laporan PI
Transcript of laporan PI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam usaha menjaga kontinyuitas pelayanan tenaga listrik dan juga agar peralatan
pada sistem tenaga listrik tidak mengalami kerusakan total bila terjadi suatu gangguan maka
mutlak diperlukan suatu peralatan pengaman. Diantaranya adalah relay-relay proteksi. Relay
proteksi adalah peralatan listrik yang memiliki fungsi antara lain untuk melokalisir bagian
sistem yang terganggu serta memisahkan secepatnya sehingga sistem lainnya tidak
terganggu, mengurangi kerusakan yang lebih parah pada peralatan yang terganggu,
mengurangi pengaruh gangguan terhadap sistem yang tidak terganggu di dalam sistem
tersebut. Adapun syarat-syarat relay proteksi antara lain selektif, reliable (handal), peka,
cepat dan ekonomis / sederhana.
Seiring dengan banyak dan bertambahnya variasi beban, maka sering pula suatu
sistem tenaga listrik terjadi gangguan/error. Hal ini menyebabkan kegagalan dalam suatu
sistem dan kerugian yang terjadi pada suatu industri yang menggunakan sistem kelistrikan
serta kerusakan yang terjadi akibat gangguan tersebut.
Di suatu jaringan listrik distribusi ( tegangan menengah 20 kV ) terdapat suatu
kubikel 20 kV. Kubikel 20 kV berisi komponen – komponen antara lain : busbar, LBS, CB,
DS, ES, relay proteksi dll. fungsi dari kubikel itu sendiri di dalam jaringan tersebut adalah
membagi, menyalurkan, mengukur, mengontrol dan memproteksi pada system jaringan 20
kV tersebut. Salah satu dari fungsi kubikel 20 kV adalah untuk memproteksi sistem jaringan
yang dilakukan oleh relay proteksi semisalnya OCR dan GFR. Di dalam kubikel tersebut
juga akan di lakukan pengujian relay agar relay di dalam kubikel tersebut dapat diketahui
masih presisi untuk dapat di gunakan atau tidak layak untuk di gunakan pada relay tersebut,
sehingga pengujian relay itu benar – benar harus di perhatian teknisnya yang ada di manual
booknya.
suatu relay proteksi untuk dapat men-setting suatu relay proteksi perlu adanya
suatu pengujian relay proteksi yang fungsinya adalah untuk memudahkan mahasiswa
mengetahui tahap – tahap cara simulasi pengujian relay OCR dan GFR di suatu kubikel 20
kV, serta dapat mengetahui dengan sebenarnya tentang cara setting suatu relay proteksi.
Berdasarkan sejumlah uraian di atas, maka penulis membahas relay yang lebih
difokuskan pada pengujian Over Current Relay ( OCR ) serta Ground Fault Relay ( GFR )
secara individu dan di dalam kubikel 20 kV.
I.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pembahasan ini
akan difokuskan pada:
1. Bagaimana cara menguji Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR )
secara individu ?
2. Bagaimana cara menguji Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR )
pada kubikel 20 kV ?
3. Bagaimana membuat SOP untuk pengujian Over Current Relay
( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR ) ?
I.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan lebih terarah sesuai dengan perumusan masalah maka
pembahasan dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Perakitan modul pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR )
2. Pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay
( GFR ) secara individu
3. Pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay
( GFR ) pada kubikel 20 kV
I.4 Tujuan
Tujuan pembuatan / penyusunan proposal judul laporan akhir ini adalah untuk:
1. Dapat menguji Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR ) secara
individu relay itu sendiri.
2. Dapat menguji Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR ) pada
kubikel 20 kV.
3. Dapat membuat SOP untuk pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault
Relay ( GFR ).
I.5 Ruang Lingkup
Dalam Laporan Akhir permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Blok diagram dari Over Current Relay
( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR ).
2. Pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan
Ground Fault Relay
( GFR ) secara individu.
3. Pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan
Ground Fault Relay
( GFR ) pada kubikel 20 kV.
4. Pembuatan SOP.
5. Software dari type peralatan relay yang
digunakan.
6. Merakit modul Over current relay ( OVR )
dan Ground Fault Relay ( GFR ).
I.6 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan akhir ini terdiri atas lima bab, yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang , rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan sitematika penulisan, penjelasan istilah, yang memuat
gambaran umum mengenai laporan ini.
BAB II. LANDASAN TEORI, membahas secara teoritis tentang garis besar dari
laporan akhir ini.
BAB III. METODOLOGI, berisi tentang studi referensi, identifikasi peralatan,
perencanaan dan pembuatan modul relay proteksi, pengujian relay proteksi yang terdiri dari
langkah-langkah pengujian dan gambar rangkaian pengujian.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN, membahas mengenai hasil data dari
pengujian dan analisa hasil data pengujian relay dengan data yang ada pada buku manual
relay tipe.
BAB V. PENUTUP, merupakan kesimpulan dari penulisan laporan akhir dan
saran-saran agar yang menjadi obyek dalam pembahasan laporan ini sesuai dengan
tujuannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. Pengertian Umum Relay
Relay adalah sebuah alat yang bekerja secara otomatis untuk
mengatur/memasukkan suatu rangkaian listrik ( rangkaian trip atau alarm ) akibat adanya
perubahan rangkaian lain1. Relay proteksi adalah suatu peralatan listrik yang dapat
mendeteksi kondisi tidak normal yang mungkin terjadi dalam sistem dengan cara
mengukur besaran listrik yang berbeda pada keadaan normal dan keadaan gangguan.
Besaran ukuran listrik dasar yang berubah harganya pada keadaan gangguan adalah arus,
tegangan, sudut phasa dan frekuensi. Jika terdapat gangguan pada sistem, maka relay
pengaman akan memerintahkan PMT untuk membuka.
Gambar 2.1
Prinsip Kerja Relay Pengaman *)
*) Pelatihan O&M Relai Proteksi Penghantar, PT. PLN (Persero) P3B,
September 2005, hal 8
Macam-macam beban mempengaruhi perencanaan pengaman dan menentukan
dalam perencanaan sistem tenaga listrik. Adapun relay pengaman pada sistem tenaga
listrik berfungsi untuk:
1. Merasakan, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta memisahkan
secepatnya sehingga sistem lainnya yang tidak terganggu dapat beroperasi secara normal.
2. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
3. Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang tidak terganggu didalam
sitem tersebut serta mencegah meluasnya gangguan.
4. Memperkecil bahaya bagi manusia.
Untuk memenuhi fungsi di atas, maka relay proteksi harus memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut :2
1. Selektif
Relay proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau bagian dari sistem
tenaga listrik dalam jangkauan pengamanannya (kecermatan pemilihan dalam
pengamanan). Dengan kata lain pengamanan dikatakan selektif apabila relay
proteksi bekerja hanya pada daerah terganggu saja.
2. Reliable (dapat diandalkan)
Dalam keadaan normal, relay tidak boleh bekerja, tetapi bila suatu saat ada
gangguan maka relay harus bekerja (relay tidak boleh gagal bekerja) karena
pemadaman akan semakin luas disamping itu relay tidak boleh salah bekerja.
3. Cepat
Waktu kerja relay yang cepat bereaksi dalam kondisi abnormal, makin cepat
relay bekerja, maka dapat memperkecil kemungkinan meluasnya gangguan.
4. Peka (sensitif)
Relay dikatakan peka apabila dapat bekerja dengan input dari besaran yang
dideteksi adalah kecil. Jadi relay dapat bekerja pada awal kejadian gangguan.
5. Sederhana
Konstruksi relay yang sederhana akan menghindarkan kerusakan pada
komponen-komponen di dalamnya.
6. Murah
Dengan syarat telah memenuhi syarat-syarat sebelumnya.
Gambar 2.2
Konstruksi Relay Pengaman *)
*) Sistem proteksi peralatan pembangkit dan gardu induk,
PT. PLN (Persero), Udiklat Padang, slide 6
Proteksi terdiri dari perangkat peralatan yang merupakan sistem yang terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut :
1. Relay pengaman
2. Trafo arus dan trafo tegangan
3. Pemutus tenaga
4. Catu daya (battery) AC atau DC
5. Sistem pengawatan
6. Sistem komunikasi untuk keperluan teleproteksi.
Kegagalan atau kelambatan kerja proteksi dapat disebabkan antara lain oleh3 :
1. Relainya telah rusak atau tidak konsisten bekerjanya.
2. Setelan (seting) Relainya tidak benar (kurang sensitif atau kurang cepat).
3. Baterainya lemah atau kegagalan sistem DC supply sehingga tidak mampu mengetripkan
PMT-nya.
4. Hubungan kotak kurang baik pada sirkit tripping atau terputus.
5. Kemacetan mekanisme tripping pada PMT-nya karena kotor, karat, patah atau meleset.
6. Kegagalan PMT dalam memutuskan arus gangguan.
7. Kekurang sempurnaan rangkaian sistem proteksi antara lain adanya hubungan kontak
yang kurang baik.
8. Kegagalan saluran komunikasi tele proteksi.
9. Trafo arus terlalu jenuh.
II .1 Macam – macam Relay sebagai berikut
1. Over Current Relay (Relay Arus Lebih)
Relay arus lebih adalah suatu relay yang bekerjanya didasarkan adanya kenaikan
arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan dalam waktu tertentu, jadi relay
tersebut akan bekerja apabila arus yang dideteksi sesuai atau lebih besar dari settingnya
untuk mengkomando pemutus tenaga, sehingga relay ini dapat dipakai sebagai pola
pengaman arus lebih.
Relay arus lebih berfungsi sebagai :
1. Pengaman gangguan hubung singkat antar fasa, maupun fasa ke tanah
2. Pengaman beban lebih
3. Pengaman utama atau cadangan
Arus pick up dan arus drop off 4
Arus kerja atau arus pick up (Ip) adalah nilai arus dimana relay arus akan bekerja dan
menutup kontaknya sehingga relay waktu bekerja. Arus kembali atau arus drop off (Id)
adalah nilai arus dimana relay harus terhenti bekerja dan kontaknya membuka kembali,
sehingga relay waktu terhenti bekerja.
Perbandingan Ip dengan Id dinyatakan dengan faktor Kd
)5
Untuk relay arus lebih waktu tertentu (definite time OCR) mempunyai nilai Kd 0,7 – 0,9.
Untuk relay inverse mempunyai Kd ≈ 1,0.
1. Relay Arus Lebih Seketika (moment / instantaneous)
Relay arus lebih seketika adalah jenis relay arus lebih yang paling sederhana
dimana jangka waktu kerja relay yaitu mulai saat relay mengalami pick-up sampai
selesainya kerja relay sangat singkat atau tanpa penundaan waktu.
Relai arus ini digunakan untuk pengaman arus hubung singkat yang besar (high
set) sehingga tripping time pada arus gangguan yang besar relai akan bekerja seketika
Gambar 2.10
Konstruksi Relay Arus Lebih Seketika*)
*) Setiyo Saksomo, Proteksi Sistem Tenaga Listrik, Universitas Brawijaya Malang, hal 27
Gambar 2.11
Karakteristik Relay Arus Lebih Seketika *)
*) Ibid, hal 28
2. Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (definite time)
Relay arus lebih tertentu adalah jenis relay arus lebih dimana jangka waktu relay
mulai pick-up sampai selesainya kerja relay dapat diperpanjang dengan nilai tertentu dan
tidak tergantung dari besarnya arus yang mengrjakannya (tergantung dari besarnya arus
setting maka waktu kerja relay ditentukan oleh waktu settingnya).
Setting Definite time OCR pada trafo adalah sebagai berikut:
Iset = 1,5 x Int )6
Tset = tf + ∆t )7
dimana Int adalah arus nominal trafo, tf adalah setting waktu OCR pada feeder
(umumnya 0,4 - 0,5 detik) dan ∆t adalah beda waktu yang harus diberikan untuk
mendapatkan selektifitas. Harga ∆t antara 0,4 – 0,5 detik.
Setting tersebut sudah memenuhi pertimbangan berikut:
1. tidak mendeteksi keadaan overload
2. memberikan back-up protection bagi outgoing feeder.
3. drop off / pick up ratio dari relay
Gambar 2.12
Konstruksi Relay Arus Lebih Waktu Tertentu *)
*) Ibid, hal 29
Gambar 2.13
Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu *)
*) Ibid
3. Relay Arus Lebih Berbanding Terbalik (inverse)
Relay arus lebih dengan karakteristik waktu arus berbanding terbalik adalah jenis
relai arus lebih dimana jangka waktu relay mulai pick-up sampai dengan selesainya kerja
relay tergantung dari besarnya arus yang melewati kumparan relaynya, maksudnya relay
tersebut mempunyai sifat terbalik untuk nilai arus dan waktu kerjanya.
Relay arus lebih berbanding terbalik dibedakan menjadi 4 yaitu standar inverse,
very inverse, extremely inverse dan long time inverse.
Hubungan antara Arus terhadap waktu ditunjukan oleh persamaan berikut : 8
Dimana
t : waktu dalam detik
I : Arus gangguan
Is : Arus seting
TMS : time multiplier setting
K dan untuk setiap karakteristik besarnya seperti pada tabel di bawah :
Tabel 2. Karakteristik Nilai K Dan Dari Macam-Macam Relay Inverse *)
Karakteristik K
Standard Inverse 0.14 0.02
Very Inverse 13.5 1.0
Extremely Inverse 80.0 2.0
Long Time Inverse 120.0 1.0
*) Pelatihan O&M Relai Proteksi Gardu Induk, PT. PLN (Persero) P3B, April 2005, hal 53
Gambar 2.14
Relay Arus Lebih Berbanding Terbalik *)
*) Ibid, hal 30
Gambar 2.15
Karakteristik Relay Arus Lebih Berbanding Terbalik *)
*) Pelatihan O&M Relai Proteksi Gardu Induk, PT. PLN (Persero) P3B, April 2005, hal 52
Gambar 2.16
Perbandingan Beberapa Karakteristik Relai Inverse *)
*) Ibid, hal 53
2. Earth Fault Relay (Relay Gangguan Tanah)
Earth Fault Relay biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah dan jaringan
tegangan rendah atau saluran distribusi untuk melindungi trafo dan saluran distribusi.
Relay ini berfungsi untuk mendeteksi arus sisa dari hasil masing-masing arus fasa dan
netralnya. Penggunaan sensor arus dapat dilakukan dengan tiga buah CT yang dipasang
pada setiap fasa atau dengan satu buah CT yang melingkari seluruh fasa (3 fasa).
Prinsip kerja relay ini adalah mendeteksi arus urutan nol, karena setiap gangguan tanah
menghasilkan arus urutan nol. Jika tidak ada gangguan tanah atau pada kondisi normal,
arus yang melewati relay adalah penjumlahan vektor arus tiga fasa, yang dalam titik
netral Star seimbang adalah sama dengan nol, sehingga relay tidak bekerja. Tetapi jika
terjadi gangguan tanah, maka terjadi arus urutan nol yang mengalir ke relay dan
menghasilkan operasi pengaman terhadap gangguan.
Seperti pada formula berikut :9
I0 = I1 + I2 + I3
Gambar 2.17
Earth Fault Relay dengan Tiga Trafo Arus (CT) *)
*) Doni Yugiarto, Studi Koordinasi Pengaman Pada Penyulang 20 kV Singosari GI Blimbing
Malang, 2001, hal 16.
C. Overvoltage Relay (relay tegangan berlebih)
Merupakan relay pengaman yang bekerja karena tegangan pasokan/sumber terlalu
tinggi. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan-peralatan listrik contohnya,
merusak isolasi motor termasuk kabel-kabel penghubungnya. Oleh karena itu, keadaan
ini harus dicegah dengan menggunakan relay tegangan berlebih. Prinsip kerjanya adalah
mendeteksi tegangan antar fasa melalui transformator tegangan. Apabila tegangan
tersebut melampaui batas setting yang ditentukan, maka relay ini akan bekerja untuk
men-tripkan CB.
4. Undervoltage Relay ( relay drop tegangan )
Merupakan relay pengaman yang bekerja karena tegangan pasokan/sumber terlalu
rendah atau hilang. Hal ini menyebabkan relay tersebut bekerja dan men-tripkan CB.
Proteksi drop tegangan diperlukan karena tegangan yang rendah dapat menimbulkan arus
lebih, sedangkan
tegangan pasokan/sumber hilang perlu diikuti pembukaan kontak pada CB agar
jangan timbul arus berlebihan jika tegangan pasokan datang kembali.
II.2. Gangguan Pada Sistem Penyaluran
Jaringan tenaga listrik yang terganggu harus dapat segera diketahui dan dipisahkan
dari bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan maksud agar kerugian yang lebih
besar dapat dihindarkan.
Gangguan pada jaringan tenaga listrik dapat terjadi diantaranya pada pembangkit,
jaringan transmisi atau di jaringan distribusi. Penyebab gangguan tersebut tersebut dapat
diakibatkan oleh gangguan system dan non sistem10.
1. Gangguan Sistem
Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di system tenaga listrik seperti pada
generator, trafo, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan system dapat
dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan gangguan temporer. Gangguan temporer
adalah gangguan yang hilang dengan sendirinya bila PMT terbuka, misalnya sambaran
petir yang menyebabkan flash over pada isolator SUTT. Pada keadaan ini PMT dapat
segera dimasukan kembali, secara manual atau otomatis dengan AutoRecloser.
Gangguan permanen adalah gangguan yang tidak hilang dengan sendirinya, sedangkan
untuk pemulihan diperlukan perbaikan, misalnya kawat SUTT putus.
2. Gangguan Non Sistem
PMT terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem, dapat saja
PMT terbuka oleh karena relai yang bekerja sendiri atau kabel control yang terluka atau
oleh sebab interferensi dan lain sebagainya.
Gangguan seperti ini disebut gangguan bukan pada sistem, selanjutnya disebut gangguan
non-sistem.
Jenis gangguan non-sistem antara lain :
1. kerusakan komponen relay
2. kabel kontrol terhubung singkat
3. interferensi / induksi pada kabel kontrol.
II.3 Klasifikasi Relay Pengaman
1. Berdasarkan prinsip kerja/konstruksinya
1. Relay tarikan magnet listrik ( Electro magnet attraction )
1. Plunger Type
Cara kerja : bila ada arus (i) mengalir, inti magnet (plunger) akan tertarik akibat
adanya medan magnet yang menyebabkan kontak menutup. Relay ini mempunyai
waktu kerja yang cepat, sehinggabanyak digunakan sebagai relay instantaneous.
Gambar 2.3
Konstruksi Relay Tipe Plunger *)
*) Ibid, slide 9
2. Balance beam type
Cara kerja : batang (beam) A akan tetap pada posisi horizontal, kecuali gaya yang
diakibatkan oleh arus kumparan kerja (i2) lebih besar dari gaya yang diakibatkan
oleh arus kumparan penahan(i1) yang menyebabkan kontak trip menutup. Relay
ini banyak digunakan sebagai relay diferensial dan relay jarak.
Gambar 2.4
Relay Tipe Tuas Pengimbang/Balance Beam *)
*) Ibid, slide 10
3. Hinged Armature Type
Cara kerja : bila ada arus I mengalir, inti besi akan menjadi magnet, lengan gerak
akan tertarik dan kontak trip akan menutup. Relay tipe ini banyak digunakan
sebagai relay bantu, karena dapat mempunyai kontak yang banyak dan kontaknya
mempunyai kapasitas pemutusan arus yang lebih besar.
Gambar 2.5
Konstruksi Relay Tipe Hinged Armature *)
*) Ibid, slide 11
4. Polarised moving iron type
Cara kerja : medan magnet yang timbul pada inti kumparan akibat arus I yang
mengalir harus senama / searah dengan magnet permanen yang ada untuk
menyebabkan kontak menutup.
Gambar 2.6
Konstruksi Relay Tipe Polarised Moving Iron *)
*) Ibid, slide 12
5. Permanent magnet moving coil type
Cara kerja : gaya gerak timbul akibat adanya interaksi antara medan magnet
permanen dan medan magnet pada kumparan yang menyebabkan kontak
menutup.
Gambar 2.7
Konstruksi Relay Tipe Kumparan Putar Magnet Tetap (Permanen Magnet Moving
Coil) *)
*) Ibid, slide 13
(2) Induksi magnet listrik ( electromagnetic induction )
1. Induction Disc type
2. Induction Cup type
Prinsipnya sama dengan motor induksi. Terdapat rotor aluminium berbentuk
silinder yang di tengahnya inti magnetik sehingga silinder tersebut dapat berputar
pada silinder dipasang kontak gerak dan dapat menutup kontak ke kiri atau ke
kanan. Biasanya digunakan sebagai relay daya balik.
Gambar 2.8
Konstruksi Relay Tipe Induction Cup
3. Shaded pole type
Cara kerja : bila kumparan diberi arus, maka akan timbul dua buah flux yang
memotong piringan. Kedua flux ini berbeda fasa, karena adanya cincin ( shading
ring ), sehingga piringan berputar dan kontak menutup. Banyak digunakan
sebagai relay arus lebih, relay tegangan lebih/kurang.
Gambar 2.9
Konstruksi Relay Tipe Shaded Pole *)
*) PT PLN (PERSERO) UDIKLAT SEMARANG, Relai Proteksi Sistem
Penyaluran, hal 1.1-13
(3) Relay suhu / panas ( thermal relay )
a. Bimetalic strip type
b. Thermocouple type
c. Thermometer
d. NTC ( Negative Temperature Coeficient )
(4) Relay yang digerakkan oleh gas ( gas actuated relay )
a. Relay Bucholz
b. Sudden pressure relay
Cara kerja : kenaikan tekanan yang tiba-tiba atau mendadak mengakibatkan kontak
menutup.
(5) Relay Tekanan lebih/mendadak
a. Tekanan minyak
b. Tekanan Gas SF6 ( pada GIS )
(6) Relay Statik ( elektronik )
(7) Relay Digital
2. Berdasarkan fungsi/besaran inputnya
(1) Relay arus lebih
(2) Relay tegangan lebih/kurang
(3) Relay frekuensi lebih/kurang
(4) Relay daya balik
(5) Relay jarak ( relay impedansi )
(6) Relay arah
(7) Relay Diferensial
(8) Relay penutup balik (Recloser)
(9) Relay Synchron check
Tabel 1. Simbol dan Kode Relay Berdasarkan Fungsi/besaran Input *)
Jenis relay Simbol Kode Huruf
Relay jarak.(Distance relay) Z < 21
Relay Tegangan Kurang (Under Voltage Relay) U < 27
Relay Suhu (Thermis Relay) 49
Over Current Relay Instantaneous I >> 50
Relay arus lebih dengan tunda waktu I > 51
Relay Tegangan Lebih (Over Voltage Relay) U > 59
Relay tunda waktu (Time Aux. Relay) -- 62
Relay Tekanan Gas (Gas Pres. Relay) P 63
Relay Hubung Tanah (Ground Fault Relay). I0 > 64
Relay arus lebih berarah (Direct Over Current Relay)
-- 67
Relay penutup balik (reclossing Relay) -- 79
Relay Frekuensi F 81
Relay Defferensial d 87
Relay Bucholz -- 95
*) Sistem proteksi peralatan pembangkit dan gardu induk, PT.PLN (Persero), Udiklat Padang,
slide 41
3. Berdasarkan Karakteristiknya
1) Relay Instantaneous/Momen
2) Relay Inverse
a. Normal Inverse
b. Very Inverse
c. Extreem Inverse
d. Long time Inverse
3) Relay Definite
4. Berdasarkan Peranannya
pengaman utama dan pengaman cadangan
5. Berdasarkan Pemasangannya
relay primer dan relay sekunder
II.4 Pengerrtian Kubikel 20 kV
1. Pengertian Umum
Cubicle 20 kV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan
menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan
control yang terpasang pada ruang tertutup dan sebagai pembagi, penyalur, pengukur,
pengontrol, dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik.
Disebut sebagai cubicle karena peralatan-peralatan tersebut dikemas plat berbentuk
almari dengan pintu di bagian depan yang bisa dibuka dan ditutup menurut standar
operasi yang diminta.
Gambar Kubikel 20 kV SM6 singgle Feeder
Cubicle 20 kV atau switchgear 20 kV ini berisi peralatan-peralatan sebagai berikut :
1. Busbar
Busbar digunakan untuk menyalurkan dan membagikan tenaga listrik ke
peralatan-peralatan lain di dalam suatu cubicle seperti gambar di bawah ini.
Gambar Busbar Catalog kubikel 20 kV SM 6
2. Circuit Breaker (CB)
Circuit Breaker adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk menghubungkan atau
memutuskan arus listrik sesuai dengan ratingnya. Circuit breaker ini dapat dioperasikan
secara otomatis maupun manual dengan waktu pemutus atau penyambungan yang tetap
sama, sebab factor ini ditentukan oleh struktur mekanisme yang menggunakan pegas
seperti di gambar di bawah ini
3. Load Breaker Switch (LBS)
Load Breaker Switch (LBS) adalah alat untuk memutus atau menghubungkan rangkaian
pada system tenaga listrik dalam kondisi berbeban dan tidak berbeban. Pemutus ini
tidak dapat digunakan untuk memutus arus gangguan. Pemutus ini biasanya digunakan
pada jaringan tegangan menengah. Pada LBS terdapat dua kontak yaitu kontak utama
dan kontak Bantu. Kedua kontak ini bekerja bergantian yaitu pada saat masuk kontak
Bantu masuk terlebih dulu kemudian kontak utama dan pada saat keluar kontak utama
keluar terlebih dulu baru kontak Bantu seperti gambar ini.
Load break switch pada incoming
IEC 298
Un = 24 kV
Ith = 14,5 kA
In = 400 A – 50/60Hz
Uw = 125 kV
Ima = 36,5 KA
4. Disconnecting Switch (DS)
Disconecting Switch (DS) adalah suatu peralatan yang merupakan pasangan dari Circuit
Breaker. Fungsi disconnecting switch adalah memisahkan tegangan suatu bagian dari
sumbernya pada keadaan tidak berbeban. Hubungan rangkaian circuit breaker dan
disconnecting switch adalah menempatkan circuit beraker diantara dua disconnecting
switch. Hubungan antara circuit breaker dengan disconnecting switch adalah interlock
dengan tujuan tidak salah pengoperasian dari dua peralatan tersebut seperti gambar di
bawah ini.
Saklar pemutus beban pada Incoming, Metering, dan Outgoing di kubikel 20 kV
Un = 24 kV
Ith = 14,5 kA
In = 400A- 50/60 Hz
IMC
Uw = 125 kV
Ima = 36,5 kA
IEC 298
5. Earthing Switch (ES)
Saklar pentanahan menghubungkan saluran transmisi dengan bumi. Dalam keadaan
normal saklar pentanahan pada posisi terbuka dan bila saluran transmisi mengalami
gangguan hubung singkat maka saklar pentanahan akan ditutup dengan tujuan
membebaskan tegangan pada salusan transmisi. Saklar pentanahan ini juga digunakan
jika terjadi pemeliharaan terhadap peralatan lain dan menghilangkan tegangan akibat
kapasitansi seperti gambar di bawah ini.
6. Current Transformer (CT)
Current Transformer (CT) adalah suatu peralatan transformator yang diletakkan dalam
rangkaian tenaga listrik yang berguna sebagai peralatan ukur yang dihubungkan dengan
relay pengaman. Dengan transformator arus dapat diperluas batas pengukuran suatu
alat ukur seperti di gambar di bawah ini.
Gambar Current transformer di kubikel 20 kV di POLINEMA
CT
Transfomator de current stromwandler
N.9506449
ARN2/N2F 24/50/125 kV 50Hz
It 12,5 kA 0,8s Id 25 – 12,5 kA
Rapport ubersetzeung A/A
Borner klemmen
VA Classes Fs/F1
50/5 1s1- 1s2 7,5 0,5 10
50/5 2s1- 2s2 10 5p 10
MG 3731090
Normes normen NFC 42502 IEC 185 Ext 120%
7. Potensial Transformer (PT)
Potensial transformer berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi atau tegangan
menengah menjadi tegangan rendah untuk besaran ukur sesuai dengan alat-alat
pengukuran seperti gambar di bawah ini.
Gambar Potensial transformer di kubikel 20 kV di POLINEMA
PT
NUOVA MAGRINI GALILEO
Transfrmateur de tenson swannirgwander
NO 9512640
VRQ ZN/S2 24/50/125 Kv 50 Hz
PUISANCE D’ECHAUFF
ERWARMUNG LEISTUNG 250 VA
FACT TENS
SPAIN FACT 1,9/8 h
RAPPORT KV/V
UBERSETZUNG
BORNES
KLEMEN
VA CLASS
20 V3/100 V3 1S1 – 1S2 30 0,5
20V3/100V3 2S1 - 2S2 30 1
MG 3731729
NORMER
NFC 42501
IEC 186 DN 386-21
8. Piranti ukur (Voltmeter, Amperemeter. kWh meter)
Ampermeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui besarnya aliran
arus yang dipakai oleh beban.
Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui besarnya potensial
atau tegangan antara dua titik.
kWH meter adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengintegrasikan dan
mengatur arus, daya aktif, yang diberikan kepada suatu beban dalam waktu tertentu
seperti di gambar bawah ini.
Gambar Voltmeter dam Ampemeter di kubikel 20 kV
di Politeknik negeri malang
9. Relay Proteksi
1. Relay arus lebih ( OCR )
Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTM / SKTM terhadap arus lebih
yang diakibatkan oleh gangguan hubung singkat antar fasa.
2. Relay Gangguan Tanah ( Ground Fault Relay )
Relay ini berfungsi untuk mengamankan SUTM / SKTM dari gangguan tanah.
3. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite Time Over Current Relay)
Sifat atau karakteristik dari relay definite time ini adalah relay baru akan
bekerja bila arus yang mengalir pada relay tersebut melebihi besarnya arus setting
(Is) yang telah ditentukan.
10. Interlocking Control
Cubicle 20 kV ini banyak digunakan pada:
1. Gardu distribusi 20 kV pada jaringan distribusi 20 kV di PLN atau di industri berskala
besar yang memiliki jaringan distribusi sendiri.
2. Cubicle gardu distribusi yang banyak terpasang di beberapa tempat antara lain yang
berdekatan dengan konsumen, gedung perkantoran, hotel maupun industri menengah.
11. Heatler
Heatler adalah alat yang berfungsi untuk menjaga komponen – komponen kubikel
dari kelembapan udara, karena kelembapan udara bisa menimbulkan bercak – bercak
kotoran sehingga bercak kotoran akan menjadi karatan di peralatan kubikel. Alat ini di
operasikan pada tegangan 220 Volt.
2. Fungsi Cubicle TM/20 kV
1. Tempat operasi switching On-Off bagi jaringan distribusi (radial, loop, spindle).
2. Tempat operasi switching On-Off terhadap trafo distribusi.
3. Tempat operasi switching On-Off bagi motor-motor TM (dengan tegangan
nominal lebih rendah 3,3 s/d 12 kV).
3. Persyaratan Cubicle 20 kV :
1. Konstruksi:
o Kuat/kokoh
o Jarak hantaran terbuka (antar phasa, phasa-body) tergantung dari jenis
penyekatnya (udara, minyak, gas)
o Sambungan/terminating sesuai dengan SOP
2. Elektrik
o Tegangan (tegangan kerja max, tegangan impuls)
o Kekuatan tahanan isolasi (TID)
o Arus (arus nominal, arus hubung singkat).
3. Operasional
o Urutan kerja peralatan switching (DS, LBS, CB, ES).
o Relay proteksi
o Sistem interlocking
4. Pemeliharaan Peralatan Cubicle 20 kV.
Pemeliharaan adalah kegiatan yang harus dilakukan sebagai usaha untuk mengembalikan
atau mempertahankan atau mendayagunakan setiap peralatan dengan tujuan agar
peralatan dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya serta menjamin keandalan peralatan
tersebut sampai mencapai umur ekonomisnya dan untuk menjamin kontnuitas pelayanan
tenaga listrik.
Tujuan dari pemeliharaan peralatan cubicle 20 kV :
o Meningkatkan reliability, availibility, dan efisiensi peralatan
o Memperpanjang umur peralatan
o Memperpanjang interval overhoul (pemeliharaan besar)
o Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.
o Meningkatkan safety
o Mengurangi lama waktu padam
o Menghemat biaya pemeliharaan
o Waktu pemulihan lebih efektif.
1Peranan Sistem Proteksi Pada Sistem Penyaluran,, PT PLN (PERSERO) UDIKLAT
SEMARANG, 2002, hal 1.
2 Arismunandar, Teknik Tenaga Listrik, Jilid II, Jakarta, Oktober 1993, hal 79
3 Aslimeri, dkk, Teknik Transmisi Tenaga Listrik Untuk SMK, Jilid III, Jakarta, Agustus 2008, hal 375
4 PT PLN (PERSERO) UNDIKLAT SEMARANG, Relai Proteksi Sistem Penyaluran, hal 1.2-14
5 Cahyo Dwi Hartanto&David Herdianto Laporan Akhir, Perencanaan Modul Pengujian relay pengaman menggunakan relay testing unit tipe PTE-100-C, 2007
6 Ibid, hal 19
7 Ibid, hal 19
8 Pelatihan O&M Relai Proteksi Gardu Induk, PT. PLN (Persero) P3B, April 2005, hal 53
9
Protection of Electrical Network, Christophe Preve, hal 210
10 Ibid, hal 376
Diposkan oleh Ziril di 06.34 Reaksi: