Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa … · Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota...
Transcript of Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa … · Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota...
VISI BANK INDONESIA“Menjadi Bank Sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan
nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter
dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan”
NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA“Kompetensi - Integritas - Transparansi - Akuntabilitas - Kebersamaan.”
VISI KANTOR BANK INDONESIA“Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran
dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.”
MISI KANTOR BANK INDONESIA“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem
pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga
terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.”
...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakanekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasiberdasarkan hasil kajian yang akurat...
(Salah satu dari lima tugas pokok Kantor Bank Indonesia)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
iv Kata Pengantar
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Bank Indonesia Yogyakarta
Kelompok Kajian Ekonomi
Jl. P. Senopati No.4-6, Yogyakarta
Telp.0274-377755 Fax.0274-371707
Softcopy laporan ini dapat diunduh pada menu Data Informasi Bank Indonesia (DIBI)
pada website Bank Indonesia: http://www.bi.go.id
vIndikator Terpilih
Indikator Terpilih
2011I II III IV I II III IV I
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 5.045 4.832 5.094 5.093 5.230 5.071 5.453 5.288 5.455 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,15 4,80 2,59 6,28 3,67 4,94 7,04 3,84 4,31 Laju Inflasi Tahunan (yoy%) 7,91 4,50 3,22 2,93 3,35 4,93 5,98 7,38 7,53Sumber : BPS DIY, diolah
I n d i k a t o r2009 2010
2011I II III IV I II III IV I
Bank Umum Total Aset (miliar Rp) 19.703 19.993 21.356 22.587 23.643 24.059 24.477 26.737 26.615 DPK (miliar Rp) 17.502 18.039 19.132 19.679 20.022 21.119 21.464 22.919 23.274 - Giro (miliar Rp) 2.949 2.863 3.144 2.798 3.219 3.226 3.076 3.100 3.501 - Tabungan (miliar Rp) 8.365 8.765 9.058 10.029 9.541 10.120 10.746 11.795 11.665 - Deposito (miliar Rp) 6.188 6.411 6.930 6.852 7.262 7.773 7.642 8.024 8.108 Kredit - berdasarkan lokasi kantor (miliar Rp) 9.300 9.584 9.767 10.162 10.883 11.253 11.675 12.708 13.111 - Modal Kerja 3.931 4.002 3.912 4.010 3.995 4.167 4.586 4.879 4.950 - Investasi 1.171 1.217 1.323 1.360 1.598 1.638 1.537 2.033 2.113 - Konsumsi 4.197 4.365 4.532 4.792 5.290 5.449 5.552 5.796 6.048 Loan to Deposit Ratio (%) 53,13 53,13 51,05 51,64 54,35 53,28 54,39 55,45 56,33 NPL Kredit - berdasarkan lokasi kantor - Gross (%) 2,50 3,50 3,99 2,86 3,05 3,09 3,04 2,68 2,81
Bank Perkreditan Rakyat Total Aset (miliar Rp) 1.735 1.803 1.832 1.985 2.084 2.172 2.293 2.453 2.520 DPK (miliar Rp) 1.230 1.262 1.304 1.354 1.424 1.454 1.519 1.605 1.644 - Tabungan (miliar Rp) 395 399 409 450 440 437 452 510 493 - Deposito (miliar Rp) 834 863 896 904 984 1.017 1.066 1.095 1.151 Kredit (miliar Rp) 1.374 1.445 1.519 1.561 1.654 1.743 1.830 1.872 1.933 - Modal Kerja 569 600 618 632 677 724 754 736 757 - Investasi 120 121 123 126 138 180 190 184 194 - Konsumsi 685 725 778 803 838 839 887 953 981 Loan to Deposit Ratio (%) 111,72 114,48 116,48 115,27 116,16 119,92 120,50 116,66 117,54 NPL Gross (%) 7,36 6,90 6,86 5,46 6,40 6,20 6,42 5,79 6,82
I n d i k a t o r2009 2010
2011I II III IV I II III IV I
Indeks Harga Konsumen 113,99 114,12 116,29 116,64 117,81 119,75 123,24 125,25 126,68 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 7,91 4,50 3,22 2,93 3,35 4,93 5,98 7,38 7,53 PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 5.045 4.832 5.094 5.093 5.230 5.071 5.453 5.288 5.455 - Pertanian 1.202 751 923 766 1.171 722 951 773 1.142 - Penggalian 32 33 36 38 33 34 36 36 39 - Industri Pengolahan 636 651 668 657 667 695 716 716 679 - Listrik, Gas dan Air Bersih 44 47 47 47 47 48 49 49 48 - Konstruksi 419 443 484 578 426 475 519 620 442 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 984 1.019 1.080 1.079 1.045 1.110 1.168 1.050 1.068 - Pengangkutan dan Komunikasi 495 521 553 559 525 557 585 578 578 - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 456 469 478 500 486 484 527 556 573 - Jasa-jasa 778 898 825 869 830 944 901 910 887 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,15 4,80 2,59 6,28 3,67 4,94 7,04 3,84 4,31 Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) 41,98 62,11 Volume Ekspor Nonmigas (juta kg) 198,84 240,48 Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 24,37 27,86 Volume Impor Nonmigas (juta kg) 4,06 4,87 Sumber : BPS DIY, DSM Bank Indonesia, diolah
2010I n d i k a t o r
2009
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
viiKata Pengantar
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena atas rahmat dan karunia-
Nya, Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011 yang
sebelumnya diterbitkan dengan judul Kajian Ekonomi Regional (KER) Daerah Istimewa
Yogyakarta, dapat hadir di tangan pembaca. Laporan ini yang kami buat dengan format baru,
selain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan pihak ekstern (external stakeholders) terhadap informasi perkembangan
ekonomi regional, maupun perkembangan moneter, perbankan dan sistem pembayaran, serta
informasi beberapa hasil survei yang kami lakukan.
Tidaklah berlebihan kiranya, apabila kami sampaikan bahwa Laporan Perkembangan
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan salah satu publikasi dengan informasi
yang relatif lengkap mengenai indikasi makro perekonomian suatu daerah. Di samping itu,
laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Dinas
terkait atau stakeholders lainnya dalam mengambil kebijakan.
Sehubungan dengan hal tersebut, atas nama Bank Indonesia Yogyakarta, pada
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Kami menyadari bahwa
masih terdapat beberapa pihak yang belum sepenuhnya memiliki persepsi yang sama mengenai
pentingnya informasi/data ekonomi daerah, terbukti dari masih dijumpainya kendala dalam
survei-survei yang kami lakukan maupun terlambatnya penyampaian data yang kami perlukan.
Oleh karena itu kami berharap agar hubungan yang lebih baik dapat terjalin di masa mendatang.
Terlepas dari hal itu, kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih
meningkatkan kualitas kajian ini, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan
memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mengupayakan hasil kerja yang lebih baik.
Yogyakarta, Mei 2011
BANK INDONESIA YOGYAKARTA
Dewi Setyowati
Pemimpin
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
viii
Daftar Isi
Daftar Isi
INDIKATOR TERPILIH ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. xii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. 1
BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI ................................................................. 5
1. Sisi Permintaan .............................................................................................. 5
1.1 Konsumsi ................................................................................................ 6
1.2 Investasi ................................................................................................. 7
1.3 Kegiatan Ekspor Impor ............................................................................ 9
2. Sisi Penawaran .............................................................................................. 11
2.1. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................ 12
2.2. Sektor Jasa-Jasa ..................................................................................... 13
2.3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .................................................... 14
2.4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran ............................................... 15
2.5. Sektor Bangunan .................................................................................... 16
2.6. Sektor Industri Pengolahan ..................................................................... 17
2.7. Sektor Penggalian .................................................................................. 18
2.8. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ........................................................... 19
2.9. Sektor Pertanian ..................................................................................... 19
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ................................................................................. 21
1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 22
2. Inflasi Triwulanan ........................................................................................... 24
3. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 25
4. Inflasi Inti dan Non Inti ................................................................................... 26
5. Inflasi Kota-Kota Tetangga ............................................................................. 27
Boks:
Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota Yogyakarta ..................................... 28
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN .......................................................................... 31
1. Aset .............................................................................................................. 31
2. Intermediasi Perbankan ................................................................................. 31
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
ix
Daftar Isi
Daftar Isi
3. Penghimpunan Dana ..................................................................................... 32
4. Penyaluran Kredit .......................................................................................... 34
5. Stabilitas Sistem Perbankan ........................................................................... 35
5.1. Risiko Kredit ........................................................................................... 35
5.2. Risiko Likuiditas ...................................................................................... 37
6. Perbankan Syariah ......................................................................................... 37
6.1. Aset Perbankan Syariah .......................................................................... 37
6.2. Intermediasi Perbankan Syariah .............................................................. 38
6.3. Penghimpunan Dana .............................................................................. 38
6.4. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan ...................................................... 38
7. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ........................................................ 39
6.1. Aset Perbankan Syariah .......................................................................... 39
6.2. Penghimpunan Dana .............................................................................. 39
6.3. Penyaluran dan Kualitas Kredit ............................................................... 39
6.4. Fungsi Intermediasi ................................................................................. 40
Boks:
Peranan Perbankan dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Bencana Merapi .......... 41
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .......................................................... 43
1. Sistem Pembayaran Tunai ........................................................................... ... 43
1.1. Aliran Uang Masuk (Cash Inflow) & Aliran Uang Keluar (Cash Outflow) .. 44
1.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ................................................ 45
1.3. Penukaran Uang .................................................................................... 46
1.4. Temuan Uang Palsu ................................................................................ 46
2. Sistem Pembayaran Non tunai ....................................................................... 46
2.1. Transaksi Kliring ..................................................................................... 46
2.2. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) ............. 48
BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH .................................................................... 49
1. Pendapatan Gabungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota ................... 50
2. Belanja Daerah Pemerintah ........................................................................... 51
3. Sumber Pembiayaan Pemerintah ................................................................... 52
BAB 6 KETENAGAKERJAAN .......................................................................................... 53
1. Tenaga Kerja ................................................................................................. 53
2. Upah Minimum Propinsi ................................................................................ 55
3. Kemiskinan ................................................................................................... 55
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
x
Daftar Isi
Daftar Isi
BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ................................................... 57
1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 57
1.1. PDRB Sisi Permintaan ............................................................................. 58
1.2. PDRB Sisi Penawaran .............................................................................. 59
2. Perkiraan Inflasi ............................................................................................. 59
2.1. Perkiraan Inflasi Triwulanan dan Bulanan ................................................ 59
LAMPIRAN:
1. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan .................................... 62
2. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku ..................................... 63
3. Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta ...................................................... 64
4. Indikator Perbankan - Provinsi DIY ................................................................. 655. Indikator Bank Umum - Provinsi DIY............................................................... 67
6. Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul ..................................................... 68
7. Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul ............................................ 69
8. Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulon Progo ............................................ 709. Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman.................................................... 71
10. Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta ........................................................ 72
11. Indikator BPR - Provinsi DIY ............................................................................ 73
12. Indikator BPR - Kabupaten Bantul ................................................................... 7313. Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul ......................................................... 74
14. Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo ........................................................... 74
15. Indikator BPR - Kabupaten Sleman ................................................................. 75
16. Indikator BPR - Kota Yogyakarta ..................................................................... 75
17. Realisasi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota................................................ 76
18. Laporan Survei Konsumen
19. Laporan Survei Penjualan Eceran
20. Laporan Survei Kegiatan Dunia Usaha
21. Laporan Survei Harga Properti Residensial
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
xi
Daftar Tabel
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan. .............................................................. 5
Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran ............................................................... 12
Tabel 1.3. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang ....................... 17
Tabel 1.4. Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran ............................................................... 20
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 22
Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan ........................................................................................... 25
Tabel 2.3. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 26
Tabel 3.1. Indikator Perbankan ...................................................................................... 31
Tabel 3.2. Indikator Perbankan Syariah .......................................................................... 37
Tabel 3.3. Indikator Bank Perkreditan Rakyat ................................................................. 39
Tabel 4.1. Indikator Sistem Pembayaran Tunai ............................................................... 43
Tabel 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ........................................................ 45
Tabel 4.3. Penukaran Uang Pecahan Kecil ..................................................................... 45
Tabel 4.4. Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan ............................................................. 46
Tabel 4.5. Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai ........................................................ 47
Tabel 5.1. Realisasi APBD - Sisi Penerimaan ................................................................... 50
Tabel 5.2. Realisasi APBD - Sisi Belanja .......................................................................... 51
Tabel 5.3. Realisasi APBD - Sisi Pembiayaan ................................................................... 52
Tabel 6.1. Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama .......................... 54
Tabel 6.2. Indikator Status Ketenagakerjaan .................................................................. 55
Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Permintaan) ........................................ 58
Tabel 7.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran) ......................................... 58
Tabel 7.3. Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................... 59
Tabel 7.4. Perkiraan Inflasi Bulanan ............................................................................... 60
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
xii
Daftar Grafik
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Indeks Keyakinan Konsumen .......................................................................... 6
Grafik 1.2. Indeks Kondisi Saat ini .................................................................................... 6
Grafik 1.3. Indeks Ekspektasi Konsumen .......................................................................... 6
Grafik 1.4. Indeks Survei Penjualan Eceran ...................................................................... 6
Grafik 1.5. Perkembangan Jumlah Mobil di DIY ............................................................... 7
Grafik 1.6. Perkembangan Jumlah Sepeda Motor di DIY .................................................. 7
Grafik 1.7. Konsumsi Semen ............................................................................................ 7
Grafik 1.8. Perkembangan Nilai Tukar Petani ................................................................... 7
Grafik 1.9. Kredit Konsumsi Bank Umum ........................................................................ 8
Grafik 1.10 Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha .................................................................. 9
Grafik 1.11 Indeks Bahan Konstruksi ................................................................................ 9
Grafik 1.12 Pertumbuhan Kredit Investasi ......................................................................... 9
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor DIY ................................................................ 10
Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor DIY .................................................................... 10
Grafik 1.15 Volume Ekspor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas ................................ 10
Grafik 1.16 Nilai Ekspor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas ..................................... 10
Grafik 1.17 Perkembangan Volume Impor DIY ................................................................. 11
Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Impor DIY ...................................................................... 11
Grafik 1.19 Volume Impor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas .................................. 11
Grafik 1.20 Nilai Impor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas ...................................... 11
Grafik 1.21 Perkembangan Kredit dan NPLs Bank Umum ................................................. 13
Grafik 1.22 Perkembangan Aset dan DPK Bank Umum .................................................... 13
Grafik 1.23 Outstanding Kredit Sektor Jasa ....................................................................... 13
Grafik 1.24 Arus Penumpang Adisutjipto .......................................................................... 14
Grafik 1.25 Arus Penumpang Kereta Api .......................................................................... 14
Grafik 1.26 Outstanding Kredit Sektor Transportasi ........................................................... 14
Grafik 1.27 Perkembangan Wisnu .................................................................................... 15
Grafik 1.28 Perkembangan Wisman ................................................................................. 15
Grafik 1.29 Tingkat Hunian Hotel ..................................................................................... 15
Grafik 1.30 Outstanding Kredit Sektor PHR....................................................................... 15
Grafik 1.31 Outstanding Kredit Sektor Bangunan .............................................................. 16
Grafik 1.32 Outstanding Kredit Sektor Industri Pengolahan ............................................... 18
Grafik 1.33 Outstanding Kredit Sektor Penggalian ............................................................ 18
Grafik 1.34 Outstanding Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ..................................... 19
Grafik 1.35 Outstanding Kredit Sektor Pertanian............................................................... 20
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
xiii
Daftar Grafik
Daftar Grafik
Grafik 2.1. Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................................... 21
Grafik 2.2. Inflasi Kota Yogyakarta Nasional ..................................................................... 21
Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Barang (yoy) ........................................................................ 23
Grafik 2.4. Andil Kelompok Barang (yoy) .......................................................................... 23
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Bawang Merah Merah & Bawang Putih ........................ 23
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beras .......................................................................... 23
Grafik 2.7. Inflasi Kelompok Barang (qtq) ......................................................................... 24
Grafik 2.8. Andil Kelompok Barang (qtq) .......................................................................... 24
Grafik 2.9. Ekspektasi Harga 3 Bulan Yad ........................................................................ 26
Grafik 2.10. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ................................................................ 26
Grafik 2.11. Inflasi Kota-Kota Tetangga Triwulan IV - 2010 ............................................... 27
Grafik 3.1. LDR DIY ......................................................................................................... 32
Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional ........................................................................................ 32
Grafik 3.3. DPK Perbankan .............................................................................................. 32
Grafik 3.4. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan .................................................................... 32
Grafik 3.5. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan ....................................................... 33
Grafik 3.6. Komposisi DPK Perbankan .............................................................................. 33
Grafik 3.7. Kredit Perbankan ........................................................................................... 34
Grafik 3.8. Kredit Modal Kerja ......................................................................................... 34
Grafik 3.9. Kredit Investasi ............................................................................................... 34
Grafik 3.10. Kredit Konsumsi ........................................................................................... 34
Grafik 3.11. Kredit Bank Umum Sektor Ekonomi Utama .................................................. 35
Grafik 3.12. Kredit Sektor Ekonomi Lainnya ..................................................................... 35
Grafik 3.13. Non Performing Loans DIY ............................................................................ 36
Grafik 3.14. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan ........................................................ 36
Grafik 3.15. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama ................................................... 36
Grafik 3.16. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Lainnya .................................................. 36
Grafik 4.1. Aliran Kas dan PTTB ....................................................................................... 44
Grafik 4.2. Transaksi Kliring ............................................................................................. 47
Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS ........................................................................................... 47
Grafik 6.1. Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY ..................... 53
Grafik 6.2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY ............................................. 56
Grafik 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi DIY ............................................................. 57
Grafik 7.2. Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................... 57
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Triwulan I-2011
(yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan juga triwulan yang
sama pada tahun sebelumnya. Perekonomian DIY tumbuh sebesar 4,31% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan IV-2010 (3,84%) dan triwulan I-2010 (3,67%). Di sisi permintaan,
sumber pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi antara
lain dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang tercermin dari peningkatan
Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih positif dan peningkatan pendapatan masyarakat karena
peningkatan aktivitas di sisi sektoral (nilai tambah). Di sisi penawaran, pertumbuhan didorong
oleh peningkatan kinerja sektor Keuangan Persewaan dan Jasa perusahaan; Jasa-jasa; dan
sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sedangkan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran;
dan sektor Industi pertumbuhannya relatif rendah, setelah pada triwulan-triwulan sebelumnya
tumbuh cukup tinggi. Sementara itu, sektor Pertanian pertumbuhannya sedikit melambat
karena produktivitas tanaman padi yang sedikit menurun dan untuk tanaman di luar padi juga
dipengaruhi oleh luas lahan yang turun.
Tekanan inflasi kota Yogyakarta pada triwulan I-2011 sedikit melemah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan laporan 1,14%
(qtq) dibandingkan 1,63% (qtq) pada triwulan IV-2010. Faktor yang mempengaruhi
inflasi pada triwulan dimaksud terutama disebabkan cukup inflasi pada kelompok Makanan
Jadi, Rokok dan Tembakau yang mengalami kenaikan sebesar 2,79% (qtq); kelompok
Kesehatan 3,00% (qtq); dan kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (0,74%)
. Adapun, faktor yang mempengaruhi tekanan inflasi agak melemah adalah pasokan bahan
makanan yang relatif baik, tekanan permintaan yang relatif tidak terlalu kuat, dan nilai tukar
yang menguat. Sedangkan sumber pendorong kenaikan inflasi antara lain adalah kenaikan
harga obat-obatan, kenaikan harga emas dunia, dan kenaikan harga beberpa komoditas
makanan jadi. Secara tahunan inflasi pada kuartal I mencapai 7,53% (yoy) lebih tinggi
dibanding triwulan IV sebesar 7,38%.
Cukup tingginya laju pertumbuhan ekonomi DIY memberikan dampak positif
pada peningkatan kegiatan perbankan di DIY pada triwulan I-2011. Secara tahunan,
aset dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di DIY tumbuh masing-masing 13,35%
dan 16,28%. Penyaluran kredit perbankan DIY tumbuh 22,07%(yoy) sehingga Loan to
Deposit Ratio (LDR) perbankan DIY menjadi 60,37% (yoy) naik dibandingkan dengan triwulan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
2
Ringkasan Eksekutif
sebelumnya 59,45%(yoy). Sementara itu, kegiatan perbankan syariah tumbuh lebih pesat, aset
tumbuh 15,66% (yoy), penghimpunan dana tumbuh 39,90%(yoy) dan pembiayaan tumbuh
42,24%. Secara keseluruhan kinerja perbankan di DIY masih cukup baik, tercermin pada NPLs
yang sebesar 3,69%.
Perkembangan transaksi pembayaran tunai dan non tunai pada triwulan I-2011
relatif normal. Rata-rata net cash inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp198 miliar,
naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat net cash outflow sebesar Rp4 miliar,
yang mengindikasikan uang tunai mulai kembali ke perbankan pasca libur akhir tahun 2010.
Secara keseluruhan posisi kas di BI mencapai Rp805 miliar, meningkat dari triwulan
sebelumnya (Rp546 miliar). Nilai nominal transaksi RTGS dan transaksi kliring kembali pada
pola normalnya. Rata-rata net incoming RTGS per bulan Rp644 miliar, turun dari triwulan
sebelumnya Rp4.797 miliar. Sedangkan rata-rata nilai nominal transaksi harian kliring sebesar
Rp33 miliar, meningkat dari triwulan IV-2010 (Rp30 miliar). Sedangkan, temuan uang palsu
pada triwulan laporan sebesar Rp15,23 juta, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
sebesar Rp152,86 juta.
Kinerja gabungan keuangan pemerintah Pemerintah Daerah se-DIY (tidak
termasuk Kab. Kulonprogo) sampai dengan triwulan I-2011 cukup baik. Realisasi di sisi
penerimaan mencapai 26,53% atau sebesar Rp1.322 miliar terutama bersumber dari realisasi
Dana Perimbangan 28,64% dan Pendapatan Asli daerah (PAD) 24,32%. Sementara itu di sisi
belanja daerah terealisasi sebesar 12,98% atau sebesar Rp706 miliar, dengan realisasi terbesar
pada belanja tidak langsung sebesar 16,79%. Lebih besarnya realisasi sisi penerimaan
dibanding sisi belanja, mengakibatkan neraca APBD pada posisi akhir triwulan I-2011 masih
surplus Rp693 miliar. Sedangkan realisasi pembiayaan netto mencapai sebesar Rp77 miliar.
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2011 menunjukkan
bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 72,11%, meningkat
dibandingkan keadaan pada Februari 2010 (71,41%). Tingkat pengangguran Terbuka
di Provinsi DIY pada Februari 2011 sekitar 5,47%. Diantara penduduk yang bekerja, ,
penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu (setengah pengangguran) mendekati
24% dari orang yang bekerja. Berdasarkan jenis pekerjaannya, sekitar 56,4% tenaga kerja
tersebut bekerja pada sektor informal dengan porsi terbesar adalah pekerja di sektor pertanian
(24,3%). Sementara itu, tingkat kemiskinan di Provinsi DIY pada Maret 2010 adalah sebesar
16,83%, turun 0,40% jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2009 (17,23%).
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
3
Ringkasan Eksekutif
Perkembangan ekonomi DIY pada triwulan II-2011 diperkirakan tumbuh lebih
cepat dibandingkan triwulan I-2011. Perusahaan diperkirakan akan menggenjot produksi
untuk menjaga kecukupan stok sebagai antisipasi kemungkinan peningkatan permintaan
yang diperkirakan meningkat sejalan dengan libur anak sekolah. Sektor-sektor unggulan
seperti PHR, Jasa-jasa dan Pengangkutan & Komunikasi memasuki liburan sekolah kinerjanya
akan lebih optimal. Disamping itu, produksi di sektor pertanian diperkirakan cukup bagus dan
panen raya masih berlangsung. Dengan kondisi tersebut, perekonomian DIY pada triwulan II-
2011 diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 5,17%+1% (yoy). Sementara itu, tekanan
inflasi pada triwulan II-2011 masih relatif rendah walaupun adanya tekanan dari sisi
permintaan terkait dengan rencana kenaikan gaji dan pembayaran rapel PNS di bulan Mei
2011. Inflasi pada triwulan II-2011 diperkirakan 6,33±1%(yoy), lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya (7,53%).
5
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi
Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Triwulan I-2011
(yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan juga triwulan yang
sama pada tahun sebelumnya. Perekonomian DIY tumbuh sebesar 4,31% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan IV-2010 (3,84%) dan triwulan I-2010 (3,67%). Di sisi permintaan,
sumber pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi antara
lain dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang tercermin dari peningkatan
Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih positif dan peningkatan pendapatan masyarakat karena
peningkatan aktivitas di sisi sektoral (nilai tambah). Di sisi penawaran, pertumbuhan didorong
oleh peningkatan kinerja sektor Keuangan Persewaan dan Jasa perusahaan; Jasa-jasa; dan
sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sedangkan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran;
dan sektor Industi pertumbuhannya relatif rendah, setelah pada triwulan-triwulan sebelumnya
tumbuh cukup tinggi. Sementara itu, sektor Pertanian pertumbuhannya sedikit melambat
karena produktivitas tanaman padi yang sedikit menurun dan untuk tanaman di luar padi juga
dipengaruhi oleh luas lahan yang turun.
SISI PERMINTAAN
Perekonomian DIY pada triwulan I-2011 tumbuh 4,31% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,84% dan triwulan yang sama
tahun sebelumnya sebesar 3,67% (Tabel 1.1). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh
peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi. Sementara itu, kegiatan ekspor produk
dari DIY pada triwulan I-2011 meningkat, searah dengan perekonomian dunia dan nasional
yang terus menunjukkan perbaikan.
yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyAndil
(yoy)qtq
Andil
(qtq)Pangsa Nilai
1 Konsumsi Rumah Tangga 7.12 1.65 7.36 1.78 6.47 4.36 8.17 0.18 8.05 3.67 1.54 0.74 47.23 2,576
2 Konsumsi Pemerintah 5.98 -14.95 5.10 18.76 0.79 -11.17 -0.11 11.33 2.12 0.39 -13.05 -2.77 17.87 975
3 Investasi (PMTB) 7.13 -22.11 5.04 5.82 2.20 7.95 0.48 12.92 3.55 0.84 -19.73 -5.96 23.51 1,282
4 Lainnya -14.39 1773.01 -18.51 -69.33 50.12 149.20 -7.49 -93.54 -4.75 -0.59 1828.48 11.15 11.40 622
3.67 2.70 4.94 -3.04 7.04 7.53 3.84 -3.02 4.31 4.31 3.16 3.16 100.00 5,455
Keterangan:
1) PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (miliar Rp).
*) Angka sementara.
**) Angka sangat sementara.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
2011
Tabel 1.1
Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan
I**II III IV*
2010
Total
No Jenis PenggunaanI
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
6
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Sedangkan perdagangan antar daerah DIY diperkirakan masih akan mengalami defisit,
mengingat basis produksi barang yang dikonsumsi di DIY sebagian besar berlokasi di luar DIY.
Secara keseluruhan pada pos ekspor-impor ini, defisit menurun.
Konsumsi
Konsumsi Rumah Tangga pada triwulan I-2011 tumbuh 8,05% (yoy), sedikit turun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (8,17%) tetapi lebih baik dibandingkan
dengan triwulan I-2010 (7,12%). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan konsumsi
rumah tangga adalah pendapatan masyarakat yang relatif membaik, dan juga dukungan
pembiayaan yang masih tinggi sejalan dengan relatif masih kondusifnya tingkat suku bunga.
Konsumsi rumah tangga memberikan andil 3,67% bagi pertumbuhan ekonomi DIY triwulan I-
2011. Dari sisi pemerintah, belanja konsumsi pemerintah tumbuh 2,12% dengan andil 0,39%.
0
20
40
60
80
100
120
140
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
%
gPDRB Konsumsi IKK(rhs)
Grafik 1.1 Indeks Keyakinan Konsumen (SK BI)
0
20
40
60
80
100
120
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
%
gPDRB Konsumsi IKE(rhs)
Grafik 1.2 Indeks Kondisi Saat Ini (SK BI)
0
20
40
60
80
100
120
140
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
%
gPDRB Konsumsi IEK(rhs)
Grafik 1.3 Indeks Ekspektasi Konsumen (SK BI)
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
I II III IV I II
2009 2010
%
gPDRB Konsumsi Indeks Penjualan Riil (rhs)
Grafik 1.4 Survei Penjualan Eceran BI
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
7
Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi
Pertumbuhan konsumsi masyarakat tersebut terindikasi oleh data hasil survei
dan juga data prompt indikator. Angka indeks hasil Survei Konsumen berada pada posisi
optimis, dan pertumbuhan indeks Survei Penjualan Eceran tumbuh positif dan trend-nya masih
meningkat. Survei penjualan eceran menunjukkan terdapatnya kecenderungan masyarakat
umum untuk menaikkan konsumsi terhadap hampir semua kelompok komoditi, khususnya
kelompok komoditas bahan konstruksi dari logam, alat tulis; bahan konstruksi dari tanah liat;
dan kelompok minuman (Grafik 1.1 s.d. 1.4).
Grafik 1.5 Perkembangan Jumlah Mobil di DIY
0
5
10
15
20
25
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart T itle
gPDRB Konsumsi Rumah Tangga gM (rhs)
% (yoy) % (yoy)
Sumber : Ditlantas Polda DIY
0
2
4
6
8
10
12
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
% (yoy)% (yoy) Chart Title
gPDRB Konsumsi Rumah Tangga gSM (rhs)
Grafik 1.6 Perkembangan Jumlah Sepeda Motor di DIY
Sumber : Ditlantas Polda DIY
Grafik 1.7 Konsumsi Semen
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
10
20
30
40
50
60
70
80
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Chart Title
Konsumsi Semen gKonsumsi Semen (rhs)
%ton
-2,00
-1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
102
104
106
108
110
112
114
116
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Nilai Tukar Petani
NTP gNTP(yoy,rhs)
Grafik 1.8 Perkembangan Nilai Tukar Petani
Sementara itu, data prompt konsumsi yang meningkat antara lain tercermin pada
peningkatan pembelian mobil dan kendaraan roda dua, dan juga penjualan semen.
Ketiga data prompt indikator konsumsi tersebut masih tumbuh positif, bahkan pembelian
mobil dan semen trend pertumbuhannya meningkat. Sedangkan indikator peningkatan
pendapatan antara lain tercermin pada angka NTP yang masih di atas batas angka normal,
dan pertumbuhannya juga positif. Indikator lain adalah, peningkatan aktifitas di sisi sektoral,
sebagaimana tercermin pada peningkatan nilai tambah pada beberapa sektor ekonomi utama.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
8
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Disisi pembiayaan, dukungan dari lembaga pembiayaan juga masih tinggi.
Outstanding kredit konsumsi pada akhir bulan Maret 2011 mencapai Rp 6,75 triliun atau
tumbuh 15,04% (yoy). Peningkatan kredit konsumsi antara lain dipengaruhi oleh permintaan
kredit yang masih tinggi, suku bunga kredit yang relatif masih menarik, dan pemasaran yang
cukup agresif dari Bank mengingat resiko kredit konsumsi lebih terukur.
Grafik 1.9 Kredit Konsumsi Bank Umum
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
5
10
15
20
25
30
35
40
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Chart Title
gPDRB Konsumsi gKK
% (yoy)% (yoy)
Investasi
Pada triwulan I-2011 investasi tumbuh 3,55% (yoy), naik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya (0,48%). Ekspansi investasi pada triwulan ini, diduga terkait dengan
pembangunan beberapa proyek infrastruktur dan properti, termasuk hotel di DIY sejalan
dengan membaiknya perekonomian nasional dan DIY sendiri. Paska erupsi Merapi, DIY justru
semakin eksotis yang menjadi daya tarik bagi investor untuk mengembangkan kegiatan di
sektor PHR; Jasa-jasa; dan sektor Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan.
Perkembangan investasi di triwulan laporan terindikasi dari hasil survei SKDU
dan SPE. Indeks Saldo Bersih Tertimbang ekspektasi dunia usaha terhadap kegiatan usaha
maupun situasi bisnis (SKDU) dan indeks penjualan bahan konstruksi menunjukkan
peningkatan. Sementara itu, penjualan semen di DIY pada triwulan laporan juga melonjak,
yang mencerminkan investasi bangunan meningkat.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
9
Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I*
2008 2009 2010 2011
Chart Title
Perkiraan Realisasi
%, SBT
Grafik 1.10 Ekspektasi Kegiatan Usaha
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011
Chart Title
Indeks Bahan Konstruksi SPE gPDRB Investasi (%, yoy/rhs)
Grafik 1.11 IndeksBahan Konstruksi
Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari kredit perbankan
meningkat paling tinggi. Pada akhir triwulan laporan, peningkatan kredit investasi yang
berlokasi di DIY mencapai 33,34% (yoy), lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan kredit
pada triwulan IV-2010 (19,53%). Outstanding kredit investasi sebesar Rp2,31 triliun.
0
10
20
30
40
50
60
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Chart Title
Kredit Investasi growth (yoy,rhs)
Grafik 1.12 Pertumbuhan Kredit Investasi
juta Rp %
Kegiatan Ekspor-Impor (Perdagangan Luar Negeri)
Kinerja ekspor dari DIY pada awal tahun 2011 (Januari-Februari) tumbuh positif,
namun sedikit lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
(Grafik 1.13 dan 1.14). Volume ekspor meningkat 11,04% dan nilai ekspor meningkat
14,0%. Adapun faktor yang mempengaruhi peningkatan ekspor agak rendah adalah relatif
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
10
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
lambatnya pertumbuhan permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama sejalan dengan
perbaikan perekonomian global yang masih belum optimal.
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor DIY
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010 2011
VOLUME DAN NILAI EKSPOR DIY BERDASARKAN KOMODITAS
Volume gVolume (rhs)
ribu kg %
(100)
-
100
200
300
400
500
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010 2011
ribu US$ Chart Title
Nilai gNilai (rhs)
Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor DIY
%
Komoditas dengan volume ekspor terbesar pada periode Januari-Februari 2011
adalah Buah dan Sayur Mayur dan Furniture Sedangkan komoditas dengan nilai ekspor
terbesar adalah Pakaian (Clothing). Sementara itu, berdasarkan negara tujuan ekspor, maka
Amerika Serikat merupakan pasar yang terbesar (37%), diikuti Jerman (10%) dan Jepang
(6%).
29,86%
21,05%
16,81%
8,62%
23,67%
Fruits and Vegetables Furniture Non Metalic Minerals Clothing Others
Grafik 1.15 Komposisi Volume Ekspor DIY I-2011 (s.d. Februari) Berdasarkan Komoditas
51%
12%
11%
3%
22%
Clothing Furniture Misc. Manufactured Articles Wood and Cork Manufactures Others
Grafik 1.16 Komposisi Nilai Ekspor DIY Triwulan I-2011 (s.d. Februari) Berdasarkan Komoditas
Impor DIY dalam rangka perdagangan luar negeri tahun 2011 (Januari-Februari)
menurun volumenya namun meningkat volumenya dibandingkan dengan periode
waktu yang sama tahun sebelumnya (Grafik 1.18 dan 1.19). Nilai impor DIY pada
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
11
Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi
periode Januari-Februari 2011 sebesar US$4.627 juta, meningkat 24% dibandingkan periode
yang sama pada tahun 2010 (US$3.739 juta). Dari sisi volume, impor DIY sebesar 488 ton,
turun 36% dari perode yang sama tahun sebelumnya (760 ton).
(20.000)
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
-
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010 2011
Volume gVolume (rhs)
ribu kg
Grafik 1.17 Perkembangan Volume Impor DIY
%
(500)
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010 2011
Chart Title
Nilai gNilai (rhs)
ribu US$ %
Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Impor DIY
Berdasarkan jenis barang yang diimpor, baik di sisi nilai maupun volumenya
masih didominasi oleh impor bahan baku. Komoditas dengan impor terbesar baik dari sisi
nilai maupun volume adalah tekstil dan produk tekstile Hal ini disebabkan oleh
ketergantungan industri tekstil di DIY pada bahan baku impor. Sementara itu, berdasarkan
Negara asalnya, maka impor DIY yang terbesar berasal dari Negara China dan Korea.
49%
28%
8%
15%
Textile Yarns, Fabric & Prod Plastic, Primary Form Wood, Lumber and Cork Others
Grafik 1.19 Komposisi Volume Impor DIY I-2011 (s.d. Februari) (Berdasarkan Komoditas
74%
8%
5%
13%
Textile Yarns, Fabric & Prod Crd. Animal & Vegetable Mat, Nes Misc. Manufactured Articles Others
Grafik 1.20 Komposisi Nilai Impor DIY I-2011 (s.d. Februari) (Berdasarkan Komoditas)
SISI PENAWARAN
Pertumbuhan disisi permintaan juga tercermin pada pertumbuhan di sisi
penawaran. Dipengaruhi oleh perbaikan perekonomian nasional dan kondusifnya
perekonomian DIY paska erupsi Merapi 2010, beberapa kegiatan ekonomi di sektor tersier,
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
12
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
yaitu: sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan; Sektor Jasa-jasa; dan sektor
Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh sangat pesat. Demikian juga, sektor pertambangan
(bahan galian) yang melonjak sejalan dengan melimpahnya sumber daya pasir. Sementara itu,
sektor PHR dan sektor industri pengolahan, setelah pada triwulan-triwulan sebelumnya
tumbuh tinggi, maka pada triwulan ini tetap tumbuh positif pada level yang relatif rendah.
Sedangkan di sektor Pertanian, dampak erupsi Merapi tampaknya belum sepenuhnya hilang
sehingga pertumbuhan di Sektor ini masih terkontraksi.
yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyAndil
(yoy)qtq
Andil
(qtq)Pangsa Nilai1
1 Pertanian -2,65 52,86 -3,82 -38,29 3,04 31,71 0,90 -18,78 -2,49 -0,56 47,72 6,97 20,92 1.142
2 Penggalian 4,26 -11,65 3,40 2,95 0,13 4,73 -3,49 1,31 15,60 0,10 5,82 0,04 0,71 39
3 Industri Pengolahan 4,87 1,53 6,71 4,20 7,25 3,06 9,10 0,07 1,79 0,23 -5,27 -0,71 12,44 679
4 Listrik, Gas & Air Bersih 7,94 0,43 1,40 0,62 2,38 1,97 4,56 1,48 1,16 0,01 -2,84 -0,03 0,88 48
5 Bangunan 1,86 -26,24 7,32 11,48 7,23 9,14 7,16 19,41 3,58 0,29 -28,70 -3,36 8,10 442
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,22 -3,14 8,95 6,26 8,17 5,23 -2,68 -10,14 2,23 0,45 1,75 0,35 19,58 1.068
7 Pengangkutan & Komunikasi 6,09 -6,15 6,92 6,22 5,75 4,99 3,42 -1,19 10,17 1,02 -0,02 0,00 10,60 578
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6,44 -2,95 3,29 -0,21 10,32 8,83 11,12 5,43 18,06 1,68 3,11 0,33 10,51 573
9 Jasa-jasa 6,79 -4,44 5,22 13,73 9,31 -4,55 4,67 0,90 6,86 1,09 -2,45 -0,42 16,26 887
3,67 2,70 4,94 -3,04 7,04 7,53 3,84 -3,02 4,31 4,31 3,16 3,16 100,00 5.455
Keterangan:
1) PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (miliar Rp).
*) Angka sementara.
**) Angka sangat sementara.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
Total
No Sektor
Tabel 1.2
Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran
II
2011
IV*
2010
IIII I**
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan pada triwulan I 2011 tumbuh
18,06% (yoy), melonjak dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (6,44%)
dan juga triwulan IV-2010 (11,12%). Peningkatan laba perbankan terkait dengan
peningkatan intermediasi perbankan, peningkatan kegiatan jasa persewaan property, dan juga
jasa-jasa perusahaan menjadi factor penyebab nilai tambah di sektor ini meningkat.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
13
Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi
Grafik 1.21 Perkembangan Kredit dan NPL Bank Umum
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Chart Title
Kredit NPL (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
0
5
10
15
20
25
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Aset DPK gAset gDPK
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.22 Perkembangan Aset dan DPK Bank Umum
Sektor Jasa-Jasa
Pertumbuhan sektor Jasa-jasa pada triwulan I-2011 mencapai 6,86%(yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (4,67%). Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan di sektor ini antara lain adalah peningkatan kegiatan di sub Sektor Jasa
Pemerintahan, sebagaimana tercermin pada tingginya konsumsi Pemerintah, dan juga
peningkatan kinerja subsektor jasa swasta terkait degan banyaknya event di triwulan I 2011.
Di sisi pembiayaan, kredit sektor jasa sedikit mengalami peningkatan baik dari
nilai maupun kualitas kredit. Outstanding kredit di sektor ini hingga Maret 2011 mencapai
Rp1.861 miliar, tumbuh 78,5%(yoy).
-20
0
20
40
60
80
100
120
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Chart Title
Kredit Jasa growth (rhs)
% (yoy)
Grafik 1.23 Outstanding Kredit Sektor Jasa
miliar Rp
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
14
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan I-2001 tumbuh 10,17%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2010 (3,42%) dan juga triwulan I-
2010 (6,09%). Kinerja sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan mengalami
peningkatan yang tercermin pada perkembangan beberapa prompt indikator, khususnya
angkutan udara. Jumlah penumpang angkutan udara naik 3,7% (yoy) (Grafik 1.27).
Sedangkan jumlah penumpang kereta api pada triwulan I-2011, turun 2,24% (Grafik 1.28).
Penurunan jumlah penumpang ini disebabkan karena penerbangan dari dan ke DIY kembali
normal, pasca erupsi merapi, dan disisi lain normalnya penerbangan di bandara Adisutjipto
memberikan dampak yang kurang baik pada muatan arus penumpang kereta api.
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011
Datang Berangkat gDatang (yoy,rhs) gBerangkat (yoy,rhs)
orang %
Grafik 1.24 Arus Penumpang Adisutjipto
Sumber : BPS Provinsi DIY
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000
II III IV I II III IV* I
2009 2010 2011
Penumpang Kereta growth (yoy, rhs)
orang %
Grafik 1.25 Penumpang Kereta Api
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
Chart Title
Kredit Transportasi growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.26 Outstanding Kredit Sektor Transportasi
Sementara dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap
sektor ini meningkat tajam. Outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
15
Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi
bulan Maret 2011 tercatat sebesar Rp431,74 miliar, tumbuh 292,72% (yoy). Dengan
perkembangan tersebut NPL kredit sektor ini sebesar 1,61%.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I-2011 mengalami
ekspansi 2,23% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (-2,68%), namun lebih
rendah jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (6.22%). Peningkatan
kinerja sektor PHR disebabkan oleh kembali normalnya kegiatan di sektor PHR paska erupsi
Merapi. Kegiatan MICE, pariwisata, dan kuliner (restoran) mulai kembali tumbuh, walaupun
belum setinggi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Mulai tumbuhnya sektor ini
terpantau dari beberapa prompt indikator, seperti perkembangan wistawan dan tingkat
hunian hotel yang pada triwulan IV 2010 turun, maka pada triwulan I 2011 mulai meningkat.
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Chart Title
Wisnu Growth (yoy,rhs)
% (yoy)orang
Grafik 1.27 Perkembangan Wisnu
Sumber : BPS Provinsi DIY
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Chart Title
Wisman Growth (yoy,rhs)
orang % (yoy)
Keterangan :Sumber : BPS Provinsi DIY
Grafik 1.28 Perkembangan Wisman
0
10
20
30
40
50
60
70
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
% Chart Title
Bintang Non Bintang
Grafik 1.29 Tingkat Hunian Hotel
Sumber : BPS Provinsi DIY
-30
-20
-10
0
10
20
30
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Kredit PHR growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.30 Oustanding Kredit Sektor PHR
Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih tinggi.
Outstanding kredit lokasi yang disalurkan di sektor ini pada posisi akhir Maret 2011 mencapai
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
16
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Rp2.680 miliar, atau tumbuh negatif sebesar -0,97% (yoy). Sementara itu, rasio NPL kredit
sektor ini mencapai 4,81% pada Triwulan I-2010.
Bangunan
Sektor Bangunan pada triwulan I-2011 tumbuh 3,58%(yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (7,16%) namun lebih tinggi
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya (1,86%). Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan di sektor bangunan adalah tingginya pembangunan properti,
seperti properti komersial, property hunian, dan juga hotel yang juga didukung oleh
pembiayaan bank, khususnya kepada konsumen. Salah satu indikator yang cukup kuat
mendukung perkembangan di sektor ini antara lain adalah peningkatan penjualan semen dan
penyaluran kredit sektor Bangunan.
Pembangunan proyek swasta dan pemerintah di DIY masih memberikan
kontribusi positif kinerja sektor Bangunan pada triwulan IV-2010. Beberapa proyek
yang sedang dilaksanakan antara lain pembangunan beberapa hotel di Kota Yogyakarta,
pembangunan flyover Jombor tahap 1, penyelesaian Pelabuhan Tanjung Adikarto,
pembangunan property komersial dan lainnya.
Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor Bangunan di
DIY relatif meningkat. Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan di DIY pada
posisi Maret 2011 sebesar 165,7 miliar, atau naik 11,58% (yoy).
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
-
50
100
150
200
250
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Kredit Bangunan growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.31 Outstanding Kredit Sektor Bangunan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
17
Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi
Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan pengolahan pada triwulan I tumbuh 1,79% (yoy),
lebih rendah dari triwulan sebelumnya (9,10%) dan triwulan I-2010 (4,87%). Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan di sektor industri agak melambat antara lain karena di
awal tahun permintaan agak menurun sejalan dengan tahun anggaran baru yang hampir
sebagian isntitusi bisnis ataupun pemerintah, konsumsinya masih rendah. Namun demikian,
stok barang jadi diperkirakan naik.
2011
Tw II Tw III Tw IV Tw I
1. Makanan dan Minuman 1.31 1.34 -8.74 16.08
2. Tekstil -0.91 1.86 4.82 0.36
3. Pakaian jadi 5.16 2.2 14.22 6.13
4. Kulit dan Barang dari kulit na na -5.07 6.93
5. Plastik dan barang dari plastik na na -18.36 3.89
6. Penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman na na -8.34 -5.87
7. Mesin dan perlengkapannya na 2.16 6.93 -8.41
Industri Besar dan Sedang na na 6.50 12.26
Keterangan:
Triwulan IV sebagai triwulan dasar
No Kelompok Industri
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Tabel 1.3
Triwulan IV Tahun 2010 dan Triwulan I Tahun 2011 (dalam persen)
2010
Perlambatan kinerja di sektor industri juga diindikasikan oleh pertambatan
pertumbuhan pembiayaan perbankan. Outstanding kredit sektor Industri Pengolahan pada
posisi akhir bulan Maret 2011 berjumlah Rp718,7 miliar atau tumbuh melambat menjadi
2,3%(yoy).
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
18
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
-30
-20
-10
0
10
20
30
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Chart Title
Kredit Industri growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.32 Outstanding Kredit Industri Pengolahan
Sektor Penggalian
Kinerja sektor Penggalian pada triwulan I-2011 melesat, tumbuh 15,60% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-3,49%) dan triwulan yang
sama tahun sebelumnya (4,26%). Salah satu penyebabnya adalah produksi yang melimpah
penambangan pasir di lereng Merapi, paska letusan besar siklus 100 tahunan. Deposit yang
dimuntahkan dari Gunung Merapi diperkirakan mencapai 140 juta M3 yang terdiri dari pasir
dan bebatuan. Walaupun pertumbuhan di sektor ini melesat, namun demikian pembiayaan
Bank Umum ke sektor ini sampai dengan akhir bulan Maret 2011 hanya naik tipis (0,30%)
menjadi Rp8,78 miliar.
-40
-20
0
20
40
60
80
-
2
4
6
8
10
12
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Kredit Penggalian growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.33 Oustanding Kredit Sektor Penggalian
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
19
Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada triwulan laporan mengalami
peningkatan 1,16% (yoy), lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
(4,56%) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya (7,94%). Sektor ini relatif tumbuh
lambat disebabkan kapasitas produksi yang dimiliki juga tidak ada penambahan yang
signifikan. Demikian juga, permintaannya relatif stabil. Dengan kondisi ini, nilai riil PDRB sektor
ini mencapai Rp47,94 miliar, dengan pangsa sebesar 0,92%.
0
100
200
300
400
500
600
0
10
20
30
40
50
60
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Chart Title
Listrik gListrik (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.34 Outstanding Kredit Sektor Listrik Gas dan Air Bersih
Sektor Pertanian
Pada triwulan laporan, kinerja sektor Pertanian tumbuh -2,49% (yoy), sedikit
meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (-2,65%).
Kontraksi nilai tambah di sektor Pertanian tersebut lebih disebabkan oleh penurunan
produktivitas beberapa komoditas pertanian (a.l. tanaman Padi), dan juga penurunan luas
lahan panen pada hampir semua komoditas palawija. Produktivitas agak turun, antara lain
terkait dengan benih, curah hujan yang tinggi, dan juga kerusakan sebagian tanggul karena
lahar dingin merapi.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
20
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
ton
No. Uraian 2010 (ASEM) 2011 (ARAM I) P'tumb1
1 Padi Sawah 646,816 646,498 -0.05
2 Padi Ladang 177,071 180,254 1.80
Padi 823,887 826,752 0.35
3 Jagung 345,576 302,263 -12.53
4 Kedelai 38,244 35,327 -7.63
5 Kacang Tanah 58,918 57,358 -2.65
6 Kacang Hijau 610 586 -3.93
7 Ubi Kayu 1,114,665 1,059,731 -4.93
8 Ubi Jalar 6,484 6,618 2.07
Keterangan:
1) %
Sumber : BPS Provinsi DIY
Produksi Padi dan Palawija di Provinsi DIY
Tabel 1.4
Di sisi pembiayaan, kredit yang berasal dari bank untuk sektor Pertanian relatif
rendah. Pembiayaan kredit bank umum pada posisi Maret 2011 Rp206,8 miliar. Relatif
rendahnya outstanding kredit di sektor pertanian ini antara lain dipengaruhi oleh skala usaha
per masing-masing petani yang relatif kecil sehingga sekala usahanya kurang ekonomis, disisi
lain resiko juga relatif tinggi.
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
50
100
150
200
250
300
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Pertanian growth (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.35 Outstanding Kredit Sektor Pertanian
21
Bab 2 Perkembangan Inflasi
Tekanan inflasi kota Yogyakarta pada triwulan I-2011 sedikit melemah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan laporan 1,14% (qtq) dibandingkan 1,63%
(qtq) pada triwulan IV-2010. Faktor yang mempengaruhi inflasi pada triwulan dimaksud
terutama disebabkan cukup inflasi pada kelompok Makanan Jadi, Rokok dan Tembakau yang
mengalami kenaikan sebesar 2,79% (qtq); kelompok Kesehatan 3,00% (qtq); dan kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (0,74%) . Adapun, faktor yang mempengaruhi
tekanan inflasi agak melemah adalah pasokan bahan makanan yang relatif baik, tekanan
permintaan yang relatif tidak terlalu kuat, dan nilai tukar yang menguat. Sedangkan sumber
pendorong kenaikan inflasi antara lain adalah kenaikan harga obat-obatan, kenaikan harga
emas dunia, dan kenaikan harga beberpa komoditas makanan jadi. Secara tahunan inflasi
pada kuartal I mencapai 7,53% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan IV sebesar 7,38%.
Berdasarkan data yang ada, menunjukkan bahwa pola konsumsi penduduk kota
Yogyakarta agak berbeda dibandingkan dengan pola konsumsi penduduk di kota lain
di Pulau Jawa. Jika di kota Yogyakarta, porsi nilai konsumsi bahan makanan hanya sebesar
17,95% (Maret 2011), maka di kota lain lebih tinggi, yaitu Bandung (22,65%), Semarang
(23,71%), dan Solo (25,44%). Porsi nilai konsumsi tertinggi di kota Yogyakarta adalah
kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (27,70%), dan kelompok Makanan
Jadi, Rokok dan Tembakau (20,60%). Dengan pola konsumsi seperti ini, maka terdapat
kecenderungan pergerakan inflasi di kota Yogyakarta agak berbeda dengan kota lain di Jawa.
-2
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
mtm (%) yoy (%) ytd (%)Sumber: BPS DIY
Grafik 2.1 Inflasi Kota Yogyakarta
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Yogya (yoy) Nasional (yoy)Sumber: BPS DIY
Grafik 2.2 Inflasi Kota Yogyakarta & Nasional
%
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
22
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Pada triwulan I tahun 2011 Inflasi Kota Yogyakarta mencapai 7,53% (yoy), lebih tinggi
dibanding inflasi Nasional yang mencapai 6,65% (yoy) dan juga lebih tinggi dari inflasi kota
Semarang (6,42%), Bandung (3,92%), dan Solo (5,04%).
INFLASI TAHUNAN
Inflasi tahunan kota Yogyakarta pada triwulan I-2011 mencapai 7,53% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV-2010 (7,38%), maupun inflasi triwulan I-
2010 (3,35%). Dilihat per kelompok barang, inflasi tersebut terutama disebabkan oleh masih
cukup tingginya tekanan dari Kelompok Bahan Makanan yang mengalami kenaikan sebesar
16,7% (yoy). Pada kelompok tersebut kenaikan paling tinggi dialami oleh sub kelompok
bumbu-bumbuan (65,07%), khususnya pada komoditas cabai rawit merah dan bawang putih
yang sebagian besar berasal dari impor. Selain subkelompok bumbu-bumbuan, subkelompok
lainnya yang juga mengalami kenaikan cukup tinggi adalah sukelompok Ikan diawetkan
(37,41%), Buah-buahan (30,02%), dan Lemak - Minyak (23,29%). Pada subkelompok
tersebut, peningkatan harga terutama disebabkan oleh adanya gangguan disisi suplai, dan
juga terjadinya kenaikan harga pada beberapa bahan pangan impor di pasar internasional.
% (yoy)
Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil
1 Bahan Makanan 4.23 0.88 3.91 0.80 4.93 1.01 11.93 2.43 10.84 2.28 18.86 3.89 16.70 3.49
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 7.50 1.49 7.50 1.50 6.73 1.37 5.48 1.14 5.26 1.09 5.47 1.15 6.57 1.39
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3.68 0.88 1.40 0.34 1.74 0.42 2.27 0.55 5.00 1.20 5.49 2.13 5.36 1.28
4 Sandang 7.15 0.36 5.81 0.30 0.02 0.00 5.27 0.28 5.10 0.26 5.41 0.29 6.92 0.36
5 Kesehatan 2.63 0.16 1.86 0.12 1.38 0.09 1.39 0.09 1.96 0.12 1.97 0.12 4.88 0.30
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 3.04 0.31 2.26 0.23 2.01 0.21 2.49 0.25 3.55 0.36 4.25 0.43 4.69 0.47
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -4.65 -0.65 -1.23 -0.16 2.95 0.38 4.42 0.57 6.59 0.85 5.57 0.71 5.64 0.72
3.22 3.22 2.93 2.93 3.35 3.35 4.93 4.93 5.98 5.98 7.38 7.38 7.53 7.53
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
I
Tabel 2.1
Inflasi Tahunan
IIIV III IV
2011
UMUM
No Kelompok I
2009 2010
III
Selanjutnya, kelompok barang yang mengalami peningkatan cukup tinggi dan
memberikan andil terhadap inflasi cukup besar adalah kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau. Kelompok barang ini mengalami kenaikan harga 6,57%
dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 1,39%. Komoditas yang memberikan
sumbangan besar terhadap inflasi antara lain adalah nasi, teh manis dan ayam goreng.
Penyumbang inflasi yang cukup besar lainnya adalah kelompok Perumahan, Air,
Listrik Gas dan Bahan Bakar yang mengalami inflasi sebesar 5,36% dan memberikan
andil 1,28%. Inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh kenaikan subkelompok Bahan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
23
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Bakar, Penerangan dan Air (7,81%) dan biaya tempat tinggal (4,91%). Komoditas yang
harganya meningkat dan memiliki bobot inflasi cukup besar antara lain upah tukang bukan
mandor, biaya sewa rumah, biaya listrik, dan biaya air minum.
Tekanan inflasi pada triwulan laporan juga berasal dari Kelompok Transportasi
dan Komunikasi, khususnya untuk Subkelompok Sarana dan Penunjang Transpor.
Pada subkelompok tersebut, peningkatan harga mencapai 5,64% dan memberikan andil
terhadap inflasi sebesar 0,72%. Kenaikan harga terutama terjadi pada sub kelompok Sarana
Transport dan penunjang (28,21%), dan sub kelompok transpor (3,41%) yang bobot
inflasinya tinggi. Pada sub kelompok Sarana Transport dan Penunjang, jasa perpanjangan
STNK mejadi pemicu terbesar kenaikan inflasi, yaitu meningkat 100%. Sementara, pada sub
kelompok transpor, kenaikan jasa transportasi udara menjadi salah satu pemicu utama.
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011
Bhn Mknan Mknan Jadi Perumahan Sandang
Kesehatan Pendidikan Transpor Umum
% (yoy)
Sumber: BPS DIY
Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Barang (yoy)
1.0
1
1.3
7
0.4
2
0.0
0
0.0
9
0.2
1 0.3
8
2.4
3
1.1
4
0.5
5
0.2
8
0.0
9
0.2
5 0.5
7
2.2
8
1.0
9
1.2
0
0.2
6
0.1
2
0.3
6 0
.85
3.8
9
1.1
5
2.1
3
0.2
9
0.1
2 0.4
3 0.7
1
3.4
9
1.3
9
1.2
8
0.3
6
0.3
0
0.4
7
0.7
2
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
Bhn Mknan Mknan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor
I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11Sumber: BPS DIY, diolah
% (yoy)
Grafik 2.4 Andil Kelompok Barang (yoy)
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
3 5 7 10 12 14 17 19 21 24 26 28 31 2 7 9 14 17 21 23 25 1 7 10 15 21 23 25 29
Januari Februari Maret
Chart Title
Bawang Merah Bawang Putih
Rp.
Grafik 2.5 Perkembangan Harga Bawang Merah & Bawang Putih
Sumber: Dinas Pertanian Prov. DIY
5,500
5,750
6,000
6,250
6,500
6,750
7,000
3 5 7 10 12 14 17 19 21 24 26 28 31 2 7 9 14 17 21 23 25 1 7 10 15 21 23 25 29
Januari Februari Maret
Beras
Beras
Rp.
Grafik 2.6 Perkembangan Harga Beras
Sumber: Dinas Pertanian Prov. DIY
Untuk kelompok komoditas lain di luar empat kelompok barang dan jasa yang
sudah disebutkan di atas, walaupun terjadi kenaikan harga namun memberikan andil
inflasi yang tidak terlalu tinggi. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga dengan laju
inflasi 4,69% memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,47%; kelompok Sandang dengan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
24
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
laju inflasi 6,92% memberikan andil 0,36%; kelompok Kesehatan dengan laju inflasi 4,88%
dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,3,0%.
Pemerintah Provinsi DIY terus melakukan langkah-langkah sebagai antisipasi
meningkatnya harga-harga bahan pangan. Langkah yang dilakukan tersebut disamping
dalam bentuk melakukan pemantauan terhadap kelancaran dan kecukupan pasokan barang
kebutuhan pokok, dilakukan pula dalam bentuk menjaga kelancaran operasi beras raskin.
Disamping itu, untuk menjaga ketersediaan stok, Bulog juga secara aktif membeli beras hasil
panen yang cukup melimpah di triwulan I. Langkah-langkah tersebut cukup efektif menahan
harga beras relatif stabil bahkan turun.
INFLASI TRIWULANAN
Secara triwulanan, inflasi Kota Yogyakarta 1,14% (qtq), lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan IV 2010 1,63% namun lebih tinggi dibandingkan
triwulan I-2010 sebesar 1,0%. Kontributor utama Inflasi pada triwulan I-2011 berasal
peningkatan harga kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 2,78%
(qtq) dengan andil 0,57%. Cukup tingginya laju inflasi triwulanan pada Kelompok Makanan
Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau terutama bersumber dari kenaikan harga nasi, teh
manis dan rokok kretek filter. Sementara itu, kelompok bahan makanan yang pada 4 kuartal
sebelumnya selalu menjadi kontributor terbesar inflasi pada triwulan I mulai menunjukkan
penurunan dengan inflasi yang cukup rendah 0,24% dan memberikan andil sebesar 0,05%.
Penurunan ini didorong oleh adanya deflasi yang cukup besar pada subkelompok Sayur-
sayuran (-9,94%), Subkelompok Padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya (-4,06%) serta
Subkelompok Daging dan hasil-hasilnya (-2,1%).
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
I II III IV I
2010 2011
Bhn Mknan Mknan Jadi Perumahan Sandang
Kesehatan Pendidikan Transpor Umum
% (qtq)
Sumber: BPS DIY
Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Barang (qtq)
0.4
3
0.3
6
0.2
1
-0.0
4
0.0
1
-0.0
1 0.0
8
1.2
0
0.1
1
0.1
0 0.1
4
0.0
4 0
.05
0.2
1
0.9
3
0.3
0
0.7
6
0.0
2
0.0
5
0.3
1
0.5
4
1.2
2
0.3
5
0.9
7
0.1
5
0.0
1
0.0
7
(0.1
3)0
.06
0.5
7
0.1
8
0.0
4
0.1
7
0.0
3 0.0
9
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
Bhn Mknan Mknan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor
I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11
Sumber: BPS DIY
% (qtq)
Grafik 2.8 Andil Kelompok Barang (qtq)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
25
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar juga memberikan
kontribusi terhadap inflasi yang cukup besar, yaitu dengan laju inflasi sebesar 0,74%
(qtq) memberikan andil inflasi 0,17%. Kenaikan harga bersumber dari kenaikan biaya
tempat tinggal (0,86%) dan sub kelompok Penyelenggaraan rumah tangga (1,41%).
Komoditas ataupun jasa yang mengalami peningkatan dan menyumbang inflasi adalah harga
batu-bata, biaya sewa rumah, dan upah pembantu rumah tengga.
% (qtq)
Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil
1 Bahan Makanan 5.30 1.08 -1.57 -0.33 2.10 0.43 5.77 1.20 4.27 0.93 5.56 1.22 0.24 0.06
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.64 0.34 1.49 0.31 1.73 0.36 0.52 0.11 1.42 0.30 1.70 0.35 2.79 0.57
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.55 0.13 0.40 0.10 0.87 0.21 0.44 0.10 3.23 0.76 4.10 0.97 0.74 0.18
4 Sandang 0.60 0.03 0.27 0.14 -0.68 -0.04 2.59 0.14 0.44 0.02 3.00 0.15 0.74 0.04
5 Kesehatan 0.30 0.02 0.22 0.01 0.14 0.01 0.72 0.04 0.86 0.05 0.24 0.01 3.00 0.17
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2.04 0.21 0.03 0.00 -0.13 -0.01 0.54 0.05 3.10 0.31 0.71 0.07 0.28 0.03
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 2.14 0.27 -0.04 -0.01 0.64 0.08 1.63 0.21 4.26 0.54 -1.00 -0.13 0.71 0.09
1.90 1.90 0.30 0.30 1.00 1.00 1.65 1.65 2.91 2.91 1.63 1.63 1.14 1.14
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
IIIIII IV I II
Tabel 2.2
Inflasi Triwulanan
UMUM
2009
IIV
2010 2011
No Kelompok
Kelompok Kesehatan ikut memberikan andil tinggi terhadap pembentukan inflasi
triwulan I-2011 dengan kenaikan harga sebesar 3,0% dan andil sebesar 0,17%.
Kenaikan harga pada kelompok ini terutama disebabkan oleh adanya kenaikan pada
Subkelompok Biaya Jasa Kesehatan yang daam triwulan I mengalami kenaikan sebesar 5,31%.
INFLASI BULANAN
Angka rata-rata inflasi bulanan (mtm) Kota Yogyakarta selama triwulan I-2011
tercatat sebesar 0,38%, lebih rendah dari angka rata-rata inflasi pada triwulan
sebelumnya yang mencapai 0,54%. Pada bulan Januari 2011 Kota Yogyakarta mengalami
inflasi sebesar 0,84% (mtm), lebih tinggi dibanding bulan Desember 2010 yang mencapai
0,72%. Inflasi pada bulan ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga bawang merah
dan nasi (putih) serta kenaikan harga beras.
Pada bulan Februari 2011 tekanan inflasi Kota Yogyakarta melemah, ditandai
dengan angka inflasi yang kecil 0,10% (mtm). Melimpahnya pasokan sayur-sayuran dan
juga mulai adanya panen padi di beberapa lokasi mendorong terjadinya deflasi pada kelompok
Bahan Makanan sehingga secara keseluruhan mendorong inflasi yang rendah.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
26
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
% (mtm)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
1 Bahan Makanan 1.60 0.66 -0.17 0.85 0.10 4.77 4.61 -1.27 0.96 0.37 2.48 2.62 1.34 -1.55 0.47
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.92 0.69 0.11 0.16 0.10 0.26 0.22 0.32 0.88 0.79 0.42 0.48 1.69 0.96 0.12
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.42 0.16 0.29 0.13 0.06 0.25 0.38 1.75 1.07 0.25 0.18 0.44 0.32 0.43 -0.01
4 Sandang -0.69 -0.41 0.42 0.09 1.27 1.21 -0.39 -0.30 1.13 1.40 0.76 0.81 -0.07 0.18 0.63
5 Kesehatan 0.05 0.10 -0.01 0.31 0.03 0.38 0.11 0.51 0.23 0.18 0.24 -0.19 2.14 0.62 0.23
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga -0.01 0.00 -0.12 -0.04 -0.01 0.60 0.20 1.12 1.75 0.78 -0.07 -0.01 0.11 0.07 0.11
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.17 0.20 0.27 0.10 0.14 1.39 3.05 -0.04 1.22 -1.08 0.03 0.06 0.30 0.13 0.28
0.57 0.31 0.13 0.25 0.14 1.26 1.40 0.43 1.06 0.28 0.62 0.72 0.84 0.10 0.21Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
Tabel 2.3Inflasi Bulanan
II-2010Kelompok
I-2010 III-2010No
UMUM
IV-2010 I-2011
Sementara itu, pada bulan Maret 2011, tekanan harga barang dan jasa di Kota
Yogyakarta sedikit menguat dibanding bulan sebelumnya, tercermin dari angka
inflasi bulanan yang tercatat 0,21 (mtm). Peningkatan inflasi pada bulan Maret 2011
disebabkan oleh kembali meningkatnya harga pada kelompok Bahan Makanan yang pada
bulan sebelumnya mengalami deflasi. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya harga buah-
buahan khususya jeruk, telur dan juga sayur-sayuran. Walaupun demikian, beberapa
komoditas dalam kelompok Bahan Makanan pada bulan Maret masih mengalami deflasi
seperti beras, cabe rawit dan cabe merah. Disamping itu, pada bulan Maret kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar juga menjadi penyumbang rendahnya inflasi
bulan Maret karena mengalami deflasi sebesar -0,01%
120
130
140
150
160
170
180
190
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
Sumber: Survei Konsumen
Grafik 2.9 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yad
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
11.000
12.000
13.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Nilai Tukar Rupiah thd USD
Nilai Tukar Rupiah thd USD
Rp.
Grafik 2.10 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
INFLASI INTI DAN NON INTI
Selama triwulan I-2011, kelompok volatile food masih mendominasi penyebab
terjadinya inflasi dibanding inflasi inti. Kebijakan pemerintah yang masih menunda
pencabutan subsidi BBM juga merupakan salah satu pendorong rendahnya kontribusi
kelompok administered prices dalam pembentukan inflasi. Sementara itu, Survei
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
27
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Konsumen (SK) periode Januari - Maret 2011 menunjukkan ekspektasi responden terhadap
kenaikan harga 3 bulan yang akan datang relatif meningkat dari periode sebelumnya. Indeks
tersebut pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar 162 dan meningkat menjadi 165 pada
triwulan I-2011. Di sisi lain, nilai tukar Rupiah terhadap USD yang cenderung menguat juga
menjadi salah satu faktor yang menurunkan inflasi inti dari sisi imported inflation.
INFLASI KOTA-KOTA TETANGGA
Dibandingkan dengan beberapa kota di Jawa Tengah, inflasi tahunan Kota
Yogyakarta (7,55%) menempati peringkat tertinggi dan diikuti oleh kota Tegal
(6,49%) dan Kota Semarang (6,42%). Seluruh kota di Jawa Tengah dan DIY mengalami
inflasi, dengan kota Surakarta mencatat inflasi tahunan terendah sebesar 5,04%, diikuti
dengan kota Purwokerto sebesar 5,6%. Khusus kota Surakarta, secara kumulatif sampai
dengan bulan Maret 2011 mengalami deflasi sebesar -0,83% (ytd). Tingginya angka inflasi di
Kota Yogyakarta ini, sebagaimana telah diungkan dimuka sangat dipengaruhi oleh pola
konsumsi masyarakat Kota Yogyakarta yang relatif berbeda dibandingkan dengan kota lain di
Jawa. Pangsa konsumsi bahan makanan terhadap total nilai konsumsi di Kota Yogyakarta
adalah yang terendah dibandingkan dengan kota lain di Jawa. Sementara itu konsumsi pada
kelompok perumahan dan makanan jadi adalah yang tertinggi.
6.42
5.04
5.60
6.49
7.53
0.37
(0.83)
0.69 0.39
1.14
(2.00)
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
Semarang Surakarta Purwokerto Tegal Yogyakarta
YoY YtD
%
Sumber: BPS DIY
Grafik 2.11 Inflasi Kota-kota Tetangga Tw I-2011
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
28
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Boks
Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota
Yogyakarta
Di samping faktor kesenjangan produksi, secara simultan inflasi yang terjadi juga
dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap inflasi yang akan terjadi pada periode
berikutnya. Apabila ekspektasi masyarakat mengenai inflasi mendatang akan
meningkat, maka kondisi tersebut akan diikuti oleh perubahan perilaku yang cenderung
untuk membeli barang dan jasa secara berlebihan. Hal ini selanjutnya akan berdampak
pada peningkatan inflasi yang terjadi pada periode berikutnya. Sebaliknya, apabila
masyarakat berekspektasi bahwa inflasi ke depan lebih rendah, maka ada
kecenderungan perubahan perilaku untuk menahan keinginan membeli barang. Hal ini
akan menyebabkan inflasi yang terjadi ke depan menjadi relatif lebih rendah.
Tidak dipungkiri bahwa ekspektasi pelaku ekonomi seringkali berperan penting
dalam menentukan besarnya inflasi. Terdapat kecenderungan kuat bahwa harga di
pasar seringkali telah meningkat lebih awal dibandingkan peningkatan harga input
maupun peningkatan permintaan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari bagaimana pelaku
ekonomi menilai informasi yang diterimanya dan mentransformasikannya ke dalam
pembentukan harga.
Untuk itu perlu dilakukan Penelitian Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota
Yogyakarta untuk mengkaji preferensi faktor-faktor/informasi yang tepat bagi
pedagang dalam menentukan kenaikan harga atau penurunan harga terhadap
pembentukan inflasi daerah ditinjau dari sisi biaya produksi (cost push) dan faktor-
faktor/informasi yang tepat bagi pedagang dalam menentukan kenaikan harga atau
penurunan harga terhadap pembentukan inflasi daerah ditinjau dari sisi tarikan
permintaan (demand pull). Selain itu juga akan dikaji perilaku masyarakat (penggerak
sektor riil) terhadap pilihan yang beresiko.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan metoda eksperimen untuk mengkaji perilaku pedagang
di DIY. Experimental economics adalah cabang Ekonomika yang mempelajari perilaku
pelaku ekonomi dengan metoda eksperimen. Data pada penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari subyek eksperimen, tidak saja
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
29
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
mencakup pengambilan keputusan mereka namun juga identitas mereka. Data
sekunder diperlukan untuk memperoleh gambaran laju inflasi di daerah Yogyakarta.
Eskperimen akan dilakukan dengan melibatkan 100 subyek yang merupakan
pedagang/pengusaha skala menengah ke bawah di Yogyakarta. Eksperimen dalam studi
ini akan dilakukan dalam dua tahap. Pada eksperimen sesi pertama, subyek akan
dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan tentang informasi apa yang berpengaruh
dalam penentuan harga. Semua pertanyaan di sini merupakan pertanyaan hipotesis dan
semuanya terkait dengan gosip atau isyu tentang suatu peristiwa yang akan terjadi yang
mungkin berpengaruh terhadap keputusan penentuan harga. Pada tahap kedua, subyek
akan dihadapkan pada pilihan antara dua prospek. Pada sesi kedua pertama ini akan
dilakukan dengan menjawab 40 pertanyaan. Diharapkan dengan menjawab pertanyaan
pada sesi kedua ini, jenis expected utility yang dipergunakan masing-masing subyek bisa
ditentukan.
Kesimpulan
1. Berita adanya kemungkinan kelangkaan pasokan merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap kebijakan peningkatan harga yang dilakukan oleh
pedagang. Sedangkan pengumuman peningkatan tingkat bunga Bank Indonesia
menjadi pertimbangan pedagang yang terakhir dalam meningkatkan harga
komoditasnya.
2. Adanya informasi bahwa panen akan berhasil dan produksi melimpah merupakan
faktor yang paling berpengaruh terhadap kebijakan penurunan harga yang
dilakukan oleh pedagang. Sementara itu, informasi mengenai penurunan suku
bunga bank umum maupun suku bunga Bank Indonesia menempati posisi ke enam
dalam penentuan kebijakan penurunan harga bagi pedagang.
3. Eksperimen pilihan individu terhadap pilihan berisiko menunjukkan bahwa perilaku
individu tidak sesuai dengan expected utility theory (von Neumann dan
Morgenstern, 1944). Pendekatan prospect theory dinilai tidak mampu menjelaskan
seluruh perilaku responden. Namun, perilaku individu terhadap pilihan berisiko
dapat dijelaskan oleh regret theory (Loomes dan Sudgent, 1982). Individu dinilai
lebih memilih pilihan yang memberikan probabilitas lebih besar untuk menghindari
penyesalan akibat gagalnya realisasi ekspektasi atas pilihan yang telah dibuat (ex-
post feeling).
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
30
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Saran
1. Penentuan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas
moneter terkait dengan permasalahan persistensi inflasi terutama yang berasal dari
perilaku mikro pengusaha (pedagang) perlu ditinjau kembali. Hal ini disebabkan
karena perubahan kebijakan pada sektor moneter ternyata tidak langsung
berdampak pada preferensi pengambilan keputusan di sektor riil.
2. Penelitian ini memfokuskan pada analisis terhadap perilaku kelompok pedagang di
tingkat pengecer (retail) sebagai respondennya dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Oleh karena itu, diharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam
dengan melibatkan sampel yang lebih besar, mencakup kelompok pedagang
distributor besar sehingga dapat memahami perilaku kelompok pedagang
distributor besar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini nantinya dapat
digunakan sebagai bahan kajian dalam pengambilan kebijakan moneter yang lebih
efektif.
31
Bab 3 Perkembangan Perbankan
Cukup tingginya laju pertumbuhan ekonomi DIY memberikan dampak positif pada
peningkatan kegiatan perbankan di DIY pada triwulan I-2011. Secara tahunan, aset dan dana
pihak ketiga (DPK) perbankan di DIY tumbuh masing-masing 13,35% dan 16,28%. Penyaluran
kredit perbankan DIY tumbuh 22,07%(yoy) sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan
DIY menjadi 60,37% (yoy) naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 59,45%(yoy).
Sementara itu, kegiatan perbankan syariah tumbuh lebih pesat, aset tumbuh 15,66% (yoy),
penghimpunan dana tumbuh 39,90%(yoy) dan pembiayaan tumbuh 42,24%. Secara
keseluruhan kinerja perbankan di DIY masih cukup baik, tercermin pada NPLs yang sebesar
3,69%.
ASET
Hingga akhir triwulan I-2011 volume usaha perbankan DIY tumbuh 13,35% (yoy).
Pada sisi pasiva, pertumbuhan aset berasal dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
meningkat 16,28% (yoy). Sedangkan di sisi aktiva sejalan dengan peningkatan aktivitas
ekonomi, peningkatan volume usaha berasal dari pertumbuhan Kredit sebesar 22,07% (yoy).
2011I II III IV I II III IV I
1 Aset Miliar Rp 21.438 21.796 23.248 24.572 25.703 26.232 26.770 29.191 29.135
Pertumbuhan % (yoy) 12,00 11,81 15,32 17,46 19,89 20,35 15,15 18,80 13,35
2 Dana Pihak Ketiga Miliar Rp 18.732 19.302 20.436 21.034 21.429 22.573 22.983 24.524 24.918
Pertumbuhan % (yoy) 12,85 14,08 18,37 16,74 14,40 16,95 12,46 16,60 16,28
3 Kredit Miliar Rp 10.673 11.030 11.287 11.723 12.324 12.996 13.505 14.581 15.043
Pertumbuhan % (yoy) 16,22 11,17 6,86 11,91 15,46 17,83 19,66 24,38 22,07
4 Loan to Deposit Ratio % 56,98 57,14 55,23 55,74 57,51 57,57 58,76 59,45 60,37
5 Non Performing Loans (Gross) % 3,12 3,95 4,37 3,20 3,38 3,51 3,50 3,08 3,32
Tabel 3.1
Indikator Perbankan
2009No Uraian Satuan
2010
INTERMEDIASI PERBANKAN
Kegiatan intermediasi perbankan pada triwulan laporan meningkat. LDR
perbankan DIY pada triwulan I-2011 sebesar 60,37%, meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya 57,45%. Peningkatan tersebut disamping didorong oleh masih kondusifnya
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
32
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
perekonomian diduga juga terkait dengan adanya ketentuan mengenai LDR minimal 78% (PBI
12/19/2010) yang mendorong perbankan untuk memperbaiki kinerja penyaluran kreditnya.
30
35
40
45
50
55
60
65
70
I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011
%
Grafik 3.1 LDR DIY
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011
LDR Nasional* LDR DIY
%
*) s.d Februari 2011
Grafik 3.2 LDR DIY & Nasional
PENGHIMPUNAN DANA
Pada triwulan I-2011 (yoy) dana masyarakat yang dihimpun perbankan di DIY
masih tumbuh, namun tidak secepat dibanding triwulan sebelumnya. Pada posisi akhir
triwulan I-2011 DPK naik 12,46% (yoy) menjadi Rp24.918 miliar, lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 17,55% (yoy). Penurunan pertumbuhan ini wajar
mengingat pada triwulan laporan kebutuhan kas sebagian pemilik dana meningkat ataupun
kemungkinan ada alternatif lain untuk berinvestasi.
-5
0
5
10
15
20
25
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Miliar Rp
DPK % (ytd) %(yoy)
%
Grafik 3.3 DPK Perbankan
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
DPK (rhs) Inf lasi Yk BI Rate
Miliar Rp%
Grafik 3.4 BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan
Kenaikan Penghimpunan DPK perbankan berasal dari kenaikan seluruh
komponen DPK. Peningkatan tertinggi dialami oleh Tabungan sebesar 21,87% dengan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
33
Bab 3 Perkembangan Perbankan
outstanding Rp12.158 miliar. Selanjutnya Deposito meningkat 12,46% (Rp9.259 miliar) dan
giro meningkat sebesar 8,75% (Rp3.501 miliar). Peningkatan DPK pada semua jenis tertinggi
terjadi pada rekening milik Pemda terkait dengan mulai masuknya dana perimbangan untuk
kegiatan tahun anggaran 2011. Sementara itu, penurunan DPK terbesar terjadi pada dana
milik perusahaan swasta bukan lembaga keuangan dan dana milik perorangan khususnya
pada jenis giro dan tabungan.
Sementara itu, struktur atau komposisi DPK perbankan di DIY tidak berubah,
masih didominasi Tabungan (48,79%). Tingginya tabungan pada DPK perbankan tersebut
mengindikasikan bahwa motif sebagian besar pemilik DPK di perbankan adalah untuk
bertransaksi dan berjaga-jaga dibandingkan motif investasi. Sifat tabungan yang dapat ditarik
sewaktu-waktu dengan kemudahan fasilitas ATM yang tersebar dan dapat pula digunakan
untuk melakukan transaksi dalam jumlah relatif besar membuat simpanan jenis ini memiliki
banyak peminat.
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2010
Deposito Giro Tabungan
% (yoy)
Grafik 3.5 Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan DIY
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Deposito Giro Tabungan
Miliar Rp
Grafik 3.6 Komposisi DPK Perbankan
Sebagaimana periode sebelumnya, deposito1 jangka waktu 1 bulan masih
mendominasi dengan porsi sebesar 51,14%, meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya (49,26%). Pada triwulan laporan tersebut terdapat fenomena yang cukup
menarik pada deposito dengan jangka waktu >12 bulan. Jika pada triwulan IV-2010 share
deposito berjangka >12 bulan mencapai 14,55%, maka pada triwulan I share-nya turun
menjadi 2,05%. Disisi lain share deposito berjangka waktu <12 bulan, khususnya deposito
berjangka waktu 3 bulan naik.
1 Diwakili oleh Deposito Bank Umum yang mendominasi pangsa Deposito DIY yaitu sebesar 87,99%.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
34
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
PENYALURAN KREDIT
Penyaluran kredit perbankan DIY pada Triwulan I-2011 tumbuh cukup tinggi
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan IV-2010. Pada
triwulan laporan pertumbuhan Kredit mencapai 22,07% (yoy) dengan outstanding Rp15.043
miliar, dan secara triwulan naik 3,17%. Pertumbuhan kredit perbankan tersebut masih
dipengaruhi oleh tingginya permintaan dan realisasi kredit sejalan dengan masih cukup
tingginya pertumbuhan ekonomi.
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Total Kredit yoy ytd
%Miliar Rp
Grafik 3.7 Kredit Perbankan
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Kredit Modal Kerja yoy ytd
%Miliar Rp
Grafik 3.8 Kredit Modal Kerja
-10
0
10
20
30
40
50
60
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Kredit Investasi yoy ytd
%Miliar Rp
Grafik 3.9 Kredit Investasi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Kredit Konsumsi yoy ytd
%Miliar Rp
Grafik 3.10 Kredit Konsumsi
Menurut jenisnya, pertumbuhan terbesar terjadi pada kredit Investasi yang mencapai
46,81% (yoy), kemudian diikuti Modal Kerja 24,39% dan Kredit Konsumsi 14,03%. Tingginya
laju pertumbuhan kredit Investasi tersebut antara lain digunakan untuk membiayai usaha di
sektor Keuangan, Real estate dan Jasa Dunia Usaha yang tumbuh sebesar 81,78%. Dengan
perkembangan tersebut, pasar kredit konsumsi masih tetap yang terbesar, yaitu 46,72%,
kemudian diikuti oleh modal kerja (37,94%) dan sisanya untuk investasi (15,34%).
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
35
Bab 3 Perkembangan Perbankan
Secara sektoral, sebagian besar kredit perbankan DIY2 disalurkan kepada sektor
unggulan khususnya yang non tradable3. Sektor yang mendominasi kredit perbankan
adalah sektor Lain-lain (46,53%) yang sebagian besar merupakan kredit konsumsi. Selanjutnya
diikuti oleh kredit di sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (17,82%), Jasa Dunia Usaha
(9,43%) dan Industri Pengolahan (4,78%). Sedangkan yang paling kecil memperoleh kredit
adalah sektor Pertambangan (0,05%), Listrik, Gas & Air Bersih (0,28%) dan Pertanian (1,37%).
Sementara itu, dilihat dari laju pertumbuhannya, sektor yang paling tinggi laju
pertumbuhannya adalah sektor Transportasi 124,04% (yoy), diikuti sektor Jasa Dunia Usaha
81,75% dan Sektor Jasa Sosial 68,73%. Sebaliknya sektor yang mengalami perlambatan
pertumbuhan kredit adalah sektor Pertambangan (-18,55%) dan sektor Konstruksi (-9,16%).
2,400
2,500
2,600
2,700
2,800
2,900
3,000
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009
Pertanian Jasa Sosial Masyarakat Jasa Dunia Usaha Industri PHR
Miliar Rp
Grafik 3.11 Kredit Bank Umum Sektor Ekonomi Utama
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010
Pertambangan LGA Konstruksi Transportasi Lain2 (rhs)
Miliar Rp
Grafik 3.12 Kredit Sektor Ekonomi Lainnya
STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Risiko Kredit
Resiko kredit perbankan yang tercermin dari NPL masih tergolong aman,
walaupun pada triwulan laporan mengalami sedikit peningkatan. NPLs Perbankan di
DIY pada akhir Maret 2011 naik tipis sebesar 3,32% dibandingkan dengan periode akhir
triwulan sebelumnya (3,08%). Kenaikan ini masih wajar, namun harus tetap dicermati.
2 Diwakili oleh kredit Bank Umum dengan pangsa 86,715% dari total kredit perbankan DIY. 3 Sektor non tradable: sektor Listrik, Gas & Air, sektor Konstruksi, sektor PHR, sektor Pengangkutan &
Pergudangan, sektor Jasa-jasa Dunia Usaha, sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat dan sektor Lain-lain. Sektor tradable: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
36
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
0
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
-
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Nominal Rasio
Miliar Rp %
Grafik 3.13 Non Performing Loans DIY
0
1
2
3
4
5
6
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Modal Kerja Investasi Konsumsi
%
Grafik 3.14 NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Jasa Sosial Masyarakat Industri
Pertanian PHR
Jasa Dunia Usaha
%
Grafik 3.15 NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Transportasi Lain2 Pertambangan Konstruksi
%
Grafik 3.16 NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Lainnya
Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan sedikit rasio NPL dialami kredit
konsumsi. Sementara rasio NPL kredit modal kerja relatif tidak berubah dan bahkan rasio NPL
kredit investasi mengalami penurunan. Rasio NPL kredit modal kerja 4,23%, kredit investasi
1,81% menurun dibanding triwulan IV 2010 sebesar 2,34%. Rasio NPL kredit konsumsi
1,99% sedikit meningkat dibanding triwulan IV 2010 sebesar 1,74%. Sementara itu
berdasarkan sektor ekonominya, peningkatan rasio NPL tertinggi terdapat pada sektor PHR
dari 3,9% menjadi 4,81% atau meningkat sebesar 0,9% dibanding triwulan sebelumnya.
Selain sektor PHR, sektor lain-lain juga mengalami peningkatan rasio NPL dari 1,72% menjadi
2,26%. Perkembangan yang cukup menarik terjadi pada sektor konstruksi yang mengalami
penurunan rasio NPL cukup besar yaitu dari 14,74% pada triwulan IV 2010 menjadi 6,77%
pada triwulan I-2011, hal ini terkait dengan lancarnya pembayaran termin proyek dan adanya
pelunasan kredit di sektor tersebut.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
37
Bab 3 Perkembangan Perbankan
Risiko Likuiditas
Pada triwulan laporan risiko likuiditas perbankan DIY secara umum masih
terkendali. Bank di DIY mengalami kelebihan likuiditas sebagaimana tercermin pada LDR
yang relatif rendah. Kelebihan likuiditas tersebut antara lain ditempatkan pada rekening antar
kantor, SBI, penempatan pada bank lain, surat berharga dan penempatan pada Bank
Indonesia (selain Giro dan SBI).
PERBANKAN SYARIAH
Aset Perbankan Syariah
Aset Perbankan Syariah tumbuh 15,66% (yoy), yaitu dari Rp1.495 miliar pada
triwulan I-2010 menjadi Rp1.729 miliar pada triwulan I-2011. Dari sisi aktiva peningkatan
kinerja Perbankan Syariah terutama bersumber dari peningkatan pembiayaan 41,97% (yoy),
sementara dari sisi pasiva DPK naik 39,65%. Walaupun mengalami pertumbuhan aset yang
cukup tinggi, pangsa aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan di DIY mengalami
sedikit penurunan yaitu dari 6,06% pada triwulan IV 2010 menjadi 5,9% pada triwulan I-
2011. Angka ini masih di atas target nasional 5,0%.
qtq yoy
I Aset 907 1.020 1.139 1.287 1.495 1.433 1.570 1.769 1.729 100,00 -2,29 15,66 1 Bank Umum Syariah 841 948 1.057 1.194 1.400 1.332 1.460 1.643 1.598 92,46 -2,71 14,16 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 66 72 82 93 95 102 111 127 130 7,54 3,08 37,87 II Penghimpunan Dana (Deposit) 670 717 814 886 1.010 1.067 1.206 1.323 1.413 100,00 6,81 39,90 A Jenis Bank 670 717 814 886 1.010 1.067 1.206 1.323 1.413 100,00 6,81 39,90 1 Bank Umum Syariah 622 667 757 823 943 998 1.124 1.229 1.317 93,17 7,10 39,65 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 47 50 57 63 67 69 81 94 97 6,83 3,06 43,34 B Jenis Simpanan 670 717 814 886 1.010 1.067 1.206 1.323 1.413 100,00 6,81 39,89 1 Giro 70 59 74 66 85 99 86 87 115 8,16 32,09 35,40 2 Tabungan 337 359 388 428 425 468 531 595 610 43,15 2,53 43,44 3 Deposito 263 299 352 392 500 501 589 641 688 48,69 7,34 37,65 III Penyaluran Dana (Financing) 576 615 678 700 740 816 907 968 1.053 100,00 8,75 42,24 A Jenis Bank 576 615 678 700 740 816 907 968 1.053 100,00 8,75 42,24 1 Bank Umum Syariah 518 553 609 627 661 725 805 862 938 89,12 8,88 41,97 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 58 62 68 73 79 90 102 106 114 10,88 7,74 44,55 B Jenis Penggunaan 576 615 678 700 740 816 907 968 1.053 100,00 8,75 42,24 1 Modal Kerja 310 343 387 395 399 444 482 460 460 43,70 -0,02 15,23 2 Investasi 94 97 107 109 110 123 127 123 131 12,41 6,08 18,44 3 Konsumsi 172 176 184 196 231 249 298 385 462 43,89 20,11 100,40 IV Non Performing Financing (NPF) 2,38 2,43 5,11 2,05 2,43 3,26 4,75 3,96 3,69 1 Bank Umum Syariah 2,06 2,09 4,95 1,56 1,84 2,84 4,37 3,77 3,23 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 5,23 5,40 6,51 6,31 7,31 6,65 7,80 5,56 7,40
V Financing to Deposit Ratio (FDR)1 85,96 85,83 83,34 79,02 73,26 76,41 75,25 73,16 74,49
1 Bank Umum Syariah 83,25 82,91 80,53 76,17 70,09 72,67 71,59 70,09 71,25 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 121,46 124,88 120,86 116,16 117,62 130,11 125,77 113,46 118,61
III IV
2010
Tabel 3.3
Indikator Perbankan Syariah
II
2009
IIIIUraian
IVNo
I
Posisi PangsaPtumb (%)
2011
I II
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
38
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Intermediasi Perbankan Syariah
Fungsi intermediasi perbankan Syariah yang tercermin dalam Financing to
Deposit Ratio (FDR) mengalami peningkatan. FDR triwulan laporan sebesar 74,49%, lebih
tinggi dibandingkan triwulan IV-2010 (73,16%) dan triwulan I-2010 (73,26%). Peningkatan
FDR disebabkan tingginya laju pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan penghimpunan dananya. Sementara itu, jika dirinci berdasarkan
kelompok bank, Pembiayaan Bank Rakyat Syariah (BPRS) memiliki FDR 118,61%, jauh lebih
tinggi dibanding FDR Bank Umum Syariah (71,25%).
Penghimpunan Dana
Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Perbankan Syariah pada triwulan
laporan Rp1.413 miliar, tumbuh 39,89% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya 49,34% (yoy) dan triwulan I 2010 50,86% (yoy).
Sebagaimana periode sebelumnya DPK Perbankan Syariah didominasi oleh Deposito sebesar
48,69% atau Rp688 miliar, sedangkan Tabungan memiliki pangsa 43,15% atau Rp610 miliar
dan Giro dengan pangsa terkecil sebesar 8,11% atau Rp115 miliar.
Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan
Pembiayaan yang disalurkan oleh Perbankan Syariah pada triwulan I-2011
tumbuh 42,24%(yoy), lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-
2010 sebesar 38,26% (yoy) dan triwulan I-2010 (28,57%). Tingginya pertumbuhan
pembiayaan perbankan syariah mengindikasikan cukup tingginya minat masyarakat terhadap
pembiayaan yang ditawarkan. Hal ini juga tidak terlepas dari cukup agresifnya perbankan
syariah dalam menawarkan produk yang antara lain ditandai dengan makin meningkatnya
jumlah kantor bank syariah mencapai 38 kantor per Maret 2011 dibanding 24 kantor per akhir
Desember 2010. Hal ini juga tercermin dari masih terus meningkatnya jumlah deposan di bank
syariah dari 166.849 rekening pada akhir Desember 2010 menjadi 173.177 rekening pada
akhir Maret 2011.
Sementara itu, kualitas pembiayaan perbankan Syariah yang tercermin dari rasio Non
Performing Financing (NPF) mengalami penurunan dari dari 3,96% (Desember 2010) menjadi
3,69% (Maret 2011). Berdasarkan jenisnya, NPF Bank Umum Syariah tercatat sebesar 3,23%,
sedangkan NPF BPRS tercatat sebesar 7,4%.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
39
Bab 3 Perkembangan Perbankan
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
Aset
Pada triwulan I-2011 Aset BPR DIY mengalami pertumbuhan sebesar 22,36% (yoy).
Berdasarkan jenis usaha bank, BPR Konvensional memiliki Aset sebesar Rp2.390 miliar dan
Aset BPR Syariah sebesar Rp130 miliar. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh BPR Syariah yaitu
sebesar 37,87% (yoy), sedangkan Aset BPR Konvensional hanya tumbuh sebesar 21,61%
(yoy). Dengan perkembangan itu, pangsa Aset BPR Syariah terhadap Aset BPR menjadi 5,87%.
qtq yoy
I Aset 1.735 1.803 1.892 1.985 2.060 2.172 2.293 2.453 2.520 100,00 2,73 22,36 1 Konvensional 1.669 1.731 1.810 1.892 1.965 2.071 2.182 2.327 2.390 94,83 2,72 21,61 2 Syariah 66 72 82 93 95 102 111 127 130 5,17 3,08 37,87 II Penghimpunan Dana (Deposit) 1.230 1.262 1.304 1.354 1.406 1.454 1.519 1.605 1.644 100,00 2,44 16,90 A Jenis Bank 1.230 1.262 1.304 1.354 1.406 1.454 1.519 1.605 1.644 100,00 2,44 16,90 1 Konvensional 1.182 1.213 1.248 1.291 1.339 1.384 1.438 1.511 1.548 94,13 2,40 15,57 2 Syariah 47 50 57 63 67 69 81 94 97 5,87 3,06 43,34 B Jenis Simpanan 1.230 1.262 1.304 1.354 1.406 1.454 1.519 1.605 1.644 100,00 2,44 16,90 1 Tabungan 395 399 409 450 436 437 452 510 493 29,98 -3,32 13,11 2 Deposito 834 863 896 904 971 1.017 1.066 1.095 1.151 70,02 5,12 18,60 III Penyaluran Dana (Financing) 1.374 1.445 1.519 1.561 1.620 1.743 1.830 1.872 1.933 100,00 3,21 19,27 A Jenis Bank 1.374 1.445 1.519 1.561 1.620 1.743 1.830 1.872 1.933 100,00 3,21 19,27 1 Konvensional 1.316 1.383 1.451 1.488 1.541 1.653 1.728 1.766 1.818 94,08 2,94 17,97 2 Syariah 58 62 68 73 79 90 102 106 114 5,92 7,74 44,55 B Jenis Penggunaan 1.374 1.445 1.519 1.561 1.620 1.743 1.830 1.872 1.933 100,00 3,21 19,27 1 Modal Kerja 569 600 618 632 665 724 754 736 757 39,16 2,84 13,83 2 Investasi 120 121 123 126 135 180 190 184 194 10,06 5,75 44,00 3 Konsumsi 685 725 778 803 820 839 887 953 981 50,78 3,01 19,62 IV Non Performing Loans (NPL) 7,36 6,90 6,86 5,46 6,39 6,20 6,42 5,79 6,82 1 Konvensional 7,45 6,97 6,88 5,42 6,34 6,18 6,34 5,80 6,78 2 Syariah 5,23 5,40 6,51 6,31 7,31 6,65 7,80 5,56 7,40
V Loan to Deposit Ratio (LDR)1 111,72 114,48 116,48 115,27 115,21 119,92 120,50 116,66 117,54
1 Konvensional 111,33 114,05 116,28 115,23 115,08 119,41 120,20 116,86 117,47 2 Syariah 121,46 124,88 120,86 116,16 117,62 130,11 125,77 113,46 118,61
Tabel 3.2
Indikator Bank Perkreditan Rakyat
No Uraian
2009 2010 2011
I II III IV I II IIIPosisi Pangsa
Ptumb (%)IV
I
Penghimpunan Dana
Dana masyarakat yang disimpan di BPR pada triwulan I-2011 mengalami peningkatan
sebesar 16,90% (yoy) menjadi Rp1.644 miliar. Berbeda dengan Bank Umum, DPK di BPR lebih
didominasi oleh jenis simpanan Deposito pangsa 70,02% (Rp1.151 miliar), sedangkan
Tabungan hanya memiliki pangsa sebesar 29,98% (Rp493 miliar). Perbedaan spread suku
bunga antara Deposito dan Tabungan BPR yang cukup signifikan menjadi daya tarik bagi
deposan.
Penyaluran dan Kualitas Kredit
Penyaluran Kredit BPR pada triwulan I-2011 sebesar Rp1.933 miliar, naik 19,27% (yoy).
Kredit Konsumsi masih mendominasi total penyaluran Kredit BPR, dengan pangsa sebesar
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
40
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
50,78% atau Rp981 miliar, diikuti oleh Kredit Modal Kerja dengan pangsa sebesar 39,16%
atau Rp757 miliar dan terakhir adalah Kredit Investasi dengan pangsa sebesar 10,06% atau
Rp194 miliar. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh Kredit Investasi sebesar 44,00% (yoy),
sedangkan Kredit Konsumsi dan Kredit Modal Kerja tumbuh masing-masing sebesar 19,62%
(yoy) dan 13,83% (yoy). Sementara itu, di sisi resiko terlihat terdapat sedikit peningkatan rasio
NPLs BPR tercatat sebesar 6,82%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan IV-2010 yang
tercatat sebesar 5,79%.
Fungsi Intermediasi
Pertumbuhan Kredit BPR yang lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan DPK
pada triwulan laporan menyebabkan fungsi intermediasi BPR meningkat. Loan to Deposit Ratio
naik dari 116,66% menjadi 117,54%. Tingginya LDR ini menunjukkan bahwa BPR di DIY
masih perlu didorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun dana
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
41
Bab 3 Perkembangan Perbankan
Boks
Peranan Perbankan dalam Pemulihan
Ekonomi Pasca Bencana Merapi
Bencana Letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman telah menyisakan pilu yang
sangat mendalam bagi masyarakat di wilayah yang langsung maupun tidak langsung
terkena bencana tersebut. Para penduduk yang mencari nafkah disekitar lereng Merapi
Banyak yang kehilangan mata pencaharian karena tempat bekerjanya rusak, sedangkan
para pengusaha kehabisan modal karena tempat usahanya rusak akibat erupsi Merapi.
Untuk membangkitkan perekonomian di daerah yang terkena dampak erupsi Merapi,
beberapa bank mengeluarkan skema kredit berbunga lunak untuk membangkitkan
debitur yang terkena bencana Merapi antara lain:
1. BPD Syariah bekerjasama dengan P2EB FEB UGM & Harian Republika menyalurkan
pembiayaan melalui BMT kepada UMKM di lereng Merapi terutama petani salak
pondoh di Dusun Candi, Desa Bangunkerto, Turi Sleman. Dalam hal ini, BI bertindak
sebabagai fasilitator P2EB FEB UGM dengan BPD DIY yang kemudian melakukan
linkage dengan 6 (enam) BMT di sekitar gunung Merapi dengan plafon pembiayaan
sebesar Rp1,5 miliar. Dana tersebut akan disalurkan kepada 467 anggota (debitur)
atau rata-rata Rp3,2 juta/debitur yang akan dipergunakan untuk rehabilitasi kebun
salak sebagai penopang utama ekonomi anggota BMT. Bunga yang dikenakan BPD
DIY kepada BMT/koperasi sebesar 2% flat per tahun, sedangkan untuk perorangan
3% flat per tahun. BMT selanjutnya menyalurkan pembiayaan ke masyarakat yang
menjadi korban erupsi Gunung Merapi dengan bunga 4% untuk tahun pertama
dan maksimal 6% untuk tahun berikutnya. Jangka waktu linkage selama 4 tahun.
Tidak ada pembatasan sektor-sektor yang dibiayai namun sebagian besar yang telah
dibiayai yaitu sektor perdagangan, perikanan dan pertanian.
2. BRI meluncurkan program PKBL BRI untuk recovery paska Erupsi Merapi sebesar
Rp20 miliar (DIY Rp13,2 miliar dan Jateng Rp6,8miliar). Plafon per debitur maksimal
Rp25 juta tanpa agunan dengan suku bunga 3% per tahun. Calon debitur berasal
dari nasabah BRI atau dari bank lainnya. Tidak ada pembatasan sektor yang
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
42
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
dibiayai. Jangka waktu kemitraan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 2
(dua) tahun.
3. Perbarindo DIY meluncurkan program kredit bersama yang dinamakan kredit
MEKAR (Membangun Ekonomi Rakyat). Kredit ini ditujukan untuk modal kerja
dengan plafon maksimal Rp20 juta, jangka waktu maksimal 2 tahun dan suku
bunga 9%. Suku bunga yang dikenakan relatif terjangkau dan lebih murah
dibandingkan dengan suku bunga Kredit yang pada Desember 2010 tercatat rata-
rata sebesar 13,45%. Jika setiap BPR dapat mengalokasikan dana sekitar Rp200
juta, maka secara akumulasi jumlah Kredit MEKAR akan mencapai Rp10 miliar dan
dapat membantu minimal 1.000 debitur dengan plafon rata-rata Rp10 juta. Upaya
ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran BPR/BPRS di DIY dalam membangun
ekonomi di daerah utamanya di daerah yang terkena dampak Erupsi Merapi dalam
bentuk pemberian fasilitas kredit murah dengan suku bunga maksimal 9%, masing-
masing bank diharapkan berkomitmen untuk menyalurkan kredit tersebut sampai
dengan 200 juta.
43
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan transaksi pembayaran tunai dan non tunai pada triwulan I-2011 relatif
normal. Rata-rata net cash inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp198 miliar, naik
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat net cash outflow sebesar Rp4 miliar, yang
mengindikasikan uang tunai mulai kembali ke perbankan pasca libur akhir tahun 2010. Secara
keseluruhan posisi kas di BI mencapai Rp805 miliar, meningkat dari triwulan sebelumnya
(Rp546 miliar). Nilai nominal transaksi RTGS dan transaksi kliring kembali pada pola
normalnya. Rata-rata net incoming RTGS per bulan Rp644 miliar, turun dari triwulan
sebelumnya Rp4.797 miliar. Sedangkan rata-rata nilai nominal transaksi harian kliring sebesar
Rp33 miliar, meningkat dari triwulan IV-2010 (Rp30 miliar). Sedangkan, temuan uang palsu
pada triwulan laporan sebesar Rp15,23 juta, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
sebesar Rp152,86 juta.
Aliran Uang Masuk (Cash Inflow) dan Keluar (Cash Outflow)
Pada ttriwulan I-2011 rata-rata aliran uang kas masuk dan keluar mengalami
peningkatan. Jumlah rata-rata cash inflow per bulan pada triwulan I-2011 mencapai Rp600
miliar, meningkat sebesar 47,32% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan IV-2010 sebesar
Rp387 miliar. Sedangkan jumlah rata-rata cash outflow meningkat sebesar 2,76%(qtq) dari
Rp391 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp402 miliar pada triwulan laporan. Hal ini
menyebabkan rata-rata net cash inflow pada triwulan I-2011 tercatat sebesar Rp198 miliar
pada triwulan IV-2010. Tingginya cash inflow dipengaruhi oleh tingginya uang yang masuk ke
perbankan pasca libur akhir tahun 2010. Selain itu, perbankan diberikan diskresi untuk
menyetorkan kelebihan likuiditasnya ke Bank Indonesia.
Miliar Rp
2011
I II III IV I II III IV I
1 Posisi Kas 1.146 865 526 659 969 919 1.291 546 805 47,32
2 Rata-rata Cash Inflow/Bulan 353 189 477 315 248 239 1.003 387 600 54,98
3 Rata-rata Cash Outflow/Bulan 92 255 515 115 152 155 677 391 402 2,76
4 Rata-rata Net Cash Inflow/Bulan 261 (66) (38) 200 97 84 326 (4) 198 -5.455,19
Keterangan:
1) Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010 (dalam %).
Tabel 4.1
Indikator Sistem Pembayaran Tunai
No Uraian Ptumb12009 2010
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
44
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
Peningkatan rata-rata cash inflow di triwulan I-2011 menjadi salah satu penyebab
posisi kas di KBI Yogyakarta mengalami peningkatan dari Rp546 miliar menjadi Rp805
miliar. Diluar itu, tambahan stok uang tunai juga berasal dari kriman uang (remise) Kantor
Bank Indonesia Semarang. Tujuan pemeliharaan stok yang mencukupi adalah untuk menjaga
agar kebutuhan transaksi tunai masyarakat dapat dipenuhi.
-200
0
200
400
600
800
1,000
0
100
200
300
400
500
600
700
I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11
Net In
flow
/PTTB (
Mili
ar Rp)
Inflow
/Outf
low
(M
iliar Rp)
Aliran Masuk Aliran Keluar Net Aliran Masuk PTTB
Grafik 4.1 Aliran Kas dan PTTB
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Dalam rangka melaksanakan clean money policy, KBI Yogyakarta secara rutin
melakukan kegiatan penyortiran (Mesin Sortir Uang Kertas/MSUK) dan peracikan
uang yang tidak layak edar (Mesin Racik Uang Kertas/MRUK).. Uang yang dikategorikan
sebagai uang tidak layak edar dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) untuk
kemudian dilakukan pemusnahan. Jumlah PTTB pada triwulan I-2011 turun 25,09% (qtq) dari
Rp762 miliar menjadi Rp571 miliar. Umumnya uang yang diracik tersebut pada gilirannya akan
diganti dengan uang baru.
Berdasarkan denominasinya, peningkatan jumlah lembar PTTB terbesar
berdenominasi Rp2.000 (35,64%) dari 3.087.922 lembar pada triwulan IV-2010
menjadi 4.188.420 lembar pada triwulan laporan. Sementara denominasi dengan jumlah
lembar PTTB terbesar adalah denominasi Rp1.000 (5,54 juta lembar) diikuti oleh Rp50.000
(4,24 juta lembar). Uang pecahan Rp1.000 ini secara gradual akan diganti dengan pecahan
logam.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
45
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
Juta Rp
2011
I II III IV I II III IV I
100.000 50.411 21.268 59.161 89.255 62.117 108.900 305.861 313.514 269.070 -14,18
50.000 26.282 14.560 64.809 110.722 121.556 132.812 255.969 328.517 212.074 -35,45
20.000 12.853 6.530 83.724 39.423 35.153 24.796 21.100 43.269 27.936 -35,44
10.000 26.187 23.836 7.351 24.444 18.874 15.183 10.576 39.212 28.397 -27,58
5.000 18.769 14.237 11.135 21.815 17.682 15.629 9.884 25.860 19.481 -24,67
2.000 - - - 0,45 4,94 252 325 6.176 8.377 35,64
1.000 7.721 3.539 590 4.626 5.740 4.462 2.790 5.482 5.536 0,99
500 9 6 4 10 3 3 4 3 2 -29,39
100 1 0,30 0 1 1 1 2 1 0 -35,36
Total 142.234 83.977 226.773 290.297 261.131 302.038 606.510 762.033 570.874 -25,09
Keterangan:
1) Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010 (dalam %).
2009
Tabel 4.2
Pemberian Tanda Tidak Berharga
Ptumb1Pecahan2010
Penukaran Uang
Kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang dilakukan di loket KBI Yogyakarta
pada triwulan I-2011 tercatat sebesar Rp14,65 miliar, meningkat 20,22% (qtq) dari
triwulan sebelumnya Rp12,29 miliar. Peningkatan kegiatan penukaran uang pecahan kecil
ini terkait dengan peningkatan kebutuhan oleh pelaku usaha, terutama untuk uang
kembalian. Penukaran uang pecahan kecil di DIY terutama terjadi pada pada uang logam yang
meningkat 132,95% dari Rp0,3 miliar menjadi Rp0,7 miliar. Sedangkan penukaran uang
kertas tumbuh 16,36% dari Rp11,98 miliar.
Juta Rp
2011
I II III IV I II III IV I
11.298 10.242 48.846 9.691 11.952 16.938 78.553 11.981 13.942 16,36
6.070 6.238 19.809 4.890 6.279 8.545 42.876 5.743 6.991 21,74
3.572 3.505 15.606 3.085 3.499 5.483 21.317 3.524 4.425 25,54
2.000 - - 11.712 1.595 2.012 2.638 12.998 1.226 1.745 42,36
1.656 499 1.720 121 162 272 1.362 1.488 781 -47,52
132 403 465 340 240 251 1.509 305,09 710,70 132,95
- - - - - - 1.060 108 494 355,55
92 326 354 226 55 5 - 3 2 -33,33
34 72 87 56 117 144 243 103 106 2,71
6 4 24 58 69 102 206 90 109 20,22
11.430 10.645 49.311 10.031 12.192 17.189 80.062 12.286 14.652 19,26
Keterangan:
1) Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010 (dalam %).
Total
Pecahan
1.000
500
100
200
Uang Logam
1.000
10.000
5.000
Tabel 4.3Penukaran Uang Pecahan Kecil
Uang Kertas
Ptumb12009 2010
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
46
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
Temuan Uang Palsu
Pada triwulan I-2011, jumlah uang palsu yang dilaporkan ke KBI Yogyakarta
mengalami penurunan signifikan, jumlah nominal maupun lembarnya. Jumlah nominal
temuan uang palsu turun 90,04% dari Rp152.885.000 menjadi Rp15.230.000. Sementara
jumlah lembarnya juga turun signifikan (89,60%) dari 1.567 lembar menjadi 163 lembar.
Sementara itu, guna penanganan dan pencegahan peredaran uang palsu, KBI Yogyakarta
antara lain meningkatkan frekuensi kegiatan sosialisasi keaslian uang Rupiah kepada seluruh
lapisan masyarakat.
Lembar
2011I II III IV I II III IV I
100.000 2004 425 7 216 17 7 10 78 1.509 141 (90,66) 100.000 1999 4 - - - 1 - - 1 3 200,00 50.000 2005 177 2 6 7 95 10 11 9 15 66,67 50.000 1999 3 - 2 1 17 2 - 17 - (100,00) 50.000 1995 - - - - - - - - - - 50.000 1993 2 - - - 1 - - 3 - (100,00) 20.000 2004 13 1 1 5 7 2 4 8 4 (50,00) 20.000 1998 1 - - - 18 - - 5 - (100,00) 20.000 1992 3 - - 1 - - - - - - 10.000 2005 - 1 3 - - 4 - 1 - (100,00) 10.000 1998 - - - - 6 - - 5 - (100,00) 10.000 1992 1 - - - 4 - 1 8 - (100,00) 5.000 1992 - - - - - - - 1 - (100,00) 5.000 2001 - - 1 1 2 - - - - -
629 11 229 32 158 28 94 1.567 163 (89,60) 52.350.000 830.000 22.055.000 2.225.000 7.060.000 1.680.000 8.440.000 152.855.000 15.230.000 (90,04)
Keterangan: 229 32
1) Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010 (dalam %).
Total (Rp)
Pecahan
Jumlah (lembar)
Tabel 4.4
Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan
Tahun
EmisiPtumb12009 2010
Transaksi Kliring
Rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan I-2011 mengalami peningkatan,
baik nilai nominal maupun jumlah warkat kliring. Rata-rata nilai nominal kliring per hari
meningkat sebesar 8,90% (qtq) dari Rp30 Miliar menjadi Rp33 miliar pada triwulan laporan.
Sementara itu, rata-rata warkat kliring per hari meningkat 7,72% (qtq) dari 1.366 lembar pada
triwulan IV-2010 menjadi 1.472 lembar pada triwulan laporan. Perkembangan tersebut relatif
normal karena peningkatan aktivitas bisnis.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
47
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
0
500
1,000
1,500
2,000
0
10
20
30
40
I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11
Lem
bar
Mili
ar Rp
Nominal Kliring Warkat Kliring
Grafik 4.2 Transaksi Kliring
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11
Lem
bar
Milia
r Rp
Nominal Incoming Transfer Nominal Outgoing Transfer
Warkat Incoming Transfer Warkat Outgoing Transfer
Grafik 4.3 Transaksi BI-RTGS
Dari sisi kualitas kliring, rata-rata harian nilai warkat yang ditolak baik dari sisi
nominal maupun dari sisi jumlah warkat mengalami penurunan. Rata-rata nilai nominal
kliring yang ditolak per hari meningkat 37,71% (qtq) dari Rp0,574 miliar pada triwulan IV-
2010 menjadi Rp0,790 miliar pada triwulan laporan. Sedangkan rata-rata warkat kliring
ditolak pada periode yang sama meningkat dari 27,98 lembar per hari menjadi 28,05 lembar
per hari.
Miliar Rp
2011
I II III IV I II III IV I
1 Rata-rata Warkat Kliring/Hari (lembar) 1.632 1.590 1.648 1.702 1.670 1.639 1.674 1.366 1.472 7,72
2 Rata-rata Warkat Ditolak/Hari (lembar) 21,37 21,24 24,89 27,33 27,79 27,55 29,36 27,98 28,05 0,25
3 Rasio (2)/(1) dalam % 1,31 1,34 1,51 1,61 1,66 1,68 1,75 2,05 1,91
4 Rata-rata Nominal Kliring/Hari 32 32 34 39 34 35 39 30 33 8,90
5 Rata-rata Nominal Ditolak/Hari 0,655 0,454 0,577 0,613 0,571 0,677 0,779 0,574 0,790 37,71
6 Rasio (5)/(4) dalam % 2,05 1,42 1,67 1,56 1,66 1,92 2,01 1,89 2,39
1 Rata-rata Warkat Outgoing Transfer/Bulan (lembar) 2.988 3.632 3.354 4.334 3.561 3.774 3.987 4.346 3.930 -9,56
2 Rata-rata Warkat Incoming Transfer/Bulan (lembar) 3.858 4.437 3.772 5.156 4.959 5.208 5.396 5.745 4.941 -13,99
3 Rata-rata Nominal Outgoing Transfer/Bulan 3.096 3.537 2.849 3.290 3.177 3.937 3.935 4.549 5.130 12,78
4 Rata-rata Nominal Incoming Transfer/Bulan 4.392 5.257 3.745 5.036 5.430 5.626 5.507 9.346 5.775 -38,21
5 Rata-rata Net Incoming Transfer/Bulan 1.296 1.720 896 1.745 2.253 1.689 1.572 4.797 644 -86,57
Keterangan:
1) Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010 (dalam %).
Kliring
BI-RTGS
Tabel 4.5
Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai
No Uraian Ptumb12009 2010
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
48
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)1
Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) melalui Kantor
Bank Indonesia Yogyakarta pada triwulan I-2011 mengalami peningkatan dari sisi
outgoing transfer, tetapi mengalami penurunan dari sisi incoming transfer. Rata-rata
nilai nominal outgoing transfer per bulan meningkat 12,78% (qtq) dari Rp4.549 miliar menjadi
Rp5.130 miliar, sedangkan jumlah rata-rata warkat per bulan turun 9,56% (qtq) dari 4.346
lembar menjadi 3.930 lembar. Sementara itu, rata-rata nominal incoming transfer turun
38,21% (qtq) dari Rp9.346 miliar menjadi Rp5.775 miliar, dan jumlah rata-rata warkat
incoming transfer per bulan juga turun 13,99% (qtq) dari 5.745 lembar menjadi 4.941 lembar.
Dengan demikian rata-rata net incoming transfer pada triwulan I-2011 turun 86,57% (qtq)
menjadi Rp4.797 miliar, dari triwulan sebelumnya Rp644 miliar.
1 BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam
waktu seketika. BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi bernilai Rp.100 juta atau lebih.
49
Bab 5 Keuangan Pemerintah
Kinerja gabungan keuangan pemerintah Pemerintah Daerah se-DIY (tidak termasuk Kab.
Kulonprogo) sampai dengan triwulan I-2011 cukup baik. Realisasi di sisi penerimaan mencapai
26,53% atau sebesar Rp1.322 miliar terutama bersumber dari realisasi Dana Perimbangan
28,64% dan Pendapatan Asli daerah (PAD) 24,32%. Sementara itu di sisi belanja daerah
terealisasi sebesar 12,98% atau sebesar Rp706 miliar, dengan realisasi terbesar pada belanja
tidak langsung sebesar 16,79%. Lebih besarnya realisasi sisi penerimaan dibanding sisi belanja,
mengakibatkan neraca APBD pada posisi akhir triwulan I-2011 masih surplus Rp693 miliar.
Sedangkan realisasi pembiayaan netto mencapai sebesar Rp77 miliar.
Sampai dengan akhir triwulan I tahun 2011, realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Pemerintah Daerah di DIY (tidak termasuk Kab. Kulonprogo) cukup
baik. Di sisi pendapatan, realisasi cukup optimal, mencapai 26,53%, namun demikian di sisi
belanja realisasinya belum optimal (12,98%). Realisasi Pendapatan terutama bersumber dari
realisasi pos Dana Perimbangan dan PAD. Sedangkan realisasi Belanja terbesar pada pos
Belanja Tidak Langsung, khususnya belanja pegawai.
Berdasarkan wilayah, realisasi pendapatan terbesar pada triwulan I-2011 adalah Provinsi
DIY sebesar 28,58%, diikuti oleh Kabupaten Gunungkidul (27,83%), Kabupaten Bantul
(27,63%), Kota Yogyakarta (25,78%) dan Kabupaten Sleman (22,22%). Sedangkan dari sisi
pengeluaran, realisasi terbesar di Kabupaten Bantul (17,85%) diikuti oleh Kabupaten Sleman
(16,26%), Kabupaten Gunungkidul (12,55%), Kota Yogyakarta (12,10%) dan Provinsi DIY
(8,60%).
PENDAPATAN GABUNGAN PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
Secara gabungan realisasi pendapatan pemerintah daerah di DIY (tidak termasuk
Kab. Kulonprogo) pada triwulan I-2011 mencapai Rp1.321 miliar atau 26,53% dari
anggaran yang ditetapkan sebesar Rp4.983 miliar. Komponen Dana Perimbangan
terealisasi sebesar 28,64% atau Rp954 miliar, bersumber dari realisasi Dana Alokasi Umum
(DAU) Rp910 miliar atau 31,51% dari rencana Rp2.887 miliar dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Rp24 miliar (14,27%). Sedangkan realisasi PAD mencapai Rp304 miliar atau 24,32% dari
anggaran yang ditetapkan Rp1.250 miliar. PAD tersebut terutama bersumber dari Pendapatan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
50
Bab 5 Keuangan Pemerintah
Pajak Daerah Rp233 miliar atau 27,66% dari yang dianggarkan Rp842 miliar, Pendapatan
Retribusi Daerah Rp29 miliar (18,06%), pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan Rp0,186 miliar (0,29%) dan komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Rp42 miliar (22,84%).
Juta Rp
ANGGARAN REALISASI %
PENDAPATAN 4.983.259 1.321.812 26,53 PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.250.190 303.996 24,32 Pendapatan Pajak Daerah 841.779 232.870 27,66 Pendapatan Retribusi Daerah 157.902 28.512 18,06 Pendapatan Hsl Pengelolaan Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan 64.782 186 0,29 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 185.726 42.429 22,84 DANA PERIMBANGAN 3.330.139 953.909 28,64 Dana Bagi Hasil 274.160 20.140 7,35 Dana Alokasi Umum 2.886.983 909.647 31,51 Dana Alokasi Khusus 168.996 24.122 14,27 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 402.930 63.907 15,86 Pendapatan Hibah 9.763 1.205 12,34 Pendapatan Dana Darurat - - - Dana Bagi Hsl Pajak dari Prov dan Pemda Lainya 148.869 6.193 4,16 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 190.128 19.152 10,07 Bantuan Keuangan dari Prov atau Pemda Lainya 54.170 10.117 18,68 Pendapatan Lainya - 27.240 - JUMLAH PENDAPATAN 4.983.259 1.321.812 26,53
Tabel 5.1Realisasi Penerimaan - APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota Triwulan I-2011
Se-wilayah Provinsi DIY (tidak termasuk Kab. Kulonprogo)
URAIANTOTAL
Keterangan:
Sumber: Pemda Propinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY, diolah. Data Kab. Kulonprogo tidak tersedia
Pangsa komponen Dana Perimbangan tetap mendominasi penerimaan APBD Pemerintah
Daerah se-DIY yakni sebesar 72,17% dan diikuti PAD 24,32%. Hal ini menunjukkan bahwa
Pemerintah Daerah masih sangat bergantung dari transfer pemerintah pusat. Untuk itu porsi
PAD perlu ditingkatkan tanpa mengganggu daya beli masyarakat. Sumber terbesar PAD pada
triwulan I-2011 adalah Pendapatan Pajak Daerah 76,60% atau sebesar Rp232 miliar. Sebagian
besar PAD tersebut berasal dari penerimaan PAD Provinsi DIY dengan kontribusi 59,99% atau
sebesar Rp169 miliar.
BELANJA PEMERINTAH
Realisasi Belanja Daerah pemerintah daerah di DIY (tidak termasuk Kab.
Kulonprogo) sampai dengan triwulan I-2011 relatif belum optimal, yakni 12,98% dari
anggaran yang ditetapkan. Belanja daerah terealisasi Rp706 miliar dari anggaran yang
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
51
Bab 5 Keuangan Pemerintah
ditetapkan sebesar Rp5.437 miliar. Realisasi belanja tidak langsung mencapai Rp578 miliar
atau 16,79% dari total anggaran belanja yang ditetapkan dengan realisasi terbesar pada
belanja pegawai Rp479 miliar. Sedangkan realisasi belanja langsung baru mencapai Rp128
miliar atau 6,40% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp1.992 miliar dengan realisasi
terbesar pada belanja barang dan jasa Rp97 miliar dan belanja langsung pegawai Rp28 miliar.
Sementara itu, belanja modal baru terealisasi Rp3 miliar atau 0,47% dari yang dianggarkan,
dengan proporsi 2,08% dari realisasi Belanja Langsung. Realisasi belanja pemerintah pada
triwulan I relatif rendah karena pelaksanaan proyek pemerintah masih dalam perencanaan
atau proses pengajuan tender lelang sehingga pekerjaan belum mulai dilaksanakan.
ANGGARAN REALISASI %
BELANJA 5.437.484 705.999 12,98 Belanja Tidak Langsung 3.445.585 578.470 16,79 Belanja Pegawai 2.712.454 478.943 17,66 Belanja Bunga 543 221 40,77 Belanja Subsidi - - - Belanja Hibah 90.660 49.896 55,04 Belanja Bantuan Sosial 227.666 25.234 11,08 Belanja Bagi Hsl Kpd Prov/ Kab /dan Pemerintah Desa 236.749 12.091 5,11 Belanja Bantuan Keuangan Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pem Desa 151.960 10.428 6,86 Belanja Tak Terduga 25.554 1.656 6,48 Belanja Langsung 1.991.899 127.529 6,40 Belanja Pegawai 347.255 27.934 8,04 Belanja Barang Jasa 1.075.340 96.944 9,02 Belanja Modal 569.304 2.651 0,47 JUMLAH BELANJA 5.437.484 705.999 12,98 SURPLUS / DEFISIT (454.226) 615.814 -
Tabel 5.2Realisasi Belanja - APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota Triwulan I-2011
Se-wilayah Provinsi DIY (tidak termasuk Kab. Kulonprogo)Juta Rp
URAIANTOTAL
Keterangan:
Sumber: Pemda Propinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY, diolah. Data Kab. Kulonprogo tidak tersedia
Untuk belanja yang sifatnya investasi, yaitu meliputi belanja modal, belanja hibah,
bantuan sosial dan belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota/Desa
realisasinya masih rendah. Belanja tersebut baru terealisasi Rp88 miliar atau 8,48% dari yang
dianggarkan sebesar Rp1.039 miliar.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
52
Bab 5 Keuangan Pemerintah
SUMBER PEMBIAYAAN PEMERINTAH
Secara keseluruhan, kinerja APBD Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota se-
DIY (tidak termasuk Kab. Kulonprogo) triwulan I-2011 masih mengalami surplus.
Realisasi penerimaan sumber pembiayaan Rp92 miliar atau 19,50% dari sumber pembiayaan
yang dianggarkan sebesar Rp470 miliar. Sumber penerimaan pembiayaan masih didominasi
oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya dengan proporsi 98,58%.
Sedangkan proporsi pengeluaran pembiayaan terbesar adalah Pemberian Pinjaman Daerah
56,23%. Sumber pembiayaan yang telah tersalurkan dalam bentuk pengeluaran sampai
dengan triwulan I-2011 baru mencapai 18,87%.
ANGGARAN REALISASI %
PEMBIAYAAN 406.435 76.711 18,87 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 469.614 91.578 19,50 SILPA Tahun Anggaran Sebelumnya 448.637 90.281 20,12 Pencairan Dana Cadangan - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - - - Penerimaan Pinjaman Daerah - - - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 19.661 1.025 5,21 Penerimaan Piutang Daerah 200 59 - Penerimaan dari Biaya Penyusutan Kendaraan 1.116 213 - JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 469.614 91.578 19,50 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 63.179 14.867 23,53 Pembentukan Dana Cadangan - - - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 24.500 6.000 24,49 Pembayaran Pokok Utang 884 507 57,37 Pemberian Pinjaman Daerah 37.795 8.360 22,12 Penyelesaian kegiatan DPA-L - - - Pembayaran Kewajiban Tahun Lalu Yang Blm Terselesaikan - - - JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 63.179 14.867 23,53 PEMBIAYAAN NETTO 406.435 76.711 18,87 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN (SILPA) (47.791) 692.524 -
Tabel 5.3Realisasi Pembiayaan - APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota Triwulan I-2011
TOTAL
Keterangan:
Sumber: Pemda Propinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY, diolah. Data Kab. Kulonprogo tidak tersedia
Se-wilayah Provinsi DIY (tidak termasuk Kab. Kulonprogo)Juta Rp
URAIAN
53
BAB 6 KETENAGAKERJAAN
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2011 menunjukkan
bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 72,11%, meningkat
dibandingkan keadaan pada Februari 2010 (71,41%). Tingkat pengangguran Terbuka
di Provinsi DIY pada Februari 2011 sekitar 5,47%. Diantara penduduk yang bekerja, ,
penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu (setengah pengangguran) mendekati
24% dari orang yang bekerja. Berdasarkan jenis pekerjaannya, sekitar 56,4% tenaga kerja
tersebut bekerja pada sektor informal dengan porsi terbesar adalah pekerja di sektor pertanian
(24,3%). Sementara itu, tingkat kemiskinan di Provinsi DIY pada Maret 2010 adalah sebesar
16,83%, turun 0,40% jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2009 (17,23%).
Tenaga Kerja
TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi DIY pada Februari 2011
sebesar 72,11%, meningkat dibandingkan Februari 2010 (71,41%). Sedangkan Tingkat
Pengangguran Terbuka pada Februari 2011 sebesar 5,47%. Presentase ini mengalami
penurunan jika dibandingkan keadaan Februari 2010 (6,02%) sejalan dengan perkembangan
ekonomi DIY yang membaik. Sementara itu, dibandingkan dengan angka pengangguran
nasional (6,80%), maka persentase angka pengangguran di DIY lebih kecil (5,47%).
9,75
9,11
8,46 8,398,14
7,877,41
7,146,80
6,08 6,1 6,04
5,38
6,00 6,00 6,025,69 5,47
0
2
4
6
8
10
12
Feb 07 Agst 07 Feb 08 Agst 08 Feb 09 Agst 09 Feb 10 Agst 10 Feb 11
%
Nasional DIY
Grafik 6.1 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY
Sumber : BPS Provinsi DIY
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
54
Bab 6 Ketenagakerjaan
Di antara penduduk yang sudah bekerja, terdapat pekerja setengah
pengangguran atau pengangguran terselubung, yakni pekerja dengan waktu
kerjanya kurang dari 35 jam seminggu. Pada posisi Februari 2011, jumlah setengah
pengangguran mendekati 24% dari orang yang bekerja. Lebih dari separuhnya (16%)
mencari pekerjaan lain.
2011Feb Agt Feb Agt Feb
A Pertanian 35,7% 30,1% 32,2% 30,4% 24,3%B Pertambangan, Listrik, Gas, Air Bersih 1,3% 1,1% 1,0% 0,9% 1,3%C Industri Pengolahan 12,9% 12,5% 15,1% 13,9% 14,2%
D Bangunan 4,7% 7,7% 4,7% 6,2% 5,6%E Perdagangan, Hotel dan Restoran 22,3% 24,0% 22,9% 24,7% 26,0%F Pengangkutan dan Komunikasi 4,2% 4,4% 4,4% 3,8% 4,7%G Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,6% 2,6% 2,2% 2,2% 2,2%H Jasa 17,3% 17,7% 17,4% 17,9% 21,8%
100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Sumber : BPS DIY
J u m l a h
Tabel 6.1
Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
No Lapangan Usaha
Sektor Tradeable
Sektor Non-Tradeable
2009 2010
Secara sektoral, sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
menyerap pekerja paling banyak di Provinsi DIY yaitu masing-masing sebesar 24,3%
dan 26,0% pada Februari 2011. Sektor lain yang peranannya cukup berarti adalah sektor
jasa-jasa (21,8%) dan industri pengolahan (14,2%). Peranan sektor non-tradeable dalam
penyerapan tenaga kerja semakin besar karena andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi
cukup dominan.
Ditinjau dari sisi status ketenagakerjaan, maka pekerja di DIY lebih didominasi
oleh tenaga kerja informal. Porsi pekerja informal di Indonesia mencapai 65,76% dari
total pekerja. Khusus di DIY porsi pekerja informal mencapai 56,4%. Peningkatan jumlah
pekerja di sektor formal di DIY dipengaruhi oleh membaiknya kondisi perekonomian DIY
sehingga menyebabkan peningkatan kinerja di sektor PHR, Jasa, Pengangkutan dan
Komunikasi, dan juga Industri Pengolahan.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
55
Bab 6 Ketenagakerjaan
%
2011Feb Agt Feb Agt Feb
A Formal 34,4 35,4 34,7 34,5 43,6
Berusaha dibantu Buruh Tetap 3,7 3,0 3,5 3,9 4,3 Buruh/Karyawan/Pegawai 30,7 32,4 31,2 30,6 39,3
B Informal 65,8 64,6 65,2 65,5 56,4
Berusaha Sendiri 15,3 14,3 14,5 13,8 15,3 Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar 23,8 23,8 24,5 24,4 17,5 Pekerja Bebas di Pertanian 2,8 2,9 2,3 2,0 3,5 Pekerja Bebas di Non Pertanian 4,9 7,7 5,2 6,5 5,1 Pekerja Keluarga/tak Dibayar 19,0 15,9 18,7 18,9 15,0
Keterangan :
*) Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Februari 2009 - Februari 2011
Sumber : BPS Propinsi DIY
Tabel 6.2
Indikator Status Ketenagakerjaan
No Status Pekerjaan Utama2009 2010
Upah Minimum Provinsi (UMP)1
Gubernur DIY melalui Keputusan Nomor 270/KEP/2010 tanggal 22 November
2010 menetapkan UMP 2011 sebesar Rp808.000,-. Jumlah tersebut lebih tinggi dari yang
diusulkan oleh Dewan Pengupahan DIY sebesar Rp802.338,-, namun lebih rendah dari
perhitungan rata-rata upah buruh di Yogyakarta yang dilakukan oleh Aliansi Buruh Yogyakarta
(ABY), yakni sebesar Rp837.319,-. UMP 2011 yang ditetapkan mengalami kenaikan sebesar
8,36% dari UMP 2010 sebesar Rp745.694,-. Sampai dengan akhir tahun 2010 terdapat 5
perusahaan yang mengajukan penangguhan penundaan UMP 2011. Namun demikian hanya
2 perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk melakukan penangguhan UMP tersebut.
Kemiskinan
Garis Kemiskinan Provinsi DIY pada Maret 2010 sebesar Rp224.258,- per kapita
per bulan. Dibandingkan dengan angka bulan Maret 2009 yang besarnya Rp211.978,- per
kapita per bulan, maka garis kemiskinan2 pada Maret 2010 meningkat sebesar 5,79%.
Walaupun angka garis kemiskinan naik, namun jumlah penduduk miskin di Provinsi DIY
cenderung menurun dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 tercatat
663,5 ribu orang dan pada tahun 2010 menjadi 577,3 ribu orang.
Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut terjadi baik di kota maupun desa. Persentase
penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2010 adalah 53,41% atau 308,36 ribu
1 UMP adalah jaring pengaman sosial yang diperuntukkan bagi pekerja lajang dengan 0 tahun masa kerja. 2 Garis kemiskinan merupakan ambang batas kebutuhan dasar baik untuk makanan maupun non makanan, yang
memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak. Terjadinya pertumbuhan garis kemiskinan ini antara lain
sejalan dengan terjadinya kenaikan harga barang akibat inflasi.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
56
Bab 6 Ketenagakerjaan
orang, berkurang dari keadaan Maret 2009 yang mencapai 311,47 ribu orang. Sementara itu,
persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada bulan Maret 2010 adalah 46,59% atau
268,94 ribu orang, turun dari keadaan Maret 2009 yang mencapai 274,31 ribu orang.
Penurunan jumlah penduduk miskin ini tidak lepas dari upaya-upaya pemerintah melalui
beberapa program yang dilaksanakan, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), pembagian
beras raskin, pembebasan bea SPP, Jamkesra dan lain-lain yang cukup efektif menurunkan
tingkat kemiskinan dimaksud.
633,5
616,3
585,8577,3
18,99
18,32
17,23
16,83
15,5
16
16,5
17
17,5
18
18,5
19
19,5
540
550
560
570
580
590
600
610
620
630
640
2007 2008 2009 2010
Chart Title
Jumlah Persentase (%)
Grafik 6.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY
ribu orang %
57
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Perkembangan ekonomi DIY pada triwulan II-2011 diperkirakan tumbuh lebih cepat
dibandingkan triwulan I-2011. Perusahaan diperkirakan akan menggenjot produksi untuk
menjaga kecukupan stok sebagai antisipasi kemungkinan peningkatan permintaan yang
diperkirakan meningkat sejalan dengan libur anak sekolah. Sektor-sektor unggulan seperti
PHR, Jasa-jasa dan Pengangkutan & Komunikasi memasuki liburan sekolah kinerjanya akan
lebih optimal. Disamping itu, produksi di sektor pertanian diperkirakan cukup bagus dan
panen raya masih berlangsung. Dengan kondisi tersebut, perekonomian DIY pada triwulan II-
2011 diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 5,17%+1% (yoy). Sementara itu, tekanan
inflasi pada triwulan II-2011 masih relatif rendah walaupun adanya tekanan dari sisi
permintaan terkait dengan rencana kenaikan gaji dan pembayaran rapel gaji PNS. Inflasi pada
triwulan II-2011 diperkirakan 6,33±1%(yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya
(7,53%).
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I-09
II-09
III-09
IV-0
9
I-10
II-10
III-10*
IV-1
0**
I-11f
II-11f
qtq yoy
Forecastin
Anomali Cuaca
Grafik 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi DIY
Krisis Keuangan
-1.7
-1.2
-0.7
-0.2
0.3
0.8
1.3
1.8
0
2
3
5
6
8
9
11
12
14
15
17
18
Jan
-09
Feb
-09
Ma
r-0
9
Apr-
09
May
-09
Jun-0
9
Jul-0
9
Aug-0
9
Sep-0
9
Oct-
09
Nov-0
9
Dec-0
9
Jan-1
0
Feb-1
0
Mar-
10
Apr-
10
May
-10
Jun
-10
Ju
l-1
0
Aug
-10
Sep
-10
Oct-
10
No
v-1
0
De
c-1
0
Jan
-11
Feb
-11
Ma
r-1
1
Apr-
11
May-1
1
Jun-1
1
Bulanan (mtm,rhs) Tahunan (yoy,lhs)
forecasting
Grafik 7.2 Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta
PRAKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian DIY triwulan II-2011 diperkirakan tumbuh 5,17% (yoy), lebih tinggi
dibanding triwulan I-2011 (4,31%,yoy) dan triwulan IV-2010 (3,84%,yoy). Sementara
itu, secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan tumbuh negatif 2,23% (qtq).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011 terutama masih didorong oleh
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
58
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
konsumsi dan investasi. Sedangkan dari sisi penawaran, kontribusi terbesar berasal dari sektor
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan,sektor Pengangkutan & Komunikasi dan sektor PHR.
yoy Andil qtq
1 Konsumsi Rumahtangga 8,33 7,05 8,37 3,47 1,42 7,12 7,36 6,47 8,17 12,91 8,05 7,55 3,61 1,312 Konsumsi Pemerintah 9,54 11,91 -0,72 9,99 8,08 5,98 5,10 0,79 -0,11 2,32 2,12 1,90 0,43 18,513 Investasi (PMTDB) 8,49 4,19 2,23 -0,21 3,21 7,13 5,04 2,20 0,48 3,41 3,55 3,52 0,91 5,79
4 Lainnya -15,41 -27,32 -19,05 -139,30 15,43 -14,39 -18,51 50,12 -7,49 -23,20 -4,75 5,66 0,22 -65,98
4,15 4,80 2,59 6,28 4,43 3,67 4,94 7,04 3,84 4,87 4,31 5,17 5,17 -2,23Keterangan:
f Angka perkiraan.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
Total
No SektorI II
Tabel 7.1Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Permintaan)
%(yoy)
2009
IIVf
2011f2010
IIf
TotalfTotal IIVIII II III
1. PDRB SISI PERMINTAAN
Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh 7,55%, lebih rendah dibanding
pertumbuhan triwulan I-2011 sebesar 8,05% namun masih lebih tinggi dibanding triwulan
II-2010. Masih cukup tingginya laju pertumbuhan konsumsi didorong pendapatan yang
meningkat yang antara lain bersumber dari rencana pembayaran rapel kenaikan gaji PNS,
NTP yang masih positif, perbaikan kinerja sektoral dan cukup tingginya kucuran kredit dari
lembaga keuangan bank maupun non bank.
Sementara itu, Investasi pada triwulan II-2011 diproyeksikan akan tumbuh sebesar
3,52% hampir sama dibandingkan dengan triwulan I-2011 sebesar 3,53% dan juga
triwulan II 2010 sebesar 5,04%. Peningkatan yang masih cukup tinggi ini diperkirakan
didorong oleh investasi di sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bangunan
Pengolahan dan sektor Jasa-jasa.
%(yoy)
yoy Andil qtq
1,26 3,32 1,86 4,91 2,69 0,03 1,12 4,70 4,48 2,48 3,64 3,59 1,03 -19,111 Pertanian 1,16 3,10 2,35 8,69 3,37 -2,65 -3,82 3,04 0,90 -0,70 2,85 2,25 0,32 -35,292 Penggalian 0,21 0,39 0,20 0,41 0,30 4,26 3,40 0,13 -3,49 0,88 0,73 15,56 0,11 2,923 Industri Pengolahan 1,50 3,72 1,28 1,08 1,88 4,87 6,71 7,25 9,10 7,00 5,17 4,40 0,60 6,87
5,94 5,44 2,93 6,84 5,27 5,82 6,55 8,14 3,58 5,99 5,10 5,81 4,15 6,494 Listrik, Gas & Air Bersih 2,94 7,41 8,80 5,18 6,10 7,94 1,40 2,38 4,56 4,00 3,60 3,35 0,03 2,805 Bangunan 23,42 10,98 2,13 -7,68 4,64 1,86 7,32 7,23 7,16 6,06 7,98 0,20 0,02 7,836 Perdagangan, Hotel & Restoran 3,76 4,19 7,45 6,19 5,43 6,22 8,95 8,17 -2,68 5,09 5,17 1,74 0,38 5,757 Pengangkutan & Komunikasi 2,58 5,45 9,43 6,19 5,96 6,09 6,92 5,75 3,42 5,50 4,38 7,93 0,87 4,058 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,90 3,25 6,01 11,27 6,11 6,44 3,29 10,32 11,12 7,87 4,25 20,51 1,96 1,86
9 Jasa-jasa 4,30 5,33 -7,29 17,92 4,49 6,79 5,22 9,31 4,67 6,44 4,55 4,74 0,88 11,48
4,15 4,80 2,59 6,28 4,43 3,67 4,94 7,04 3,84 4,87 4,57 5,17 5,17 -2,23Keterangan:
f Angka perkiraan.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
III IV II II II
Nontradable
Total
Tradable
No SektorI
2011
III* IV**
Tabel 7.2Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran)
2010
Total
2009
IIf
Total**
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
59
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
2. SISI PENAWARAN
Kinerja sektor nontradable diperkirakan masih akan memberi andil dominan
terhadap pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan II-2011. Beberapa sektor yang
diperkirakan akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2011 tersebut
adalah sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, sektor Pengangkutan dan
Komunikasi dan sektor Jasa-jasa.
Sementara itu, sektor pertanian yang memiliki pangsa cukup besar dalam
pembentukan PDRB diperkirakan tumbuh moderat sekitar 2,25% (yoy) sedikit lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,85% (yoy).
PRAKIRAAN INFLASI
Inflasi pada Triwulan II-2011 diperkirakan 6,33±0,5% (yoy), lebih rendah dibanding
triwulan I-2011 (7,53%). Sumber tekanan inflasi pada triwulan ini antara lain bersumber dari
sedikit menguatnya permintaan, kenaikan beberapa harga komoditas internasional seperti
emas, dan ekspektasi masyarakat. Sedangkan faktor yang dapat menghambat kenaikan
harga-harga antara lain adalah terjaganya pasokan dan stok kebutuhan pokok yang terkait
dengan masih berlangsungnya panen raya, pantauan ketat Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) DIY terhadap perkembangan harga kebutuhan pokok masyarakat.
yoy Andil
1 Bahan Makanan 8,13 4,62 4,23 3,91 4,93 11,93 10,84 18,86 16,70 8,24 1,44
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8,46 8,34 7,50 7,50 6,73 5,48 5,26 5,47 6,57 8,07 1,68
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 12,17 7,26 3,68 1,40 1,74 2,27 5,00 5,49 5,36 5,11 1,41
4 Sandang 11,76 7,61 7,15 5,81 0,02 5,27 5,10 5,41 6,92 7,18 0,38
5 Kesehatan 5,00 4,32 2,63 1,86 1,38 1,39 1,96 1,97 4,88 4,71 0,25
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 5,69 5,37 3,04 2,26 2,01 2,49 3,55 4,25 4,69 4,75 0,42
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,48 -6,20 -4,65 -1,23 2,95 4,42 6,59 5,57 3,69 5,17 0,76
7,82 4,50 3,22 2,93 3,35 4,93 5,98 7,38 7,53 6,33 6,33
Keterangan:
f) Angka estimasi/perkiraan.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
I
20112010
II III IV I IV
Tabel 7.3
Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta % (yoy)
UMUM
2009
IIINo Kelompok IIfIII
Prakiraan Inflasi Triwulanan dan Bulanan
Secara triwulanan, pertumbuhan tekanan kenaikan inflasi pada triwulan I-2011
diperkirakan sebesar 0,51%+0,5% (qtq), lebih rendah dari angka inflasi pada triwulan I-2011
sebesar 1,14% (qtq).
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
60
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Pada bulan April 2011 terjadi deflasi sebesar -0,28% yang terutama didorong oleh
turunnya harga bahan makanan terkait dengan panen. Penurunan harga kelompok Bahan
Makanan pada bulan April mencapai 2,72% (mtm). Sementara itu, kelompok pengeluaran
yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
sebesar 1,91% (mtm) diikuti kelompok Sandang 0,81%(mtm) dan kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau 0,61%(mtm).
IHK
Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Apr-11 May-11 Jun-11
1 Bahan Makanan 151,61 147,49 148,00 148,74 -2,72% 0,34% 0,50%
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 130,50 131,29 131,70 133,02 0,61% 0,31% 1,00%
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 125,77 125,82 125,80 126,02 0,04% -0,02% 0,18%
4 Sandang 126,57 127,60 128,88 130,16 0,81% 1,00% 1,00%
5 Kesehatan 117,92 118,50 118,33 118,57 0,49% -0,15% 0,21%
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 119,70 119,73 119,68 120,42 0,03% -0,04% 0,61%
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 106,47 108,50 108,45 109,75 1,91% -0,05% 1,20%
126,68 126,32 126,52 127,32 -0,28% 0,16% 0,64%
Keterangan:
f) Angka estimasi/perkiraan.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
(tahun dasar 2007)
Tabel 7.4Perkiraan Inflasi Bulanan
Inflasif (mtm)
UMUM
No KelompokIHK
f
Pada bulan Mei 2011 diperkirakan akan terjadi inflasi yang relatif kecil yaitu sekitar
0,16% karena beberapa kelompok pengeluaran diperkirakan akan mengalami deflasi yaitu
kelompok Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok Kesehatan, Pendidikan,
Rekreasi dan Olahraga serta kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan.
Tekanan inflasi bulan Juni 2011 diperkirakan sedikit meningkat walaupun masih
tergolong rendah yaitu pada kisaran 0,64% (mtm), terutama pada kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
serta kelompok Sandang.
62
Miliar Rp
2011
I II III IV I II III IV* I**
1 Pertanian 1,202 751 923 766 1,171 722 951 773 1,142
2 Penggalian 32 33 36 38 33 34 36 36 39
3 Industri Pengolahan 636 651 668 657 667 695 716 716 679
4 Listrik, Gas, & Air Bersih 44 47 47 47 47 48 49 49 48
5 Bangunan 419 443 484 578 426 475 519 620 442
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 984 1,019 1,080 1,079 1,045 1,110 1,168 1,050 1,068
7 Pengangkutan & Komunikasi 495 521 553 559 525 557 585 578 578
8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 456 469 478 500 486 484 527 556 573
9 Jasa-jasa 778 898 825 869 830 944 901 910 887
PDRB 5,045 4,832 5,094 5,093 5,230 5,071 5,453 5,288 5,455
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Prov. DIY
Miliar Rp
2011
I II III IV I II III IV* I**
1 Konsumsi Rumahtangga 2,226 2,261 2,379 2,346 2,385 2,427 2,533 2,537 2,576
2 Konsumsi Pemerintah 900 1,078 999 1,122 954 1,133 1,007 1,121 975
3 Investasi (PMDTB) 1,156 1,248 1,384 1,590 1,238 1,311 1,415 1,598 1,282
4 Lainnya 762 246 332 35 653 200 499 32 622
PDRB 5,045 4,832 5,094 5,093 5,230 5,071 5,453 5,288 5,455
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Prov. DIY
2009
PDRB DIY Triwulanan Menurut S ektor
Atas Das ar Harga Kons tan
PDRB DIY Triwulanan Menurut Penggunaan
Atas Das ar Harga Kons tan
No Jenis Penggunaan
2009No Sektor
2010
2010
63
Miliar Rp
2011
I II III IV I II III IV* I**
1 Pertanian 2,105 1,332 1,648 1,282 2,071 1,258 1,775 1,507 2,275
2 Penggalian 68 70 76 80 71 74 78 81 88
3 Industri Pengolahan 1,335 1,361 1,426 1,407 1,437 1,539 1,688 1,732 1,653
4 Listrik, Gas, & Air Bersih 132 141 144 144 145 146 155 161 160
5 Bangunan 964 1,018 1,113 1,337 994 1,105 1,234 1,500 1,082
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 1,904 1,985 2,126 2,150 2,110 2,260 2,424 2,214 2,331
7 Pengangkutan & Komunikasi 886 928 989 1,005 955 1,014 1,080 1,069 1,081
8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 979 1,007 1,027 1,077 1,062 1,066 1,173 1,253 1,301
9 Jasa-jasa 1,856 2,153 2,016 2,135 2,075 2,380 2,322 2,382 2,365
PDRB 10,228 9,995 10,567 10,617 10,920 10,841 11,930 11,901 12,337
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Prov. DIY
Miliar Rp
2011
I II III IV I II III IV* I**
1 Konsumsi Rumahtangga 5,016 5,025 5,313 5,258 5,408 5,619 6,017 6,155 6,331
2 Konsumsi Pemerintah 2,256 2,784 2,673 3,076 2,632 3,140 2,801 3,137 2,807
3 Investasi (PMDTB) 2,961 3,207 3,612 4,184 3,290 3,518 3,839 4,381 3,572
4 Lainnya (5) (1,021) (1,032) (1,900) (409) (1,436) (726) (1,772) (372)
PDRB 10,228 9,995 10,567 10,617 10,920 10,841 11,930 11,901 12,337
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Prov. DIY
20102009No Jenis Penggunaan
PDRB DIY Triwulanan Menurut S ektor
Atas Das ar Harga Berlaku
PDRB DIY Triwulanan Menurut Penggunaan
Atas Das ar Harga Berlaku
No Sektor2009 2010
64
Bahan
Makanan
Makanan
Jadi,
Minuman,
Rokok &
Tembakau
Perumahan,
Air, Listrik,
Gas & Bahan
Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan,
Rekreasi &
Olahraga
Transportasi
& KomunikasiUmum
2002 107.36 106.06 105.14 102.06 107.82 107.04 102.68 105.55
2003 102.85 111.08 119.54 107.47 121.94 116.02 103.03 111.20
2004 111.67 117.43 127.44 114.56 129.82 128.29 108.31 118.93
2005 127.42 132.38 143.68 123.69 141.35 142.24 143.41 136.75
2006 147.32 150.71 153.28 133.63 164.10 164.09 145.56 150.97
2007 166.92 161.76 162.75 146.10 171.25 184.73 149.91 163.04
2008b122.45 111.97 116.71 112.65 110.22 111.96 103.30 113.32
2009
Januari 123.33 112.96 117.10 113.55 110.75 112.01 100.86 113.42
Februari 124.30 114.08 117.20 117.31 110.79 112.06 99.46 113.78
Maret 123.81 114.73 117.33 118.36 110.90 112.09 99.74 113.99
April 122.35 114.92 117.16 115.48 110.90 112.14 99.64 113.60
Mei 122.13 116.38 117.19 114.99 111.23 112.19 99.91 113.91
Juni 122.76 116.69 117.23 115.37 111.69 112.17 99.93 114.12
Juli 125.19 116.81 117.12 114.97 111.77 112.25 100.04 114.49
Agustus 126.46 117.47 117.74 114.90 111.68 114.34 101.21 115.37
September 129.27 118.60 117.87 116.06 112.02 114.46 102.07 116.29
Oktober 129.11 118.67 118.13 116.45 111.97 114.51 101.38 116.26
November 127.64 119.96 118.25 118.01 112.06 114.52 101.03 116.36
Desember 127.24 120.37 118.34 119.19 112.27 114.49 102.03 116.64
2010
Januari 129.28 121.48 118.84 118.37 112.33 114.48 102.20 117.30
Februari 130.13 122.32 119.03 117.89 112.44 114.48 102.40 117.66
Maret 129.91 122.45 119.37 118.38 112.43 114.34 102.68 117.81
April 131.02 122.65 119.52 118.49 112.78 114.29 102.78 118.10
Mei 131.15 122.77 119.59 120.00 112.81 114.28 102.92 118.26
Juni 137.41 123.09 119.89 121.45 113.24 114.96 104.35 119.75
Juli 143.74 123.36 120.34 120.98 113.37 115.19 107.53 121.43
Agustus 141.92 123.75 122.45 120.62 113.95 116.48 107.49 121.95
September 143.28 124.84 123.76 121.98 114.21 118.52 108.80 123.24
Oktober 143.81 125.82 124.07 123.69 114.42 119.45 107.62 123.58
November 147.38 126.35 124.29 124.63 114.70 119.37 107.65 124.35
Desember 151.24 126.96 124.84 125.64 114.48 119.36 107.71 125.25
2011
Januari 153.27 129.10 125.24 125.55 116.93 119.49 108.03 126.30
Februari 150.90 130.34 125.78 125.78 117.65 119.57 108.17 126.42
Maret 151.61 130.50 125.77 126.57 117.92 119.70 108.47 126.68
Keterangan:
a) Angka tahunan adalah angka akhir periode yang bersangkutan.
b) Sejak Juni 2008 dihitung dengan menggunakan tahun dasar 2007 = 100
Sumber: BPS Provinsi DIY
Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta
Akhir Periodea
65
Miliar Rp
I. ASET 21,438 21,796 23,248 24,572 25,703 26,232 26,770 29,212 29,135
Jenis Bank 21,438 21,796 23,248 24,572 25,703 26,232 26,770 29,212 29,135
1. Bank Umum 19,703 19,993 21,356 22,587 23,643 24,059 24,477 26,759 26,615
2. Bank Perkreditan Rakyat 1,735 1,803 1,892 1,985 2,060 2,172 2,293 2,453 2,520
Jenis Usaha Bank 21,438 21,796 23,248 24,572 25,703 26,232 26,770 29,212 29,135
1. Konvensional 20,531 20,776 22,109 23,285 24,381 24,798 25,200 27,443 27,4062. Syariah 907 1,020 1,139 1,287 1,322 1,433 1,570 1,769 1,729
II. DANA PIHAK KETIGA 18,732 19,302 20,436 21,034 21,429 22,573 22,983 24,524 24,918
Jenis Bank 18,732 19,302 20,436 21,034 21,429 22,573 22,983 24,524 24,918
1. Giro 2,949 2,863 3,144 2,798 3,219 3,226 3,076 3,100 3,501
a. Bank Umum 2,949 2,863 3,144 2,798 3,219 3,226 3,076 3,100 3,501
2. Tabungan 8,761 9,164 9,467 10,479 9,977 10,557 11,199 12,305 12,158
a. Bank Umum 8,365 8,765 9,058 10,029 9,541 10,120 10,746 11,796 11,665
b. Bank Perkreditan Rakyat 395 399 409 450 436 437 452 510 493
3. Deposito 7,022 7,274 7,826 7,757 8,233 8,790 8,709 9,119 9,259
a. Bank Umum 6,188 6,411 6,930 6,852 7,262 7,773 7,642 8,024 8,108
b. Bank Perkreditan Rakyat 834 863 896 904 971 1,017 1,066 1,095 1,151
Jenis Usaha Bank 18,732 19,302 20,436 21,034 21,429 22,573 22,983 24,524 24,918
1. Giro 2,949 2,863 3,144 2,798 3,219 3,226 3,076 3,100 3,501
a. Konvensional 2,879 2,804 3,070 2,732 3,134 3,127 2,990 3,013 3,385
b. Syariah 70 59 74 66 85 99 86 87 115
2. Tabungan 8,761 9,164 9,467 10,479 9,977 10,557 11,199 12,305 12,158
a. Konvensional 8,424 8,805 9,079 10,050 9,552 10,090 10,668 11,748 11,585
b. Syariah 337 359 388 428 425 468 531 558 573
3. Deposito 7,022 7,274 7,826 7,757 8,233 8,790 8,709 9,119 9,259
a. Konvensional 6,759 6,976 7,474 7,365 7,733 8,289 8,120 8,535 8,631b. Syariah 263 299 352 392 500 501 589 584 628
III. KREDIT 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043
1. Jenis Penggunaan 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043
Jenis Bank 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043
a. Modal Kerja 4,500 4,602 4,530 4,642 4,660 4,891 5,340 5,488 5,707
1) Bank Umum 3,931 4,002 3,912 4,010 3,995 4,167 4,586 4,752 4,950
2) Bank Perkreditan Rakyat 569 600 618 632 665 724 754 736 757
b. Investasi 1,291 1,338 1,447 1,486 1,733 1,817 1,727 1,809 2,307
1) Bank Umum 1,171 1,217 1,323 1,360 1,598 1,638 1,537 1,625 2,113
2) Bank Perkreditan Rakyat 120 121 123 126 135 180 190 184 194
c. Konsumsi 4,882 5,090 5,310 5,595 6,110 6,288 6,439 6,793 7,029
1) Bank Umum 4,197 4,365 4,532 4,792 5,290 5,449 5,552 5,840 6,048
2) Bank Perkreditan Rakyat 685 725 778 803 820 839 887 953 981
Jenis Usaha Bank 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043
a. Modal Kerja 4,500 4,602 4,530 4,642 4,660 4,891 5,340 5,488 5,707
1) Konvensional 4,190 4,259 4,143 4,247 4,261 4,447 4,858 5,028 5,308
2) Syariah 310 343 387 395 399 444 482 460 399
b. Investasi 1,291 1,338 1,447 1,486 1,733 1,817 1,727 1,809 2,307
1) Konvensional 1,198 1,241 1,339 1,377 1,623 1,695 1,599 1,686 2,177
2) Syariah 94 97 107 109 110 123 127 123 131
c. Konsumsi 4,882 5,090 5,310 5,595 6,110 6,288 6,439 6,793 7,029
1) Konvensional 4,710 4,914 5,126 5,400 5,879 6,039 6,141 6,408 6,5672) Syariah 172 176 184 195 231 249 298 385 462
IV-2009 I-2011 I-2009 II-2009
Indikator Perbankan - Provinsi DIY
II-2010 I-2010 III-2009 IV-2010 No Uraian III-2010
66
2. Kolektibilitas
Jenis Bank 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043
a. Lancar 9,621 9,974 10,202 10,789 11,432 11,931 12,414 13,075 13,828
1) Bank Umum 8,348 8,628 8,787 9,313 9,916 10,296 10,701 11,311 12,028
2) Bank Perkreditan Rakyat 1,273 1,345 1,415 1,476 1,517 1,635 1,713 1,764 1,801
b. Dalam Perhatian Khusus 719 620 591 558 635 609 618 566 715
1) Bank Umum 719 620 591 558 635 609 618 566 715
c. Kurang Lancar 102 86 118 64 89 82 110 97 103
1) Bank Umum 69 55 86 40 50 45 71 66 63
2) Bank Perkreditan Rakyat 33 31 32 24 39 37 39 32 40
d. Diragukan 59 137 133 63 71 96 77 90 101
1) Bank Umum 40 117 112 48 53 75 52 67 68
2) Bank Perkreditan Rakyat 18 20 21 16 18 21 26 23 33
e. Macet 173 212 243 248 276 278 285 262 297
1) Bank Umum 123 164 192 203 230 228 232 208 237
2) Bank Perkreditan Rakyat 50 48 51 45 46 50 53 54 60
Jenis Usaha Bank 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043
a. Lancar 9,621 9,974 10,202 10,789 11,432 11,931 12,414 13,075 13,828
1) Konvensional 9,083 9,417 9,586 10,142 10,787 11,191 11,628 12,185 13,722
2) Syariah 538 557 616 648 645 740 786 890 106
b. Dalam Perhatian Khusus 719 620 591 558 635 609 618 566 715
1) Konvensional 696 577 564 521 559 560 541 527 637
2) Syariah 23 44 27 37 77 49 78 39 78
c. Kurang Lancar 102 86 118 64 89 82 110 97 103
1) Konvensional 96 79 92 54 79 72 87 79 81
2) Syariah 6 7 27 10 10 9 23 18 21
d. Diragukan 59 137 133 63 71 96 77 90 101
1) Konvensional 56 135 129 61 68 89 66 85 94
2) Syariah 2 2 4 2 2 8 11 5 6
e. Macet 173 212 243 248 276 278 285 262 297
1) Konvensional 167 206 238 246 270 268 276 246 2852) Syariah 5 6 4 2 6 10 10 15 11
IV. RASIO
1. Loan to Deposit Ratio (%)
Jenis Bank 56.98 57.14 55.23 55.74 58.35 57.57 58.76 57.45 60.37
a. Bank Umum 53.13 53.13 51.05 51.64 54.35 53.28 54.39 53.31 56.33
b. Bank Perkreditan Rakyat 111.72 114.48 116.48 115.27 115.21 119.92 120.50 116.66 117.54
Jenis Usaha Bank 56.98 57.14 55.23 55.74 58.35 57.57 58.76 57.45 60.37
a. Konvensional 55.91 56.04 54.06 54.72 57.61 56.64 57.85 56.33 59.54
b. Syariah 85.96 85.83 83.34 78.93 73.26 76.41 75.25 78.73 75.28
2. Non Performing Loans
a. Nominal (Miliar Rp)
Jenis Bank 333 436 494 376 435 456 473 449 500
1) Bank Umum 232 336 389 290 332 348 355 340 368
2) Bank Perkreditan Rakyat 101 100 104 85 103 108 118 108 132
Jenis Usaha Bank 333 436 494 376 435 456 473 449 500
1) Konvensional 319 421 459 361 417 430 429 410 461
2) Syariah 14 15 35 14 18 27 43 38 39
b. Rasio (%)
Jenis Bank 3.12 3.95 4.37 3.20 3.48 3.51 3.50 3.19 3.32
1) Bank Umum 2.50 3.50 3.99 2.86 3.05 3.09 3.04 2.79 2.81
2) Bank Perkreditan Rakyat 7.36 6.90 6.86 5.46 6.39 6.20 6.42 5.79 6.82
Jenis Usaha Bank 3.12 3.95 4.37 3.20 3.48 3.51 3.50 3.19 3.32
1) Konvensional 3.16 4.04 4.33 3.28 3.55 3.53 3.41 3.13 3.282) Syariah 2.38 2.43 5.11 2.06 2.43 3.26 4.75 3.96 3.91
IV-2009 I-2011 I-2009 III-2010 II-2009No Uraian II-2010 I-2010 III-2009 IV-2010
67
Miliar Rp
I KANTOR PELAYANAN 918 960 994 1,038 1,164 1,168 1,174 1,306 1,205
1. Kantor Pusat 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2. Kantor Cabang 48 49 49 50 52 52 52 52 53
3. Kantor Cabang Pembantu 140 145 148 155 267 271 277 277 282
4. Kantor Kas 174 178 186 189 130 130 131 122 123
5. Kas Mobil 2 3 3 4 13 13 9 13 13
6. Payment Point 39 36 39 42 54 54 50 80 80
7. Anjungan Tunai Mandiri 514 548 568 597 647 647 654 761 6538. Jumlah Karyawan 4,811 4,889 4,913 5,018 4,822 4,822 4,822 4,822 4,822
II ASET 19,703 19,993 21,356 22,587 23,643 24,059 24,477 26,759 26,615
III DANA PIHAK KETIGA 17,502 18,039 19,132 19,679 20,022 21,119 21,464 22,919 23,276
1. Giro 2,949 2,863 3,144 2,798 3,219 3,226 3,076 3,100 3,501
2. Tabungan 8,365 8,765 9,058 10,029 9,541 10,120 10,746 11,796 11,666
3. Deposito 6,188 6,411 6,930 6,852 7,262 7,773 7,642 8,024 8,110
IV KREDIT 9,300 9,584 9,767 10,162 10,883 11,253 11,675 12,218 13,116
1. Jenis Penggunaan 9,300 9,584 9,767 10,162 10,883 11,253 11,675 12,218 13,116
a. Modal Kerja 3,931 4,002 3,912 4,010 3,995 4,167 4,586 4,752 4,951
b. Investasi 1,171 1,217 1,323 1,360 1,598 1,638 1,537 1,625 2,116
c. Konsumsi 4,197 4,365 4,532 4,792 5,290 5,449 5,552 5,840 6,048
2. Sektor Ekonomi 9,300 9,584 9,767 10,162 10,883 11,253 11,675 12,218 13,116
a. Pertanian 261 261 254 274 473 221 229 228 207
b. Pertambangan 8 6 5 9 11 9 6 8 8
c. Industri 792 700 655 692 665 710 722 771 719
d. Listrik, Gas & Air 10 15 35 34 27 49 42 42 42
e. Konstruksi 127 143 160 150 194 172 191 204 166
f. Perdagangan 2,605 2,812 2,840 2,965 3,079 2,624 2,935 2,927 2,680
g. Angkutan 107 105 104 101 215 99 107 101 432
h. Jasa Dunia 836 843 837 818 808 908 915 868 1,419
i. Jasa Sosial 225 235 251 242 384 425 361 411 442
j. Lainnya 4,327 4,465 4,625 4,876 5,025 6,035 6,165 6,657 7,000
3. Kolektibilitas 9,300 9,584 9,767 10,162 10,883 11,253 11,675 12,218 13,116
a. Lancar 8,348 8,628 8,787 9,313 9,916 10,296 10,701 11,311 12,032
b. Dalam Perhatian Khusus 719 620 591 558 635 609 618 566 715
c. Kurang Lancar 69 55 86 40 50 45 71 66 63
d. Diragukan 40 117 112 48 53 75 52 67 68e. Macet 123 164 192 203 230 228 232 208 237
V RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 232 336 389 290 332 348 355 340 368
b. Rasio (%) 2.50 3.50 3.99 2.86 3.05 3.09 3.04 2.79 2.812. Loan to Deposit Ratio (%) 53.13 53.13 51.05 51.64 54.35 53.28 54.39 53.31 56.35
I-2011 III - 2010 No Uraian I-2009
Indikator Bank Umum - DIY
II - 2010 III-2009 IV-2009 IV - 2010 II-2009 I - 2010
68
Miliar Rp
I ASET 738 746 762 807 804 867 899 975 970
II DANA PIHAK KETIGA 696 704 719 755 767 819 836 893 893
1. Giro 101 77 87 75 100 138 84 66 98
2. Tabungan 506 540 542 597 569 591 628 706 652
3. Deposito 89 87 91 84 98 91 123 121 1430 0
III KREDIT 606 651 646 671 678 715 710 766 818
1. Jenis Penggunaan 606 651 646 671 678 715 710 766 818
a. Modal Kerja 291 320 329 347 277 348 353 403 437
b. Investasi 39 42 44 44 100 50 43 49 61
c. Konsumsi 276 289 272 280 301 316 314 314 320
2. Sektor Ekonomi 606 651 646 671 678 715 710 766 818
a. Pertanian 67 74 50 64 230 64 46 42 34
b. Pertambangan 1 1 1 1 1 4 0 0 0
c. Industri 17 19 19 19 51 22 14 37 45
d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0
e. Konstruksi 1 1 1 2 1 2 3 2 2
f. Perdagangan 205 241 252 258 221 223 206 181 167
g. Angkutan 1 1 1 1 3 1 1 1 12
h. Jasa Dunia 6 6 7 8 9 20 3 3 3
i. Jasa Sosial 2 2 2 1 4 7 7 6 6
j. Lainnya 306 305 312 316 158 372 430 493 549
3. Kolektibilitas 606 651 646 671 678 715 710 766 818
a. Lancar 554 589 576 612 613 657 653 703 736
b. Dalam Perhatian Khusus 38 47 41 39 43 38 41 44 59
c. Kurang Lancar 4 4 7 4 3 4 3 3 3
d. Diragukan 4 4 4 4 5 5 3 2 5e. Macet 6 8 17 12 13 10 11 14 15
IV RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 14 15 28 20 21 19 16 19 23
b. Rasio (%) 2.31 2.35 4.40 2.97 3.12 2.70 2.29 2.43 2.762. Loan to Deposit Ratio (%) 87.09 92.43 89.75 88.79 88.36 87.22 84.93 85.76 91.67
I-2011 III - 2010 No Uraian II-2009I-2009
Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul
II - 2010 III-2009 IV-2009 IV - 2010 I - 2010
69
Miliar Rp
I ASET 578 632 675 710 635 778 792 841 862
II DANA PIHAK KETIGA 443 451 449 445 466 498 502 531 580
1. Giro 152 139 86 60 72 118 92 51 95
2. Tabungan 259 280 298 336 289 314 341 382 347
3. Deposito 32 32 64 48 105 67 70 98 138
III KREDIT 546 600 635 663 692 741 759 786 824
1. Jenis Penggunaan 546 600 635 663 692 741 759 786 824
a. Modal Kerja 184 205 222 234 232 258 271 280 298
b. Investasi 44 46 48 48 49 49 44 47 52
c. Konsumsi 318 349 365 381 411 434 444 459 473
2. Sektor Ekonomi 546 600 635 663 692 741 759 786 824
a. Pertanian 44 31 37 34 38 21 31 26 22
b. Pertambangan 1 1 0 0 0 0 0 0 0
c. Industri 8 9 10 9 20 12 9 8 8
d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0
e. Konstruksi 1 1 1 1 1 1 1 1 1
f. Perdagangan 157 196 211 227 249 208 188 171 164
g. Angkutan 1 1 1 1 2 1 2 2 4
h. Jasa Dunia 12 11 8 7 16 9 1 1 1
i. Jasa Sosial 2 2 2 2 27 9 9 11 11
j. Lainnya 320 349 365 381 339 479 518 566 612
3. Kolektibilitas 546 600 635 663 692 741 759 786 824
a. Lancar 519 575 598 626 648 698 716 745 772
b. Dalam Perhatian Khusus 20 17 27 29 32 28 28 27 33
c. Kurang Lancar 1 2 2 2 3 2 3 2 3
d. Diragukan 1 1 2 2 5 6 3 4 5e. Macet 5 6 5 4 5 7 9 9 10
IV RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 8 8 10 8 12 16 15 14 19
b. Rasio (%) 1.39 1.40 1.52 1.17 1.77 2.13 1.95 1.81 2.252. Loan to Deposit Ratio (%) 123.31 133.05 141.47 149.06 148.42 148.78 151.00 148.05 142.07
I-2011 III - 2010 Uraian II-2009I-2009 III-2009
Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul
II - 2010 No IV-2009 IV - 2010 I - 2010
70
Miliar Rp
I ASET 548 553 558 626 611 670 671 724 747
II DANA PIHAK KETIGA 509 525 512 542 575 629 625 640 686
1. Giro 71 70 75 67 75 106 73 89 76
2. Tabungan 366 388 378 431 403 423 441 479 455
3. Deposito 72 66 59 44 97 100 111 72 156
III KREDIT 429 451 472 484 498 533 548 569 587
1. Jenis Penggunaan 429 451 472 484 498 533 548 569 587
a. Modal Kerja 141 149 165 169 169 182 195 206 216
b. Investasi 35 39 42 43 82 47 43 49 51
c. Konsumsi 253 264 265 272 247 303 310 313 321
2. Sektor Ekonomi 429 451 472 484 498 533 548 569 587
a. Pertanian 33 38 53 57 55 29 43 37 31
b. Pertambangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Industri 3 3 4 4 7 6 5 5 5
d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0
e. Konstruksi 2 6 7 6 13 8 9 7 6
f. Perdagangan 99 108 116 118 95 108 101 96 87
g. Angkutan 5 5 5 5 6 6 6 6 8
h. Jasa Dunia 4 4 4 4 8 9 1 1 1
i. Jasa Sosial 1 1 1 1 2 4 5 5 5
j. Lainnya 282 287 282 290 313 363 380 413 445
3. Kolektibilitas 429 451 472 484 498 533 548 569 587
a. Lancar 404 424 442 458 478 512 523 546 554
b. Dalam Perhatian Khusus 19 13 16 19 13 14 18 16 23
c. Kurang Lancar 1 7 2 1 1 1 2 1 2
d. Diragukan 1 3 6 1 1 2 1 1 2e. Macet 3 4 6 4 4 4 4 4 5
IV RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 6 14 15 7 7 7 7 7 10
b. Rasio (%) 1.29 3.10 3.11 1.41 1.42 1.27 1.29 1.17 1.652. Loan to Deposit Ratio (%) 84.24 85.87 92.18 89.29 86.57 84.65 87.81 88.82 85.54
I-2011 III - 2010 I-2009 I - 2010III-2009
Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo
II-2009 II - 2010 No Uraian IV-2009 IV - 2010
71
Miliar Rp
I ASET 2,931 2,989 3,147 3,334 3,449 3,328 3,586 3,837 3,855
II DANA PIHAK KETIGA 2,776 2,853 2,944 3,103 3,207 3,190 3,411 3,676 3,713
1. Giro 485 460 561 517 550 564 583 557 640
2. Tabungan 1,520 1,629 1,623 1,838 1,784 1,823 2,002 2,305 2,251
3. Deposito 771 764 761 748 873 803 827 813 822
III KREDIT 1,278 1,355 1,472 1,538 1,604 1,623 1,720 1,749 1,834
1. Jenis Penggunaan 1,278 1,355 1,472 1,538 1,604 1,623 1,720 1,749 1,834
a. Modal Kerja 558 602 632 620 648 507 683 674 729
b. Investasi 111 110 111 109 193 162 143 146 172
c. Konsumsi 608 643 729 809 762 954 894 928 933
2. Sektor Ekonomi 1,278 1,355 1,472 1,538 1,604 1,623 1,720 1,749 1,834
a. Pertanian 37 36 32 32 32 25 34 24 26
b. Pertambangan 4 2 1 2 1 1 0 0 0
c. Industri 88 87 86 82 97 98 94 91 73
d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0
e. Konstruksi 9 14 13 12 13 16 19 22 22
f. Perdagangan 366 407 445 444 543 278 360 342 358
g. Angkutan 6 5 5 5 3 5 5 6 32
h. Jasa Dunia 110 110 132 124 156 136 138 109 132
i. Jasa Sosial 17 19 19 20 20 27 32 64 79
j. Lainnya 642 672 738 815 739 1,037 1,039 1,091 1,111
3. Kolektibilitas 1,278 1,355 1,472 1,538 1,604 1,623 1,720 1,749 1,834
a. Lancar 1,182 1,255 1,345 1,433 1,475 1,508 1,596 1,593 1,652
b. Dalam Perhatian Khusus 66 52 83 76 89 71 79 99 113
c. Kurang Lancar 3 7 4 4 6 6 10 10 7
d. Diragukan 8 17 15 12 13 13 7 13 17e. Macet 19 22 25 14 22 26 29 33 46
IV RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 30 47 44 29 41 44 46 56 70
b. Rasio (%) 2.35 3.48 2.97 1.90 2.53 2.74 2.67 3.22 3.792. Loan to Deposit Ratio (%) 46.04 47.50 50.00 49.55 50.01 50.88 50.43 47.58 49.41
Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman
I-2011 III - 2010 III-2009I-2009 II - 2010 No Uraian IV - 2010 II-2009 IV-2009 I - 2010
72
Miliar Rp
I ASET 14,908 15,073 16,213 17,110 18,144 18,416 18,529 20,382 20,181
II DANA PIHAK KETIGA 13,079 13,505 14,508 14,834 15,007 15,983 16,090 17,180 17,405
1. Giro 2,141 2,118 2,335 2,078 2,423 2,300 2,244 2,337 2,592
2. Tabungan 5,714 5,927 6,218 6,826 6,496 6,969 7,335 7,923 7,961
3. Deposito 5,224 5,461 5,955 5,929 6,088 6,713 6,511 6,920 6,851
III KREDIT 6,441 6,527 6,543 6,807 7,411 7,641 7,937 8,349 9,052
1. Jenis Penggunaan 6,441 6,527 6,543 6,807 7,411 7,641 7,937 8,349 9,052
a. Modal Kerja 2,758 2,726 2,564 2,641 2,669 2,871 3,084 3,189 3,272
b. Investasi 941 980 1,078 1,116 1,174 1,329 1,263 1,335 1,780
c. Konsumsi 2,742 2,821 2,900 3,050 3,568 3,441 3,590 3,825 4,000
2. Sektor Ekonomi 6,441 6,527 6,543 6,807 7,411 7,641 7,937 8,349 9,052
a. Pertanian 80 82 82 86 119 82 75 100 93
b. Pertambangan 2 2 2 5 9 4 6 8 8
c. Industri 676 582 535 577 489 571 600 629 587
d. Listrik, Gas & Air 10 15 35 34 27 49 42 42 42
e. Konstruksi 114 121 138 130 166 145 159 173 135
f. Perdagangan 1,778 1,860 1,817 1,918 1,972 1,807 2,080 2,137 1,905
g. Angkutan 94 92 91 89 202 86 94 87 376
h. Jasa Dunia 705 712 686 675 619 734 773 754 1,283
i. Jasa Sosial 203 210 227 218 332 378 309 326 341
j. Lainnya 2,777 2,852 2,928 3,074 3,477 3,784 3,799 4,093 4,283
3. Kolektibilitas 6,441 6,527 6,543 6,807 7,411 7,641 7,937 8,349 9,052
a. Lancar 5,690 5,785 5,825 6,185 6,702 6,920 7,214 7,724 8,318
b. Dalam Perhatian Khusus 576 491 425 395 458 459 452 380 487
c. Kurang Lancar 60 36 71 29 37 32 53 50 48
d. Diragukan 25 91 83 28 29 49 38 47 39e. Macet 90 124 139 169 185 181 180 148 161
IV RASIO
1. Non Performing Loans
a. Nominal 175 251 293 227 251 262 271 245 248
b. Rasio (%) 2.72 3.85 4.48 3.33 3.39 3.42 3.41 2.93 2.742. Loan to Deposit Ratio (%) 49.25 48.33 45.10 45.89 49.38 47.81 49.33 48.60 52.01
I-2011 III - 2010 No Uraian III-2009
Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta
IV - 2010 I-2009 II-2009 II - 2010 IV-2009 I - 2010
73
Miliar Rp
I ASET 1,735 1,803 1,892 1,985 2,084 2,172 2,293 2,453 2,520
II DANA PIHAK KETIGA 1,230 1,262 1,304 1,354 1,424 1,454 1,519 1,605 1,644
1. Tabungan 395 399 409 450 440 437 452 510 4932. Deposito 834 863 896 904 984 1,017 1,066 1,095 1,151
III KREDIT 1,374 1,445 1,519 1,561 1,654 1,743 1,830 1,872 1,933
1. Jenis Penggunaan 1,374 1,445 1,519 1,561 1,654 1,743 1,830 1,872 1,933
a. Modal Kerja 569 600 618 632 677 724 754 736 757
b. Investasi 120 121 123 126 138 180 190 184 194
c. Konsumsi 685 725 778 803 838 839 887 953 981
2. Sektor Ekonomi 1,374 1,445 1,519 1,561 1,654 1,743 1,830 1,872 1,933
a. Pertanian 29 30 32 35 36 36 38 34 34
b. Industri 27 29 31 32 38 38 42 28 26
c. Perdagangan 420 512 551 554 598 635 663 564 589
d. Jasa-jasa 173 193 199 208 221 235 246 223 209
e. Lain-lain 724 681 706 733 761 799 842 1,024 1,074
3. Kolektibilitas 1,374 1,445 1,519 1,561 1,654 1,743 1,830 1,872 1,933
a. Lancar 1,273 1,345 1,415 1,476 1,548 1,635 1,713 1,764 1,801
b. Kurang Lancar 33 31 32 24 38 37 39 32 40
c. Diragukan 18 20 21 16 20 21 26 23 33d. Macet 50 48 51 45 49 50 53 54 60
IV RASIO
1. Loan to Deposit Ratio (%) 111.72 114.48 116.48 115.27 116.16 119.92 120.50 116.66 117.54
2. Non Performing Loans
a. Nominal 101 100 104 85 106 108 118 108 132b. Rasio (%) 7.36 6.90 6.86 5.46 6.40 6.20 6.42 5.79 6.82
Miliar Rp
I ASET 393 396 410 429 439 450 461 488 502
II DANA PIHAK KETIGA 305 304 305 316 328 334 338 357 371
1. Tabungan 101 100 102 113 114 113 113 123 1232. Deposito 204 203 203 203 214 221 225 235 249
III KREDIT 295 311 322 330 345 360 372 375 381
1. Jenis Penggunaan 295 311 322 330 345 360 372 375 381
a. Modal Kerja 126 132 143 148 164 171 180 172 174
b. Investasi 34 35 34 36 35 36 36 37 42
c. Konsumsi 135 144 145 147 145 153 157 166 165
2. Sektor Ekonomi 295 311 322 330 345 360 372 375 381
a. Pertanian 5 6 7 7 7 8 8 4 6
b. Industri 10 10 11 12 13 13 14 11 10
c. Perdagangan 98 100 105 104 112 117 120 129 131
d. Jasa-jasa 43 47 48 55 57 61 62 57 62
e. Lain-lain 138 148 152 153 155 161 169 174 172
3. Kolektibilitas 295 311 322 330 345 360 372 375 381
a. Lancar 267 279 290 305 312 326 335 344 345
b. Kurang Lancar 8 10 9 7 11 12 12 9 10
c. Diragukan 4 5 5 4 5 6 7 6 9d. Macet 17 17 18 15 16 17 19 16 17
IV RASIO
1. Loan to Deposit Ratio (%) 96.77 102.37 105.73 104.67 105.01 107.71 110.21 105.02 102.61
2. Non Performing Loan
a. Nominal 28 32 33 26 32 34 37 31 36b. Rasio (%) 9.52 10.24 10.14 7.76 9.41 9.41 10.03 8.34 9.38
I-2011
I-2011
III-2010
III-2010
IV-2010
IV-2010
I-2010
I-2010 No Uraian
No Uraian II-2009
II-2009
I-2009 IV-2009
IV-2009
III-2009
III-2009
Indikator BPR - Provinsi DIY
Indikator BPR - Kabupaten Bantul
II-2010
II-2010 I-2009
74
Miliar Rp
I ASET 90 107 113 120 135 147 156 169 179
II DANA PIHAK KETIGA 47 52 52 56 63 66 71 70 76
1. Tabungan 18 19 19 21 20 21 23 27 272. Deposito 29 33 34 35 42 45 48 43 49
III KREDIT 75 87 97 101 114 123 129 136 147
1. Jenis Penggunaan 75 87 97 101 114 123 129 136 147
a. Modal Kerja 35 43 49 52 62 69 73 76 83
b. Investasi 13 14 13 12 12 12 10 9 8
c. Konsumsi 26 30 35 37 40 43 46 50 55
2. Sektor Ekonomi 75 87 97 101 114 123 129 136 147
a. Pertanian 1 1 1 1 1 2 2 2 2
b. Industri 1 1 1 1 1 1 1 2 2
c. Perdagangan 34 41 44 46 55 60 63 68 73
d. Jasa-jasa 12 14 15 15 15 16 15 13 13
e. Lain-lain 26 30 35 38 41 45 48 51 56
3. Kolektibilitas 75 87 97 101 114 123 129 136 147
a. Lancar 70 83 92 97 109 117 123 129 138
b. Kurang Lancar 1 1 1 1 2 2 2 2 3
c. Diragukan 1 1 1 1 2 2 1 2 3d. Macet 2 2 2 2 2 2 2 2 3
IV RASIO
1. Loan To Deposit Ratio (%) 159.61 168.51 184.12 181.55 181.59 187.56 180.97 194.10 192.19
2. Non Performing Loan
a. Nominal 4 4 4 4 5 6 6 7 8b. Rasio (%) 5.61 4.64 4.51 4.00 4.56 4.55 4.55 4.95 5.70
Miliar Rp
I ASET 163 158 158 153 154 153 154 180 161
II DANA PIHAK KETIGA 64 63 63 61 63 63 73 101 84
1. Tabungan 35 32 31 36 34 33 41 67 502. Deposito 28 31 32 25 28 30 32 34 34
III KREDIT 149 142 139 134 134 137 138 136 138
1. Jenis Penggunaan 149 142 139 134 134 137 138 136 138
a. Modal Kerja 82 77 75 73 73 74 74 69 67
b. Investasi 20 19 19 18 21 25 29 27 25
c. Konsumsi 47 45 45 44 39 38 34 40 46
2. Sektor Ekonomi 149 142 139 134 134 137 138 136 138
a. Pertanian 9 9 8 9 9 8 8 9 10
b. Industri 3 3 3 3 3 3 2 4 4
c. Perdagangan 66 63 62 58 62 64 66 58 54
d. Jasa-jasa 23 20 19 19 18 19 22 25 25
e. Lain-lain 47 46 47 46 43 42 39 40 46
3. Kolektibilitas 149 142 139 134 134 137 138 136 138
a. Lancar 136 133 131 126 124 127 126 128 129
b. Kurang Lancar 3 4 3 3 4 4 4 2 3
c. Diragukan 3 2 2 1 2 2 3 2 2d. Macet 6 3 4 3 3 4 4 4 5
IV RASIO
1. Loan To Deposit Ratio (%) 233.14 226.53 222.33 220.70 212.84 218.30 188.96 134.18 165.36
2. Non Performing Loan
a. Nominal 12 9 9 8 9 10 11 8 10b. Rasio (%) 8.25 6.47 6.16 5.68 6.88 7.45 8.18 5.84 7.04
I-2011
I-2011
III-2010
III-2010
IV-2010
IV-2010
I-2010
I-2010
No Uraian
No Uraian
II-2009
II-2009
IV-2009
IV-2009
III-2009
III-2009
Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo
Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul
II-2010
II-2010
I-2009
I-2009
75
Miliar Rp
I ASET 865 904 947 1,001 1,068 1,115 1,175 1,243 1,243
II DANA PIHAK KETIGA 655 681 714 742 778 789 823 851 851
1. Tabungan 207 213 219 233 223 223 226 235 2352. Deposito 448 468 494 509 555 566 597 616 616
III KREDIT 673 707 745 766 823 861 901 916 916
1. Jenis Penggunaan 673 707 745 766 823 861 901 916 916
a. Modal Kerja 253 273 285 288 306 318 331 323 323
b. Investasi 45 43 48 52 59 60 62 55 55
c. Konsumsi 374 391 412 425 458 482 508 538 538
2. Sektor Ekonomi 673 707 745 766 823 861 901 916 916
a. Pertanian 13 14 15 16 17 17 18 18 18
b. Industri 9 11 10 10 12 11 12 9 9
c. Perdagangan 188 188 200 201 215 226 233 213 213
d. Jasa-jasa 82 98 102 105 113 118 125 82 82
e. Lain-lain 380 397 419 433 465 488 513 595 595
3. Kolektibilitas 673 707 745 766 823 861 901 916 916
a. Lancar 625 661 696 726 774 813 850 865 865
b. Kurang Lancar 17 14 15 10 16 14 15 15 15
c. Diragukan 9 10 11 7 9 10 12 10 10d. Macet 21 22 23 22 24 24 24 27 27
IV RASIO
1. Loan To Deposit Ratio (%) 102.66 103.82 104.39 103.17 105.74 109.09 109.40 107.67 107.67
2. Non Performing Loan
a. Nominal 47 46 49 39 49 48 51 52 52b. Rasio (%) 7.04 6.51 6.60 5.15 5.96 5.53 5.64 5.65 5.65
Miliar Rp
I ASET 223 238 264 282 288 307 346 373 388
II DANA PIHAK KETIGA 159 163 170 180 192 202 214 225 233
1. Tabungan 34 36 38 48 48 47 50 58 592. Deposito 125 128 132 133 144 155 164 167 173
III KREDIT 183 198 216 230 239 262 291 309 325
1. Jenis Penggunaan 183 198 216 230 239 262 291 309 325
a. Modal Kerja 72 75 66 71 72 92 96 95 96
b. Investasi 7 9 10 9 11 46 52 55 62
c. Konsumsi 103 114 141 151 156 124 142 158 166
2. Sektor Ekonomi 183 198 216 230 239 262 291 309 325
a. Pertanian 1 1 2 2 1 1 1 1 1
b. Industri 3 4 6 5 9 10 12 1 1
c. Perdagangan 34 119 140 146 155 168 181 96 111
d. Jasa-jasa 13 15 15 15 18 20 23 46 22
e. Lain-lain 132 59 53 62 56 63 73 164 191
3. Kolektibilitas 183 198 216 230 239 262 291 309 325
a. Lancar 174 190 206 222 229 251 278 298 310
b. Kurang Lancar 3 3 4 3 5 5 5 3 5
c. Diragukan 3 2 1 2 2 2 2 3 4d. Macet 3 4 4 4 3 4 4 4 5
IV RASIO
1. Loan To Deposit Ratio (%) 115.04 121.45 126.59 127.78 124.49 130.03 136.05 137.19 139.77
2. Non Performing Loan
a. Nominal 9 9 9 8 10 11 12 11 15b. Rasio (%) 5.00 4.36 4.38 3.67 4.18 4.13 4.21 3.45 4.64
I-2011
I-2011
III-2010
III-2010
IV-2010
IV-2010
I-2010 I-2009
I-2009
II-2009
II-2009No Uraian II-2010
IV-2009
IV-2009 I-2010
III-2009
III-2009
Indikator BPR - Kota Yogyakarta
Indikator BPR - Kabupaten Sleman
II-2010 No Uraian
76
Juta R
p
AN
GG
AR
AN
R
EA
LISA
SI
%A
NG
GA
RA
N
REA
LISA
SI
%A
NG
GA
RA
N
REA
LISA
SI
%A
NG
GA
RA
N
REA
LISA
SI
%A
NG
GA
RA
N
REA
LISA
SI
%
PEN
DA
PA
TA
N
1.4
19.4
75
405.6
15
28,5
8
1.0
26.8
76
228.2
22
22,2
2
795.0
08
204.9
89
25,7
8
898.5
50
248.3
07
27,6
3
843.3
50
234.6
78
27,8
3
PEN
DA
PA
TA
N A
SLI D
AER
AH
700.3
39
182.3
79
26,0
4
198.7
20
41.2
64
20,7
6
202.2
61
46.0
06
22,7
5
106.8
85
25.3
22
23,6
9
41.9
85
9.0
26
21,5
0
Pendap
atan Pajak D
aerah592.4
99
168.8
40
28,5
0
113.5
00
30.4
78
26,8
5
99.9
01
23.2
67
23,2
9
28.7
52
7.8
58
27,3
3
7.1
28
2.4
26
34,0
4
Pendap
atan R
etribusi D
aerah37.7
09
6.6
24
17,5
7
57.4
73
8.2
81
14,4
1
32.6
11
8.1
25
24,9
1
21.4
52
3.6
05
16,8
1
8.6
57
1.8
77
21,6
8
Pendap
atan H
sl Pengelo
laan K
ekayaan D
aerah Y
g D
ipisah
kan30.5
57
72
0,2
3
11.3
54
-
-
11.0
31
-
-
7.5
46
114
1,5
1
4.2
93
-
-
Lain
-lain Pen
dap
atan A
sli Daerah
Yan
g Sah
39.5
74
6.8
43
17,2
9
16.3
93
2.5
05
15,2
8
58.7
18
14.6
14
24,8
9
49.1
35
13.7
44
27,9
7
21.9
07
4.7
23
21,5
6
DA
NA
PER
IMB
AN
GA
N714.5
42
222.0
31
31,0
7
743.8
80
159.7
19
21,4
7
499.5
60
151.1
98
30,2
7
707.5
96
210.9
52
29,8
1
664.5
61
210.0
08
31,6
0
Dan
a Bag
i Hasil
74.2
40
9.2
47
12,4
6
69.0
49
1.6
74
2,4
2
61.4
58
5.2
23
8,5
0
36.3
21
2.5
01
6,8
9
33.0
92
1.4
94
4,5
2
Dan
a Alo
kasi Um
um
620.8
12
206.9
37
33,3
3
632.1
81
158.0
45
25,0
0
436.3
40
145.4
47
33,3
3
625.3
50
208.4
51
33,3
3
572.3
00
190.7
67
33,3
3
Dan
a Alo
kasi Khusu
s19.4
90
5.8
47
30,0
0
42.6
50
-
-
1.7
62
529
30,0
0
45.9
25
-
-
59.1
69
17.7
47
29,9
9
LAIN
-LAIN
PEN
DA
PA
TA
N D
AER
AH
YA
NG
SA
H4.5
94
1.2
05
26,2
3
84.2
77
27.2
40
32,3
2
93.1
88
7.7
84
8,3
5
84.0
68
12.0
34
14,3
1
136.8
04
15.6
45
11,4
4
Pendap
atan H
ibah
4.5
94
1.2
05
26,2
3
1.8
09
-
-
3.3
60
-
-
-
-
#D
IV/0
!-
-
-
Pen
dap
atan D
ana D
arurat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
#D
IV/0
!-
-
-
D
ana B
agi H
sl Pajak dari Pro
v dan
Pemda Lain
ya-
-
-
74.3
88
-
-
49.4
78
-
-
-
-
-
25.0
04
6.1
93
24,7
7
Dan
a Penyesu
aian d
an O
tonom
i Khusu
s-
-
-
-
-
-
20.0
00
7.7
84
38,9
2
70.1
28
11.3
68
16,2
1
100.0
00
-
-
Ban
tuan
Keu
angan
dari Pro
v atau Pem
da Lain
ya-
-
-
8.0
80
-
-
20.3
50
-
-
13.9
40
665
4,7
7
11.8
00
9.4
51
80,1
0
Pendap
atan Lain
ya-
-
-
-
27.2
40
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
JU
MLA
H P
EN
DA
PA
TA
N1.4
19.4
75
405.6
15
28,5
8
1.0
26.8
76
228.2
22
22,2
2
795.0
08
204.9
89
25,7
8
898.5
50
248.3
07
27,6
3
843.3
50
234.6
78
27,8
3
BELA
NJA
1.5
90.7
86
136.7
95
8,6
0
1.0
73.3
15
174.5
51
16,2
6
889.7
72
107.6
42
12,1
0
953.8
62
170.2
92
17,8
5
929.7
50
116.7
18
12,5
5
Bela
nja
Tid
ak La
ng
sun
g849.1
18
99.6
99
11,7
4
712.7
82
147.7
89
20,7
3
531.2
27
80.4
65
15,1
5
678.7
14
141.2
13
20,8
1
673.7
44
109.3
03
16,2
2
Belan
ja Pegaw
ai443.4
40
74.0
73
16,7
0
633.0
67
125.8
38
19,8
8
439.2
26
58.4
59
13,3
1
595.3
36
119.8
41
20,1
3
601.3
86
100.7
32
16,7
5
Belan
ja Bunga
-
-
-
144
33
22,9
8
235
161
68,2
3
120
28
23,0
4
44
-
-
Belan
ja Subsid
i-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Belan
ja Hib
ah7.6
19
818
10,7
3
14.1
28
16.2
79
115,2
3
48.0
94
20.4
88
42,6
0
19.1
10
10.6
97
55,9
7
1.7
10
1.6
15
94,4
5
Belan
ja Ban
tuan
Sosial
105.7
52
12.7
82
12,0
9
29.3
65
845
2,8
8
35.6
72
1.0
69
3,0
0
33.3
45
9.7
24
29,1
6
23.5
32
815
3,4
6
Belan
ja Bag
i Hsl K
pd Pro
v/ Kab
/dan
Pemerin
tah D
esa215.1
28
12.0
04
5,5
8
16.3
75
22
0,1
4
-
-
-
2.0
07
65
3,2
4
3.2
40
-
-
Belan
ja Ban
tuan
Keu
angan
Provin
si/Kab
upaten
/Kota d
an Pem
Desa
67.1
80
-
-
15.0
01
4.2
82
28,5
5
-
-
-
27.2
95
3
0,0
1
42.4
84
6.1
42
14,4
6
Belan
ja Tak Terduga
10.0
00
23
0,2
3
4.7
04
489
10,4
0
8.0
00
289
3,6
1
1.5
00
855
56,9
9
1.3
49
-
-
B
ela
nja
Lan
gsu
ng
741.6
67
37.0
96
5,0
0
360.5
33
26.7
63
7,4
2
358.5
45
27.1
77
7,5
8
275.1
48
29.0
79
10,5
7
256.0
05
7.4
15
2,9
0
Belan
ja Pegaw
ai90.1
64
6.0
19
6,6
8
78.7
51
7.4
26
9,4
3
96.2
47
5.1
44
5,3
4
54.1
08
6.7
40
12,4
6
27.9
85
2.6
05
9,3
1
Belan
ja Baran
g Jasa
501.3
30
30.6
30
6,1
1
171.0
00
18.8
63
11,0
3
190.9
47
21.9
64
11,5
0
127.1
83
21.2
26
16,6
9
84.8
80
4.2
61
5,0
2
Belan
ja Modal
150.1
74
447
0,3
0
110.7
82
475
0,4
3
71.3
52
68
0,1
0
93.8
56
1.1
13
1,1
9
143.1
41
549
0,3
8
JUM
LAH
BELA
NJA
1.5
90.7
86
136.7
95
8,6
0
1.0
73.3
15
174.5
51
16,2
6
889.7
72
107.6
42
12,1
0
953.8
62
170.2
92
17,8
5
929.7
50
116.7
18
12,5
5
SU
RPLU
S / D
EFIS
IT(1
71.3
11)
268.8
20
(4
6.4
39)
53.6
71
-
(9
4.7
64)
97.3
46
(5
5.3
12)
78.0
15
-
(8
6.4
00)
117.9
60
-
PEM
BIA
YA
AN
171.3
11
(5
.743)
(3
,35)
46.4
38
(3
.069)
(6
,61)
94.7
64
(3
29)
(0
,35)
7.5
22
(5
8)
(0
,77)
86.4
00
85.9
09
99,4
3
PEN
ER
IMA
AN
PEM
BIA
YA
AN
203.4
26
1.2
17
0,6
0
60.1
76
-
-
98.3
26
52
0,0
5
16.3
37
-
-
91.3
50
90.3
09
98,8
6
SILPA Tah
un A
nggaran
Sebelu
mnya
184.3
95
-
-
60.1
76
-
-
97.9
76
-
-
16.3
37
-
-
89.7
53
90.2
81
100,5
9
Pencairan
Dan
a Cad
angan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Hasil Pen
jualan
Kekayaan
Daerah
Yan
g D
ipisah
kan-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pen
erimaan
Pinjam
an D
aerah-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pen
erimaan
Kem
bali Pem
berian
Pinjam
an D
aerah17.9
15
1.0
04
5,6
0
-
-
-
150
-
-
-
-
-
1.5
96
21
1,3
3
Penerim
aan Piu
tang D
aerah-
-
#D
IV/0
!-
-
-
200
52
25,9
9
-
-
-
-
7
-
Penerim
aan d
ari Biaya Pen
yusu
tan K
endaraan
1.1
16
213
19,0
8
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
JUM
LAH
PEN
ER
IMA
AN
PEM
BIA
YA
AN
203.4
26
1.2
17
0,6
0
60.1
76
-
-
98.3
26
52
0,0
5
16.3
37
-
-
91.3
50
90.3
09
98,8
6
PEN
GELU
AR
AN
PEM
BIA
YA
AN
32.1
15
6.9
60
21,6
7
13.7
38
3.0
69
22,3
4
3.5
62
381
10,6
9
8.8
15
58
0,6
5
4.9
50
4.4
00
88,9
0
Pemben
tukan
Dan
a Cad
angan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Penyertaan
Modal (In
vestasi) Pemerin
tah D
aerah2.0
00
-
-
7.5
00
3.0
00
40,0
0
3.0
00
-
-
8.7
00
-
-
3.3
00
3.0
00
90,9
1
Pembayaran
Poko
k Utan
g-
-
-
138
69
49,9
1
562
381
67,8
1
115
58
50,0
0
69
-
-
Pem
berian
Pinjam
an D
aerah30.1
15
6.9
60
23,1
1
6.1
00
-
-
-
-
-
-
-
-
1.5
80
1.4
00
-
Pen
yelesaian keg
iatan D
PA-L
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pembayaran
Kew
ajiban
Tahun Lalu
Yan
g B
lm Terselesaikan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
JUM
LAH
PEN
GELU
AR
AN
PEM
BIA
YA
AN
32.1
15
6.9
60
21,6
7
13.7
38
3.0
69
22,3
4
3.5
62
381
10,6
9
8.8
15
58
0,6
5
4.9
50
4.4
00
88,9
0
PEM
BIA
YA
AN
NETTO
171.3
11
(5
.743)
(3
,35)
46.4
38
(3
.069)
(6
,61)
94.7
64
(3
29)
(0
,35)
7.5
22
(5
8)
(0
,77)
86.4
00
85.9
09
99,4
3
SIS
A LE
BIH
PEM
BIA
YA
AN
AN
GG
AR
AN
TA
HU
N B
ER
KEN
AA
N (S
ILPA
)(0
)
263.0
77
-
(0
)
50.6
02
-
-
97.0
17
-
(4
7.7
90)
77.9
58
-
-
203.8
70
-
Realisa
si APB
D P
rovin
si, Kab
up
ate
n d
an
Ko
ta T
riwu
lan
I-2011
Se-w
ilayah
Pro
vin
si DIY
(tidak te
rmasu
k K
ab
. Ku
lon
pro
go
)
UR
AIA
NPro
vin
si Sle
man
Ko
taB
an
tul
Gu
nu
ng
kid
ul
Kete
rangan:
Sum
ber: P
em
da P
ropin
si, Kota
dan K
abupate
n se
-DIY
, dio
lah. D
ata
Kab. K
ulo
npro
go tid
ak te
rsedia
Tim Ekonomi Moneter 1
Survei Konsumen
Mengulang tren di awal tahun, tingkat keyakinan konsumen terhadap
perekonomian kembali menguat, hal ini tercermin pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan Maret 2011 kembali meningkat 2,92 poin ke level 115,00. Kenaikan IKK ini didorong oleh meningkatnya keyakinan konsumen bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk membeli barang tahan lama; meningkatnya ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini, meningkatnya ekspektasi penghasilan dan meningkatnya ekspektasi kondisi perekonomian 6 bulan yang akan datang.
Tekanan terhadap harga barang/jasa pada 3 dan 6 bulan yang akan datang diperkirakan melemah, tercermin dari menurunya Indeks ekspektasi harga 3 bulan yang akan datang 6,00 poin ke level 165,00 dan menurunnya indeks ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang 12,00 poin ke level 166,00. Menurut responden, penurunan tersebut dipengaruhi oleh situasi keaman dan politik yang semakin stabil, harapan adanya penambahan subsidi pemerintah untuk menjaga kondisi pasokan barang sehingga meningkatkan ketersediaan barang di pasar, berlanjutnya tren apresiasi kurs rupiah, distribusi barang yang semakin lancar dan menurunnya suku bunga kredit.
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan bahwa konsumen merasa
optimis dengan kondisi perekonomian di DIY . Hasil survei konsumen pada Maret 2011
menunjukkan IKK yang meningkat 2,92 poin ke level 115,00. Faktor yang mengakibatkan
peningkatan IKK tersebut adalah naiknya Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 2,62 poin
menjadi 104,67 dan naiknya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 3,17 poin menjadi
125,33.
Grafik 1 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Optimisme konsumen terhadap perekonomian pada Maret 2011 juga lebih
tinggi dibandingkan dengan Maret 2010. Secara tahunan, IKK meningkat 3,17 poin dari
level 111,83. Kenaikan tersebut terutama di dorong oleh naiknya keyakinan responden
bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk membeli barang tahan lama dan
meningkatnya ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini. Disamping itu, naiknya ekspektasi
0
20
40
60
80
100
120
140
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
KrisisEkonomi
Global
KenaikanHarga Cabe
Kenaikan TDL
SURVEI KONSUMEN
Metodologi
Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan terhadap kurang lebih 200 rumah tangga sebagai responden dengan metode stratified random sampling di sebagian wilayah Provinsi Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance +100), sehingga jika indeks di atas 100 berarti optimis, sebaliknya di bawah 100 berarti pesimis.
Indeks Keyakinan Konsumen menunjukkan menguatnya
optimisme konsumen menilai perekonomian
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan terhadap sampling 200 responden rumah tangga di DI Yogyakarta.
Maret 2011
Tim Ekonomi Moneter 2
Survei Konsumen
tingkat penghasilan dan kondisi perekonomian kedepan juga mempunyai kontribusi dalam
meningkatkan level IKK.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) saat ini menunjukkan optimisme responden
dalam menilai kondisi perekonomian tercermin oleh naiknya IKE sebesar 2,67 poin ke level
104,67 dibandingkan IKE pada Februari 2011. Kenaikan IKE ini terutama didorong oleh
naiknya indeks ketepatan pembelian barang tahan lama sebesar 9,00 poin ke level 90,00
walaupun masih berada pada level pesimis hal ini dapat menggambarkan pergerakan
keyakinan konsumen untuk membelanjakan penghasilan untuk kebutuhan barang tahan
lama sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, perkiraan pertumbuhan
ekonomi triwulan I-2011 ikut mendorong naiknya indeks ketersediaan lapangan kerja
sebesar 0,50 poin ke level 94,00, tercatat lebih baik walaupun masih berada pada level
pesimis. Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik diharapkan dapat menciptakan lapangan
pekerjaan baru dan menyerap tenaga kerja di masyarakat.
Menurut responden, meningkatnya ketersediaan lapangan pekerjaan dipengaruhi
oleh meningkatnya minat berwiraswasta (42,42%), meningkatnya jumlah proyek
pemerintah/swasta (21,21%), bertambahnya jumlah perusahaan yang beroperasi (15,15%),
membaiknya kondisi ekonomi (12,12%), dan semakin mudahnya akses kredit perbankan
(9,09%).
Grafik 2 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Ekonomi
Ekspektasi Konsumen pada 6 bulan menggambarkan optimisme konsumen yang
meningkat dalam memperkirakan kondisi perekonomian ke depan. Hal ini tercermin dari
meningkatnya angka indeks 3,17 poin ke level 125,33 dibandingkan ekspektasi bulan
Februari 2011. Meningkatnya optimisme ini terutama didorong oleh meningkatnya ekspektasi
terhadap kondisi perekonomian 6 bulan yang akan datang 14,00 poin ke level 134,00 dan
meningkatnya ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan 2,50 poin ke level 137,50.
Menurut responden, kenaikan ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor meningkatnya minat berwiraswasta dan menciptakan lapangan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Indek Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Konsumen
Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini menunjukkan
peningkatan optimisme
Indeks Ekspektasi Konsumen menggambarkan optimisme
dalam menilai perekonomian yang terus membaik
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan terhadap sampling 200 responden rumah tangga di DI Yogyakarta.
Tim Ekonomi Moneter 3
Survei Konsumen
pekerjaan sendiri (48,10%), kegiatan realisasi proyek pemerintah/swasta meningkat
(16,46%), membaiknya kondisi perekonomian (13,92%), akses memperoleh kredit bank
semakin mudah (11,39%) dan bertambahnya jumlah perusahaan yang beroperasi (10,13%).
Grafik 3 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Ekspektasi Penghasilan Optimisme responden dalam memperkirakan tingkat penghasilan 6 bulan yang akan
datang meningkat. Kenaikan optimisme tersebut tercermin dari naiknya nilai indeks
ekspektasi penghasilan sebesar 2,50 poin menjadi 137,50 dibandingkan ekspektasi
penghasilan pada bulan Februari 2011 yang tercatat pada level 135,00. Menurut responden
naiknya ekspektasi penghasilan terutama disebabkan banyaknya responden yang berencana
untuk membuka usaha (53,54%) dengan harapan dapat menambah penghasilan responden
saat ini. Selain itu juga di sebabkan faktor lain yaitu ekspektasi kenaikan gaji/omset usaha
(27,27%), adanya tambahan penghasilan dari anggota keluarga yang mulai bekerja
(13,13%), rencana untuk beralih ke pekerjaan/bidang usaha yang lebih baik (4,04%) dan
faktor lain (2,02%).
Ekspektasi Harga
Responden memperkirakan harga-harga barang secara umum pada 3 bulan yang
akan datang dan 6 bulan yang akan datang menurun. Indeks ekspektasi harga 3 bulan yang
akan datang turun 6,00 poin ke level 165,00 dari posisi indeks Februari 2011 (121,00),
sedangkan indeks ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang turun 12,00 poin menjadi
166,00.
Penurunan indeks ekspektasi harga pada 3 dan 6 bulan yang akan datang
disebabkan oleh perkirakan penurunan harga seluruh kelompok komoditas. Pada 3 bulan
yang akan datang perkiraan penurunan terbesar terjadi pada 3 kelompok; kelompok
pendidikan, rekreasi dan olah raga; kelompok transportasi dan jasa keuangan; dan kelompok
kesehatan. Sedangkan perkiraan penurunan indeks pada 6 bulan yang akan datang
disumbangkan oleh penurunan harga kelompok bahan makanan; kelompok sandang; dan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan Konsumen
Ekspektasi Kondisi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Indeks Ekspektasi Harga pada 3 dan 6 bulan yang
akan datang menurun
Tingkat optimisme responden terhadap tingkat
penghasilan 6 bulan yang akan datang meningkat
Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan terhadap sampling 200 responden rumah tangga di DI Yogyakarta.
Tim Ekonomi Moneter 4
Survei Konsumen
perkiraan penurunan harga kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang masih terus
berlanjut. Responden memberikan alasan perkiraan penurunan indeks ekspektasi harga
tersebut dipengaruhi oleh situasi keaman dan politik yang semakin stabil (27,27%), harapan
adanya penambahan subsidi pemerintah untuk menjaga kondisi pasokan barang (22,73%)
sehingga meningkatkan ketersediaan barang di pasar (22,73%), berlanjutnya tren apresiasi
kurs rupiah (13,64%), distribusi barang yang semakin lancar (9,09%) dan menurunnya suku
bunga kredit (4,55%).
Grafik 4 Indeks Ekspektasi Harga pada 3 & 6 bulan yad, Indeks Ekspektasi Ketersediaan Barang 6 Bulan yad dengan
Inflasi Aktual Kumulatif 3 bulan
Ekspektasi Suku Bunga Tabungan
Indeks ekspektasi suku bunga tabungan pada 6 bulan yang akan datang tercatat
sebesar 122,50 meningkat 2,50 poin dibandingkan indeks pada bulan Februari 2011.
Kenaikan ekspektasi suku bunga tersebut seiring dengan meningkatnya indeks penghasilan
yang diperkirakan responden akan menyisihkan sebagian untuk tabungan jika suku bunga
meningkat.
Grafik 5 Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 Bulan yad dan Pertumbuhan Suku Bunga
Ekspektasi Jumlah Tabungan
Indeks ekspektasi jumlah tabungan pada 6 bulan yang akan datang tercatat sebesar
125,00. Angka indeks tersebut kembali menurun 15,50 poin dibandingkan ekspektasi pada
bulan Februari 2011.
0
1
2
3
4
5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2010 2011
Indeks Ekspektasi Ketersediaan Barang 6 bulan yad Indeks Ekspektasi Harga 3 bulan yad
Indeks Ekspektasi Harga 6 bulan yad Inflasi Aktual Kumulatif 3 bulan
Inflasi Aktual Kumulatif 6 bulan
%indeks
-15
-10
-5
0
5
10
15
0
20
40
60
80
100
120
140
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 bulan yad
Pertumbuhan Suku Bunga Tabungan Selama 6 bulan
indeks (%)
Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan pada 6
bulan yang akan meningkat
Indeks Ekspektasi Jumlah tabungan pada 6 bulan
yang akan datang kembali menurun
Tim Ekonomi Moneter 5
Survei Konsumen
Grafik 6 Indeks Jumlah Tabungan Saat ini, Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 Bulan yad, dengan
Pertumbuhan Jumlah Tabungan mtm & selama 6 bulan
-2
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2011
Pertumbuhan Jumlah Tabungan Selama 6 bulan Pertumbuhan Jumlah Tabungan (mtm)
Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 bulan yad Indeks Jumlah Tabungan Saat Ini
(%)indeks
Tim Ekonomi Moneter 6
Survei Konsumen
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
A 112.00 99.08 111.83 114.33 117.17 113.25 105.92 112.04 101.17 107.58 96.83 93.58 121.75 112.08 115.00
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 98.67 90.00 100.50 103.33 106.50 99.17 97.33 98.83 89.50 96.67 85.83 81.33 113.00 102.00 104.67
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 125.33 108.17 123.17 125.33 127.83 127.33 114.50 125.24 112.83 118.50 107.83 105.83 130.50 122.17 125.33
Penghasilan Saat Ini 134.50 129.00 134.50 130.00 121.50 128.00 128.00 124.50 126.50 125.50 114.00 112.00 136.50 131.50 130.00
Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama 77.00 74.00 82.50 83.50 101.50 82.00 87.00 85.50 59.50 135.00 126.00 131.50 103.00 81.00 90.00
Ketersediaan Lapangan Kerja 84.50 67.00 84.50 96.50 96.50 87.50 77.00 86.50 82.50 99.50 79.50 79.00 99.50 93.50 94.00
Ekspektasi Penghasilan 156.50 130.00 151.50 146.00 152.00 153.00 146.50 145.21 130.00 135.00 126.00 131.50 145.00 135.00 137.50
Ekspektasi Kondisi Ekonomi 124.50 109.00 116.00 123.50 120.50 117.50 99.00 121.50 113.00 99.50 79.50 79.00 132.00 120.00 134.00
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 95.00 85.50 102.00 106.50 111.00 111.50 98.00 109.00 95.50 105.50 97.00 83.50 114.50 111.50 104.50
B
Harga Umum 173.00 165.50 153.00 165.00 156.00 176.00 172.50 185.50 176.50 170.00 177.50 162.00 169.50 171.00 165.00
Bahan Makanan 180.50 167.50 166.50 175.00 174.50 180.50 183.00 194.50 184.00 176.50 182.50 174.00 184.00 177.50 172.00
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 172.50 160.00 159.00 159.50 162.50 167.50 167.50 166.00 165.00 159.50 166.00 158.00 171.50 163.50 163.50
Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 162.00 164.00 161.00 171.50 172.00 177.00 182.00 182.00 178.00 175.00 170.00 163.50 179.50 169.50 165.50
Sandang 139.00 123.50 132.00 143.00 145.00 156.00 154.00 157.36 158.00 143.50 156.00 138.50 151.50 148.00 141.50
Kesehatan 153.00 145.00 146.00 160.00 154.50 158.00 146.50 146.97 147.50 146.50 153.00 145.00 164.00 158.50 148.50
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 154.50 152.50 146.00 156.00 158.00 162.00 162.00 173.50 168.50 155.00 154.00 147.00 172.50 159.00 147.50
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 159.00 145.50 160.00 162.50 157.00 165.50 161.50 161.50 161.00 163.50 148.00 155.50 174.00 165.50 152.50
C Ekspektasi Harga Dalam 6 Bulan Yang Akan Datang
Harga Umum 184.00 171.50 166.50 178.00 176.50 183.00 175.50 189.50 184.50 173.50 170.00 162.50 177.00 178.00 166.00
Bahan Makanan 185.50 171.00 171.50 175.50 175.00 182.00 179.00 196.50 188.50 176.00 173.00 171.50 186.00 179.50 166.00
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 179.50 163.50 160.50 168.50 167.00 175.00 173.50 176.50 173.00 167.00 165.33 162.50 176.50 172.50 167.50
Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 176.50 166.00 166.00 175.00 171.50 179.00 174.50 187.00 178.39 166.33 162.00 163.00 183.00 171.50 166.50
Sandang 146.50 129.00 142.50 146.50 150.00 159.00 156.00 165.00 156.78 152.76 152.26 147.50 161.50 153.00 143.50
Kesehatan 163.50 149.50 150.00 163.00 160.00 158.50 157.00 153.00 155.78 157.79 153.00 152.50 171.00 157.50 155.00
Transportasi dan Komunikasi 164.50 159.50 153.00 163.00 166.50 165.50 167.50 178.00 169.00 163.82 158.50 159.00 176.50 163.50 159.00
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 166.00 154.50 161.50 165.50 162.00 167.50 168.00 175.00 169.00 164.32 158.00 165.50 180.50 168.00 161.50
D
Ketersediaan Barang & Jasa 6 bulan yad 143.00 130.00 148.00 143.00 144.50 146.50 143.50 153.50 129.50 129.00 108.50 113.50 134.50 119.50 123.00
Tingkat suku bunga tabungan 6 bulan yad 114.50 107.00 101.50 119.50 114.00 123.00 121.00 116.67 111.00 131.00 107.50 106.50 130.00 120.00 122.50
Tabungan saat ini 114.50 97.00 125.50 113.07 116.50 114.50 110.00 101.00 102.50 128.50 110.50 115.50 140.00 113.50 114.50
Tabungan 6 bulan yad 139.50 133.50 146.00 130.50 130.00 154.00 139.00 134.50 118.50 141.00 133.00 133.00 148.50 129.00 125.00
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Kondisi Ekonomi Saat Ini Dibanding 6 Bulan Yang Lalu
Ekspektasi Konsumen Dalam 6 Bulan Yang Akan Datang
Ekspektasi Harga Dalam 3 Bulan Yang Akan Datang
Indikator Ekonomi
Tabel 1
Indeks Keyakinan Konsumen, Ekspektasi Harga, Rencana Konsumsi dan
Indikator Ekonomi
Keterangan2010 2011
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Laki-laki 53.50 58.00 59.00 52.00 61.50 54.27 62.50 65.00 62.50 67.50 72.00 67.00 61.50 59.00 59.00
Perempuan 46.50 42.00 41.00 48.00 38.50 45.73 37.50 35.00 37.50 32.50 28.00 33.00 38.50 41.00 41.00
Rp 1 juta - Rp 3 Juta 75.50 75.50 75.50 81.00 77.50 76.00 72.00 77.00 86.50 75.00 77.50 75.00 66.00 70.50 81.00
Di atas Rp 3 juta - Rp 5 juta 18.00 19.00 17.50 14.50 16.50 19.50 22.50 20.00 12.50 22.50 21.50 24.00 13.00 8.00 12.00
Di atas Rp 5 Juta 6.50 5.50 7.00 4.50 6.00 4.50 5.50 3.00 1.00 2.50 1.00 1.00 21.00 21.50 7.00
20-40 tahun 50.00 67.50 72.00 67.50 75.50 74.00 75.50 61.50 63.50 59.50 65.50 70.50 72.50 77.50 74.50
Diatas 40-60 tahun 48.00 29.50 25.00 30.00 23.00 25.50 24.50 35.00 34.00 39.50 34.00 29.00 18.50 14.00 19.50
Di atas 60 tahun 2.00 3.00 3.00 2.50 1.50 0.50 0.00 3.50 2.50 1.00 0.50 0.50 9.00 8.50 6.00
SLTA 43.50 34.50 37.50 34.50 38.50 51.00 49.00 59.80 52.50 59.00 60.50 56.50 43.50 42.50 53.00
D3 12.50 20.50 16.00 11.50 11.00 8.50 10.50 11.56 8.50 7.00 10.00 10.00 11.00 9.50 12.50
Sarjana 32.50 39.50 42.00 45.50 45.50 37.00 39.00 25.63 37.50 26.00 25.50 30.00 39.00 42.50 31.50
Pasca sarjana 11.50 5.50 4.50 8.50 5.00 3.50 1.50 3.02 1.50 8.00 4.00 3.50 6.50 5.50 3.00
4 Tingkat Pendidikan
2010
1 Jenis Kelamin
2 Tingkat Pengeluaran
3 Kelompok Umur
Tabel 2
Profil Responden
(dalam %)
No Data Responden Keterangan2011
Tim Ekonomi Moneter 1
Survei Penjualan Eceran
Maret- 2011
* Angka Proyeksi
Pada Maret 2011 indeks penjualan riil tercatat sebesar 138,21 atau meningkat tipis sebesar 0,42% (mtm). Peningkatan terjadi pada 4 kelompok barang yaitu kelompok Kendaraan dan Suku Cadang, kelompok Makanan dan Tembakau, kelompok farmasi dan Kosmetik dan kelompok Perlengkapan Tulis. Komoditas yang penjualannya mengalami kenaikan indeks tertinggi adalah kelompok Kendaraan dan Suku Cadang.
Perkiraan penjualan riil di bulan April 2011 masih menunjukkan adanya kenaikan meskipun relatif tipis yaitu dengan indeks sebesar 139,06 atau naik 0,61% yang dipicu meningkatnya penjualan pada kelompok barang Perlengkapan Rumah Tangga.
Tekanan terhadap harga umum pada 3 dan 6 bulan yang akan datang diperkirakan naik masing-masing sebesar 4,45 poin dan 15,56 poin dengan indeks ekspektasi 154,45 dan 152,23.
Perkembangan Penjualan Riil
Secara umum, indeks penjualan pada 4 kelompok barang mengalami
pertumbuhan positif sehingga total penjualan meningkat tipis sebesar 0,42%
(mtm) dibandingkan dengan periode survei sebelumnya. Naiknya indeks
penjualan riil terjadi pada kelompok barang Kendaraan dan Suku Cadang sebesar
32,37% diikuti oleh kelompok Perlengkapan Tulis (19,20%), kelompok Makanan
dan Tembakau (14,69%) dan kelompok Farmasi dan Kosmetik (8,16%).
Sementara itu, 5 kelompok komoditi lainnya mengalami penurunan indeks
penjualan riil yaitu kelompok Pakaian dan Perlengkapannya (-24,47%), kelompok
Barang Kerajinan dan Mainan (-21,55%), kelompok Perlengkapan Rumah Tangga
(-13,62%), kelompok Bahan Konstruksi (-10,38%) dan kelompok Bahan Bakar
Minyak (-3,01%).
I II III IV I II III IV Jan Feb Mar Apr*)
1 Bahan Konstruksi 168.66 189.74 163.88 155.85 179.14 196.88 208.66 171.16 183.43 165.21 148.06 148.19
2 Kendaraan & Suku Cadang 188.42 201.17 307.75 257.80 269.44 296.34 316.35 301.27 312.34 256.07 338.97 341.06
3 Perlengkapan Rumah Tangga 158.45 168.61 194.05 206.45 223.64 202.79 220.71 202.94 164.54 170.75 147.50 155.50
4 Barang Kerajinan & Mainan 113.48 97.83 144.89 150.80 188.35 188.30 169.73 198.99 121.84 136.50 107.09 107.03
5 Makanan & Tembakau 38.52 71.37 77.27 68.21 64.71 60.17 50.71 52.23 61.59 62.57 71.76 73.64
6 Pakaian & Perlengkapannya 127.76 154.73 168.11 162.26 178.75 206.77 177.38 199.51 144.31 146.78 110.86 111.12
7 Farmasi & Kosmetik 35.52 64.58 45.22 43.48 71.64 79.26 73.51 100.75 79.95 60.33 65.25 64.70
8 Bahan Bakar Minyak 139.37 126.77 145.64 139.58 117.37 134.49 136.60 137.57 144.10 145.03 140.66 140.99
9 Perlengkapan Tulis 197.30 201.99 178.59 176.88 116.13 81.75 80.40 88.32 95.82 95.43 113.75 109.28
129.72 141.87 158.38 151.26 156.57 160.75 159.34 161.41 145.33 137.63 138.21 139.06
2010
Rata-rata
No Kelompok Barang2009 2011
Tabel 1
Indeks Penjualan Eceran
SURVEI PENJUALAN ECERAN
Penjualan Riil mengalami pertumbuhan positif (mtm)
Metodologi
Survei Penjualan Eceran (SPE) dilaksanakan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan PDRB dari sisi konsumsi swasta. SPE merupakan survei yang dilaksanakan terhadap sekitar 90 pengecer sebagai responden (purposive sampling) di kota Yogyakarta. Responden dikelompokkan berdasarkan 9 Klasifikasi Lapangan Usaha Industri (KLUI) tahun 1997 dan hasil survei disajikan dalam bentuk indeks riil. Survei sampai dengan akhir 2010 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2011 dilakukan secara bulanan
Tim Ekonomi Moneter 2
Survei Penjualan Eceran
Kelompok barang yang mengalami kenaikan indeks penjualan riil
tertinggi adalah kelompok Kendaraan dan Suku Cadang sebesar 32,37%.
Naiknya indeks pada kelompok barang ini diakibatkan oleh meningkatnya jumlah
kendaraan bermotor yang dimiliki masyarakat sehingga meningkatkan kebutuhan
penggantian suku cadang kendaraan.
Indeks penjualan eceran kelompok barang Perlengkapan Tulis pada bulan
Maret 2011 meningkat dari 95,43 menjadi 113,75 atau naik 19,20%.
Peningkatan permintaan terjadi di sektor pendidikan baik dari lembaga
pemerintah maupun swasta. Seiring semakin dekatnya ujian akhir sekolah,
banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi
tes ujian akhir sehingga meningkatkan permintaan terhadap kelompok barang
Perlengkapan Tulis.
Kelompok lain yang mengalami peningkatan indeks penjualan adalah
kelompok Makanan dan Tembakau sebesar 14,69%. Kenaikan ini disebabkan
olehkenaikan permintaan pada barang volatile food seperti beras, gula dan
minyak goreng.
Indeks penjualan eceran pada kelompok barang Farmasi dan Kosmetik
naik sebesar 8,16% yang dipicu oleh kenaikan penjualan pada sub kelompok
farmasi. Adanya perubahan cuaca menyebabkan gangguan kesehatan sehingga
meningkatkan permintaan barang farmasi.
Di sisi lain, indeks penjualan pada kelompok Pakaian dan
Perlengkapannya justru mengalami penurunan yaitu sebesar 24,55%. Penurunan
terbesar disebabkan turunnya indeks penjualan pada sub kelompok alas kaki dan
perlengkapannya.
Indeks kelompok barang Kerajinan dan Mainan turun sebesar 21,55%
yang disebabkan belum stabilnya permintaan barang Kerajinan dan Mainan anak.
Setelah sempat naik ada bulan Februari 2011, indeks penjualan kelompok ini
I II III IV I II III IV Jan Feb Mar
1 Bahan Konstruksi 104.83 108.70 61.07 25.16 6.22 3.77 27.32 9.82 7.17 (9.93) (10.38)
2 Kendaraan & Suku Cadang 42.66 34.52 108.60 66.16 43.00 47.31 2.79 16.86 3.67 (18.01) 32.37
3 Perlengkapan Rumah Tangga109.56 96.52 83.76 116.12 41.14 20.27 13.74 (1.70) (18.92) 3.77 (13.62)
4 Barang Kerajinan & Mainan (49.84) (64.26) (50.84) 17.22 65.97 92.48 17.15 31.96 (38.77) 12.03 (21.55)
5 Makanan & Tembakau (6.52) (49.36) (42.00) (40.28) 68.01 (15.70) (34.38) (23.44) 17.93 1.59 14.69
6 Pakaian & Perlengkapannya 15.79 95.88 104.01 95.08 39.91 33.63 5.51 22.96 (27.67) 1.71 (24.47)
7 Farmasi & Kosmetik (30.02) 37.66 10.64 4.13 101.69 22.74 62.54 131.73 (20.64) (24.55) 8.16
8 Bahan Bakar Minyak 26.73 38.84 42.68 11.32 (15.79) 6.09 (6.20) (1.44) 4.75 0.65 (3.01)
9 Perlengkapan Tulis 141.62 117.05 21.46 7.28 (41.14) (59.53) (54.98) (50.07) 8.49 (0.41) 19.20
28.27 21.46 23.39 31.75 20.70 13.31 0.61 6.72 (9.97) (5.30) 0.42
2009 (yoy) 2010 (yoy)
Pertumbuhan Penjualan Riil (%)
2011 (mtm)
Tabel 2
Indeks Total
No Kelompok Barang
Tim Ekonomi Moneter 3
Survei Penjualan Eceran
kembali turun pada bulan Maret 2011. Penyumbang terbesar turunnya indeks
pada kelompok barang ini adalah turunnya penjualan pada sub kelompok Barang
Kerajinan dan Seni.
Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga mengalami penurunan indeks
penjualan eceran sebesar 13,62% dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Sub kelompok barang Perlengkapan Rumah Tangga yang turun cukup signifikan
adalah mebel, elektronik audio dan elektronik non audio. Tingginya harga-harga
bahan makanan menyebabkan daya beli konsumen untuk kebutuhan sekunder
berkurang sehingga permintaan terhadap kelompok barang ini mengalami
penurunan.
Indeks penjualan eceran kelompok bahan Konstruksi turun sebesar
10,38% yang disebabkan turunnya indeks penjualan eceran sub kelompok bahan
konstruksi dari kayu. Naiknya harga semen juga menyebabkan sedikit
menurunnya permintaan pada kelompok barang ini.
Indeks penjualan eceran kelompok barang Bahan Bakar Minyak turun
tipis sebesar 3,01%. Turunnya indeks pada kelompok barang ini lebih dipicu
turunnya penjualan sub kelompok minyak tanah karena sebagian besar
masyarakat sudah beralih menggunakan LPG, khususnya LPG ukuran 3 kg untuk
kebutuhan memasak sehari-hari.
Grafik 1 Pertumbuhan Indeks Riil Penjualan Eceran
Berdasarkan Kelompok Industri
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4*
2008 2009 2010 2011
Indeks Penjualan Riil
Pertumbuhan Penjualan Riil …
%Indeks
Catatan: Survei sampai dengan 2010 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2011 dilakukan secara bulanan
Tim Ekonomi Moneter 4
Survei Penjualan Eceran
Ekspektasi Total Penjualan
Responden memperkirakan bahwa penjualan pada 3 maupun 6 bulan ke
depan masih dalam range optimis. Penjualan untuk 3 bulan ke depan
diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 6,66 poin dengan indeks 117,77,
sementara untuk penjualan 6 bulan ke depan diperkirakan masih relatif stabil
dengan indeks sebesar 134,44.
Perkiraan Harga Umum dan Suku Bunga Kredit
Tekanan terhadap harga pada 3 bulan dan 6 bulan mendatang
diperkirakan meningkat, tercermin dari naiknya indeks harga masing-masing
sebesar 4,45 poin dan 15,56 poin sehingga indeks berada pada level 154,45 dan
152,23.
Suku bunga kredit baik pada 3 bulan maupun 6 bulan mendatang
diperkirakan masih mengalami penurunan masing-masing sebesar 3,34 poin dan
16,67 poin dengan indeks 87,77 dan 76,66.
Keterangan: Indeks Ekspektasi Harga Umum dan Suku Bunga Kredit dihitung dari Balance Score (Net Balance +
100). Indeks di atas 100 artinya harga umum dan suku bunga diekspektasikan akan meningkat, demikian pula sebaliknya.\
I II III IV I II III IV Jan Feb Mar
3 bulan yad 147.37 119.64 156.86 152.00 137.78 153.34 121.11 151.12 151.12 150.00 154.45
166.67 150.00 160.78 154.00 142.23 128.88 114.44 161.11 140.00 136.67 152.23
77.19 83.93 90.20 98.00 87.78 112.22 93.34 83.32 94.45 91.11 87.77
89.47 85.71 101.96 98.00 97.78 110.01 95.55 91.11 104.45 93.33 76.66
Tabel 3
Ekspektasi Harga Umum
6 bulan yad
Ekspektasi Suku Bunga Kredit
Indeks Ekspektasi Pedagang mengenai Harga secara Umum danSuku Bunga Kredit
2011
3 bulan yad
6 bulan yad
2009 2010Variabel
Tekanan harga umum baik pada 3 bulan
maupun harga pada 6 bulan mendatang
diperkirakan meningkat
Diperkirakan suku bunga kredit untuk 3 dan 6
bulan ke depan turun
Penjualan pada 3 dan 6 bulan ke depan masih
dalam range optimis
Tim Ekonomi Moneter 5
Survei Penjualan Eceran
Grafik 2 Ekspektasi Pedagang mengenai Harga secara Umum
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
120.00
125.00
130.00
135.00
140.00
145.00
150.00
155.00
160.00
165.00
Des Jan Feb Mar
2010 2011
Ekspektasi 3 bln yad
Ekspektasi 6 bln yad
Inflasi Aktual (ytd)Indeks %
Tim Ekonomi Moneter 1
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Metodologi
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejak triwulan I 1993 terhadap 160 perusahaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan atau pengisian kuesioner langsung oleh responden. Metode perhitungan dilakukan dengan metode bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang
penghitungan saldo bersih kegiatan usaha, harga jual dan penggunaan tenaga kerja dilakukan dengan metode Saldo Bersih Tertimbang (SBT-weighted net balance) yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.
Menurut responden survei, kegiatan usaha pada Triwulan I-2011 masih
mengalami kontraksi usaha, namun mulai membaik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) tercatat negatif 5,17%.
Kontraksi usaha terjadi pada 3 sektor usaha dengan faktor penyebab utama
terkait bencana alam erupsi Merapi yang dirasa masih mempunyai dampak
lanjutan yang mempengaruhi kondisi permintaan usaha termasuk belum
pulihnya jumlah kunjungan wisata. Selain itu, kondisi lahan pertanian yang
masih tertutup material dan tingkat kesuburan tanah menurunkan jumlah
produksi pertanian yang masih belum kembali normal.
Namun, optimisme responden terhadap perkiraan kondisi kegiatan usaha
pada Triwulan II-2011 semakin membaik (SBT 32,67%). Kegiatan usaha akan
mengalami ekspansi pada 8 sektor usaha didukung oleh beberapa faktor
antara lain; perkiraan peningkatan permintaan ekspor pasca krisis negara
tujuan ekspor dan permintaan domestik didukung situasi pasar yang
membaik serta pemulihan keyakinan pasca Erupsi Merapi terhadap kondisi
pariwisata dan dunia usaha di DIY menjadi kunci optimisme responden.
Profil Responden
Pada triwulan I-2011 jumlah responden yang menjawab kuesioner adalah 162
responden, di atas jumlah responden yang ditentukan yaitu 160 responden. Dengan
demikian, response rate pada triwulan I-2011 sebesar 101,25%.
Grafik 1 Profil Responden SKDU
Pertanian19.14%
Pertambangan1.23%
Industri Pengolahan16.05%
Listrik, Gas & Air Bersih1.23%
Bangunan1.85%
Perdagangan, Hotel & Restoran27.16%
Pengangkutan & Komunikasi10.49%
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
13.58%
Jasa-jasa9.26%
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
Triwulan I -2011
Response Rate pada triwulan
I-2011 mencapai 101,25%
Tim Ekonomi Moneter 2
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Penyebaran responden pada triwulan laporan ini didominasi oleh empat sektor
penyumbang PDRB terbesar di DIY yaitu sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (44
responden); sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan & Kehutanan (31 responden); sektor
Industri Pengolahan (26 responden) dan sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
(22 responden) atau mewakili 75,93% dari total responden yang mengembalikan
kuesioner. Dominasi responden masih berada pada sektor Perdagangan, Hotel &
Restoran dan sektor Pertanian sejalan dengan karakter perekonomian DIY yang
utamanya ditopang oleh kedua sektor tersebut.
Kegiatan Usaha
Realisasi kegiatan usaha DIY pada triwulan I-2011 mengalami kontraksi usaha
melanjutkan tren penurunan yang terjadi sejak triwulan IV 2010. Kontraksi kegiatan
usaha SKDU di wilayah DIY tercermin pada angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar
-5,67%. Namun demikian, kondisi ini sedikit lebih baik jika dibandingkan periode survei
sebelumnya (SBT -14,50%). Kontraksi usaha saat ini masih terjadi pada 4 sektor, yaitu:
sektor Bangunan (SBT -3,40%), sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT -3,13%),
sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (SBT -1,26) dan sektor Pertanian,
Peternakan, Perikanan & Kehutanan (SBT -0,73%). Kontraksi kegiatan usaha di berbagai
sektor tersebut disebabkan Erupsi Merapi yang dirasa masih mempunyai dampak
lanjutan sehingga mempengaruhi kondisi permintaan usaha termasuk belum pulihnya
jumlah kunjungan wisata. Selain itu, kondisi lahan pertanian yang masih tertutup
material dan tingkat kesuburan tanah menurunkan jumlah produksi pertanian yang
masih belum kembali normal.
Meskipun kegiatan usaha pada beberapa sektor utama pendukung
perekonomian DIY mengalami kontraksi, terdapat 3 sektor yang masih menunjukkan
ekspansi yaitu; sektor Industri Pengolahan (2,31%), sektor Pengangkutan & Komunikasi
(0,62%) dan sektor Listrik, Gas, & Air Bersih (0,42%). Disamping itu, terdapat 2 sektor
yang mengalami stagnasi yaitu sektor Pertambangan dan Sektor Jasa-jasa (SBT 0%).
Menurut responden, ekspansi pada sektor Industri Pengolahan didorong oleh permintaan
ekspor yang sudah mulai kembali pulih pasca krisis di AS dan Eropa sebagai negara
tujuan utama eksportir DIY, adanya beberapa long weekend mendukung naiknya
permintaan dalam negeri dan adanya penambahan kapasitas produksi. Sedangkan 2
sektor yang mengalami stagnasi lebih diakibatkan karena faktor belum dimulainya masa
liburan panjang pada sektor Jasa-jasa dan keterbatasan lahan usaha pada sektor
Pertambangan.
Hasil survei triwulan I-2011, responden SKDU di Provinsi DIY menyatakan tetap
optimis dalam memandang kondisi kegiatan dunia usaha ke depan. Hal ini tercermin dari
nilai SBT 32,67%, meningkat sebesar 6,84% dibandingkan perkiraan pada triwulan
sebelumnya.
Realisasi kegiatan usaha pada triwulan I-2011
mengalami kontraksi usaha
Kondisi perkiraan kegiatan usaha pada triwulan II-2011
masih ekspansif
Tim Ekonomi Moneter 3
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Perkiraan terus meningkatnya permintaan luar negeri (ekspor) pasca
membaiknya pasar negara tujuan ekspor (AS dan Eropa) dan peningkatan permintaan
dalam negeri yang ditopang sektor pariwisata dan pertanian pasca erupsi Merapi yang
terus membaik menjadi tumpuan optimisme para responden. Selain itu, peningkatan
juga didorong oleh perbaikan kualitas barang/jasa yang dihasilkan serta peningkatan
kapasitas usaha.
Sektor-sektor yang berpotensi menjadi kontributor peningkatan kegiatan usaha
ke depan yaitu sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan & Kehutanan (SBT 9,54%),
sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 7,24%), sektor Pengangkutan & Komunikasi
(5,60%), sektor Industri Pengolahan (3,92%), sektor sektor Keuangan, Persewaan &
Jasa Perusahaan (SBT 3,88%), sektor Jasa-jasa (SBT 1,35%), sektor Pertambangan (SBT
0,72%) dan sektor Listrik, Gas & Air Bersih (0,42%).
Grafik 2 Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha
Harga Jual
Harga jual produk/jasa pada triwulan I-2011 menurut responden secara umum
meningkat, tercermin dari SBT 6,51% dengan peningkatan yang jauh lebih kecil
dibandingkan dengan triwulan IV-2010 (SBT 21,20%). Kontributor kenaikan harga jual
tersebut berasal dari 6 (enam) sektor usaha, yaitu sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
(SBT 3,09%), sektor Industri Pengolahan (SBT 1,42%), sektor Pengangkutan &
Komunikasi (SBT 1,16%), sektor Jasa-jasa (SBT 0,81%), sektor Pertambangan (SBT
0,72%) dan sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (SBT 0,61%). Menurut
responden, alasan pemicu kenaikan harga tersebut antara lain adalah adanya jumlah
varian maupun kualitas produk yan bertambah, kelangkaan barang pasca Erupsi Merapi,
kenaikan biaya bahan baku/material produksi dan kenaikan biaya promosi. Adanya
beberapa long weekend juga memicu kenaikan harga di sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran menyesuaikan dengan meningkatnya permintaan.
11.23
25.83 32.67
8.63
23.84
17.27
-3.32
8.73
13.08
4.27
-24.98
-8.00 -7.87
9.55
-6.74
10.88 11.23
(14.50)
(5.17)
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011
Perkiraan Realisasi
Harga Jual pada triwulan I-2011 secara umum
mengalami kenaikan
Tim Ekonomi Moneter 4
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Harga jual produk/jasa pada triwulan II-2011 diperkirakan meningkat tercermin
dari nilai SBT 9,03%, lebih tinggi dibandingkan perkiraan harga pada triwulan
sebelumnya (SBT 6,45%). Perkiraan kenaikan harga jual tersebut terbesar terjadi pada
sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 2,95%), sektor Pengangkutan & Komunikasi
(SBT 2,85%), sektor Industri Pengolahan (SBT 2,30%), sektor Keuangan, Persewaan &
JasaPerusahaan (SBT 0,86%) dan sektor Jasa-jasa (SBT 0,81%) .
Grafik 3 Realisasi dan Perkiraan Harga Jual
Penggunaan Tenaga Kerja
Kontraksi kegiatan dunia usaha pada triwulan I-2011, diikuti dengan penurunan
penggunaan tenaga kerja yang tercermin dari nilai SBT yang negatif (SBT -4,54%), sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya (SBT -4,09%). Keadaan
ini dipicu oleh turunnya penggunaan tenaga kerja pada sektor Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan (SBT -2,84%), sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
(SBT -2,72%), dan sektor Pengangkutan & Komunikasi (SBT -0,09%). Menurut
responden, faktor utama yang mendorong penurunan penggunaan tenaga kerja adalah
belum pulihnya kegiatan di sektor-sektor tersebut pasca Erupsi Merapi terutama di sektor
Pertanian dan Perikanan yang sebagian besar lahan produksinya masih tertutup material
Merapi sehingga banyak tenaga kerja yang kehilangan sumber mata pencaharian sehari-
hari.
Para pelaku usaha memperkirakan penggunaan tenaga kerja akan mengalami
peningkatan pada triwulan II-2011, tercermin dari nilai SBT yang positif sebesar 11,65%
yang tumbuh lebih tinggi dari perkiraan periode sebelumnya (SBT 7,26%). Hal ini
didorong oleh perkiraan meningkatnya penggunaan tenaga kerja pada 6 sektor, yaitu
sektor Industri pengolahan (SBT 3,23%), sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan &
Kehutanan (SBT 2,51%), sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 2,22%), sektor
5.11
18.08
4.88
19.41
13.2
24.5
10.21
1.77
8.257.05
19.41
9.24
-0.42
26.8
21.20
6.51
11.44
6.45
9.03
-5
0
5
10
15
20
25
30
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011
SBT (%)
Realisasi Perkiraan
Penggunaan tenaga kerja triwulan I-2011
menunjukkan penurunan seiring masih terjadinya
kontraksi kegiatan usaha
Harga jual diperkirakan tetap meningkat pada
triwulan II-2011
Penggunaan tenaga kerja pada triwulan II-2011
diperkirakan akan mengalami peningkatan
Tim Ekonomi Moneter 5
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Pengangkutan & Komunikasi (SBT 2,14%), sektor Jasa-jasa (SBT 0,81%), dan sektor
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (SBT 0,38%). Responden menyatakan alasan
kenaikan tersebut dikarenakan adanya rencana peningkatan kapasitas produksi serta
perkiraan naiknya permintaan luar negeri seiring dengan pemulihan ekonomi negara
tujuan ekspor, permintaan dalam negeri dan adanya rencana rekruitmen karyawan baru.
Grafik 4
Realisasi dan Perkiraan Penggunaan Tenaga Kerja
Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi terpakai pada 4 sektor yang disurvei di triwulan I-2011
menunjukkan kondisi yang menggembirakan, ditunjukkan dengan prosentase kapasitas
terpakai sebesar 80,41%, jauh lebih baik dibandingkan kondisi pada triwulan IV-2010
(64,63%).
Grafik 5 Penggunaan Kapasitas Produksi
0.62-0.36
0.89-0.45
-5.20-6.10
0.12
-3.97 -3.72
-7.81
7.44
2.62
1.14
2.26
-4.09 -4.54
7.26
11.65
-14
-9
-4
1
6
11
16
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011
SBT (%)
Realisasi Perkiraan
72.7
65.18
79.54
80.98
76.171.14
75.41
60.31
78.1972.63
79.8980.35
74.61
65.4764.63
80.41
40
50
60
70
80
90
100
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Kapasitas Terpakai (%)
Kapasitas produksi mengalami peningkatan
pada triwulan I-2011 tercatat 80,41%
Tim Ekonomi Moneter 6
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Walaupun secara umum kegiatan dunia usaha mengalami kontraksi usaha,
namun kinerja 4 sektor tersebut menunjukkan tren yang positif. Sektor yang
berkontribusi positif atas kenaikan kapasitas terpakai ini adalah sektor Listrik, Gas & Air
Bersih (96,50%), sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan & Kehutanan (85,66%) dan
sektor Industri Pengolahan (76,04%). Menurut responden, pada sektor pertanian
kapasitas terpakai naik karena berkurangnya total luas lahan produksi karena tertimbun
material Erupsi Merapi, sedangkan pada sektor Industri Pengolahan peningkatan
kapasitas murni disebabkan naiknya permintaan jumlah produksi terutama permintaan
barang ekspor.
Kondisi Keuangan
Pada triwulan I-2011, kondisi keuangan responden mengalami pertumbuhan
yang positif tercermin dari nilai SB 34,57%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (SB
31,10%). Kontribusi pertumbuhan kondisi keuangan berasal dari sektor Keuangan,
Persewaan & Jasa Perusahaan (SB 45,45%), sektor Pengangkutan & Komunikasi (SB
41,08%), sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SB 38,64%), sektor Pertanian,
Peternakan, Perikanan & Kehutanan (SB 35,48%), sektor Jasa-jasa (SB 33,33%) dan
sektor Industri Pengolahan (SB 19,23%).
Grafik 6 Perkembangan Kondisi Keuangan
Akses Kredit
Pada triwulan I-2011 responden menyatakan bahwa akses kredit ke Perbankan
semakin mudah terbukti dengan naiknya nilai SB yang signifikan dari -12,50% menjadi
35,71%. Menurut responden kondisi ini dipengaruhi adanya kewajiban pengumuman
dasar penetapan suku bunga bagi bank, sehingga para pelaku usaha mempunyai akses
yang lebih luas dalam memilih bank karena perbankan makin kompetitif dalam
menawarkan kreditnya.
18.13
23.13
18.52
14.4816.88 17.09
22.44
10.83
20.6522.29
33.94
38.92 37.42
42.33
31.10
34.57
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
SB (%)
Kondisi keuangan para pelaku usaha pada triwulan
I-2011 tumbuh positif
Akses kredit perbankan pada triwulan I-2011 jauh lebih
mudah
Tim Ekonomi Moneter 7
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 7 Perkembangan Akses Kredit
Situasi Bisnis
Pada triwulan I-2011, optimisme responden dalam memandang situasi bisnis
meningkat signifikan tercermin dari nilai SB 21,60%, jauh lebih baik dari triwulan
sebelumnya (SB 4,27%). Kenaikan optimisme secara signifikan terjadi pada sektor
keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan nilai SB 40,91%, diikuti oleh sektor
Pengangkutan dan Komunikasi (SB 35,29%), sektor Jasa-Jasa (SB 33,33%), dan sektor
Industri Pengolahan (SB 26,92%). Faktor utama yang mendukung membaiknya situasi
bisnis adalah naiknya permintaan domestik terutama kenaikan permintaan perumahan,
kunjungan wisata dan permintaan produk ekspor dari negara-negara tujuan utama
ekspor DIY.
Responden memperkirakan situasi bisnis 6 bulan ke depan akan tumbuh
melambat. Kondisi ini ditunjukkan dengan nilai SB yang positif 54,94%, lebih rendah dari
perkiraan pada triwulan sebelumnya (SB 59,76%). Kontributor utama yang mendorong
menurunnya ekspektasi responden tersebut adalah perkiraan pertumbuhan negatif pada
sektor Industri Pengolahan (-16,92%), sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan (-19,99%), sektor Jasa-jasa (-18,18%), sektor Pengangkutan & Komunikasi (-
14,03%) dan sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan (-10,52%).
-15
11.76
45.45
25.00
16.67
21.43
0
-19.05
28.57
15.7913.16
0 0
15.15
-12.50
35.71
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
SB (%)
Optimisme responden dalam dalam menilai situasi bisnis pada triwulan I-2011 telah
pulih
Responden memperkirakan kondisi situasi bisnis
kedepan tumbuh melambat
Tim Ekonomi Moneter 8
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 8 Realisasi dan Perkiraan Situasi Bisnis
21.02
0
32.70
12.77
18.47
27.7424.84
10.3913.38
28.57
41.6136.53
37.4230.06
4.27
21.6
44.3
57.96 59.24
49.6847.17
39.44
43.9546.45
49.02
44.16 44.16
53.8947.85
49.08
59.76
54.94
0
10
20
30
40
50
60
70
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011
Realisasi PerkiraanSB %
II
P R P R P R P R P R P R P R P R P R P
1 Pertanian 3.03 3.18 3.09 5.53 6.41 0.29 5.14 5.29 2.96 3.19 6.26 0.82 3.76 -1.29 4.37 -2.95 5.91 -0.73 9.54
2 Pertambangan - - 0.00 -0.48 - -0.48 - 0.00 0.00 0.00 0.96 0.00 0.00 0.00 -0.48 0.00 0.48 0.00 0.72
3 Industri Pengolahan (2.91) (1.40) -0.69 0.77 1.53 -0.07 1.72 0.01 1.53 0.15 4.22 1.29 2.48 2.10 2.42 -0.66 3.34 2.31 3.92
4 Listrik, Gas & Air Bersih - 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.00 0.00 0.42 0.42
5 Bangunan - (6.81) 0.00 -6.81 -3.40 -3.40 - 2.55 2.55 -6.81 3.40 0.00 0.00 0.00 0.00 -6.81 0.00 -3.40 0.00
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 2.13 (7.86) 1.55 -6.93 9.05 2.65 3.90 0.68 8.69 -1.54 8.07 1.58 5.42 4.21 3.66 -6.29 7.95 -3.13 7.24
7 Pengangkutan & Komunikasi (0.27) (9.53) -5.66 -4.80 1.55 -4.78 -0.75 -3.96 1.47 -3.41 2.53 4.21 6.87 3.10 0.67 -2.66 4.65 0.62 5.60
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0.69 (2.52) 0.78 4.65 0.92 -2.62 4.40 4.07 -0.45 0.75 5.29 2.56 4.04 3.23 5.54 4.87 1.34 -1.26 3.88
9 Jasa-jasa 0.47 (0.47) 2.03 -0.36 0.27 0.13 1.39 0.49 1.97 0.51 1.01 0.00 1.19 -0.54 1.35 0.00 2.16 0.00 1.35
3.14 (24.98) 1.51 -8.00 16.75 -7.87 16.23 9.55 19.14 -6.74 32.17 10.88 24.18 11.23 17.94 -14.50 25.83 -5.17 32.67
Tabel 1Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha DIY
(%,SBT)
III IV
2011
I
Seluruh Sektor
No Sektor
2009
IVI II IIII
2010
II
Tim Ekonomi Moneter 1
Survei Harga Properti Residensial
Triwulan I - 2011
Survei Harga Properti Residensial triwulan I-2011 mengindikasikan terjadi kenaikan tipis harga baik secara triwulanan maupun tahunan masing-masing sebesar 0,57% dan 1,72%.
Kenaikan harga secara triwulanan ini lebih disebabkan naiknya harga pada rumah tipe menengah sebesar 0,81%, kemudian diikuti kenaikan harga rumah tipe kecil 0,61% dan rumah tipe besar 0,29%.
Dana internal perusahaan khususnya yang bersumber dari modal disetor menjadi sumber utama pembiayaan properti residensial (36,58%), diikuti oleh pinjaman bank (25,87%), dana nasabah (19,63%) dan sisanya adalah dana dari pinjaman Lembaga Keuangan Non Bank (11,47%) dan lainnya (6,45%). Persentase penggunaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) oleh konsumen (64,49%) dengan tingkat suku bunga pada kisaran 8,8% - 13,5%, dan sebagian besar nasabah dikenakan bunga sebesar 12%.
Perkembangan Harga Properti Residensial
Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di kota Yogyakarta menunjukkan bahwa indeks harga properti residensial pada triwulan I-2011 baik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy) mengalami peningkatan tipis sebesar 0,57% dan 1,72%. Secara triwulanan (qtq), indeks harga naik 0,57% yang disebabkan oleh naiknya harga bahan bangunan, biaya perizinan yang semakin mahal, kenaikan upah pekerja, kenaikan harga BBM dan adanya penambahan fasilitas rumah.
-7.0
-5.0
-3.0
-1.0
1.0
3.0
5.0
7.0
162
164
166
168
170
172
174
176
178
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2008 2009 2010 2011
%indeks
Grafik 1Perkembangan IHPR DIY
IHPR % QTQ % YOY
`
SURVEI HARGA
PROPERTI RESIDENSIAL
Metodologi
Survei Harga Properti Residensial (SHPR) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejak triwulan I-1999 terhadap beberapa pengembang proyek perumahan (developer) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden mencakup 48 pengembang.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung (face to face) mencakup data harga jual rumah, jumlah unit rumah yang dibangun dan dijual pada triwulan bersangkutan serta prakiraan harga jual rumah dalam triwulan berikutnya. Pengolahan data dilakukan dengan metode rata-rata sederhana atas harga rumah pada tiap tipe bangunan rumah, yang terdiri dari tipe kecil (luas bangunan s.d 36m2) , tipe menengah (luas bangunan >36m2 s.d 70m2) dan tipe besar (luas bangunan > 70m2), selanjutnya Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) dihitung dengan metode indeks berantai sederhana.
Secara umum indeks harga properti residensial meningkat baik secara triwulanan maupun tahunan masing-masing sebesar 0,57% dan 1,72%
Tim Ekonomi Moneter 2
Survei Harga Properti Residensial
Berdasarkan tipe rumah, secara triwulanan kenaikan indeks ini disebabkan oleh naiknya harga pada semua jenis tipe rumah khususnya tipe menengah 0,81%, diikuti tipe kecil 0,61% dan tipe besar 0,29%.
Secara tahunan (yoy), indeks harga properti residensial juga mengalami kenaikan (1,72%) dibandingkan dengan indeks pada periode survei tahun sebelumnya. Berdasarkan tipe rumah, naiknya indeks ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga rumah tipe menengah sebesar 2,32%, diikuti oleh naiknya harga rumah tipe kecil 1,44% dan harga rumah tipe besar naik 1,39%.
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
184
186
188
190
192
194
196
198
200
202
204
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2008 2009 2010 2011
%indeks
Grafik 2Perkembangan IHPR Rumah Tipe Kecil
IHPR % QTQ % YOY
`
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
146
148
150
152
154
156
158
160
162
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2008 2009 2010 2011
%indeks
Grafik 3Perkembangan IHPR Rumah Tipe Menengah
IHPR % QTQ % YOY
` `
Tim Ekonomi Moneter 3
Survei Harga Properti Residensial
Perkiraan Triwulan II - 2011
Untuk Triwulan II-2011, indeks harga properti residensial baik secara triwulanan maupun tahunan diperkirakan mengalami peningkatan relatif tipis yaitu masing-masing 0,30% (qtq) dan 1,41% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pada triwulan sebelumnya.
Dibandingkan dengan indeks harga sub kelompok biaya tempat tinggal
IHK-BPS, kenaikan indeks harga properti residensial menunjukkan indikasi dan arah yang sama. Indeks harga sub kelompok biaya tempat tinggal pada triwulan I 2011 tercatat 123,88 tumbuh 0,52%, sementara indeks harga properti residensial tumbuh sebesar 0,57%.
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
145
150
155
160
165
170
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011
%indeks
Grafik 4Perkembangan IHPR Rumah Tipe Besar
IHPR % QTQ % YOY
`
-33.00
-23.00
-13.00
-3.00
7.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011
%
Grafik 5Perkembangan IHPR dan Indeks Biaya Tempat Tinggal (q-t-q)
Perubahan IHPR (qtq) Perubahan Indeks Biaya Tempat Tinggal (qtq)
IHPR menunjukkan indikasi dan arah yang sama dengan indeks harga sub kelompok
biaya tempat tinggal IHK-BPS
Peningkatan harga diperkirakan akan terjadi pada triwulan I I-
2011 baik qtq dan yoy, walaupun relatif tipis
Tim Ekonomi Moneter 4
Survei Harga Properti Residensial
Penawaran dan Permintaan Properti Residensial Triwulan IV-2010
Sebagaimana survei triwulan sebelumnya, hasil survei pada triwulan I-2011 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan penawaran maupun permintaan properti residensial untuk semua jenis rumah relatif sama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perkembangan penawaran dan permintaan properti yang relatif stabil ini diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan II-2011.
Pembiayaan Properti Residensial
Pembiayaan properti residensial pada triwulan I-2011 sebagian besar bersumber dari dana internal perusahaan dengan sumber utama adalah dari modal disetor (36,58%), diikuti oleh pinjaman bank (25,87%), dana nasabah (19,63%) dan sisanya adalah dana dari pinjaman Lembaga Keuangan Non Bank (11,47%) serta lainnya (6,45%). Sementara itu, untuk pembelian properti residensial, sebagian besar konsumen memanfaatkan KPR bank (64,49%) dengan tingkat suku bunga mayoritas sebesar 12% (range antara 8,8% - 13,5%), diikuti oleh cash bertahap (52,17%) dan sebagian kecil dilakukan dalam bentuk cash keras/tunai (13,04%).
Dana internal perusahaan dan pinjaman dari bank menjadi
sumber utama pembiayaan properti, sementara transaksi
pembelian konsumen sebagian besar menggunakan
pembiayaan melalui KPR
Permintaan dan penawaran properti residensial triwulan
I -2011 relatif sama dibandingkan triwulan
sebelumnya. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan
II -2011
Tim Ekonomi Moneter 5
Survei Harga Properti Residensial
Kecil Menengah Besar Total Kecil Menengah Besar Total
I-2007 0.90 0.28 0.04 0.41 29.88 12.58 15.12 19.05 II-2007 2.09 2.26 3.22 2.52 30.51 13.83 18.62 20.88 III-2007 0.81 (0.07) 0.20 0.31 16.89 7.96 10.90 11.90 IV-2007 0.85 0.83 (0.13) 0.51 4.73 3.32 3.33 3.79 I-2008 1.47 1.26 0.44 1.05 5.32 4.32 3.74 4.46 II-2008 1.66 1.80 1.51 1.65 4.87 3.85 2.02 3.58 III-2008 0.47 0.29 0.12 0.29 4.51 4.23 1.93 3.55 IV-2008 0.42 0.18 0.16 0.25 4.07 3.56 2.23 3.28 I-2009 0.69 0.33 0.57 0.53 3.26 2.61 2.37 2.75 II-2009 0.16 0.24 0.41 0.27 1.74 1.04 1.26 1.35 III-2009 0.30 0.07 0.15 0.18 1.57 0.83 1.30 1.23 IV-2009 0.06 0.29 0.07 0.14 1.21 0.94 1.21 1.12 I-2010 0.36 0.24 0.34 0.31 0.88 0.84 0.97 0.89 II-2010 0.38 0.83 0.62 0.61 1.10 1.43 1.18 1.24 III-2010 0.41 0.55 0.13 0.36 1.21 1.92 1.16 1.43 IV-2010 0.03 0.11 0.34 0.16 1.18 1.73 1.43 1.45 I-2011 0.61 0.81 0.29 0.57 1.44 2.32 1.39 1.72
II*-2011 0.49 0.32 0.10 0.30 1.55 1.80 0.87 1.41 Keterangan : Kecil s.d. 36 m2
Menengah 36-70 m2
Besar diatas 70 m2
* Angka Perkiraan
Tabel 1
Perubahan Indeks Harga Properti Residensial DIY
TriwulananPerubahan Triwulanan Perubahan Tahunan
I-2007 180.62 144.78 154.90 159.71 II-2007 184.39 148.05 159.88 163.74 III-2007 185.89 147.94 160.20 164.25 IV-2007 187.47 149.16 159.99 165.09 I-2008 190.22 151.04 160.69 166.84 II-2008 193.37 153.75 163.11 169.59 III-2008 194.27 154.19 163.30 170.08 IV-2008 195.09 154.47 163.56 170.51 I-2009 196.43 154.98 164.50 171.42 II-2009 196.73 155.35 165.16 171.88 III-2009 197.33 155.47 165.42 172.18 IV-2009 197.44 155.92 165.53 172.42 I-2010 198.15 156.29 166.09 172.95 II-2010 198.90 157.58 167.12 174.00 III-2010 199.71 158.45 167.34 174.63 IV-2010 199.78 158.63 167.91 174.91 I-2011 201.00 159.91 168.40 175.92
II*-2011 201.98 160.42 168.57 176.45 Keterangan : Kecil s.d. 36 m2
Menengah 36-70 m2
Besar diatas 70 m2
* Angka Perkiraan
Tabel 2
Indeks Harga Properti Residensial DIY
TriwulanTIPE
Kecil Menengah Besar Total