LAPORAN PERJALANAN DINAS KE KEMEN LH DAN KEHUTANAN

6
Kepada Yth. Bapak Bupati Bengk di Manna I. Pendahuluan 1. Umum. Terkai rakyat untuk batuan dala sebagai pe Kabupaten/ 2014 sesua Daerah. Namun Kabupaten/ perintah Ba lokasi-lokas dengan kem Untuk pertimbanga mewujudka meminta as 2. Maksud da a. Maksud Untuk m lingkunga pemanta Selatan. b. Tujuan : Sebagai Bupati Be 3. Dasar. Surat Perin B.8/2016, ta 4. Pelaksanaa Dari tangga gkulu Selatan LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DI : it dengan peralihan kewenangan pe k komoditas mineral logam, batubara lam wilayah pertambangan rakyat ertambangan galian C yang semula /Kota menjadi kewenangan Provinsi ai dengan UU Nomor 23 Tahun 2 un demikian, mengingat lokasi pertam /Kota termasuk Bengkulu Selatan, apak Bupati kami telah melakukan si galian C di Kabupaten Bengkulu mungkinan timbulnya dampak negati menyikapi hal tersebut di atas, k an lingkungan dan aspek kelesta an pembangunan ekonomi yang sistensi ke Kementerian Lingkungan H an Tujuan. : memperoleh pemahaman terhad an hidup terhadap usaha pertamban auan aktivitas penambangan di wila bahan dalam memberikan sumban engkulu Selatan. ntah Tugas Bupati Bengkulu Se anggal 29 Maret 2016. an Tugas : al 30 Maret s/d 02 April 2016 INAS enerbitan izin pertambangan a, mineral bukan logam dan termasuk yang kita kenal a merupakan kewenangan terhitung sejak 02 Oktober 2014 tentang Pemerintahan mbangan tersebut berada di , sehingga sesuai dengan n peninjauan langsung ke u Selatan, terutama terkait if terhadap lingkungan. khususnya terkait kebijakan arian SDA dalam rangka berkelanjutan, kita perlu Hidup dan Kehutanan dap aspek pertimbangan ngan galian C dalam rangka ayah Kabupaten Bengkulu ng saran kebijakan kepada elatan Nomor 090/16/SPT/

Transcript of LAPORAN PERJALANAN DINAS KE KEMEN LH DAN KEHUTANAN

Page 1: LAPORAN PERJALANAN DINAS  KE KEMEN LH DAN KEHUTANAN

Kepada Yth.Bapak Bupati Bengkulu Selatan

di Manna

LAPORAN TENTANGPELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

I. Pendahuluan :

1. Umum.Terkait dengan peralihan kewenangan penerbitan izin pertambangan

rakyat untuk komoditas mineral logam, batubara, mineral bukan logam danbatuan dalam wilayah pertambangan rakyat termasuk yang kita kenalsebagai pertambangan galian C yang semula merupakan kewenanganKabupaten/Kota menjadi kewenangan Provinsi terhitung sejak 02 Oktober2014 sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah.

Namun demikian, mengingat lokasi pertambangan tersebut berada diKabupaten/Kota termasuk Bengkulu Selatan, sehingga sesuai denganperintah Bapak Bupati kami telah melakukan peninjauan langsung kelokasi-lokasi galian C di Kabupaten Bengkulu Selatan, terutama terkaitdengan kemungkinan timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan.

Untuk menyikapi hal tersebut di atas, khususnya terkait kebijakanpertimbangan lingkungan dan aspek kelestarian SDA dalam rangkamewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, kita perlumeminta asistensi ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud :

Untuk memperoleh pemahaman terhadap aspek pertimbanganlingkungan hidup terhadap usaha pertambangan galian C dalam rangkapemantauan aktivitas penambangan di wilayah Kabupaten BengkuluSelatan.

b. Tujuan :

Sebagai bahan dalam memberikan sumbang saran kebijakan kepadaBupati Bengkulu Selatan.

3. Dasar.

Surat Perintah Tugas Bupati Bengkulu Selatan Nomor 090/16/SPT/B.8/2016, tanggal 29 Maret 2016.

4. Pelaksanaan Tugas :

Dari tanggal 30 Maret s/d 02 April 2016

Kepada Yth.Bapak Bupati Bengkulu Selatan

di Manna

LAPORAN TENTANGPELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

I. Pendahuluan :

1. Umum.Terkait dengan peralihan kewenangan penerbitan izin pertambangan

rakyat untuk komoditas mineral logam, batubara, mineral bukan logam danbatuan dalam wilayah pertambangan rakyat termasuk yang kita kenalsebagai pertambangan galian C yang semula merupakan kewenanganKabupaten/Kota menjadi kewenangan Provinsi terhitung sejak 02 Oktober2014 sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah.

Namun demikian, mengingat lokasi pertambangan tersebut berada diKabupaten/Kota termasuk Bengkulu Selatan, sehingga sesuai denganperintah Bapak Bupati kami telah melakukan peninjauan langsung kelokasi-lokasi galian C di Kabupaten Bengkulu Selatan, terutama terkaitdengan kemungkinan timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan.

Untuk menyikapi hal tersebut di atas, khususnya terkait kebijakanpertimbangan lingkungan dan aspek kelestarian SDA dalam rangkamewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, kita perlumeminta asistensi ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud :

Untuk memperoleh pemahaman terhadap aspek pertimbanganlingkungan hidup terhadap usaha pertambangan galian C dalam rangkapemantauan aktivitas penambangan di wilayah Kabupaten BengkuluSelatan.

b. Tujuan :

Sebagai bahan dalam memberikan sumbang saran kebijakan kepadaBupati Bengkulu Selatan.

3. Dasar.

Surat Perintah Tugas Bupati Bengkulu Selatan Nomor 090/16/SPT/B.8/2016, tanggal 29 Maret 2016.

4. Pelaksanaan Tugas :

Dari tanggal 30 Maret s/d 02 April 2016

Kepada Yth.Bapak Bupati Bengkulu Selatan

di Manna

LAPORAN TENTANGPELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

I. Pendahuluan :

1. Umum.Terkait dengan peralihan kewenangan penerbitan izin pertambangan

rakyat untuk komoditas mineral logam, batubara, mineral bukan logam danbatuan dalam wilayah pertambangan rakyat termasuk yang kita kenalsebagai pertambangan galian C yang semula merupakan kewenanganKabupaten/Kota menjadi kewenangan Provinsi terhitung sejak 02 Oktober2014 sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah.

Namun demikian, mengingat lokasi pertambangan tersebut berada diKabupaten/Kota termasuk Bengkulu Selatan, sehingga sesuai denganperintah Bapak Bupati kami telah melakukan peninjauan langsung kelokasi-lokasi galian C di Kabupaten Bengkulu Selatan, terutama terkaitdengan kemungkinan timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan.

Untuk menyikapi hal tersebut di atas, khususnya terkait kebijakanpertimbangan lingkungan dan aspek kelestarian SDA dalam rangkamewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, kita perlumeminta asistensi ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud :

Untuk memperoleh pemahaman terhadap aspek pertimbanganlingkungan hidup terhadap usaha pertambangan galian C dalam rangkapemantauan aktivitas penambangan di wilayah Kabupaten BengkuluSelatan.

b. Tujuan :

Sebagai bahan dalam memberikan sumbang saran kebijakan kepadaBupati Bengkulu Selatan.

3. Dasar.

Surat Perintah Tugas Bupati Bengkulu Selatan Nomor 090/16/SPT/B.8/2016, tanggal 29 Maret 2016.

4. Pelaksanaan Tugas :

Dari tanggal 30 Maret s/d 02 April 2016

Kepada Yth.Bapak Bupati Bengkulu Selatan

di Manna

LAPORAN TENTANGPELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

I. Pendahuluan :

1. Umum.Terkait dengan peralihan kewenangan penerbitan izin pertambangan

rakyat untuk komoditas mineral logam, batubara, mineral bukan logam danbatuan dalam wilayah pertambangan rakyat termasuk yang kita kenalsebagai pertambangan galian C yang semula merupakan kewenanganKabupaten/Kota menjadi kewenangan Provinsi terhitung sejak 02 Oktober2014 sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah.

Namun demikian, mengingat lokasi pertambangan tersebut berada diKabupaten/Kota termasuk Bengkulu Selatan, sehingga sesuai denganperintah Bapak Bupati kami telah melakukan peninjauan langsung kelokasi-lokasi galian C di Kabupaten Bengkulu Selatan, terutama terkaitdengan kemungkinan timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan.

Untuk menyikapi hal tersebut di atas, khususnya terkait kebijakanpertimbangan lingkungan dan aspek kelestarian SDA dalam rangkamewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, kita perlumeminta asistensi ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud :

Untuk memperoleh pemahaman terhadap aspek pertimbanganlingkungan hidup terhadap usaha pertambangan galian C dalam rangkapemantauan aktivitas penambangan di wilayah Kabupaten BengkuluSelatan.

b. Tujuan :

Sebagai bahan dalam memberikan sumbang saran kebijakan kepadaBupati Bengkulu Selatan.

3. Dasar.

Surat Perintah Tugas Bupati Bengkulu Selatan Nomor 090/16/SPT/B.8/2016, tanggal 29 Maret 2016.

4. Pelaksanaan Tugas :

Dari tanggal 30 Maret s/d 02 April 2016

Page 2: LAPORAN PERJALANAN DINAS  KE KEMEN LH DAN KEHUTANAN

II.

III.

Kegiatan Yang Dilaksanakan :

Meminta Asistensi Pertimbangan Aspek Dampak Lingkungan HidupTerhadap Usaha Pertambangan Rakyat Galian C ke Kementerian LingkunganHidup dan Kehutanan melalui Sub Direktorat Audit Lingkungan Hidup dandata Informasi pada Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Usaha danKegiatan Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan.

Hasil Yang Dicapai :

1. Pemanfaatan bahan galian C sebagai bahan material dasar sangat pentinguntuk mendukung pembangunan fisik di wilayah Kabupaten/Kota. Tingkatkecepatan eksploitasi dan penggunaan material ini dapat/telahmengakibatkan beberapa permasalahan kerusakan lingkungan hidup, dimana belum adanya ketaatan akan praktek-praktek pengelolaan yang bijakdan kurangnya tindakan rehabilitasi pasca penambangan. Kerusakanlingkungan karena penambangan dan pengerukan bahan galian Csebagian besar diakibatkan dari kurangnya mempertimbangkan masalah-masalah lingkungan dalam perencanaan, pengoperasian dan perlakuanperbaikan pasca penambangan. Kerusakan lingkungan dapat diakibatkanoleh operasi kecil, besar dan mekanisasi penambangan atau oleh dampakkumulatif dari operasi kecil yang dilakukan secara terus menurus.Kerusakan lingkungan akibat penambangan galian C di beberapakabupaten/kota, saat ini sudah relatif sangat memprihatinkan, ditambah lagidengan masih adanya beberapa penambangan galian C yang menyalahiprosedur, karena dilakukan tanpa adanya perencanaan, serta tidak adanyaizin dari Pemerintah Daerah setempat. Akibatnya, kegiatan tersebut relativedapat merusak bentang alam dan menyisakan tebing curam, yang selainmengganggu estetika sungai juga membahayakan lingkungan dan wargamasyarakat setempat. Penambangan bahan galian C, yakni semua bahanyang termasuk sirtukil, selama ini dianggap bukanlah usaha tambangbergengsi seperti halnya tambang minyak, gas bumi, batubara, emas atautembaga (galian golongan A dan B). Dimana Tambang galian A dan Bditetapkan berada dalam kewenangan pemerintah pusat, sedangkanpenambangan bahan galian C di daerah. Penambangan galian C memangkerap dianggap tambang kecil dan kurang dipandang. Padahal tambang inihampir terdapat di setiap daerah di seluruh Indonesia, dan sebagian besardaerah yang terdapat tambang galian C ini relatif mengalami kerusakanlingkungan ekologis yang cukup signifikan.

2. Kegiatan usaha penambangan galian C di Kabupaten Bengkulu Selatansecara umum berada dalam sempadan sungai dan sempadan pantai,maka sesuai dengan :

a. UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir danPulau-Pulau Kecil pasal 35 huruf “i”sebagaimana telah diubah denganUU No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 27 Tahun 2007tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, setiaporang baik langsung atau tidak langsung dilarang melakukanpenambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis,sosial, dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/ataupencemaran lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya;

Page 3: LAPORAN PERJALANAN DINAS  KE KEMEN LH DAN KEHUTANAN

b. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana TataRuang Nasional pasal 52 ayat (2) bahwa sempadan sungai dansempadan pantai termasuk dalam kawasan perlindungan setempat ;

c. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana TataRuang Pulau Sumatera pasal 44 ayat (3) huruf a, mengamanatkanbahwa sempadan pantai Kabupaten Bengkulu Selatan termasuksempadan pantai yang pemanfaatan ruangnya harus dikendalikan,serta pada huruf b Sungai Air Sulau, Sungai Air Kedurang, Sungai AirBengkenang, dan Sungai Air Manna termasuk dalam sempadan sungaiyang harus dikendalikan pemanfaatan ruangnya ;

d. Sempadan sungai hanya dapat dimanfaatkan untuk : bangunan prasarana sumber daya air; fasilitas jembatan dan dermaga; jalur pipa gas dan air minum; rentangan kabel listrik dan telekomunikasi; kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi sungai, antara lain

kegiatan menanam tanaman sayur-mayur; dan bangunan ketenagalistrikan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkunganpasal 2 ayat (1) mengamanatkan bahwa Setiap Usaha dan/atau Kegiatanyang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan,maka atas dasar PP ini dapat menjadi alat kontrol dan pengendalianlingkungan oleh pemerintah daerah disamping itu sesuai dengan UUNomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup pasal 14 mengamanatkan bahwa salah satu Instrumen pencegahanpencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup adalah melalui tataruang.

IV. Simpulan dan Rekomendasi :

A. Simpulan.a. Dari uraian di atas, maka tercermin bahwa usaha pertambangan rakyat

galian C baik dalam sempadan sungai maupun sempadan pantai tidakdimungkinkan tanpa disertai dengan upaya pengendalianpemanfaatan ruang ;

b. Disisi lain bahan galian C yang umumnya meliputi batu, koral dan pasir,merupakan material dasar yang sangat penting untuk mendukungpembangunan fisik di wilayah Kabupaten/Kota dan secara umum potensibahan galian C di Kabupaten Bengkulu Selatan terdapat di sungai dan dipantai ;

c. Penerbitan izin usaha pertambangan galian C sejak terbitnya UU Nomor23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tidak lagi menjadikewenangan Kabupaten/Kota tetapi menjadi kewenangan Provinsi.

B. Rekomendasi :Untuk menyiasati kebutuhan akan bahan galian C namun disisi laindampak negatif lingkungan dapat diminimalisir, maka pemerintah daerahperlu menetapan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) bahan galian Cdi Kabupaten Bengkulu Selatan sesuai dengan peruntukan dalamrencana tata ruang, dengan pertimbangan :

a. Untuk pemenuhan kebutuhan bahan galian C ;b. Untuk menanggulangi persoalan sosial ekonomi masyarakat ;c. Penciptaan lapangan kerja ;

Page 4: LAPORAN PERJALANAN DINAS  KE KEMEN LH DAN KEHUTANAN

d. Menekan dan mengendalikan kerusakan lingkungan, karena dilakukanpada wilayah yang sebelumnya telah ditetapkan peruntukkannyasebagai WPR ;

e. Mencegah penambangan tanpa izin (PETI).

1. Landasar hukum WPR, antara lain :

a. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu padalampiran pembagian urusan pemerintahan konkuren antarapemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kotahuruf cc tentang pembagian urusan Pemerintahan Bidang Energi &Sumber Daya Mineral yang terdiri atas:

Mengenai Wilayah Pertambangan Rakyat tercantum pada suburusaan Mineral dan Batubara (2), kolomkewenangan pemerintah pusat huruf (a) yang berbunyi :“Penetapan Wilayah Pertambangan sebagai bagian dari rencanatata ruang wilayah nasional, yang terdiri atas Wilayah UsahaPertambangan, Wilayah Pertambangan Rakyat dan WilayahPencadangan Negara serta Wilayah Usaha PertambanganKhusus”;

Mengenai Izin Pertambangan Rakyat tercantum pada sub urusanMineral dan Batubara (2), Kolom kewenangan Daerah Provinsihuruf (d) yang berbunyi :“Penerbitan Izin pertambangan rakyat untuk komoditas minerallogam, batubara, mineral bukan logam dan batuan dalam wilayahpertambangan rakyat”.

b. Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineraldan Batubara (pasal 20-26 tentang Wilayah Pertambangan Rakyatdan pasal 66-73 tentang Ijin Pertambangan Rakyat) ;

c. PP No. 22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan (pasal 26-27 tentang Wilayah Pertambangan Rakyat) ;

d. PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pengusahaan PertambanganMineral dan Batubara (pasal 47-48 tentang Ijin PertambanganRakyat).

2. Penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat :

Sebelum dikeluarkannya Izin Usaha Pertambangan Rakyat (IPR) makaterlebih dahulu ditetapkan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR).Dalam UU No.4 tahun 2009 pasal 20 “bahwa kegiatan PertambanganRakyat dilaksanakan dalam suatu WPR”. Wilayah PertambanganRakyat (WPR) adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) yangmemiliki potensi mineral dan/atau batubara tempat dilakukannyakegiatan usaha pertambangan rakyat.

3. Kriteria Penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat :1) Dalam UU No. 4 tahun 2009 Pasal 22 Kriteria untuk menetapkan

WPR adalah sebagai berikut :

Page 5: LAPORAN PERJALANAN DINAS  KE KEMEN LH DAN KEHUTANAN

Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungaidan/atau di antara tepi dan tepi sungai;

Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengankedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter;

Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba; Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua

puluh lima) hektare; Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/ atau Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tarnbang rakyat yang

sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15(lirna belas) tahun.

2) Peraturan Pemerintah (PP) No. 22 Tahun 2010 Pasal 26 ayat 2 :

Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungaidan/atau di antara tepi dan tepi sungai;

Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengankedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter;

Merupakan Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungaipurba;

Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat (WPR) adalah 25(dua puluh lima) hektare;

Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/ atau Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tarnbang rakyat yang

sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15(lirna belas) tahun; Tidak tumpang tindih dengan WUP dan WPN; Merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan

rencana tata ruang.

3) Tata Cara Penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR.a. UU No. 4 Tahun 2009 :

Pasal 21, “WPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20ditetapkan oleh bupati/walikota setelah berkonsultasi denganDewan Penvakilan Rakyat Daerah kabupaten/ kota”;

Pasal 23, “Dalam menetapkan WPR sebagaimana dimaksuddalam Pasal 21, Bupati/Walikota berkewajiban melakukanpengumuman mengenai rencana WPR kepada masyarakatsecara terbuka”;

Pasal 24, “Wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yangsudah dikerjakan tetapi belum ditetapkan sebagai WPRdiprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR”;

Pasal 25, “Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman,prosedur, dan penetapan WPR sebagaimana dimaksud dalamPasal 21 dan Pasal 23 diatur dengan peraturan pemerintah”;

Pasal 26, “Penetapan WPR, sebagaimana dimaksud dalamPasal 22 dan Pasal 23 diatur dengan peraturan Daerahkabupaten/kota”.

b. PP No. 22 tahun 2010 pasal 27.

Wilayah di dalam WP (wilayah Pertambangan) sebagaimanadimaksud dalam pasal 26 yang memenuhi kriteria ditetapkanmenjadi WPR oleh Bupati/Walikota Setempat setelahberkoordinasi dengan pemerintah Provinsi dan berkonsultasidengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten /Kota;

Page 6: LAPORAN PERJALANAN DINAS  KE KEMEN LH DAN KEHUTANAN

Penetapan WPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan secara tertulis oleh Bupati/Walikota kepadaMenteri dan Gubernur ;

Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukanuntuk mendapatkan pertimbangan berkaitan dengan data daninformasi yang dimiliki pemerintah Provinsi yangbersangkutan;

Konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untukmemperoleh pertimbangan”.

c. Peraturan Menteri ESDM No.2 tahun 2013, pasal 3 ayat 2.

“Pengawasan dalam rangka penetapan WPR olehBupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputisekurang-kurangnya:o Penetapan WPR dilakukan setelah berkoordinasi dengan

pemerintah provinsi dan berkonsultasi dengan DewanPerwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;

o sebelum melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsidan konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Derahkabupaten/kota, sebagaimana dimaksud pada huruf a wajibmemastikan lokasi WPR: Masuk dalam Kawasan Peruntukan Pertambangan

sebagaimana tercantum dalam rencana tata ruangwilayah kabupaten/kota yang ditetapkan dalam PeraturanDaerah;

Telah mendapatkan persetujuan dari pemegang hak atastanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Telah menggunakan sistem koordinat pemetaan denganDatum Geodesi Nasional yang mempunyai parametersarna dengan parameter Ellipsoid World GeodeticSystem;

Telah memenuhi kriteria penetapan WPR sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan; dan

Telah dilaksanakan pengumuman rencana penetapanWPR kepada masyarakat seeara terbuka paling sedikitpada kantor kelurahan/ desa di lokasi WPR sesuaidengan ketentuan peraturan perundangundangan.

V. Penutup :

Demikian laporan tentang pelaksanaan perjalanan dinas ke KementerianLingkungan Hidup dan Kehutanan RI di Jakarta dari tanggal 30 Maret 2016 –02 April 2016 ini disampaikan kepada Bapak.

Manna, 04 April 2016

Yang Membuat Laporan :

Nopian Andusti, S.E.,M.TSahli Bupati Bidang Ekonomi dan Keuangan