Laporan Perencanaan Pabrik (Tugas Kuliah Geologi Lingkungan) di Kecamatan Pauh, Kabupaten...

17
1 Perencanaan Pabrik Karet di Desa Pauh, Kec. Pauh, Kabupatten Sarolangun, Provinsi jambi

description

Laporan

Transcript of Laporan Perencanaan Pabrik (Tugas Kuliah Geologi Lingkungan) di Kecamatan Pauh, Kabupaten...

Perencanaan Pabrik Karet di Desa Pauh, Kec. Pauh, Kabupatten Sarolangun, Provinsi jambi

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini kebutuhan akan bahan-bahan pokok industri telah menjadi salah satu kebutuhan yang harus tersedia, tidak terkecuali bahan baku karet. Dalam perkebangannya komoditas karet telah dikembangkan menjadi produk produk yang banyak digunakan dalam aktiviitas sehari hari.

Di Indonesia, penggunaan karet telah dipergunakan sejak zaman dahulu. Hal tersebut ditunjang dengan fakta bahwa indonesia adalah negara yang dilalui garus khatulistiwa. Hal tersebut memberi keuntungan bagi tingkat kesuburan tanahnya. Sehingga komoditas karet cukup berkembang dengan pesat. Bahkan karet menjadi komoditas unggulan di negara ini. Salah daerah yang banyak membudidayakan komoditas karet adalah Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Untuk meningkatkan nilai jual komoditas ini, perlu dilakukan pembangunan pabrik untuk pengolahannya.

1.2. Tujuan dan Manfaat Pembangunan Pabrik

Tujuan dari pembangunan pabrik ini adalah untuk meningkatkan nilai jual komoditas karet tersebut. Sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak roda ekonomi di daerah tersebut.

Manfaat yang timbul karena kehadiran pabrik ini akan berdampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi daerah tersebut. Disamping akan menyerap tenaga kerja disekitar lokasi pabrik, tentunya akan meningkatkan perputaran roda ekonomi di sekitarnya.

1.3. Tahap Perencanaan

Beberapa tahap yang di lakukan dalam perencanaan sebuah pabrik diantaranya adalah, sbb :a. Study PendahuluanStudi pendahuluan dimaksudkan untuk mengkaji aspek aspek fundamental yang ada di lokasi tersebut seperti aspek ekonomi, sosial, politik hingga aspek ketersediaan bahan baku, dll.

b. Pengumpulan DataBeberapa data yang perlu dihimpun sebelum dibangunnya sebuah pabrik adalah data data yang bersifat teknis, namun penekanannya lebih kepada aspek geologi seperti : geomorfologi, stratigrafi, hidrogeologi, geoteknik dan aspek geologi lingkungannya.

BAB IIGEOLOGI LOKASI PERENCANAAN

2.1. GeomorfologiKeadaan geomorfologi di lokasi perencanaan mencerminkan proses - proses geologi yang berlangsung sejak dulu. Peta geomorfologi yang dibuat didasari oleh kondisi persen lereng yang ada di lokasi perencanaan. Datum kontur yang diperoleh di dapatkan dari data SRTM 57-13. Sementara klasifikasi yang digunakan dalam penentuan morfologinya adalah klasifikasi menurut Van Zuidam (1985). Morfologi yang ada dilokasi perencanaan hanya berupa morfologi perbukitan landai, dengan kemiringan lereng berkisar antara 2-7%. Menurut Van Zuidam, sifat sifat proses serta kondisi alamiah pada satuan morfologi ini berupa gerakan tanah kecepatan rendah, erosi lembar dan erosi alur, serta rawan erosi.

6

2.2. StratigrafiBatuan penyusun yang ada disekitar lokasi perencanaan, terdiri dari 3 formasi dari yang termuda hingga ke yang tua ( Berdasarkan Peta Geologi Lembar Sarolangun, Sumatra, oleh N. Suwarna, dkk tahun 1992 ) yakni : Alluvium (Qa), Formasi Kasai (QTk), Formasi Muara Enim (Tmpm). Sementara formasi yang dipilih untuk pembangunan pabrik itu sendiri di atas Formasi Kasai (QTk).2.2.1 AlluviumAlluvium yang ada disekitar lokasi pabrik terdiri dari kerikil, pasir, lumpur dan lempung. Alluvium ini memanjang dari bagian utara hingga selatan di sekitar lokasi pabrik.2.2.2 Formasi KasaiFormasi ini terdiri dari satuan tuf, tuf berbatuapung sisipan batupasir tufaan, batulempung tufaan ; setempat konglomeratan ; dan kayuterkresikan. Formasi ini berumur plistosen.2.2.3. Formasi Muara EnimFormasi ini terdiri dari Batupasir, selingan batupasir tufan dan batulempung sisipan batubara. Kearah atas mengandung bahan gunung api.

2.3. HidrogeologiKeadaan hidrogeologi lokasi perencanaan memiliki karakteristik yang cukup baik, baik itu secara kuantitatif maupun kualitatifnya ( berdasarkan buletin geologi tata lingkungan vol. 13 No. 1, Mei 2003 : 20 31, oleh Purwanto Sudadi ). Kedalaman muka air tanah bebas atau air tanah tak tertekannya berkisar antara 0,5 meter sampai 12,5 meter dibawah muka tanah setempat. Sedangkan untuk air tanah dalam atau air tanah tertekan lebih dari 30 meter dibawah muka tanah setempat. Produktivitas akuifer di lokasi perencanaan tinggi dengan debit antara 5 l/detik hingga 25 l/detik (Zahirdin, 1982). Pasokan air dari daerah resapan umunya kecil, namun pasokan utamanya berasal dari sungai Batanghari dan Sungai Batang Tembesi. Sungai yang bertindak sebagai pemasok air tanah disebut juga sebagai sungai influen ( influent stream ). Ciri ciri air tanah seperti ini umumnya potensi air tanahnya tinggi. Harga keterusan air tanah nya ( transmisitas ) dalam kondisi seperti ini umunya lebih dari 500m/hari.

BAB IIIPERENCANAAN PABRIK KARET

3.1. Lokasi Daerah Pembuatan PabrikLokasi pabrik yang direncanakan secara administratif terletak di Desa Pauh, Kec. Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Sementara secara geografisnya terletak pada koordinat 102o 50 3,7 Bujur Timur dan 2o 11 9,8 Lintang Selatan. Lokiasi ini dianggap cukup ideal, karena dekat dengan sumber bahan bakunya yakni getah / karet serta akses jalan yang relatif mudah karena dekat dengan jalan raya utama lintas kabupaten/Kota yakni hanya berjarak 3,5 km dari lokasi pabrik.

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kab. Sarolangun, Jambi3.2. Perencanaan Area PabrikPabrik karet yang direncanakan memiliki luas + 100.000 m2 sementara bangunan pabriknya sendiri hanya seluas + 40.000 m2. Sisa luas daerah yang tidak terpakai digunakan sebagai tempat parkir truk truk pengantar karet. 3.3. Proses Proses Pengolahan KaretBeberapa tahapan yang ada di dalam pengolahan karet akan mempengaruhi rencana pembembangunan seperti luas pabrik, banyaknya polusi yang di hasilkan, jumlah kebutuhan air serta lainnya. Pengolahan karet tersebut di rencanakan hanya sampai setengah jadi. Diantara tahapan tahapan tersebut diantaranya :3.3.1. PenggumpalanPenggumpalan adalah proses awal dimana pada proses ini cairan lateks ( hasil penyadapan pada pohon karet ) digumpalkan hingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 1 1,5 meter. Waktu yang dibutuhkan pada proses penggumpalan + 1 jam, sebelum dilakukan tahapan sebelumnya.3.3.2. PenggilinganProses ini menggiling lateks yang telah berbentuk persegi panjang menjadi lempbaran lembaran dengan ketebalan 3 cm3.3.3. PengasapanProses ini dimaksudkan untuk merubah warna lembaran karet dari warna putih menjadi coklat. Proses ini juga berfungsi untuk mengeringkan lembaran lembaran karet tersebut.Proses ini membutuhkan waktu selama 5 hari dimana setiap hari suhu yang dibutuhkan berbeda beda yakni pada hari pertama sebesar 40oC, hari kedua 45oC, hari ketiga 50oC, hari ke 4 55oC dan hari kelima sebesar 60oC.3.3.4. Sortasi Proses ini adalah untuk mengumpulkan lembaran-lembaran karet sebelum pengeppakan. Pada ruang sortasi ini lembaran lembaran karet dipisahkan sesuai dengan warna dari karet yang disebut Riber Smoked Sheat (RSS). Terdapat 4 kelas RSS yakni RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan RSS 4.3.3.5. PengepakkanProses pengeppakan adalah tahapan terakhir dari tahapan yang ada dalam pengolahan karet tersebut. Proses ini dimaksudkan dengan mengeppakkan karet tersebut setelah ditimbang.3.4. Ketersediaan Bahan Baku KaretKetersediaan bahan baku karet yang dibutuhkan cukup banyak di Kab. Sarola ngaun, tercatat sekitar 118.369 ha ( sumber informasi : http://www.pn-sarolangun.go.id ). Produktivitas 1 ha kebun karet mampu menghasilkan karet sebanyak 1.576 kg/tahun ( sumber informasi : http://www.budidayanews.blogspot.com ) maka dapat dihitung produktivitas karet di kabupaten Sarolangun sebanyak 186.549.544 kg/tahun atau 186.549 ton. Sementara produktivitas yang di rencanakan di pabrik ini adalah sebesar 36.500 ton / tahun atau sekitar 100 ton / hari.3.5. Sumber Energi yang DigunakanEnergi yang direncanakan untuk digunakan dalam proses pengasapan berupa batubara, arang, dan kayu. Sementara Bahan Bakar Alternatif yang digunakan berupa hasil limbah dari industri lain yang diolah menjadi produk sampingan seperti biomass dari sekam padi. Semua bahan bakar tersebut dapat dengan mudah diperoleh, karena banyaknya sumber sumber tersebut disekitar kabupaten Sarolangun.3.6. Jumlah Kebutuhan AirDalam pengolahan karet, air diperlukan untuk proses pencucian. Jumlah air yang dibutuhkan untuk mencuci karet adalah 20 m3 untuk setiap tonnya. Untuk mengolah karet 100 ton / hari, maka jumlah air yang dibutuhkan adalah sebesar 2000 m3 perharinya. Dengan kebutuhan air sebesar itu, maka akan lebih baik jika memanfaatkan air tanah yang ada.3.7. Sumber Air yang DigunakanSumber air yang digunakan dalam proses pengolahan karet ini dari sumber air tanah yang ada di sekitar lokasi perancangan, produktivitas akuifer tinggi dengan debit sumur antara 5 l/detik hingga 25 l/detik. Akuifer yang di ambil untuk digunakan dalam proses pengolahan adalah akuifer yang tidak akan mempengaruhi sumur sumur warga. Dengan kebutuhan yang mencapai 2000 m3 / harinya, maka jika di asumsikan debit sumur adalah 25 liter/detik akan menghasilkan 2.160.000 liter / hari atau sama dengan 2.160 m3 untuk pemompaan selama 24 jam. Mengingat bahaya penurunan muka air tanah yang drastis apabila di pompa selama 24 jam nonstop, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan tanah longsor. Untuk itu maka pemompaan yang direncanakan hanya berlangsung selama 10 jam, sehingga mampu menghasilkan debit air sebesar 900 m3/hari. Untuk itu dibutuhkan 2 sumur bor yang akan bekerja secara bergilir selama 10 jam / hari hingga menghasilkan debit air sebesar 1800 m3/hari. Sumber tenaga yang digunakan untuk menggerakan mesin mesin pemompa berasal dari mesin diesel yang di sesuaikan dengan kebutuhan listriknya. Sementara jarak antar sumur bor yang dianggap cukup aman adalah 500 meter. Sisa kebutuhan air sebesar 360 m3 di peroleh dari sungai yang mengalir disekitarnya, hal ini dikarenakan sungai tersebut adalah anak sungai dengan debit yang kecil. Beberapa alasan untuk lebih banyak memanfaatkan air tanah adalah sbb :1. Sungai yang menjadi sumber air permukaan merupakan sungai anak dari sungai utama Batangtembesi, shingga debit air umumnya relatif keci.2. Jumlah kebutuhan air yang digunakan relatif banyak, sehingga apabila memanfaatkan air permukaan dengan jumlah sebesar itu ditakutkan akan mengganggu keseimbangan biota biota air yang ada di dalam sungai tersebut.3. Dengan berdirinya pabrik ini, akan berdapampak secara langsung terhadap peningkatan perekonomian disekitarnya. Hal ini akan mengundang banyak pendatang yang akan menimbulkan peningkatan kebutuhan air permukaan.4. Memanfaatkan produktifitas akuifer tinggi yang ada disekitar lokasi perencanaan.5. Apabila sewaktu waktu kebutuhan air permukaan sudah tidak terpenuhi lagi sejalan dengan peningkatan masyarakat yang bermukim disekitarnya, dapat ditambah sumur bor lagi yang dikhususkan untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat disekitarnya.3.8. Dampak Limbah dan PenanggulangannyaSeperti industri-industri di bidang lain, tentu kehadiran pabrik pengolahan karet ini akan memberikan dapak negatif yang akan merusak dan merugikan apabila tidak ditanggulangi dengan baik. Kerugian-kerugian yang ditimbulkan dapat terjadi pada lingkungan maupun masyarakat yang ada disekitarnya.3.8.1. Sumber Limbah Sumber limbah yang dihasilkan selama proses pengolahan dapat berupa limbah cair, limpah padat dan limbah gas. Kulaitas bahan bakunya tentu akan mempengaruhi kulitas dan kuantitas limbah yang dihasilkan, yaitu tingkat kekotoran bahan baku karet, seperti : 1. Semakin kotor bahan baku karetnya maka, akan semakin banyak air yang dibutuhkan untuk pencuciannya, sehingga jumlah limbah cair pun akan meningkat. 2. Makin kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet, akan makin mudah terjadinya pembusukan sehingga akan meningkan jumlah limbah gas/bau. Beberapa sumber limbah cair yang dihasilkan selama proses pengolahan yakni bahan baku karet olahan rakyat berbentuk koagulum (bongkahan) yang telah dibubbuhi asamsemut (cuka) banyak mengandung unsur pengotor dari karet. Sumber limbahnya antara lain : a. Tempat penyimpanan koagulumb. Limbah yang dihasikan pada saat pencucuianc. Limbah yang dihasilkan dari proses pencacahan koagulumBeberapa parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruhnya terhadap lingkungan diantaranya :a. BODBOD merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran tentang atas polusi air. Semakin tinggi nilai BOD maka akan semakin tinggi dampak negatif yang di timbulkan, sehingga dapat mematikan biota air.b. Padatan TerendapParameter ini digunakan untuk menunjukan bahan padat yang terkandung di dalam cairan limbah yang mengendap di dasar cairan dalam waktu paling lama 1 jam.c. Padatan TersuspensiParameter ini menunjukan padatan yang membentuk suspensi atau kolid. Padatan ini dapat dilihat secara kasat mata mengapung/mengambang serta mengeruhkan air karena berat jenisnya relatif rendah.d. Padatan TerlarutPadatan ini tercampur bersama dengan suspensi koloid dan tidak dapat dipisahkan denga penyaringan biasa. Pemisahannya hanya dapat dilakukan dengan proses oksidasi biologis atau koagulasi kimia.e. Kandungan NitrogenBentuk senyawa yang paling umum adalah protein aminia, nitrit dan nitrat. Ketiga jenis ini dihasilkan dari dari perombakan protein, sisa tanaman dan pupuk yang tersisa di dalam cairan limbah.3.8.2. Jenis Limbah yang Dihasilkana. Limbah CairLimbah cair yang dihasikan dari proses pengolahan karet berasal dari sisa pencucian. Limbah ini banyak mengandung amoniak dan nitrogen yang berbahaya apabila melewati batas standar yang telah ditetapkan sehingga dapat mencemari air sungai dan lingkungan disekitarnyac. Limbah PadatLimbah ini berupa busa lateks dan sisa slab. Limbah ini berasal dari proses koagulasi kimia denga ferosulfat yang dikeringkan di drying bed di bak penampungand. Limbah gasLimbah gas yang dihasilkan umumnya berupa bau menyengat yang tidak sedap. Hal ini akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat yang tinggal disekitar lokasi pabrik.

3.8.3. Pengolahan Limbah Pengolaha limbah merupakan sebuah tindakan untuk mengurangi atau menghilankan residu residu yang dihasilkan dari proses pengolaha karet berupa limbah yang dapat merusak lingkungan ataupun dapat berdampak pada kesehatan manusia. Untuk itu pengolahan limbah mempunyai peranan penting untuk menjaga keberlangsungan proses kerja yang ada dipabrik tersebut. Langkah langkah penanggulangan untuk setiap jenis industri tentu mempunyai cara yang berbeda, dimana setiap pendekatan yang digunakan haruslah dapat menanggulangi masalah limbah yang bersifat destruktif ( merusak ) tersebut. Disamping itu pula setiap jenis jenis limbah yang dihasilkan mempunya penanganan yang berbeda pula.a. Limbah CairPengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan cara membuat bak bak penyaringan sebelum dialirkan ke lingkungan sekitar. Terdapat 10 rangkaian bak yang perlu dibuat untuk proses penyaringan limbah cair ini, dimana setiap bak mempunyai fungsi tersendiri. Beberapa bak tersebut adalah :1. Collecting ReservoirBak ini berfungsi sebagai bak pengontrol sludge atau residu asam asetat limbah cair ini terbebas dari bahan tersebut.2. Equalitation BasinBak ini berfungsi untuk mengubah variasi beban pencemaran menjadi konstan atau mendekati konstan.Proses-proses yang bekerja dalam bak ini adalah : Meredam bahan akibat adanya fluktuasi bahan organis yang dapat mengganggu proses biologi aerob. Mengendalikan pH air limbah. Mengurangi fluktuasi debit air, sehingga bahan yang homogen sera merata diatur pengalirannya menuju proses selanjutnya. Mencegah terjadinya konsentrasi bahan homogen beracun yang tinggi memasuki unit pengolahan aerobic.Pada bak ini dilakukan juga aerasi agar terjadi homogenitas air limbah serta tercapainya Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang diinginkan.3. Alkalization BasinPada bak ini terjadi proses alkalisasi untuk memisahkan logam berat dari air limbah dengan menaikkan pH asam menjadi basa. Dalam hal ini air limbah yang mengandung kadar zink tinggi. Selain itu dilakukan pula pengandjusan larutan caustic soda ( penambahan NaOH 30% ) dan penambahan polielektrolit yang secara otomatis akan membentuk endapan dan yang berupa sludge cair akan dialirkan ke bak sedimentasi basin.4. Sedimentasi BasinDi dalam bak ini terjadi proses sedimentasi yang bertujuan untuk mengendapkan fase lumpur yang terdapat pada air limbah sebagai hasil dari bak alkalisasi.5. Neutralisasi BasinBak neutralisasi dilakukan untuk menetralkan air limbah dari pH 10 menjadi pH 7 ( netral ). Pada proses ini dilakukan proses penganjusan dengan menambahkan asam sulfat sebesar 30%. Proses netralisasi ini bermanfaat untuk proses biologi, dimana diperlukan air limbah dengan pH 6 8 sehingga tercapainya kondisi yang optimum.6. Aerasi LagonBak ini berfungsi untuk menurunkan kadar BOD dan COD yang terkandung dalam air limbah.7. Thickening BasinIni merupakan bak tempat pengaliran limbah setelah bak Aerasi Lagon.8. Diafragma Pump Station ( DPS ) dan Filter PressBek ini berfungsi untuk memperkecil kadar air dalam phase sludge, sehingga phase dapat dibuang secara langsung ke lingkungan disekitarnya.9. InceneratorPhase slude juga dapat dibakar di Incenator dengan suhu mencapai 800oC. Dimana dari 100 kg phase sludge dapat di kurangi menjadi 30 kg phase sludge.

b. Limbah GasLimbah gas yang dihasilkan dari pabrik pengolahan karet berupa bau busuk yang menyengat. Bau ini tentu memberikan rasa ketidaknyamanan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pabrik.Limbah jenis ini sangat sulit di atasi, meskipun untuk saat ini semua pabrik telah menggunakan scrubber ( cerobong asap ). Salah satu langkah yang dianggap cukup efektif dalam mengurangi/menetralkan/menghilangkan bau busuk yang ditimbulkan adalah dengan cara menyemprotkan asap cair.Penggunaan teknologi asap cair ini dihasilkan dari hasil riset Balai Penelitian Sembawa Pusat Penelitian karet sejak tahun 1999 s/d 2001. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahawa, penyemprotan asap cair diatas bokar dapat mengurangi / menghilangkan bau busuk dan asap cair dapat membekukkan lateks (getah karet) dengan nilai plastisitas yang tinggi, dan sifat fisik vulkanisat setara atau bahkan lebih baik dari karet hasil pembekuan dengan asam format (semut). Asap cair dapat mengatasi bau busuk pada karet, karena mengandung 67 senyawa yang dapat berfungsi mencegah dan mematikan bakteri ( yang berperan menghasilkan bau busuk ) senyawa senyawa yang menguap serta berbau spesifik asap.

BAB IVKesimpulan

1. Karet merupakan salah satu komoditas andalan Negara Indonesia yang dapat digunakan untuk berbagai macam produk produk yang bermanfaat2. Satuan morfologi yang berkembang dilokasi perencanaan adalah satuan morfologi perbukitan landai, dengan kemiringan lereng antara 2-7%.3. Stratigrafi lokasi perencanaan disusun oleh 3 formasi bautan yakni alluvium (Qa), Formasi Kasai (QTk), dan Formasi Muara Enim (Tmpm).4. Lokasi pabrik terletak di Desa Pauh, Kec. Pauh, Kab. Sarolangun, Provinsi Jambi. Serta pada koordinat 50 3,7 Bujur Timur dan 2o 11 9,8 Lintang Selatan.5. Luas perencanaan pabrik direncanakan seluas 100.000 m2, dimana seluas 40.000 m2 sementara sisanya digunakan untuk tempat parkir truk pengangkut karet.6. Jumlah kapasitas pengolahan yang direncanakan adalah sebesar 150 ton / hari atau 54.000 ton.7. Bahan bakar yang digunakan adalah batubara, arang, kayu, dan bahan bakar alternatif berupa biomass dari sekam padi.8. Sumber air yang digunakan berasal dari air tanah yang ada di sekitar lokasi perencanaan dengan produktivitas akuifer tinggi yakni 5 l/dtik hingga 25 l/detik.9. Limbah yang dihasilkan dari pabrik pengolahan karet berupa limbah cair, limbah padat dan limbah gas/bau.10. Penanggulangan limbah cair dari pabrik ini dilkaukan dengan cara pembuatan berbagai kolam penyaringan,11. Penanggulangan limbah gas pabrik karet dilakukan dengan cara penyembrotan asap cari.

Daftar Pustaka

Buletin Gelogi Tata Lingkungan, Vol. 13 No.1, Mei 2003 : 20 -31 oleh Purwanto Sudadi. Gambaran Sekilas Industri Karet, Departemen Perindustrian, Tahun 2007 Teknologi Asap Cair, Balai Penelitian Karet http://www.pn-sarolangun.go.id http://www.budidayanews.blogspot.com http://www.hardandi.blogspot.com http://sustainablemovement.wordpress.com