Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa … · Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota...

115
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011 YOGYAKARTA

Transcript of Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa … · Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota...

Laporan Perkembangan PerekonomianDaerah Istimewa Yogyakarta

Triwulan I-2011

YOGYAKARTA

VISI BANK INDONESIA“Menjadi Bank Sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan

nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

MISI BANK INDONESIA“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter

dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan”

NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA“Kompetensi - Integritas - Transparansi - Akuntabilitas - Kebersamaan.”

VISI KANTOR BANK INDONESIA“Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran

dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.”

MISI KANTOR BANK INDONESIA“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem

pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga

terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.”

...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakanekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasiberdasarkan hasil kajian yang akurat...

(Salah satu dari lima tugas pokok Kantor Bank Indonesia)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

iv Kata Pengantar

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Bank Indonesia Yogyakarta

Kelompok Kajian Ekonomi

Jl. P. Senopati No.4-6, Yogyakarta

Telp.0274-377755 Fax.0274-371707

Softcopy laporan ini dapat diunduh pada menu Data Informasi Bank Indonesia (DIBI)

pada website Bank Indonesia: http://www.bi.go.id

vIndikator Terpilih

Indikator Terpilih

2011I II III IV I II III IV I

PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 5.045 4.832 5.094 5.093 5.230 5.071 5.453 5.288 5.455 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,15 4,80 2,59 6,28 3,67 4,94 7,04 3,84 4,31 Laju Inflasi Tahunan (yoy%) 7,91 4,50 3,22 2,93 3,35 4,93 5,98 7,38 7,53Sumber : BPS DIY, diolah

I n d i k a t o r2009 2010

2011I II III IV I II III IV I

Bank Umum Total Aset (miliar Rp) 19.703 19.993 21.356 22.587 23.643 24.059 24.477 26.737 26.615 DPK (miliar Rp) 17.502 18.039 19.132 19.679 20.022 21.119 21.464 22.919 23.274 - Giro (miliar Rp) 2.949 2.863 3.144 2.798 3.219 3.226 3.076 3.100 3.501 - Tabungan (miliar Rp) 8.365 8.765 9.058 10.029 9.541 10.120 10.746 11.795 11.665 - Deposito (miliar Rp) 6.188 6.411 6.930 6.852 7.262 7.773 7.642 8.024 8.108 Kredit - berdasarkan lokasi kantor (miliar Rp) 9.300 9.584 9.767 10.162 10.883 11.253 11.675 12.708 13.111 - Modal Kerja 3.931 4.002 3.912 4.010 3.995 4.167 4.586 4.879 4.950 - Investasi 1.171 1.217 1.323 1.360 1.598 1.638 1.537 2.033 2.113 - Konsumsi 4.197 4.365 4.532 4.792 5.290 5.449 5.552 5.796 6.048 Loan to Deposit Ratio (%) 53,13 53,13 51,05 51,64 54,35 53,28 54,39 55,45 56,33 NPL Kredit - berdasarkan lokasi kantor - Gross (%) 2,50 3,50 3,99 2,86 3,05 3,09 3,04 2,68 2,81

Bank Perkreditan Rakyat Total Aset (miliar Rp) 1.735 1.803 1.832 1.985 2.084 2.172 2.293 2.453 2.520 DPK (miliar Rp) 1.230 1.262 1.304 1.354 1.424 1.454 1.519 1.605 1.644 - Tabungan (miliar Rp) 395 399 409 450 440 437 452 510 493 - Deposito (miliar Rp) 834 863 896 904 984 1.017 1.066 1.095 1.151 Kredit (miliar Rp) 1.374 1.445 1.519 1.561 1.654 1.743 1.830 1.872 1.933 - Modal Kerja 569 600 618 632 677 724 754 736 757 - Investasi 120 121 123 126 138 180 190 184 194 - Konsumsi 685 725 778 803 838 839 887 953 981 Loan to Deposit Ratio (%) 111,72 114,48 116,48 115,27 116,16 119,92 120,50 116,66 117,54 NPL Gross (%) 7,36 6,90 6,86 5,46 6,40 6,20 6,42 5,79 6,82

I n d i k a t o r2009 2010

2011I II III IV I II III IV I

Indeks Harga Konsumen 113,99 114,12 116,29 116,64 117,81 119,75 123,24 125,25 126,68 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 7,91 4,50 3,22 2,93 3,35 4,93 5,98 7,38 7,53 PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 5.045 4.832 5.094 5.093 5.230 5.071 5.453 5.288 5.455 - Pertanian 1.202 751 923 766 1.171 722 951 773 1.142 - Penggalian 32 33 36 38 33 34 36 36 39 - Industri Pengolahan 636 651 668 657 667 695 716 716 679 - Listrik, Gas dan Air Bersih 44 47 47 47 47 48 49 49 48 - Konstruksi 419 443 484 578 426 475 519 620 442 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 984 1.019 1.080 1.079 1.045 1.110 1.168 1.050 1.068 - Pengangkutan dan Komunikasi 495 521 553 559 525 557 585 578 578 - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 456 469 478 500 486 484 527 556 573 - Jasa-jasa 778 898 825 869 830 944 901 910 887 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,15 4,80 2,59 6,28 3,67 4,94 7,04 3,84 4,31 Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) 41,98 62,11 Volume Ekspor Nonmigas (juta kg) 198,84 240,48 Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 24,37 27,86 Volume Impor Nonmigas (juta kg) 4,06 4,87 Sumber : BPS DIY, DSM Bank Indonesia, diolah

2010I n d i k a t o r

2009

Halaman ini sengaja dikosongkan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

viiKata Pengantar

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena atas rahmat dan karunia-

Nya, Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011 yang

sebelumnya diterbitkan dengan judul Kajian Ekonomi Regional (KER) Daerah Istimewa

Yogyakarta, dapat hadir di tangan pembaca. Laporan ini yang kami buat dengan format baru,

selain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan pihak ekstern (external stakeholders) terhadap informasi perkembangan

ekonomi regional, maupun perkembangan moneter, perbankan dan sistem pembayaran, serta

informasi beberapa hasil survei yang kami lakukan.

Tidaklah berlebihan kiranya, apabila kami sampaikan bahwa Laporan Perkembangan

Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan salah satu publikasi dengan informasi

yang relatif lengkap mengenai indikasi makro perekonomian suatu daerah. Di samping itu,

laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Dinas

terkait atau stakeholders lainnya dalam mengambil kebijakan.

Sehubungan dengan hal tersebut, atas nama Bank Indonesia Yogyakarta, pada

kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Kami menyadari bahwa

masih terdapat beberapa pihak yang belum sepenuhnya memiliki persepsi yang sama mengenai

pentingnya informasi/data ekonomi daerah, terbukti dari masih dijumpainya kendala dalam

survei-survei yang kami lakukan maupun terlambatnya penyampaian data yang kami perlukan.

Oleh karena itu kami berharap agar hubungan yang lebih baik dapat terjalin di masa mendatang.

Terlepas dari hal itu, kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih

meningkatkan kualitas kajian ini, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar.

Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan

memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mengupayakan hasil kerja yang lebih baik.

Yogyakarta, Mei 2011

BANK INDONESIA YOGYAKARTA

Dewi Setyowati

Pemimpin

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

viii

Daftar Isi

Daftar Isi

INDIKATOR TERPILIH ..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xi

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. xii

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. 1

BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI ................................................................. 5

1. Sisi Permintaan .............................................................................................. 5

1.1 Konsumsi ................................................................................................ 6

1.2 Investasi ................................................................................................. 7

1.3 Kegiatan Ekspor Impor ............................................................................ 9

2. Sisi Penawaran .............................................................................................. 11

2.1. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................ 12

2.2. Sektor Jasa-Jasa ..................................................................................... 13

2.3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .................................................... 14

2.4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran ............................................... 15

2.5. Sektor Bangunan .................................................................................... 16

2.6. Sektor Industri Pengolahan ..................................................................... 17

2.7. Sektor Penggalian .................................................................................. 18

2.8. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ........................................................... 19

2.9. Sektor Pertanian ..................................................................................... 19

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ................................................................................. 21

1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 22

2. Inflasi Triwulanan ........................................................................................... 24

3. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 25

4. Inflasi Inti dan Non Inti ................................................................................... 26

5. Inflasi Kota-Kota Tetangga ............................................................................. 27

Boks:

Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota Yogyakarta ..................................... 28

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN .......................................................................... 31

1. Aset .............................................................................................................. 31

2. Intermediasi Perbankan ................................................................................. 31

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

ix

Daftar Isi

Daftar Isi

3. Penghimpunan Dana ..................................................................................... 32

4. Penyaluran Kredit .......................................................................................... 34

5. Stabilitas Sistem Perbankan ........................................................................... 35

5.1. Risiko Kredit ........................................................................................... 35

5.2. Risiko Likuiditas ...................................................................................... 37

6. Perbankan Syariah ......................................................................................... 37

6.1. Aset Perbankan Syariah .......................................................................... 37

6.2. Intermediasi Perbankan Syariah .............................................................. 38

6.3. Penghimpunan Dana .............................................................................. 38

6.4. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan ...................................................... 38

7. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ........................................................ 39

6.1. Aset Perbankan Syariah .......................................................................... 39

6.2. Penghimpunan Dana .............................................................................. 39

6.3. Penyaluran dan Kualitas Kredit ............................................................... 39

6.4. Fungsi Intermediasi ................................................................................. 40

Boks:

Peranan Perbankan dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Bencana Merapi .......... 41

BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .......................................................... 43

1. Sistem Pembayaran Tunai ........................................................................... ... 43

1.1. Aliran Uang Masuk (Cash Inflow) & Aliran Uang Keluar (Cash Outflow) .. 44

1.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ................................................ 45

1.3. Penukaran Uang .................................................................................... 46

1.4. Temuan Uang Palsu ................................................................................ 46

2. Sistem Pembayaran Non tunai ....................................................................... 46

2.1. Transaksi Kliring ..................................................................................... 46

2.2. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) ............. 48

BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH .................................................................... 49

1. Pendapatan Gabungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota ................... 50

2. Belanja Daerah Pemerintah ........................................................................... 51

3. Sumber Pembiayaan Pemerintah ................................................................... 52

BAB 6 KETENAGAKERJAAN .......................................................................................... 53

1. Tenaga Kerja ................................................................................................. 53

2. Upah Minimum Propinsi ................................................................................ 55

3. Kemiskinan ................................................................................................... 55

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

x

Daftar Isi

Daftar Isi

BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ................................................... 57

1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 57

1.1. PDRB Sisi Permintaan ............................................................................. 58

1.2. PDRB Sisi Penawaran .............................................................................. 59

2. Perkiraan Inflasi ............................................................................................. 59

2.1. Perkiraan Inflasi Triwulanan dan Bulanan ................................................ 59

LAMPIRAN:

1. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan .................................... 62

2. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku ..................................... 63

3. Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta ...................................................... 64

4. Indikator Perbankan - Provinsi DIY ................................................................. 655. Indikator Bank Umum - Provinsi DIY............................................................... 67

6. Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul ..................................................... 68

7. Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul ............................................ 69

8. Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulon Progo ............................................ 709. Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman.................................................... 71

10. Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta ........................................................ 72

11. Indikator BPR - Provinsi DIY ............................................................................ 73

12. Indikator BPR - Kabupaten Bantul ................................................................... 7313. Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul ......................................................... 74

14. Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo ........................................................... 74

15. Indikator BPR - Kabupaten Sleman ................................................................. 75

16. Indikator BPR - Kota Yogyakarta ..................................................................... 75

17. Realisasi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota................................................ 76

18. Laporan Survei Konsumen

19. Laporan Survei Penjualan Eceran

20. Laporan Survei Kegiatan Dunia Usaha

21. Laporan Survei Harga Properti Residensial

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

xi

Daftar Tabel

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan. .............................................................. 5

Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran ............................................................... 12

Tabel 1.3. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang ....................... 17

Tabel 1.4. Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran ............................................................... 20

Tabel 2.1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 22

Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan ........................................................................................... 25

Tabel 2.3. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 26

Tabel 3.1. Indikator Perbankan ...................................................................................... 31

Tabel 3.2. Indikator Perbankan Syariah .......................................................................... 37

Tabel 3.3. Indikator Bank Perkreditan Rakyat ................................................................. 39

Tabel 4.1. Indikator Sistem Pembayaran Tunai ............................................................... 43

Tabel 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ........................................................ 45

Tabel 4.3. Penukaran Uang Pecahan Kecil ..................................................................... 45

Tabel 4.4. Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan ............................................................. 46

Tabel 4.5. Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai ........................................................ 47

Tabel 5.1. Realisasi APBD - Sisi Penerimaan ................................................................... 50

Tabel 5.2. Realisasi APBD - Sisi Belanja .......................................................................... 51

Tabel 5.3. Realisasi APBD - Sisi Pembiayaan ................................................................... 52

Tabel 6.1. Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama .......................... 54

Tabel 6.2. Indikator Status Ketenagakerjaan .................................................................. 55

Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Permintaan) ........................................ 58

Tabel 7.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran) ......................................... 58

Tabel 7.3. Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................... 59

Tabel 7.4. Perkiraan Inflasi Bulanan ............................................................................... 60

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

xii

Daftar Grafik

Daftar Grafik

Grafik 1.1. Indeks Keyakinan Konsumen .......................................................................... 6

Grafik 1.2. Indeks Kondisi Saat ini .................................................................................... 6

Grafik 1.3. Indeks Ekspektasi Konsumen .......................................................................... 6

Grafik 1.4. Indeks Survei Penjualan Eceran ...................................................................... 6

Grafik 1.5. Perkembangan Jumlah Mobil di DIY ............................................................... 7

Grafik 1.6. Perkembangan Jumlah Sepeda Motor di DIY .................................................. 7

Grafik 1.7. Konsumsi Semen ............................................................................................ 7

Grafik 1.8. Perkembangan Nilai Tukar Petani ................................................................... 7

Grafik 1.9. Kredit Konsumsi Bank Umum ........................................................................ 8

Grafik 1.10 Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha .................................................................. 9

Grafik 1.11 Indeks Bahan Konstruksi ................................................................................ 9

Grafik 1.12 Pertumbuhan Kredit Investasi ......................................................................... 9

Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor DIY ................................................................ 10

Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor DIY .................................................................... 10

Grafik 1.15 Volume Ekspor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas ................................ 10

Grafik 1.16 Nilai Ekspor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas ..................................... 10

Grafik 1.17 Perkembangan Volume Impor DIY ................................................................. 11

Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Impor DIY ...................................................................... 11

Grafik 1.19 Volume Impor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas .................................. 11

Grafik 1.20 Nilai Impor DIY Tahun 2010 Berdasarkan Komoditas ...................................... 11

Grafik 1.21 Perkembangan Kredit dan NPLs Bank Umum ................................................. 13

Grafik 1.22 Perkembangan Aset dan DPK Bank Umum .................................................... 13

Grafik 1.23 Outstanding Kredit Sektor Jasa ....................................................................... 13

Grafik 1.24 Arus Penumpang Adisutjipto .......................................................................... 14

Grafik 1.25 Arus Penumpang Kereta Api .......................................................................... 14

Grafik 1.26 Outstanding Kredit Sektor Transportasi ........................................................... 14

Grafik 1.27 Perkembangan Wisnu .................................................................................... 15

Grafik 1.28 Perkembangan Wisman ................................................................................. 15

Grafik 1.29 Tingkat Hunian Hotel ..................................................................................... 15

Grafik 1.30 Outstanding Kredit Sektor PHR....................................................................... 15

Grafik 1.31 Outstanding Kredit Sektor Bangunan .............................................................. 16

Grafik 1.32 Outstanding Kredit Sektor Industri Pengolahan ............................................... 18

Grafik 1.33 Outstanding Kredit Sektor Penggalian ............................................................ 18

Grafik 1.34 Outstanding Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ..................................... 19

Grafik 1.35 Outstanding Kredit Sektor Pertanian............................................................... 20

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

xiii

Daftar Grafik

Daftar Grafik

Grafik 2.1. Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................................... 21

Grafik 2.2. Inflasi Kota Yogyakarta Nasional ..................................................................... 21

Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Barang (yoy) ........................................................................ 23

Grafik 2.4. Andil Kelompok Barang (yoy) .......................................................................... 23

Grafik 2.5. Perkembangan Harga Bawang Merah Merah & Bawang Putih ........................ 23

Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beras .......................................................................... 23

Grafik 2.7. Inflasi Kelompok Barang (qtq) ......................................................................... 24

Grafik 2.8. Andil Kelompok Barang (qtq) .......................................................................... 24

Grafik 2.9. Ekspektasi Harga 3 Bulan Yad ........................................................................ 26

Grafik 2.10. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ................................................................ 26

Grafik 2.11. Inflasi Kota-Kota Tetangga Triwulan IV - 2010 ............................................... 27

Grafik 3.1. LDR DIY ......................................................................................................... 32

Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional ........................................................................................ 32

Grafik 3.3. DPK Perbankan .............................................................................................. 32

Grafik 3.4. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan .................................................................... 32

Grafik 3.5. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan ....................................................... 33

Grafik 3.6. Komposisi DPK Perbankan .............................................................................. 33

Grafik 3.7. Kredit Perbankan ........................................................................................... 34

Grafik 3.8. Kredit Modal Kerja ......................................................................................... 34

Grafik 3.9. Kredit Investasi ............................................................................................... 34

Grafik 3.10. Kredit Konsumsi ........................................................................................... 34

Grafik 3.11. Kredit Bank Umum Sektor Ekonomi Utama .................................................. 35

Grafik 3.12. Kredit Sektor Ekonomi Lainnya ..................................................................... 35

Grafik 3.13. Non Performing Loans DIY ............................................................................ 36

Grafik 3.14. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan ........................................................ 36

Grafik 3.15. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama ................................................... 36

Grafik 3.16. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Lainnya .................................................. 36

Grafik 4.1. Aliran Kas dan PTTB ....................................................................................... 44

Grafik 4.2. Transaksi Kliring ............................................................................................. 47

Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS ........................................................................................... 47

Grafik 6.1. Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY ..................... 53

Grafik 6.2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY ............................................. 56

Grafik 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi DIY ............................................................. 57

Grafik 7.2. Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................... 57

Halaman ini sengaja dikosongkan

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Triwulan I-2011

(yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan juga triwulan yang

sama pada tahun sebelumnya. Perekonomian DIY tumbuh sebesar 4,31% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV-2010 (3,84%) dan triwulan I-2010 (3,67%). Di sisi permintaan,

sumber pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi antara

lain dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang tercermin dari peningkatan

Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih positif dan peningkatan pendapatan masyarakat karena

peningkatan aktivitas di sisi sektoral (nilai tambah). Di sisi penawaran, pertumbuhan didorong

oleh peningkatan kinerja sektor Keuangan Persewaan dan Jasa perusahaan; Jasa-jasa; dan

sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sedangkan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran;

dan sektor Industi pertumbuhannya relatif rendah, setelah pada triwulan-triwulan sebelumnya

tumbuh cukup tinggi. Sementara itu, sektor Pertanian pertumbuhannya sedikit melambat

karena produktivitas tanaman padi yang sedikit menurun dan untuk tanaman di luar padi juga

dipengaruhi oleh luas lahan yang turun.

Tekanan inflasi kota Yogyakarta pada triwulan I-2011 sedikit melemah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan laporan 1,14%

(qtq) dibandingkan 1,63% (qtq) pada triwulan IV-2010. Faktor yang mempengaruhi

inflasi pada triwulan dimaksud terutama disebabkan cukup inflasi pada kelompok Makanan

Jadi, Rokok dan Tembakau yang mengalami kenaikan sebesar 2,79% (qtq); kelompok

Kesehatan 3,00% (qtq); dan kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (0,74%)

. Adapun, faktor yang mempengaruhi tekanan inflasi agak melemah adalah pasokan bahan

makanan yang relatif baik, tekanan permintaan yang relatif tidak terlalu kuat, dan nilai tukar

yang menguat. Sedangkan sumber pendorong kenaikan inflasi antara lain adalah kenaikan

harga obat-obatan, kenaikan harga emas dunia, dan kenaikan harga beberpa komoditas

makanan jadi. Secara tahunan inflasi pada kuartal I mencapai 7,53% (yoy) lebih tinggi

dibanding triwulan IV sebesar 7,38%.

Cukup tingginya laju pertumbuhan ekonomi DIY memberikan dampak positif

pada peningkatan kegiatan perbankan di DIY pada triwulan I-2011. Secara tahunan,

aset dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di DIY tumbuh masing-masing 13,35%

dan 16,28%. Penyaluran kredit perbankan DIY tumbuh 22,07%(yoy) sehingga Loan to

Deposit Ratio (LDR) perbankan DIY menjadi 60,37% (yoy) naik dibandingkan dengan triwulan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

2

Ringkasan Eksekutif

sebelumnya 59,45%(yoy). Sementara itu, kegiatan perbankan syariah tumbuh lebih pesat, aset

tumbuh 15,66% (yoy), penghimpunan dana tumbuh 39,90%(yoy) dan pembiayaan tumbuh

42,24%. Secara keseluruhan kinerja perbankan di DIY masih cukup baik, tercermin pada NPLs

yang sebesar 3,69%.

Perkembangan transaksi pembayaran tunai dan non tunai pada triwulan I-2011

relatif normal. Rata-rata net cash inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp198 miliar,

naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat net cash outflow sebesar Rp4 miliar,

yang mengindikasikan uang tunai mulai kembali ke perbankan pasca libur akhir tahun 2010.

Secara keseluruhan posisi kas di BI mencapai Rp805 miliar, meningkat dari triwulan

sebelumnya (Rp546 miliar). Nilai nominal transaksi RTGS dan transaksi kliring kembali pada

pola normalnya. Rata-rata net incoming RTGS per bulan Rp644 miliar, turun dari triwulan

sebelumnya Rp4.797 miliar. Sedangkan rata-rata nilai nominal transaksi harian kliring sebesar

Rp33 miliar, meningkat dari triwulan IV-2010 (Rp30 miliar). Sedangkan, temuan uang palsu

pada triwulan laporan sebesar Rp15,23 juta, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

sebesar Rp152,86 juta.

Kinerja gabungan keuangan pemerintah Pemerintah Daerah se-DIY (tidak

termasuk Kab. Kulonprogo) sampai dengan triwulan I-2011 cukup baik. Realisasi di sisi

penerimaan mencapai 26,53% atau sebesar Rp1.322 miliar terutama bersumber dari realisasi

Dana Perimbangan 28,64% dan Pendapatan Asli daerah (PAD) 24,32%. Sementara itu di sisi

belanja daerah terealisasi sebesar 12,98% atau sebesar Rp706 miliar, dengan realisasi terbesar

pada belanja tidak langsung sebesar 16,79%. Lebih besarnya realisasi sisi penerimaan

dibanding sisi belanja, mengakibatkan neraca APBD pada posisi akhir triwulan I-2011 masih

surplus Rp693 miliar. Sedangkan realisasi pembiayaan netto mencapai sebesar Rp77 miliar.

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2011 menunjukkan

bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 72,11%, meningkat

dibandingkan keadaan pada Februari 2010 (71,41%). Tingkat pengangguran Terbuka

di Provinsi DIY pada Februari 2011 sekitar 5,47%. Diantara penduduk yang bekerja, ,

penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu (setengah pengangguran) mendekati

24% dari orang yang bekerja. Berdasarkan jenis pekerjaannya, sekitar 56,4% tenaga kerja

tersebut bekerja pada sektor informal dengan porsi terbesar adalah pekerja di sektor pertanian

(24,3%). Sementara itu, tingkat kemiskinan di Provinsi DIY pada Maret 2010 adalah sebesar

16,83%, turun 0,40% jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2009 (17,23%).

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

3

Ringkasan Eksekutif

Perkembangan ekonomi DIY pada triwulan II-2011 diperkirakan tumbuh lebih

cepat dibandingkan triwulan I-2011. Perusahaan diperkirakan akan menggenjot produksi

untuk menjaga kecukupan stok sebagai antisipasi kemungkinan peningkatan permintaan

yang diperkirakan meningkat sejalan dengan libur anak sekolah. Sektor-sektor unggulan

seperti PHR, Jasa-jasa dan Pengangkutan & Komunikasi memasuki liburan sekolah kinerjanya

akan lebih optimal. Disamping itu, produksi di sektor pertanian diperkirakan cukup bagus dan

panen raya masih berlangsung. Dengan kondisi tersebut, perekonomian DIY pada triwulan II-

2011 diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 5,17%+1% (yoy). Sementara itu, tekanan

inflasi pada triwulan II-2011 masih relatif rendah walaupun adanya tekanan dari sisi

permintaan terkait dengan rencana kenaikan gaji dan pembayaran rapel PNS di bulan Mei

2011. Inflasi pada triwulan II-2011 diperkirakan 6,33±1%(yoy), lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya (7,53%).

4

Halaman ini sengaja dikosongkan

5

Bab 1 Perkembangan Makroekonomi

Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Triwulan I-2011

(yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan juga triwulan yang

sama pada tahun sebelumnya. Perekonomian DIY tumbuh sebesar 4,31% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV-2010 (3,84%) dan triwulan I-2010 (3,67%). Di sisi permintaan,

sumber pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi antara

lain dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang tercermin dari peningkatan

Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih positif dan peningkatan pendapatan masyarakat karena

peningkatan aktivitas di sisi sektoral (nilai tambah). Di sisi penawaran, pertumbuhan didorong

oleh peningkatan kinerja sektor Keuangan Persewaan dan Jasa perusahaan; Jasa-jasa; dan

sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sedangkan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran;

dan sektor Industi pertumbuhannya relatif rendah, setelah pada triwulan-triwulan sebelumnya

tumbuh cukup tinggi. Sementara itu, sektor Pertanian pertumbuhannya sedikit melambat

karena produktivitas tanaman padi yang sedikit menurun dan untuk tanaman di luar padi juga

dipengaruhi oleh luas lahan yang turun.

SISI PERMINTAAN

Perekonomian DIY pada triwulan I-2011 tumbuh 4,31% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,84% dan triwulan yang sama

tahun sebelumnya sebesar 3,67% (Tabel 1.1). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh

peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi. Sementara itu, kegiatan ekspor produk

dari DIY pada triwulan I-2011 meningkat, searah dengan perekonomian dunia dan nasional

yang terus menunjukkan perbaikan.

yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyAndil

(yoy)qtq

Andil

(qtq)Pangsa Nilai

1 Konsumsi Rumah Tangga 7.12 1.65 7.36 1.78 6.47 4.36 8.17 0.18 8.05 3.67 1.54 0.74 47.23 2,576

2 Konsumsi Pemerintah 5.98 -14.95 5.10 18.76 0.79 -11.17 -0.11 11.33 2.12 0.39 -13.05 -2.77 17.87 975

3 Investasi (PMTB) 7.13 -22.11 5.04 5.82 2.20 7.95 0.48 12.92 3.55 0.84 -19.73 -5.96 23.51 1,282

4 Lainnya -14.39 1773.01 -18.51 -69.33 50.12 149.20 -7.49 -93.54 -4.75 -0.59 1828.48 11.15 11.40 622

3.67 2.70 4.94 -3.04 7.04 7.53 3.84 -3.02 4.31 4.31 3.16 3.16 100.00 5,455

Keterangan:

1) PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (miliar Rp).

*) Angka sementara.

**) Angka sangat sementara.

Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.

2011

Tabel 1.1

Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan

I**II III IV*

2010

Total

No Jenis PenggunaanI

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

6

Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi

Sedangkan perdagangan antar daerah DIY diperkirakan masih akan mengalami defisit,

mengingat basis produksi barang yang dikonsumsi di DIY sebagian besar berlokasi di luar DIY.

Secara keseluruhan pada pos ekspor-impor ini, defisit menurun.

Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga pada triwulan I-2011 tumbuh 8,05% (yoy), sedikit turun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (8,17%) tetapi lebih baik dibandingkan

dengan triwulan I-2010 (7,12%). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan konsumsi

rumah tangga adalah pendapatan masyarakat yang relatif membaik, dan juga dukungan

pembiayaan yang masih tinggi sejalan dengan relatif masih kondusifnya tingkat suku bunga.

Konsumsi rumah tangga memberikan andil 3,67% bagi pertumbuhan ekonomi DIY triwulan I-

2011. Dari sisi pemerintah, belanja konsumsi pemerintah tumbuh 2,12% dengan andil 0,39%.

0

20

40

60

80

100

120

140

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011

%

gPDRB Konsumsi IKK(rhs)

Grafik 1.1 Indeks Keyakinan Konsumen (SK BI)

0

20

40

60

80

100

120

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011

%

gPDRB Konsumsi IKE(rhs)

Grafik 1.2 Indeks Kondisi Saat Ini (SK BI)

0

20

40

60

80

100

120

140

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011

%

gPDRB Konsumsi IEK(rhs)

Grafik 1.3 Indeks Ekspektasi Konsumen (SK BI)

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

I II III IV I II

2009 2010

%

gPDRB Konsumsi Indeks Penjualan Riil (rhs)

Grafik 1.4 Survei Penjualan Eceran BI

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

7

Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi

Pertumbuhan konsumsi masyarakat tersebut terindikasi oleh data hasil survei

dan juga data prompt indikator. Angka indeks hasil Survei Konsumen berada pada posisi

optimis, dan pertumbuhan indeks Survei Penjualan Eceran tumbuh positif dan trend-nya masih

meningkat. Survei penjualan eceran menunjukkan terdapatnya kecenderungan masyarakat

umum untuk menaikkan konsumsi terhadap hampir semua kelompok komoditi, khususnya

kelompok komoditas bahan konstruksi dari logam, alat tulis; bahan konstruksi dari tanah liat;

dan kelompok minuman (Grafik 1.1 s.d. 1.4).

Grafik 1.5 Perkembangan Jumlah Mobil di DIY

0

5

10

15

20

25

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

Chart T itle

gPDRB Konsumsi Rumah Tangga gM (rhs)

% (yoy) % (yoy)

Sumber : Ditlantas Polda DIY

0

2

4

6

8

10

12

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

% (yoy)% (yoy) Chart Title

gPDRB Konsumsi Rumah Tangga gSM (rhs)

Grafik 1.6 Perkembangan Jumlah Sepeda Motor di DIY

Sumber : Ditlantas Polda DIY

Grafik 1.7 Konsumsi Semen

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

10

20

30

40

50

60

70

80

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Chart Title

Konsumsi Semen gKonsumsi Semen (rhs)

%ton

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

102

104

106

108

110

112

114

116

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Nilai Tukar Petani

NTP gNTP(yoy,rhs)

Grafik 1.8 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sementara itu, data prompt konsumsi yang meningkat antara lain tercermin pada

peningkatan pembelian mobil dan kendaraan roda dua, dan juga penjualan semen.

Ketiga data prompt indikator konsumsi tersebut masih tumbuh positif, bahkan pembelian

mobil dan semen trend pertumbuhannya meningkat. Sedangkan indikator peningkatan

pendapatan antara lain tercermin pada angka NTP yang masih di atas batas angka normal,

dan pertumbuhannya juga positif. Indikator lain adalah, peningkatan aktifitas di sisi sektoral,

sebagaimana tercermin pada peningkatan nilai tambah pada beberapa sektor ekonomi utama.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

8

Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi

Disisi pembiayaan, dukungan dari lembaga pembiayaan juga masih tinggi.

Outstanding kredit konsumsi pada akhir bulan Maret 2011 mencapai Rp 6,75 triliun atau

tumbuh 15,04% (yoy). Peningkatan kredit konsumsi antara lain dipengaruhi oleh permintaan

kredit yang masih tinggi, suku bunga kredit yang relatif masih menarik, dan pemasaran yang

cukup agresif dari Bank mengingat resiko kredit konsumsi lebih terukur.

Grafik 1.9 Kredit Konsumsi Bank Umum

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0

5

10

15

20

25

30

35

40

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Chart Title

gPDRB Konsumsi gKK

% (yoy)% (yoy)

Investasi

Pada triwulan I-2011 investasi tumbuh 3,55% (yoy), naik dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya (0,48%). Ekspansi investasi pada triwulan ini, diduga terkait dengan

pembangunan beberapa proyek infrastruktur dan properti, termasuk hotel di DIY sejalan

dengan membaiknya perekonomian nasional dan DIY sendiri. Paska erupsi Merapi, DIY justru

semakin eksotis yang menjadi daya tarik bagi investor untuk mengembangkan kegiatan di

sektor PHR; Jasa-jasa; dan sektor Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan.

Perkembangan investasi di triwulan laporan terindikasi dari hasil survei SKDU

dan SPE. Indeks Saldo Bersih Tertimbang ekspektasi dunia usaha terhadap kegiatan usaha

maupun situasi bisnis (SKDU) dan indeks penjualan bahan konstruksi menunjukkan

peningkatan. Sementara itu, penjualan semen di DIY pada triwulan laporan juga melonjak,

yang mencerminkan investasi bangunan meningkat.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

9

Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV I*

2008 2009 2010 2011

Chart Title

Perkiraan Realisasi

%, SBT

Grafik 1.10 Ekspektasi Kegiatan Usaha

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011

Chart Title

Indeks Bahan Konstruksi SPE gPDRB Investasi (%, yoy/rhs)

Grafik 1.11 IndeksBahan Konstruksi

Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari kredit perbankan

meningkat paling tinggi. Pada akhir triwulan laporan, peningkatan kredit investasi yang

berlokasi di DIY mencapai 33,34% (yoy), lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan kredit

pada triwulan IV-2010 (19,53%). Outstanding kredit investasi sebesar Rp2,31 triliun.

0

10

20

30

40

50

60

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Chart Title

Kredit Investasi growth (yoy,rhs)

Grafik 1.12 Pertumbuhan Kredit Investasi

juta Rp %

Kegiatan Ekspor-Impor (Perdagangan Luar Negeri)

Kinerja ekspor dari DIY pada awal tahun 2011 (Januari-Februari) tumbuh positif,

namun sedikit lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

(Grafik 1.13 dan 1.14). Volume ekspor meningkat 11,04% dan nilai ekspor meningkat

14,0%. Adapun faktor yang mempengaruhi peningkatan ekspor agak rendah adalah relatif

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

10

Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi

lambatnya pertumbuhan permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama sejalan dengan

perbaikan perekonomian global yang masih belum optimal.

Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor DIY

(100)

(50)

-

50

100

150

200

250

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010 2011

VOLUME DAN NILAI EKSPOR DIY BERDASARKAN KOMODITAS

Volume gVolume (rhs)

ribu kg %

(100)

-

100

200

300

400

500

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010 2011

ribu US$ Chart Title

Nilai gNilai (rhs)

Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor DIY

%

Komoditas dengan volume ekspor terbesar pada periode Januari-Februari 2011

adalah Buah dan Sayur Mayur dan Furniture Sedangkan komoditas dengan nilai ekspor

terbesar adalah Pakaian (Clothing). Sementara itu, berdasarkan negara tujuan ekspor, maka

Amerika Serikat merupakan pasar yang terbesar (37%), diikuti Jerman (10%) dan Jepang

(6%).

29,86%

21,05%

16,81%

8,62%

23,67%

Fruits and Vegetables Furniture Non Metalic Minerals Clothing Others

Grafik 1.15 Komposisi Volume Ekspor DIY I-2011 (s.d. Februari) Berdasarkan Komoditas

51%

12%

11%

3%

22%

Clothing Furniture Misc. Manufactured Articles Wood and Cork Manufactures Others

Grafik 1.16 Komposisi Nilai Ekspor DIY Triwulan I-2011 (s.d. Februari) Berdasarkan Komoditas

Impor DIY dalam rangka perdagangan luar negeri tahun 2011 (Januari-Februari)

menurun volumenya namun meningkat volumenya dibandingkan dengan periode

waktu yang sama tahun sebelumnya (Grafik 1.18 dan 1.19). Nilai impor DIY pada

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

11

Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi

periode Januari-Februari 2011 sebesar US$4.627 juta, meningkat 24% dibandingkan periode

yang sama pada tahun 2010 (US$3.739 juta). Dari sisi volume, impor DIY sebesar 488 ton,

turun 36% dari perode yang sama tahun sebelumnya (760 ton).

(20.000)

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

-

100

200

300

400

500

600

700

800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010 2011

Volume gVolume (rhs)

ribu kg

Grafik 1.17 Perkembangan Volume Impor DIY

%

(500)

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010 2011

Chart Title

Nilai gNilai (rhs)

ribu US$ %

Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Impor DIY

Berdasarkan jenis barang yang diimpor, baik di sisi nilai maupun volumenya

masih didominasi oleh impor bahan baku. Komoditas dengan impor terbesar baik dari sisi

nilai maupun volume adalah tekstil dan produk tekstile Hal ini disebabkan oleh

ketergantungan industri tekstil di DIY pada bahan baku impor. Sementara itu, berdasarkan

Negara asalnya, maka impor DIY yang terbesar berasal dari Negara China dan Korea.

49%

28%

8%

15%

Textile Yarns, Fabric & Prod Plastic, Primary Form Wood, Lumber and Cork Others

Grafik 1.19 Komposisi Volume Impor DIY I-2011 (s.d. Februari) (Berdasarkan Komoditas

74%

8%

5%

13%

Textile Yarns, Fabric & Prod Crd. Animal & Vegetable Mat, Nes Misc. Manufactured Articles Others

Grafik 1.20 Komposisi Nilai Impor DIY I-2011 (s.d. Februari) (Berdasarkan Komoditas)

SISI PENAWARAN

Pertumbuhan disisi permintaan juga tercermin pada pertumbuhan di sisi

penawaran. Dipengaruhi oleh perbaikan perekonomian nasional dan kondusifnya

perekonomian DIY paska erupsi Merapi 2010, beberapa kegiatan ekonomi di sektor tersier,

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

12

Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi

yaitu: sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan; Sektor Jasa-jasa; dan sektor

Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh sangat pesat. Demikian juga, sektor pertambangan

(bahan galian) yang melonjak sejalan dengan melimpahnya sumber daya pasir. Sementara itu,

sektor PHR dan sektor industri pengolahan, setelah pada triwulan-triwulan sebelumnya

tumbuh tinggi, maka pada triwulan ini tetap tumbuh positif pada level yang relatif rendah.

Sedangkan di sektor Pertanian, dampak erupsi Merapi tampaknya belum sepenuhnya hilang

sehingga pertumbuhan di Sektor ini masih terkontraksi.

yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyAndil

(yoy)qtq

Andil

(qtq)Pangsa Nilai1

1 Pertanian -2,65 52,86 -3,82 -38,29 3,04 31,71 0,90 -18,78 -2,49 -0,56 47,72 6,97 20,92 1.142

2 Penggalian 4,26 -11,65 3,40 2,95 0,13 4,73 -3,49 1,31 15,60 0,10 5,82 0,04 0,71 39

3 Industri Pengolahan 4,87 1,53 6,71 4,20 7,25 3,06 9,10 0,07 1,79 0,23 -5,27 -0,71 12,44 679

4 Listrik, Gas & Air Bersih 7,94 0,43 1,40 0,62 2,38 1,97 4,56 1,48 1,16 0,01 -2,84 -0,03 0,88 48

5 Bangunan 1,86 -26,24 7,32 11,48 7,23 9,14 7,16 19,41 3,58 0,29 -28,70 -3,36 8,10 442

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,22 -3,14 8,95 6,26 8,17 5,23 -2,68 -10,14 2,23 0,45 1,75 0,35 19,58 1.068

7 Pengangkutan & Komunikasi 6,09 -6,15 6,92 6,22 5,75 4,99 3,42 -1,19 10,17 1,02 -0,02 0,00 10,60 578

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6,44 -2,95 3,29 -0,21 10,32 8,83 11,12 5,43 18,06 1,68 3,11 0,33 10,51 573

9 Jasa-jasa 6,79 -4,44 5,22 13,73 9,31 -4,55 4,67 0,90 6,86 1,09 -2,45 -0,42 16,26 887

3,67 2,70 4,94 -3,04 7,04 7,53 3,84 -3,02 4,31 4,31 3,16 3,16 100,00 5.455

Keterangan:

1) PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (miliar Rp).

*) Angka sementara.

**) Angka sangat sementara.

Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.

Total

No Sektor

Tabel 1.2

Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran

II

2011

IV*

2010

IIII I**

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan pada triwulan I 2011 tumbuh

18,06% (yoy), melonjak dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (6,44%)

dan juga triwulan IV-2010 (11,12%). Peningkatan laba perbankan terkait dengan

peningkatan intermediasi perbankan, peningkatan kegiatan jasa persewaan property, dan juga

jasa-jasa perusahaan menjadi factor penyebab nilai tambah di sektor ini meningkat.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

13

Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi

Grafik 1.21 Perkembangan Kredit dan NPL Bank Umum

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Chart Title

Kredit NPL (rhs)

miliar Rp. % (yoy)

0

5

10

15

20

25

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Aset DPK gAset gDPK

miliar Rp. % (yoy)

Grafik 1.22 Perkembangan Aset dan DPK Bank Umum

Sektor Jasa-Jasa

Pertumbuhan sektor Jasa-jasa pada triwulan I-2011 mencapai 6,86%(yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (4,67%). Faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan di sektor ini antara lain adalah peningkatan kegiatan di sub Sektor Jasa

Pemerintahan, sebagaimana tercermin pada tingginya konsumsi Pemerintah, dan juga

peningkatan kinerja subsektor jasa swasta terkait degan banyaknya event di triwulan I 2011.

Di sisi pembiayaan, kredit sektor jasa sedikit mengalami peningkatan baik dari

nilai maupun kualitas kredit. Outstanding kredit di sektor ini hingga Maret 2011 mencapai

Rp1.861 miliar, tumbuh 78,5%(yoy).

-20

0

20

40

60

80

100

120

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Chart Title

Kredit Jasa growth (rhs)

% (yoy)

Grafik 1.23 Outstanding Kredit Sektor Jasa

miliar Rp

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

14

Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan I-2001 tumbuh 10,17%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2010 (3,42%) dan juga triwulan I-

2010 (6,09%). Kinerja sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan mengalami

peningkatan yang tercermin pada perkembangan beberapa prompt indikator, khususnya

angkutan udara. Jumlah penumpang angkutan udara naik 3,7% (yoy) (Grafik 1.27).

Sedangkan jumlah penumpang kereta api pada triwulan I-2011, turun 2,24% (Grafik 1.28).

Penurunan jumlah penumpang ini disebabkan karena penerbangan dari dan ke DIY kembali

normal, pasca erupsi merapi, dan disisi lain normalnya penerbangan di bandara Adisutjipto

memberikan dampak yang kurang baik pada muatan arus penumpang kereta api.

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011

Datang Berangkat gDatang (yoy,rhs) gBerangkat (yoy,rhs)

orang %

Grafik 1.24 Arus Penumpang Adisutjipto

Sumber : BPS Provinsi DIY

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

800.000

900.000

II III IV I II III IV* I

2009 2010 2011

Penumpang Kereta growth (yoy, rhs)

orang %

Grafik 1.25 Penumpang Kereta Api

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011

Chart Title

Kredit Transportasi growth (rhs)

miliar Rp. % (yoy)

Grafik 1.26 Outstanding Kredit Sektor Transportasi

Sementara dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap

sektor ini meningkat tajam. Outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

15

Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi

bulan Maret 2011 tercatat sebesar Rp431,74 miliar, tumbuh 292,72% (yoy). Dengan

perkembangan tersebut NPL kredit sektor ini sebesar 1,61%.

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I-2011 mengalami

ekspansi 2,23% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (-2,68%), namun lebih

rendah jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (6.22%). Peningkatan

kinerja sektor PHR disebabkan oleh kembali normalnya kegiatan di sektor PHR paska erupsi

Merapi. Kegiatan MICE, pariwisata, dan kuliner (restoran) mulai kembali tumbuh, walaupun

belum setinggi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Mulai tumbuhnya sektor ini

terpantau dari beberapa prompt indikator, seperti perkembangan wistawan dan tingkat

hunian hotel yang pada triwulan IV 2010 turun, maka pada triwulan I 2011 mulai meningkat.

(50)

(40)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Chart Title

Wisnu Growth (yoy,rhs)

% (yoy)orang

Grafik 1.27 Perkembangan Wisnu

Sumber : BPS Provinsi DIY

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Chart Title

Wisman Growth (yoy,rhs)

orang % (yoy)

Keterangan :Sumber : BPS Provinsi DIY

Grafik 1.28 Perkembangan Wisman

0

10

20

30

40

50

60

70

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

% Chart Title

Bintang Non Bintang

Grafik 1.29 Tingkat Hunian Hotel

Sumber : BPS Provinsi DIY

-30

-20

-10

0

10

20

30

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Kredit PHR growth (rhs)

miliar Rp. % (yoy)

Grafik 1.30 Oustanding Kredit Sektor PHR

Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih tinggi.

Outstanding kredit lokasi yang disalurkan di sektor ini pada posisi akhir Maret 2011 mencapai

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

16

Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi

Rp2.680 miliar, atau tumbuh negatif sebesar -0,97% (yoy). Sementara itu, rasio NPL kredit

sektor ini mencapai 4,81% pada Triwulan I-2010.

Bangunan

Sektor Bangunan pada triwulan I-2011 tumbuh 3,58%(yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (7,16%) namun lebih tinggi

dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya (1,86%). Faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan di sektor bangunan adalah tingginya pembangunan properti,

seperti properti komersial, property hunian, dan juga hotel yang juga didukung oleh

pembiayaan bank, khususnya kepada konsumen. Salah satu indikator yang cukup kuat

mendukung perkembangan di sektor ini antara lain adalah peningkatan penjualan semen dan

penyaluran kredit sektor Bangunan.

Pembangunan proyek swasta dan pemerintah di DIY masih memberikan

kontribusi positif kinerja sektor Bangunan pada triwulan IV-2010. Beberapa proyek

yang sedang dilaksanakan antara lain pembangunan beberapa hotel di Kota Yogyakarta,

pembangunan flyover Jombor tahap 1, penyelesaian Pelabuhan Tanjung Adikarto,

pembangunan property komersial dan lainnya.

Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor Bangunan di

DIY relatif meningkat. Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan di DIY pada

posisi Maret 2011 sebesar 165,7 miliar, atau naik 11,58% (yoy).

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

-

50

100

150

200

250

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Kredit Bangunan growth (rhs)

miliar Rp. % (yoy)

Grafik 1.31 Outstanding Kredit Sektor Bangunan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

17

Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi

Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan pengolahan pada triwulan I tumbuh 1,79% (yoy),

lebih rendah dari triwulan sebelumnya (9,10%) dan triwulan I-2010 (4,87%). Faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan di sektor industri agak melambat antara lain karena di

awal tahun permintaan agak menurun sejalan dengan tahun anggaran baru yang hampir

sebagian isntitusi bisnis ataupun pemerintah, konsumsinya masih rendah. Namun demikian,

stok barang jadi diperkirakan naik.

2011

Tw II Tw III Tw IV Tw I

1. Makanan dan Minuman 1.31 1.34 -8.74 16.08

2. Tekstil -0.91 1.86 4.82 0.36

3. Pakaian jadi 5.16 2.2 14.22 6.13

4. Kulit dan Barang dari kulit na na -5.07 6.93

5. Plastik dan barang dari plastik na na -18.36 3.89

6. Penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman na na -8.34 -5.87

7. Mesin dan perlengkapannya na 2.16 6.93 -8.41

Industri Besar dan Sedang na na 6.50 12.26

Keterangan:

Triwulan IV sebagai triwulan dasar

No Kelompok Industri

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Tabel 1.3

Triwulan IV Tahun 2010 dan Triwulan I Tahun 2011 (dalam persen)

2010

Perlambatan kinerja di sektor industri juga diindikasikan oleh pertambatan

pertumbuhan pembiayaan perbankan. Outstanding kredit sektor Industri Pengolahan pada

posisi akhir bulan Maret 2011 berjumlah Rp718,7 miliar atau tumbuh melambat menjadi

2,3%(yoy).

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

18

Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi

-30

-20

-10

0

10

20

30

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Chart Title

Kredit Industri growth (rhs)

miliar Rp. % (yoy)

Grafik 1.32 Outstanding Kredit Industri Pengolahan

Sektor Penggalian

Kinerja sektor Penggalian pada triwulan I-2011 melesat, tumbuh 15,60% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-3,49%) dan triwulan yang

sama tahun sebelumnya (4,26%). Salah satu penyebabnya adalah produksi yang melimpah

penambangan pasir di lereng Merapi, paska letusan besar siklus 100 tahunan. Deposit yang

dimuntahkan dari Gunung Merapi diperkirakan mencapai 140 juta M3 yang terdiri dari pasir

dan bebatuan. Walaupun pertumbuhan di sektor ini melesat, namun demikian pembiayaan

Bank Umum ke sektor ini sampai dengan akhir bulan Maret 2011 hanya naik tipis (0,30%)

menjadi Rp8,78 miliar.

-40

-20

0

20

40

60

80

-

2

4

6

8

10

12

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Kredit Penggalian growth (rhs)

miliar Rp. % (yoy)

Grafik 1.33 Oustanding Kredit Sektor Penggalian

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

19

Bab 2 - Perkembangan Makro Ekonomi

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada triwulan laporan mengalami

peningkatan 1,16% (yoy), lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(4,56%) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya (7,94%). Sektor ini relatif tumbuh

lambat disebabkan kapasitas produksi yang dimiliki juga tidak ada penambahan yang

signifikan. Demikian juga, permintaannya relatif stabil. Dengan kondisi ini, nilai riil PDRB sektor

ini mencapai Rp47,94 miliar, dengan pangsa sebesar 0,92%.

0

100

200

300

400

500

600

0

10

20

30

40

50

60

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Chart Title

Listrik gListrik (rhs)

miliar Rp. % (yoy)

Grafik 1.34 Outstanding Kredit Sektor Listrik Gas dan Air Bersih

Sektor Pertanian

Pada triwulan laporan, kinerja sektor Pertanian tumbuh -2,49% (yoy), sedikit

meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (-2,65%).

Kontraksi nilai tambah di sektor Pertanian tersebut lebih disebabkan oleh penurunan

produktivitas beberapa komoditas pertanian (a.l. tanaman Padi), dan juga penurunan luas

lahan panen pada hampir semua komoditas palawija. Produktivitas agak turun, antara lain

terkait dengan benih, curah hujan yang tinggi, dan juga kerusakan sebagian tanggul karena

lahar dingin merapi.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

20

Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi

ton

No. Uraian 2010 (ASEM) 2011 (ARAM I) P'tumb1

1 Padi Sawah 646,816 646,498 -0.05

2 Padi Ladang 177,071 180,254 1.80

Padi 823,887 826,752 0.35

3 Jagung 345,576 302,263 -12.53

4 Kedelai 38,244 35,327 -7.63

5 Kacang Tanah 58,918 57,358 -2.65

6 Kacang Hijau 610 586 -3.93

7 Ubi Kayu 1,114,665 1,059,731 -4.93

8 Ubi Jalar 6,484 6,618 2.07

Keterangan:

1) %

Sumber : BPS Provinsi DIY

Produksi Padi dan Palawija di Provinsi DIY

Tabel 1.4

Di sisi pembiayaan, kredit yang berasal dari bank untuk sektor Pertanian relatif

rendah. Pembiayaan kredit bank umum pada posisi Maret 2011 Rp206,8 miliar. Relatif

rendahnya outstanding kredit di sektor pertanian ini antara lain dipengaruhi oleh skala usaha

per masing-masing petani yang relatif kecil sehingga sekala usahanya kurang ekonomis, disisi

lain resiko juga relatif tinggi.

(40)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

50

100

150

200

250

300

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Pertanian growth (rhs)

miliar Rp. % (yoy)

Grafik 1.35 Outstanding Kredit Sektor Pertanian

21

Bab 2 Perkembangan Inflasi

Tekanan inflasi kota Yogyakarta pada triwulan I-2011 sedikit melemah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan laporan 1,14% (qtq) dibandingkan 1,63%

(qtq) pada triwulan IV-2010. Faktor yang mempengaruhi inflasi pada triwulan dimaksud

terutama disebabkan cukup inflasi pada kelompok Makanan Jadi, Rokok dan Tembakau yang

mengalami kenaikan sebesar 2,79% (qtq); kelompok Kesehatan 3,00% (qtq); dan kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (0,74%) . Adapun, faktor yang mempengaruhi

tekanan inflasi agak melemah adalah pasokan bahan makanan yang relatif baik, tekanan

permintaan yang relatif tidak terlalu kuat, dan nilai tukar yang menguat. Sedangkan sumber

pendorong kenaikan inflasi antara lain adalah kenaikan harga obat-obatan, kenaikan harga

emas dunia, dan kenaikan harga beberpa komoditas makanan jadi. Secara tahunan inflasi

pada kuartal I mencapai 7,53% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan IV sebesar 7,38%.

Berdasarkan data yang ada, menunjukkan bahwa pola konsumsi penduduk kota

Yogyakarta agak berbeda dibandingkan dengan pola konsumsi penduduk di kota lain

di Pulau Jawa. Jika di kota Yogyakarta, porsi nilai konsumsi bahan makanan hanya sebesar

17,95% (Maret 2011), maka di kota lain lebih tinggi, yaitu Bandung (22,65%), Semarang

(23,71%), dan Solo (25,44%). Porsi nilai konsumsi tertinggi di kota Yogyakarta adalah

kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (27,70%), dan kelompok Makanan

Jadi, Rokok dan Tembakau (20,60%). Dengan pola konsumsi seperti ini, maka terdapat

kecenderungan pergerakan inflasi di kota Yogyakarta agak berbeda dengan kota lain di Jawa.

-2

0

2

4

6

8

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

mtm (%) yoy (%) ytd (%)Sumber: BPS DIY

Grafik 2.1 Inflasi Kota Yogyakarta

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Yogya (yoy) Nasional (yoy)Sumber: BPS DIY

Grafik 2.2 Inflasi Kota Yogyakarta & Nasional

%

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

22

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Pada triwulan I tahun 2011 Inflasi Kota Yogyakarta mencapai 7,53% (yoy), lebih tinggi

dibanding inflasi Nasional yang mencapai 6,65% (yoy) dan juga lebih tinggi dari inflasi kota

Semarang (6,42%), Bandung (3,92%), dan Solo (5,04%).

INFLASI TAHUNAN

Inflasi tahunan kota Yogyakarta pada triwulan I-2011 mencapai 7,53% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV-2010 (7,38%), maupun inflasi triwulan I-

2010 (3,35%). Dilihat per kelompok barang, inflasi tersebut terutama disebabkan oleh masih

cukup tingginya tekanan dari Kelompok Bahan Makanan yang mengalami kenaikan sebesar

16,7% (yoy). Pada kelompok tersebut kenaikan paling tinggi dialami oleh sub kelompok

bumbu-bumbuan (65,07%), khususnya pada komoditas cabai rawit merah dan bawang putih

yang sebagian besar berasal dari impor. Selain subkelompok bumbu-bumbuan, subkelompok

lainnya yang juga mengalami kenaikan cukup tinggi adalah sukelompok Ikan diawetkan

(37,41%), Buah-buahan (30,02%), dan Lemak - Minyak (23,29%). Pada subkelompok

tersebut, peningkatan harga terutama disebabkan oleh adanya gangguan disisi suplai, dan

juga terjadinya kenaikan harga pada beberapa bahan pangan impor di pasar internasional.

% (yoy)

Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil

1 Bahan Makanan 4.23 0.88 3.91 0.80 4.93 1.01 11.93 2.43 10.84 2.28 18.86 3.89 16.70 3.49

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 7.50 1.49 7.50 1.50 6.73 1.37 5.48 1.14 5.26 1.09 5.47 1.15 6.57 1.39

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3.68 0.88 1.40 0.34 1.74 0.42 2.27 0.55 5.00 1.20 5.49 2.13 5.36 1.28

4 Sandang 7.15 0.36 5.81 0.30 0.02 0.00 5.27 0.28 5.10 0.26 5.41 0.29 6.92 0.36

5 Kesehatan 2.63 0.16 1.86 0.12 1.38 0.09 1.39 0.09 1.96 0.12 1.97 0.12 4.88 0.30

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 3.04 0.31 2.26 0.23 2.01 0.21 2.49 0.25 3.55 0.36 4.25 0.43 4.69 0.47

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -4.65 -0.65 -1.23 -0.16 2.95 0.38 4.42 0.57 6.59 0.85 5.57 0.71 5.64 0.72

3.22 3.22 2.93 2.93 3.35 3.35 4.93 4.93 5.98 5.98 7.38 7.38 7.53 7.53

Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.

I

Tabel 2.1

Inflasi Tahunan

IIIV III IV

2011

UMUM

No Kelompok I

2009 2010

III

Selanjutnya, kelompok barang yang mengalami peningkatan cukup tinggi dan

memberikan andil terhadap inflasi cukup besar adalah kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau. Kelompok barang ini mengalami kenaikan harga 6,57%

dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 1,39%. Komoditas yang memberikan

sumbangan besar terhadap inflasi antara lain adalah nasi, teh manis dan ayam goreng.

Penyumbang inflasi yang cukup besar lainnya adalah kelompok Perumahan, Air,

Listrik Gas dan Bahan Bakar yang mengalami inflasi sebesar 5,36% dan memberikan

andil 1,28%. Inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh kenaikan subkelompok Bahan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

23

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Bakar, Penerangan dan Air (7,81%) dan biaya tempat tinggal (4,91%). Komoditas yang

harganya meningkat dan memiliki bobot inflasi cukup besar antara lain upah tukang bukan

mandor, biaya sewa rumah, biaya listrik, dan biaya air minum.

Tekanan inflasi pada triwulan laporan juga berasal dari Kelompok Transportasi

dan Komunikasi, khususnya untuk Subkelompok Sarana dan Penunjang Transpor.

Pada subkelompok tersebut, peningkatan harga mencapai 5,64% dan memberikan andil

terhadap inflasi sebesar 0,72%. Kenaikan harga terutama terjadi pada sub kelompok Sarana

Transport dan penunjang (28,21%), dan sub kelompok transpor (3,41%) yang bobot

inflasinya tinggi. Pada sub kelompok Sarana Transport dan Penunjang, jasa perpanjangan

STNK mejadi pemicu terbesar kenaikan inflasi, yaitu meningkat 100%. Sementara, pada sub

kelompok transpor, kenaikan jasa transportasi udara menjadi salah satu pemicu utama.

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011

Bhn Mknan Mknan Jadi Perumahan Sandang

Kesehatan Pendidikan Transpor Umum

% (yoy)

Sumber: BPS DIY

Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Barang (yoy)

1.0

1

1.3

7

0.4

2

0.0

0

0.0

9

0.2

1 0.3

8

2.4

3

1.1

4

0.5

5

0.2

8

0.0

9

0.2

5 0.5

7

2.2

8

1.0

9

1.2

0

0.2

6

0.1

2

0.3

6 0

.85

3.8

9

1.1

5

2.1

3

0.2

9

0.1

2 0.4

3 0.7

1

3.4

9

1.3

9

1.2

8

0.3

6

0.3

0

0.4

7

0.7

2

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Bhn Mknan Mknan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor

I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11Sumber: BPS DIY, diolah

% (yoy)

Grafik 2.4 Andil Kelompok Barang (yoy)

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

3 5 7 10 12 14 17 19 21 24 26 28 31 2 7 9 14 17 21 23 25 1 7 10 15 21 23 25 29

Januari Februari Maret

Chart Title

Bawang Merah Bawang Putih

Rp.

Grafik 2.5 Perkembangan Harga Bawang Merah & Bawang Putih

Sumber: Dinas Pertanian Prov. DIY

5,500

5,750

6,000

6,250

6,500

6,750

7,000

3 5 7 10 12 14 17 19 21 24 26 28 31 2 7 9 14 17 21 23 25 1 7 10 15 21 23 25 29

Januari Februari Maret

Beras

Beras

Rp.

Grafik 2.6 Perkembangan Harga Beras

Sumber: Dinas Pertanian Prov. DIY

Untuk kelompok komoditas lain di luar empat kelompok barang dan jasa yang

sudah disebutkan di atas, walaupun terjadi kenaikan harga namun memberikan andil

inflasi yang tidak terlalu tinggi. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga dengan laju

inflasi 4,69% memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,47%; kelompok Sandang dengan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

24

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

laju inflasi 6,92% memberikan andil 0,36%; kelompok Kesehatan dengan laju inflasi 4,88%

dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,3,0%.

Pemerintah Provinsi DIY terus melakukan langkah-langkah sebagai antisipasi

meningkatnya harga-harga bahan pangan. Langkah yang dilakukan tersebut disamping

dalam bentuk melakukan pemantauan terhadap kelancaran dan kecukupan pasokan barang

kebutuhan pokok, dilakukan pula dalam bentuk menjaga kelancaran operasi beras raskin.

Disamping itu, untuk menjaga ketersediaan stok, Bulog juga secara aktif membeli beras hasil

panen yang cukup melimpah di triwulan I. Langkah-langkah tersebut cukup efektif menahan

harga beras relatif stabil bahkan turun.

INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, inflasi Kota Yogyakarta 1,14% (qtq), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan IV 2010 1,63% namun lebih tinggi dibandingkan

triwulan I-2010 sebesar 1,0%. Kontributor utama Inflasi pada triwulan I-2011 berasal

peningkatan harga kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 2,78%

(qtq) dengan andil 0,57%. Cukup tingginya laju inflasi triwulanan pada Kelompok Makanan

Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau terutama bersumber dari kenaikan harga nasi, teh

manis dan rokok kretek filter. Sementara itu, kelompok bahan makanan yang pada 4 kuartal

sebelumnya selalu menjadi kontributor terbesar inflasi pada triwulan I mulai menunjukkan

penurunan dengan inflasi yang cukup rendah 0,24% dan memberikan andil sebesar 0,05%.

Penurunan ini didorong oleh adanya deflasi yang cukup besar pada subkelompok Sayur-

sayuran (-9,94%), Subkelompok Padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya (-4,06%) serta

Subkelompok Daging dan hasil-hasilnya (-2,1%).

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

I II III IV I

2010 2011

Bhn Mknan Mknan Jadi Perumahan Sandang

Kesehatan Pendidikan Transpor Umum

% (qtq)

Sumber: BPS DIY

Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Barang (qtq)

0.4

3

0.3

6

0.2

1

-0.0

4

0.0

1

-0.0

1 0.0

8

1.2

0

0.1

1

0.1

0 0.1

4

0.0

4 0

.05

0.2

1

0.9

3

0.3

0

0.7

6

0.0

2

0.0

5

0.3

1

0.5

4

1.2

2

0.3

5

0.9

7

0.1

5

0.0

1

0.0

7

(0.1

3)0

.06

0.5

7

0.1

8

0.0

4

0.1

7

0.0

3 0.0

9

-0.20

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

Bhn Mknan Mknan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor

I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11

Sumber: BPS DIY

% (qtq)

Grafik 2.8 Andil Kelompok Barang (qtq)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

25

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar juga memberikan

kontribusi terhadap inflasi yang cukup besar, yaitu dengan laju inflasi sebesar 0,74%

(qtq) memberikan andil inflasi 0,17%. Kenaikan harga bersumber dari kenaikan biaya

tempat tinggal (0,86%) dan sub kelompok Penyelenggaraan rumah tangga (1,41%).

Komoditas ataupun jasa yang mengalami peningkatan dan menyumbang inflasi adalah harga

batu-bata, biaya sewa rumah, dan upah pembantu rumah tengga.

% (qtq)

Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil

1 Bahan Makanan 5.30 1.08 -1.57 -0.33 2.10 0.43 5.77 1.20 4.27 0.93 5.56 1.22 0.24 0.06

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.64 0.34 1.49 0.31 1.73 0.36 0.52 0.11 1.42 0.30 1.70 0.35 2.79 0.57

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.55 0.13 0.40 0.10 0.87 0.21 0.44 0.10 3.23 0.76 4.10 0.97 0.74 0.18

4 Sandang 0.60 0.03 0.27 0.14 -0.68 -0.04 2.59 0.14 0.44 0.02 3.00 0.15 0.74 0.04

5 Kesehatan 0.30 0.02 0.22 0.01 0.14 0.01 0.72 0.04 0.86 0.05 0.24 0.01 3.00 0.17

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2.04 0.21 0.03 0.00 -0.13 -0.01 0.54 0.05 3.10 0.31 0.71 0.07 0.28 0.03

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 2.14 0.27 -0.04 -0.01 0.64 0.08 1.63 0.21 4.26 0.54 -1.00 -0.13 0.71 0.09

1.90 1.90 0.30 0.30 1.00 1.00 1.65 1.65 2.91 2.91 1.63 1.63 1.14 1.14

Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.

IIIIII IV I II

Tabel 2.2

Inflasi Triwulanan

UMUM

2009

IIV

2010 2011

No Kelompok

Kelompok Kesehatan ikut memberikan andil tinggi terhadap pembentukan inflasi

triwulan I-2011 dengan kenaikan harga sebesar 3,0% dan andil sebesar 0,17%.

Kenaikan harga pada kelompok ini terutama disebabkan oleh adanya kenaikan pada

Subkelompok Biaya Jasa Kesehatan yang daam triwulan I mengalami kenaikan sebesar 5,31%.

INFLASI BULANAN

Angka rata-rata inflasi bulanan (mtm) Kota Yogyakarta selama triwulan I-2011

tercatat sebesar 0,38%, lebih rendah dari angka rata-rata inflasi pada triwulan

sebelumnya yang mencapai 0,54%. Pada bulan Januari 2011 Kota Yogyakarta mengalami

inflasi sebesar 0,84% (mtm), lebih tinggi dibanding bulan Desember 2010 yang mencapai

0,72%. Inflasi pada bulan ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga bawang merah

dan nasi (putih) serta kenaikan harga beras.

Pada bulan Februari 2011 tekanan inflasi Kota Yogyakarta melemah, ditandai

dengan angka inflasi yang kecil 0,10% (mtm). Melimpahnya pasokan sayur-sayuran dan

juga mulai adanya panen padi di beberapa lokasi mendorong terjadinya deflasi pada kelompok

Bahan Makanan sehingga secara keseluruhan mendorong inflasi yang rendah.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

26

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

% (mtm)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

1 Bahan Makanan 1.60 0.66 -0.17 0.85 0.10 4.77 4.61 -1.27 0.96 0.37 2.48 2.62 1.34 -1.55 0.47

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.92 0.69 0.11 0.16 0.10 0.26 0.22 0.32 0.88 0.79 0.42 0.48 1.69 0.96 0.12

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.42 0.16 0.29 0.13 0.06 0.25 0.38 1.75 1.07 0.25 0.18 0.44 0.32 0.43 -0.01

4 Sandang -0.69 -0.41 0.42 0.09 1.27 1.21 -0.39 -0.30 1.13 1.40 0.76 0.81 -0.07 0.18 0.63

5 Kesehatan 0.05 0.10 -0.01 0.31 0.03 0.38 0.11 0.51 0.23 0.18 0.24 -0.19 2.14 0.62 0.23

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga -0.01 0.00 -0.12 -0.04 -0.01 0.60 0.20 1.12 1.75 0.78 -0.07 -0.01 0.11 0.07 0.11

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.17 0.20 0.27 0.10 0.14 1.39 3.05 -0.04 1.22 -1.08 0.03 0.06 0.30 0.13 0.28

0.57 0.31 0.13 0.25 0.14 1.26 1.40 0.43 1.06 0.28 0.62 0.72 0.84 0.10 0.21Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.

Tabel 2.3Inflasi Bulanan

II-2010Kelompok

I-2010 III-2010No

UMUM

IV-2010 I-2011

Sementara itu, pada bulan Maret 2011, tekanan harga barang dan jasa di Kota

Yogyakarta sedikit menguat dibanding bulan sebelumnya, tercermin dari angka

inflasi bulanan yang tercatat 0,21 (mtm). Peningkatan inflasi pada bulan Maret 2011

disebabkan oleh kembali meningkatnya harga pada kelompok Bahan Makanan yang pada

bulan sebelumnya mengalami deflasi. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya harga buah-

buahan khususya jeruk, telur dan juga sayur-sayuran. Walaupun demikian, beberapa

komoditas dalam kelompok Bahan Makanan pada bulan Maret masih mengalami deflasi

seperti beras, cabe rawit dan cabe merah. Disamping itu, pada bulan Maret kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar juga menjadi penyumbang rendahnya inflasi

bulan Maret karena mengalami deflasi sebesar -0,01%

120

130

140

150

160

170

180

190

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011

Sumber: Survei Konsumen

Grafik 2.9 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yad

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

13.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Nilai Tukar Rupiah thd USD

Nilai Tukar Rupiah thd USD

Rp.

Grafik 2.10 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

INFLASI INTI DAN NON INTI

Selama triwulan I-2011, kelompok volatile food masih mendominasi penyebab

terjadinya inflasi dibanding inflasi inti. Kebijakan pemerintah yang masih menunda

pencabutan subsidi BBM juga merupakan salah satu pendorong rendahnya kontribusi

kelompok administered prices dalam pembentukan inflasi. Sementara itu, Survei

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

27

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Konsumen (SK) periode Januari - Maret 2011 menunjukkan ekspektasi responden terhadap

kenaikan harga 3 bulan yang akan datang relatif meningkat dari periode sebelumnya. Indeks

tersebut pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar 162 dan meningkat menjadi 165 pada

triwulan I-2011. Di sisi lain, nilai tukar Rupiah terhadap USD yang cenderung menguat juga

menjadi salah satu faktor yang menurunkan inflasi inti dari sisi imported inflation.

INFLASI KOTA-KOTA TETANGGA

Dibandingkan dengan beberapa kota di Jawa Tengah, inflasi tahunan Kota

Yogyakarta (7,55%) menempati peringkat tertinggi dan diikuti oleh kota Tegal

(6,49%) dan Kota Semarang (6,42%). Seluruh kota di Jawa Tengah dan DIY mengalami

inflasi, dengan kota Surakarta mencatat inflasi tahunan terendah sebesar 5,04%, diikuti

dengan kota Purwokerto sebesar 5,6%. Khusus kota Surakarta, secara kumulatif sampai

dengan bulan Maret 2011 mengalami deflasi sebesar -0,83% (ytd). Tingginya angka inflasi di

Kota Yogyakarta ini, sebagaimana telah diungkan dimuka sangat dipengaruhi oleh pola

konsumsi masyarakat Kota Yogyakarta yang relatif berbeda dibandingkan dengan kota lain di

Jawa. Pangsa konsumsi bahan makanan terhadap total nilai konsumsi di Kota Yogyakarta

adalah yang terendah dibandingkan dengan kota lain di Jawa. Sementara itu konsumsi pada

kelompok perumahan dan makanan jadi adalah yang tertinggi.

6.42

5.04

5.60

6.49

7.53

0.37

(0.83)

0.69 0.39

1.14

(2.00)

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

Semarang Surakarta Purwokerto Tegal Yogyakarta

YoY YtD

%

Sumber: BPS DIY

Grafik 2.11 Inflasi Kota-kota Tetangga Tw I-2011

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

28

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Boks

Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota

Yogyakarta

Di samping faktor kesenjangan produksi, secara simultan inflasi yang terjadi juga

dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap inflasi yang akan terjadi pada periode

berikutnya. Apabila ekspektasi masyarakat mengenai inflasi mendatang akan

meningkat, maka kondisi tersebut akan diikuti oleh perubahan perilaku yang cenderung

untuk membeli barang dan jasa secara berlebihan. Hal ini selanjutnya akan berdampak

pada peningkatan inflasi yang terjadi pada periode berikutnya. Sebaliknya, apabila

masyarakat berekspektasi bahwa inflasi ke depan lebih rendah, maka ada

kecenderungan perubahan perilaku untuk menahan keinginan membeli barang. Hal ini

akan menyebabkan inflasi yang terjadi ke depan menjadi relatif lebih rendah.

Tidak dipungkiri bahwa ekspektasi pelaku ekonomi seringkali berperan penting

dalam menentukan besarnya inflasi. Terdapat kecenderungan kuat bahwa harga di

pasar seringkali telah meningkat lebih awal dibandingkan peningkatan harga input

maupun peningkatan permintaan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari bagaimana pelaku

ekonomi menilai informasi yang diterimanya dan mentransformasikannya ke dalam

pembentukan harga.

Untuk itu perlu dilakukan Penelitian Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota

Yogyakarta untuk mengkaji preferensi faktor-faktor/informasi yang tepat bagi

pedagang dalam menentukan kenaikan harga atau penurunan harga terhadap

pembentukan inflasi daerah ditinjau dari sisi biaya produksi (cost push) dan faktor-

faktor/informasi yang tepat bagi pedagang dalam menentukan kenaikan harga atau

penurunan harga terhadap pembentukan inflasi daerah ditinjau dari sisi tarikan

permintaan (demand pull). Selain itu juga akan dikaji perilaku masyarakat (penggerak

sektor riil) terhadap pilihan yang beresiko.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan metoda eksperimen untuk mengkaji perilaku pedagang

di DIY. Experimental economics adalah cabang Ekonomika yang mempelajari perilaku

pelaku ekonomi dengan metoda eksperimen. Data pada penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari subyek eksperimen, tidak saja

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

29

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

mencakup pengambilan keputusan mereka namun juga identitas mereka. Data

sekunder diperlukan untuk memperoleh gambaran laju inflasi di daerah Yogyakarta.

Eskperimen akan dilakukan dengan melibatkan 100 subyek yang merupakan

pedagang/pengusaha skala menengah ke bawah di Yogyakarta. Eksperimen dalam studi

ini akan dilakukan dalam dua tahap. Pada eksperimen sesi pertama, subyek akan

dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan tentang informasi apa yang berpengaruh

dalam penentuan harga. Semua pertanyaan di sini merupakan pertanyaan hipotesis dan

semuanya terkait dengan gosip atau isyu tentang suatu peristiwa yang akan terjadi yang

mungkin berpengaruh terhadap keputusan penentuan harga. Pada tahap kedua, subyek

akan dihadapkan pada pilihan antara dua prospek. Pada sesi kedua pertama ini akan

dilakukan dengan menjawab 40 pertanyaan. Diharapkan dengan menjawab pertanyaan

pada sesi kedua ini, jenis expected utility yang dipergunakan masing-masing subyek bisa

ditentukan.

Kesimpulan

1. Berita adanya kemungkinan kelangkaan pasokan merupakan faktor yang paling

berpengaruh terhadap kebijakan peningkatan harga yang dilakukan oleh

pedagang. Sedangkan pengumuman peningkatan tingkat bunga Bank Indonesia

menjadi pertimbangan pedagang yang terakhir dalam meningkatkan harga

komoditasnya.

2. Adanya informasi bahwa panen akan berhasil dan produksi melimpah merupakan

faktor yang paling berpengaruh terhadap kebijakan penurunan harga yang

dilakukan oleh pedagang. Sementara itu, informasi mengenai penurunan suku

bunga bank umum maupun suku bunga Bank Indonesia menempati posisi ke enam

dalam penentuan kebijakan penurunan harga bagi pedagang.

3. Eksperimen pilihan individu terhadap pilihan berisiko menunjukkan bahwa perilaku

individu tidak sesuai dengan expected utility theory (von Neumann dan

Morgenstern, 1944). Pendekatan prospect theory dinilai tidak mampu menjelaskan

seluruh perilaku responden. Namun, perilaku individu terhadap pilihan berisiko

dapat dijelaskan oleh regret theory (Loomes dan Sudgent, 1982). Individu dinilai

lebih memilih pilihan yang memberikan probabilitas lebih besar untuk menghindari

penyesalan akibat gagalnya realisasi ekspektasi atas pilihan yang telah dibuat (ex-

post feeling).

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

30

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Saran

1. Penentuan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas

moneter terkait dengan permasalahan persistensi inflasi terutama yang berasal dari

perilaku mikro pengusaha (pedagang) perlu ditinjau kembali. Hal ini disebabkan

karena perubahan kebijakan pada sektor moneter ternyata tidak langsung

berdampak pada preferensi pengambilan keputusan di sektor riil.

2. Penelitian ini memfokuskan pada analisis terhadap perilaku kelompok pedagang di

tingkat pengecer (retail) sebagai respondennya dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Oleh karena itu, diharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam

dengan melibatkan sampel yang lebih besar, mencakup kelompok pedagang

distributor besar sehingga dapat memahami perilaku kelompok pedagang

distributor besar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini nantinya dapat

digunakan sebagai bahan kajian dalam pengambilan kebijakan moneter yang lebih

efektif.

31

Bab 3 Perkembangan Perbankan

Cukup tingginya laju pertumbuhan ekonomi DIY memberikan dampak positif pada

peningkatan kegiatan perbankan di DIY pada triwulan I-2011. Secara tahunan, aset dan dana

pihak ketiga (DPK) perbankan di DIY tumbuh masing-masing 13,35% dan 16,28%. Penyaluran

kredit perbankan DIY tumbuh 22,07%(yoy) sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan

DIY menjadi 60,37% (yoy) naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 59,45%(yoy).

Sementara itu, kegiatan perbankan syariah tumbuh lebih pesat, aset tumbuh 15,66% (yoy),

penghimpunan dana tumbuh 39,90%(yoy) dan pembiayaan tumbuh 42,24%. Secara

keseluruhan kinerja perbankan di DIY masih cukup baik, tercermin pada NPLs yang sebesar

3,69%.

ASET

Hingga akhir triwulan I-2011 volume usaha perbankan DIY tumbuh 13,35% (yoy).

Pada sisi pasiva, pertumbuhan aset berasal dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

meningkat 16,28% (yoy). Sedangkan di sisi aktiva sejalan dengan peningkatan aktivitas

ekonomi, peningkatan volume usaha berasal dari pertumbuhan Kredit sebesar 22,07% (yoy).

2011I II III IV I II III IV I

1 Aset Miliar Rp 21.438 21.796 23.248 24.572 25.703 26.232 26.770 29.191 29.135

Pertumbuhan % (yoy) 12,00 11,81 15,32 17,46 19,89 20,35 15,15 18,80 13,35

2 Dana Pihak Ketiga Miliar Rp 18.732 19.302 20.436 21.034 21.429 22.573 22.983 24.524 24.918

Pertumbuhan % (yoy) 12,85 14,08 18,37 16,74 14,40 16,95 12,46 16,60 16,28

3 Kredit Miliar Rp 10.673 11.030 11.287 11.723 12.324 12.996 13.505 14.581 15.043

Pertumbuhan % (yoy) 16,22 11,17 6,86 11,91 15,46 17,83 19,66 24,38 22,07

4 Loan to Deposit Ratio % 56,98 57,14 55,23 55,74 57,51 57,57 58,76 59,45 60,37

5 Non Performing Loans (Gross) % 3,12 3,95 4,37 3,20 3,38 3,51 3,50 3,08 3,32

Tabel 3.1

Indikator Perbankan

2009No Uraian Satuan

2010

INTERMEDIASI PERBANKAN

Kegiatan intermediasi perbankan pada triwulan laporan meningkat. LDR

perbankan DIY pada triwulan I-2011 sebesar 60,37%, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya 57,45%. Peningkatan tersebut disamping didorong oleh masih kondusifnya

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

32

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

perekonomian diduga juga terkait dengan adanya ketentuan mengenai LDR minimal 78% (PBI

12/19/2010) yang mendorong perbankan untuk memperbaiki kinerja penyaluran kreditnya.

30

35

40

45

50

55

60

65

70

I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011

%

Grafik 3.1 LDR DIY

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011

LDR Nasional* LDR DIY

%

*) s.d Februari 2011

Grafik 3.2 LDR DIY & Nasional

PENGHIMPUNAN DANA

Pada triwulan I-2011 (yoy) dana masyarakat yang dihimpun perbankan di DIY

masih tumbuh, namun tidak secepat dibanding triwulan sebelumnya. Pada posisi akhir

triwulan I-2011 DPK naik 12,46% (yoy) menjadi Rp24.918 miliar, lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 17,55% (yoy). Penurunan pertumbuhan ini wajar

mengingat pada triwulan laporan kebutuhan kas sebagian pemilik dana meningkat ataupun

kemungkinan ada alternatif lain untuk berinvestasi.

-5

0

5

10

15

20

25

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Miliar Rp

DPK % (ytd) %(yoy)

%

Grafik 3.3 DPK Perbankan

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

DPK (rhs) Inf lasi Yk BI Rate

Miliar Rp%

Grafik 3.4 BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan

Kenaikan Penghimpunan DPK perbankan berasal dari kenaikan seluruh

komponen DPK. Peningkatan tertinggi dialami oleh Tabungan sebesar 21,87% dengan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

33

Bab 3 Perkembangan Perbankan

outstanding Rp12.158 miliar. Selanjutnya Deposito meningkat 12,46% (Rp9.259 miliar) dan

giro meningkat sebesar 8,75% (Rp3.501 miliar). Peningkatan DPK pada semua jenis tertinggi

terjadi pada rekening milik Pemda terkait dengan mulai masuknya dana perimbangan untuk

kegiatan tahun anggaran 2011. Sementara itu, penurunan DPK terbesar terjadi pada dana

milik perusahaan swasta bukan lembaga keuangan dan dana milik perorangan khususnya

pada jenis giro dan tabungan.

Sementara itu, struktur atau komposisi DPK perbankan di DIY tidak berubah,

masih didominasi Tabungan (48,79%). Tingginya tabungan pada DPK perbankan tersebut

mengindikasikan bahwa motif sebagian besar pemilik DPK di perbankan adalah untuk

bertransaksi dan berjaga-jaga dibandingkan motif investasi. Sifat tabungan yang dapat ditarik

sewaktu-waktu dengan kemudahan fasilitas ATM yang tersebar dan dapat pula digunakan

untuk melakukan transaksi dalam jumlah relatif besar membuat simpanan jenis ini memiliki

banyak peminat.

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2010

Deposito Giro Tabungan

% (yoy)

Grafik 3.5 Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan DIY

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Deposito Giro Tabungan

Miliar Rp

Grafik 3.6 Komposisi DPK Perbankan

Sebagaimana periode sebelumnya, deposito1 jangka waktu 1 bulan masih

mendominasi dengan porsi sebesar 51,14%, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya (49,26%). Pada triwulan laporan tersebut terdapat fenomena yang cukup

menarik pada deposito dengan jangka waktu >12 bulan. Jika pada triwulan IV-2010 share

deposito berjangka >12 bulan mencapai 14,55%, maka pada triwulan I share-nya turun

menjadi 2,05%. Disisi lain share deposito berjangka waktu <12 bulan, khususnya deposito

berjangka waktu 3 bulan naik.

1 Diwakili oleh Deposito Bank Umum yang mendominasi pangsa Deposito DIY yaitu sebesar 87,99%.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

34

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

PENYALURAN KREDIT

Penyaluran kredit perbankan DIY pada Triwulan I-2011 tumbuh cukup tinggi

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan IV-2010. Pada

triwulan laporan pertumbuhan Kredit mencapai 22,07% (yoy) dengan outstanding Rp15.043

miliar, dan secara triwulan naik 3,17%. Pertumbuhan kredit perbankan tersebut masih

dipengaruhi oleh tingginya permintaan dan realisasi kredit sejalan dengan masih cukup

tingginya pertumbuhan ekonomi.

-5

0

5

10

15

20

25

30

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Total Kredit yoy ytd

%Miliar Rp

Grafik 3.7 Kredit Perbankan

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Kredit Modal Kerja yoy ytd

%Miliar Rp

Grafik 3.8 Kredit Modal Kerja

-10

0

10

20

30

40

50

60

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Kredit Investasi yoy ytd

%Miliar Rp

Grafik 3.9 Kredit Investasi

0

5

10

15

20

25

30

35

40

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Kredit Konsumsi yoy ytd

%Miliar Rp

Grafik 3.10 Kredit Konsumsi

Menurut jenisnya, pertumbuhan terbesar terjadi pada kredit Investasi yang mencapai

46,81% (yoy), kemudian diikuti Modal Kerja 24,39% dan Kredit Konsumsi 14,03%. Tingginya

laju pertumbuhan kredit Investasi tersebut antara lain digunakan untuk membiayai usaha di

sektor Keuangan, Real estate dan Jasa Dunia Usaha yang tumbuh sebesar 81,78%. Dengan

perkembangan tersebut, pasar kredit konsumsi masih tetap yang terbesar, yaitu 46,72%,

kemudian diikuti oleh modal kerja (37,94%) dan sisanya untuk investasi (15,34%).

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

35

Bab 3 Perkembangan Perbankan

Secara sektoral, sebagian besar kredit perbankan DIY2 disalurkan kepada sektor

unggulan khususnya yang non tradable3. Sektor yang mendominasi kredit perbankan

adalah sektor Lain-lain (46,53%) yang sebagian besar merupakan kredit konsumsi. Selanjutnya

diikuti oleh kredit di sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (17,82%), Jasa Dunia Usaha

(9,43%) dan Industri Pengolahan (4,78%). Sedangkan yang paling kecil memperoleh kredit

adalah sektor Pertambangan (0,05%), Listrik, Gas & Air Bersih (0,28%) dan Pertanian (1,37%).

Sementara itu, dilihat dari laju pertumbuhannya, sektor yang paling tinggi laju

pertumbuhannya adalah sektor Transportasi 124,04% (yoy), diikuti sektor Jasa Dunia Usaha

81,75% dan Sektor Jasa Sosial 68,73%. Sebaliknya sektor yang mengalami perlambatan

pertumbuhan kredit adalah sektor Pertambangan (-18,55%) dan sektor Konstruksi (-9,16%).

2,400

2,500

2,600

2,700

2,800

2,900

3,000

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009

Pertanian Jasa Sosial Masyarakat Jasa Dunia Usaha Industri PHR

Miliar Rp

Grafik 3.11 Kredit Bank Umum Sektor Ekonomi Utama

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010

Pertambangan LGA Konstruksi Transportasi Lain2 (rhs)

Miliar Rp

Grafik 3.12 Kredit Sektor Ekonomi Lainnya

STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Risiko Kredit

Resiko kredit perbankan yang tercermin dari NPL masih tergolong aman,

walaupun pada triwulan laporan mengalami sedikit peningkatan. NPLs Perbankan di

DIY pada akhir Maret 2011 naik tipis sebesar 3,32% dibandingkan dengan periode akhir

triwulan sebelumnya (3,08%). Kenaikan ini masih wajar, namun harus tetap dicermati.

2 Diwakili oleh kredit Bank Umum dengan pangsa 86,715% dari total kredit perbankan DIY. 3 Sektor non tradable: sektor Listrik, Gas & Air, sektor Konstruksi, sektor PHR, sektor Pengangkutan &

Pergudangan, sektor Jasa-jasa Dunia Usaha, sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat dan sektor Lain-lain. Sektor tradable: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

36

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

0

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

-

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Nominal Rasio

Miliar Rp %

Grafik 3.13 Non Performing Loans DIY

0

1

2

3

4

5

6

7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Modal Kerja Investasi Konsumsi

%

Grafik 3.14 NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Jasa Sosial Masyarakat Industri

Pertanian PHR

Jasa Dunia Usaha

%

Grafik 3.15 NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Transportasi Lain2 Pertambangan Konstruksi

%

Grafik 3.16 NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Lainnya

Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan sedikit rasio NPL dialami kredit

konsumsi. Sementara rasio NPL kredit modal kerja relatif tidak berubah dan bahkan rasio NPL

kredit investasi mengalami penurunan. Rasio NPL kredit modal kerja 4,23%, kredit investasi

1,81% menurun dibanding triwulan IV 2010 sebesar 2,34%. Rasio NPL kredit konsumsi

1,99% sedikit meningkat dibanding triwulan IV 2010 sebesar 1,74%. Sementara itu

berdasarkan sektor ekonominya, peningkatan rasio NPL tertinggi terdapat pada sektor PHR

dari 3,9% menjadi 4,81% atau meningkat sebesar 0,9% dibanding triwulan sebelumnya.

Selain sektor PHR, sektor lain-lain juga mengalami peningkatan rasio NPL dari 1,72% menjadi

2,26%. Perkembangan yang cukup menarik terjadi pada sektor konstruksi yang mengalami

penurunan rasio NPL cukup besar yaitu dari 14,74% pada triwulan IV 2010 menjadi 6,77%

pada triwulan I-2011, hal ini terkait dengan lancarnya pembayaran termin proyek dan adanya

pelunasan kredit di sektor tersebut.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

37

Bab 3 Perkembangan Perbankan

Risiko Likuiditas

Pada triwulan laporan risiko likuiditas perbankan DIY secara umum masih

terkendali. Bank di DIY mengalami kelebihan likuiditas sebagaimana tercermin pada LDR

yang relatif rendah. Kelebihan likuiditas tersebut antara lain ditempatkan pada rekening antar

kantor, SBI, penempatan pada bank lain, surat berharga dan penempatan pada Bank

Indonesia (selain Giro dan SBI).

PERBANKAN SYARIAH

Aset Perbankan Syariah

Aset Perbankan Syariah tumbuh 15,66% (yoy), yaitu dari Rp1.495 miliar pada

triwulan I-2010 menjadi Rp1.729 miliar pada triwulan I-2011. Dari sisi aktiva peningkatan

kinerja Perbankan Syariah terutama bersumber dari peningkatan pembiayaan 41,97% (yoy),

sementara dari sisi pasiva DPK naik 39,65%. Walaupun mengalami pertumbuhan aset yang

cukup tinggi, pangsa aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan di DIY mengalami

sedikit penurunan yaitu dari 6,06% pada triwulan IV 2010 menjadi 5,9% pada triwulan I-

2011. Angka ini masih di atas target nasional 5,0%.

qtq yoy

I Aset 907 1.020 1.139 1.287 1.495 1.433 1.570 1.769 1.729 100,00 -2,29 15,66 1 Bank Umum Syariah 841 948 1.057 1.194 1.400 1.332 1.460 1.643 1.598 92,46 -2,71 14,16 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 66 72 82 93 95 102 111 127 130 7,54 3,08 37,87 II Penghimpunan Dana (Deposit) 670 717 814 886 1.010 1.067 1.206 1.323 1.413 100,00 6,81 39,90 A Jenis Bank 670 717 814 886 1.010 1.067 1.206 1.323 1.413 100,00 6,81 39,90 1 Bank Umum Syariah 622 667 757 823 943 998 1.124 1.229 1.317 93,17 7,10 39,65 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 47 50 57 63 67 69 81 94 97 6,83 3,06 43,34 B Jenis Simpanan 670 717 814 886 1.010 1.067 1.206 1.323 1.413 100,00 6,81 39,89 1 Giro 70 59 74 66 85 99 86 87 115 8,16 32,09 35,40 2 Tabungan 337 359 388 428 425 468 531 595 610 43,15 2,53 43,44 3 Deposito 263 299 352 392 500 501 589 641 688 48,69 7,34 37,65 III Penyaluran Dana (Financing) 576 615 678 700 740 816 907 968 1.053 100,00 8,75 42,24 A Jenis Bank 576 615 678 700 740 816 907 968 1.053 100,00 8,75 42,24 1 Bank Umum Syariah 518 553 609 627 661 725 805 862 938 89,12 8,88 41,97 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 58 62 68 73 79 90 102 106 114 10,88 7,74 44,55 B Jenis Penggunaan 576 615 678 700 740 816 907 968 1.053 100,00 8,75 42,24 1 Modal Kerja 310 343 387 395 399 444 482 460 460 43,70 -0,02 15,23 2 Investasi 94 97 107 109 110 123 127 123 131 12,41 6,08 18,44 3 Konsumsi 172 176 184 196 231 249 298 385 462 43,89 20,11 100,40 IV Non Performing Financing (NPF) 2,38 2,43 5,11 2,05 2,43 3,26 4,75 3,96 3,69 1 Bank Umum Syariah 2,06 2,09 4,95 1,56 1,84 2,84 4,37 3,77 3,23 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 5,23 5,40 6,51 6,31 7,31 6,65 7,80 5,56 7,40

V Financing to Deposit Ratio (FDR)1 85,96 85,83 83,34 79,02 73,26 76,41 75,25 73,16 74,49

1 Bank Umum Syariah 83,25 82,91 80,53 76,17 70,09 72,67 71,59 70,09 71,25 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 121,46 124,88 120,86 116,16 117,62 130,11 125,77 113,46 118,61

III IV

2010

Tabel 3.3

Indikator Perbankan Syariah

II

2009

IIIIUraian

IVNo

I

Posisi PangsaPtumb (%)

2011

I II

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

38

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

Intermediasi Perbankan Syariah

Fungsi intermediasi perbankan Syariah yang tercermin dalam Financing to

Deposit Ratio (FDR) mengalami peningkatan. FDR triwulan laporan sebesar 74,49%, lebih

tinggi dibandingkan triwulan IV-2010 (73,16%) dan triwulan I-2010 (73,26%). Peningkatan

FDR disebabkan tingginya laju pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan penghimpunan dananya. Sementara itu, jika dirinci berdasarkan

kelompok bank, Pembiayaan Bank Rakyat Syariah (BPRS) memiliki FDR 118,61%, jauh lebih

tinggi dibanding FDR Bank Umum Syariah (71,25%).

Penghimpunan Dana

Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Perbankan Syariah pada triwulan

laporan Rp1.413 miliar, tumbuh 39,89% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya 49,34% (yoy) dan triwulan I 2010 50,86% (yoy).

Sebagaimana periode sebelumnya DPK Perbankan Syariah didominasi oleh Deposito sebesar

48,69% atau Rp688 miliar, sedangkan Tabungan memiliki pangsa 43,15% atau Rp610 miliar

dan Giro dengan pangsa terkecil sebesar 8,11% atau Rp115 miliar.

Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan

Pembiayaan yang disalurkan oleh Perbankan Syariah pada triwulan I-2011

tumbuh 42,24%(yoy), lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-

2010 sebesar 38,26% (yoy) dan triwulan I-2010 (28,57%). Tingginya pertumbuhan

pembiayaan perbankan syariah mengindikasikan cukup tingginya minat masyarakat terhadap

pembiayaan yang ditawarkan. Hal ini juga tidak terlepas dari cukup agresifnya perbankan

syariah dalam menawarkan produk yang antara lain ditandai dengan makin meningkatnya

jumlah kantor bank syariah mencapai 38 kantor per Maret 2011 dibanding 24 kantor per akhir

Desember 2010. Hal ini juga tercermin dari masih terus meningkatnya jumlah deposan di bank

syariah dari 166.849 rekening pada akhir Desember 2010 menjadi 173.177 rekening pada

akhir Maret 2011.

Sementara itu, kualitas pembiayaan perbankan Syariah yang tercermin dari rasio Non

Performing Financing (NPF) mengalami penurunan dari dari 3,96% (Desember 2010) menjadi

3,69% (Maret 2011). Berdasarkan jenisnya, NPF Bank Umum Syariah tercatat sebesar 3,23%,

sedangkan NPF BPRS tercatat sebesar 7,4%.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

39

Bab 3 Perkembangan Perbankan

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Aset

Pada triwulan I-2011 Aset BPR DIY mengalami pertumbuhan sebesar 22,36% (yoy).

Berdasarkan jenis usaha bank, BPR Konvensional memiliki Aset sebesar Rp2.390 miliar dan

Aset BPR Syariah sebesar Rp130 miliar. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh BPR Syariah yaitu

sebesar 37,87% (yoy), sedangkan Aset BPR Konvensional hanya tumbuh sebesar 21,61%

(yoy). Dengan perkembangan itu, pangsa Aset BPR Syariah terhadap Aset BPR menjadi 5,87%.

qtq yoy

I Aset 1.735 1.803 1.892 1.985 2.060 2.172 2.293 2.453 2.520 100,00 2,73 22,36 1 Konvensional 1.669 1.731 1.810 1.892 1.965 2.071 2.182 2.327 2.390 94,83 2,72 21,61 2 Syariah 66 72 82 93 95 102 111 127 130 5,17 3,08 37,87 II Penghimpunan Dana (Deposit) 1.230 1.262 1.304 1.354 1.406 1.454 1.519 1.605 1.644 100,00 2,44 16,90 A Jenis Bank 1.230 1.262 1.304 1.354 1.406 1.454 1.519 1.605 1.644 100,00 2,44 16,90 1 Konvensional 1.182 1.213 1.248 1.291 1.339 1.384 1.438 1.511 1.548 94,13 2,40 15,57 2 Syariah 47 50 57 63 67 69 81 94 97 5,87 3,06 43,34 B Jenis Simpanan 1.230 1.262 1.304 1.354 1.406 1.454 1.519 1.605 1.644 100,00 2,44 16,90 1 Tabungan 395 399 409 450 436 437 452 510 493 29,98 -3,32 13,11 2 Deposito 834 863 896 904 971 1.017 1.066 1.095 1.151 70,02 5,12 18,60 III Penyaluran Dana (Financing) 1.374 1.445 1.519 1.561 1.620 1.743 1.830 1.872 1.933 100,00 3,21 19,27 A Jenis Bank 1.374 1.445 1.519 1.561 1.620 1.743 1.830 1.872 1.933 100,00 3,21 19,27 1 Konvensional 1.316 1.383 1.451 1.488 1.541 1.653 1.728 1.766 1.818 94,08 2,94 17,97 2 Syariah 58 62 68 73 79 90 102 106 114 5,92 7,74 44,55 B Jenis Penggunaan 1.374 1.445 1.519 1.561 1.620 1.743 1.830 1.872 1.933 100,00 3,21 19,27 1 Modal Kerja 569 600 618 632 665 724 754 736 757 39,16 2,84 13,83 2 Investasi 120 121 123 126 135 180 190 184 194 10,06 5,75 44,00 3 Konsumsi 685 725 778 803 820 839 887 953 981 50,78 3,01 19,62 IV Non Performing Loans (NPL) 7,36 6,90 6,86 5,46 6,39 6,20 6,42 5,79 6,82 1 Konvensional 7,45 6,97 6,88 5,42 6,34 6,18 6,34 5,80 6,78 2 Syariah 5,23 5,40 6,51 6,31 7,31 6,65 7,80 5,56 7,40

V Loan to Deposit Ratio (LDR)1 111,72 114,48 116,48 115,27 115,21 119,92 120,50 116,66 117,54

1 Konvensional 111,33 114,05 116,28 115,23 115,08 119,41 120,20 116,86 117,47 2 Syariah 121,46 124,88 120,86 116,16 117,62 130,11 125,77 113,46 118,61

Tabel 3.2

Indikator Bank Perkreditan Rakyat

No Uraian

2009 2010 2011

I II III IV I II IIIPosisi Pangsa

Ptumb (%)IV

I

Penghimpunan Dana

Dana masyarakat yang disimpan di BPR pada triwulan I-2011 mengalami peningkatan

sebesar 16,90% (yoy) menjadi Rp1.644 miliar. Berbeda dengan Bank Umum, DPK di BPR lebih

didominasi oleh jenis simpanan Deposito pangsa 70,02% (Rp1.151 miliar), sedangkan

Tabungan hanya memiliki pangsa sebesar 29,98% (Rp493 miliar). Perbedaan spread suku

bunga antara Deposito dan Tabungan BPR yang cukup signifikan menjadi daya tarik bagi

deposan.

Penyaluran dan Kualitas Kredit

Penyaluran Kredit BPR pada triwulan I-2011 sebesar Rp1.933 miliar, naik 19,27% (yoy).

Kredit Konsumsi masih mendominasi total penyaluran Kredit BPR, dengan pangsa sebesar

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

40

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

50,78% atau Rp981 miliar, diikuti oleh Kredit Modal Kerja dengan pangsa sebesar 39,16%

atau Rp757 miliar dan terakhir adalah Kredit Investasi dengan pangsa sebesar 10,06% atau

Rp194 miliar. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh Kredit Investasi sebesar 44,00% (yoy),

sedangkan Kredit Konsumsi dan Kredit Modal Kerja tumbuh masing-masing sebesar 19,62%

(yoy) dan 13,83% (yoy). Sementara itu, di sisi resiko terlihat terdapat sedikit peningkatan rasio

NPLs BPR tercatat sebesar 6,82%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan IV-2010 yang

tercatat sebesar 5,79%.

Fungsi Intermediasi

Pertumbuhan Kredit BPR yang lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan DPK

pada triwulan laporan menyebabkan fungsi intermediasi BPR meningkat. Loan to Deposit Ratio

naik dari 116,66% menjadi 117,54%. Tingginya LDR ini menunjukkan bahwa BPR di DIY

masih perlu didorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun dana

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

41

Bab 3 Perkembangan Perbankan

Boks

Peranan Perbankan dalam Pemulihan

Ekonomi Pasca Bencana Merapi

Bencana Letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman telah menyisakan pilu yang

sangat mendalam bagi masyarakat di wilayah yang langsung maupun tidak langsung

terkena bencana tersebut. Para penduduk yang mencari nafkah disekitar lereng Merapi

Banyak yang kehilangan mata pencaharian karena tempat bekerjanya rusak, sedangkan

para pengusaha kehabisan modal karena tempat usahanya rusak akibat erupsi Merapi.

Untuk membangkitkan perekonomian di daerah yang terkena dampak erupsi Merapi,

beberapa bank mengeluarkan skema kredit berbunga lunak untuk membangkitkan

debitur yang terkena bencana Merapi antara lain:

1. BPD Syariah bekerjasama dengan P2EB FEB UGM & Harian Republika menyalurkan

pembiayaan melalui BMT kepada UMKM di lereng Merapi terutama petani salak

pondoh di Dusun Candi, Desa Bangunkerto, Turi Sleman. Dalam hal ini, BI bertindak

sebabagai fasilitator P2EB FEB UGM dengan BPD DIY yang kemudian melakukan

linkage dengan 6 (enam) BMT di sekitar gunung Merapi dengan plafon pembiayaan

sebesar Rp1,5 miliar. Dana tersebut akan disalurkan kepada 467 anggota (debitur)

atau rata-rata Rp3,2 juta/debitur yang akan dipergunakan untuk rehabilitasi kebun

salak sebagai penopang utama ekonomi anggota BMT. Bunga yang dikenakan BPD

DIY kepada BMT/koperasi sebesar 2% flat per tahun, sedangkan untuk perorangan

3% flat per tahun. BMT selanjutnya menyalurkan pembiayaan ke masyarakat yang

menjadi korban erupsi Gunung Merapi dengan bunga 4% untuk tahun pertama

dan maksimal 6% untuk tahun berikutnya. Jangka waktu linkage selama 4 tahun.

Tidak ada pembatasan sektor-sektor yang dibiayai namun sebagian besar yang telah

dibiayai yaitu sektor perdagangan, perikanan dan pertanian.

2. BRI meluncurkan program PKBL BRI untuk recovery paska Erupsi Merapi sebesar

Rp20 miliar (DIY Rp13,2 miliar dan Jateng Rp6,8miliar). Plafon per debitur maksimal

Rp25 juta tanpa agunan dengan suku bunga 3% per tahun. Calon debitur berasal

dari nasabah BRI atau dari bank lainnya. Tidak ada pembatasan sektor yang

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

42

Bab 3 - Perkembangan Perbankan

dibiayai. Jangka waktu kemitraan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 2

(dua) tahun.

3. Perbarindo DIY meluncurkan program kredit bersama yang dinamakan kredit

MEKAR (Membangun Ekonomi Rakyat). Kredit ini ditujukan untuk modal kerja

dengan plafon maksimal Rp20 juta, jangka waktu maksimal 2 tahun dan suku

bunga 9%. Suku bunga yang dikenakan relatif terjangkau dan lebih murah

dibandingkan dengan suku bunga Kredit yang pada Desember 2010 tercatat rata-

rata sebesar 13,45%. Jika setiap BPR dapat mengalokasikan dana sekitar Rp200

juta, maka secara akumulasi jumlah Kredit MEKAR akan mencapai Rp10 miliar dan

dapat membantu minimal 1.000 debitur dengan plafon rata-rata Rp10 juta. Upaya

ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran BPR/BPRS di DIY dalam membangun

ekonomi di daerah utamanya di daerah yang terkena dampak Erupsi Merapi dalam

bentuk pemberian fasilitas kredit murah dengan suku bunga maksimal 9%, masing-

masing bank diharapkan berkomitmen untuk menyalurkan kredit tersebut sampai

dengan 200 juta.

43

BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan transaksi pembayaran tunai dan non tunai pada triwulan I-2011 relatif

normal. Rata-rata net cash inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp198 miliar, naik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat net cash outflow sebesar Rp4 miliar, yang

mengindikasikan uang tunai mulai kembali ke perbankan pasca libur akhir tahun 2010. Secara

keseluruhan posisi kas di BI mencapai Rp805 miliar, meningkat dari triwulan sebelumnya

(Rp546 miliar). Nilai nominal transaksi RTGS dan transaksi kliring kembali pada pola

normalnya. Rata-rata net incoming RTGS per bulan Rp644 miliar, turun dari triwulan

sebelumnya Rp4.797 miliar. Sedangkan rata-rata nilai nominal transaksi harian kliring sebesar

Rp33 miliar, meningkat dari triwulan IV-2010 (Rp30 miliar). Sedangkan, temuan uang palsu

pada triwulan laporan sebesar Rp15,23 juta, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

sebesar Rp152,86 juta.

Aliran Uang Masuk (Cash Inflow) dan Keluar (Cash Outflow)

Pada ttriwulan I-2011 rata-rata aliran uang kas masuk dan keluar mengalami

peningkatan. Jumlah rata-rata cash inflow per bulan pada triwulan I-2011 mencapai Rp600

miliar, meningkat sebesar 47,32% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan IV-2010 sebesar

Rp387 miliar. Sedangkan jumlah rata-rata cash outflow meningkat sebesar 2,76%(qtq) dari

Rp391 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp402 miliar pada triwulan laporan. Hal ini

menyebabkan rata-rata net cash inflow pada triwulan I-2011 tercatat sebesar Rp198 miliar

pada triwulan IV-2010. Tingginya cash inflow dipengaruhi oleh tingginya uang yang masuk ke

perbankan pasca libur akhir tahun 2010. Selain itu, perbankan diberikan diskresi untuk

menyetorkan kelebihan likuiditasnya ke Bank Indonesia.

Miliar Rp

2011

I II III IV I II III IV I

1 Posisi Kas 1.146 865 526 659 969 919 1.291 546 805 47,32

2 Rata-rata Cash Inflow/Bulan 353 189 477 315 248 239 1.003 387 600 54,98

3 Rata-rata Cash Outflow/Bulan 92 255 515 115 152 155 677 391 402 2,76

4 Rata-rata Net Cash Inflow/Bulan 261 (66) (38) 200 97 84 326 (4) 198 -5.455,19

Keterangan:

1) Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010 (dalam %).

Tabel 4.1

Indikator Sistem Pembayaran Tunai

No Uraian Ptumb12009 2010

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

44

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

Peningkatan rata-rata cash inflow di triwulan I-2011 menjadi salah satu penyebab

posisi kas di KBI Yogyakarta mengalami peningkatan dari Rp546 miliar menjadi Rp805

miliar. Diluar itu, tambahan stok uang tunai juga berasal dari kriman uang (remise) Kantor

Bank Indonesia Semarang. Tujuan pemeliharaan stok yang mencukupi adalah untuk menjaga

agar kebutuhan transaksi tunai masyarakat dapat dipenuhi.

-200

0

200

400

600

800

1,000

0

100

200

300

400

500

600

700

I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11

Net In

flow

/PTTB (

Mili

ar Rp)

Inflow

/Outf

low

(M

iliar Rp)

Aliran Masuk Aliran Keluar Net Aliran Masuk PTTB

Grafik 4.1 Aliran Kas dan PTTB

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Dalam rangka melaksanakan clean money policy, KBI Yogyakarta secara rutin

melakukan kegiatan penyortiran (Mesin Sortir Uang Kertas/MSUK) dan peracikan

uang yang tidak layak edar (Mesin Racik Uang Kertas/MRUK).. Uang yang dikategorikan

sebagai uang tidak layak edar dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) untuk

kemudian dilakukan pemusnahan. Jumlah PTTB pada triwulan I-2011 turun 25,09% (qtq) dari

Rp762 miliar menjadi Rp571 miliar. Umumnya uang yang diracik tersebut pada gilirannya akan

diganti dengan uang baru.

Berdasarkan denominasinya, peningkatan jumlah lembar PTTB terbesar

berdenominasi Rp2.000 (35,64%) dari 3.087.922 lembar pada triwulan IV-2010

menjadi 4.188.420 lembar pada triwulan laporan. Sementara denominasi dengan jumlah

lembar PTTB terbesar adalah denominasi Rp1.000 (5,54 juta lembar) diikuti oleh Rp50.000

(4,24 juta lembar). Uang pecahan Rp1.000 ini secara gradual akan diganti dengan pecahan

logam.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

45

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

Juta Rp

2011

I II III IV I II III IV I

100.000 50.411 21.268 59.161 89.255 62.117 108.900 305.861 313.514 269.070 -14,18

50.000 26.282 14.560 64.809 110.722 121.556 132.812 255.969 328.517 212.074 -35,45

20.000 12.853 6.530 83.724 39.423 35.153 24.796 21.100 43.269 27.936 -35,44

10.000 26.187 23.836 7.351 24.444 18.874 15.183 10.576 39.212 28.397 -27,58

5.000 18.769 14.237 11.135 21.815 17.682 15.629 9.884 25.860 19.481 -24,67

2.000 - - - 0,45 4,94 252 325 6.176 8.377 35,64

1.000 7.721 3.539 590 4.626 5.740 4.462 2.790 5.482 5.536 0,99

500 9 6 4 10 3 3 4 3 2 -29,39

100 1 0,30 0 1 1 1 2 1 0 -35,36

Total 142.234 83.977 226.773 290.297 261.131 302.038 606.510 762.033 570.874 -25,09

Keterangan:

1) Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010 (dalam %).

2009

Tabel 4.2

Pemberian Tanda Tidak Berharga

Ptumb1Pecahan2010

Penukaran Uang

Kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang dilakukan di loket KBI Yogyakarta

pada triwulan I-2011 tercatat sebesar Rp14,65 miliar, meningkat 20,22% (qtq) dari

triwulan sebelumnya Rp12,29 miliar. Peningkatan kegiatan penukaran uang pecahan kecil

ini terkait dengan peningkatan kebutuhan oleh pelaku usaha, terutama untuk uang

kembalian. Penukaran uang pecahan kecil di DIY terutama terjadi pada pada uang logam yang

meningkat 132,95% dari Rp0,3 miliar menjadi Rp0,7 miliar. Sedangkan penukaran uang

kertas tumbuh 16,36% dari Rp11,98 miliar.

Juta Rp

2011

I II III IV I II III IV I

11.298 10.242 48.846 9.691 11.952 16.938 78.553 11.981 13.942 16,36

6.070 6.238 19.809 4.890 6.279 8.545 42.876 5.743 6.991 21,74

3.572 3.505 15.606 3.085 3.499 5.483 21.317 3.524 4.425 25,54

2.000 - - 11.712 1.595 2.012 2.638 12.998 1.226 1.745 42,36

1.656 499 1.720 121 162 272 1.362 1.488 781 -47,52

132 403 465 340 240 251 1.509 305,09 710,70 132,95

- - - - - - 1.060 108 494 355,55

92 326 354 226 55 5 - 3 2 -33,33

34 72 87 56 117 144 243 103 106 2,71

6 4 24 58 69 102 206 90 109 20,22

11.430 10.645 49.311 10.031 12.192 17.189 80.062 12.286 14.652 19,26

Keterangan:

1) Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010 (dalam %).

Total

Pecahan

1.000

500

100

200

Uang Logam

1.000

10.000

5.000

Tabel 4.3Penukaran Uang Pecahan Kecil

Uang Kertas

Ptumb12009 2010

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

46

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

Temuan Uang Palsu

Pada triwulan I-2011, jumlah uang palsu yang dilaporkan ke KBI Yogyakarta

mengalami penurunan signifikan, jumlah nominal maupun lembarnya. Jumlah nominal

temuan uang palsu turun 90,04% dari Rp152.885.000 menjadi Rp15.230.000. Sementara

jumlah lembarnya juga turun signifikan (89,60%) dari 1.567 lembar menjadi 163 lembar.

Sementara itu, guna penanganan dan pencegahan peredaran uang palsu, KBI Yogyakarta

antara lain meningkatkan frekuensi kegiatan sosialisasi keaslian uang Rupiah kepada seluruh

lapisan masyarakat.

Lembar

2011I II III IV I II III IV I

100.000 2004 425 7 216 17 7 10 78 1.509 141 (90,66) 100.000 1999 4 - - - 1 - - 1 3 200,00 50.000 2005 177 2 6 7 95 10 11 9 15 66,67 50.000 1999 3 - 2 1 17 2 - 17 - (100,00) 50.000 1995 - - - - - - - - - - 50.000 1993 2 - - - 1 - - 3 - (100,00) 20.000 2004 13 1 1 5 7 2 4 8 4 (50,00) 20.000 1998 1 - - - 18 - - 5 - (100,00) 20.000 1992 3 - - 1 - - - - - - 10.000 2005 - 1 3 - - 4 - 1 - (100,00) 10.000 1998 - - - - 6 - - 5 - (100,00) 10.000 1992 1 - - - 4 - 1 8 - (100,00) 5.000 1992 - - - - - - - 1 - (100,00) 5.000 2001 - - 1 1 2 - - - - -

629 11 229 32 158 28 94 1.567 163 (89,60) 52.350.000 830.000 22.055.000 2.225.000 7.060.000 1.680.000 8.440.000 152.855.000 15.230.000 (90,04)

Keterangan: 229 32

1) Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010 (dalam %).

Total (Rp)

Pecahan

Jumlah (lembar)

Tabel 4.4

Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan

Tahun

EmisiPtumb12009 2010

Transaksi Kliring

Rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan I-2011 mengalami peningkatan,

baik nilai nominal maupun jumlah warkat kliring. Rata-rata nilai nominal kliring per hari

meningkat sebesar 8,90% (qtq) dari Rp30 Miliar menjadi Rp33 miliar pada triwulan laporan.

Sementara itu, rata-rata warkat kliring per hari meningkat 7,72% (qtq) dari 1.366 lembar pada

triwulan IV-2010 menjadi 1.472 lembar pada triwulan laporan. Perkembangan tersebut relatif

normal karena peningkatan aktivitas bisnis.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

47

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

0

500

1,000

1,500

2,000

0

10

20

30

40

I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11

Lem

bar

Mili

ar Rp

Nominal Kliring Warkat Kliring

Grafik 4.2 Transaksi Kliring

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11

Lem

bar

Milia

r Rp

Nominal Incoming Transfer Nominal Outgoing Transfer

Warkat Incoming Transfer Warkat Outgoing Transfer

Grafik 4.3 Transaksi BI-RTGS

Dari sisi kualitas kliring, rata-rata harian nilai warkat yang ditolak baik dari sisi

nominal maupun dari sisi jumlah warkat mengalami penurunan. Rata-rata nilai nominal

kliring yang ditolak per hari meningkat 37,71% (qtq) dari Rp0,574 miliar pada triwulan IV-

2010 menjadi Rp0,790 miliar pada triwulan laporan. Sedangkan rata-rata warkat kliring

ditolak pada periode yang sama meningkat dari 27,98 lembar per hari menjadi 28,05 lembar

per hari.

Miliar Rp

2011

I II III IV I II III IV I

1 Rata-rata Warkat Kliring/Hari (lembar) 1.632 1.590 1.648 1.702 1.670 1.639 1.674 1.366 1.472 7,72

2 Rata-rata Warkat Ditolak/Hari (lembar) 21,37 21,24 24,89 27,33 27,79 27,55 29,36 27,98 28,05 0,25

3 Rasio (2)/(1) dalam % 1,31 1,34 1,51 1,61 1,66 1,68 1,75 2,05 1,91

4 Rata-rata Nominal Kliring/Hari 32 32 34 39 34 35 39 30 33 8,90

5 Rata-rata Nominal Ditolak/Hari 0,655 0,454 0,577 0,613 0,571 0,677 0,779 0,574 0,790 37,71

6 Rasio (5)/(4) dalam % 2,05 1,42 1,67 1,56 1,66 1,92 2,01 1,89 2,39

1 Rata-rata Warkat Outgoing Transfer/Bulan (lembar) 2.988 3.632 3.354 4.334 3.561 3.774 3.987 4.346 3.930 -9,56

2 Rata-rata Warkat Incoming Transfer/Bulan (lembar) 3.858 4.437 3.772 5.156 4.959 5.208 5.396 5.745 4.941 -13,99

3 Rata-rata Nominal Outgoing Transfer/Bulan 3.096 3.537 2.849 3.290 3.177 3.937 3.935 4.549 5.130 12,78

4 Rata-rata Nominal Incoming Transfer/Bulan 4.392 5.257 3.745 5.036 5.430 5.626 5.507 9.346 5.775 -38,21

5 Rata-rata Net Incoming Transfer/Bulan 1.296 1.720 896 1.745 2.253 1.689 1.572 4.797 644 -86,57

Keterangan:

1) Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010 (dalam %).

Kliring

BI-RTGS

Tabel 4.5

Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai

No Uraian Ptumb12009 2010

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

48

Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran

Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)1

Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) melalui Kantor

Bank Indonesia Yogyakarta pada triwulan I-2011 mengalami peningkatan dari sisi

outgoing transfer, tetapi mengalami penurunan dari sisi incoming transfer. Rata-rata

nilai nominal outgoing transfer per bulan meningkat 12,78% (qtq) dari Rp4.549 miliar menjadi

Rp5.130 miliar, sedangkan jumlah rata-rata warkat per bulan turun 9,56% (qtq) dari 4.346

lembar menjadi 3.930 lembar. Sementara itu, rata-rata nominal incoming transfer turun

38,21% (qtq) dari Rp9.346 miliar menjadi Rp5.775 miliar, dan jumlah rata-rata warkat

incoming transfer per bulan juga turun 13,99% (qtq) dari 5.745 lembar menjadi 4.941 lembar.

Dengan demikian rata-rata net incoming transfer pada triwulan I-2011 turun 86,57% (qtq)

menjadi Rp4.797 miliar, dari triwulan sebelumnya Rp644 miliar.

1 BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam

waktu seketika. BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi bernilai Rp.100 juta atau lebih.

49

Bab 5 Keuangan Pemerintah

Kinerja gabungan keuangan pemerintah Pemerintah Daerah se-DIY (tidak termasuk Kab.

Kulonprogo) sampai dengan triwulan I-2011 cukup baik. Realisasi di sisi penerimaan mencapai

26,53% atau sebesar Rp1.322 miliar terutama bersumber dari realisasi Dana Perimbangan

28,64% dan Pendapatan Asli daerah (PAD) 24,32%. Sementara itu di sisi belanja daerah

terealisasi sebesar 12,98% atau sebesar Rp706 miliar, dengan realisasi terbesar pada belanja

tidak langsung sebesar 16,79%. Lebih besarnya realisasi sisi penerimaan dibanding sisi belanja,

mengakibatkan neraca APBD pada posisi akhir triwulan I-2011 masih surplus Rp693 miliar.

Sedangkan realisasi pembiayaan netto mencapai sebesar Rp77 miliar.

Sampai dengan akhir triwulan I tahun 2011, realisasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Pemerintah Daerah di DIY (tidak termasuk Kab. Kulonprogo) cukup

baik. Di sisi pendapatan, realisasi cukup optimal, mencapai 26,53%, namun demikian di sisi

belanja realisasinya belum optimal (12,98%). Realisasi Pendapatan terutama bersumber dari

realisasi pos Dana Perimbangan dan PAD. Sedangkan realisasi Belanja terbesar pada pos

Belanja Tidak Langsung, khususnya belanja pegawai.

Berdasarkan wilayah, realisasi pendapatan terbesar pada triwulan I-2011 adalah Provinsi

DIY sebesar 28,58%, diikuti oleh Kabupaten Gunungkidul (27,83%), Kabupaten Bantul

(27,63%), Kota Yogyakarta (25,78%) dan Kabupaten Sleman (22,22%). Sedangkan dari sisi

pengeluaran, realisasi terbesar di Kabupaten Bantul (17,85%) diikuti oleh Kabupaten Sleman

(16,26%), Kabupaten Gunungkidul (12,55%), Kota Yogyakarta (12,10%) dan Provinsi DIY

(8,60%).

PENDAPATAN GABUNGAN PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Secara gabungan realisasi pendapatan pemerintah daerah di DIY (tidak termasuk

Kab. Kulonprogo) pada triwulan I-2011 mencapai Rp1.321 miliar atau 26,53% dari

anggaran yang ditetapkan sebesar Rp4.983 miliar. Komponen Dana Perimbangan

terealisasi sebesar 28,64% atau Rp954 miliar, bersumber dari realisasi Dana Alokasi Umum

(DAU) Rp910 miliar atau 31,51% dari rencana Rp2.887 miliar dan Dana Alokasi Khusus (DAK)

Rp24 miliar (14,27%). Sedangkan realisasi PAD mencapai Rp304 miliar atau 24,32% dari

anggaran yang ditetapkan Rp1.250 miliar. PAD tersebut terutama bersumber dari Pendapatan

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

50

Bab 5 Keuangan Pemerintah

Pajak Daerah Rp233 miliar atau 27,66% dari yang dianggarkan Rp842 miliar, Pendapatan

Retribusi Daerah Rp29 miliar (18,06%), pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan Rp0,186 miliar (0,29%) dan komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Rp42 miliar (22,84%).

Juta Rp

ANGGARAN REALISASI %

PENDAPATAN 4.983.259 1.321.812 26,53 PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.250.190 303.996 24,32 Pendapatan Pajak Daerah 841.779 232.870 27,66 Pendapatan Retribusi Daerah 157.902 28.512 18,06 Pendapatan Hsl Pengelolaan Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan 64.782 186 0,29 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 185.726 42.429 22,84 DANA PERIMBANGAN 3.330.139 953.909 28,64 Dana Bagi Hasil 274.160 20.140 7,35 Dana Alokasi Umum 2.886.983 909.647 31,51 Dana Alokasi Khusus 168.996 24.122 14,27 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 402.930 63.907 15,86 Pendapatan Hibah 9.763 1.205 12,34 Pendapatan Dana Darurat - - - Dana Bagi Hsl Pajak dari Prov dan Pemda Lainya 148.869 6.193 4,16 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 190.128 19.152 10,07 Bantuan Keuangan dari Prov atau Pemda Lainya 54.170 10.117 18,68 Pendapatan Lainya - 27.240 - JUMLAH PENDAPATAN 4.983.259 1.321.812 26,53

Tabel 5.1Realisasi Penerimaan - APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota Triwulan I-2011

Se-wilayah Provinsi DIY (tidak termasuk Kab. Kulonprogo)

URAIANTOTAL

Keterangan:

Sumber: Pemda Propinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY, diolah. Data Kab. Kulonprogo tidak tersedia

Pangsa komponen Dana Perimbangan tetap mendominasi penerimaan APBD Pemerintah

Daerah se-DIY yakni sebesar 72,17% dan diikuti PAD 24,32%. Hal ini menunjukkan bahwa

Pemerintah Daerah masih sangat bergantung dari transfer pemerintah pusat. Untuk itu porsi

PAD perlu ditingkatkan tanpa mengganggu daya beli masyarakat. Sumber terbesar PAD pada

triwulan I-2011 adalah Pendapatan Pajak Daerah 76,60% atau sebesar Rp232 miliar. Sebagian

besar PAD tersebut berasal dari penerimaan PAD Provinsi DIY dengan kontribusi 59,99% atau

sebesar Rp169 miliar.

BELANJA PEMERINTAH

Realisasi Belanja Daerah pemerintah daerah di DIY (tidak termasuk Kab.

Kulonprogo) sampai dengan triwulan I-2011 relatif belum optimal, yakni 12,98% dari

anggaran yang ditetapkan. Belanja daerah terealisasi Rp706 miliar dari anggaran yang

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

51

Bab 5 Keuangan Pemerintah

ditetapkan sebesar Rp5.437 miliar. Realisasi belanja tidak langsung mencapai Rp578 miliar

atau 16,79% dari total anggaran belanja yang ditetapkan dengan realisasi terbesar pada

belanja pegawai Rp479 miliar. Sedangkan realisasi belanja langsung baru mencapai Rp128

miliar atau 6,40% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp1.992 miliar dengan realisasi

terbesar pada belanja barang dan jasa Rp97 miliar dan belanja langsung pegawai Rp28 miliar.

Sementara itu, belanja modal baru terealisasi Rp3 miliar atau 0,47% dari yang dianggarkan,

dengan proporsi 2,08% dari realisasi Belanja Langsung. Realisasi belanja pemerintah pada

triwulan I relatif rendah karena pelaksanaan proyek pemerintah masih dalam perencanaan

atau proses pengajuan tender lelang sehingga pekerjaan belum mulai dilaksanakan.

ANGGARAN REALISASI %

BELANJA 5.437.484 705.999 12,98 Belanja Tidak Langsung 3.445.585 578.470 16,79 Belanja Pegawai 2.712.454 478.943 17,66 Belanja Bunga 543 221 40,77 Belanja Subsidi - - - Belanja Hibah 90.660 49.896 55,04 Belanja Bantuan Sosial 227.666 25.234 11,08 Belanja Bagi Hsl Kpd Prov/ Kab /dan Pemerintah Desa 236.749 12.091 5,11 Belanja Bantuan Keuangan Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pem Desa 151.960 10.428 6,86 Belanja Tak Terduga 25.554 1.656 6,48 Belanja Langsung 1.991.899 127.529 6,40 Belanja Pegawai 347.255 27.934 8,04 Belanja Barang Jasa 1.075.340 96.944 9,02 Belanja Modal 569.304 2.651 0,47 JUMLAH BELANJA 5.437.484 705.999 12,98 SURPLUS / DEFISIT (454.226) 615.814 -

Tabel 5.2Realisasi Belanja - APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota Triwulan I-2011

Se-wilayah Provinsi DIY (tidak termasuk Kab. Kulonprogo)Juta Rp

URAIANTOTAL

Keterangan:

Sumber: Pemda Propinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY, diolah. Data Kab. Kulonprogo tidak tersedia

Untuk belanja yang sifatnya investasi, yaitu meliputi belanja modal, belanja hibah,

bantuan sosial dan belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota/Desa

realisasinya masih rendah. Belanja tersebut baru terealisasi Rp88 miliar atau 8,48% dari yang

dianggarkan sebesar Rp1.039 miliar.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

52

Bab 5 Keuangan Pemerintah

SUMBER PEMBIAYAAN PEMERINTAH

Secara keseluruhan, kinerja APBD Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota se-

DIY (tidak termasuk Kab. Kulonprogo) triwulan I-2011 masih mengalami surplus.

Realisasi penerimaan sumber pembiayaan Rp92 miliar atau 19,50% dari sumber pembiayaan

yang dianggarkan sebesar Rp470 miliar. Sumber penerimaan pembiayaan masih didominasi

oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya dengan proporsi 98,58%.

Sedangkan proporsi pengeluaran pembiayaan terbesar adalah Pemberian Pinjaman Daerah

56,23%. Sumber pembiayaan yang telah tersalurkan dalam bentuk pengeluaran sampai

dengan triwulan I-2011 baru mencapai 18,87%.

ANGGARAN REALISASI %

PEMBIAYAAN 406.435 76.711 18,87 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 469.614 91.578 19,50 SILPA Tahun Anggaran Sebelumnya 448.637 90.281 20,12 Pencairan Dana Cadangan - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - - - Penerimaan Pinjaman Daerah - - - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 19.661 1.025 5,21 Penerimaan Piutang Daerah 200 59 - Penerimaan dari Biaya Penyusutan Kendaraan 1.116 213 - JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 469.614 91.578 19,50 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 63.179 14.867 23,53 Pembentukan Dana Cadangan - - - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 24.500 6.000 24,49 Pembayaran Pokok Utang 884 507 57,37 Pemberian Pinjaman Daerah 37.795 8.360 22,12 Penyelesaian kegiatan DPA-L - - - Pembayaran Kewajiban Tahun Lalu Yang Blm Terselesaikan - - - JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 63.179 14.867 23,53 PEMBIAYAAN NETTO 406.435 76.711 18,87 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN (SILPA) (47.791) 692.524 -

Tabel 5.3Realisasi Pembiayaan - APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota Triwulan I-2011

TOTAL

Keterangan:

Sumber: Pemda Propinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY, diolah. Data Kab. Kulonprogo tidak tersedia

Se-wilayah Provinsi DIY (tidak termasuk Kab. Kulonprogo)Juta Rp

URAIAN

53

BAB 6 KETENAGAKERJAAN

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2011 menunjukkan

bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 72,11%, meningkat

dibandingkan keadaan pada Februari 2010 (71,41%). Tingkat pengangguran Terbuka

di Provinsi DIY pada Februari 2011 sekitar 5,47%. Diantara penduduk yang bekerja, ,

penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu (setengah pengangguran) mendekati

24% dari orang yang bekerja. Berdasarkan jenis pekerjaannya, sekitar 56,4% tenaga kerja

tersebut bekerja pada sektor informal dengan porsi terbesar adalah pekerja di sektor pertanian

(24,3%). Sementara itu, tingkat kemiskinan di Provinsi DIY pada Maret 2010 adalah sebesar

16,83%, turun 0,40% jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2009 (17,23%).

Tenaga Kerja

TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi DIY pada Februari 2011

sebesar 72,11%, meningkat dibandingkan Februari 2010 (71,41%). Sedangkan Tingkat

Pengangguran Terbuka pada Februari 2011 sebesar 5,47%. Presentase ini mengalami

penurunan jika dibandingkan keadaan Februari 2010 (6,02%) sejalan dengan perkembangan

ekonomi DIY yang membaik. Sementara itu, dibandingkan dengan angka pengangguran

nasional (6,80%), maka persentase angka pengangguran di DIY lebih kecil (5,47%).

9,75

9,11

8,46 8,398,14

7,877,41

7,146,80

6,08 6,1 6,04

5,38

6,00 6,00 6,025,69 5,47

0

2

4

6

8

10

12

Feb 07 Agst 07 Feb 08 Agst 08 Feb 09 Agst 09 Feb 10 Agst 10 Feb 11

%

Nasional DIY

Grafik 6.1 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY

Sumber : BPS Provinsi DIY

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

54

Bab 6 Ketenagakerjaan

Di antara penduduk yang sudah bekerja, terdapat pekerja setengah

pengangguran atau pengangguran terselubung, yakni pekerja dengan waktu

kerjanya kurang dari 35 jam seminggu. Pada posisi Februari 2011, jumlah setengah

pengangguran mendekati 24% dari orang yang bekerja. Lebih dari separuhnya (16%)

mencari pekerjaan lain.

2011Feb Agt Feb Agt Feb

A Pertanian 35,7% 30,1% 32,2% 30,4% 24,3%B Pertambangan, Listrik, Gas, Air Bersih 1,3% 1,1% 1,0% 0,9% 1,3%C Industri Pengolahan 12,9% 12,5% 15,1% 13,9% 14,2%

D Bangunan 4,7% 7,7% 4,7% 6,2% 5,6%E Perdagangan, Hotel dan Restoran 22,3% 24,0% 22,9% 24,7% 26,0%F Pengangkutan dan Komunikasi 4,2% 4,4% 4,4% 3,8% 4,7%G Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,6% 2,6% 2,2% 2,2% 2,2%H Jasa 17,3% 17,7% 17,4% 17,9% 21,8%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Sumber : BPS DIY

J u m l a h

Tabel 6.1

Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

No Lapangan Usaha

Sektor Tradeable

Sektor Non-Tradeable

2009 2010

Secara sektoral, sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

menyerap pekerja paling banyak di Provinsi DIY yaitu masing-masing sebesar 24,3%

dan 26,0% pada Februari 2011. Sektor lain yang peranannya cukup berarti adalah sektor

jasa-jasa (21,8%) dan industri pengolahan (14,2%). Peranan sektor non-tradeable dalam

penyerapan tenaga kerja semakin besar karena andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi

cukup dominan.

Ditinjau dari sisi status ketenagakerjaan, maka pekerja di DIY lebih didominasi

oleh tenaga kerja informal. Porsi pekerja informal di Indonesia mencapai 65,76% dari

total pekerja. Khusus di DIY porsi pekerja informal mencapai 56,4%. Peningkatan jumlah

pekerja di sektor formal di DIY dipengaruhi oleh membaiknya kondisi perekonomian DIY

sehingga menyebabkan peningkatan kinerja di sektor PHR, Jasa, Pengangkutan dan

Komunikasi, dan juga Industri Pengolahan.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

55

Bab 6 Ketenagakerjaan

%

2011Feb Agt Feb Agt Feb

A Formal 34,4 35,4 34,7 34,5 43,6

Berusaha dibantu Buruh Tetap 3,7 3,0 3,5 3,9 4,3 Buruh/Karyawan/Pegawai 30,7 32,4 31,2 30,6 39,3

B Informal 65,8 64,6 65,2 65,5 56,4

Berusaha Sendiri 15,3 14,3 14,5 13,8 15,3 Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar 23,8 23,8 24,5 24,4 17,5 Pekerja Bebas di Pertanian 2,8 2,9 2,3 2,0 3,5 Pekerja Bebas di Non Pertanian 4,9 7,7 5,2 6,5 5,1 Pekerja Keluarga/tak Dibayar 19,0 15,9 18,7 18,9 15,0

Keterangan :

*) Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Februari 2009 - Februari 2011

Sumber : BPS Propinsi DIY

Tabel 6.2

Indikator Status Ketenagakerjaan

No Status Pekerjaan Utama2009 2010

Upah Minimum Provinsi (UMP)1

Gubernur DIY melalui Keputusan Nomor 270/KEP/2010 tanggal 22 November

2010 menetapkan UMP 2011 sebesar Rp808.000,-. Jumlah tersebut lebih tinggi dari yang

diusulkan oleh Dewan Pengupahan DIY sebesar Rp802.338,-, namun lebih rendah dari

perhitungan rata-rata upah buruh di Yogyakarta yang dilakukan oleh Aliansi Buruh Yogyakarta

(ABY), yakni sebesar Rp837.319,-. UMP 2011 yang ditetapkan mengalami kenaikan sebesar

8,36% dari UMP 2010 sebesar Rp745.694,-. Sampai dengan akhir tahun 2010 terdapat 5

perusahaan yang mengajukan penangguhan penundaan UMP 2011. Namun demikian hanya

2 perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk melakukan penangguhan UMP tersebut.

Kemiskinan

Garis Kemiskinan Provinsi DIY pada Maret 2010 sebesar Rp224.258,- per kapita

per bulan. Dibandingkan dengan angka bulan Maret 2009 yang besarnya Rp211.978,- per

kapita per bulan, maka garis kemiskinan2 pada Maret 2010 meningkat sebesar 5,79%.

Walaupun angka garis kemiskinan naik, namun jumlah penduduk miskin di Provinsi DIY

cenderung menurun dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 tercatat

663,5 ribu orang dan pada tahun 2010 menjadi 577,3 ribu orang.

Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut terjadi baik di kota maupun desa. Persentase

penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2010 adalah 53,41% atau 308,36 ribu

1 UMP adalah jaring pengaman sosial yang diperuntukkan bagi pekerja lajang dengan 0 tahun masa kerja. 2 Garis kemiskinan merupakan ambang batas kebutuhan dasar baik untuk makanan maupun non makanan, yang

memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak. Terjadinya pertumbuhan garis kemiskinan ini antara lain

sejalan dengan terjadinya kenaikan harga barang akibat inflasi.

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

56

Bab 6 Ketenagakerjaan

orang, berkurang dari keadaan Maret 2009 yang mencapai 311,47 ribu orang. Sementara itu,

persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada bulan Maret 2010 adalah 46,59% atau

268,94 ribu orang, turun dari keadaan Maret 2009 yang mencapai 274,31 ribu orang.

Penurunan jumlah penduduk miskin ini tidak lepas dari upaya-upaya pemerintah melalui

beberapa program yang dilaksanakan, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), pembagian

beras raskin, pembebasan bea SPP, Jamkesra dan lain-lain yang cukup efektif menurunkan

tingkat kemiskinan dimaksud.

633,5

616,3

585,8577,3

18,99

18,32

17,23

16,83

15,5

16

16,5

17

17,5

18

18,5

19

19,5

540

550

560

570

580

590

600

610

620

630

640

2007 2008 2009 2010

Chart Title

Jumlah Persentase (%)

Grafik 6.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY

ribu orang %

57

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Perkembangan ekonomi DIY pada triwulan II-2011 diperkirakan tumbuh lebih cepat

dibandingkan triwulan I-2011. Perusahaan diperkirakan akan menggenjot produksi untuk

menjaga kecukupan stok sebagai antisipasi kemungkinan peningkatan permintaan yang

diperkirakan meningkat sejalan dengan libur anak sekolah. Sektor-sektor unggulan seperti

PHR, Jasa-jasa dan Pengangkutan & Komunikasi memasuki liburan sekolah kinerjanya akan

lebih optimal. Disamping itu, produksi di sektor pertanian diperkirakan cukup bagus dan

panen raya masih berlangsung. Dengan kondisi tersebut, perekonomian DIY pada triwulan II-

2011 diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 5,17%+1% (yoy). Sementara itu, tekanan

inflasi pada triwulan II-2011 masih relatif rendah walaupun adanya tekanan dari sisi

permintaan terkait dengan rencana kenaikan gaji dan pembayaran rapel gaji PNS. Inflasi pada

triwulan II-2011 diperkirakan 6,33±1%(yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya

(7,53%).

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I-09

II-09

III-09

IV-0

9

I-10

II-10

III-10*

IV-1

0**

I-11f

II-11f

qtq yoy

Forecastin

Anomali Cuaca

Grafik 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi DIY

Krisis Keuangan

-1.7

-1.2

-0.7

-0.2

0.3

0.8

1.3

1.8

0

2

3

5

6

8

9

11

12

14

15

17

18

Jan

-09

Feb

-09

Ma

r-0

9

Apr-

09

May

-09

Jun-0

9

Jul-0

9

Aug-0

9

Sep-0

9

Oct-

09

Nov-0

9

Dec-0

9

Jan-1

0

Feb-1

0

Mar-

10

Apr-

10

May

-10

Jun

-10

Ju

l-1

0

Aug

-10

Sep

-10

Oct-

10

No

v-1

0

De

c-1

0

Jan

-11

Feb

-11

Ma

r-1

1

Apr-

11

May-1

1

Jun-1

1

Bulanan (mtm,rhs) Tahunan (yoy,lhs)

forecasting

Grafik 7.2 Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta

PRAKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian DIY triwulan II-2011 diperkirakan tumbuh 5,17% (yoy), lebih tinggi

dibanding triwulan I-2011 (4,31%,yoy) dan triwulan IV-2010 (3,84%,yoy). Sementara

itu, secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan tumbuh negatif 2,23% (qtq).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011 terutama masih didorong oleh

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

58

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

konsumsi dan investasi. Sedangkan dari sisi penawaran, kontribusi terbesar berasal dari sektor

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan,sektor Pengangkutan & Komunikasi dan sektor PHR.

yoy Andil qtq

1 Konsumsi Rumahtangga 8,33 7,05 8,37 3,47 1,42 7,12 7,36 6,47 8,17 12,91 8,05 7,55 3,61 1,312 Konsumsi Pemerintah 9,54 11,91 -0,72 9,99 8,08 5,98 5,10 0,79 -0,11 2,32 2,12 1,90 0,43 18,513 Investasi (PMTDB) 8,49 4,19 2,23 -0,21 3,21 7,13 5,04 2,20 0,48 3,41 3,55 3,52 0,91 5,79

4 Lainnya -15,41 -27,32 -19,05 -139,30 15,43 -14,39 -18,51 50,12 -7,49 -23,20 -4,75 5,66 0,22 -65,98

4,15 4,80 2,59 6,28 4,43 3,67 4,94 7,04 3,84 4,87 4,31 5,17 5,17 -2,23Keterangan:

f Angka perkiraan.

Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.

Total

No SektorI II

Tabel 7.1Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Permintaan)

%(yoy)

2009

IIVf

2011f2010

IIf

TotalfTotal IIVIII II III

1. PDRB SISI PERMINTAAN

Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh 7,55%, lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan I-2011 sebesar 8,05% namun masih lebih tinggi dibanding triwulan

II-2010. Masih cukup tingginya laju pertumbuhan konsumsi didorong pendapatan yang

meningkat yang antara lain bersumber dari rencana pembayaran rapel kenaikan gaji PNS,

NTP yang masih positif, perbaikan kinerja sektoral dan cukup tingginya kucuran kredit dari

lembaga keuangan bank maupun non bank.

Sementara itu, Investasi pada triwulan II-2011 diproyeksikan akan tumbuh sebesar

3,52% hampir sama dibandingkan dengan triwulan I-2011 sebesar 3,53% dan juga

triwulan II 2010 sebesar 5,04%. Peningkatan yang masih cukup tinggi ini diperkirakan

didorong oleh investasi di sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bangunan

Pengolahan dan sektor Jasa-jasa.

%(yoy)

yoy Andil qtq

1,26 3,32 1,86 4,91 2,69 0,03 1,12 4,70 4,48 2,48 3,64 3,59 1,03 -19,111 Pertanian 1,16 3,10 2,35 8,69 3,37 -2,65 -3,82 3,04 0,90 -0,70 2,85 2,25 0,32 -35,292 Penggalian 0,21 0,39 0,20 0,41 0,30 4,26 3,40 0,13 -3,49 0,88 0,73 15,56 0,11 2,923 Industri Pengolahan 1,50 3,72 1,28 1,08 1,88 4,87 6,71 7,25 9,10 7,00 5,17 4,40 0,60 6,87

5,94 5,44 2,93 6,84 5,27 5,82 6,55 8,14 3,58 5,99 5,10 5,81 4,15 6,494 Listrik, Gas & Air Bersih 2,94 7,41 8,80 5,18 6,10 7,94 1,40 2,38 4,56 4,00 3,60 3,35 0,03 2,805 Bangunan 23,42 10,98 2,13 -7,68 4,64 1,86 7,32 7,23 7,16 6,06 7,98 0,20 0,02 7,836 Perdagangan, Hotel & Restoran 3,76 4,19 7,45 6,19 5,43 6,22 8,95 8,17 -2,68 5,09 5,17 1,74 0,38 5,757 Pengangkutan & Komunikasi 2,58 5,45 9,43 6,19 5,96 6,09 6,92 5,75 3,42 5,50 4,38 7,93 0,87 4,058 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,90 3,25 6,01 11,27 6,11 6,44 3,29 10,32 11,12 7,87 4,25 20,51 1,96 1,86

9 Jasa-jasa 4,30 5,33 -7,29 17,92 4,49 6,79 5,22 9,31 4,67 6,44 4,55 4,74 0,88 11,48

4,15 4,80 2,59 6,28 4,43 3,67 4,94 7,04 3,84 4,87 4,57 5,17 5,17 -2,23Keterangan:

f Angka perkiraan.

Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.

III IV II II II

Nontradable

Total

Tradable

No SektorI

2011

III* IV**

Tabel 7.2Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran)

2010

Total

2009

IIf

Total**

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

59

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

2. SISI PENAWARAN

Kinerja sektor nontradable diperkirakan masih akan memberi andil dominan

terhadap pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan II-2011. Beberapa sektor yang

diperkirakan akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2011 tersebut

adalah sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, sektor Pengangkutan dan

Komunikasi dan sektor Jasa-jasa.

Sementara itu, sektor pertanian yang memiliki pangsa cukup besar dalam

pembentukan PDRB diperkirakan tumbuh moderat sekitar 2,25% (yoy) sedikit lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,85% (yoy).

PRAKIRAAN INFLASI

Inflasi pada Triwulan II-2011 diperkirakan 6,33±0,5% (yoy), lebih rendah dibanding

triwulan I-2011 (7,53%). Sumber tekanan inflasi pada triwulan ini antara lain bersumber dari

sedikit menguatnya permintaan, kenaikan beberapa harga komoditas internasional seperti

emas, dan ekspektasi masyarakat. Sedangkan faktor yang dapat menghambat kenaikan

harga-harga antara lain adalah terjaganya pasokan dan stok kebutuhan pokok yang terkait

dengan masih berlangsungnya panen raya, pantauan ketat Tim Pengendalian Inflasi Daerah

(TPID) DIY terhadap perkembangan harga kebutuhan pokok masyarakat.

yoy Andil

1 Bahan Makanan 8,13 4,62 4,23 3,91 4,93 11,93 10,84 18,86 16,70 8,24 1,44

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8,46 8,34 7,50 7,50 6,73 5,48 5,26 5,47 6,57 8,07 1,68

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 12,17 7,26 3,68 1,40 1,74 2,27 5,00 5,49 5,36 5,11 1,41

4 Sandang 11,76 7,61 7,15 5,81 0,02 5,27 5,10 5,41 6,92 7,18 0,38

5 Kesehatan 5,00 4,32 2,63 1,86 1,38 1,39 1,96 1,97 4,88 4,71 0,25

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 5,69 5,37 3,04 2,26 2,01 2,49 3,55 4,25 4,69 4,75 0,42

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,48 -6,20 -4,65 -1,23 2,95 4,42 6,59 5,57 3,69 5,17 0,76

7,82 4,50 3,22 2,93 3,35 4,93 5,98 7,38 7,53 6,33 6,33

Keterangan:

f) Angka estimasi/perkiraan.

Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.

I

20112010

II III IV I IV

Tabel 7.3

Perkiraan Inflasi Kota Yogyakarta % (yoy)

UMUM

2009

IIINo Kelompok IIfIII

Prakiraan Inflasi Triwulanan dan Bulanan

Secara triwulanan, pertumbuhan tekanan kenaikan inflasi pada triwulan I-2011

diperkirakan sebesar 0,51%+0,5% (qtq), lebih rendah dari angka inflasi pada triwulan I-2011

sebesar 1,14% (qtq).

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011

60

Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Pada bulan April 2011 terjadi deflasi sebesar -0,28% yang terutama didorong oleh

turunnya harga bahan makanan terkait dengan panen. Penurunan harga kelompok Bahan

Makanan pada bulan April mencapai 2,72% (mtm). Sementara itu, kelompok pengeluaran

yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

sebesar 1,91% (mtm) diikuti kelompok Sandang 0,81%(mtm) dan kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau 0,61%(mtm).

IHK

Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Apr-11 May-11 Jun-11

1 Bahan Makanan 151,61 147,49 148,00 148,74 -2,72% 0,34% 0,50%

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 130,50 131,29 131,70 133,02 0,61% 0,31% 1,00%

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 125,77 125,82 125,80 126,02 0,04% -0,02% 0,18%

4 Sandang 126,57 127,60 128,88 130,16 0,81% 1,00% 1,00%

5 Kesehatan 117,92 118,50 118,33 118,57 0,49% -0,15% 0,21%

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 119,70 119,73 119,68 120,42 0,03% -0,04% 0,61%

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 106,47 108,50 108,45 109,75 1,91% -0,05% 1,20%

126,68 126,32 126,52 127,32 -0,28% 0,16% 0,64%

Keterangan:

f) Angka estimasi/perkiraan.

Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.

(tahun dasar 2007)

Tabel 7.4Perkiraan Inflasi Bulanan

Inflasif (mtm)

UMUM

No KelompokIHK

f

Pada bulan Mei 2011 diperkirakan akan terjadi inflasi yang relatif kecil yaitu sekitar

0,16% karena beberapa kelompok pengeluaran diperkirakan akan mengalami deflasi yaitu

kelompok Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok Kesehatan, Pendidikan,

Rekreasi dan Olahraga serta kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan.

Tekanan inflasi bulan Juni 2011 diperkirakan sedikit meningkat walaupun masih

tergolong rendah yaitu pada kisaran 0,64% (mtm), terutama pada kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

serta kelompok Sandang.

61

L a m p i r a n

62

Miliar Rp

2011

I II III IV I II III IV* I**

1 Pertanian 1,202 751 923 766 1,171 722 951 773 1,142

2 Penggalian 32 33 36 38 33 34 36 36 39

3 Industri Pengolahan 636 651 668 657 667 695 716 716 679

4 Listrik, Gas, & Air Bersih 44 47 47 47 47 48 49 49 48

5 Bangunan 419 443 484 578 426 475 519 620 442

6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 984 1,019 1,080 1,079 1,045 1,110 1,168 1,050 1,068

7 Pengangkutan & Komunikasi 495 521 553 559 525 557 585 578 578

8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 456 469 478 500 486 484 527 556 573

9 Jasa-jasa 778 898 825 869 830 944 901 910 887

PDRB 5,045 4,832 5,094 5,093 5,230 5,071 5,453 5,288 5,455

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Prov. DIY

Miliar Rp

2011

I II III IV I II III IV* I**

1 Konsumsi Rumahtangga 2,226 2,261 2,379 2,346 2,385 2,427 2,533 2,537 2,576

2 Konsumsi Pemerintah 900 1,078 999 1,122 954 1,133 1,007 1,121 975

3 Investasi (PMDTB) 1,156 1,248 1,384 1,590 1,238 1,311 1,415 1,598 1,282

4 Lainnya 762 246 332 35 653 200 499 32 622

PDRB 5,045 4,832 5,094 5,093 5,230 5,071 5,453 5,288 5,455

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Prov. DIY

2009

PDRB DIY Triwulanan Menurut S ektor

Atas Das ar Harga Kons tan

PDRB DIY Triwulanan Menurut Penggunaan

Atas Das ar Harga Kons tan

No Jenis Penggunaan

2009No Sektor

2010

2010

63

Miliar Rp

2011

I II III IV I II III IV* I**

1 Pertanian 2,105 1,332 1,648 1,282 2,071 1,258 1,775 1,507 2,275

2 Penggalian 68 70 76 80 71 74 78 81 88

3 Industri Pengolahan 1,335 1,361 1,426 1,407 1,437 1,539 1,688 1,732 1,653

4 Listrik, Gas, & Air Bersih 132 141 144 144 145 146 155 161 160

5 Bangunan 964 1,018 1,113 1,337 994 1,105 1,234 1,500 1,082

6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 1,904 1,985 2,126 2,150 2,110 2,260 2,424 2,214 2,331

7 Pengangkutan & Komunikasi 886 928 989 1,005 955 1,014 1,080 1,069 1,081

8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 979 1,007 1,027 1,077 1,062 1,066 1,173 1,253 1,301

9 Jasa-jasa 1,856 2,153 2,016 2,135 2,075 2,380 2,322 2,382 2,365

PDRB 10,228 9,995 10,567 10,617 10,920 10,841 11,930 11,901 12,337

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Prov. DIY

Miliar Rp

2011

I II III IV I II III IV* I**

1 Konsumsi Rumahtangga 5,016 5,025 5,313 5,258 5,408 5,619 6,017 6,155 6,331

2 Konsumsi Pemerintah 2,256 2,784 2,673 3,076 2,632 3,140 2,801 3,137 2,807

3 Investasi (PMDTB) 2,961 3,207 3,612 4,184 3,290 3,518 3,839 4,381 3,572

4 Lainnya (5) (1,021) (1,032) (1,900) (409) (1,436) (726) (1,772) (372)

PDRB 10,228 9,995 10,567 10,617 10,920 10,841 11,930 11,901 12,337

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Prov. DIY

20102009No Jenis Penggunaan

PDRB DIY Triwulanan Menurut S ektor

Atas Das ar Harga Berlaku

PDRB DIY Triwulanan Menurut Penggunaan

Atas Das ar Harga Berlaku

No Sektor2009 2010

64

Bahan

Makanan

Makanan

Jadi,

Minuman,

Rokok &

Tembakau

Perumahan,

Air, Listrik,

Gas & Bahan

Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan,

Rekreasi &

Olahraga

Transportasi

& KomunikasiUmum

2002 107.36 106.06 105.14 102.06 107.82 107.04 102.68 105.55

2003 102.85 111.08 119.54 107.47 121.94 116.02 103.03 111.20

2004 111.67 117.43 127.44 114.56 129.82 128.29 108.31 118.93

2005 127.42 132.38 143.68 123.69 141.35 142.24 143.41 136.75

2006 147.32 150.71 153.28 133.63 164.10 164.09 145.56 150.97

2007 166.92 161.76 162.75 146.10 171.25 184.73 149.91 163.04

2008b122.45 111.97 116.71 112.65 110.22 111.96 103.30 113.32

2009

Januari 123.33 112.96 117.10 113.55 110.75 112.01 100.86 113.42

Februari 124.30 114.08 117.20 117.31 110.79 112.06 99.46 113.78

Maret 123.81 114.73 117.33 118.36 110.90 112.09 99.74 113.99

April 122.35 114.92 117.16 115.48 110.90 112.14 99.64 113.60

Mei 122.13 116.38 117.19 114.99 111.23 112.19 99.91 113.91

Juni 122.76 116.69 117.23 115.37 111.69 112.17 99.93 114.12

Juli 125.19 116.81 117.12 114.97 111.77 112.25 100.04 114.49

Agustus 126.46 117.47 117.74 114.90 111.68 114.34 101.21 115.37

September 129.27 118.60 117.87 116.06 112.02 114.46 102.07 116.29

Oktober 129.11 118.67 118.13 116.45 111.97 114.51 101.38 116.26

November 127.64 119.96 118.25 118.01 112.06 114.52 101.03 116.36

Desember 127.24 120.37 118.34 119.19 112.27 114.49 102.03 116.64

2010

Januari 129.28 121.48 118.84 118.37 112.33 114.48 102.20 117.30

Februari 130.13 122.32 119.03 117.89 112.44 114.48 102.40 117.66

Maret 129.91 122.45 119.37 118.38 112.43 114.34 102.68 117.81

April 131.02 122.65 119.52 118.49 112.78 114.29 102.78 118.10

Mei 131.15 122.77 119.59 120.00 112.81 114.28 102.92 118.26

Juni 137.41 123.09 119.89 121.45 113.24 114.96 104.35 119.75

Juli 143.74 123.36 120.34 120.98 113.37 115.19 107.53 121.43

Agustus 141.92 123.75 122.45 120.62 113.95 116.48 107.49 121.95

September 143.28 124.84 123.76 121.98 114.21 118.52 108.80 123.24

Oktober 143.81 125.82 124.07 123.69 114.42 119.45 107.62 123.58

November 147.38 126.35 124.29 124.63 114.70 119.37 107.65 124.35

Desember 151.24 126.96 124.84 125.64 114.48 119.36 107.71 125.25

2011

Januari 153.27 129.10 125.24 125.55 116.93 119.49 108.03 126.30

Februari 150.90 130.34 125.78 125.78 117.65 119.57 108.17 126.42

Maret 151.61 130.50 125.77 126.57 117.92 119.70 108.47 126.68

Keterangan:

a) Angka tahunan adalah angka akhir periode yang bersangkutan.

b) Sejak Juni 2008 dihitung dengan menggunakan tahun dasar 2007 = 100

Sumber: BPS Provinsi DIY

Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta

Akhir Periodea

65

Miliar Rp

I. ASET 21,438 21,796 23,248 24,572 25,703 26,232 26,770 29,212 29,135

Jenis Bank 21,438 21,796 23,248 24,572 25,703 26,232 26,770 29,212 29,135

1. Bank Umum 19,703 19,993 21,356 22,587 23,643 24,059 24,477 26,759 26,615

2. Bank Perkreditan Rakyat 1,735 1,803 1,892 1,985 2,060 2,172 2,293 2,453 2,520

Jenis Usaha Bank 21,438 21,796 23,248 24,572 25,703 26,232 26,770 29,212 29,135

1. Konvensional 20,531 20,776 22,109 23,285 24,381 24,798 25,200 27,443 27,4062. Syariah 907 1,020 1,139 1,287 1,322 1,433 1,570 1,769 1,729

II. DANA PIHAK KETIGA 18,732 19,302 20,436 21,034 21,429 22,573 22,983 24,524 24,918

Jenis Bank 18,732 19,302 20,436 21,034 21,429 22,573 22,983 24,524 24,918

1. Giro 2,949 2,863 3,144 2,798 3,219 3,226 3,076 3,100 3,501

a. Bank Umum 2,949 2,863 3,144 2,798 3,219 3,226 3,076 3,100 3,501

2. Tabungan 8,761 9,164 9,467 10,479 9,977 10,557 11,199 12,305 12,158

a. Bank Umum 8,365 8,765 9,058 10,029 9,541 10,120 10,746 11,796 11,665

b. Bank Perkreditan Rakyat 395 399 409 450 436 437 452 510 493

3. Deposito 7,022 7,274 7,826 7,757 8,233 8,790 8,709 9,119 9,259

a. Bank Umum 6,188 6,411 6,930 6,852 7,262 7,773 7,642 8,024 8,108

b. Bank Perkreditan Rakyat 834 863 896 904 971 1,017 1,066 1,095 1,151

Jenis Usaha Bank 18,732 19,302 20,436 21,034 21,429 22,573 22,983 24,524 24,918

1. Giro 2,949 2,863 3,144 2,798 3,219 3,226 3,076 3,100 3,501

a. Konvensional 2,879 2,804 3,070 2,732 3,134 3,127 2,990 3,013 3,385

b. Syariah 70 59 74 66 85 99 86 87 115

2. Tabungan 8,761 9,164 9,467 10,479 9,977 10,557 11,199 12,305 12,158

a. Konvensional 8,424 8,805 9,079 10,050 9,552 10,090 10,668 11,748 11,585

b. Syariah 337 359 388 428 425 468 531 558 573

3. Deposito 7,022 7,274 7,826 7,757 8,233 8,790 8,709 9,119 9,259

a. Konvensional 6,759 6,976 7,474 7,365 7,733 8,289 8,120 8,535 8,631b. Syariah 263 299 352 392 500 501 589 584 628

III. KREDIT 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043

1. Jenis Penggunaan 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043

Jenis Bank 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043

a. Modal Kerja 4,500 4,602 4,530 4,642 4,660 4,891 5,340 5,488 5,707

1) Bank Umum 3,931 4,002 3,912 4,010 3,995 4,167 4,586 4,752 4,950

2) Bank Perkreditan Rakyat 569 600 618 632 665 724 754 736 757

b. Investasi 1,291 1,338 1,447 1,486 1,733 1,817 1,727 1,809 2,307

1) Bank Umum 1,171 1,217 1,323 1,360 1,598 1,638 1,537 1,625 2,113

2) Bank Perkreditan Rakyat 120 121 123 126 135 180 190 184 194

c. Konsumsi 4,882 5,090 5,310 5,595 6,110 6,288 6,439 6,793 7,029

1) Bank Umum 4,197 4,365 4,532 4,792 5,290 5,449 5,552 5,840 6,048

2) Bank Perkreditan Rakyat 685 725 778 803 820 839 887 953 981

Jenis Usaha Bank 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043

a. Modal Kerja 4,500 4,602 4,530 4,642 4,660 4,891 5,340 5,488 5,707

1) Konvensional 4,190 4,259 4,143 4,247 4,261 4,447 4,858 5,028 5,308

2) Syariah 310 343 387 395 399 444 482 460 399

b. Investasi 1,291 1,338 1,447 1,486 1,733 1,817 1,727 1,809 2,307

1) Konvensional 1,198 1,241 1,339 1,377 1,623 1,695 1,599 1,686 2,177

2) Syariah 94 97 107 109 110 123 127 123 131

c. Konsumsi 4,882 5,090 5,310 5,595 6,110 6,288 6,439 6,793 7,029

1) Konvensional 4,710 4,914 5,126 5,400 5,879 6,039 6,141 6,408 6,5672) Syariah 172 176 184 195 231 249 298 385 462

IV-2009 I-2011 I-2009 II-2009

Indikator Perbankan - Provinsi DIY

II-2010 I-2010 III-2009 IV-2010 No Uraian III-2010

66

2. Kolektibilitas

Jenis Bank 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043

a. Lancar 9,621 9,974 10,202 10,789 11,432 11,931 12,414 13,075 13,828

1) Bank Umum 8,348 8,628 8,787 9,313 9,916 10,296 10,701 11,311 12,028

2) Bank Perkreditan Rakyat 1,273 1,345 1,415 1,476 1,517 1,635 1,713 1,764 1,801

b. Dalam Perhatian Khusus 719 620 591 558 635 609 618 566 715

1) Bank Umum 719 620 591 558 635 609 618 566 715

c. Kurang Lancar 102 86 118 64 89 82 110 97 103

1) Bank Umum 69 55 86 40 50 45 71 66 63

2) Bank Perkreditan Rakyat 33 31 32 24 39 37 39 32 40

d. Diragukan 59 137 133 63 71 96 77 90 101

1) Bank Umum 40 117 112 48 53 75 52 67 68

2) Bank Perkreditan Rakyat 18 20 21 16 18 21 26 23 33

e. Macet 173 212 243 248 276 278 285 262 297

1) Bank Umum 123 164 192 203 230 228 232 208 237

2) Bank Perkreditan Rakyat 50 48 51 45 46 50 53 54 60

Jenis Usaha Bank 10,673 11,030 11,287 11,723 12,503 12,996 13,505 14,090 15,043

a. Lancar 9,621 9,974 10,202 10,789 11,432 11,931 12,414 13,075 13,828

1) Konvensional 9,083 9,417 9,586 10,142 10,787 11,191 11,628 12,185 13,722

2) Syariah 538 557 616 648 645 740 786 890 106

b. Dalam Perhatian Khusus 719 620 591 558 635 609 618 566 715

1) Konvensional 696 577 564 521 559 560 541 527 637

2) Syariah 23 44 27 37 77 49 78 39 78

c. Kurang Lancar 102 86 118 64 89 82 110 97 103

1) Konvensional 96 79 92 54 79 72 87 79 81

2) Syariah 6 7 27 10 10 9 23 18 21

d. Diragukan 59 137 133 63 71 96 77 90 101

1) Konvensional 56 135 129 61 68 89 66 85 94

2) Syariah 2 2 4 2 2 8 11 5 6

e. Macet 173 212 243 248 276 278 285 262 297

1) Konvensional 167 206 238 246 270 268 276 246 2852) Syariah 5 6 4 2 6 10 10 15 11

IV. RASIO

1. Loan to Deposit Ratio (%)

Jenis Bank 56.98 57.14 55.23 55.74 58.35 57.57 58.76 57.45 60.37

a. Bank Umum 53.13 53.13 51.05 51.64 54.35 53.28 54.39 53.31 56.33

b. Bank Perkreditan Rakyat 111.72 114.48 116.48 115.27 115.21 119.92 120.50 116.66 117.54

Jenis Usaha Bank 56.98 57.14 55.23 55.74 58.35 57.57 58.76 57.45 60.37

a. Konvensional 55.91 56.04 54.06 54.72 57.61 56.64 57.85 56.33 59.54

b. Syariah 85.96 85.83 83.34 78.93 73.26 76.41 75.25 78.73 75.28

2. Non Performing Loans

a. Nominal (Miliar Rp)

Jenis Bank 333 436 494 376 435 456 473 449 500

1) Bank Umum 232 336 389 290 332 348 355 340 368

2) Bank Perkreditan Rakyat 101 100 104 85 103 108 118 108 132

Jenis Usaha Bank 333 436 494 376 435 456 473 449 500

1) Konvensional 319 421 459 361 417 430 429 410 461

2) Syariah 14 15 35 14 18 27 43 38 39

b. Rasio (%)

Jenis Bank 3.12 3.95 4.37 3.20 3.48 3.51 3.50 3.19 3.32

1) Bank Umum 2.50 3.50 3.99 2.86 3.05 3.09 3.04 2.79 2.81

2) Bank Perkreditan Rakyat 7.36 6.90 6.86 5.46 6.39 6.20 6.42 5.79 6.82

Jenis Usaha Bank 3.12 3.95 4.37 3.20 3.48 3.51 3.50 3.19 3.32

1) Konvensional 3.16 4.04 4.33 3.28 3.55 3.53 3.41 3.13 3.282) Syariah 2.38 2.43 5.11 2.06 2.43 3.26 4.75 3.96 3.91

IV-2009 I-2011 I-2009 III-2010 II-2009No Uraian II-2010 I-2010 III-2009 IV-2010

67

Miliar Rp

I KANTOR PELAYANAN 918 960 994 1,038 1,164 1,168 1,174 1,306 1,205

1. Kantor Pusat 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2. Kantor Cabang 48 49 49 50 52 52 52 52 53

3. Kantor Cabang Pembantu 140 145 148 155 267 271 277 277 282

4. Kantor Kas 174 178 186 189 130 130 131 122 123

5. Kas Mobil 2 3 3 4 13 13 9 13 13

6. Payment Point 39 36 39 42 54 54 50 80 80

7. Anjungan Tunai Mandiri 514 548 568 597 647 647 654 761 6538. Jumlah Karyawan 4,811 4,889 4,913 5,018 4,822 4,822 4,822 4,822 4,822

II ASET 19,703 19,993 21,356 22,587 23,643 24,059 24,477 26,759 26,615

III DANA PIHAK KETIGA 17,502 18,039 19,132 19,679 20,022 21,119 21,464 22,919 23,276

1. Giro 2,949 2,863 3,144 2,798 3,219 3,226 3,076 3,100 3,501

2. Tabungan 8,365 8,765 9,058 10,029 9,541 10,120 10,746 11,796 11,666

3. Deposito 6,188 6,411 6,930 6,852 7,262 7,773 7,642 8,024 8,110

IV KREDIT 9,300 9,584 9,767 10,162 10,883 11,253 11,675 12,218 13,116

1. Jenis Penggunaan 9,300 9,584 9,767 10,162 10,883 11,253 11,675 12,218 13,116

a. Modal Kerja 3,931 4,002 3,912 4,010 3,995 4,167 4,586 4,752 4,951

b. Investasi 1,171 1,217 1,323 1,360 1,598 1,638 1,537 1,625 2,116

c. Konsumsi 4,197 4,365 4,532 4,792 5,290 5,449 5,552 5,840 6,048

2. Sektor Ekonomi 9,300 9,584 9,767 10,162 10,883 11,253 11,675 12,218 13,116

a. Pertanian 261 261 254 274 473 221 229 228 207

b. Pertambangan 8 6 5 9 11 9 6 8 8

c. Industri 792 700 655 692 665 710 722 771 719

d. Listrik, Gas & Air 10 15 35 34 27 49 42 42 42

e. Konstruksi 127 143 160 150 194 172 191 204 166

f. Perdagangan 2,605 2,812 2,840 2,965 3,079 2,624 2,935 2,927 2,680

g. Angkutan 107 105 104 101 215 99 107 101 432

h. Jasa Dunia 836 843 837 818 808 908 915 868 1,419

i. Jasa Sosial 225 235 251 242 384 425 361 411 442

j. Lainnya 4,327 4,465 4,625 4,876 5,025 6,035 6,165 6,657 7,000

3. Kolektibilitas 9,300 9,584 9,767 10,162 10,883 11,253 11,675 12,218 13,116

a. Lancar 8,348 8,628 8,787 9,313 9,916 10,296 10,701 11,311 12,032

b. Dalam Perhatian Khusus 719 620 591 558 635 609 618 566 715

c. Kurang Lancar 69 55 86 40 50 45 71 66 63

d. Diragukan 40 117 112 48 53 75 52 67 68e. Macet 123 164 192 203 230 228 232 208 237

V RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 232 336 389 290 332 348 355 340 368

b. Rasio (%) 2.50 3.50 3.99 2.86 3.05 3.09 3.04 2.79 2.812. Loan to Deposit Ratio (%) 53.13 53.13 51.05 51.64 54.35 53.28 54.39 53.31 56.35

I-2011 III - 2010 No Uraian I-2009

Indikator Bank Umum - DIY

II - 2010 III-2009 IV-2009 IV - 2010 II-2009 I - 2010

68

Miliar Rp

I ASET 738 746 762 807 804 867 899 975 970

II DANA PIHAK KETIGA 696 704 719 755 767 819 836 893 893

1. Giro 101 77 87 75 100 138 84 66 98

2. Tabungan 506 540 542 597 569 591 628 706 652

3. Deposito 89 87 91 84 98 91 123 121 1430 0

III KREDIT 606 651 646 671 678 715 710 766 818

1. Jenis Penggunaan 606 651 646 671 678 715 710 766 818

a. Modal Kerja 291 320 329 347 277 348 353 403 437

b. Investasi 39 42 44 44 100 50 43 49 61

c. Konsumsi 276 289 272 280 301 316 314 314 320

2. Sektor Ekonomi 606 651 646 671 678 715 710 766 818

a. Pertanian 67 74 50 64 230 64 46 42 34

b. Pertambangan 1 1 1 1 1 4 0 0 0

c. Industri 17 19 19 19 51 22 14 37 45

d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0

e. Konstruksi 1 1 1 2 1 2 3 2 2

f. Perdagangan 205 241 252 258 221 223 206 181 167

g. Angkutan 1 1 1 1 3 1 1 1 12

h. Jasa Dunia 6 6 7 8 9 20 3 3 3

i. Jasa Sosial 2 2 2 1 4 7 7 6 6

j. Lainnya 306 305 312 316 158 372 430 493 549

3. Kolektibilitas 606 651 646 671 678 715 710 766 818

a. Lancar 554 589 576 612 613 657 653 703 736

b. Dalam Perhatian Khusus 38 47 41 39 43 38 41 44 59

c. Kurang Lancar 4 4 7 4 3 4 3 3 3

d. Diragukan 4 4 4 4 5 5 3 2 5e. Macet 6 8 17 12 13 10 11 14 15

IV RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 14 15 28 20 21 19 16 19 23

b. Rasio (%) 2.31 2.35 4.40 2.97 3.12 2.70 2.29 2.43 2.762. Loan to Deposit Ratio (%) 87.09 92.43 89.75 88.79 88.36 87.22 84.93 85.76 91.67

I-2011 III - 2010 No Uraian II-2009I-2009

Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul

II - 2010 III-2009 IV-2009 IV - 2010 I - 2010

69

Miliar Rp

I ASET 578 632 675 710 635 778 792 841 862

II DANA PIHAK KETIGA 443 451 449 445 466 498 502 531 580

1. Giro 152 139 86 60 72 118 92 51 95

2. Tabungan 259 280 298 336 289 314 341 382 347

3. Deposito 32 32 64 48 105 67 70 98 138

III KREDIT 546 600 635 663 692 741 759 786 824

1. Jenis Penggunaan 546 600 635 663 692 741 759 786 824

a. Modal Kerja 184 205 222 234 232 258 271 280 298

b. Investasi 44 46 48 48 49 49 44 47 52

c. Konsumsi 318 349 365 381 411 434 444 459 473

2. Sektor Ekonomi 546 600 635 663 692 741 759 786 824

a. Pertanian 44 31 37 34 38 21 31 26 22

b. Pertambangan 1 1 0 0 0 0 0 0 0

c. Industri 8 9 10 9 20 12 9 8 8

d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0

e. Konstruksi 1 1 1 1 1 1 1 1 1

f. Perdagangan 157 196 211 227 249 208 188 171 164

g. Angkutan 1 1 1 1 2 1 2 2 4

h. Jasa Dunia 12 11 8 7 16 9 1 1 1

i. Jasa Sosial 2 2 2 2 27 9 9 11 11

j. Lainnya 320 349 365 381 339 479 518 566 612

3. Kolektibilitas 546 600 635 663 692 741 759 786 824

a. Lancar 519 575 598 626 648 698 716 745 772

b. Dalam Perhatian Khusus 20 17 27 29 32 28 28 27 33

c. Kurang Lancar 1 2 2 2 3 2 3 2 3

d. Diragukan 1 1 2 2 5 6 3 4 5e. Macet 5 6 5 4 5 7 9 9 10

IV RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 8 8 10 8 12 16 15 14 19

b. Rasio (%) 1.39 1.40 1.52 1.17 1.77 2.13 1.95 1.81 2.252. Loan to Deposit Ratio (%) 123.31 133.05 141.47 149.06 148.42 148.78 151.00 148.05 142.07

I-2011 III - 2010 Uraian II-2009I-2009 III-2009

Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul

II - 2010 No IV-2009 IV - 2010 I - 2010

70

Miliar Rp

I ASET 548 553 558 626 611 670 671 724 747

II DANA PIHAK KETIGA 509 525 512 542 575 629 625 640 686

1. Giro 71 70 75 67 75 106 73 89 76

2. Tabungan 366 388 378 431 403 423 441 479 455

3. Deposito 72 66 59 44 97 100 111 72 156

III KREDIT 429 451 472 484 498 533 548 569 587

1. Jenis Penggunaan 429 451 472 484 498 533 548 569 587

a. Modal Kerja 141 149 165 169 169 182 195 206 216

b. Investasi 35 39 42 43 82 47 43 49 51

c. Konsumsi 253 264 265 272 247 303 310 313 321

2. Sektor Ekonomi 429 451 472 484 498 533 548 569 587

a. Pertanian 33 38 53 57 55 29 43 37 31

b. Pertambangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

c. Industri 3 3 4 4 7 6 5 5 5

d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0

e. Konstruksi 2 6 7 6 13 8 9 7 6

f. Perdagangan 99 108 116 118 95 108 101 96 87

g. Angkutan 5 5 5 5 6 6 6 6 8

h. Jasa Dunia 4 4 4 4 8 9 1 1 1

i. Jasa Sosial 1 1 1 1 2 4 5 5 5

j. Lainnya 282 287 282 290 313 363 380 413 445

3. Kolektibilitas 429 451 472 484 498 533 548 569 587

a. Lancar 404 424 442 458 478 512 523 546 554

b. Dalam Perhatian Khusus 19 13 16 19 13 14 18 16 23

c. Kurang Lancar 1 7 2 1 1 1 2 1 2

d. Diragukan 1 3 6 1 1 2 1 1 2e. Macet 3 4 6 4 4 4 4 4 5

IV RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 6 14 15 7 7 7 7 7 10

b. Rasio (%) 1.29 3.10 3.11 1.41 1.42 1.27 1.29 1.17 1.652. Loan to Deposit Ratio (%) 84.24 85.87 92.18 89.29 86.57 84.65 87.81 88.82 85.54

I-2011 III - 2010 I-2009 I - 2010III-2009

Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo

II-2009 II - 2010 No Uraian IV-2009 IV - 2010

71

Miliar Rp

I ASET 2,931 2,989 3,147 3,334 3,449 3,328 3,586 3,837 3,855

II DANA PIHAK KETIGA 2,776 2,853 2,944 3,103 3,207 3,190 3,411 3,676 3,713

1. Giro 485 460 561 517 550 564 583 557 640

2. Tabungan 1,520 1,629 1,623 1,838 1,784 1,823 2,002 2,305 2,251

3. Deposito 771 764 761 748 873 803 827 813 822

III KREDIT 1,278 1,355 1,472 1,538 1,604 1,623 1,720 1,749 1,834

1. Jenis Penggunaan 1,278 1,355 1,472 1,538 1,604 1,623 1,720 1,749 1,834

a. Modal Kerja 558 602 632 620 648 507 683 674 729

b. Investasi 111 110 111 109 193 162 143 146 172

c. Konsumsi 608 643 729 809 762 954 894 928 933

2. Sektor Ekonomi 1,278 1,355 1,472 1,538 1,604 1,623 1,720 1,749 1,834

a. Pertanian 37 36 32 32 32 25 34 24 26

b. Pertambangan 4 2 1 2 1 1 0 0 0

c. Industri 88 87 86 82 97 98 94 91 73

d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 0 0 0

e. Konstruksi 9 14 13 12 13 16 19 22 22

f. Perdagangan 366 407 445 444 543 278 360 342 358

g. Angkutan 6 5 5 5 3 5 5 6 32

h. Jasa Dunia 110 110 132 124 156 136 138 109 132

i. Jasa Sosial 17 19 19 20 20 27 32 64 79

j. Lainnya 642 672 738 815 739 1,037 1,039 1,091 1,111

3. Kolektibilitas 1,278 1,355 1,472 1,538 1,604 1,623 1,720 1,749 1,834

a. Lancar 1,182 1,255 1,345 1,433 1,475 1,508 1,596 1,593 1,652

b. Dalam Perhatian Khusus 66 52 83 76 89 71 79 99 113

c. Kurang Lancar 3 7 4 4 6 6 10 10 7

d. Diragukan 8 17 15 12 13 13 7 13 17e. Macet 19 22 25 14 22 26 29 33 46

IV RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 30 47 44 29 41 44 46 56 70

b. Rasio (%) 2.35 3.48 2.97 1.90 2.53 2.74 2.67 3.22 3.792. Loan to Deposit Ratio (%) 46.04 47.50 50.00 49.55 50.01 50.88 50.43 47.58 49.41

Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman

I-2011 III - 2010 III-2009I-2009 II - 2010 No Uraian IV - 2010 II-2009 IV-2009 I - 2010

72

Miliar Rp

I ASET 14,908 15,073 16,213 17,110 18,144 18,416 18,529 20,382 20,181

II DANA PIHAK KETIGA 13,079 13,505 14,508 14,834 15,007 15,983 16,090 17,180 17,405

1. Giro 2,141 2,118 2,335 2,078 2,423 2,300 2,244 2,337 2,592

2. Tabungan 5,714 5,927 6,218 6,826 6,496 6,969 7,335 7,923 7,961

3. Deposito 5,224 5,461 5,955 5,929 6,088 6,713 6,511 6,920 6,851

III KREDIT 6,441 6,527 6,543 6,807 7,411 7,641 7,937 8,349 9,052

1. Jenis Penggunaan 6,441 6,527 6,543 6,807 7,411 7,641 7,937 8,349 9,052

a. Modal Kerja 2,758 2,726 2,564 2,641 2,669 2,871 3,084 3,189 3,272

b. Investasi 941 980 1,078 1,116 1,174 1,329 1,263 1,335 1,780

c. Konsumsi 2,742 2,821 2,900 3,050 3,568 3,441 3,590 3,825 4,000

2. Sektor Ekonomi 6,441 6,527 6,543 6,807 7,411 7,641 7,937 8,349 9,052

a. Pertanian 80 82 82 86 119 82 75 100 93

b. Pertambangan 2 2 2 5 9 4 6 8 8

c. Industri 676 582 535 577 489 571 600 629 587

d. Listrik, Gas & Air 10 15 35 34 27 49 42 42 42

e. Konstruksi 114 121 138 130 166 145 159 173 135

f. Perdagangan 1,778 1,860 1,817 1,918 1,972 1,807 2,080 2,137 1,905

g. Angkutan 94 92 91 89 202 86 94 87 376

h. Jasa Dunia 705 712 686 675 619 734 773 754 1,283

i. Jasa Sosial 203 210 227 218 332 378 309 326 341

j. Lainnya 2,777 2,852 2,928 3,074 3,477 3,784 3,799 4,093 4,283

3. Kolektibilitas 6,441 6,527 6,543 6,807 7,411 7,641 7,937 8,349 9,052

a. Lancar 5,690 5,785 5,825 6,185 6,702 6,920 7,214 7,724 8,318

b. Dalam Perhatian Khusus 576 491 425 395 458 459 452 380 487

c. Kurang Lancar 60 36 71 29 37 32 53 50 48

d. Diragukan 25 91 83 28 29 49 38 47 39e. Macet 90 124 139 169 185 181 180 148 161

IV RASIO

1. Non Performing Loans

a. Nominal 175 251 293 227 251 262 271 245 248

b. Rasio (%) 2.72 3.85 4.48 3.33 3.39 3.42 3.41 2.93 2.742. Loan to Deposit Ratio (%) 49.25 48.33 45.10 45.89 49.38 47.81 49.33 48.60 52.01

I-2011 III - 2010 No Uraian III-2009

Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta

IV - 2010 I-2009 II-2009 II - 2010 IV-2009 I - 2010

73

Miliar Rp

I ASET 1,735 1,803 1,892 1,985 2,084 2,172 2,293 2,453 2,520

II DANA PIHAK KETIGA 1,230 1,262 1,304 1,354 1,424 1,454 1,519 1,605 1,644

1. Tabungan 395 399 409 450 440 437 452 510 4932. Deposito 834 863 896 904 984 1,017 1,066 1,095 1,151

III KREDIT 1,374 1,445 1,519 1,561 1,654 1,743 1,830 1,872 1,933

1. Jenis Penggunaan 1,374 1,445 1,519 1,561 1,654 1,743 1,830 1,872 1,933

a. Modal Kerja 569 600 618 632 677 724 754 736 757

b. Investasi 120 121 123 126 138 180 190 184 194

c. Konsumsi 685 725 778 803 838 839 887 953 981

2. Sektor Ekonomi 1,374 1,445 1,519 1,561 1,654 1,743 1,830 1,872 1,933

a. Pertanian 29 30 32 35 36 36 38 34 34

b. Industri 27 29 31 32 38 38 42 28 26

c. Perdagangan 420 512 551 554 598 635 663 564 589

d. Jasa-jasa 173 193 199 208 221 235 246 223 209

e. Lain-lain 724 681 706 733 761 799 842 1,024 1,074

3. Kolektibilitas 1,374 1,445 1,519 1,561 1,654 1,743 1,830 1,872 1,933

a. Lancar 1,273 1,345 1,415 1,476 1,548 1,635 1,713 1,764 1,801

b. Kurang Lancar 33 31 32 24 38 37 39 32 40

c. Diragukan 18 20 21 16 20 21 26 23 33d. Macet 50 48 51 45 49 50 53 54 60

IV RASIO

1. Loan to Deposit Ratio (%) 111.72 114.48 116.48 115.27 116.16 119.92 120.50 116.66 117.54

2. Non Performing Loans

a. Nominal 101 100 104 85 106 108 118 108 132b. Rasio (%) 7.36 6.90 6.86 5.46 6.40 6.20 6.42 5.79 6.82

Miliar Rp

I ASET 393 396 410 429 439 450 461 488 502

II DANA PIHAK KETIGA 305 304 305 316 328 334 338 357 371

1. Tabungan 101 100 102 113 114 113 113 123 1232. Deposito 204 203 203 203 214 221 225 235 249

III KREDIT 295 311 322 330 345 360 372 375 381

1. Jenis Penggunaan 295 311 322 330 345 360 372 375 381

a. Modal Kerja 126 132 143 148 164 171 180 172 174

b. Investasi 34 35 34 36 35 36 36 37 42

c. Konsumsi 135 144 145 147 145 153 157 166 165

2. Sektor Ekonomi 295 311 322 330 345 360 372 375 381

a. Pertanian 5 6 7 7 7 8 8 4 6

b. Industri 10 10 11 12 13 13 14 11 10

c. Perdagangan 98 100 105 104 112 117 120 129 131

d. Jasa-jasa 43 47 48 55 57 61 62 57 62

e. Lain-lain 138 148 152 153 155 161 169 174 172

3. Kolektibilitas 295 311 322 330 345 360 372 375 381

a. Lancar 267 279 290 305 312 326 335 344 345

b. Kurang Lancar 8 10 9 7 11 12 12 9 10

c. Diragukan 4 5 5 4 5 6 7 6 9d. Macet 17 17 18 15 16 17 19 16 17

IV RASIO

1. Loan to Deposit Ratio (%) 96.77 102.37 105.73 104.67 105.01 107.71 110.21 105.02 102.61

2. Non Performing Loan

a. Nominal 28 32 33 26 32 34 37 31 36b. Rasio (%) 9.52 10.24 10.14 7.76 9.41 9.41 10.03 8.34 9.38

I-2011

I-2011

III-2010

III-2010

IV-2010

IV-2010

I-2010

I-2010 No Uraian

No Uraian II-2009

II-2009

I-2009 IV-2009

IV-2009

III-2009

III-2009

Indikator BPR - Provinsi DIY

Indikator BPR - Kabupaten Bantul

II-2010

II-2010 I-2009

74

Miliar Rp

I ASET 90 107 113 120 135 147 156 169 179

II DANA PIHAK KETIGA 47 52 52 56 63 66 71 70 76

1. Tabungan 18 19 19 21 20 21 23 27 272. Deposito 29 33 34 35 42 45 48 43 49

III KREDIT 75 87 97 101 114 123 129 136 147

1. Jenis Penggunaan 75 87 97 101 114 123 129 136 147

a. Modal Kerja 35 43 49 52 62 69 73 76 83

b. Investasi 13 14 13 12 12 12 10 9 8

c. Konsumsi 26 30 35 37 40 43 46 50 55

2. Sektor Ekonomi 75 87 97 101 114 123 129 136 147

a. Pertanian 1 1 1 1 1 2 2 2 2

b. Industri 1 1 1 1 1 1 1 2 2

c. Perdagangan 34 41 44 46 55 60 63 68 73

d. Jasa-jasa 12 14 15 15 15 16 15 13 13

e. Lain-lain 26 30 35 38 41 45 48 51 56

3. Kolektibilitas 75 87 97 101 114 123 129 136 147

a. Lancar 70 83 92 97 109 117 123 129 138

b. Kurang Lancar 1 1 1 1 2 2 2 2 3

c. Diragukan 1 1 1 1 2 2 1 2 3d. Macet 2 2 2 2 2 2 2 2 3

IV RASIO

1. Loan To Deposit Ratio (%) 159.61 168.51 184.12 181.55 181.59 187.56 180.97 194.10 192.19

2. Non Performing Loan

a. Nominal 4 4 4 4 5 6 6 7 8b. Rasio (%) 5.61 4.64 4.51 4.00 4.56 4.55 4.55 4.95 5.70

Miliar Rp

I ASET 163 158 158 153 154 153 154 180 161

II DANA PIHAK KETIGA 64 63 63 61 63 63 73 101 84

1. Tabungan 35 32 31 36 34 33 41 67 502. Deposito 28 31 32 25 28 30 32 34 34

III KREDIT 149 142 139 134 134 137 138 136 138

1. Jenis Penggunaan 149 142 139 134 134 137 138 136 138

a. Modal Kerja 82 77 75 73 73 74 74 69 67

b. Investasi 20 19 19 18 21 25 29 27 25

c. Konsumsi 47 45 45 44 39 38 34 40 46

2. Sektor Ekonomi 149 142 139 134 134 137 138 136 138

a. Pertanian 9 9 8 9 9 8 8 9 10

b. Industri 3 3 3 3 3 3 2 4 4

c. Perdagangan 66 63 62 58 62 64 66 58 54

d. Jasa-jasa 23 20 19 19 18 19 22 25 25

e. Lain-lain 47 46 47 46 43 42 39 40 46

3. Kolektibilitas 149 142 139 134 134 137 138 136 138

a. Lancar 136 133 131 126 124 127 126 128 129

b. Kurang Lancar 3 4 3 3 4 4 4 2 3

c. Diragukan 3 2 2 1 2 2 3 2 2d. Macet 6 3 4 3 3 4 4 4 5

IV RASIO

1. Loan To Deposit Ratio (%) 233.14 226.53 222.33 220.70 212.84 218.30 188.96 134.18 165.36

2. Non Performing Loan

a. Nominal 12 9 9 8 9 10 11 8 10b. Rasio (%) 8.25 6.47 6.16 5.68 6.88 7.45 8.18 5.84 7.04

I-2011

I-2011

III-2010

III-2010

IV-2010

IV-2010

I-2010

I-2010

No Uraian

No Uraian

II-2009

II-2009

IV-2009

IV-2009

III-2009

III-2009

Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo

Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul

II-2010

II-2010

I-2009

I-2009

75

Miliar Rp

I ASET 865 904 947 1,001 1,068 1,115 1,175 1,243 1,243

II DANA PIHAK KETIGA 655 681 714 742 778 789 823 851 851

1. Tabungan 207 213 219 233 223 223 226 235 2352. Deposito 448 468 494 509 555 566 597 616 616

III KREDIT 673 707 745 766 823 861 901 916 916

1. Jenis Penggunaan 673 707 745 766 823 861 901 916 916

a. Modal Kerja 253 273 285 288 306 318 331 323 323

b. Investasi 45 43 48 52 59 60 62 55 55

c. Konsumsi 374 391 412 425 458 482 508 538 538

2. Sektor Ekonomi 673 707 745 766 823 861 901 916 916

a. Pertanian 13 14 15 16 17 17 18 18 18

b. Industri 9 11 10 10 12 11 12 9 9

c. Perdagangan 188 188 200 201 215 226 233 213 213

d. Jasa-jasa 82 98 102 105 113 118 125 82 82

e. Lain-lain 380 397 419 433 465 488 513 595 595

3. Kolektibilitas 673 707 745 766 823 861 901 916 916

a. Lancar 625 661 696 726 774 813 850 865 865

b. Kurang Lancar 17 14 15 10 16 14 15 15 15

c. Diragukan 9 10 11 7 9 10 12 10 10d. Macet 21 22 23 22 24 24 24 27 27

IV RASIO

1. Loan To Deposit Ratio (%) 102.66 103.82 104.39 103.17 105.74 109.09 109.40 107.67 107.67

2. Non Performing Loan

a. Nominal 47 46 49 39 49 48 51 52 52b. Rasio (%) 7.04 6.51 6.60 5.15 5.96 5.53 5.64 5.65 5.65

Miliar Rp

I ASET 223 238 264 282 288 307 346 373 388

II DANA PIHAK KETIGA 159 163 170 180 192 202 214 225 233

1. Tabungan 34 36 38 48 48 47 50 58 592. Deposito 125 128 132 133 144 155 164 167 173

III KREDIT 183 198 216 230 239 262 291 309 325

1. Jenis Penggunaan 183 198 216 230 239 262 291 309 325

a. Modal Kerja 72 75 66 71 72 92 96 95 96

b. Investasi 7 9 10 9 11 46 52 55 62

c. Konsumsi 103 114 141 151 156 124 142 158 166

2. Sektor Ekonomi 183 198 216 230 239 262 291 309 325

a. Pertanian 1 1 2 2 1 1 1 1 1

b. Industri 3 4 6 5 9 10 12 1 1

c. Perdagangan 34 119 140 146 155 168 181 96 111

d. Jasa-jasa 13 15 15 15 18 20 23 46 22

e. Lain-lain 132 59 53 62 56 63 73 164 191

3. Kolektibilitas 183 198 216 230 239 262 291 309 325

a. Lancar 174 190 206 222 229 251 278 298 310

b. Kurang Lancar 3 3 4 3 5 5 5 3 5

c. Diragukan 3 2 1 2 2 2 2 3 4d. Macet 3 4 4 4 3 4 4 4 5

IV RASIO

1. Loan To Deposit Ratio (%) 115.04 121.45 126.59 127.78 124.49 130.03 136.05 137.19 139.77

2. Non Performing Loan

a. Nominal 9 9 9 8 10 11 12 11 15b. Rasio (%) 5.00 4.36 4.38 3.67 4.18 4.13 4.21 3.45 4.64

I-2011

I-2011

III-2010

III-2010

IV-2010

IV-2010

I-2010 I-2009

I-2009

II-2009

II-2009No Uraian II-2010

IV-2009

IV-2009 I-2010

III-2009

III-2009

Indikator BPR - Kota Yogyakarta

Indikator BPR - Kabupaten Sleman

II-2010 No Uraian

76

Juta R

p

AN

GG

AR

AN

R

EA

LISA

SI

%A

NG

GA

RA

N

REA

LISA

SI

%A

NG

GA

RA

N

REA

LISA

SI

%A

NG

GA

RA

N

REA

LISA

SI

%A

NG

GA

RA

N

REA

LISA

SI

%

PEN

DA

PA

TA

N

1.4

19.4

75

405.6

15

28,5

8

1.0

26.8

76

228.2

22

22,2

2

795.0

08

204.9

89

25,7

8

898.5

50

248.3

07

27,6

3

843.3

50

234.6

78

27,8

3

PEN

DA

PA

TA

N A

SLI D

AER

AH

700.3

39

182.3

79

26,0

4

198.7

20

41.2

64

20,7

6

202.2

61

46.0

06

22,7

5

106.8

85

25.3

22

23,6

9

41.9

85

9.0

26

21,5

0

Pendap

atan Pajak D

aerah592.4

99

168.8

40

28,5

0

113.5

00

30.4

78

26,8

5

99.9

01

23.2

67

23,2

9

28.7

52

7.8

58

27,3

3

7.1

28

2.4

26

34,0

4

Pendap

atan R

etribusi D

aerah37.7

09

6.6

24

17,5

7

57.4

73

8.2

81

14,4

1

32.6

11

8.1

25

24,9

1

21.4

52

3.6

05

16,8

1

8.6

57

1.8

77

21,6

8

Pendap

atan H

sl Pengelo

laan K

ekayaan D

aerah Y

g D

ipisah

kan30.5

57

72

0,2

3

11.3

54

-

-

11.0

31

-

-

7.5

46

114

1,5

1

4.2

93

-

-

Lain

-lain Pen

dap

atan A

sli Daerah

Yan

g Sah

39.5

74

6.8

43

17,2

9

16.3

93

2.5

05

15,2

8

58.7

18

14.6

14

24,8

9

49.1

35

13.7

44

27,9

7

21.9

07

4.7

23

21,5

6

DA

NA

PER

IMB

AN

GA

N714.5

42

222.0

31

31,0

7

743.8

80

159.7

19

21,4

7

499.5

60

151.1

98

30,2

7

707.5

96

210.9

52

29,8

1

664.5

61

210.0

08

31,6

0

Dan

a Bag

i Hasil

74.2

40

9.2

47

12,4

6

69.0

49

1.6

74

2,4

2

61.4

58

5.2

23

8,5

0

36.3

21

2.5

01

6,8

9

33.0

92

1.4

94

4,5

2

Dan

a Alo

kasi Um

um

620.8

12

206.9

37

33,3

3

632.1

81

158.0

45

25,0

0

436.3

40

145.4

47

33,3

3

625.3

50

208.4

51

33,3

3

572.3

00

190.7

67

33,3

3

Dan

a Alo

kasi Khusu

s19.4

90

5.8

47

30,0

0

42.6

50

-

-

1.7

62

529

30,0

0

45.9

25

-

-

59.1

69

17.7

47

29,9

9

LAIN

-LAIN

PEN

DA

PA

TA

N D

AER

AH

YA

NG

SA

H4.5

94

1.2

05

26,2

3

84.2

77

27.2

40

32,3

2

93.1

88

7.7

84

8,3

5

84.0

68

12.0

34

14,3

1

136.8

04

15.6

45

11,4

4

Pendap

atan H

ibah

4.5

94

1.2

05

26,2

3

1.8

09

-

-

3.3

60

-

-

-

-

#D

IV/0

!-

-

-

Pen

dap

atan D

ana D

arurat

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

#D

IV/0

!-

-

-

D

ana B

agi H

sl Pajak dari Pro

v dan

Pemda Lain

ya-

-

-

74.3

88

-

-

49.4

78

-

-

-

-

-

25.0

04

6.1

93

24,7

7

Dan

a Penyesu

aian d

an O

tonom

i Khusu

s-

-

-

-

-

-

20.0

00

7.7

84

38,9

2

70.1

28

11.3

68

16,2

1

100.0

00

-

-

Ban

tuan

Keu

angan

dari Pro

v atau Pem

da Lain

ya-

-

-

8.0

80

-

-

20.3

50

-

-

13.9

40

665

4,7

7

11.8

00

9.4

51

80,1

0

Pendap

atan Lain

ya-

-

-

-

27.2

40

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

JU

MLA

H P

EN

DA

PA

TA

N1.4

19.4

75

405.6

15

28,5

8

1.0

26.8

76

228.2

22

22,2

2

795.0

08

204.9

89

25,7

8

898.5

50

248.3

07

27,6

3

843.3

50

234.6

78

27,8

3

BELA

NJA

1.5

90.7

86

136.7

95

8,6

0

1.0

73.3

15

174.5

51

16,2

6

889.7

72

107.6

42

12,1

0

953.8

62

170.2

92

17,8

5

929.7

50

116.7

18

12,5

5

Bela

nja

Tid

ak La

ng

sun

g849.1

18

99.6

99

11,7

4

712.7

82

147.7

89

20,7

3

531.2

27

80.4

65

15,1

5

678.7

14

141.2

13

20,8

1

673.7

44

109.3

03

16,2

2

Belan

ja Pegaw

ai443.4

40

74.0

73

16,7

0

633.0

67

125.8

38

19,8

8

439.2

26

58.4

59

13,3

1

595.3

36

119.8

41

20,1

3

601.3

86

100.7

32

16,7

5

Belan

ja Bunga

-

-

-

144

33

22,9

8

235

161

68,2

3

120

28

23,0

4

44

-

-

Belan

ja Subsid

i-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Belan

ja Hib

ah7.6

19

818

10,7

3

14.1

28

16.2

79

115,2

3

48.0

94

20.4

88

42,6

0

19.1

10

10.6

97

55,9

7

1.7

10

1.6

15

94,4

5

Belan

ja Ban

tuan

Sosial

105.7

52

12.7

82

12,0

9

29.3

65

845

2,8

8

35.6

72

1.0

69

3,0

0

33.3

45

9.7

24

29,1

6

23.5

32

815

3,4

6

Belan

ja Bag

i Hsl K

pd Pro

v/ Kab

/dan

Pemerin

tah D

esa215.1

28

12.0

04

5,5

8

16.3

75

22

0,1

4

-

-

-

2.0

07

65

3,2

4

3.2

40

-

-

Belan

ja Ban

tuan

Keu

angan

Provin

si/Kab

upaten

/Kota d

an Pem

Desa

67.1

80

-

-

15.0

01

4.2

82

28,5

5

-

-

-

27.2

95

3

0,0

1

42.4

84

6.1

42

14,4

6

Belan

ja Tak Terduga

10.0

00

23

0,2

3

4.7

04

489

10,4

0

8.0

00

289

3,6

1

1.5

00

855

56,9

9

1.3

49

-

-

B

ela

nja

Lan

gsu

ng

741.6

67

37.0

96

5,0

0

360.5

33

26.7

63

7,4

2

358.5

45

27.1

77

7,5

8

275.1

48

29.0

79

10,5

7

256.0

05

7.4

15

2,9

0

Belan

ja Pegaw

ai90.1

64

6.0

19

6,6

8

78.7

51

7.4

26

9,4

3

96.2

47

5.1

44

5,3

4

54.1

08

6.7

40

12,4

6

27.9

85

2.6

05

9,3

1

Belan

ja Baran

g Jasa

501.3

30

30.6

30

6,1

1

171.0

00

18.8

63

11,0

3

190.9

47

21.9

64

11,5

0

127.1

83

21.2

26

16,6

9

84.8

80

4.2

61

5,0

2

Belan

ja Modal

150.1

74

447

0,3

0

110.7

82

475

0,4

3

71.3

52

68

0,1

0

93.8

56

1.1

13

1,1

9

143.1

41

549

0,3

8

JUM

LAH

BELA

NJA

1.5

90.7

86

136.7

95

8,6

0

1.0

73.3

15

174.5

51

16,2

6

889.7

72

107.6

42

12,1

0

953.8

62

170.2

92

17,8

5

929.7

50

116.7

18

12,5

5

SU

RPLU

S / D

EFIS

IT(1

71.3

11)

268.8

20

(4

6.4

39)

53.6

71

-

(9

4.7

64)

97.3

46

(5

5.3

12)

78.0

15

-

(8

6.4

00)

117.9

60

-

PEM

BIA

YA

AN

171.3

11

(5

.743)

(3

,35)

46.4

38

(3

.069)

(6

,61)

94.7

64

(3

29)

(0

,35)

7.5

22

(5

8)

(0

,77)

86.4

00

85.9

09

99,4

3

PEN

ER

IMA

AN

PEM

BIA

YA

AN

203.4

26

1.2

17

0,6

0

60.1

76

-

-

98.3

26

52

0,0

5

16.3

37

-

-

91.3

50

90.3

09

98,8

6

SILPA Tah

un A

nggaran

Sebelu

mnya

184.3

95

-

-

60.1

76

-

-

97.9

76

-

-

16.3

37

-

-

89.7

53

90.2

81

100,5

9

Pencairan

Dan

a Cad

angan

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Hasil Pen

jualan

Kekayaan

Daerah

Yan

g D

ipisah

kan-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Pen

erimaan

Pinjam

an D

aerah-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Pen

erimaan

Kem

bali Pem

berian

Pinjam

an D

aerah17.9

15

1.0

04

5,6

0

-

-

-

150

-

-

-

-

-

1.5

96

21

1,3

3

Penerim

aan Piu

tang D

aerah-

-

#D

IV/0

!-

-

-

200

52

25,9

9

-

-

-

-

7

-

Penerim

aan d

ari Biaya Pen

yusu

tan K

endaraan

1.1

16

213

19,0

8

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

JUM

LAH

PEN

ER

IMA

AN

PEM

BIA

YA

AN

203.4

26

1.2

17

0,6

0

60.1

76

-

-

98.3

26

52

0,0

5

16.3

37

-

-

91.3

50

90.3

09

98,8

6

PEN

GELU

AR

AN

PEM

BIA

YA

AN

32.1

15

6.9

60

21,6

7

13.7

38

3.0

69

22,3

4

3.5

62

381

10,6

9

8.8

15

58

0,6

5

4.9

50

4.4

00

88,9

0

Pemben

tukan

Dan

a Cad

angan

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Penyertaan

Modal (In

vestasi) Pemerin

tah D

aerah2.0

00

-

-

7.5

00

3.0

00

40,0

0

3.0

00

-

-

8.7

00

-

-

3.3

00

3.0

00

90,9

1

Pembayaran

Poko

k Utan

g-

-

-

138

69

49,9

1

562

381

67,8

1

115

58

50,0

0

69

-

-

Pem

berian

Pinjam

an D

aerah30.1

15

6.9

60

23,1

1

6.1

00

-

-

-

-

-

-

-

-

1.5

80

1.4

00

-

Pen

yelesaian keg

iatan D

PA-L

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Pembayaran

Kew

ajiban

Tahun Lalu

Yan

g B

lm Terselesaikan

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

JUM

LAH

PEN

GELU

AR

AN

PEM

BIA

YA

AN

32.1

15

6.9

60

21,6

7

13.7

38

3.0

69

22,3

4

3.5

62

381

10,6

9

8.8

15

58

0,6

5

4.9

50

4.4

00

88,9

0

PEM

BIA

YA

AN

NETTO

171.3

11

(5

.743)

(3

,35)

46.4

38

(3

.069)

(6

,61)

94.7

64

(3

29)

(0

,35)

7.5

22

(5

8)

(0

,77)

86.4

00

85.9

09

99,4

3

SIS

A LE

BIH

PEM

BIA

YA

AN

AN

GG

AR

AN

TA

HU

N B

ER

KEN

AA

N (S

ILPA

)(0

)

263.0

77

-

(0

)

50.6

02

-

-

97.0

17

-

(4

7.7

90)

77.9

58

-

-

203.8

70

-

Realisa

si APB

D P

rovin

si, Kab

up

ate

n d

an

Ko

ta T

riwu

lan

I-2011

Se-w

ilayah

Pro

vin

si DIY

(tidak te

rmasu

k K

ab

. Ku

lon

pro

go

)

UR

AIA

NPro

vin

si Sle

man

Ko

taB

an

tul

Gu

nu

ng

kid

ul

Kete

rangan:

Sum

ber: P

em

da P

ropin

si, Kota

dan K

abupate

n se

-DIY

, dio

lah. D

ata

Kab. K

ulo

npro

go tid

ak te

rsedia

77

S u r v e i

Tim Ekonomi Moneter 1

Survei Konsumen

Mengulang tren di awal tahun, tingkat keyakinan konsumen terhadap

perekonomian kembali menguat, hal ini tercermin pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan Maret 2011 kembali meningkat 2,92 poin ke level 115,00. Kenaikan IKK ini didorong oleh meningkatnya keyakinan konsumen bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk membeli barang tahan lama; meningkatnya ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini, meningkatnya ekspektasi penghasilan dan meningkatnya ekspektasi kondisi perekonomian 6 bulan yang akan datang.

Tekanan terhadap harga barang/jasa pada 3 dan 6 bulan yang akan datang diperkirakan melemah, tercermin dari menurunya Indeks ekspektasi harga 3 bulan yang akan datang 6,00 poin ke level 165,00 dan menurunnya indeks ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang 12,00 poin ke level 166,00. Menurut responden, penurunan tersebut dipengaruhi oleh situasi keaman dan politik yang semakin stabil, harapan adanya penambahan subsidi pemerintah untuk menjaga kondisi pasokan barang sehingga meningkatkan ketersediaan barang di pasar, berlanjutnya tren apresiasi kurs rupiah, distribusi barang yang semakin lancar dan menurunnya suku bunga kredit.

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan bahwa konsumen merasa

optimis dengan kondisi perekonomian di DIY . Hasil survei konsumen pada Maret 2011

menunjukkan IKK yang meningkat 2,92 poin ke level 115,00. Faktor yang mengakibatkan

peningkatan IKK tersebut adalah naiknya Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 2,62 poin

menjadi 104,67 dan naiknya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 3,17 poin menjadi

125,33.

Grafik 1 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Optimisme konsumen terhadap perekonomian pada Maret 2011 juga lebih

tinggi dibandingkan dengan Maret 2010. Secara tahunan, IKK meningkat 3,17 poin dari

level 111,83. Kenaikan tersebut terutama di dorong oleh naiknya keyakinan responden

bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk membeli barang tahan lama dan

meningkatnya ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini. Disamping itu, naiknya ekspektasi

0

20

40

60

80

100

120

140

12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

KrisisEkonomi

Global

KenaikanHarga Cabe

Kenaikan TDL

SURVEI KONSUMEN

Metodologi

Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan terhadap kurang lebih 200 rumah tangga sebagai responden dengan metode stratified random sampling di sebagian wilayah Provinsi Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance +100), sehingga jika indeks di atas 100 berarti optimis, sebaliknya di bawah 100 berarti pesimis.

Indeks Keyakinan Konsumen menunjukkan menguatnya

optimisme konsumen menilai perekonomian

Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan terhadap sampling 200 responden rumah tangga di DI Yogyakarta.

Maret 2011

Tim Ekonomi Moneter 2

Survei Konsumen

tingkat penghasilan dan kondisi perekonomian kedepan juga mempunyai kontribusi dalam

meningkatkan level IKK.

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) saat ini menunjukkan optimisme responden

dalam menilai kondisi perekonomian tercermin oleh naiknya IKE sebesar 2,67 poin ke level

104,67 dibandingkan IKE pada Februari 2011. Kenaikan IKE ini terutama didorong oleh

naiknya indeks ketepatan pembelian barang tahan lama sebesar 9,00 poin ke level 90,00

walaupun masih berada pada level pesimis hal ini dapat menggambarkan pergerakan

keyakinan konsumen untuk membelanjakan penghasilan untuk kebutuhan barang tahan

lama sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, perkiraan pertumbuhan

ekonomi triwulan I-2011 ikut mendorong naiknya indeks ketersediaan lapangan kerja

sebesar 0,50 poin ke level 94,00, tercatat lebih baik walaupun masih berada pada level

pesimis. Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik diharapkan dapat menciptakan lapangan

pekerjaan baru dan menyerap tenaga kerja di masyarakat.

Menurut responden, meningkatnya ketersediaan lapangan pekerjaan dipengaruhi

oleh meningkatnya minat berwiraswasta (42,42%), meningkatnya jumlah proyek

pemerintah/swasta (21,21%), bertambahnya jumlah perusahaan yang beroperasi (15,15%),

membaiknya kondisi ekonomi (12,12%), dan semakin mudahnya akses kredit perbankan

(9,09%).

Grafik 2 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Ekonomi

Ekspektasi Konsumen pada 6 bulan menggambarkan optimisme konsumen yang

meningkat dalam memperkirakan kondisi perekonomian ke depan. Hal ini tercermin dari

meningkatnya angka indeks 3,17 poin ke level 125,33 dibandingkan ekspektasi bulan

Februari 2011. Meningkatnya optimisme ini terutama didorong oleh meningkatnya ekspektasi

terhadap kondisi perekonomian 6 bulan yang akan datang 14,00 poin ke level 134,00 dan

meningkatnya ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan 2,50 poin ke level 137,50.

Menurut responden, kenaikan ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan tersebut

dipengaruhi oleh faktor meningkatnya minat berwiraswasta dan menciptakan lapangan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Indek Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Konsumen

Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini menunjukkan

peningkatan optimisme

Indeks Ekspektasi Konsumen menggambarkan optimisme

dalam menilai perekonomian yang terus membaik

Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan terhadap sampling 200 responden rumah tangga di DI Yogyakarta.

Tim Ekonomi Moneter 3

Survei Konsumen

pekerjaan sendiri (48,10%), kegiatan realisasi proyek pemerintah/swasta meningkat

(16,46%), membaiknya kondisi perekonomian (13,92%), akses memperoleh kredit bank

semakin mudah (11,39%) dan bertambahnya jumlah perusahaan yang beroperasi (10,13%).

Grafik 3 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Ekspektasi Penghasilan Optimisme responden dalam memperkirakan tingkat penghasilan 6 bulan yang akan

datang meningkat. Kenaikan optimisme tersebut tercermin dari naiknya nilai indeks

ekspektasi penghasilan sebesar 2,50 poin menjadi 137,50 dibandingkan ekspektasi

penghasilan pada bulan Februari 2011 yang tercatat pada level 135,00. Menurut responden

naiknya ekspektasi penghasilan terutama disebabkan banyaknya responden yang berencana

untuk membuka usaha (53,54%) dengan harapan dapat menambah penghasilan responden

saat ini. Selain itu juga di sebabkan faktor lain yaitu ekspektasi kenaikan gaji/omset usaha

(27,27%), adanya tambahan penghasilan dari anggota keluarga yang mulai bekerja

(13,13%), rencana untuk beralih ke pekerjaan/bidang usaha yang lebih baik (4,04%) dan

faktor lain (2,02%).

Ekspektasi Harga

Responden memperkirakan harga-harga barang secara umum pada 3 bulan yang

akan datang dan 6 bulan yang akan datang menurun. Indeks ekspektasi harga 3 bulan yang

akan datang turun 6,00 poin ke level 165,00 dari posisi indeks Februari 2011 (121,00),

sedangkan indeks ekspektasi harga 6 bulan yang akan datang turun 12,00 poin menjadi

166,00.

Penurunan indeks ekspektasi harga pada 3 dan 6 bulan yang akan datang

disebabkan oleh perkirakan penurunan harga seluruh kelompok komoditas. Pada 3 bulan

yang akan datang perkiraan penurunan terbesar terjadi pada 3 kelompok; kelompok

pendidikan, rekreasi dan olah raga; kelompok transportasi dan jasa keuangan; dan kelompok

kesehatan. Sedangkan perkiraan penurunan indeks pada 6 bulan yang akan datang

disumbangkan oleh penurunan harga kelompok bahan makanan; kelompok sandang; dan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Indeks Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan Konsumen

Ekspektasi Kondisi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Indeks Ekspektasi Harga pada 3 dan 6 bulan yang

akan datang menurun

Tingkat optimisme responden terhadap tingkat

penghasilan 6 bulan yang akan datang meningkat

Catatan : Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2010 dilakukan secara bulanan terhadap sampling 200 responden rumah tangga di DI Yogyakarta.

Tim Ekonomi Moneter 4

Survei Konsumen

perkiraan penurunan harga kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang masih terus

berlanjut. Responden memberikan alasan perkiraan penurunan indeks ekspektasi harga

tersebut dipengaruhi oleh situasi keaman dan politik yang semakin stabil (27,27%), harapan

adanya penambahan subsidi pemerintah untuk menjaga kondisi pasokan barang (22,73%)

sehingga meningkatkan ketersediaan barang di pasar (22,73%), berlanjutnya tren apresiasi

kurs rupiah (13,64%), distribusi barang yang semakin lancar (9,09%) dan menurunnya suku

bunga kredit (4,55%).

Grafik 4 Indeks Ekspektasi Harga pada 3 & 6 bulan yad, Indeks Ekspektasi Ketersediaan Barang 6 Bulan yad dengan

Inflasi Aktual Kumulatif 3 bulan

Ekspektasi Suku Bunga Tabungan

Indeks ekspektasi suku bunga tabungan pada 6 bulan yang akan datang tercatat

sebesar 122,50 meningkat 2,50 poin dibandingkan indeks pada bulan Februari 2011.

Kenaikan ekspektasi suku bunga tersebut seiring dengan meningkatnya indeks penghasilan

yang diperkirakan responden akan menyisihkan sebagian untuk tabungan jika suku bunga

meningkat.

Grafik 5 Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 Bulan yad dan Pertumbuhan Suku Bunga

Ekspektasi Jumlah Tabungan

Indeks ekspektasi jumlah tabungan pada 6 bulan yang akan datang tercatat sebesar

125,00. Angka indeks tersebut kembali menurun 15,50 poin dibandingkan ekspektasi pada

bulan Februari 2011.

0

1

2

3

4

5

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011

Indeks Ekspektasi Ketersediaan Barang 6 bulan yad Indeks Ekspektasi Harga 3 bulan yad

Indeks Ekspektasi Harga 6 bulan yad Inflasi Aktual Kumulatif 3 bulan

Inflasi Aktual Kumulatif 6 bulan

%indeks

-15

-10

-5

0

5

10

15

0

20

40

60

80

100

120

140

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2009 2010 2011

Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 bulan yad

Pertumbuhan Suku Bunga Tabungan Selama 6 bulan

indeks (%)

Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan pada 6

bulan yang akan meningkat

Indeks Ekspektasi Jumlah tabungan pada 6 bulan

yang akan datang kembali menurun

Tim Ekonomi Moneter 5

Survei Konsumen

Grafik 6 Indeks Jumlah Tabungan Saat ini, Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 Bulan yad, dengan

Pertumbuhan Jumlah Tabungan mtm & selama 6 bulan

-2

-

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011

Pertumbuhan Jumlah Tabungan Selama 6 bulan Pertumbuhan Jumlah Tabungan (mtm)

Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 bulan yad Indeks Jumlah Tabungan Saat Ini

(%)indeks

Tim Ekonomi Moneter 6

Survei Konsumen

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

A 112.00 99.08 111.83 114.33 117.17 113.25 105.92 112.04 101.17 107.58 96.83 93.58 121.75 112.08 115.00

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 98.67 90.00 100.50 103.33 106.50 99.17 97.33 98.83 89.50 96.67 85.83 81.33 113.00 102.00 104.67

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 125.33 108.17 123.17 125.33 127.83 127.33 114.50 125.24 112.83 118.50 107.83 105.83 130.50 122.17 125.33

Penghasilan Saat Ini 134.50 129.00 134.50 130.00 121.50 128.00 128.00 124.50 126.50 125.50 114.00 112.00 136.50 131.50 130.00

Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama 77.00 74.00 82.50 83.50 101.50 82.00 87.00 85.50 59.50 135.00 126.00 131.50 103.00 81.00 90.00

Ketersediaan Lapangan Kerja 84.50 67.00 84.50 96.50 96.50 87.50 77.00 86.50 82.50 99.50 79.50 79.00 99.50 93.50 94.00

Ekspektasi Penghasilan 156.50 130.00 151.50 146.00 152.00 153.00 146.50 145.21 130.00 135.00 126.00 131.50 145.00 135.00 137.50

Ekspektasi Kondisi Ekonomi 124.50 109.00 116.00 123.50 120.50 117.50 99.00 121.50 113.00 99.50 79.50 79.00 132.00 120.00 134.00

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 95.00 85.50 102.00 106.50 111.00 111.50 98.00 109.00 95.50 105.50 97.00 83.50 114.50 111.50 104.50

B

Harga Umum 173.00 165.50 153.00 165.00 156.00 176.00 172.50 185.50 176.50 170.00 177.50 162.00 169.50 171.00 165.00

Bahan Makanan 180.50 167.50 166.50 175.00 174.50 180.50 183.00 194.50 184.00 176.50 182.50 174.00 184.00 177.50 172.00

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 172.50 160.00 159.00 159.50 162.50 167.50 167.50 166.00 165.00 159.50 166.00 158.00 171.50 163.50 163.50

Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 162.00 164.00 161.00 171.50 172.00 177.00 182.00 182.00 178.00 175.00 170.00 163.50 179.50 169.50 165.50

Sandang 139.00 123.50 132.00 143.00 145.00 156.00 154.00 157.36 158.00 143.50 156.00 138.50 151.50 148.00 141.50

Kesehatan 153.00 145.00 146.00 160.00 154.50 158.00 146.50 146.97 147.50 146.50 153.00 145.00 164.00 158.50 148.50

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 154.50 152.50 146.00 156.00 158.00 162.00 162.00 173.50 168.50 155.00 154.00 147.00 172.50 159.00 147.50

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 159.00 145.50 160.00 162.50 157.00 165.50 161.50 161.50 161.00 163.50 148.00 155.50 174.00 165.50 152.50

C Ekspektasi Harga Dalam 6 Bulan Yang Akan Datang

Harga Umum 184.00 171.50 166.50 178.00 176.50 183.00 175.50 189.50 184.50 173.50 170.00 162.50 177.00 178.00 166.00

Bahan Makanan 185.50 171.00 171.50 175.50 175.00 182.00 179.00 196.50 188.50 176.00 173.00 171.50 186.00 179.50 166.00

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 179.50 163.50 160.50 168.50 167.00 175.00 173.50 176.50 173.00 167.00 165.33 162.50 176.50 172.50 167.50

Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 176.50 166.00 166.00 175.00 171.50 179.00 174.50 187.00 178.39 166.33 162.00 163.00 183.00 171.50 166.50

Sandang 146.50 129.00 142.50 146.50 150.00 159.00 156.00 165.00 156.78 152.76 152.26 147.50 161.50 153.00 143.50

Kesehatan 163.50 149.50 150.00 163.00 160.00 158.50 157.00 153.00 155.78 157.79 153.00 152.50 171.00 157.50 155.00

Transportasi dan Komunikasi 164.50 159.50 153.00 163.00 166.50 165.50 167.50 178.00 169.00 163.82 158.50 159.00 176.50 163.50 159.00

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 166.00 154.50 161.50 165.50 162.00 167.50 168.00 175.00 169.00 164.32 158.00 165.50 180.50 168.00 161.50

D

Ketersediaan Barang & Jasa 6 bulan yad 143.00 130.00 148.00 143.00 144.50 146.50 143.50 153.50 129.50 129.00 108.50 113.50 134.50 119.50 123.00

Tingkat suku bunga tabungan 6 bulan yad 114.50 107.00 101.50 119.50 114.00 123.00 121.00 116.67 111.00 131.00 107.50 106.50 130.00 120.00 122.50

Tabungan saat ini 114.50 97.00 125.50 113.07 116.50 114.50 110.00 101.00 102.50 128.50 110.50 115.50 140.00 113.50 114.50

Tabungan 6 bulan yad 139.50 133.50 146.00 130.50 130.00 154.00 139.00 134.50 118.50 141.00 133.00 133.00 148.50 129.00 125.00

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Kondisi Ekonomi Saat Ini Dibanding 6 Bulan Yang Lalu

Ekspektasi Konsumen Dalam 6 Bulan Yang Akan Datang

Ekspektasi Harga Dalam 3 Bulan Yang Akan Datang

Indikator Ekonomi

Tabel 1

Indeks Keyakinan Konsumen, Ekspektasi Harga, Rencana Konsumsi dan

Indikator Ekonomi

Keterangan2010 2011

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

Laki-laki 53.50 58.00 59.00 52.00 61.50 54.27 62.50 65.00 62.50 67.50 72.00 67.00 61.50 59.00 59.00

Perempuan 46.50 42.00 41.00 48.00 38.50 45.73 37.50 35.00 37.50 32.50 28.00 33.00 38.50 41.00 41.00

Rp 1 juta - Rp 3 Juta 75.50 75.50 75.50 81.00 77.50 76.00 72.00 77.00 86.50 75.00 77.50 75.00 66.00 70.50 81.00

Di atas Rp 3 juta - Rp 5 juta 18.00 19.00 17.50 14.50 16.50 19.50 22.50 20.00 12.50 22.50 21.50 24.00 13.00 8.00 12.00

Di atas Rp 5 Juta 6.50 5.50 7.00 4.50 6.00 4.50 5.50 3.00 1.00 2.50 1.00 1.00 21.00 21.50 7.00

20-40 tahun 50.00 67.50 72.00 67.50 75.50 74.00 75.50 61.50 63.50 59.50 65.50 70.50 72.50 77.50 74.50

Diatas 40-60 tahun 48.00 29.50 25.00 30.00 23.00 25.50 24.50 35.00 34.00 39.50 34.00 29.00 18.50 14.00 19.50

Di atas 60 tahun 2.00 3.00 3.00 2.50 1.50 0.50 0.00 3.50 2.50 1.00 0.50 0.50 9.00 8.50 6.00

SLTA 43.50 34.50 37.50 34.50 38.50 51.00 49.00 59.80 52.50 59.00 60.50 56.50 43.50 42.50 53.00

D3 12.50 20.50 16.00 11.50 11.00 8.50 10.50 11.56 8.50 7.00 10.00 10.00 11.00 9.50 12.50

Sarjana 32.50 39.50 42.00 45.50 45.50 37.00 39.00 25.63 37.50 26.00 25.50 30.00 39.00 42.50 31.50

Pasca sarjana 11.50 5.50 4.50 8.50 5.00 3.50 1.50 3.02 1.50 8.00 4.00 3.50 6.50 5.50 3.00

4 Tingkat Pendidikan

2010

1 Jenis Kelamin

2 Tingkat Pengeluaran

3 Kelompok Umur

Tabel 2

Profil Responden

(dalam %)

No Data Responden Keterangan2011

Tim Ekonomi Moneter 1

Survei Penjualan Eceran

Maret- 2011

* Angka Proyeksi

Pada Maret 2011 indeks penjualan riil tercatat sebesar 138,21 atau meningkat tipis sebesar 0,42% (mtm). Peningkatan terjadi pada 4 kelompok barang yaitu kelompok Kendaraan dan Suku Cadang, kelompok Makanan dan Tembakau, kelompok farmasi dan Kosmetik dan kelompok Perlengkapan Tulis. Komoditas yang penjualannya mengalami kenaikan indeks tertinggi adalah kelompok Kendaraan dan Suku Cadang.

Perkiraan penjualan riil di bulan April 2011 masih menunjukkan adanya kenaikan meskipun relatif tipis yaitu dengan indeks sebesar 139,06 atau naik 0,61% yang dipicu meningkatnya penjualan pada kelompok barang Perlengkapan Rumah Tangga.

Tekanan terhadap harga umum pada 3 dan 6 bulan yang akan datang diperkirakan naik masing-masing sebesar 4,45 poin dan 15,56 poin dengan indeks ekspektasi 154,45 dan 152,23.

Perkembangan Penjualan Riil

Secara umum, indeks penjualan pada 4 kelompok barang mengalami

pertumbuhan positif sehingga total penjualan meningkat tipis sebesar 0,42%

(mtm) dibandingkan dengan periode survei sebelumnya. Naiknya indeks

penjualan riil terjadi pada kelompok barang Kendaraan dan Suku Cadang sebesar

32,37% diikuti oleh kelompok Perlengkapan Tulis (19,20%), kelompok Makanan

dan Tembakau (14,69%) dan kelompok Farmasi dan Kosmetik (8,16%).

Sementara itu, 5 kelompok komoditi lainnya mengalami penurunan indeks

penjualan riil yaitu kelompok Pakaian dan Perlengkapannya (-24,47%), kelompok

Barang Kerajinan dan Mainan (-21,55%), kelompok Perlengkapan Rumah Tangga

(-13,62%), kelompok Bahan Konstruksi (-10,38%) dan kelompok Bahan Bakar

Minyak (-3,01%).

I II III IV I II III IV Jan Feb Mar Apr*)

1 Bahan Konstruksi 168.66 189.74 163.88 155.85 179.14 196.88 208.66 171.16 183.43 165.21 148.06 148.19

2 Kendaraan & Suku Cadang 188.42 201.17 307.75 257.80 269.44 296.34 316.35 301.27 312.34 256.07 338.97 341.06

3 Perlengkapan Rumah Tangga 158.45 168.61 194.05 206.45 223.64 202.79 220.71 202.94 164.54 170.75 147.50 155.50

4 Barang Kerajinan & Mainan 113.48 97.83 144.89 150.80 188.35 188.30 169.73 198.99 121.84 136.50 107.09 107.03

5 Makanan & Tembakau 38.52 71.37 77.27 68.21 64.71 60.17 50.71 52.23 61.59 62.57 71.76 73.64

6 Pakaian & Perlengkapannya 127.76 154.73 168.11 162.26 178.75 206.77 177.38 199.51 144.31 146.78 110.86 111.12

7 Farmasi & Kosmetik 35.52 64.58 45.22 43.48 71.64 79.26 73.51 100.75 79.95 60.33 65.25 64.70

8 Bahan Bakar Minyak 139.37 126.77 145.64 139.58 117.37 134.49 136.60 137.57 144.10 145.03 140.66 140.99

9 Perlengkapan Tulis 197.30 201.99 178.59 176.88 116.13 81.75 80.40 88.32 95.82 95.43 113.75 109.28

129.72 141.87 158.38 151.26 156.57 160.75 159.34 161.41 145.33 137.63 138.21 139.06

2010

Rata-rata

No Kelompok Barang2009 2011

Tabel 1

Indeks Penjualan Eceran

SURVEI PENJUALAN ECERAN

Penjualan Riil mengalami pertumbuhan positif (mtm)

Metodologi

Survei Penjualan Eceran (SPE) dilaksanakan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan PDRB dari sisi konsumsi swasta. SPE merupakan survei yang dilaksanakan terhadap sekitar 90 pengecer sebagai responden (purposive sampling) di kota Yogyakarta. Responden dikelompokkan berdasarkan 9 Klasifikasi Lapangan Usaha Industri (KLUI) tahun 1997 dan hasil survei disajikan dalam bentuk indeks riil. Survei sampai dengan akhir 2010 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2011 dilakukan secara bulanan

Tim Ekonomi Moneter 2

Survei Penjualan Eceran

Kelompok barang yang mengalami kenaikan indeks penjualan riil

tertinggi adalah kelompok Kendaraan dan Suku Cadang sebesar 32,37%.

Naiknya indeks pada kelompok barang ini diakibatkan oleh meningkatnya jumlah

kendaraan bermotor yang dimiliki masyarakat sehingga meningkatkan kebutuhan

penggantian suku cadang kendaraan.

Indeks penjualan eceran kelompok barang Perlengkapan Tulis pada bulan

Maret 2011 meningkat dari 95,43 menjadi 113,75 atau naik 19,20%.

Peningkatan permintaan terjadi di sektor pendidikan baik dari lembaga

pemerintah maupun swasta. Seiring semakin dekatnya ujian akhir sekolah,

banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi

tes ujian akhir sehingga meningkatkan permintaan terhadap kelompok barang

Perlengkapan Tulis.

Kelompok lain yang mengalami peningkatan indeks penjualan adalah

kelompok Makanan dan Tembakau sebesar 14,69%. Kenaikan ini disebabkan

olehkenaikan permintaan pada barang volatile food seperti beras, gula dan

minyak goreng.

Indeks penjualan eceran pada kelompok barang Farmasi dan Kosmetik

naik sebesar 8,16% yang dipicu oleh kenaikan penjualan pada sub kelompok

farmasi. Adanya perubahan cuaca menyebabkan gangguan kesehatan sehingga

meningkatkan permintaan barang farmasi.

Di sisi lain, indeks penjualan pada kelompok Pakaian dan

Perlengkapannya justru mengalami penurunan yaitu sebesar 24,55%. Penurunan

terbesar disebabkan turunnya indeks penjualan pada sub kelompok alas kaki dan

perlengkapannya.

Indeks kelompok barang Kerajinan dan Mainan turun sebesar 21,55%

yang disebabkan belum stabilnya permintaan barang Kerajinan dan Mainan anak.

Setelah sempat naik ada bulan Februari 2011, indeks penjualan kelompok ini

I II III IV I II III IV Jan Feb Mar

1 Bahan Konstruksi 104.83 108.70 61.07 25.16 6.22 3.77 27.32 9.82 7.17 (9.93) (10.38)

2 Kendaraan & Suku Cadang 42.66 34.52 108.60 66.16 43.00 47.31 2.79 16.86 3.67 (18.01) 32.37

3 Perlengkapan Rumah Tangga109.56 96.52 83.76 116.12 41.14 20.27 13.74 (1.70) (18.92) 3.77 (13.62)

4 Barang Kerajinan & Mainan (49.84) (64.26) (50.84) 17.22 65.97 92.48 17.15 31.96 (38.77) 12.03 (21.55)

5 Makanan & Tembakau (6.52) (49.36) (42.00) (40.28) 68.01 (15.70) (34.38) (23.44) 17.93 1.59 14.69

6 Pakaian & Perlengkapannya 15.79 95.88 104.01 95.08 39.91 33.63 5.51 22.96 (27.67) 1.71 (24.47)

7 Farmasi & Kosmetik (30.02) 37.66 10.64 4.13 101.69 22.74 62.54 131.73 (20.64) (24.55) 8.16

8 Bahan Bakar Minyak 26.73 38.84 42.68 11.32 (15.79) 6.09 (6.20) (1.44) 4.75 0.65 (3.01)

9 Perlengkapan Tulis 141.62 117.05 21.46 7.28 (41.14) (59.53) (54.98) (50.07) 8.49 (0.41) 19.20

28.27 21.46 23.39 31.75 20.70 13.31 0.61 6.72 (9.97) (5.30) 0.42

2009 (yoy) 2010 (yoy)

Pertumbuhan Penjualan Riil (%)

2011 (mtm)

Tabel 2

Indeks Total

No Kelompok Barang

Tim Ekonomi Moneter 3

Survei Penjualan Eceran

kembali turun pada bulan Maret 2011. Penyumbang terbesar turunnya indeks

pada kelompok barang ini adalah turunnya penjualan pada sub kelompok Barang

Kerajinan dan Seni.

Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga mengalami penurunan indeks

penjualan eceran sebesar 13,62% dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Sub kelompok barang Perlengkapan Rumah Tangga yang turun cukup signifikan

adalah mebel, elektronik audio dan elektronik non audio. Tingginya harga-harga

bahan makanan menyebabkan daya beli konsumen untuk kebutuhan sekunder

berkurang sehingga permintaan terhadap kelompok barang ini mengalami

penurunan.

Indeks penjualan eceran kelompok bahan Konstruksi turun sebesar

10,38% yang disebabkan turunnya indeks penjualan eceran sub kelompok bahan

konstruksi dari kayu. Naiknya harga semen juga menyebabkan sedikit

menurunnya permintaan pada kelompok barang ini.

Indeks penjualan eceran kelompok barang Bahan Bakar Minyak turun

tipis sebesar 3,01%. Turunnya indeks pada kelompok barang ini lebih dipicu

turunnya penjualan sub kelompok minyak tanah karena sebagian besar

masyarakat sudah beralih menggunakan LPG, khususnya LPG ukuran 3 kg untuk

kebutuhan memasak sehari-hari.

Grafik 1 Pertumbuhan Indeks Riil Penjualan Eceran

Berdasarkan Kelompok Industri

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4*

2008 2009 2010 2011

Indeks Penjualan Riil

Pertumbuhan Penjualan Riil …

%Indeks

Catatan: Survei sampai dengan 2010 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2011 dilakukan secara bulanan

Tim Ekonomi Moneter 4

Survei Penjualan Eceran

Ekspektasi Total Penjualan

Responden memperkirakan bahwa penjualan pada 3 maupun 6 bulan ke

depan masih dalam range optimis. Penjualan untuk 3 bulan ke depan

diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 6,66 poin dengan indeks 117,77,

sementara untuk penjualan 6 bulan ke depan diperkirakan masih relatif stabil

dengan indeks sebesar 134,44.

Perkiraan Harga Umum dan Suku Bunga Kredit

Tekanan terhadap harga pada 3 bulan dan 6 bulan mendatang

diperkirakan meningkat, tercermin dari naiknya indeks harga masing-masing

sebesar 4,45 poin dan 15,56 poin sehingga indeks berada pada level 154,45 dan

152,23.

Suku bunga kredit baik pada 3 bulan maupun 6 bulan mendatang

diperkirakan masih mengalami penurunan masing-masing sebesar 3,34 poin dan

16,67 poin dengan indeks 87,77 dan 76,66.

Keterangan: Indeks Ekspektasi Harga Umum dan Suku Bunga Kredit dihitung dari Balance Score (Net Balance +

100). Indeks di atas 100 artinya harga umum dan suku bunga diekspektasikan akan meningkat, demikian pula sebaliknya.\

I II III IV I II III IV Jan Feb Mar

3 bulan yad 147.37 119.64 156.86 152.00 137.78 153.34 121.11 151.12 151.12 150.00 154.45

166.67 150.00 160.78 154.00 142.23 128.88 114.44 161.11 140.00 136.67 152.23

77.19 83.93 90.20 98.00 87.78 112.22 93.34 83.32 94.45 91.11 87.77

89.47 85.71 101.96 98.00 97.78 110.01 95.55 91.11 104.45 93.33 76.66

Tabel 3

Ekspektasi Harga Umum

6 bulan yad

Ekspektasi Suku Bunga Kredit

Indeks Ekspektasi Pedagang mengenai Harga secara Umum danSuku Bunga Kredit

2011

3 bulan yad

6 bulan yad

2009 2010Variabel

Tekanan harga umum baik pada 3 bulan

maupun harga pada 6 bulan mendatang

diperkirakan meningkat

Diperkirakan suku bunga kredit untuk 3 dan 6

bulan ke depan turun

Penjualan pada 3 dan 6 bulan ke depan masih

dalam range optimis

Tim Ekonomi Moneter 5

Survei Penjualan Eceran

Grafik 2 Ekspektasi Pedagang mengenai Harga secara Umum

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

120.00

125.00

130.00

135.00

140.00

145.00

150.00

155.00

160.00

165.00

Des Jan Feb Mar

2010 2011

Ekspektasi 3 bln yad

Ekspektasi 6 bln yad

Inflasi Aktual (ytd)Indeks %

Tim Ekonomi Moneter 1

Survei Kegiatan Dunia Usaha

Metodologi

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejak triwulan I 1993 terhadap 160 perusahaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan atau pengisian kuesioner langsung oleh responden. Metode perhitungan dilakukan dengan metode bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang

penghitungan saldo bersih kegiatan usaha, harga jual dan penggunaan tenaga kerja dilakukan dengan metode Saldo Bersih Tertimbang (SBT-weighted net balance) yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Menurut responden survei, kegiatan usaha pada Triwulan I-2011 masih

mengalami kontraksi usaha, namun mulai membaik dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) tercatat negatif 5,17%.

Kontraksi usaha terjadi pada 3 sektor usaha dengan faktor penyebab utama

terkait bencana alam erupsi Merapi yang dirasa masih mempunyai dampak

lanjutan yang mempengaruhi kondisi permintaan usaha termasuk belum

pulihnya jumlah kunjungan wisata. Selain itu, kondisi lahan pertanian yang

masih tertutup material dan tingkat kesuburan tanah menurunkan jumlah

produksi pertanian yang masih belum kembali normal.

Namun, optimisme responden terhadap perkiraan kondisi kegiatan usaha

pada Triwulan II-2011 semakin membaik (SBT 32,67%). Kegiatan usaha akan

mengalami ekspansi pada 8 sektor usaha didukung oleh beberapa faktor

antara lain; perkiraan peningkatan permintaan ekspor pasca krisis negara

tujuan ekspor dan permintaan domestik didukung situasi pasar yang

membaik serta pemulihan keyakinan pasca Erupsi Merapi terhadap kondisi

pariwisata dan dunia usaha di DIY menjadi kunci optimisme responden.

Profil Responden

Pada triwulan I-2011 jumlah responden yang menjawab kuesioner adalah 162

responden, di atas jumlah responden yang ditentukan yaitu 160 responden. Dengan

demikian, response rate pada triwulan I-2011 sebesar 101,25%.

Grafik 1 Profil Responden SKDU

Pertanian19.14%

Pertambangan1.23%

Industri Pengolahan16.05%

Listrik, Gas & Air Bersih1.23%

Bangunan1.85%

Perdagangan, Hotel & Restoran27.16%

Pengangkutan & Komunikasi10.49%

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

13.58%

Jasa-jasa9.26%

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Triwulan I -2011

Response Rate pada triwulan

I-2011 mencapai 101,25%

Tim Ekonomi Moneter 2

Survei Kegiatan Dunia Usaha

Penyebaran responden pada triwulan laporan ini didominasi oleh empat sektor

penyumbang PDRB terbesar di DIY yaitu sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (44

responden); sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan & Kehutanan (31 responden); sektor

Industri Pengolahan (26 responden) dan sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

(22 responden) atau mewakili 75,93% dari total responden yang mengembalikan

kuesioner. Dominasi responden masih berada pada sektor Perdagangan, Hotel &

Restoran dan sektor Pertanian sejalan dengan karakter perekonomian DIY yang

utamanya ditopang oleh kedua sektor tersebut.

Kegiatan Usaha

Realisasi kegiatan usaha DIY pada triwulan I-2011 mengalami kontraksi usaha

melanjutkan tren penurunan yang terjadi sejak triwulan IV 2010. Kontraksi kegiatan

usaha SKDU di wilayah DIY tercermin pada angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar

-5,67%. Namun demikian, kondisi ini sedikit lebih baik jika dibandingkan periode survei

sebelumnya (SBT -14,50%). Kontraksi usaha saat ini masih terjadi pada 4 sektor, yaitu:

sektor Bangunan (SBT -3,40%), sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT -3,13%),

sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (SBT -1,26) dan sektor Pertanian,

Peternakan, Perikanan & Kehutanan (SBT -0,73%). Kontraksi kegiatan usaha di berbagai

sektor tersebut disebabkan Erupsi Merapi yang dirasa masih mempunyai dampak

lanjutan sehingga mempengaruhi kondisi permintaan usaha termasuk belum pulihnya

jumlah kunjungan wisata. Selain itu, kondisi lahan pertanian yang masih tertutup

material dan tingkat kesuburan tanah menurunkan jumlah produksi pertanian yang

masih belum kembali normal.

Meskipun kegiatan usaha pada beberapa sektor utama pendukung

perekonomian DIY mengalami kontraksi, terdapat 3 sektor yang masih menunjukkan

ekspansi yaitu; sektor Industri Pengolahan (2,31%), sektor Pengangkutan & Komunikasi

(0,62%) dan sektor Listrik, Gas, & Air Bersih (0,42%). Disamping itu, terdapat 2 sektor

yang mengalami stagnasi yaitu sektor Pertambangan dan Sektor Jasa-jasa (SBT 0%).

Menurut responden, ekspansi pada sektor Industri Pengolahan didorong oleh permintaan

ekspor yang sudah mulai kembali pulih pasca krisis di AS dan Eropa sebagai negara

tujuan utama eksportir DIY, adanya beberapa long weekend mendukung naiknya

permintaan dalam negeri dan adanya penambahan kapasitas produksi. Sedangkan 2

sektor yang mengalami stagnasi lebih diakibatkan karena faktor belum dimulainya masa

liburan panjang pada sektor Jasa-jasa dan keterbatasan lahan usaha pada sektor

Pertambangan.

Hasil survei triwulan I-2011, responden SKDU di Provinsi DIY menyatakan tetap

optimis dalam memandang kondisi kegiatan dunia usaha ke depan. Hal ini tercermin dari

nilai SBT 32,67%, meningkat sebesar 6,84% dibandingkan perkiraan pada triwulan

sebelumnya.

Realisasi kegiatan usaha pada triwulan I-2011

mengalami kontraksi usaha

Kondisi perkiraan kegiatan usaha pada triwulan II-2011

masih ekspansif

Tim Ekonomi Moneter 3

Survei Kegiatan Dunia Usaha

Perkiraan terus meningkatnya permintaan luar negeri (ekspor) pasca

membaiknya pasar negara tujuan ekspor (AS dan Eropa) dan peningkatan permintaan

dalam negeri yang ditopang sektor pariwisata dan pertanian pasca erupsi Merapi yang

terus membaik menjadi tumpuan optimisme para responden. Selain itu, peningkatan

juga didorong oleh perbaikan kualitas barang/jasa yang dihasilkan serta peningkatan

kapasitas usaha.

Sektor-sektor yang berpotensi menjadi kontributor peningkatan kegiatan usaha

ke depan yaitu sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan & Kehutanan (SBT 9,54%),

sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 7,24%), sektor Pengangkutan & Komunikasi

(5,60%), sektor Industri Pengolahan (3,92%), sektor sektor Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan (SBT 3,88%), sektor Jasa-jasa (SBT 1,35%), sektor Pertambangan (SBT

0,72%) dan sektor Listrik, Gas & Air Bersih (0,42%).

Grafik 2 Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha

Harga Jual

Harga jual produk/jasa pada triwulan I-2011 menurut responden secara umum

meningkat, tercermin dari SBT 6,51% dengan peningkatan yang jauh lebih kecil

dibandingkan dengan triwulan IV-2010 (SBT 21,20%). Kontributor kenaikan harga jual

tersebut berasal dari 6 (enam) sektor usaha, yaitu sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

(SBT 3,09%), sektor Industri Pengolahan (SBT 1,42%), sektor Pengangkutan &

Komunikasi (SBT 1,16%), sektor Jasa-jasa (SBT 0,81%), sektor Pertambangan (SBT

0,72%) dan sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (SBT 0,61%). Menurut

responden, alasan pemicu kenaikan harga tersebut antara lain adalah adanya jumlah

varian maupun kualitas produk yan bertambah, kelangkaan barang pasca Erupsi Merapi,

kenaikan biaya bahan baku/material produksi dan kenaikan biaya promosi. Adanya

beberapa long weekend juga memicu kenaikan harga di sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran menyesuaikan dengan meningkatnya permintaan.

11.23

25.83 32.67

8.63

23.84

17.27

-3.32

8.73

13.08

4.27

-24.98

-8.00 -7.87

9.55

-6.74

10.88 11.23

(14.50)

(5.17)

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2007 2008 2009 2010 2011

Perkiraan Realisasi

Harga Jual pada triwulan I-2011 secara umum

mengalami kenaikan

Tim Ekonomi Moneter 4

Survei Kegiatan Dunia Usaha

Harga jual produk/jasa pada triwulan II-2011 diperkirakan meningkat tercermin

dari nilai SBT 9,03%, lebih tinggi dibandingkan perkiraan harga pada triwulan

sebelumnya (SBT 6,45%). Perkiraan kenaikan harga jual tersebut terbesar terjadi pada

sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 2,95%), sektor Pengangkutan & Komunikasi

(SBT 2,85%), sektor Industri Pengolahan (SBT 2,30%), sektor Keuangan, Persewaan &

JasaPerusahaan (SBT 0,86%) dan sektor Jasa-jasa (SBT 0,81%) .

Grafik 3 Realisasi dan Perkiraan Harga Jual

Penggunaan Tenaga Kerja

Kontraksi kegiatan dunia usaha pada triwulan I-2011, diikuti dengan penurunan

penggunaan tenaga kerja yang tercermin dari nilai SBT yang negatif (SBT -4,54%), sedikit

lebih rendah dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya (SBT -4,09%). Keadaan

ini dipicu oleh turunnya penggunaan tenaga kerja pada sektor Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan (SBT -2,84%), sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

(SBT -2,72%), dan sektor Pengangkutan & Komunikasi (SBT -0,09%). Menurut

responden, faktor utama yang mendorong penurunan penggunaan tenaga kerja adalah

belum pulihnya kegiatan di sektor-sektor tersebut pasca Erupsi Merapi terutama di sektor

Pertanian dan Perikanan yang sebagian besar lahan produksinya masih tertutup material

Merapi sehingga banyak tenaga kerja yang kehilangan sumber mata pencaharian sehari-

hari.

Para pelaku usaha memperkirakan penggunaan tenaga kerja akan mengalami

peningkatan pada triwulan II-2011, tercermin dari nilai SBT yang positif sebesar 11,65%

yang tumbuh lebih tinggi dari perkiraan periode sebelumnya (SBT 7,26%). Hal ini

didorong oleh perkiraan meningkatnya penggunaan tenaga kerja pada 6 sektor, yaitu

sektor Industri pengolahan (SBT 3,23%), sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan &

Kehutanan (SBT 2,51%), sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 2,22%), sektor

5.11

18.08

4.88

19.41

13.2

24.5

10.21

1.77

8.257.05

19.41

9.24

-0.42

26.8

21.20

6.51

11.44

6.45

9.03

-5

0

5

10

15

20

25

30

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2007 2008 2009 2010 2011

SBT (%)

Realisasi Perkiraan

Penggunaan tenaga kerja triwulan I-2011

menunjukkan penurunan seiring masih terjadinya

kontraksi kegiatan usaha

Harga jual diperkirakan tetap meningkat pada

triwulan II-2011

Penggunaan tenaga kerja pada triwulan II-2011

diperkirakan akan mengalami peningkatan

Tim Ekonomi Moneter 5

Survei Kegiatan Dunia Usaha

Pengangkutan & Komunikasi (SBT 2,14%), sektor Jasa-jasa (SBT 0,81%), dan sektor

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (SBT 0,38%). Responden menyatakan alasan

kenaikan tersebut dikarenakan adanya rencana peningkatan kapasitas produksi serta

perkiraan naiknya permintaan luar negeri seiring dengan pemulihan ekonomi negara

tujuan ekspor, permintaan dalam negeri dan adanya rencana rekruitmen karyawan baru.

Grafik 4

Realisasi dan Perkiraan Penggunaan Tenaga Kerja

Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi terpakai pada 4 sektor yang disurvei di triwulan I-2011

menunjukkan kondisi yang menggembirakan, ditunjukkan dengan prosentase kapasitas

terpakai sebesar 80,41%, jauh lebih baik dibandingkan kondisi pada triwulan IV-2010

(64,63%).

Grafik 5 Penggunaan Kapasitas Produksi

0.62-0.36

0.89-0.45

-5.20-6.10

0.12

-3.97 -3.72

-7.81

7.44

2.62

1.14

2.26

-4.09 -4.54

7.26

11.65

-14

-9

-4

1

6

11

16

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2007 2008 2009 2010 2011

SBT (%)

Realisasi Perkiraan

72.7

65.18

79.54

80.98

76.171.14

75.41

60.31

78.1972.63

79.8980.35

74.61

65.4764.63

80.41

40

50

60

70

80

90

100

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011

Kapasitas Terpakai (%)

Kapasitas produksi mengalami peningkatan

pada triwulan I-2011 tercatat 80,41%

Tim Ekonomi Moneter 6

Survei Kegiatan Dunia Usaha

Walaupun secara umum kegiatan dunia usaha mengalami kontraksi usaha,

namun kinerja 4 sektor tersebut menunjukkan tren yang positif. Sektor yang

berkontribusi positif atas kenaikan kapasitas terpakai ini adalah sektor Listrik, Gas & Air

Bersih (96,50%), sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan & Kehutanan (85,66%) dan

sektor Industri Pengolahan (76,04%). Menurut responden, pada sektor pertanian

kapasitas terpakai naik karena berkurangnya total luas lahan produksi karena tertimbun

material Erupsi Merapi, sedangkan pada sektor Industri Pengolahan peningkatan

kapasitas murni disebabkan naiknya permintaan jumlah produksi terutama permintaan

barang ekspor.

Kondisi Keuangan

Pada triwulan I-2011, kondisi keuangan responden mengalami pertumbuhan

yang positif tercermin dari nilai SB 34,57%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (SB

31,10%). Kontribusi pertumbuhan kondisi keuangan berasal dari sektor Keuangan,

Persewaan & Jasa Perusahaan (SB 45,45%), sektor Pengangkutan & Komunikasi (SB

41,08%), sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SB 38,64%), sektor Pertanian,

Peternakan, Perikanan & Kehutanan (SB 35,48%), sektor Jasa-jasa (SB 33,33%) dan

sektor Industri Pengolahan (SB 19,23%).

Grafik 6 Perkembangan Kondisi Keuangan

Akses Kredit

Pada triwulan I-2011 responden menyatakan bahwa akses kredit ke Perbankan

semakin mudah terbukti dengan naiknya nilai SB yang signifikan dari -12,50% menjadi

35,71%. Menurut responden kondisi ini dipengaruhi adanya kewajiban pengumuman

dasar penetapan suku bunga bagi bank, sehingga para pelaku usaha mempunyai akses

yang lebih luas dalam memilih bank karena perbankan makin kompetitif dalam

menawarkan kreditnya.

18.13

23.13

18.52

14.4816.88 17.09

22.44

10.83

20.6522.29

33.94

38.92 37.42

42.33

31.10

34.57

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011

SB (%)

Kondisi keuangan para pelaku usaha pada triwulan

I-2011 tumbuh positif

Akses kredit perbankan pada triwulan I-2011 jauh lebih

mudah

Tim Ekonomi Moneter 7

Survei Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 7 Perkembangan Akses Kredit

Situasi Bisnis

Pada triwulan I-2011, optimisme responden dalam memandang situasi bisnis

meningkat signifikan tercermin dari nilai SB 21,60%, jauh lebih baik dari triwulan

sebelumnya (SB 4,27%). Kenaikan optimisme secara signifikan terjadi pada sektor

keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan nilai SB 40,91%, diikuti oleh sektor

Pengangkutan dan Komunikasi (SB 35,29%), sektor Jasa-Jasa (SB 33,33%), dan sektor

Industri Pengolahan (SB 26,92%). Faktor utama yang mendukung membaiknya situasi

bisnis adalah naiknya permintaan domestik terutama kenaikan permintaan perumahan,

kunjungan wisata dan permintaan produk ekspor dari negara-negara tujuan utama

ekspor DIY.

Responden memperkirakan situasi bisnis 6 bulan ke depan akan tumbuh

melambat. Kondisi ini ditunjukkan dengan nilai SB yang positif 54,94%, lebih rendah dari

perkiraan pada triwulan sebelumnya (SB 59,76%). Kontributor utama yang mendorong

menurunnya ekspektasi responden tersebut adalah perkiraan pertumbuhan negatif pada

sektor Industri Pengolahan (-16,92%), sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan (-19,99%), sektor Jasa-jasa (-18,18%), sektor Pengangkutan & Komunikasi (-

14,03%) dan sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan (-10,52%).

-15

11.76

45.45

25.00

16.67

21.43

0

-19.05

28.57

15.7913.16

0 0

15.15

-12.50

35.71

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011

SB (%)

Optimisme responden dalam dalam menilai situasi bisnis pada triwulan I-2011 telah

pulih

Responden memperkirakan kondisi situasi bisnis

kedepan tumbuh melambat

Tim Ekonomi Moneter 8

Survei Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 8 Realisasi dan Perkiraan Situasi Bisnis

21.02

0

32.70

12.77

18.47

27.7424.84

10.3913.38

28.57

41.6136.53

37.4230.06

4.27

21.6

44.3

57.96 59.24

49.6847.17

39.44

43.9546.45

49.02

44.16 44.16

53.8947.85

49.08

59.76

54.94

0

10

20

30

40

50

60

70

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2007 2008 2009 2010 2011

Realisasi PerkiraanSB %

II

P R P R P R P R P R P R P R P R P R P

1 Pertanian 3.03 3.18 3.09 5.53 6.41 0.29 5.14 5.29 2.96 3.19 6.26 0.82 3.76 -1.29 4.37 -2.95 5.91 -0.73 9.54

2 Pertambangan - - 0.00 -0.48 - -0.48 - 0.00 0.00 0.00 0.96 0.00 0.00 0.00 -0.48 0.00 0.48 0.00 0.72

3 Industri Pengolahan (2.91) (1.40) -0.69 0.77 1.53 -0.07 1.72 0.01 1.53 0.15 4.22 1.29 2.48 2.10 2.42 -0.66 3.34 2.31 3.92

4 Listrik, Gas & Air Bersih - 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.00 0.00 0.42 0.42

5 Bangunan - (6.81) 0.00 -6.81 -3.40 -3.40 - 2.55 2.55 -6.81 3.40 0.00 0.00 0.00 0.00 -6.81 0.00 -3.40 0.00

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 2.13 (7.86) 1.55 -6.93 9.05 2.65 3.90 0.68 8.69 -1.54 8.07 1.58 5.42 4.21 3.66 -6.29 7.95 -3.13 7.24

7 Pengangkutan & Komunikasi (0.27) (9.53) -5.66 -4.80 1.55 -4.78 -0.75 -3.96 1.47 -3.41 2.53 4.21 6.87 3.10 0.67 -2.66 4.65 0.62 5.60

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0.69 (2.52) 0.78 4.65 0.92 -2.62 4.40 4.07 -0.45 0.75 5.29 2.56 4.04 3.23 5.54 4.87 1.34 -1.26 3.88

9 Jasa-jasa 0.47 (0.47) 2.03 -0.36 0.27 0.13 1.39 0.49 1.97 0.51 1.01 0.00 1.19 -0.54 1.35 0.00 2.16 0.00 1.35

3.14 (24.98) 1.51 -8.00 16.75 -7.87 16.23 9.55 19.14 -6.74 32.17 10.88 24.18 11.23 17.94 -14.50 25.83 -5.17 32.67

Tabel 1Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha DIY

(%,SBT)

III IV

2011

I

Seluruh Sektor

No Sektor

2009

IVI II IIII

2010

II

Tim Ekonomi Moneter 1

Survei Harga Properti Residensial

Triwulan I - 2011

Survei Harga Properti Residensial triwulan I-2011 mengindikasikan terjadi kenaikan tipis harga baik secara triwulanan maupun tahunan masing-masing sebesar 0,57% dan 1,72%.

Kenaikan harga secara triwulanan ini lebih disebabkan naiknya harga pada rumah tipe menengah sebesar 0,81%, kemudian diikuti kenaikan harga rumah tipe kecil 0,61% dan rumah tipe besar 0,29%.

Dana internal perusahaan khususnya yang bersumber dari modal disetor menjadi sumber utama pembiayaan properti residensial (36,58%), diikuti oleh pinjaman bank (25,87%), dana nasabah (19,63%) dan sisanya adalah dana dari pinjaman Lembaga Keuangan Non Bank (11,47%) dan lainnya (6,45%). Persentase penggunaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) oleh konsumen (64,49%) dengan tingkat suku bunga pada kisaran 8,8% - 13,5%, dan sebagian besar nasabah dikenakan bunga sebesar 12%.

Perkembangan Harga Properti Residensial

Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di kota Yogyakarta menunjukkan bahwa indeks harga properti residensial pada triwulan I-2011 baik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy) mengalami peningkatan tipis sebesar 0,57% dan 1,72%. Secara triwulanan (qtq), indeks harga naik 0,57% yang disebabkan oleh naiknya harga bahan bangunan, biaya perizinan yang semakin mahal, kenaikan upah pekerja, kenaikan harga BBM dan adanya penambahan fasilitas rumah.

-7.0

-5.0

-3.0

-1.0

1.0

3.0

5.0

7.0

162

164

166

168

170

172

174

176

178

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2008 2009 2010 2011

%indeks

Grafik 1Perkembangan IHPR DIY

IHPR % QTQ % YOY

`

SURVEI HARGA

PROPERTI RESIDENSIAL

Metodologi

Survei Harga Properti Residensial (SHPR) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejak triwulan I-1999 terhadap beberapa pengembang proyek perumahan (developer) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden mencakup 48 pengembang.

Pengumpulan data dilakukan secara langsung (face to face) mencakup data harga jual rumah, jumlah unit rumah yang dibangun dan dijual pada triwulan bersangkutan serta prakiraan harga jual rumah dalam triwulan berikutnya. Pengolahan data dilakukan dengan metode rata-rata sederhana atas harga rumah pada tiap tipe bangunan rumah, yang terdiri dari tipe kecil (luas bangunan s.d 36m2) , tipe menengah (luas bangunan >36m2 s.d 70m2) dan tipe besar (luas bangunan > 70m2), selanjutnya Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) dihitung dengan metode indeks berantai sederhana.

Secara umum indeks harga properti residensial meningkat baik secara triwulanan maupun tahunan masing-masing sebesar 0,57% dan 1,72%

Tim Ekonomi Moneter 2

Survei Harga Properti Residensial

Berdasarkan tipe rumah, secara triwulanan kenaikan indeks ini disebabkan oleh naiknya harga pada semua jenis tipe rumah khususnya tipe menengah 0,81%, diikuti tipe kecil 0,61% dan tipe besar 0,29%.

Secara tahunan (yoy), indeks harga properti residensial juga mengalami kenaikan (1,72%) dibandingkan dengan indeks pada periode survei tahun sebelumnya. Berdasarkan tipe rumah, naiknya indeks ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga rumah tipe menengah sebesar 2,32%, diikuti oleh naiknya harga rumah tipe kecil 1,44% dan harga rumah tipe besar naik 1,39%.

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

184

186

188

190

192

194

196

198

200

202

204

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2008 2009 2010 2011

%indeks

Grafik 2Perkembangan IHPR Rumah Tipe Kecil

IHPR % QTQ % YOY

`

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

146

148

150

152

154

156

158

160

162

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2008 2009 2010 2011

%indeks

Grafik 3Perkembangan IHPR Rumah Tipe Menengah

IHPR % QTQ % YOY

` `

Tim Ekonomi Moneter 3

Survei Harga Properti Residensial

Perkiraan Triwulan II - 2011

Untuk Triwulan II-2011, indeks harga properti residensial baik secara triwulanan maupun tahunan diperkirakan mengalami peningkatan relatif tipis yaitu masing-masing 0,30% (qtq) dan 1,41% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pada triwulan sebelumnya.

Dibandingkan dengan indeks harga sub kelompok biaya tempat tinggal

IHK-BPS, kenaikan indeks harga properti residensial menunjukkan indikasi dan arah yang sama. Indeks harga sub kelompok biaya tempat tinggal pada triwulan I 2011 tercatat 123,88 tumbuh 0,52%, sementara indeks harga properti residensial tumbuh sebesar 0,57%.

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

145

150

155

160

165

170

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2007 2008 2009 2010 2011

%indeks

Grafik 4Perkembangan IHPR Rumah Tipe Besar

IHPR % QTQ % YOY

`

-33.00

-23.00

-13.00

-3.00

7.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2007 2008 2009 2010 2011

%

Grafik 5Perkembangan IHPR dan Indeks Biaya Tempat Tinggal (q-t-q)

Perubahan IHPR (qtq) Perubahan Indeks Biaya Tempat Tinggal (qtq)

IHPR menunjukkan indikasi dan arah yang sama dengan indeks harga sub kelompok

biaya tempat tinggal IHK-BPS

Peningkatan harga diperkirakan akan terjadi pada triwulan I I-

2011 baik qtq dan yoy, walaupun relatif tipis

Tim Ekonomi Moneter 4

Survei Harga Properti Residensial

Penawaran dan Permintaan Properti Residensial Triwulan IV-2010

Sebagaimana survei triwulan sebelumnya, hasil survei pada triwulan I-2011 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan penawaran maupun permintaan properti residensial untuk semua jenis rumah relatif sama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perkembangan penawaran dan permintaan properti yang relatif stabil ini diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan II-2011.

Pembiayaan Properti Residensial

Pembiayaan properti residensial pada triwulan I-2011 sebagian besar bersumber dari dana internal perusahaan dengan sumber utama adalah dari modal disetor (36,58%), diikuti oleh pinjaman bank (25,87%), dana nasabah (19,63%) dan sisanya adalah dana dari pinjaman Lembaga Keuangan Non Bank (11,47%) serta lainnya (6,45%). Sementara itu, untuk pembelian properti residensial, sebagian besar konsumen memanfaatkan KPR bank (64,49%) dengan tingkat suku bunga mayoritas sebesar 12% (range antara 8,8% - 13,5%), diikuti oleh cash bertahap (52,17%) dan sebagian kecil dilakukan dalam bentuk cash keras/tunai (13,04%).

Dana internal perusahaan dan pinjaman dari bank menjadi

sumber utama pembiayaan properti, sementara transaksi

pembelian konsumen sebagian besar menggunakan

pembiayaan melalui KPR

Permintaan dan penawaran properti residensial triwulan

I -2011 relatif sama dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan

II -2011

Tim Ekonomi Moneter 5

Survei Harga Properti Residensial

Kecil Menengah Besar Total Kecil Menengah Besar Total

I-2007 0.90 0.28 0.04 0.41 29.88 12.58 15.12 19.05 II-2007 2.09 2.26 3.22 2.52 30.51 13.83 18.62 20.88 III-2007 0.81 (0.07) 0.20 0.31 16.89 7.96 10.90 11.90 IV-2007 0.85 0.83 (0.13) 0.51 4.73 3.32 3.33 3.79 I-2008 1.47 1.26 0.44 1.05 5.32 4.32 3.74 4.46 II-2008 1.66 1.80 1.51 1.65 4.87 3.85 2.02 3.58 III-2008 0.47 0.29 0.12 0.29 4.51 4.23 1.93 3.55 IV-2008 0.42 0.18 0.16 0.25 4.07 3.56 2.23 3.28 I-2009 0.69 0.33 0.57 0.53 3.26 2.61 2.37 2.75 II-2009 0.16 0.24 0.41 0.27 1.74 1.04 1.26 1.35 III-2009 0.30 0.07 0.15 0.18 1.57 0.83 1.30 1.23 IV-2009 0.06 0.29 0.07 0.14 1.21 0.94 1.21 1.12 I-2010 0.36 0.24 0.34 0.31 0.88 0.84 0.97 0.89 II-2010 0.38 0.83 0.62 0.61 1.10 1.43 1.18 1.24 III-2010 0.41 0.55 0.13 0.36 1.21 1.92 1.16 1.43 IV-2010 0.03 0.11 0.34 0.16 1.18 1.73 1.43 1.45 I-2011 0.61 0.81 0.29 0.57 1.44 2.32 1.39 1.72

II*-2011 0.49 0.32 0.10 0.30 1.55 1.80 0.87 1.41 Keterangan : Kecil s.d. 36 m2

Menengah 36-70 m2

Besar diatas 70 m2

* Angka Perkiraan

Tabel 1

Perubahan Indeks Harga Properti Residensial DIY

TriwulananPerubahan Triwulanan Perubahan Tahunan

I-2007 180.62 144.78 154.90 159.71 II-2007 184.39 148.05 159.88 163.74 III-2007 185.89 147.94 160.20 164.25 IV-2007 187.47 149.16 159.99 165.09 I-2008 190.22 151.04 160.69 166.84 II-2008 193.37 153.75 163.11 169.59 III-2008 194.27 154.19 163.30 170.08 IV-2008 195.09 154.47 163.56 170.51 I-2009 196.43 154.98 164.50 171.42 II-2009 196.73 155.35 165.16 171.88 III-2009 197.33 155.47 165.42 172.18 IV-2009 197.44 155.92 165.53 172.42 I-2010 198.15 156.29 166.09 172.95 II-2010 198.90 157.58 167.12 174.00 III-2010 199.71 158.45 167.34 174.63 IV-2010 199.78 158.63 167.91 174.91 I-2011 201.00 159.91 168.40 175.92

II*-2011 201.98 160.42 168.57 176.45 Keterangan : Kecil s.d. 36 m2

Menengah 36-70 m2

Besar diatas 70 m2

* Angka Perkiraan

Tabel 2

Indeks Harga Properti Residensial DIY

TriwulanTIPE

Kecil Menengah Besar Total