungan Pembesian Kolom Lantai 1, Gedung Aula

1. Tulangan Utama D 19,

Panjang 1 batang besi utuh = 12 m

Panjang 1 potong tulangan utama = 3,76 m ; untuk K1 dan K2.

1 batang besi utuh = 3 potong

1 kolom butuh = 12 potong

Jadi kebutuhan 1 kolom = 12/3 = 4 batang besi utuh

2. Tulangan sengkang Ø 10 mm,

Panjang 1 batang besi utuh = 10 m

Panjang lurus 1 tulangan sengkang = 1,48 m

1 batang besi utuh didapat = 6 sengkang, dengan sisa 0,76 m

1 kolom butuh = 28 sengkang

Jadi kebutuhan 1 kolom = 28/6 = 4 2/3 batang besi utuh

b. Perhitungan Perancah Kolom Lantai 1, Gedung Aula Analisa Perhitungan

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

32

35

52

40

Laporan Praktik Kerja Lapangan

1. Multiplek 122 x 244, dengan tebal 9 mm

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

33

Laporan Praktik Kerja Lapangan

a. Untuk.ukuran bekesting ( 40 x 400 cm ).

1 multiplek bisa dipotong 3 potongan ukuran 40 x 240 cm. sisa anggap tidak ada

ss

1 sisi kolom dibutuhkan 2 potong dengan sisa ( 40 x 65 cm ), 65 cm. = ( 2

x 244 ) - 400 = 88cm.

2 sisi kolom butuh 4 potong dengan sisa potongan 2 buah ukuran ( 40 x 65 cm )

Jadi, untuk 1 kolom dibutuhkan 4/3 atau 11/3 lembar multiplek.

b. Untuk ukuran ( 52 x 400 ).

1 multiplek bisa dipotong menjadi 2 bagian, dengan sisa potongan ( 18 x 240 cm ).

1 sisi kolom dibutuhkan 2 potong, dengan sisa ( 18 x 65 cm ), dimana lebar sisa

potongan adalah 122 – 104 = 18 cm, dan tinggi sisa potongan adalah ( 2 x 244 ) –

400= 88 cm.

2 sisi kolom butuh 4 potong dengan sisa potongan 2 buah ukuran ( 18 x 65 cm )

Jadi, untuk 1 kolom dibutuhkan 4/2 = 2 lembar multiplek.

Jadi, kebutuhan total multiplek untuk 1 kolom = 2 + 1 1/3 = 3 1/3 lembar multiplek.

2. Kebutuhan kayu

a. Kayu 3” x 4 ” panjang 4m

1 batang kayu utuh panjangnya 4,8 m

- 1 batang kayu utuh dapat dipotong 1 potongan dengan ukuran 4 m,dan sisa 0,8 m.

1 kolom dibutuhkan 4 potongan dengan panjang 4 m.

Jadi 1 kolom dibutuhkan 4 batang

b. Kayu 2’x 3’panjang 0,9m

- 1 batang kayu utuh dapat dipotong 5 potongan dengan ukuran 0,9. dan sisa 0,33 m

Untuk 1 kolom dibutuhkan 32 potongan dengan panjang 0,9 m.

Jadi, untuk 1 kolom = 32/5 = 6 2/5 batang.

c.Kayu 2” x 2”

Kayu 2’’x2’’panjang 4m

1batang kayu utuh panjangnya 4,8 m

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

34

Laporan Praktik Kerja Lapangan

- 1 batang kayu utuh dapat dipotong 1 potongan dengan ukuran 4 m,dan sisa 0,8 m.

Untuk 1 kolom dibutuhkan 8 potongan dengan panjang 4 m.

Jumlah kayu 2”x2” yang dibutuhkan untuk 1 kolom = 8 batang.

Kayu 2”x2” panjang 0.3 m

1batang kayu utuh panjangnya 4,8 m.

- 1 batang kayu utuh dapat dipotong 16 potongan dengan ukuran 0,3 m,dan tidak sisa.

Jadi, untuk 1 kolom dibutuhkan 20 potongan dengan panjang 0,3 m.

2 potong diperoleh dari sisa kayu 2”x2” yaitu 0.8 m

Sedangkan 18 potong lagi dibutuhkan 18/16 =1 1/3batang.

Jumlah kayu 2’’x2’’ yang dibutuhkan untuk 1 kolom = 1 1/3 + 8 = 9 1/3 batang.

Total kayu 2’x2’ yang dibutuhkan = 2 batang dengan sisa 4,2

3. Stronger ( penguat ).

Jarak antar stronger 60 cm, jadi jumlah yang diperlukan untuk 1 kolom adalah 14

buah

4. Beton segar

Panjang kolom = 4m – 0,5m = 3,5m, dimana 0,5m adalah tinggi maksimal balok

(B3).

- Untuk kolom = Volume kolom = 0,4 x 0,4 x panjang kolom

= 0,4 x 0,4 x 3,5

= 0,56 m3.

= 0,56 m3.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

35

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Rekapitulasi / Simpulan Kebutuhan Bahan Untuk 1 Kolom

A. PEMBESIAN

1. Tulangan utama D 19 mm

Jumlah = 4 batang, dengan panjang 11,98 m

2. Tulangan sengkang Ø 10 mm

Jumlah = 4 2/3 batang, dengan panjang 10 m

B. CETAKAN / BEKESTING

1. Multiplek 9 mm

Jumlah 3 1/3 lembar

2. Kayu 2 in x 2 in, dengan jumlah = 9 1/3 batang

Kayu 2 in x 3 in, dengan jumlah = 6 2/5 batang

Kayu 3 in x 4 in, dengan jumlah = 4 batang

3. Penguat (stronger) = 16 buah

C. STRONGER (PENGUAT)

Jumlah stronger yang diperlukan 16 buah tiap 1 kolom

D. BETON SEGAR

Volume beton segar 0,56 m3 untuk 1 kolom.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

36

Laporan Praktik Kerja Lapangan

2. Metode Pelaksanaan Kolom

`

no

ok

Fow chart pelaksanaan kolom

a.Pekerjaan Persiapan

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

Pemasangan beton deking

Penyetelan dan perangkaian perancah

Pengadan beton ready mix

Pengecekan tulangan

yes

Cek slump

no

37

Pekerjaan persiapan

Penyetelan dan pemasangan sepatu koom

Pabrikasi bekesting

Pabrikasi tulangan

Mulai

Pembongkaran bekesting

Cek hasil pengecoran

Perawatan

selesai

Pendirian tulanganN0

yesPengecoran kolom

Bobok/dempul

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Pembuatan kolom ukuran 40x40x400

Ukuran sengkang 35x35

1. Pembacaan gambar

Dari pembacaan gambar kita mengetahui dimensi kolom, dimensi sengkang,beserta

diameter besi kolom

2. Persiapan alat dan bahan

Alat-alat dan bahan disiapkan dalam suatu bengkel kerja tersendiri. Alat dan bahan

perancah disiapkan dibengkel peracah sebelum memulai pakerjaan. Begitu juga

dengan tulangan disiapkan di bengkel tulangan.

3. Pembuatan beton tahu dan baji

Sebelum pekerjaan dimulai sebaiknya beton tahun dan baji telah disiapkan

sehingga bila sewaktu-waktu di perlukan bisa langsung digunakan

b. Pemasangan sepatu kolom

Penentuan acuan penarikan benang yaitu pada sudut-sudut bangunan

Pada acuan tersebut dipastikan stik (panjang penyaluran ) sesuai dengan gambar

dan ketegakannya bagus. Penyetelan ketegakannya dengan kolom dibawahnya

dengan menggunakan pesawat theodolit yang ketegakannys dibidik dari kedua

sisi yang saling tegak lurus

Pada masing-masing acuan, kayu diikatan pada stik dengan 2 sisi yang saling

tegak lurus.

Pemasangan paku dengan jarak 2,5 cm dari luar stik. Dan pada paku tersebut

diikat benang yang kemudian ditarik ke acuan lainnya.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

38

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Pada masing-masing tempat yang akan dibuat kolom benang tersebut

dipindahkan/diload kelantai menggunakan unting-unting. Dari garis tersebut

diukur 6cm kemudian dipasangakan sepatu kolom

Untuk stik yang tidak berada di acuan satu sisi cara pembuatan sepatu kolo

seperti diatas, namun di sisi lainnya sepatu kolom dibuat dengan mengukur 20

cm(setengah lebar kolom) dari as stik ke lantai kemudian ditambah 6cm .

Catatan: 2,5 cm = tebal beton tahu

6cm = tebal mal(multiplek + kayu 2” x 2” )

= 1cm + 5cm

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

39

Laporan Praktik Kerja Lapangan

sepatu kolom

c. Pabrikasi bekesting dan perancah kolom

Kolom yang akan dibuat berdimensi 40 cm x 40cm dan tinggi 4meter. Dari ukuran

tersebut akan dibuat bekesting dengan 4sisi yaitu 2sisi dengan lebar 40 cm dan 2sisi

lagi berukuran 52cm

52cm = 40 + 2(tebal multiplek + kayu 2”x2”)

=40+ 2(1+5)cm

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

40

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Gambar penentuan lebar multiplek yang dibutuhkan

Pemotongan multiplek dengan lebar 40cm dan panjang 244cm serta lebar 40cmdan

panjang 156cm masing-masing 2 buah

Pemotongan multiplek dengan lebar 40cm dan panjang 244cm serta lebar 40cmdan

panjang 156cm masing-masing 2 buah.

Catatan: 244cm+156cm =4m

Pakukan kayu 2”x2” dengan multiplek sehingga didapat bekisting 40cm x 4mdan

52x4m masing-masing 2 buah

Gambar pemasangan kayu 2”x2”

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

41

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Pasang kayu penguat 2”x2” pada sisi 40cm =3 buah. Dan pada sisi 52cm 8 buah

Gambar pemasangan kayu penguat

Pasang broti 2”x3”dan 3”x4”pada sisi yang memiliki lebar 52cm . sedang pada sisi

dengan lebar 40 cm tidakdipasang

Gambar pemasangan kayu pengaku

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

42

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Rangkaikan 3sisi bekisting menggunakan paku dan stronger yaitu dua buah sisi

40cm dan satu sisi 52 cm. Satu sisi lagi dipasang setelah tulangan telah berdiri.

d. Pabrikasi tulangan

Pemotongan tulangan utama dan pembuatan segkang

Perakitan tulangan sesuai dengan gambar

e. Pendirian Tulangan

Tulangan yang telah dirakit didirikan dengan mengikatkan pada stik panjang

penyaluran. Kolom yang telah berdiri harus kuat dan tegak.

Pengikatan beton deking pada sisi luar tulangan sebagai jarak antara tulangan

dengan beton

f. Perangkaian dan Penyetelan perancah

Perancah yang telah dirangkai (3masih sisi) didirikan mengeliingi tulangan kolom

dengan merapatkan pada sepatu kolom

Pemasangan sisi perancah lebar 52cm yang belum terpasang lalu dipakukan dan

dikakukan dengan stronger

Pemasangan kayu 2”X3” Serta diketatkan menggunakan baji

Pemasangan unting-unting pada sisi yang saling tegaklurus

Stel ketegakan kolom,lakukan penyokongan kolom masing-masing sisi

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

43

Laporan Praktik Kerja Lapangan

g . Pengadaan beton ready mix

Pengadan ready mix dipesan pada perusahaan ready mix tertentu, jadi sebelum

digunakan beton segar tersebut harus terlebih dahulu dicheck slumpnya, nilai slump

tersebut harus sesuai dengan slump yang dipesan, jika tidak ready mix tersebut

dipulangkan ke perusahaan yang bersangkutan

h. Pengecoran Kolom

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran kolom antara lain :

Pengecoran harus menggunakan corong ; hal ini bertujuan agar jatuhnya

beton teratur

Pemadatan yang kurang dapat menyebabkan segresi

Pemadatan yang berlebihan dapat menyebabkan bleeding

i. Pembongkaran bekisting dan perancah

Pembongkaran bekisting dan perancah dilakukan apabila

Beton telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul beratnya

sendiri

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

44

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Beton tidak lagi mengalami perubahan bentuk jika bersenthuan dengan

benda lain

Pada proyek ini pembongkaran dilakukan sehari setelah pengecoran

Pembongkaran bekisting dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin keselamatan

penuh atas struktur yang dicetak dan perancah yang dibongkar tidak banyak rusak.

j. Pengecekan hasil pengecoran

Setelah pembongkaran dilakukan pengecekan hasil :

Honey comb (sarang kerikil)

Jika terjadi Honey comb maka beton tersebut didempul menggunakan

semen

Retak-retak

Jika keretakan terjadi maka beton harus di bongkar dan dicor lagi

Kotor

Jika beton kotor solusinya membersihkannya asalkan tidak menggunakan

zat atau bahan yang berbahaya bagi beton.

k. Perawatan (curing)

Perawatan beton berpengaruh pada tingkat keawetan dan kekuatan beton.jika beton

tidak mendapat perawatan menyebabkan proses hidrasi semen terganggu karena

penguapan air dalam beton tidak tertahan sehingga mengakibatkan beton:

Retak-retak pada permukaan beton, disebabkan perbedaan temperatur pada

permukaan dengan temperatur dalam beton.

Timbul pori dalam beton

Kekuatan dan keawetan beton berkurang

Untuk mencegah penguapan dilakukan penyiraman secara teratur tiap hari dan pengikatan

goni basah pada kolom

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

45

Laporan Praktik Kerja Lapangan

3. Teknik Pelaksanaan Balok Dan Plat Lantai I

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

No

Pemasangan perancah balok, plat

dan hory beam

Perakitan dan pemasangan

tulangan

YesPengecoran balok dan plat lantai

Pembongkaran perancah

Perawatan

Pemeriksaanbeton

selesai

46

Mulai

Pekerjaan persiapan

Pabrikasi tulangan

Pemasangan bantalan papan dan mal bawah balok

Pabrikasibekesting

Pemasangan scaffolding dan support

Pemeriksaan tulangan

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Flow chart teknik pelaksanaan balok dan plat lantaia. Pekerjaan Persiapan

1. Pembacaan gambar

Dari pembacaan gambar kita mengetahui dimensi balok, dimensi sengkang, beserta

diameter besi balok

2. Persiapan alat dan bahan

Alat-alat dan bahan disiapkan dalam suatu bengkel kerja tersendiri. Alat dan bahan

perancah disiapkan dibengkel peracah sebelum memulai pakerjaan. Begitu juga

dengan tulangan disiapkan di bengkel tulangan.

3. Pembuatan beton tahu

Sebelum pekerjaan dimulai sebaiknya beton tahu telah disapkan sehingga bila sewaktu-

waktu di perlukan bisa langsung digunakan

b. Pabrikasi Bekesting

Pemotongan bahan-bahan yang dibutuhkan seperti pemotongan multiplek untuk

mal dinding balok,multiplek bawah balok, kayu 2”x2” untuk kayu 2”x3”dan kayu

2”x4”.

Catatan :untuk mal balok yang menyambung pada plat tebal mal =(tebal balok –

tebal lantai)+tebal mal bawah balok.

Pemasangan kayu 2”x2”(suri-suri) pada masing masing mal secara melintang

dengan jarak +60 cm yang mana kayu ini berfungsi sebagai pengaku.

Pemasangan kayu 2”x2” pada masing masing mal secara memanjang . Yang mana

kayu 2”x2” ini akan menjadi tempat persambungan antara mal dinding dan mal

bawah balok.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

47

Laporan Praktik Kerja Lapangan

c. Pemasangan bantalan papan penumpu dan dinding mal bawah balok

Menentukan ketinggian papan bantalan akan dipasang pada kolom .Yaitu dengan

cara menghitung selisih tinggi kolom dengan tinggi balok

Bantalan papan dipasang melingkar pada kolom berfungsi sebagai tumpuan mal

dinding bawah balok

Pemasangan mal bawah balok

Pemasangan support untuk menahan mal bawah balok

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

48

Pemasangan mal balok

Laporan Praktik Kerja Lapangan

d. `Pabrikasi tulangan

Pemotongan tulangan utama dan pembuatan sengkang

Perakitan tulangan sesuai dengan gambar

e. Pemasangan scaffolding dan support

Scaffolding dipasang yaitu satu set yang terdiri dari satu main frame dan satu

ladder frame ,hal ini disebabkan tinggi antar lantai berkisar 4 meter.

f. Pemasangan perancah dan bekesting balok

Sebelum memasang mal terlebih dahulu dipasang kayu gelagar 2”x4” memanjang

yang dipakukan pada scaffolding

Pemasangan kayu 2”x3”(kasau) yang jarak pemasangannya sama dengan jarak

kayu 2”x2”( suri-suri ) melintang terhadap kayu gelagar tersebut diatas

Melakukan penyetelan scaffolding agar kayu kasau merapat ke mal bawah balok.

Perakitan mal dinding balok dengan mal dinding bawah dengan memakukan pada

kayu 2”x2”arah memanjang.

Pemasangan siku baja antara kayu(2”x2”) suri-suri dengan kayu(2”x3”) kasau.

Pemasangan kayu 2”x2” pada mal dinding balok dan diatas siku baja tersebut

diatas, sebagai penumpu hory beam

Pemasangan hory beam antar balok

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

49

Gambar.Pemasangan perancah dan bekesting balok

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Pemasangan multiplek diatas hory beam

g. Pemasangan Tulangan

Pemotongan dan pembengkokan tulangan balok dan plat lantai dikerjakan di

luar lokasi pekerjan tulangan, kemudian tulangan diangkut ke lokasi dan dirangkai di

lokasi tersebut.

Adapun langkah-langkah pemasangan tulangan adalah:

a. Tulangan balok

Mempersiapkan dan mengangkat bahan-bahan ke lokasi (lantai 1)

Untuk mempermudah pengerjaan perangkaian maka tulangan dirangkai di

atas cetakan dengan memberikan sangkutan

Memasukkan tulangan satu per satu dari sela-sela tulangan kolom dan

mengalungkan sengkang ke tulangan balok tersebut, demikian juga untuk

tulangan balok arah memanjang.

Pada saat memasukkan sengkang arah bengkokan dibuat berselang seling.

Bengkokan sengkang pertama dibuat sebelah kiri, sedangkan yang kedua

dibuat sebelah kanan dan seterusnya

Persambungan tulangan dibuat pada jarak kira-kira 20 kali diameter

Memasang beton tahu pada jarak setiap satu meter kemudian mengikat

tulangan ke sengkang

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

50

Gambar.Pemasangan hory beam

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Setelah tulangan selesai dirangkai maka diturunkan ke dalam cetakan

perlahan lahan dan meletakkannya di atas beton tahu (t = 2.5 cm)

Membersihkan lokasi dari kotoran-kotoran

b. Tulangan plat lantai

Meletakkan tulangan melintang di atas beton tahu sesuai dengan spek

yang telah direncanakan, jarak antar tulangan yang sejenis adalah 10 cm

Melatakkan tulangan mamanjang diatas tulangan melintang sesuai

dengan spek yang telah ditentukan, jarak antar tulangan yang sejenis adalah

10 cm

Mengikat dudukan tulangan dengan kawat ikat,

Membersihkan lokasi dari kotoran-kotoran

Pemeriksaan tulangan ,kesesuaiannya dengan gambar

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

51

Gambar.Penulangan balok

Gambar.Penulangan plat lantai

Laporan Praktik Kerja Lapangan

h. Pengecoran

Pengadan ready mix dipesan pada perusahaan ready mix tertentu, jadi

sebelum digunakan beton segar tersebut harus terlebih dahulu dicheck slumpnya, nilai

slump tersebut harus sesuai dengan slump yang dipesan, jika tidak ready mix tersebut

dipulangkan ke perusahaan yang bersagkutan. Pada proyek ini pengecoran dilakukan

dengan jasa mobil concret pump.

Adapun langkah-langkah pengecoran adalah:

Sebelum melakukan pengecoran terlebih dahulu memasang instalasi yang

direncanakan yaitu instalasi listrik dan plumbing.dan mempersiapkan alat-alat

pengecoran seperti vibrator,ember,dll

Pemompaan beton dari ready mix ke lantai yang akan dicor dengan mobil

concreat pumb

Melakukan pemadatan dengan vibrator

Meratakan campuran beton segar hingga mencapai ketebalan yang telah

ditentukan yaitu 12 cm dengan cara mengukur langsung dengan baja tulangan

yang diberi tanda 12 cm

Dalam melakukan pemadatan dan perataan dilakukan sebelum beton setting

time.

i. Perawatan

Perawatan dilakukan setelah beton telah kaku atau telah melewati waktu pengikatan

awal hingga beton tersebut berumur 28 hari (pengikatan akhir).perawata dilakukan dengan

menyiram balok dan menyelimuti dengan plastik atau goni.

j.Pembongkaran

Bekisting balok dan plat lantai dianjurkan dibongkar setelah beton berumur 28 hari

yaitu balok telah mampu memikul beban lain selain berat sendirinya. Pada proyek ini

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembongkaran bekisting harus dilakukan

dengan hati-hati. Perancah yang paling pertama di bongkar adalah siku baja pinggir, mal

dinding pinggir , scaffolding ;support, hory dan terakhir mal bawah balok.

4. Perhitungan scaffolding

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

52

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Rekapitulasi Kebutuhan Bahan

Jumlah Scaffolding adalah 75 set, yang terdiri dari :

1. Main frame = 150 buah

2. Ladder frame = 102 buah

3. Base jack = 300 buah

4. Head jack = 300 buah

5. Cross brace (panjang 225cm) = 300 buah

6. Cross brace (panjang 90 cm) = 204 buah

7. join pin = 204 buah

8. support = 133 buah

9. hory beam = 144 buah

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

53

Laporan Praktik Kerja Lapangan

BAB III

PENUTUP

I.SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan acuan dan perancah:

Perancah mudah dipasang dan mudah dibongkar serta kuat.

Acuan dan perancah hanya bersifat sebagai konstruksi

sementara.

2. Dikatakan pengecoran yang baik adalah:

Pemadatan yang harus dilakukan dengan baik agar tidak menimbulkan

bleeding dan segregasi

Perawatan yang dilakukan disesuaikan dengan cuaca pada saat pengecoran.

Penumpukan campuran beton segar pada saat proses pengecoran di daerah

cetakan, harus dibatasi untuk menghindari terjadinya lendutan.

3. Yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:

Untuk sambungan tulangan (panjang penyaluran) yaitu dengan jarak 40-

60D dan kait 4D

II. Saran

Dalam mengakhiri laporan ini, ada beberapa saran yang hendak penyusun ungkapkan

sebagai berikut:

1. Pada waktu pengecoran plat lantai seharusnya tulangan bagian bawah diberi beton

deking untuk mencegah agar tebal selimut beton tetap stabil.

2. Untuk mendapatkan daya ikat yang baik antara tulangan dengan beton dianjurkan

memakai baja tulangan ulir daripada tulangan biasa.

3. Untuk mengatasi keadaan bahan dan metode kerja maka perlu dilakukan

pengecekan yang sebaik mungkin dan juga memberi motivasi pada pekerja agar

dapat bekerja dengan teliti sehingga konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan

yang direncanakan.

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

54

Laporan Praktik Kerja Lapangan

4. Untuk memperkecil kesalahan pelaksanaan diperlukan komunikasi dan koordinasi

antara pelaksana dan konsultan pengawas

III. Ketidaksesuaian dengan teori di kampus

1. Pada pemasangan perancah balok yang berbentuk lingkaran ,dilapangan pekerja

membuat lengkungannya dengan mengira-ngira lengkungannya, sedangkan yangh

dipelajari di kampus menggunakan rumus lengkung mendatar sederhana

2. Berdasarkan teori dikampus 1 benda uji kuat tekan mewakili 5m³ beton, sedangkan

dilapangan pembuatan benda ujinya tidak teratur, 1 benda uji bias mewakili 15 m³

beton.

IV.Kelemahan yang ditemui

1. Pada proyek ini ditemukan kelemahan berupa tidak adanya koordinasi dan

komunikasi antara pelaksana dan konsultan pengawas.

2. Manajerial pelaksanaan proyek ini kurang bagus sering terjadinya keterlambatan

bahan dan material ,seperi ready mix ataupun kayu.

3. Progress pekerjaan tidak sesuai dengan time schedule atau dengan kata lain proyek

terlambat dari yang seharusnya

V. Kelebihan yang ditemui

1. Segala peralatan yang dibutuhkan untuk proyek ini sangat memadai

2. Kedisiplinanan dalam pekerjaan diperhatikan dengn baik,waktu istirahat dan waktu

bekerja teratur

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

55

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

56