Laporan PGC Keluarga Binaan

41
BAGIAN PERTAMA HASIL PEMBINAAN KELUARGA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Binaan Keluarga binaan penulis bertempat tinggal di Banjar Siakin, Desa Siakin, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Siakin termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kintamani II. Di Desa Siakin hanya terdapat dua banjar yaitu Banjar Siakin serta Banjar Batih terdapat kurang lebih 282 KK. Dari 282 KK tersebut, sebagian kecil merantau ke kota dan hanya tersisa 248 KK yang menetap di Desa Siakin. Di wilayah Desa Siakin juga terdapat Puskesmas Pembantu Siakin, yang merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada di desa ini, banyak dikunjungi oleh penduduk terutama dari Desa Siakin, dan beberapa berasal dari desa tetangga Desa Pinggan. Seperti sebagian besar daerah yang ada di Kecamatan Kintamani, Desa Siakin ini pun beriklim sejuk. Sebagian besar warganya bekerja sebagai buruh tani. Dari hasil pencatatan keluarga yang kami dapatkan masih banyak keluarga kurang mampu di desa Siakin ini kurang lebih 188 KK atau hampir tiga perempat dari KK yang menetap di desa ini. Oleh sebab itu, dengan banyaknya jumlah keluarga kurang mampu, kami sebagai 1

description

Kkn

Transcript of Laporan PGC Keluarga Binaan

BAGIAN PERTAMA

HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Keluarga Binaan

Keluarga binaan penulis bertempat tinggal di Banjar Siakin, Desa Siakin,

Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Siakin termasuk dalam wilayah

kerja Puskesmas Kintamani II. Di Desa Siakin hanya terdapat dua banjar yaitu

Banjar Siakin serta Banjar Batih terdapat kurang lebih 282 KK. Dari 282 KK

tersebut, sebagian kecil merantau ke kota dan hanya tersisa 248 KK yang menetap

di Desa Siakin. Di wilayah Desa Siakin juga terdapat Puskesmas Pembantu

Siakin, yang merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada di desa ini,

banyak dikunjungi oleh penduduk terutama dari Desa Siakin, dan beberapa

berasal dari desa tetangga Desa Pinggan. Seperti sebagian besar daerah yang ada

di Kecamatan Kintamani, Desa Siakin ini pun beriklim sejuk. Sebagian besar

warganya bekerja sebagai buruh tani. Dari hasil pencatatan keluarga yang kami

dapatkan masih banyak keluarga kurang mampu di desa Siakin ini kurang lebih

188 KK atau hampir tiga perempat dari KK yang menetap di desa ini. Oleh sebab

itu, dengan banyaknya jumlah keluarga kurang mampu, kami sebagai peserta PPD

ke-71 khususnya yang mendapat tugas di Desa Siakin diharapkan dapat

mengidentifikasi berbagai masalah di bidang kesehatan, mengupayakan alternatif

pemecahannya dengan pendekatan kedokteran keluarga.

1.2 Tujuan Pembinaan Keluarga Binaan

1. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan keluarga binaan untuk

menggali berbagai informasi berkaitan dengan masalah kesehatan.

2. Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan, faktor resiko, dan alternatif

pemecahannya di keluarga dan masyarakat.

1

3. Mampu melakukan advokasi untuk dapat memecahkan masalah kesehatan di

keluarga secara komprehensif dengan pendekatan holistik untuk

meningkatkan perilaku hidup sehat.

1.3 Manfaat Pembinaan Keluarga Binaan

1.3.1 Bagi Keluarga Binaan

Memperbaiki persepsi keluarga tentang masalah kesehatan mereka, sehingga

mampu untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan terhadap masalah

tersebut.

1.3.2 Bagi Mahasiswa Peserta PPD

Dapat melatih kemampuan berkomunikasi secara efektif, mampu

menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa pendidikan di FK Unud

sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat.

2

BAB II

HASIL PENELUSURAN KELUARGA BINAAN

2.1. Kharakteristik Keluarga Binaan

Adapun data demografis ketiga keluarga binaan penulis seperti tercantum

dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1. Data Demografi Keluarga Binaan

No.KK

NamaHubungan dengan KK

Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan

I I Wayan Sandi KK 70 tahun L Tamat SD MenikahPengrajin Bedeg

Ny. Sok Istri 60 tahun PTidak Sekolah

Menikah Buruh Tani

Ny. Nyeneng Istri 50 tahun PTidak Sekolah

Menikah Buruh Tani

Wayan Budiastiwi

Anak 15 bulan P Tamat SDBelum Menikah

Belum Bekerja

II Ni Made Pasek KK 40 tahun P Tamat SD Menikah Buruh tani Ni Wayan Sekartini

Anak 8 tahun P SD kelas IIIBelum Menikah

Pelajar

Komang Pratinayasa

Anak 6 tahun L SD kelas IBelum Menikah

Pelajar

IIINi Nyoman Sinder

KK 45 tahun P Tamat SD Menikah Buruh Tani

Nyoman Wati Anak 15 tahun P Tamat SDBelum Menikah

Belum Bekerja

Ketut Suartawan Anak 13 tahun LTidak Sekolah

Belum menikah

Belum Bekerja

Keluarga binaan I dengan kepala keluarga (KK) I Wayan Sandi terdiri dari 4

orang, yaitu KK, kedua istri KK, dan satu anak mereka. Pekerjaan KK adalah

seorang pengrajin bedeg sedangkan kedua istrinya adalah buruh tani. Keluarga

binaan II dengan KK Ni Made Pasek terdiri dari 3 orang, yaitu KK dan kedua

anaknya. Pekerjaan KK sebagai buruh tani. Keluarga binaan III dengan KK Ni

Nyoman Sinder terdiri dari 3 orang, yaitu KK dan kedua anaknya. Pekerjaan KK

sebagai buruh tani.

Dari karakteristik keluarga di atas, dapat dilihat beberapa hal yang potensial

menjadi masalah. Yang pertama adalah tingkat pendidikan yang rata-rata rendah.

Seluruh keluarga binaan I, II dan III sama-sama memiliki tingkat pendidikan yang

3

rendah yaitu tamat SD dan ada yang tidak sekolah juga. Permasalahan yang kedua

adalah dari kepala keluarga binaan di Desa Siakin, sebagian besar bekerja sebagai

buruh tani, dimana pekerjaan ini tidak memberikan penghasilan yang teratur dan

sangat tergantung hasil panen.

2.2 Status Kesehatan Keluarga Binaan

2.2.1 Kondisi Kesehatan Keluarga Binaan

Pada keluarga binaan I dalam 2 tahun terakhir kepala keluarga mengalami

masalah keluhan nyeri di sendi anggota gerak tubuh, sedangkan kedua istrinya

dan anaknya mengalami diare. Sementara pada keluarga binaan II kedua anaknya

mengalami masalah demam dan diare. Pada keluarga binaan III mengalami

masalah retardasi mental pada anak keduanya, dan keluhan diare pada anak

pertamanya.

2.2.2 Deskripsi Permasalahan Kesehatan

Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan I yaitu

kondisi kesehatan Bapak I Wayan Sandi. I Wayan Sandi berusia kurang lebih 70

tahun dikatakan sering mengalami nyeri pada anggota gerak sejak dua tahun yang

lalu. Bapak I Wayan Sandi rutin mengunjungi Puskesmas Pembantu (Pustu)

Siakin, Puskesmas Kintamani II atau klinik kesehatan di kota Bangli jika keluhan

nyeri sendi ototnya tidak dapat ditangani sehingga memerlukan pengobatan yang

lebih lanjut. Nyeri pada sendi gerak dan seluruh badan ini dikatakan sampai

menganggu aktivitasnya setiap hari. Bapak I Wayan Sandi juga mengkonsumsi

obat-obatan yang didapat dari dokter di Puskesmas Kintamani II dan keluhan

dirasakan membaik. Namun, jika obat tersebut habis, akan muncul nyeri sendi

kembali jika beraktivitas terlalu berat dan di malam hari. Keluhan tersebut juga

dialami oleh kedua istrinya yang berusia di atas 40 tahun.

Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan II yaitu Ibu

Ni Made Pasek dalam 6 bulan terakhir adalah diare dan demam yang dialami oleh

kedua anaknya. Diare dikatakan terjadi lebih kurang sepuluh hari yang lalu

sebelum penulis melakukan kunjungan, semula anak pertamanya mengeluhkan

mulas-mulas dan mencret setelah makan dan minum di warung di depan

rumahnya. Keesokan harinya dikatakan anak keduanya juga mengalami keluhan

4

yang sama seperti kakaknya. Selain itu, kedua anaknya mulai merasakan demam

seiring dengan munculnya mencret tersebut. Ibu Ni Made Pasek kemudian

membawa keluarganya untuk berobat ke bidan Pustu. Setelah mendapat obat sirup

minum dikatakan keluhan diare membaik dan saat ini kedua anaknya sudah dapat

beraktivitas dengan baik.

Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga Ibu Ni Nyoman

Sinder dalam 6 bulan terakhir adalah penyakit diare yang dialami oleh putri

pertamanya Ni Nyoman Wati, apalagi saat ini musim penghujan dengan situasi

daerah Kintamani yang dingin menurut Ibu Nyoman Sinder putrinya lebih sering

sakit. Selain itu, putrinya ini sangat sulit makan masakan yang dimasak ibunya,

biasanya lebih senang makan makanan camilan atau mie istant dan sejenisnya.

Apabila muncul keluhan ini Ibu Ni Nyoman Sinder biasanya membawa putrinya

ke bidan Pustu Siakin untuk memperoleh pengobatan. Selain itu, Ibu Ni Nyoman

Sinder juga memiliki seorang anak yang mengalami retardasi mental sejak kecil.

2.2.3 Analisis Kondisi Kesehatan

Secara umum pada ketiga keluarga binaan ditemukan permasalahan diare.

Hal ini disebabkan karena terdapatnya faktor risiko yaitu banyaknya jumlah

populasi lalat. Selain itu, tidak tersedianya jamban dan ketersediaan air bersih

yang minim. Hal tersebut juga menyebabkan tidak terciptanya perilaku hidup

bersih dan sehat pada ketiga keluarga binaan ini. Selain itu, pada ketiga keluarga

binaan ditemukan permasalahan gizi buruk terkait dengan tingkat pendidikan yang

rendah, serta pendapatan yang tidak menentu sehingga dalam penyediaan menu

makanan yang sehat dan seimbang tidak dapat dilakukan secara teratur. Pada

keluarga binaan I ditemukan masalah nyeri sendi anggota gerak. Hal dialami oleh

Bapak I Wayan Sandi dan kedua istrinya. Hal ini dialami oleh ketiga anggota

keluarga tersebut yang salah satunya disebabkan oleh faktor resiko umur yang

lebih dari 40 tahun. Selain itu, faktor cuaca dingin seperti kegiatan mandi pada

malam hari dapat meningkatkan rasa nyeri pada penderita rematik karena cuaca

yang dingin dapat menyebabkan penyusutan kapsul sendi-sendi anggota gerak

sehingga pergesekan sendi akan sering terjadi. Faktor lain yang mempengaruhi

adalah bobot tubuh dan aktivitas dari ketiga anggota keluarga binaan tersebut. Jika

bobot tubuhnya berlebih yang diiringi dengan aktivitas yang terlalu berat sehingga

5

menyebabkan tumpuan sendi semakin berat. Hal tersebut pada akhirnya

menyebabkan pergesekan sendi semakin sering terjadi dan nyeri sendi semakin

sering terjadi pula. Pada keluarga binaan II ditemukan masalah demam yang bisa

disebabkan karena imunitas tubuh keluarga binaan yang menurun. Sedangkan,

pada keluarga binaan III yang memiliki anak dengan retardasi mental yang bisa

disebabkan karena kelainan bawaan, gizi yang kurang saat ibunya mengandung

dan setelah anak tersebut lahir dan kurangnya stimulasi kognitif dan psikomotor

pada anak tersebut sejak lahir.

2.3 Status Ekonomi Keluarga Binaan

2.3.1 Pendapatan Perkapita Keluarga Binaan

Pendapatan keluarga binaan I diperoleh dari Bapak I Wayan Sandi dan

kedua istrinya. Bapak I Wayan Sandi bekerja sebagai pengrajin bedeg dan hanya

bekerja di rumah sedangkan kedua istrinya bekerja sebagai buruh tani untuk

mendukung pendapatan keluarga. Pendapatan total keluarga binaan I berasal dari

upah sebagai pengrajin bedeg dan upah sebagai buruh tani dengan jumlah yang

tidak menentu yang sangat tergantung dari musim panen. Dalam setiap bulannya

pendapatan total keluarga Bapak I Wayan Sandi sebesar Rp.1.000.000,00.

Untuk keluarga binaan II pendapatan keluarga hanya diperoleh dari Ibu Ni

Made Pasek. Pendapatan berasal dari upah sebagai buruh tani, dan memelihara

ternak sendiri yaitu 2 ekor anak babi dengan jumlah penghasilan yang tidak

menentu, tergantung dari musim panen. Dalam setiap bulannya pendapatan dari

buruh tani dapat mencapai Rp.600.000,00, sedangkan dari memelihara ternak rata

rata mencapai Rp 150.000,00 pertahunnya.

Untuk keluarga binaan III pendapatan keluarga hanya diperoleh dari Ibu Ni

Nyoman Sinder. Sumber pendapatan berasal dari upah sebagai buruh tani dengan

jumlah yang tidak menentu yang sangat tergantung dari musim panen. Dalam

setiap bulannya pendapatan total Ibu Ni Nyoman Sinder sebesar Rp. 500.000,00.

2.3.2 Pengeluaran Perkapita Keluarga Binaan

Pengeluaran perkapita keluarga binaan I kurang lebih Rp 1.000.000,- per

bulan dengan rincian Rp 800.000,00 untuk makan, Rp 50.000,00 untuk listrik,air,

dan suka duka serta Rp 150.000,00 untuk biaya sekolah anak.

6

Pengeluaran perkapita keluarga binaan II rata-rata Rp 600.000,00 tiap bulan,

dengan rincian kurang lebih Rp. 500.000,00 untuk makan, Rp 50.000,00 untuk

listrik, air, dan suka duka dan Rp 50.000,00 untuk biaya sekolah anak.

Keluarga binaan III kurang lebih Rp 500.000,00 dengan rincian Rp

450.000,00 untuk makan, Rp 50.000,00 untuk listrik, air, dan suka duka.

2.3.3 Kepemilikan Aset Berharga

Keluarga binaan I memiliki aset berupa 1 buah TV, dan rumah dan

pekarangan seluas 2 are. Sedangkan keluarga binaan II memiliki aset berupa 1

buah TV, rumah dan pekarangan seluas 1,5 are. Keluarga binaan III memiliki

asset berupa rumah dan pekarangan seluas 1 are.

2.3.4. Analisis Status Ekonomi

Penghasilan ketiga keluarga binaan rata-rata hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Yang dipenuhi adalah terutama biaya makan, sisanya untuk

biaya air, listrik dan suka duka, serta biaya sekolah anak, sehingga tidak ada yang

disisihkan untuk ditabung. Secara umum seluruh keluarga binaan termasuk dalam

golongan ekonomi menengah ke bawah.

2.4. Lingkungan Fisik Keluarga Binaan

2.4.1 Deskripsi Keadaan Lingkungan Fisik

Keluarga binaan I yaitu Bapak I Wayan Sandi tinggal di sebuah rumah

berukuran kurang lebih 6 x 8 meter, dengan berdinding bedeg dan lantai berlapis

semen. Dapur terdapat di dalam rumah utama. Terkesan cukup pengap karena

ventilasi kurang memadai. Air bersih tersedia dalam jumlah yang minim diambil

dari sumber air desa di cubangan. Keluarga ini tidak memiliki kamar mandi dan

jamban pribadi, serta biasanya menumpang dengan tetangga di sebelahnya..

Limbah rumah tangga yang berupa sampah organik digunakan untuk pupuk

kompos, sedangkan sampah plastik biasanya dibakar di ladang belakang rumah.

Keluarga binaan II, keluarga Ibu Made Pasek tinggal di rumah berukuran

kurang lebih 3 x 4 meter. Rumah berdinding batako, dengan lantai semen. Rumah

ini terbagi menjadi dua ruang, ruang keluarga yang langsung berfungsi sebagai

kamar tidur dan sebuah dapur. Rumah terkesan pengap, dan kurang bersih. Air

7

bersih tersedia dalam jumlah minim yang diambil dengan derigen dari sumber air

desa di cubangan. Keluarga ini tidak memiliki jamban dan kamar mandi sendiri,

serta biasanya menumpang dengan tetangga di sebelahnya. Limbah rumah tangga

diperlakukan sama seperti keluarga binaan I, sampah organik digunakan untuk

pupuk kompos, sedangkan sampah plastik dibakar di ladang.

Keluarga binaan III, keluarga Ni Nyoman Sinder memiliki rumah berukuran

kurang lebih 3 x 4 meter, memiliki dua buah kamar. Dinding rumah dari beton

dengan lantai dari semen. Kamar KK bersebelahan dengan dapur tanpa adanya

sekat antara kedua ruangan tersebut. Rumah terkesan pengap, kurang bersih dan

ventilasi kurang. Keluarga ini tidak memiliki jamban pribadi dan kamar mandi,

biasanya menumpang di kamar mandi tetangga. Air bersih didapat dari sumber

mata air desa yang ditampung lewat pompa air yang berada di dekat Pustu. Untuk

pengelolaan limbah sama dengan keluarga binaan yang lain di mana limbah

organik dijadikan pupuk sementara limbah plastik dibakar di halaman belakang

rumah.

2.4.2 Analisis Status Lingkungan Fisik

Secara umum untuk keadaan lingkungan fisik pada ketiga keluarga binaan

masih berada di bawah standar yang memadai. Pada keluarga binaan I yang

keberadaan dapur dan kamar tidur berada di dalam sebuah rumah utama tanpa

adanya sekat, Ketiga keluarga binaan juga memiliki masalah dalam ketersediaan

jamban pribadi sehingga harus meminjam ke tetangga. Selain itu, keadaan ketiga

keluarga binaan juga terkesan kotor, pengap, serta ventilasi kurang.

2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.5.1 Deskripsi PHBS Pada Keluarga Binaan

Pada keluarga binaan I (I Wayan Sandi), budaya hidup sehat sudah berusaha

untuk diterapkan, namun masih belum sempurna. Mengingat tiga anggota

keluarga yang mengunyah sirih setiap hari, mereka jarang menyikat gigi sehari-

hari, untuk mandi dikatakan hanya sekali sehari pada malam hari karena

minimnya ketersediaan air bersih, dan kebiasaan cuci tangan dengan air yang

ditampung sebelum dan setelah makan. Karena tidak memiliki jamban pribadi,

biasanya BAB di jamban milik tetangga atau BAB di tegalan. Pakaian biasanya

8

diganti setiap 2 hari sekali dan tidak disetrika. Untuk makanan biasanya menu

sehari hari seperti nasi, tempe/tahu, telur, sayur, kadang kadang berisi daging

seperti ikan atau ayam setiap hari raya tiba.

Pada keluarga Ni Made Pasek karena belum memiliki fasilitas MCK sendiri,

kegiatan mandi biasanya sehari sekali, serta mencuci pakaian dilakukan tiga hari

sekali dilakukan di kamar mandi tetangga ataupun di dekat mata air. Untuk sikat

gigi dilakukan sehabis mandi. Untuk BAB nya biasanya dilakukan dengan

meminjam kabar mandi tetangganya. Untuk keperluan makanan sehari-hari

biasanya diambil dari ladang dengan menu nasi, sayur sayuran, dan terkadang

diselingi tempe, tahu ataupun ikan pindang.

Pada keluarga Ni Nyoman Sinder sudah berupaya menerapkan kebiasaan

hidup bersih dan sehat, namun keluarga ini tidak memiliki jamban pribadi

sehingga untuk mandi, dan mencuci biasanya dilakukan di kamar mandi tetangga,

dan terkadang BAB dilakukan di tegalan. Mandi biasanya sehari sekali,

sedangkan sikat gigi biasanya sekali sehari sehabis makan. Untuk keperluan

makan biasanya diambil dari ladang dengan menu sehari hari berupa nasi, sayur

sayuran, telur serta ikan pindang.

2.5.2 Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Pada ketiga keluarga binaan masih berupaya menerapkan perilaku hidup

bersih dan sehat, namun permasalahan yang ditemui terkait dengan kebiasaan

untuk mandi hanya sekali sehari karena ketersediaan air bersih yang minim dan

udara dingin, serta kebiasaan cuci tangan dengan air tanpa sabun. Selain itu,

karena ketiga keluarga binaan tidak memiliki jamban pribadi, kebiasaan BAB

cukup miris karena terkadang mereka masih BAB di tegalan jika tidak meminjam

kamar mandi tetangga. Dalam hal menu makanan, sebagian keluarga binaan juga

hanya mengkonsumsi nasi, sayur, dan terkadang ikan/telur sehingga nilai gizi

sangat kurang karena tidak memenuhi standar makanan 4 sehat 5 sempurna.

9

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kharakteristik Keluarga Binaan

Dari segi kharakteristik yang ditemukan adalah sebagian besar KK bekerja

sebagai buruh tani. Tingkat pendidikan rata rata masih rendah sebagian besar

hanya tamat SD, bahkan ada yang tidak bersekolah, namun upaya mereka untuk

meningkatkan status pendidikan pada puta putrinya dengan menyekolahkan pada

tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

3.2 Status Kesehatan Keluarga Binaan

Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada ketiga keluarga binaan adalah

diare, disebabkan karena adanya faktor risiko lalat. Lalat sebagai vektor mekanik

yang mempermudah penularan diare telah mengalami adaptasi morfologi dan

fisiologi yang membuat mereka bisa bertahan. Diupayakan meningkatkan

kebersihan pada masing-masing keluarga terutama dalam membuang sampah.

Pada permasalahan kedokteran keluarga diangkat permasalahan rematik. Dengan

melihat faktor resiko dengan usia di atas 40 tahun, memiliki kebiasaan mandi di

malam hari dan kebiasaan makanan yang mengandung asam urat tinggi dicurigai

menjadi pemicu timbulnya masalah rematik pada KK Binaan I (Bapak I Wayan

Sandi). Diupayakan untuk mengurangi aktivitas yang berat, menjaga asupan

makanan, menjaga beat badan ideal, mengurangi kebiasaan mandi malam hari,

dan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

3.3 Status Sosial Ekonomi Keluara Binaan

Masalah ekonomi keluarga binaan II dan II berasal dari pekerjaan mereka

yang hanya buruh tani, karena mereka tidak memiliki tanah sendiri. Selain itu,

tingkat pendidikan yang tergolong rendah juga menyulitkan mereka mencari

pekerjaan lain sehingga keluarga ini berada pada tingkat ekonomi yang paling

rendah di antara keluarga binaan yang lain. Sedangkan, keluarga binaan I yang

bekerja sebagai pengrajin bedeg dan dibantu kedua istrinya yang bekerja sebagai

buruh tani juga memiliki tingkat ekonomi yang rendah karena biaya

pengeluarannya lebih besar dari pendapatan total keluarga. Diharapkan untuk

10

menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung sebagai upaya investasi masa

depan.

3.4 Lingkungan Fisik

Masalah pada ketiga keluarga binaan adalah pada pengelolaan sampah

khususnya sampah plastik. Sampah plastik dikumpulkan di tegalan dan kemudian

dibakar. Hal ini selain dapat menimbulkan kebakaran, juga akan menghasilkan

asap yang akan menganggu kesehatan ketiga keluarga binaan. Ketiga keluarga

binaan juga ditemukan masalah yaitu tidak adanya jamban. Hal ini akan

berdampak buruk terhadap kesehatan keluarga serta kesehatan lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, diharapkan dibangun jamban pribadi di setiap rumah.

Permasalahan lainnya adalah mengenai ruangan di mana ruang tamu dan kamar

tidur bahkan dapur digabung menjadi satu. Hal ini berpotensi menimbulkan

masalah kesehatan terutama pernapasan seperti misalnya terhirup asap dari proses

memasak di dapur. Keberadaan ventilasi juga sangat minim sehingga keadaan

ruangan terasa pengap. Diharapkan keluarga membuat ventilasi sederhana

sehingga sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah dan terjadi sirkulasi udara

yang baik di dalam rumah.

3.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Masalah yang ditemukan adalah kebiasaan mandi yang hanya 1 kali, BAB

sembarangan di tegalan, membuang sampah sembarangan di tegalan, pakaian

kerja jarang dicuci dan disetrika, dan masalah mencuci tangan yang biasa

dilakukan dengan air saja tanpa menggunakan sabun. Disarankan untuk

meningkatkan kebersihan dengan membiasakan mencuci tangan dengan

menggunakan sabun.

11

BAB IV

SIMPULAN

4.1 Simpulan

1. Keluarga-keluarga binaan di Desa Siakin memiliki lingkungan fisik

tempat tinggal yang kurang bersih dan sehat, tidak adanya tempat

pengelolaan sampah, serta masih adanya persepsi yang salah tentang

konsep sehat-sakit di lingkungan keluarga binaan yang kemungkinan

disebabkan rendahnya tingkat pendidikan.

2. Selama kegiatan PPD ke-71 ini, khususnya di desa Siakin telah

dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut

promosi kesehatan dengan memberikan KIE dan motivasi baik kepada

pihak penderita dan juga keluarganya tentang penyakit yang sedang atau

pernah diderita.

4.2 Saran

1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses

pengobatan penderita dengan ikut menjaga kebersihan dan kesehatan di

lingkungan sekitar.

2. Persepsi sehat-sakit yang salah di masing-masing keluarga binaan diubah

secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan

peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan

memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup

sehat yang baik.

3. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan untuk memberikan

komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat dan berkelanjutan pada

penderita dan orang – orang terdekatnya

12

BAGIAN KEDUA

PENANGGULANGAN PENYAKIT REMATIK

DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

I. LATAR BELAKANG KASUS

Kasus bernama I Wayan Sandi, berjenis kelamin laki-laki berusia 70 tahun.

Bapak I Wayan Sandi merupakan kepala keluarga, yang mana merupakan suami

dari Ny. Sok dan Ny. Nyeneng dan merupakan bapak dari Wayan Budiastiwi.

Keluarga Bapak I Wayan Sandi merupakan salah satu keluarga miskin yang

bertempat tinggal Tempek Desa di Desa Siakin yang memiliki masalah kesehatan

yaitu penyakit rematik. Pada saat dikunjungi, Bapak I Wayan Sandi telah

dinyatakan menderita penyakit rematik sejak dua tahun yang lalu, dan secara rutin

2-3 bulan sekali memeriksakan kesehatan dirinya ke Puskesmas Kintamani II dan

klinik kesehatan di Bangli.

Berikut adalah profil keluarga Bapak I Wayan Sandi yang disajikan dalam

bentuk tabel.

Tabel 2. Data KK Binaan I

No. NamaHubungan dengan KK

Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan

1 I Wayan Sandi KK 70 tahun L Tamat SD MenikahPengrajin Bedeg

2 Ny. Sok Istri 60 tahun PTidak Sekolah

Menikah Buruh Tani

3 Ny. Nyeneng Istri 50 tahun PTidak Sekolah

Menikah Buruh Tani

4Wayan Budiastiwi

Anak 15 bulan P Tamat SDBelum Menikah

Belum Bekerja

II. RIWAYAT KASUS

II.1 Latar Belakang Penyakit

Berdasarkan rekomendasi Puskesmas Pembantu (Pustu) Siakin, Puskesmas

Kintamani II, serta dari pihak desa Siakin sendiri penulis mendapatkan kasus

penyakit rematik yang dialami oleh salah seorang warga Desa Siakin yaitu I

Wayan Sandi, laki-laki, berusia 70 tahun yang merupakan kepala keluarga, suami

dari Ny. Sok dan Ny. Nyeneng, serta bapak dari Wayan Budiastiwi.

13

Penyakit rematik merupakan sebuah permasalahan yang sering terjadi

khususnya pada masyarakat dengan usia di atas 40 tahun. Khususnya di desa

Siakin, keadaan ini diperburuk dengan cuaca yang dingin yang menjadikan

keluhan nyeri sendi meningkat. Selama ini banyak masyarakat yang mengira

bahwa hanya ada 1 penyakit rematik di dunia. Namun faktanya terdapat lebih dari

100 jenis penyakit rematik. Beberapa jenis rematik atau nyeri sendi yang banyak

dikenal adalah Osteoarthitis (jenis rematik akibat rusak atau menipisnya bantalan

sendi dan tulang rawan), Rheumatoid Arthritis, Gout/Asam Urat (akibat terlalu

banyak mengkonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi, seperti seafood

dan jeroan), Non-Particular Arthritis (akibat kebiasaan posisi yang salah sehingga

tendon tegang), dan Body Posture Disturbance (akibat bentuk tubuh tidak simetris

sehingga otot mudah tegang).

Usia memang berpengaruh terhadap munculnya rematik atau nyeri sendi.

Memang, resiko terserang rematik semakin bertambah seiring dengan

bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena semakin menipisnya lapisan

pelindung sendi dan mulai mengentalnya minyak pelumas tulang di atas usia 45

tahun. Namun, bukan berarti penyakit ini hanya diderita oleh orang usia lanjut.

Setidaknya, sebanyak 1 orang dari 6 penderita rematik merupakan orang-orang

yang masih muda. Bahkan, salah satu jenis penyakit, yaitu Juvenille Reumatoid

Artritis, ternyata banyak diderita oleh anak-anak.

Salah satu penyebab terjadinya penyakit rematik adalah terjadinya

pengapuran tulang rawan. Pengapuran berarti menipisnya jaringan tulang rawan

yang berfungsi sebagai bantalan persendian. Bantalan persendian yang menipis

menyebabkan terjadi gesekan tulang yang pada akhirnya menyebabkan nyeri.

Obat-obatan belum ada yang dapat menyembuhkan penyakit rematik, hanya

mampu mengurangi rasa nyeri dan mencegah kerusakan sendi lebih lanjut.

Pengobatan rematik biasanya jangka panjang untuk mencegah terjadi deformitas

dari tulang yang akanmenyebabkan komplikasi dan juga biaya pengobatan yang

lebih mahal lagi. Untuk mengurangi nyeri juga dapat dilakukan kompres es.

Selain itu beberapa tanaman bisa dijadikan obat herbal seperti seledri, kubis, atau

wortel untuk mengurangi gejala rematik. Jahe, kunyit, daun lidah buaya, aroma

terapi juga dapat mengurangi bengkak pada sendi. Salah satu tindakan pencegahan

14

lainnya adalah menjaga berat badan ideal untuk mengurangi tumpuan pada lutut

sehingga mengurangi nyeri lutut. Selain itu bobot tubuh berlebih juga

memperbesar risiko asam urat. Perlu juga olahraga ringan seperti jalan kaki

karena jalan kaki mampu memabakar kalori, memperkuat otot, dan membangun

tulang yang kuat tanpa menganggu persendian yang sakit. Menghindari olahraga

yang membebani lutut seperti jogging, bulu tangkis, voli dan lainnya.

Pernyataan bahwa rematik atau nyeri sendi timbul karena mandi malam,

cuaca dingin, dan AC memang sangat sering terdengar. Padahal, itu hanya mitos

saja. Sebenarnya, tidak ada hubungan antara rematik dan sering mandi malam.

Namun demikian, bila telah terkena rematik atau nyeri sendi  memang tidak

dianjurkan mandi malam. Karena setiap kali tubuh terkena air dingin/suhu dingin,

kapsul sendi akan mengkerut. Hal ini tentunya dapat menambah rasa nyeri pada

sendi yang telah terserang rematik.

Beberapa faktor pemicu rematik atau nyeri sendi sebenarnya adalah

obesitas, pertambahan usia, dan pola makan yang tidak sehat. Dengan

bertambahnya usia, lapisan pelindung sendi akan semakin menipis dan minyak

pelumas sendi akan semakin mengental. Akibatnya sendi pun menjadi kaku dan

nyeri saat digerakkan. Selain itu, berat badan yang berlebih cenderung merubah

metabolisme tubuh dan memberikan beban yang berlebih pada sendi yang dapat

menyebabkan rematik. Tidak hanya itu, pola makan yang tidak sehat juga

berhubungan dengan rematik. Makanan yang mengandung lemak hewani di dalam

jumlah tinggi akan diubah tubuh menjadi zat eicosanoid, suatu zat yang dapat

menyebabkan radang pada persendian. Oleh karena itu, beberapa hal yang harus

diperhatikan Bapak I Wayan Sandi adalah menjaga bobot tubuh ideal, melakukan

kegiatan yang tidak membebani sendi tulang berlebihan, melakukan jalan santai

namun jangan melakukan olahraga berat, menjaga makanan terutama menghindari

makanan yang mengandung asam urat yang tinggi, hindari mandi di malam hari,

dan mengurangi stres yang dapat menjadi pemicu rematik.

2.2. Upaya Penyembuhan/Pengobatan

Upaya yang telah dilakukan keluarga Bapak I Wayan Sandi untuk mengatasi

permasalahan ini adalah secara rutin memeriksakan dirinya ke Bidan Pustu Siakin,

Puskesmas Kintamani II, dan juga klinik kesehatan lainnya. Selain itu, Bapak I

15

Wayan Sandi juga mendapatkan obat berupa penghilang rasa nyeri dari pihak

Puskesmas dan dokter di klinik kesehatan, namun setelah obat yang diberikan

habis, Bapak I Wayan Sandi dikatakan mulai merasa nyeri kembali terutama di

malam hari dan setelah mandi malam hari. Oleh karena itu, Bapak I Wayan Sandi

mengurangi aktivitasnya dengan bekerja sebagai pengrajin bedeg yang

dikerjakannya di rumah sendiri. Hal tersebut diharapkan mampu mengurangi

aktivitasnya di luar rumah.

III. PENERAPAN PRINSIP KEDOKTERAN KELUARGA

Sesuai dengan tujuan PPD-71 agar dapat menangani permasalahan

kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka kedokteran

keluarga merupakan metode yang efektif untuk dapat mengatasi permasalahan

kesehatan.

1. Personal

Pada kasus penyakit rematik, penulis perlu menekankan kepada KK

binaan bahwa beliau memiliki fakto resiko munculnya penyakit rematik

ini dikemudian hari. Hal tersebut akan terus berlangsung selama terpapar

oleh faktor resiko tersebut.

2. Koordinatif dan kolaboratif

Pada kasus ini, penulis sudah memberikan penjelasan kepada KK untuk

bekerja sama dengan Bidan Pustu Siakin dan dokter di Puskesmas

Kintamani II, khususnya dalam pemantauan nyeri sendi dan juga

pengukuran berat badan agar sesuai dengan bobot ideal, serta pengaturan

makanan sehat sebagai asupan sehari-hari.

3. Paripurna

Pendekatan pada kasus tidak hanya dilakukan pada kasus (, tetapi pada

anggota keluarga yang lain yaitu kedua istrinya dan anaknya untuk dapat

mengerti, memahami, dan dapat melakukan upaya pencegahan

munculnya nyeri sendi kembali. Pendekatan juga tidak hanya untuk

mengurangi nyeri sendi, tetapi juga dalam hal perilaku hidup bersih dan

sehat di lingkungan keluarga.

16

4. Berkesinambungan

Pada kasus penulis telah melakukan kunjungan rutin dua kali seminggu

demi memantau kondisi kesehatan dan perkembangan dari kasus. Dari

pihak Pustu juga dengan melakukan pemeriksaan secara rutin setiap

bulan pada kasus, memberikan informasi juga kepada warga yang

mengalami keluhan yang sama.

5. Mengutamakan pencegahan

Khusus di desa Siakin karena sebagian besar kasus adalah kasus dengan

penyakit rematik, diharapkan dapat dilakukan kegiatan penyuluhan yang

intensif pada setiap keluarga miskin yang memiliki keluhan nyeri sendi

anggota gerak yang sama.

6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungan

Kerja sama dengan pihak desa, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan

(Bidan) dengan penyuluhan misalnya saat diadakan kegiatan seperti

posyandu, atau pertemuan banjar untuk memberikan informasi mengenai

permasalahan kesehatan khususnya dalam mencegah terjadinya penyakit

rematik.

17

Lampiran 1:

Transkrip Hasil Penelusuran Keluarga Binaan 1 (Nama KK : Bapak I

Wayan Sandi)

1) Karakteristik Keluarga

Tabel 3. Karakteristik KK binaan I

No. NamaHubungan dengan KK

Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan

1 I Wayan Sandi KK 70 tahun L Tamat SD MenikahPengrajin Bedeg

2 Ny. Sok Istri 60 tahun PTidak Sekolah

Menikah Buruh Tani

3 Ny. Nyeneng Istri 50 tahun PTidak Sekolah

Menikah Buruh Tani

4Wayan Budiastiwi

Anak 15 bulan P Tamat SDBelum Menikah

Belum Bekerja

Gambar 1. Sistem kekerabatan KK binaan I

Keterangan Gambar

= Laki-laki = Perempuan

1. I Wayan Sandi (KK) Kasus Kedokteran Keluarga dengan rheumatoid

atrithis

2. Ny. Sok (Istri KK I)

3. Ny. Nyeneng (Istri KK II)

4. Wayan Budiastiwi (Anak KK)

2) Status Kesehatan Anggota Keluarga (dalam 6 Bulan Terakhir)

Bapak I Wayan Sandi (Kepala Keluaarga) menderita Rheumatoid

Atrithis (RA)

18

4

1 32

Kedua istrinya juga mengeluh keluhan yang serupa dengan bapak I

Wayan Sandi. Sedangkan untuk anggota keluarga yang lain tidak ada

masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius.

3) Status Ekonomi Keluarga

Tergolong keluarga miskin.

Penghasilan keluarga per bulan : Rp 1.000.000,00

Sumber penghasilan tetap : Kepala keluarga sebagai pengrajin

bedeg, kedua istri sebagai buruh

tani

Pengeluaran keluarga : Rp 1.000.000,00 perbulan

Kepemilikan Aset / Barang : 1 unit televisi, 1 unit kompor gas

ukuran kecil, rumah dan

pekarangan seluas 2 are

4) Lingkungan Fisik Keluarga

Luas bangunan rumah kurang lebih 6 m x 8 m

Gedung utama rumah berdinding anyaman bambu (bedeg), dan

lantainya berlapis semen, terdapat 2 kamar yang terpisah, satu untuk

KK serta kedua istrinya, dan satu lagi untuk anaknya.

Setiap kamar masing-masing memiliki satu jendela kecil dan satu pintu

sehingga terkesan pengap.

Dapur berada di luar bangunan utama, dan kebersihannya sangat kurang

terjaga. Walaupun memiliki kompor gas, keluarga ini biasanya

memasak dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar.

Tidak memiliki kamar mandi dan jamban sendiri.

Sumber air berasal dari mata air yang dialirkan lewat selang dari tempat

penampungan air yang dapat diambil di dekat Puskesmas Pembantu

(Pustu) Desa Siakin.

Belum memiliki tempat pembuangan sampah.

5) Pengetahuan dan Perilaku Keluarga tentang Hidup Bersih dan Sehat

19

KK dan istri sadar bahwa kebersihan lingkungan berperan penting

terhadap kesehatan, dan mereka berusaha untuk menerapkan.

Setiap anggota keluarga mandi satu kali setiap hari.

Mencuci pakaian biasanya dilakukan setiap dua hari sekali, dan pakaian

biasanya tidak disetrika.

Menu makanan sehari-hari hanya nasi dan sayur-mayur, ikan pindang

dan jarang mengkonsumsi daging.

20

Lampiran 2:

Transkrip Hasil Penelusuran Keluarga Binaan 2 (Nama KK : Ibu Ni Made

Pasek)

1) Karakteristik Keluarga

Tabel 4. Karakteristik KK binaan II

No. NamaHubungan dengan KK

Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan

1 Ni Made Pasek KK 40 tahun P Tamat SD Menikah Buruh tani

2Ni Wayan Sekartini

Anak 8 tahun P SD kelas IIIBelum Menikah

Pelajar

3Komang Pratinayasa

Anak 6 tahun L SD kelas IBelum Menikah

Pelajar

Gambar 2. Sistem kekerabatan KK binaan II

Keterangan Gambar

= Laki-laki = Perempuan

1. Ni Made Pasek (KK)

2. Ni Wayan Sekartini (Anak I KK)

3. Komang Pratinayasa (Anak II KK)

2) Status Kesehatan Anggota Keluarga (dalam 6 Bulan Terakhir)

Diare dan demam yang dialami oleh KK dan kedua anaknya.

Diare dan demam terjadi lebih kurang lima hari sebelum penulis

melakukan kunjungan.

21

32

1

Setelah diberikan obat minum dari ibu bidan Pustu anak sudah dapat

beraktivitas dengan baik.

3) Status Ekonomi Keluarga

Tergolong keluarga miskin.

Penghasilan keluarga per bulan : Rp 600.000,00

Sumber penghasilan tetap : Kepala keluarga sebagai buruh tani.

Pengeluaran keluarga : Rp 600.000,00

Kepemilikan Aset / Barang : 1 unit televisi, rumah seluas 1,5 are

4) Lingkungan Fisik Keluarga

Luas bangunan rumah kurang lebih 3 m x 4 m

Gedung utama rumah berdinding batako, dan lantainya berlapis semen,

terdapat 2 ruangan yaitu satu kamar tidur dan satu dapur.

Kamar tidak memiliki jendela dan hanya ada satu pintu sehingga

terkesan pengap.

Dapur berada di dalam bangunan utama, dan kebersihannya sangat

kurang terjaga. Di dapur terdapat satu jendela kecil sehingga terkesan

pengap. Walaupun memiliki kompor gas, keluarga ini biasanya

memasak dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar.

Belum memiliki kamar mandi dan jamban sendiri.

Sumber air berasal dari mata air yang dialirkan lewat selang dari tempat

penampungan air yang dapat diambil di dekat Puskesmas Pembantu

(Pustu) Desa Siakin.

Belum memiliki tempat pembuangan sampah, sampah organik biasanya

digunakan sebagai pupuk, sampah plastik biasanya dibakar di ladang.

5) Pengetahuan dan Perilaku Keluarga tentang Hidup Bersih dan Sehat

KK dan kedua anaknya sadar bahwa kebersihan lingkungan berperan

penting terhadap kesehatan, dan mereka berusaha untuk menerapkan.

Setiap anggota keluarga mandi satu kali setiap hari.

Mencuci pakaian biasanya dilakukan setiap dua hari sekali, dan pakaian

biasanya tidak disetrika.

22

Menu makanan sehari-hari hanya nasi dan sayur-mayur, ikan pindang

dan jarang mengkonsumsi daging.

23

Lampiran 3:

Transkrip Hasil Penelusuran Keluarga Binaan 3 (Nama KK : Ibu Ni

Nyoman Sinder)

1) Karakteristik Keluarga

Tabel 5. Karakteristik KK binaan III

No. NamaHubungan dengan KK

Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan

1Ni Nyoman Sinder

KK 45 tahun P Tamat SD Menikah Buruh Tani

2 Nyoman Wati Anak 15 tahun P Tamat SDBelum Menikah

Belum Bekerja

3Ketut Suartawan

Anak 13 tahun LTidak Sekolah

Belum menikah

Belum Bekerja

Gambar 3. Sistem kekerabatan KK binaan III

Keterangan Gambar

= Laki-laki = Perempuan

1. Ni Nyoman Sinder (KK)

2. Nyoman Wati (Anak I KK)

3. Ketut Suartawan (Anak II KK)

2) Status Kesehatan Anggota Keluarga (dalam 6 Bulan Terakhir)

Penyakit diare dialami oleh anak pertamanya Nyoman Wati.

Setelah diberikan obat minum dari ibu bidan Pustu anak sudah dapat

beraktivitas dengan baik.

24

1

32

Anak kedua pasien mengalami retardasi mental yang dialami sejak

kecil.

3) Status Ekonomi Keluarga

Tergolong keluarga miskin.

Penghasilan keluarga per bulan : Rp 500.000,00

Sumber penghasilan tetap : Kepala keluarga sebagai buruh tani

Pengeluaran keluarga : Rp 500,000

Kepemilikan Aset / Barang : Rumah dan pekarangan seluas 1 are

4) Lingkungan Fisik Keluarga

Luas bangunan rumah kurang lebih 3 m x 4 m

Gedung utama rumah berdinding beton, dan lantainya terbuat dari

semen, terdapat 2 kamar yang tersambung, satu untuk KK, dan satu lagi

untuk kedua anaknya. Dapur terletak bersebelahan dengan kamar KK

tanpa adanya sekat antara dapur dan kamar.

Setiap kamar masing-masing memiliki satu jendela kecil dan hanya

terdapat satu pintu sehingga terkesan pengap.

Belum memiliki kamar mandi dan jamban sendiri.

Sumber air berasal dari mata air yang dialirkan lewat selang dari tempat

penampungan air yang dapat diambil di dekat Puskesmas Pembantu

(Pustu) Desa Siakin.

Untuk pengelolaan limbah sama dengan keluarga binaan yang lain di

mana limbah organik dijadikan pupuk sementara limbah plastik dibakar

di halaman belakang rumah.

5) Pengetahuan dan Perilaku Keluarga tentang Hidup Bersih dan Sehat

KK dan kedua anaknya sadar bahwa kebersihan lingkungan berperan

penting terhadap kesehatan, dan mereka berusaha untuk menerapkan.

Setiap anggota keluarga mandi satu kali setiap hari.

Mencuci pakaian biasanya dilakukan setiap 2 hari sekali, dan pakaian

biasanya tidak disetrika.

25

Menu makanan sehari-hari hanya nasi dan sayur-mayur, ikan pindang

dan jarang mengkonsumsi daging.

26

Lampiran 4. Denah Rumah Keluarga Binaan Bapak I Wayan Sandi

(Kasus Kedokteran Keluarga dengan Penyakit Rematik) U

27

Pintu Masuk

Kamar Tidur Pasien dan

Kedua Istrinya

Dapur

Tumpukan Kayu BakarTugu

Kamar Tidur Anak Pasien

LAMPRAN 5.

FOTO KEGIATAN

Gambar 1. Keluarga I Wayan Sandi

Gambar 2. Keadaan Rumah I Wayan Sandi

28

Gambar 3. Keluarga Ni Made Pasek

Gambar 4. Keluarga Ni Nyoman Sinder

29