Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2010 · Respon Pengusaha terhadap Inflasi Kota Y...
-
Upload
duongtuyen -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2010 · Respon Pengusaha terhadap Inflasi Kota Y...
Laporan PerekonomianDaerah Istimewa Yogyakarta
2010
YOGYAKARTA
VISI BANK INDONESIA“Menjadi Bank Sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan
nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter
dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan”
NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA“Kompetensi - Integritas - Transparansi - Akuntabilitas - Kebersamaan.”
VISI KANTOR BANK INDONESIA“Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran
dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.”
MISI KANTOR BANK INDONESIA“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem
pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga
terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.”
...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakanekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasiberdasarkan hasil kajian yang akurat...
(Salah satu dari lima tugas pokok Kantor Bank Indonesia)
Bank Indonesia Yogyakarta mendukungpembangunan ekonomi tanpa meninggalkan
budaya “adiluhung” yang ada.“”
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Bank Indonesia Yogyakarta
Kelompok Kajian Ekonomi
Jl. P. Senopati No.4-6, Yogyakarta
Telp.0274-377755 Fax.0274-371707
Softcopy laporan ini dapat diunduh pada menu Data Informasi Bank Indonesia (DIBI)
pada website Bank Indonesia: http://www.bi.go.id
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi karena
atas rakhmat dan karunia-Nya, penyusunan dan penerbitan “Laporan
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2010” dapat diselesaikan.
Laporan tahunan ini diterbitkan untuk melengkapi diseminasi informasi
perkembangan perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Penyusunan dan penerbitan laporan ini merupakan salah satu wujud
akuntabilitas dan pelaksanaan tugas Bank Indonesia di daerah,
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia yang telah di ubah terakhir dengan Undang-
undang No. 6 Tahun 2009. Secara lebih khusus, penerbitan laporan ini
juga sejalan dengan salah satu sasaran strategis Kantor Bank Indonesia Yogyakarta, yaitu:
“Mengoptimalkan hasil kajian dan penyediaan informasi ekonomi di wilayah kerja”.
Tujuan penerbitan buku ini memberikan informasi yang komprehensif tentang
perkembangan beberapa indikator perekonomian di DIY, antara lain: pertumbuhan ekonomi,
perkembangan harga (inflasi), kesejahteraan, perbankan dan sistem pembayaran serta keuangan
pemerintah daerah. Secara khusus disajikan juga beberapa informasi spesifik berupa ringkasan
hasil penelitian dan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia Yogyakarta ataupun informasi
lainnya dalam bentuk boks. Bagi Bank Indonesia informasi yang disajikan dapat dijadikan sebagai
salah satu sumber informasi dalam pengambilan kebijakan moneter. Sementara itu, bagi
stakeholder eksternal, informasi yang disajikan dapat dimanfaatkan oleh Pemda dalam
pengambilan kebijakan, investor, peneliti, akademisi serta pihak lain sesuai keperluan masing-
masing.
Kami menyadari bahwa tanpa adanya dukungan semua pihak, maka buku ini tidak
mungkin terwujud. Untuk itu pada kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada Bapak/Ibu semuanya. Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam buku ini, sehingga kritik dan saran juga sangat kami harapkan.
Yogyakarta, Agustus 2011
BANK INDONESIA YOGYAKARTA
Dewi Setyowati
Pemimpin
TANDA-TANDA, SUMBER DATA,DAN ISTILAH
Tanda-tanda :
r Angka-angka diperbaiki
* Angka-angka sementara
** Angka-angka sangat sementara
. . . Angka-angka belum tersedia
-- Nol atau lebih kecil dari digit terakhir
- Angka tidak ada
Sumber Data :
Angka-angka bersumber dari Bank
Indonesia, kecuali dinyatakan lain
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
vii
Indikator Terpilih
Indikator Terpilih
I II III IV Total I II III IV Total1
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp)1 5.045 4.832 5.094 5.093 20.064 5.230 5.071 5.453 5.288 21.042 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,15 4,80 2,59 6,28 4,43 3,67 4,94 7,04 3,84 4,87 Laju Inflasi Tahunan (yoy%) 7,91 4,50 3,22 2,93 2,93 3,35 4,93 5,98 7,38 7,38Keterangan : 1) Angka sangat sementaraSumber : BPS DIY, diolah
I n d i k a t o r20102009
I II III IV Total I II III IV Total Indeks Harga Konsumen 113,99 114,12 116,29 116,64 116,64 117,81 119,75 123,24 125,25 125,25 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 7,91 4,50 3,22 2,93 2,93 3,35 4,93 5,98 7,38 7,38 PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 5.045 4.832 5.094 5.093 20.064 5.230 5.071 5.453 5.288 21.042 - Pertanian 1.202 751 923 766 3.643 1.171 722 951 773 3.617 - Penggalian 32 33 36 38 139 33 34 36 36 140 - Industri Pengolahan 636 651 668 657 2.611 667 695 716 716 2.794 - Listrik, Gas dan Air Bersih 44 47 47 47 186 47 48 49 49 193 - Konstruksi 419 443 484 578 1.924 426 475 519 620 2.040 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 984 1.019 1.080 1.079 4.162 1.045 1.110 1.168 1.050 4.374 - Pengangkutan dan Komunikasi 495 521 553 559 2.129 525 557 585 578 2.246 - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 456 469 478 500 1.903 486 484 527 556 2.053 - Jasa-jasa 778 898 825 869 3.369 830 944 901 910 3.586 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 4,15 4,80 2,59 6,28 4,43 3,67 4,94 7,04 3,84 4,87 Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) 108,70 140,23 Volume Ekspor Nonmigas (ton) 34.527,75 Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 1,78 Volume Impor Nonmigas (ton) 216,04Keterangan : 1) Angka sangat sementaraSumber : BPS DIY, Disperindagkop DIY, diolah
I n d i k a t o r20102009
I II III IV I II III IV Bank Umum
Total Aset (miliar Rp) 19.703 19.993 21.356 22.587 23.643 24.059 24.477 26.737 DPK (miliar Rp) 17.502 18.039 19.132 19.679 20.022 21.119 21.464 22.919 - Giro (miliar Rp) 2.949 2.863 3.144 2.798 3.219 3.226 3.076 3.100 - Tabungan (miliar Rp) 8.365 8.765 9.058 10.029 9.541 10.120 10.746 11.795 - Deposito (miliar Rp) 6.188 6.411 6.930 6.852 7.262 7.773 7.642 8.024 Kredit - berdasarkan lokasi kantor (miliar Rp) 9.300 9.584 9.767 10.162 10.883 11.253 11.675 12.708 - Modal Kerja 3.931 4.002 3.912 4.010 3.995 4.167 4.586 4.879 - Investasi 1.171 1.217 1.323 1.360 1.598 1.638 1.537 2.033 - Konsumsi 4.197 4.365 4.532 4.792 5.290 5.449 5.552 5.796 Loan to Deposit Ratio (%) 53,13 53,13 51,05 51,64 54,35 53,28 54,39 55,45 NPL Kredit - berdasarkan lokasi kantor - Gross (%) 2,50 3,50 3,99 2,86 3,05 3,09 3,04 2,68 Kredit UMKM (miliar Rp) 8.140 8.471 8.743 9.071 9.365 9.976 10.392 10.872 Kredit Mikro (<50 juta) (miliar Rp) 3.048 3.135 3.175 3.218 3.124 3.141 3.206 3.238 - Modal Kerja 657 678 721 693 749 719 847 822 - Investasi 221 252 251 261 212 243 234 237 - Konsumsi 2.170 2.206 2.204 2.265 2.162 2.178 2.125 2.180 Kredit Kecil (Rp50 juta < X < Rp500 juta) (miliar Rp) 2.955 3.117 3.236 3.394 3.761 4.082 4.362 4.571 - Modal Kerja 1.206 1.244 1.238 1.253 1.177 1.183 1.344 1.371 - Investasi 245 241 240 237 304 408 414 428 - Konsumsi 1.503 1.632 1.757 1.904 2.280 2.491 2.604 2.772 Kredit Menengah (Rp500 juta < X < Rp5 miliar) (miliar Rp) 2.137 2.219 2.332 2.458 2.481 2.753 2.824 3.064 - Modal Kerja 1.328 1.393 1.456 1.504 1.465 1.627 1.702 1.786 - Investasi 322 321 328 366 393 415 381 421 - Konsumsi 487 505 548 588 623 712 741 857 NPL Kredit UMKM Gross (%) 2,59 3,00 3,39 2,62 2,66 2,85 2,85 2,69
Bank Perkreditan Rakyat Total Aset (miliar Rp) 1.735 1.803 1.832 1.985 2.060 2.172 2.293 2.453 DPK (miliar Rp) 1.230 1.262 1.304 1.354 1.406 1.454 1.519 1.605 - Tabungan (miliar Rp) 395 399 409 450 436 437 452 510 - Deposito (miliar Rp) 834 863 896 904 971 1.017 1.066 1.095 Kredit (miliar Rp) 1.374 1.445 1.519 1.561 1.620 1.743 1.830 1.872 - Modal Kerja 569 600 618 632 665 724 754 736 - Investasi 120 121 123 126 135 180 190 184 - Konsumsi 685 725 778 803 820 839 887 953 Loan to Deposit Ratio (%) 111,72 114,48 116,48 115,27 115,21 119,92 120,50 116,66 NPL Gross (%) 7,36 6,90 6,86 5,46 6,39 6,20 6,42 5,79
20102009I n d i k a t o r
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
ix
Daftar Isi
Daftar Isi
INDIKATOR TERPILIH ..................................................................................................... v
KETERANGAN TANDA-TANDA ........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i x
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................ xi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. xii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. 1
BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI ................................................................. 5
1. PDRB Sisi Permintaan..................................................................................... 6
1.1 Konsumsi Rumah Tangga ........................................................................ 7
1.2 Konsumsi Pemerintah ............................................................................. 8
1.3 Investasi ................................................................................................. 8
1.4 Lainnya .................................................................................................. 10
2. PDRB Sisi Penawaran ..................................................................................... 10
2.1. Sektor Jasa-jasa ...................................................................................... 11
2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................ 12
2.3. Sektor ndustri Pengolahan ...................................................................... 13
2.4. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................ 14
2.5. Sektor Bangunan .................................................................................... 15
2.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .................................................... 16
2.7. Sektor Listrik, Gas & Air Bersih ............................................................... 16
2.8. Sektor Penggalian .................................................................................. 17
2.9. Sektor Pertanian ..................................................................................... 17
Boks :
Jogjakarta Incorporated .................................................................................. 19
Dampak ACFTA terhadap Perekonomian DIY ............................................... 22
Perdagangan Internasional ............................................................................ 25
Perkembangan Investasi di DIY ...................................................................... 28
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ................................................................................. 33
1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 33
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
x
Daftar Isi
Daftar Isi
2. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 38
3. Inflasi Inti dan Non Inti ................................................................................... 41
Boks :
Respon Pengusaha terhadap Inflasi Kota Yogyakarta ...................................... 43
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN .......................................................................... 47
1. Aset .............................................................................................................. 47
2. Intermediasi Perbankan ................................................................................. 48
3. Penghimpunan Dana ..................................................................................... 49
4. Penyaluran Kredit .......................................................................................... 51
5. Kredit Properti ............................................................................................... 53
6. Stabilitas Sistem Perbankan ........................................................................... 54
a. Risiko Kredit .............................................................................................. 54
b. Risiko Likuiditas ......................................................................................... 55
7. Perbankan Syariah......................................................................................... 56
a. Aset Perbankan Syariah ............................................................................ 56
b. Intermediasi Perbankan Syariah ................................................................. 56
c. Penghimpunan Dana ................................................................................. 57
d. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan ......................................................... 57
Boks :
Peranan Perbankan dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Bencana Merapi .......... 58
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .......................................................... 61
1. Sistem Pembayaran Tunai .............................................................................. 61
a. Aliran Uang Masuk dan Aliran Uang Keluar .............................................. 61
b. Penukaran Uang ....................................................................................... 62
c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) .................................................... 63
d. Temuan Uang Palsu ................................................................................... 64
2. Sistem Pembayaran Non Tunai ...................................................................... 65
a. Transaksi Kliring......................................................................................... 65
b. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) ................ 66
BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH .................................................................... 69
1. Pendapatan Daerah ....................................................................................... 69
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
xi
Daftar Isi
Daftar Isi
2. Belanja Daerah .............................................................................................. 71
3. Sumber Pembiayaan Daerah .......................................................................... 72
BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ....................................................................... 73
1. PDRB per Kapita ............................................................................................ 73
2. Ketenagakerjaan ........................................................................................... 74
3. Upah Minimum Provinsi ................................................................................. 76
4. Kemiskinan ................................................................................................... 77
5. Indeks Kesengsaraan ..................................................................................... 78
6. Indeks Pembangunan Manusia ...................................................................... 79
BAB 7 OUTLOOK KONDISI PEREKONOMIAN ............................................................... 81
1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi ..................................................... 81
2. Prospek Perbankan ........................................................................................ 84
3. Prospek Keuangan Daerah ............................................................................ 86
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
xii
Daftar Lampiran
Daftar Lampiran
Lampiran 1. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan ............................. 90
Lampiran 2. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku .............................. 91
Lampiran 3. Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta ............................................... 92
Lampiran 4. Indikator Perbankan - Propinsi DIY .......................................................... 93
Lampiran 5. Indikator Bank Umum - Propinsi DIY ....................................................... 95
Lampiran 6. Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul .............................................. 96
Lampiran 7. Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul .................................... 97
Lampiran 8. Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo ...................................... 98
Lampiran 9. Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman ............................................ 99
Lampiran 10. Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta ................................................ 100
Lampiran 11. Indikator BPR - Propinsi DIY .................................................................... 101
Lampiran 12. Indikator BPR - Kabupaten Bantul ........................................................... 101
Lampiran 13. Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul .................................................. 102
Lampiran 14. Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo .................................................... 102
Lampiran 15. Indikator BPR - Kabupaten Sleman .......................................................... 103
Lampiran 16. Indikator BPR - Kota Yogyakarta ............................................................. 103
Lampiran 17. Realisasi APBD Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota ............................... 104
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
xiii
Daftar Tabel
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan. .............................................................. 6
Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran ............................................................... 11
Tabel 1.3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi - Palawija .................................. 18
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 35
Tabel 2.2. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 41
Tabel 3.1. Indikator Perbankan ...................................................................................... 47
Tabel 3.2. Kredit Properti Bank Umum ........................................................................... 53
Tabel 3.3. Indikator Perbankan Syariah .......................................................................... 56
Tabel 4.1. Indikator Sistem Pembayaran Tunai ............................................................... 61
Tabel 4.2. Penukaran Uang Pecahan Kecil ..................................................................... 63
Tabel 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ........................................................ 64
Tabel 4.4. Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan ............................................................. 64
Tabel 4.5. Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai ........................................................ 66
Tabel 5.1. Pendapatan Daerah ....................................................................................... 70
Tabel 5.2. Belanja Daerah .............................................................................................. 71
Tabel 5.3. Sumber Pembiayaan Daerah .......................................................................... 72
Tabel 6.1. PDRB Per Kapita ............................................................................................ 73
Tabel 6.2. Angkatan Kerja ............................................................................................. 74
Tabel 6.3. Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama .......................... 75
Tabel 6.4. Indikator Status Ketenagakerjaan .................................................................. 76
Tabel 6.5. Pengangguran ............................................................................................... 79
Tabel 6.5. Indeks Pembangunan Indonesia ..................................................................... 81
Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran) ......................................... 83
Tabel 7.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Permintaan) ........................................ 83
Tabel 7.3. Perkiraan Inflasi ............................................................................................. 84
Tabel 7.4. Perkiraan Keuangan Daerah (Sisi Pendapatan) .............................................. 86
Tabel 7.5. Perkiraan Keuangan Daerah (Sisi Belanja) ..................................................... 87
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
xiv
Daftar Grafik
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................... 5
Grafik 1.2. Komposisi PDRB Sisi Permintaan ..................................................................... 6
Grafik 1.3. Survei Konsumen ........................................................................................... 7
Grafik 1.4. Survei Penjualan Eceran ................................................................................. 7
Grafik 1.5. Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor di DIY ........................................... 7
Grafik 1.6. Pertumbuhan Perolehan Pajak di DIY ............................................................. 7
Grafik 1.7. Ekspektasi Kegiatan Usaha di DIY .................................................................. 9
Grafik 1.8. Survei Penjualan Eceran Bahan Konstruksi di DIY ............................................ 9
Grafik 1.9. Pertumbuhan Jumlah Mobil di DIY .................................................................. 9
Grafik 1.10. Pertumbuhan Kredit Investasi di DIY ............................................................. 9
Grafik 1.11. Komposisi PDRB Sisi Penawaran ................................................................... 11
Grafik 1.12. Kontribusi Sektoral PDRB Sisi Penawaran ...................................................... 11
Grafik 1.13. Outstanding & NPLs Kredit Sektor Jasa .......................................................... 12
Grafik 1.14. Perkembangan Wisatawan Nusantara........................................................... 12
Grafik 1.15. Perkembangan Wisatawan Manca Negara ................................................... 12
Grafik 1.16. Tingkat Hunian Hotel ................................................................................... 13
Grafik 1.17. Lama Tinggal Wisatawan.............................................................................. 13
Grafik 1.18. Outstanding & NPLs Kredit Sektor Perdagangan ............................................ 13
Grafik 1.19. Outstanding & NPLs Kredit Sektor Industri ..................................................... 14
Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Bank UmumKonsumsi BBM......................................... 15
Grafik 1.21. Perkembangan Aset dan DPK Bank Umum ................................................... 15
Grafik 1.22. Konsumsi Semen .......................................................................................... 15
Grafik 1.23. Outstanding & NPLs Kredit Sektor Bangunan ................................................. 15
Grafik 1.24. Arus Penumpang Adisutjipto ......................................................................... 16
Grafik 1.25. Outstanding & NPLs Kredit Sektor Transportasi .............................................. 16
Grafik 1.26. Outstanding & NPLs Kredit Sektor Penggalian ............................................... 17
Grafik 1.27. Perkembangan Nilai Tukar Petani ................................................................. 18
Grafik 1.28. Outstanding & NPLs Kredit Sektor Pertanian ................................................. 18
Grafik 2.1. Inflasi Ibukota Provinsi di Pulau Jawa .............................................................. 34
Grafik 2.2. Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................................... 35
Grafik 2.3. Inflasi Kota Yogyakarta & Nasional ................................................................. 35
Grafik 2.4. Inflasi Kelompok Bahan Makanan dan Makanan Jadi ..................................... 36
Grafik 2.5. Inflasi Kelompok Perumahan dan Sandang ..................................................... 36
Grafik 2.6. Inflasi Kelompok Kesehatan dan Pendidikan ................................................... 36
Grafik 2.7. Inflasi Kelompok Transportasi .......................................................................... 36
Grafik 2.8. Laju Inflasi Subkelompok Syaur-sayuran dan Bumbu-bumbuan ........................ 36
Grafik 2.9. Harga Bawang Merah (rata-rata per bulan) ..................................................... 37
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
xv
Daftar Grafik
Daftar Grafik
Grafik 2.10. Harga Beras (rata-rata per bulan) .................................................................. 37
Grafik 2.11. Harga Gula (rata-rata per bulan) ................................................................... 37
Grafik 2.12. Harga Kedelai Lokal (rata-rata per bulan) ..................................................... 37
Grafik 2.13. Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ............................................... 42
Grafik 2.14. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ................................................................ 42
Grafik 2.15. Perkembangan harga CPO Internasional ....................................................... 42
Grafik 2.16. Perkembangan harga gula Internasional ....................................................... 42
Grafik 2.17. Perkembangan harga beras Internasional ...................................................... 42
Grafik 2.18. Perkembangan harga emas Internasional ...................................................... 42
Grafik 3.1. LDR DIY ......................................................................................................... 48
Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional ........................................................................................ 48
Grafik 3.3. Kredit Baru Bank Umum ................................................................................. 49
Grafik 3.4. Undisbursed Loan Bank Umum DIY ................................................................ 49
Grafik 3.5. DPK Perbankan .............................................................................................. 50
Grafik 3.6. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan .................................................................... 50
Grafik 3.7. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan ....................................................... 50
Grafik 3.8. Komposisi DPK Perbankan .............................................................................. 50
Grafik 3.9. Komposisi Deposito Bank Umum .................................................................... 51
Grafik 3.10. Kredit Perbankan .......................................................................................... 51
Grafik 3.11. Kredit Modal Kerja ....................................................................................... 52
Grafik 3.12. Kredit Investasi ............................................................................................. 52
Grafik 3.13. Kredit Konsumsi ........................................................................................... 52
Grafik 3.14. Kredit Sektor Tradable .................................................................................. 53
Grafik 3.15. Kredit Sektor Non Tradable ........................................................................... 53
Grafik 3.16. Kredit Properti Kepada Pengembang ............................................................ 54
Grafik 3.17. Kredit Properti Kepada Konsumen ................................................................ 54
Grafik 3.18. Non Performing Loans DIY ............................................................................ 55
Grafik 3.19. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan ........................................................ 55
Grafik 3.20. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama ................................................... 55
Grafik 3.21. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Lainnya .................................................. 55
Grafik 3.22. Ekses Likuiditas ............................................................................................ 56
Grafik 4.1. Aliran Kas dan PTTB ....................................................................................... 62
Grafik 4.2. Transaksi Kliring ............................................................................................. 65
Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS ........................................................................................... 67
Grafik 6.1. Perbandingan Tikat pengangguran Terbuka Nasional dan DIY ......................... 75
Grafik 6.2. Upah Minimum Provinsi DIY ........................................................................... 77
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
xvi
Daftar Grafik
Daftar Grafik
Grafik 6.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY ............................................. 78
Grafik 6.4. Indeks Kesengsaraan ...................................................................................... 78
Grafik 7.1. Perkembangan Boom Bust Pertumbuhan PDRB Riil Provinsi DIY ....................... 82
Grafik 7.2. Proyeksi Kredit Bank Umum 2011................................................................... 85
Grafik 7.3. Proyeksi Aset Bank Umum 2011 ..................................................................... 85
Grafik 7.4. Proyeksi DPK Bank Umum 2011 ..................................................................... 85
Grafik 7.5. Proyeksi LDR Bank Umum 2011 ...................................................................... 85
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2010
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan khususnya pada triwulan I – III
2010, namun agak terganggu memasuki triwulan IV karena erupsi Merapi. Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) 2010 tumbuh 4,87% yoy, lebih tinggi dibandingkan
laju pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 4,39% yoy. Di sisi permintaan,
peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
Peningkatan konsumsi rumah tangga didukung oleh daya beli yang masih terjaga dan
dukungan pembiayaan yang meningkat. Sedangkan peningkatan investasi didukung oleh
tingginya kepercayaan pengusaha terhadap prospek ekonomi dan sudah dimulai
pembangunan beberapa proyek besar. Di sisi sektoral, percepatan pertumbuhan didukung
oleh sektor Perdagangan Hotel & Restoran dan sektor Jasa-jasa. Tingginya kegiatan Meeting,
Incentive, Conference dan Exhibition (MICE) yang diselenggarakan di DIY mendorong kinerja
sektor PHR dan juga sektor Pengangkutan & Komunikasi tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan di
sektor ini juga berpengaruh pada pertumbuhan di sektor Jasa dan sektor Pengangkutan dan
Komunikasi. Sementara itu, membaiknya permintaan eksternal dan domestik mendorong
perkembangan di sektor Industri Pengolahan.
Inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada tahun 2010 mencapai 7,38% yoy,
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya 2,93%, dan lebih tinggi dibanding inflasi
Nasional sebesar 6,33% yoy. Tingginya laju inflasi tersebut terutama disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti: meningkatnya tekanan dari sisi penawaran terutama untuk
komoditas volatile, kenaikan beberapa administered price (TDL dan biaya perpanjangan STNK),
kenaikan upah buruh bangunan bukan mandor, dan juga imported inflation sejalan dengan
kenaikan harga pada beberapa komoditas di pasar internasional. Produksi untuk komoditas
volatile yang secara nasional terganggu menyebabkan pasokan barang, terutama pada
kelompok bahan makanan agak tertekan. Khusus di kota Yogyakarta, kondisi diperparah oleh
erupsi Merapi pada triwulan IV-2010 yang mengakibatkan terganggunya produksi komoditas
holtikultura di sekitar wilayah Gunung Merapi.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun 2010 dibanding tahun
2009 berdampak positif pada meningkatnya kinerja sektor perbankan. Percepatan
pertumbuhan ekonomi DIY memberikan dampak pada peningkatan kegiatan perbankan di
DIY yang juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2009. Secara tahunan, aset dan dana
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
2
Ringkasan Eksekutif
pihak ketiga (DPK) perbankan di DIY tumbuh masing-masing 18,89% dan 16,59%.
Penyaluran kredit perbankan DIY tumbuh 20,19%(yoy) sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR)
perbankan DIY menjadi 57,45%(yoy). Sementara itu, kegiatan perbankan syariah tumbuh
lebih pesat, aset tumbuh 37,48% (yoy), penghimpunan dana tumbuh 49,34%(yoy) dan
pembiayaan tumbuh 38,26%. Secara keseluruhan kinerja perbankan di DIY masih cukup baik,
tercermin pada NPLs yang sebesar 3,19%.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian di DIY, transaksi pembayaran
tunai dan non tunai meningkat. Di tahun 2010, aktivitas aliran uang Kantor Bank Indonesia
(KBI) Yogyakarta mengalami peningkatan seiring kondisi perekonomian yang mulai pulih
sehingga perputaran uang meningkat. Di sisi pembayaran nontunai, secara umum aktivitas
transaksi tahun 2010 mengalami peningkatan baik pada transaksi kliring maupun RTGS.
Faktor utama yang mendorong peningkatan aktivitas transaksi tersebut adalah mulai
meningkatnya perdagangan sejalan dengan perekonomian yang membaik
Kinerja gabungan keuangan pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY
tahun 2010, mengalami peningkatan baik di sisi penerimaan maupun sisi
pengeluaran. Ketergantungan pemerintah di DIY terhadap pemerintah pusat masih dominan,
tercermin dari kontribusi Dana Perimbangan di sisi penerimaan mencapai Rp3.661 miliar
(68,21%), sedangkan Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp1.285 miliar (23,05%). Sementara,
alokasi belanja daerah masih terkonsentrasi kepada belanja pegawai dan belanja barang dan
jasa.
Sejalan dengan perekembangan perekonomian DIY, beberapa indikator
kesejahteraan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 mengalami
perbaikan. Indikator kesejahteraan tersebut antara lain adalah pendapatan per kapita,
ketenagakerjaan, angka kemiskinan, indeks kesengsaraan (misery index) dan kualitas hidup
sebagaimana tercermin pada indeks pembangunan manusia (IPM). Pendapatan per kapita
masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta atas dasar harga berlaku tahun 2010 tercatat
Rp13,18 juta, naik dari tahun 2009 Rp12,10 juta. Persentase tingkat kemiskinan sedikit
mengalami perbaikan, yaitu turun dari 17,23% menjadi 16,83%; tingkat pengangguran
terbuka di daerah Istimewa Yogyakarta yang meningkat dari 6,00% di tahun 2008 menjadi
5,69% pada tahun 2010; nilai IPM tahun 2009 tercatat sebesar 75,23 meningkat
dibandingkan indeks pada tahun sebelumnya sebesar 74,88. Sedangkan, satu-satunya
indikator yang menurun adalah Indeks kesengsaraan yang meningkat dari 8,93% menjadi
13,07%.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
3
Ringkasan Eksekutif
Perekonomian DIY pada tahun 2011 diperkirakan akan tumbuh positif dan
lebih tinggi dibanding tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2011 yang
walaupun lambat dan pertumbuhan nasional yang cukup tinggi diperkirakan memberikan
dampak pada pertumbuhan ekonomi DIY. Permintaan internasional dan konsumsi domestik
yang membaik tidak saja mempengaruhi kinerja sektoral, namun juga perbaikan di sisi
permintaan. Tanda-tanda membaiknya perekonomian dunia sudah mulai dirasakan oleh
eksportir di DIY yang sejak awal tahun sudah mulai kedatangan order dari Amerika dan Eropa
yang merupakan tujuan utama ekspor DIY. Hal ini mengindikasikan mulai menggeliatnya
konsumsi swasta di Negara-negara maju baik di zona Euro maupun Amerika Serikat walaupu
pada triwulan II agak melambat. Bencana tsunami yang melanda Jepang diperkirakan tidak
akan berpengaruh besar terhadap permintaan ekspor DIY dikarenakan Jepang hanya
menyerap sekitar 5% ekspor DIY. Selain itu, perekonomian di DIY lebih didorong oleh
permintaan domestik. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan
menjadi mesin penggerak utama ekonomi DIY yang pada gilirannya akan mendorong
investasi. Sebagai gambaran, dalam struktur PDRB DIY, konsumsi rumah tangga pada tahun
2010 memiliki pangsa sebesar 44,5% sementara konsumsi pemerintah hanya sebesar 20,9%.
Pada tahun 2011, pangsa konsumsi rumah tangga dalam PDRB DIY diperkirakan mencapai
47,5%.
4
Halaman ini sengaja dikosongkan
5
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi
Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2010
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan khususnya pada triwulan I – III 2010,
namun agak terganggu memasuki triwulan IV karena erupsi Merapi. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) 2010 tumbuh 4,87% yoy, lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan
ekonomi tahun 2009 sebesar 4,39% yoy. Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan
ekonomi didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Peningkatan konsumsi rumah
tangga didukung oleh daya beli yang masih terjaga dan dukungan pembiayaan yang
meningkat. Sedangkan peningkatan investasi didukung oleh tingginya kepercayaan
pengusaha terhadap prospek ekonomi dan sudah dimulai pembangunan beberapa proyek
besar. Di sisi sektoral, percepatan pertumbuhan didukung oleh sektor Perdagangan Hotel &
Restoran dan sektor Jasa-jasa. Tingginya kegiatan Meeting, Incentive, Conference dan
Exhibition (MICE) yang diselenggarakan di DIY mendorong kinerja sektor PHR dan juga sektor
Pengangkutan & Komunikasi tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan di sektor ini juga
berpengaruh pada pertumbuhan di sektor Jasa dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi.
Sementara itu, membaiknya permintaan eksternal dan domestik mendorong perkembangan di
sektor Industri Pengolahan.
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
6,5
0
4.000
8.000
12.000
16.000
20.000
24.000
2006 2007 2008 2009 2010
% (yoy)
Sumber: BPS DIY
Miliar Rp
PDRB Harga Konstan Pertumbuhan PDB NasionalPertumbuhan PDRB DIY
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
6
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
PDRB Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh
konsumsi rumah tangga dan investasi. Hal ini tercermin dari andil konsumsi rumah tangga dan
investasi terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu masing-masing sebesar 3,34% yoy dan 0,91%
yoy. Pertumbuhan Investasi mengalami peningkatan sejalan dengan dimulainya pembangunan
proyek investasi baik oleh swasta maupun pemerintah di DIY, antara lain dimulainya
pembangunan flyover, underpass, waterbom, Industrial Estate di Piyungan dan Sentolo, Inland
Port, pembangunan 5 hotel berbintang, dan lain-lain. Permintaan ekspor juga mulai membaik
walaupun belum sepenuhnya pulih dan ikut memicu tambahnya investasi. Sedangkan,
perdagangan antar daerah DIY diperkirakan masih akan mengalami defisit, mengingat DIY
bukan merupakan daerah industri sehingga banyak mendatangkan barang manufaktur dari
luar daerah.
Nilai Pangsa2 Ptumb2 Andil2 Nilai Pangsa2 Ptumb2 Andil2
(miliar Rp) (%) (%,yoy) (%) (miliar Rp) (%) (%,yoy) (%)
1 Konsumsi Rumah Tangga 8,132 8,629 9,211 45.91 6.75 3.03 9,882 46.96 7.28 3.34
2 Konsumsi Pemerintah 3,538 3,812 4,100 20.43 7.55 1.50 4,215 20.03 2.82 0.58
3 Investasi2 4,997 5,211 5,378 26.80 3.21 0.87 5,561 26.43 3.41 0.91
4 Lainnya 1,624 1,561 1,375 6.85 -11.91 -0.97 1,384 6.58 0.63 0.04
18,292 19,212 20,064 100.00 4.43 4.43 21,042 100.00 4.87 4.87Keterangan:
1) PDRB Harga Konstan Tahun Dasar 2000 (miliar Rp).
2) Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Sumber: BPS Provinsi DIY
Total
No Jenis Penggunaan2007
(miliar Rp)2008
(miliar Rp)
Tabel 1.1Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan1)
2009* 2010**
Grafik 1.2 Komposisi PDRB Sisi Permintaan Tahun 2010
Konsumsi Rumah Tangga46,96%
Konsumsi Pemerintah
20,03%
PMTB (Investasi)
26,43%
Lainnya6,58%
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
7
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Konsumsi Rumah Tangga
Pada tahun 2010 nilai riil Konsumsi Rumah Tangga tercatat sebesar Rp9.882 miliar,
atau tumbuh 7,28% yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2009 sebesar 6,75%
yoy. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan konsumsi adalah pendapatan masyarakat yang
membaik dan disisi lain dukungan pembiayaan meningkat. Beberapa survei mendukung
adanya peningkatan konsumsi pada tahun 2010. Hasil Survei Konsumen yang menunjukkan
bahwa nilai Indeks Keyakinan Konsumen1 selama tahun 2010 berada dalam zona optimis
walaupun pada akhir tahun menurun akibat erupsi Merapi. Survei penjualan eceran juga
menunjukkan masih terdapatnya kecenderungan masyarakat umum untuk menaikkan
konsumsi terhadap hampir semua kelompok komoditi.
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
I II III IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Konsumsi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumsi
Grafik 1.3 Survei Konsumen
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV
2009 2010
Chart Title
Indeks Penjualan Eceran gPDRB Konsumsi (%, yoy/rhs)
Grafik 1.4 Survei Penjualan Eceran
Grafik 1.5 Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
‐
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
2006 2007 2008 2009 2010
% (yoy)% (yoy)Chart Title
gPDRB Konsumsi gMobil (rhs) gSepeda Motor (rhs)
‐
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
2007 2008 2009 2010
%Chart Title
PPh PPN PBB BPHTB
Grafik 1.6 Pertumbuhan Perolehan Pajak
1 Indeks Keyakinan Konsumen adalah tingkat optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
8
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Indeks Penjualan Eceran2 selama tahun laporan meningkat, yaitu dari 151,26 pada
tahun 2009 menjadi 160,98 pada tahun 2010. Selain itu, dari sisi prompt indicator, beberapa
indikator konsumsi menunjukkan peningkatan jumlah kendaraan bermotor baik mobil
maupun sepeda motor meningkat, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak
Penghasilan (PPh) juga meningkat. Selain itu penjualan semen juga menunjukkan peningkatan.
Konsumsi Pemerintah
Disisi Konsumsi Pemerintah, nilai riil konsumsi pemerintah hanya tumbuh 2,82%, lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2009 sebesar 7,55%. Perlambatan peningkatan
nilai riil konsumsi dipengaruhi oleh inflasi di tahun 2010 yang meningkat cukup tinggi.
Investasi (PMTDB)
Nilai investasi yang ditanamkan di DIY pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp5.561
miliar atau tumbuh sebesar 3,41% yoy, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (3,21%).
Faktor yang mempengaruhi peningkatan investasi adalah membaiknya kepercayaan
pengusaha terhadap prospek ekonomi DIY. Beberapa proyek juga direalisasikan pada tahun
2010 antara lain pembangunan beberapa hotel baru sehingga jumlah kamar mengalami
peningkatan, dan juga proyek-proyek property residensial maupun komersial. Selain itu,
beberapa proyek infrastruktur juga sedang dikerjakan seperti pembangunan Pelabuhan
Tanjung Adikarta di Kecamatan Temon sudah mencapai 85% dan beberapa infrastruktur yang
mendukung pelabuhan tersebut antara lain tempat pelelangan ikan (TPI), shelter nelayan,
pabrik es, docking atau tempat perbaikan kapal dan pemecah ombak.
2 Indeks Penjualan Eceran merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui sumber tekanan
inflasi dari sisi permintaan dan memperoleh gambaran mengenai kecenderungan perkembangan penjualan eceran dan konsumsi masyarakat umumnya.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
9
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
Chart Title
Perkiraan Realisasi
%, SBT
Grafik 1.7 Ekspektasi Kegiatan Usaha
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV
2009 2010
Chart Title
Indeks Bahan Konstruksi SPE gPDRB Investasi (%, yoy/rhs)
Grafik 1.8 SPE Komoditi Bahan Konstruksi
0
1
2
3
4
5
6
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2008 2009
gPDRB Investasi gMP (rhs)
Grafik 1.9 Perkembangan Jumlah Mobil Barang di DIY
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
1.800.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Chart Title
Kredit Investasi growth (yoy,rhs)
Grafik 1.10 Pertumbuhan Kredit Investasi
Peningkatan investasi pada tahun laporan dikonfirmasi hasil survei SKDU dan SPE.
Indeks Saldo Bersih Tertimbang3 ekspektasi dunia usaha terhadap kegiatan usaha maupun
situasi bisnis (SKDU) dan indeks penjualan bahan konstruksi menunjukkan pertumbuhan yang
membaik grafik (1.7 – 1.9).
Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari kredit perbankan
mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan, kredit investasi yang berlokasi di DIY naik
19,53% yoy, lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan kredit pada periode yang sama
tahun sebelumnya 17,01% yoy. Peningkatan kredit investasi sifatnya melengkapi karena
investasi pemerintah relatif tumbuh tidak terlalu tinggi karena belanja investasi oleh swasta
sebagian besar dibiayai dari dana sendiri. Sementara itu, investasi pemrintah tumbuh tidak
terlalu tinggi.
3 Indeks Saldo Bersih Terimbang adalah hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan (selisih
antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” dan mengabaikan jawaban “sama”) dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
10
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Lainnya
Pertumbuhan komponen Lainnya, termasuk di dalamnya ekspor-impor, perdagangan
antar wilayah dan perubahan stok, mengalami pertumbuhan 0,63% yoy, lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh -11,91%. Nilai riil komponen ini meningkat
dari Rp1.375 miliar menjadi Rp1.384 miliar pada tahun laporan. Sementara itu, andil
Komponen Lainnya meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu dari -0,97%
pada tahun 2009 menjadi 0,04% pada tahun laporan.
Kinerja ekspor DIY meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ekspor DIY tahun 2010 sebesar US$267 juta ribu, meningkat 34,42% dari periode yang sama
tahun sebelumnya (US$199 juta). Adapun faktor yang mempengaruhi peningkatan ekspor
adalah membaiknya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama sejalan dengan
membaiknya perekonomian global, khususnya ekspor terbesar hasil industri berupa kerajinan,
meubel dan produk berbahan baku kulit.
Sejalan dengan peningkatan ekspor, impor DIY dalam rangka perdagangan luar negeri
juga mengalami peningkatan baik secara nilai maupun volume. Nilai impor DIY tahun 2010
US$26 juta, meningkat 27,73% dibandingkan periode yang sama tahun 2009 (US$21 juta).
Faktor utama yang mempengaruhi peningkatan impor antara lain peningkatan kegiatan
produksi, khususnya industri tekstil yang bahan bakunya masih banyak yang diimpor.
PDRB Sisi Penawaran
Peningkatan pertumbuhan di sisi permintaan juga tercermin pada peningkatan
pertumbuhan di sektor ekonomi utama, seperti sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan
sektor jasa-jasa. Seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya kontribusi sektor Tersier
(sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan sektor Jasa-jasa) masih tetap mendominasi
PDRB DIY tahun 2010, sebesar 58,26%. Selanjutnya diikuti kelompok sektor Sekunder (sektor
Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan sektor Bangunan) sebesar 23,89%
dan kelompok sektor Primer (sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian)
sebesar 17,85%.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
11
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Nilai Pangsa2 Ptumb2 Andil2 Nilai Pangsa2 Ptumb2 Andil2
(miliar Rp) (%) (%,yoy) (%) (miliar Rp) (%) (%,yoy) (%)
1 Pertanian 3,333 3,524 3,643 18.16 3.37 0.62 3,617 17.19 -0.70 -0.13
2 Penggalian 138 138 139 0.69 0.30 0.00 140 0.67 0.88 0.01
3 Industri Pengolahan 2,528 2,563 2,611 13.01 1.88 0.25 2,794 13.28 7.00 0.91
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 166 175 186 0.93 6.10 0.06 193 0.92 4.00 0.04
5 Bangunan 1,733 1,838 1,924 9.59 4.64 0.44 2,040 9.70 6.06 0.58
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,750 3,948 4,162 20.74 5.43 1.12 4,374 20.79 5.09 1.06
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,875 2,009 2,129 10.61 5.96 0.62 2,246 10.67 5.50 0.58
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,695 1,794 1,903 9.49 6.11 0.57 2,053 9.76 7.87 0.75
9 Jasa-jasa 3,072 3,224 3,369 16.79 4.49 0.75 3,586 17.04 6.44 1.08
18,292 19,212 20,064 100.00 4.43 4.43 21,042 100.00 4.87 4.87Keterangan:
1) PDRB Harga Konstan Tahun Dasar 2000 (miliar Rp).
Sumber: BPS Propinsi DIY
Jenis Penggunaan2007
(miliar Rp)
2008 (miliar
Rp)
2009* 2010**
Total
Tabel 1.2Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran1)
No
Grafik 1.11 Komposisi PDRB Sisi Penawaran Tahun 2010
Pertanian17%
Penggalian0%
Industri Pengolahan
13%
Listrik, Gas & Air Bersih1%
Bangunan10%
Perdagangan,Hotel & Restoran
21%
Pengangkutan & Komunikasi
11%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan10%
Jasa‐jasa17%
Grafik 1.12 Kontribusi Sektoral PDRB Sisi Penawaran Tahun 2010
(0,13)
0,01
0,91
0,04
0,58
1,06
0,58
0,75
1,08
(0,20)
‐
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20 %
Pertanian Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan Perdagangan,Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Jasa‐jasa
Sektor Jasa-jasa
Pertumbuhan sektor Jasa-jasa pada tahun 2010 meningkat dari 4,49% pada tahun
2009 menjadi 6,44% pada tahun 2010. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan di sektor ini
antara lain adalah banyaknya liburan panjang dan juga event-event sepanjang tahun 2010,
termasuk Muktamar 100 tahun Muhammadiyah. Pertumbuhan disektor ini didukung oleh
pembiayaan bank yang hingga Desember 2010 mencapai Rp1.279 miliar, tumbuh 20,67%
yoy.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
12
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
0
1
2
3
4
5
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Kredit Jasa NPL Jasa (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.13 Oustanding & NPL Kredit Sektor Jasa
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) pada tahun 2010 mengalami
pertumbuhan 5,09% yoy, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (5,43%).
Pertumbuhan di sektor PHR didorong oleh pendapatan masyarakat yang membaik dan
banyaknya kegiatan di DIY sepanjang tahun 2010, termasuk kegiatan MICE. Pertumbuhan di
sektor ini terpantau dari beberapa prompt indikator dan hasil survei. Jumlah kunjungan
wisatawan, khususnya wisman dan hasil survei penjualan eceran menunjukkan pertumbuhan
dan angka indeks yang meningkat, walaupun pada triwulan IV mengalami koreksi karena
adanya erupsi Merapi.
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart Title
Wisnu Growth (yoy,rhs)
% (yoy)orang
Grafik 1.14 Perkembangan Wisnu
Sumber : BPS Provinsi DIY
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
5000
10000
15000
20000
25000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Chart Title
Wisman Growth (yoy,rhs)
orang % (yoy)
Sumber : BPS Provinsi DIY
Grafik 1.15 Perkembangan Wisman
Sub sektor Hotel dan Restoran tumbuh masih cukup baik, antara lain tercermin pada
jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel. Jumlah wisatawan yang datang ke
Yogyakarta sampai dengan triwulan III masih cukup tinggi, demikian pula tingkat hunian hotel
di wilayah DIY. Namun demikian, memasuki triwulan IV pertumbuhan di subsektor ini
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
13
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
terganggu oleh erupsi Merapi. Letusan Merapi telah menyebabkan bandara ditutup dalam
jangka waktu yang cukup lama sehingga kegiatan MICE maupun kunjungan wisatawan
banyak yang dibatalkan atau ditunda.
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
%
Bintang Non Bintang
Grafik 1.16 Tingkat Hunian Hotel
Sumber : BPS Provinsi DIY
0
0,5
1
1,5
2
2,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Malam Chart Title
Bintang Non Bintang
Grafik 1.17 Lama Tinggal Wisatawan
Sumber : BPS Provinsi DIY
Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih tinggi.
Outstanding kredit yang disalurkan di sektor ini pada posisi akhir tahun 2010 mencapai
Rp2.927 miliar. Sementara itu, risiko kredit mengalami kenaikan yang ditandai dengan naiknya
NPL dari 3,21% pada tahun 2009 menjadi 3,90% pada tahun 2010.
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Kredit Perdagangan NPL Perdagangan (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.18 Oustanding & NPLs Kredit Sektor Perdagangan
Sektor Industri Pengolahan
Tahun 2010 menjadi tahun kebangkitan bagi sektor industri pengolahan. Setelah
sempat tertekan oleh krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2009, permintaan ekspor
meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi dunia. Kinerja sektor Industri Pengolahan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
14
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
tumbuh 7,005 yoy, meningkat dibandingkan tahun 2009 yang hanya tumbuh 1,88%. Andil
sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat dari 0,25% menjadi 0,91%.
Peningkatan kinerja di sektor industri juga diindikasikan oleh peningkatan pembiayaan
dari perbankan. Outstanding kredit sektor Industri Pengolahan pada posisi akhir bulan
Desember berjumlah Rp770,66 miliar atau meningkat 11,42%yoy.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Chart Title
Kredit Industri NPL Industri (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.19 Oustanding & NPL Kredit Industri
Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pada tahun 2010, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 7,87% yoy,
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (6,11 %). Di subsektor keuangan,
pertumbuhan penyaluran kredit yang tinggi dan disisi lain kinerja yang terjaga menjadi salah
satu penyebab nilai tambah di subsektor keuangan meningkat.
0
1
2
3
4
5
6
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Chart Title
Kredit NPL
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.20 Perkembangan Kredit Bank Umum
0
5
10
15
20
25
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Aset DPK gAset gDPK
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.21 Perkembangan Aset dan DPK Bank Umum
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
15
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Peningkatan diperkirakan juga terjadi pada subsektor Persewaan dan Jasa sejalan dengan
aktifitas ekonomi yang masih tumbuh di DIY, khususnya di sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran.
Sektor Bangunan
Sektor Bangunan pada tahun tumbuh 6,06%yoy, tumbuh lebih cepat
dibandingkan tahun sebelumnya (4,64%). Faktor yang mempengaruhi percepatan
pertumbuhan di sektor bangunan adalah permintaan properti baik komersial maupun
residensial masih tinggi, didukung oleh pembiayaan bank yang masih menarik. Indikator yang
mendukung antara lain adalah peningkatan penjualan semen dan penyaluran kredit di sektor
Bangunan.
Berlanjutnya pembangunan proyek pemerintah dan swasta di DIY
memberikan kontribusi positif kinerja sektor Bangunan pada tahun 2010. Beberapa
proyek yang sedang dilaksanakan antara lain pembangunan beberapa hotel, properti
residensial maupun komersial, pembangunan flyover Jombor, penyelesaian Pelabuhan Tanjung
Adikarto, dan beberapa proyek lainnya.
Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor Bangunan
di DIY relatif meningkat. Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan di DIY pada
posisi Desember 2010 sebesar Rp204,23 miliar, atau naik 35,84% yoy.
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
%ton
Konsumsi Semen gKonsumsi Semen (rhs)
Grafik 1.22 Konsumsi Semen
0
10
20
30
40
50
60
70
-
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Kredit Bangunan NPL Bangunan (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.23 Oustanding & NPLs Kredit Sektor Bangunan
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pada tahun 2010, sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh 5,50%yoy,
sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tahun 2009 (5,96%). Di subsektor
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
16
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
komunikasi, peningkatan dipengaruhi oleh tingginya penggunaan telepon seluler. Subsektor
komunikasi, khususnya seluler bagi sebagian masyarakat sudah menjadi kebutuhan pokok
sehingga penggunaannya dari waktu ke waktu masih terus meningkat. Persaingan yang ketat
dari operator juga berkontribusi pada peningkatan konsumsi disubsektor ini mengingat tarif
semakin murah.
Sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tumbuh positif yang
tercermin pada perkembangan beberapa prompt indikator, namun melambat
dibandingkan tahun sebelumnya karena pada triwulan IV 2010 terganggu oleh
letusan Merapi. Perkembangan indicator yang mendukung perkembangan di subsektor ini
antara lain tercermin pada jumlah penumpang pesawat yang sampai dengan triwulan III 2010
tumbuh tinggi, namun terkoreksi pada bulan November karena untuk beberapa waktu
bandara ditutup operasionalnya dengan alasan keamanan perkembangan.
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Datang Berangkat gDatang (yoy,rhs) gBerangkat (yoy,rhs)
orang %, yoy
Grafik 1.24 Arus Penumpang Adisutjipto
0
1
2
3
4
5
6
7
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Chart Title
Kredit Transportasi NPL Transportasi (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.25 Oustanding & NPLs Kredit Sektor Transportasi
Dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini sedikit menurun.
Outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2010 tercatat
sebesar Rp100,76 miliar, tumbuh -0,36% yoy. Penurunan kredit ini diikuti dengan
peningkatan risiko kredit yang ditunjukkan dengan NPL sebesar 1,58% dibandingkan periode
sebelumnya (1,02%).
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Pada tahun laporan, nilai tambah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tercatat sebesar
Rp193 miliar, atau naik sebesar 4,00% dibanding tahun 2009. Pertumbuhan ini lebih rendah
dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,10%, sedangkan andilnya juga turun dari 0,06%
menjadi 0,04%. Peningkatan ini relatif wajar, sejalan dengan penambahan kapasitas ekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
17
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
di DIY yang tumbuh pada kisaran yang sama. Pertumbuhan yang cukup signifikan terutama
terjadi pada komponen gas.
Sektor Penggalian
Sektor penggalian hanya meningkat 0,88% menjadi Rp140 miliar. Peningkatan yang
relative rendah disebabkan tersebut disebabkan kapasitas di sektor ini potensinya belum diolah
secara optimal, seperti penambangan pasir besi di pantai selatan. Sektor Penggalian di DIY
lebih banyak didukung oleh bahan galian golongan C, terutama pasir bahan bangunan, batu,
dan tanah liat. Di sisi pembiayaan, searah dengan pangsa sektor ini dalam pertumbuhan PDRB
juga relatif rendah. Pembiayaan Bank Umum ke sektor ini hanya memiliki outstanding menjadi
Rp8,07 miliar, turun 9,78% dari tahun sebelumnya.
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
-
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Kredit Penggalian NPL Penggalian (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.26 Oustanding & NPLs Kredit Sektor Penggalian
Sektor Pertanian
Pada tahun laporan, kinerja sektor Pertanian tumbuh negatif 0,70% yoy, lebih
rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya (3,379). Perlambatan pertumbuhan ini
disebabkan oleh penurunan produktivitas dan memasuki triwulan IV sektor ini terganggu oleh
kerusakan lahan sebagai akibat erupsi Merapi. Nilai riil PDRB sektor Pertanian pada tahun
laporan sebesar Rp3.617 miliar dengan pangsa terhadap total PDRB DIY sebesar 17,10%,
turun dari tahun sebelumnya Rp3.643 miliar. Namun demikian, tingkat kesejahteraan petani
relatif meningkat, tercermin dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang meningkat dari 108,87
pada tahun 2009 menjadi 113,70 pada tahun 2010, atau tumbuh sebesar 4,44%.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
18
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Terganggunya produktivitas mempengaruhi pasokan yang mendorong harga di tingkat petani
naik.
20091 20102 20091 20102 20091 20102
Padi Sawah 105.613 106.097 62,72 60,50 662.368 646.816 Padi Ladang 39.811 40.151 44,10 44,10 175.562 177.071
PADI 145.424 146.248 57,62 56,02 837.930 823.887 Jagung 74.563 86.387 42,24 39,80 314.937 345.576 Kedelai 31.666 33.572 12,72 11,39 40.278 38.244
Kacang Tanah 62.539 58.780 10,54 10,02 65.893 58.918 Kacang Hijau 745 1.024 6,35 5,96 473 610
Ubi Kayu 63.275 62.563 165,58 178,17 1.047.684 1.114.665 Ubi Jalar 574 599 116,50 108,25 6.687 6.484
Keterangan:
1) Angka Tetap
2) Angka Sementara
Sumber : BPS Provinsi DIY
Luas Panen (ha)
Tabel 1.3Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi dan Palawija
UraianProduktivitas (ku/ha) Produksi (ton)
Di sisi pembiayaan, kredit yang berasal dari bank untuk sektor Pertanian
relatif rendah. Pembiayaan kredit bank umum pada posisi Desember 2010 Rp274 miliar, atau
hanya 2,69% dari total outstanding kredit. Relatif rendahnya outstanding kredit di sektor
pertanian ini antara lain dipengaruhi oleh skala usaha per masing-masing petani yang relatif
kecil. Sementara risiko kredit pertanian relatif tinggi, walaupun dari yang sudah diberikan
angka NPL hanya 2,00%.
‐202468101214161820
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
%NTP Nilai Tukar Petani
NTP gNTP(yoy,rhs)
Grafik 1.27 Perkembangan Nilai Tukar Petani
0
1
2
3
4
5
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Kredit Pertanian NPL Pertanian (rhs)
miliar Rp. % (yoy)
Grafik 1.28 Oustanding & NPLs Kredit Sektor Pertanian
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
19
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
BOKS
PENELITIAN JOGJAKARTA INCORPORATED
Perkembangan kegiatan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama
lima tahun terakhir ini menunjukkan peningkatan yang cukup baik tetapi masih dibawah
pertumbuhan ekonomi nasional. Struktur ekonomi yang lebih didominasi oleh sektor PHR dan
jasa-jasa memberikan ruang untuk penambahan kapasitas ekonomi agak terbatas.
Infrastruktur perlu ditingkatkan, khususnya bandara yang saat ini sudah overload. Demikian
juga infrastruktur menuju wisata pantai. Pengembangan industry kreatif perlu ditingkatkan,
khususnya yang memberikan nilai tambah tinggi. Untuk mencapai pertumbuhan yang lebih
tinggi diperlukan koordinasi antara swasta, pemerintah dan Perguruan Tinggi. Mereplikasi apa
yang telah dilakukan Jepang, Singapura, India dan Malaysia, maka gagasan untuk membentuk
Jogja Incorporated perlu dihidupkan lagi yang pada tahap awal dilakukan penelitian
bekerjasama dengan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Dari hasil penelitian, sebanyak 69,5 persen responden menganggap bahwa saat ini
perekonomian Provinsi DIY secara makro berada pada kondisi yang cukup baik, namun kurang
optimal. Bahkan, sebanyak 40,7 persen responden memperkirakan kondisi yang sama akan
masih dialami oleh Provinsi DIY pada lima tahun mendatang. Sebagian besar responden (71
persen) menyatakan bahwa permasalahan yang menjadi kendala dalam percepatan
pertumbuhan ekonomi, antara lain: buruknya fasilitas infrastruktur publik, rendahnya kualitas
birokrasi, dan peraturan yang tidak jelas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas,
maka responden mengajukan usulan beberapa langkah sehingga percepatan pembangunan
ekonomi Provinsi DIY dapat tercapai. Langkah-Iangkah tersebut dibagi menjadi dua rencana
strategi, antara lain:
I. Rencana Jangka Pendek:
a. Perbaikan sistem birokrasi dan administrasi ijin usaha & investasi.
b. Pengembangan infrastruktur: airport, seaport, jalan raya.
c. Pemberian paket insentif: pemotongan pajak, kemudahan pemberian kredit,
kemudahan dalam melakukan kegiatan ekspor.
d. Pengembangan UMKM: modal, pelatihan SDM dan manajemen
pemasaran.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
20
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
II. Rencana Strategis Jangka Panjang:
a. Pembentukan lembaga/forum yang memfasilitasi komunikasi stakeholders, yaitu antara
pemerintah, entitas bisnis, dan kalangan akademisi.
b. Pengembangan kegiatan ekonomi, yaitu: menberikan dorongan kepada para UMKM
dan sektor pariwisata - Pengembangan sistem informasi terpadu.
c. Pengembangan master plan perekonomian Provinsi DIY.
d. Pengembangan database terkait dengan indikator-indikator makro dan mikro ekonomi
agar dapat memproyeksi perkembangan ekonomi dimasa depan. Pengembangan
industri berbasis potensi Sumber Daya yang ada di Provinsi DIY
e. Pembangunan daerah spesial ekonomi (Special Economy Zone, SEZ).
f. Pengembangan ekonomi kerakyatan .
g. Pengentasan kemiskinan.
Berdasarkan observasi hasil FGD, maka dapat disimpulkan solusi terkait permasalahan-
permasalahan tersebut di atas adalah implementasi konsep Jogjakarta Incorporated dengan
membentuk sebuah lembaga resmi. Hal ini didasarkan adanya semangat untuk mensinergikan
dan mengintegrasikan koordinasi seluruh pihak terkait dalam satu "komando". Kelembagaan
Jogjakarta Incorporated dapat diawali dengan membentuk sebuah forum yang terdiri dari
representasi seluruh stakeholders (birokrat, pelaku usaha, akademisi). Forum tersebut
ditujukan sebagai starting point untuk mensinergikan langkah dan menyatukan pandangan,
sehingga dapat menumbuhkan "rasa saling memiliki" antar dinas satu daerah dan dinas
antar daerah. Selain itu, ekspektasi adanya manfaat-manfaat yang diharapkan dapat dicapai
melalui pembentukan kelembagaan Jogjakarta Incorporated antara lain:
a. Terjadinya sinergi kebijakan dan koordinasi, sehingga fokus kegiatan untuk mempercepat
pembangunan ekonomi dapat segera terwujud. Sebagai contoh: mendorong terjadinya
pembangunan sektor UMKM melalui perencanaan kluster industri berdasarkan product
based.
b. Sebagai wadah/fasilitas dalam merencanakan pembentukan beberapa event besar yang
memiliki potensi untuk dijadikan sebagai benchmark Provinsi DIY.
Terkait permasalahan yang tidak dapat diselesaikan ditingkat kabupaten dan kota,
diharapkan melalui forum ini pemerintah Provinsi DIY dapat mengambil alih permasalahan
tersebut menjadi kewenangan pemerintah Provinsi. Sebagai contoh: permasalahan pemasaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
21
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
pariwisata di kabupaten Gunung Kidul yang terkendala masalah koordinasi dan dana yang
terbatas, maka rnelalui komunikasi yang terjadi dalam forum ini pemerintah Provinsi dapat
mengambil alih permasalahan tersebut.
Secara konseptual, Jogjakarta Incorporated dibangun sebagai jaringan kerja atau satu
entitas bisnis yang bersifat maya dan berskala besar, di mana aparat birokrasi, akademisi,
pelaku usaha dan masyarakat secara keseluruhan bergabung den bekerjasama dengan
semangat Yogyakarta dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks
tersebut, konsep Jogjakarta Incorporated dianggap sebagai software yang menjadi bagian dari
proses produksi sebuah barang atau jasa dalam masyarakat.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, hasil kesimpulan pada 2 kegiatan observasi
(kuisioner dan FGD) memiliki kesamaan temuan yaitu perlu dibangun kelembagaan Jogjakarta
Incorporated. Berikut merupakan beberapa pokok penjelasan terkait kesimpulan hasil
observasi.
a. Kondisi perekonomian Provinsi DIY dapat dikatakan cenderung stabil, memiliki
pertumbuhan ekonomi yang lamban. Hal ini disebabkan karena fasilitas publik dan
peraturan yang ada memang kurang mendukung percepatan pembangunan ekonomi
DIY.
b. Konsep Jogjakarta Incorporated yang diharapkan oleh responden dan stakeholders secara
keseluruhan adalah lembaga formal pemerintah yang dipimpin oleh unsur pemerintah
dari struktur jabatan yang tertinggi. Dalam hal ini yang dimaksud adalah Gubernur
Provinsi DIY (Sultan HB X). Diharapkan akan terbentuk sinergi dari unsur pemerintah,
akademisi dan entitas bisnis.
c. Membangun Konsep rancang bangun Jogjakarta Incorporated sesuai dengan kebutuhan
stakeholders dan kondisi perekonomian Provinsi DIY. Studi ini menawarkan konsep yang
diadopsi dari gabungan model strategi Incorporated dari Cina, Singapura dan Malaysia,
namun dengan melakukan penyesuaian terhadap beberapa kebijakan.
d. Tiga aspek yang perlu mendapat perhatian khusus dalam rangka membangun
kelembagaan Jogjakarta Incorporated adalah sektor pendidikan, ekonomi dan sistem
administrasi dan pelayanan publik. Tiga aspek tersebut merupakan sektor yang paling
fundamental menentukan keberhasilan pembangunan dan percepatan perekonomian
suatu kawasan, sehingga diperlukan reformasi di tiga sektor tersebut.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
22
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
BOKS
DAMPAK ASEAN CHINA FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN DIY
Pada tahun 2002, para kepala pemerintahan negara-negara ASEAN dan China
menandatangani kesepakatan kerjasama perdagangan antara ASEAN dan China dalam bentuk
Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the ASEAN and
People’s Republic of China. Kesepakatan tersebut menandai dimulainya kerjasama FTA antara
ASEAN dan China yaitu ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Implementasi perjanjian
tersebut adalah diberlakukannya tarif perdagangan hingga 0 persen untuk produk dengan
muatan ASEAN-China sebesar 40 persen pada tahun 2010.
Pemberlakuan ACFTA juga akan berdampak pada perekonomian regional. Bagi Daerah
Istimewa Yogyakarta pemberlakuan ACFTA dikhawatirkan akan semakin memperbesar defisit
perdagangan dengan China apabila produk yang dihasilkan tidak mampu bersaing. Melihat
kondisi perdagangan ekspor impor selama lima tahun terakhir, kekhawatiran tersebut pantas
(layak) dikemukakan. Impor DIY dari China selama lima tahun meningkat cukup pesat dari US$
983ribu pada tahun 2005 menjadi US$ 10.008ribu pada tahun 2009 (naik sebesar 918%). Di
sisi lain, ekspor DIY ke China mengalami penurunan dari US$ 7.788ribu pada tahun 2005
menjadi US$ 4.987ribu (turun sebesar 36%). Selama dua tahun terakhir terjadi defisit
perdagangan DIY-China yang semakin meningkat. Pada tahun 2008 terjadi defisit
perdagangan sebesar US$ -751ribu, pada tahun 2009 defisit perdagangan meningkat menjadi
US$ -5.021ribu.
Dampak ACFTA terhadap Perekonomian di DIY
Menurut persepsi responden, tiga sektor yang terkena dampak paling besar dengan
adanya ACFTA adalah sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran;
dan sektor pertanian. Mulai dari hasil industri pengolahan seperti barang elektronik, makanan
olahan, mainan, peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Buah-buahan impor turut mengancam
produksi pertanian lokal. Harga buah impor lebih murah dibandingkan dengan buah lokal.
Beberapa kelompok barang lainnya masih menunjukkan pertumbuhan ekspor yang
positif. Namun demikian, beberapa kelompok barang tersebut pertumbuhan nilai impornya
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
23
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
lebih besar daripada pertumbuhan ekspor. Pertumbuhan impor kelompok barang tekstil dan
barang dari tekstil cukup fantastis, yaitu sebesar 427 persen. Kelompok barang produk nabati
pertumbuhan impornya sebesar 298 persen, jauh lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekspor
sebesar 18 persen. Pertumbuhan impor kelompok barang produk industri kimia dan industri
sejenis sebesar 298 persen, sementara itu ekspornya justru turun 1 persen. Pertumbuhan
impor kelompok barang kulit dan barang dari kulit juga lebih besar dari pertumbuhan ekspor.
Dampak dari ACFTA dapat terlihat dari peningkatan impor yang cukup fantastif pada
beberapa kelompok barang di DIY. Peningkatan impor yang cukup fantastis tersebut
sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya terjadi pada kelompok barang: 1) tekstil dan
barang dari tekstil, 2) produk nabati, 3) produk industri kimia dan industri sejenis, 4) kulit dan
barang dari kulit, dan 5) berbagai barang hasil pabrik.
Adanya ACFTA juga berdampak pada kesempatan kerja. Hasil survei menunjukkan
bahwa sebagian besar responden (85 persen) meskipun mengalami penurunan kinerja usaha,
tidak melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja.
Berdasarkan hasil survei, ACFTA ternyata berdampak negatif terhadap kinerja UMKM
dan perekonomian di DIY. Namun demikian, masih ada peluang bagi pelaku UMKM untuk
memanfaatkan ACFTA dengan meningkatkan ekspor pada beberapa kelompok barang yang
memiliki keunggulan komparatif dengan China. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
RCA (Revealed Competitive Advantage), ada beberapa kelompok barang DIY yang memiliki
keunggulan komparatif atau daya saing relatif untuk ekspor. Kelompok barang tersebut
adalah: 1) kulit dan barang dari kulit, 2) berbagai barang hasil pabrik, 3) kayu, barang dari
kayu dan barang anyaman, dan 3) tekstil dan barang dari tekstil.
Kesimpulan dan Saran
Meskipun pilihan barang lebih banyak dan harga juga lebih murah, tidak semua
konsumen beralih membeli produk China. Alasan utamanya adalah masalah kualitas yang
tidak sebaik produk buatan Jepang dan Eropa. Rumah tangga yang beralih preferensinya ke
produk buatan China memiliki alasan tersendiri, yaitu karena harga produk China lebih murah.
Barang-barang produk China yang paling banyak diminati adalah barang elektronik.
ASEAN China Free Trade Area berdampak besar pada tiga sektor perekonomian di DIY,
yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor
pertanian. Beberapa pelaku UMKM di sektor-sektor tersebut mengalami penurunan omset dan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
24
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
laba. Akibatnya beberapa pelaku UMKM telah mengurangi jumlah tenaga kerja mereka untuk
melakukan efisiensi produksi. Impor komoditas beberapa kelompok barang selama enam
bulan terakhir juga cukup tinggi. Pertumbuhan impor lebih besar daripada pertumbuhan
ekspor. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan guna meningkatkan daya saing
pelaku UMKM di DIY. Peningkatan daya saing dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
produktivitas usaha melalui pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan teknologi industri. Tanpa adanya dukungan yang kuat dari
pemerintah, maka pelaku UMKM di DIY bisa kalah bersaing dengan pelaku usaha dari luar
negeri. Banjir impor barang murah dari negara-negara lain akan semakin banyak. Sosialisasi
terus menerus dari pemerintah dan bantuan fasilitasi peningkatan daya saing bagi UMKM
sangat dibutuhkan untuk memperkuat daya saing dan daya tahan pelaku UMKM di DIY.
Terkait dengan masih kurangnya peran pemerintah dalam membantu UMKM, ada
beberapa harapan yang dikemukakan untuk membantu mereka. Harapan terhadap
pemerintah pusat adalah:
1) mengeluarkan regulasi kebijakan perdagangan luar negeri yang berpihak pada UMKM di
Indonesia,
2) memperluas kesempatan kerja,
3) meningkatkan akses permodalan pada UMKM,
4) meningkatkan daya saing produk lokal.
Harapan responden UMKM terhadap pemerintah daerah:
1) fasilitasi peningkatan ekspor, melalui: pelatihan, promosi dan pameran,
2) membatasi impor,
3) meningkatkan akses permodalan,
4) mempermudah perijinan usaha,
5) memberikan motivasi usaha dan menyediakan fasilitas pendukung,
6) menjadi jembatan antara kepentingan UMKM dengan pemerintah pusat.
Harapan terhadap Bank Indonesia:
1) mendorong terwujudnya pinjaman murah: bunga rendah, tanpa agunan, jangka waktu
lama,
2) menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,
3) menjaga stabilitas harga,
4) berperan aktif dalam membantu UMKM.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
25
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
BOKS :
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Pemulihan perekonomian dunia menyebabkan kinerja perdagangan internasional
Provinsi DIY tahun 2010 meningkat. Nilai Ekspor DIY mengalami pertumbuhan 29,01%,
sementara nilai impor turun 1,56%. Komoditas ekspor utama DIY masih didominasi oleh
Pakaian Jadi Tekstil dan Mebel Kayu. Sedangkan komoditas Sarung Tangan Kulit mencatat
pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 416,70%. Amerika Serikat, Jerman dan Korea
Selatan menjadi negara tujuan ekspor utama produk asal DIY, tetapi untuk pasar India
mengalami peningkatan nilai ekspor yang cukup tinggi, yaitu 87,80%.
Ekspor
Nilai ekspor DIY pada tahun 2010 mencapai US$140,23 juta, naik 29,01%. Adapun
faktor yang mempengaruhi peningkatan ekspor adalah membaiknya permintaan dari negara-
negara tujuan ekspor utama sejalan dengan membaiknya perekonomian global. Nilai ekspor
DIY cenderung meningkat sepanjang tahun 2007-2010, hanya sedikit terganggu pada tahun
2009 sebagai akibat krisis finansial global.
2006 2007Nilai Nilai Nilai Pangsa1 Ptumbh1 Nilai Pangsa1 Ptumbh1
1 Pakaian jadi tekstil 44.232.793,26 34.406.155,71 33.897.190,31 26,02 -1,5 27.701.953,52 25,49 -18,32 Mebel kayu 32.305.402,96 26.104.335,55 24.279.099,04 18,64 -7,0 18.674.156,87 17,18 -23,13 Sarung tangan kulit (STK) 13.408.719,08 10.559.755,51 16.931.101,56 13,00 60,3 3.336.904,60 3,07 -80,34 Kulit disamak 4.880.096,20 7.116.242,02 6.685.294,17 5,13 -6,1 11.352.703,17 10,44 69,85 Kerajinan kayu 5.611.902,27 4.847.772,26 5.142.996,57 3,95 6,1 4.963.776,56 4,57 -3,56 Sarung tangan kulit sintesis 1.923.466,10 6.686.524,09 6.944.388,25 5,33 3,9 9.181.744,87 8,45 32,27 Kerajinan kertas 3.604.404,13 4.553.663,52 4.204.055,62 3,23 -7,7 3.468.502,70 3,19 -17,58 Kerajinan batu 2.604.484,95 3.136.738,74 3.473.871,16 2,67 10,7 3.741.900,01 3,44 7,79 Minyak atsiri daun cengkeh 2.037.273,50 3.580.520,36 2.641.254,72 2,03 -26,2 2.895.908,22 2,66 9,6
10 STK kombinasi poliurethan 318.335,25 628.502,56 2.704.822,41 2,08 330,4 2.854.128,42 2,63 5,511 Teh hijau/hitam 476.374,10 1.046.757,80 1.749.745,75 1,34 67,2 2.630.349,00 2,42 50,312 Komoditas Lainnya 27.069.290,08 22.894.522,30 21.598.612,98 16,58 -5,7 17.826.436,93 16,40 -17,5
138.472.541,88 125.561.490,42 130.252.432,54 100,00 3,7 108.695.754,99 100,00 -16,5
Nilai Ekspor Menurut KomoditasNilai : US$
Total
No Komoditas2008
Keterangan
1) %
Sumber: Disperindagkop Prop. DIY-Sie Fasilitasi Ekspor&Impor, tahun 2009, data diolah
2009
Komoditas dengan nilai ekspor tertinggi adalah Pakaian jadi tekstil sebesar US$42,16
juta dengan pangsa 30,07% dari total ekspor DIY. Disusul Mebel Kayu sebesar nilai US$18,19
juta dengan pangsa 12,97% dan Sarung Tangan Kulit sebesar US$17,24 juta dengan pangsa
12,30%. Pemulihan ekonomi dinegara-negara maju menjadi faktor utama peningkatan ekspor
karena peningkatan permintaan.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
26
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
2006 2007Nilai Nilai Nilai Pangsa1 Ptumbh1 Nilai Pangsa1 Ptumbh1
1 Amerika Serikat 69.474.082,72 55.289.770,20 54.711.551,41 42,00 -1,05 38.075.905,35 35,03 -30,412 Perancis 8.014.165,04 7.435.180,88 7.957.058,78 6,11 7,02 5.910.539,77 5,44 -25,723 Jepang 6.238.748,49 6.068.109,83 7.098.657,28 5,45 16,98 7.036.849,89 6,47 -0,874 Spanyol 6.102.252,43 5.223.496,91 3.575.751,80 2,75 -31,54 3.461.445,59 3,18 -3,205 Italia 5.173.880,22 5.205.484,78 3.255.825,16 2,50 -37,45 2.486.300,32 2,29 -23,646 Inggris 4.528.785,30 3.817.376,80 5.207.363,77 4,00 36,41 3.572.057,19 3,29 -31,407 Belanda 4.455.955,54 3.540.362,43 3.108.870,68 2,39 -12,19 3.312.880,93 3,05 6,568 Australia 3.216.156,22 4.600.620,30 4.326.274,76 3,32 -5,96 3.069.995,11 2,82 -29,049 Jerman 4.301.255,69 2.837.671,17 4.439.544,57 3,41 56,45 8.629.330,64 7,94 94,37
10 Korea Selatan 762.940,68 2.414.118,80 8.202.504,43 6,30 239,77 7.337.402,62 6,75 -10,5511 Belgia 2.002.199,32 2.469.783,77 4.087.583,33 3,14 65,50 3.282.185,90 3,02 -19,7012 India 496.068,13 460.286,21 1.073.730,08 0,82 133,27 2.233.784,95 2,06 108,0413 Negara Lainnya 23.706.052,10 26.199.228,34 23.207.716,49 17,82 -11,42 20.287.076,73 18,66 -12,58
138.472.541,88 125.561.490,42 130.252.432,54 100,00 3,74 108.695.754,99 100,00 -16,55
Nilai Ekspor Menurut Negara TujuanNilai : US$
Keterangan
1) %
Sumber: Disperindagkop Prop. DIY-Sie Fasilitasi Ekspor&Impor, tahun 2009, data diolah
No Negara Tujuan2008 2009
Total
Berdasarkan Negara Tujuan, Amerika masih menempati peringkat tertinggi dengan
pangsa 33,68% dari dari total ekspor atau senilai US$47,23 juta. Disusul Jerman dan Korea
Selatan masing-masing senilai US$15,86 juta dan US$10,67 juta. Peningkatan ekspor terbesar
pada India yang mengalami kenaikan 87,80%. Hal ini menunjukkan bahwa langkah para
eksportir DIY untuk mengembangkan pasar ekspor ke beberapa negara tujuan lain selain
Amerika Serikat sudah mulai menampakkan hasil. Walaupun secara umum terjadi peningkatan
nilai ekspor, tetapi terdapat beberapa negara tujuan ekspor dari DIY yang mengalami
penurunan, diantaranya adalah Australia, Perancis, dan Belgia.
2006 2007Nilai Nilai Nilai Pangsa1 Ptumbh1 Nilai Pangsa1 Ptumbh1
1 Sukarno Hatta 14.805.975,61 12.134.338,84 15.297.664,90 11,74 26,07 14.688.518,87 13,51 -3,982 Adisutjipto 3.024.372,37 3.208.810,37 3.581.887,40 2,75 11,63 2.977.260,76 2,74 -16,883 Tanjung Emas 93.625.023,44 80.854.921,83 69.534.106,24 53,38 -14,00 60.848.748,53 55,98 -12,494 Tanjung Priok 21.530.928,41 23.500.080,88 31.655.144,55 24,30 34,70 22.132.751,82 20,36 -30,085 Tanjung Perak 3.128.032,74 3.796.466,36 7.731.070,04 5,94 103,64 5.368.467,70 4,94 -30,566 Ngurah Rai 55.011,35 154.168,89 48.161,36 0,04 -68,76 2.455,71 0,00 -94,907 Juanda 2.176.807,19 1.833.683,83 2.188.072,15 1,68 19,33 2.175.360,07 2,00 -0,588 Adisumarmo 50.526,20 6.249,16 0,00 0,00 -100,00 4.813,00 0,00 N/A9 Tanjung Pinang 0,00 0,00 3.996,00 0,00 N/A 0,00 0,00 -100,0010 Halim Perdanksma 15.404,30 5.959,49 186.943,48 0,14 3.036,90 481.835,31 0,44 157,7411 Kantor Pos Yk. 48.897,17 14.074,33 25.386,42 0,02 80,37 11.394,32 0,01 -55,1212 Benoa 11.563,10 52.736,44 0,00 0,00 -100,00 0,00 0,00 0,0013 A. Yani 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4.148,90 0,00 N/A Jumlah 138.472.541,88 125.561.490,42 130.252.432,54 100,00 3,74 108.695.754,99 100,00 -16,55 Keterangan
1) %
Sumber: Disperindagkop Prop. DIY-Sie Fasilitasi Ekspor&Impor, tahun 2008, data diolah
No
Nilai : US$Nilai Ekspor Menurut Pelabuhan Muat
Pelabuhan Muat2008 2009
Pada tahun Laporan nilai Ekspor pengiriman ekspor terbesar dari Provinsi DIY dilakukan
melalui pelabuhan Tanjung Emas Semarang dengan nilai sebesar US$78,30 juta atau 55,84%
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
27
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
dari seluruh total ekspor DIY. Alternatif pengiriman ekspor DIY juga dilakukan melalui
Pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Soekarno Hatta dengan pangsa masing-masing sebesar
17,38% dan 16,78%.
Impor Perkembangan impor DIY pada tahun laporan mengalami penurunan 1,56%, atau mencapai
US$25,95 juta. Faktor yang mempengaruhi antara lain adalah masih tersedianya stok bahan
baku. Berdasarkan jenis barang yang diimpor, baik di sisi nilai maupun volumenya masih
didominasi oleh impor bahan baku. Komoditas dengan impor terbesar baik dari sisi nilai
maupun volume adalah Tekstil, dengan pangsa 61,68% dan tumbuh 29,73%. Hal ini
disebabkan karena produk yang berbahan baku komoditas tersebut sebagian besar
merupakan order dari luar negeri yang pembelinya pada umumnya memiliki kekuatan untuk
menentukan bahan bakunya. Sementara itu, dua komoditas impor utama DIY yaitu bahan
baku susu dan mesin pertanian masing-masing mengalami penurunan sebesar 79,54% dan
74,56%.
2006 2007Nilai Nilai Nilai Pangsa1 Ptumbh1 Nilai Pangsa1 Ptumbh1
1 Bahan Baku Susu 38.953.112,01 3.654.721,50 10.020.457,42 19,76 174,18 5.849.490,49 22,19 -41,622 Mesin 6.928.263,65 23.508.217,82 15.773.053,55 31,11 -32,90 1.854.013,60 7,03 -88,253 Tekstil 7.310.754,75 4.575.210,67 9.703.474,02 19,14 112,09 12.336.305,19 46,80 27,134 Kapas 3.857.427,06 3.726.979,53 3.086.611,08 6,09 -17,18 1.491.146,87 5,66 -51,695 Kulit Disamak - 1.470.147,19 2.125.299,01 4,19 44,56 2.385.010,35 9,05 12,226 Label 6.392,05 239.380,37 11.671,30 0,02 -95,12 1.073.396,64 4,07 9.096,897 Komoditas Lainnya 2.473.492,15 5.448.571,67 9.988.006,20 19,70 83,31 1.369.189,30 5,19 -86,29
59.529.441,67 42.623.228,75 50.708.572,58 100,00 18,97 26.358.552,44 100,00 -48,02
Nilai Impor Menurut KomoditasNilai : US$
2008 2009
Keterangan
1) %
Sumber: Disperindagkop Prop. DIY-Sie Fasilitasi Ekspor&Impor, tahun 2009, data diolah
No Komoditas
Total
Berdasarkan negara asal, pangsa terbesar impor DIY pada periode laporan berasal dari
RRC dengan pangsa 28,10%. Diikuti impor dari Korea Selatan 22,44% dan Taiwan 13,57%.
2006 2007Nilai Nilai Nilai Pangsa1 Ptumbh1 Nilai Pangsa1 Ptumbh1
1 RRC 8.579.437,63 25.779.380,47 6.535.669,51 12,89 -74,65 6.540.650,81 24,81 0,082 New Zealand 17.724.970,95 3.598.253,50 9.353.404,48 18,45 159,94 5.765.490,48 21,87 -38,363 Korea Selatan 3.290.487,46 3.889.384,08 4.178.562,61 8,24 7,44 5.789.215,34 21,96 38,554 Taiwan 2.449.872,82 2.458.802,69 1.207.633,31 2,38 -50,89 1.779.519,36 6,75 47,365 Hongkong 1.128.669,13 907.549,38 1.530.023,57 3,02 68,59 2.099.065,17 7,96 37,196 Negara Lainnya 7.631.032,73 5.989.858,63 27.903.279,10 55,03 365,84 4.384.611,28 16,63 -84,29
58.529.441,67 42.623.228,75 50.708.572,58 100,00 18,97 26.358.552,44 100,00 -48,02 Keterangan 1) % Sumber: Disperindagkop Prop. DIY-Sie Fasilitasi Ekspor&Impor, tahun 2009, data diolah
Total
No Negara Asal
Nilai Impor Menurut Negara AsalNilai : US$
2008 2009
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
28
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
BOKS :
Perkembangan Investasi di DIY
Iklim investasi sepanjang tahun 2010 menunjukkan tingkat pertumbuhan yang relatif
stabil dari tahun sebelumnya. Kegiatan penanaman modal masih terpusat di wilayah Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Namun, saat ini perencanaan peluang investasi mulai
dikembangkan ke daerah Kulonprogo dan Gunungkidul meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat.
Penanaman Modal Dalam Negeri
Persentase Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di tahun 2010 mengalami
peningkatan 0,66%, yaitu dari Rp1.872 miliar di tahun 2009 menjadi Rp1.885 miliar.
Sementara itu, pada periode waktu yang sama rencana PMDN yang disetujui pemerintah naik
2,80% menjadi 2.599 miliar. Peningkatan dalam rencana dan realisasi PMDN di tahun 2010
menandakan kondisi perekonomian DIY masih prospektif dan peluang investasi masih terbuka.
Sektor industri masih menjadi sektor yang paling diminati oleh investor untuk
menanamkan modal dengan pangsa 47,13%. Industri yang paling diminati adalah industri
tekstil. Peringkat berikutnya adalah sektor perhotelan sebesar 34,15%, dan sektor jasa lainnya
sebesar 15,37%
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
a. Pertanian 57.224 26.423 57.224 26.423 57.224 26.423 57.224 26.423 b. Kehutanan 0 0 0 0 0 0 0 c. Perikanan 1.500 400 1.500 400 1.500 400 1.500 400
2 Pertambangan 750 750 750 750 750 750 750 7503 Industri
a. Makanan 114.900 72.747 114.900 72.747 114.900 72.747 114.900 72.747 b. Tekstil 341.661 630.931 341.661 630.931 341.661 630.931 341.661 642.641 c. Kayu 0 0 0 0 0 0 0 0 d. Kertas 218 444 218 444 218 444 218 444 e. Kimia dan Farmasi 32.042 232 32.042 232 32.042 232 32.042 232 f. Mineral bukan logam 0 0 0 0 0 0 0 0 g. Logam dasar 2.832 1.548 2.832 1.548 2.832 1.548 2.832 1.548 h. Barang barang logam 17.828 14.279 17.828 14.279 17.828 14.279 17.828 14.279 i. Lain-lain 357.768 111.502 416.414 114.765 416.414 171.365 476.914 156.430
4 Konstruksi 13.000 0 13.000 0 13.000 0 13.000 05 Perhotelan 609.256 643.773 609.256 643.773 609.256 643.773 609.256 643.7736 Pengangkutan 42.529 34.630 42.529 36.260 42.529 36.260 42.529 35.5307 Perumahan dan Perkantoran 0 0 0 0 0 0 0 08 Jasa lainnya 867.100 263.876 868.300 263.876 877.788 273.364 888.178 289.730
2.458.608 1.801.535 2.518.454 1.806.428 2.527.941 1.872.516 2.598.831 1.884.927
Rencana dan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri secara KumulatifMenurut Sektor Ekonomi
Juta Rp
No Sektor2007 2008 20102009
Total Keterangan:
1. Perhitungan investasi dimulai tahun 1967/1968
Tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya, pusat persebaran wilayah PMDN tahun
2010 terdapat di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman sebagai pusat persebaran PMDN.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
29
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Rencana PMDN yang disetujui terbesar dimiliki oleh Kota Yogyakarta sebesar Rp1.181 miliar,
diikuti dengan Kabupaten Sleman dengan rencana investasi yang disetujui sebesar Rp922
miliar. Sementara itu, realisasi PMDN terbesar pada tahun 2010 terdapat di Kabupaten Sleman
sebesar Rp962 miliar dan diikuti Kota Yogyakarta dengan realisasi sebesar 756 miliar.
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi1 Bantul 112.751 86.952 112.751 86.952 112.751 86.952 173.251 96.952 2 Sleman 921.809 921.971 921.809 926.863 921.809 936.155 921.809 962.340 3 Gunung kidul 58.379 19.586 58.379 19.586 67.867 29.074 67.867 35.440 4 Kulonprogo 255.112 28.559 255.112 28.559 255.112 28.559 255.112 34.018 5 Yogyakarta 1.110.556 744.466 1.170.402 744.466 1.170.402 744.466 1.180.791 756.176
2.458.607 1.801.534 2.518.453 1.806.426 2.527.941 1.825.206 2.598.830 1.884.926 Total Keterangan :
1 US$ = Rp.9.000,-
Perhitungan investasi dimulai tahun 1967/1968
Rencana dan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri Secara Kumulatif
Juta Rp
No Kabupaten/Kota 2007 2008 20102009
Menurut Kabupaten/Kota
Penanaman Modal Asing
Realisasi PMA tahun 2009 meningkat sebesar 8,49%, yaitu dari Rp2.485 miliar di
tahun 2009 menjadi Rp2.696 miliar. Namun, rencana investasi PMA yang disetujui oleh
pemerintah mengalami tumbuh negatif 1,3% menjadi Rp3.787 miliar.
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
a. Pertanian 18.900 10.805 32.142 10.805 120.171 26.178 106.929 35.178 b. Kehutanan 1.800 0 1.800 0 1.800 0 1.800 0 c. Perikanan 100.898 16.048 100.898 16.048 12.869 675 12.869 675
2 Pertambangan 13.050 0 13.050 0 13.050 0 13.050 03 Industri
a. Makanan 19.146 19.146 19.146 19.146 19.821 19.146 25.896 19.145 b. Tekstil 75.278 32.734 104.123 68.059 104.123 68.059 104.123 111.947 c. Kayu 0 0 0 0 0 0 0 0 d. Kertas 0 0 0 0 0 0 0 0 e. Kimia dan Farmasi 0 0 11.292 0 11.292 11.292 11.292 23.291 f. Mineral bukan logam 0 0 0 0 0 0 0 0 g. Logam dasar 24.571 9.715 24.571 9.715 24.571 9.715 24.571 9.715 h. Barang barang logam 2.070 0 2.070 0 2.070 0 2.070 0 i. Lain-lain 674.663 281.855 754.988 287.565 758.588 291.696 775.103 311.506
4 Konstruksi 0 0 0 0 0 0 0 05 Perhotelan 702.024 521.370 699.913 542.638 726.013 601.438 728.713 605.4246 Pengangkutan 5.700 1.792 5.700 1.404 7.480 1.404 7.480 3.1877 Perumahan dan Perkantoran 0 0 0 0 0 0 0 08 Jasa lainnya 2.052.123 1.384.701 1.969.677 1.460.082 2.035.800 1.455.494 1.973.439 1.575.978
3.690.223 2.278.166 3.739.370 2.415.462 3.837.648 2.485.097 3.787.335 2.696.046
Perhitungan investasi dimulai tahun 1967/1968
2010
Rencana dan Realisasi Penanaman Modal Asing Secara Kumulatif
2009
Total Keterangan:
1 US$ = Rp. 9.000,-
yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor Ekonomi di DIYJuta Rp
No Sektor2007 2008
Sektor jasa lainnya menempati peringkat tertinggi dalam realisasi PMA, yaitu sebesar
Rp1.576 miliar atau 58,46% dari total realisasi. Sektor perhotelan menduduki peringkat
selanjutnya sebesar Rp605 miliar (22,46%), diikuti oleh sektor industri sebesar Rp476 miliar
(11,55%), sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar Rp36 miliar, serta sektor
pengangkutan sebesar Rp3 miliar.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
30
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
Rencana PMA terbesar terdapat di Kota Yogyakarta sebesar Rp1.732 miliar diikuti
dengan Kabupaten Sleman sebesar Rp1.687 miliar. Sedangkan realisasi PMA terbesar
dilaksanakan oleh Kota Yogyakarta dengan nilai realisasi sebesar Rp1.381 miliar dan realisasi
terbesar kedua dimiliki oleh Kabupaten Sleman, yaitu realisasi sebesar Rp1.093 miliar. Realisasi
PMA selanjutnya dimiliki oleh Bantul sebesar Rp147 miliar, Gunungkidul sebesar Rp71 miliar,
dan Kulonprogo dengan realisasi terendah sebesar Rp3 miliar.
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi1 Bantul 123.077 77.953 141.752 96.909 143.102 98.709 149.177 147.198 2 Sleman 1.645.667 825.955 1.689.474 921.767 1.700.224 980.567 1.686.982 1.093.328 3 Gunung kidul 146.593 57.937 131.065 57.937 139.577 59.741 150.376 71.739 4 Kulonprogo 62.291 - 62.291 1.260 69.291 2.241 69.291 2.916 5 Yogyakarta 1.705.594 1.316.322 1.707.787 1.337.589 1.785.453 1.343.839 1.731.507 1.380.863
3.683.222 2.278.167 3.732.369 2.415.462 3.837.647 2.485.097 3.787.333 2.696.044 Total Keterangan :
1 US$ = Rp.9.000,-
Perhitungan investasi dimulai tahun 1967/1968
yang Disetujui Pemerintah Menurut Dati II di DIYJuta Rp
No Kabupaten/Kota2007 2008 2010
Rencana dan Realisasi Penanaman Modal Asing Secara Kumulatif
2009
Potensi dan Peluang Investasi
Sebagai salah satu tujuan utama wisatawan domestik maupun asing, pemerintah DIY
berusaha mengembangkan sarana dan prasarana yang mendukung pariwisata. Mulai tahun
2009, perencanaan peluang investasi mulai dikembangkan ke daerah selain Kota Yogyakarta
dan Kabupaten Sleman. Penyebaran perencanaan investasi di Kulonprogo dan Gunungkidul
dimaksudkan untuk memeratakan distribusi pekerjaan dan pendapatan masyarakat setempat.
Pembangunan objek pariwisata di Kabupaten Gunungkidul lebih memanfaatkan potensi alam
berupa kawasan pesisir pantai dan hutan, sehingga peluang investasi oleh pemerintah dan
swasta dapat dicapai. Kabupaten Kulonprogo diharapkan dapat dijadikan sebagai daerah yang
memiliki peluang investasi para investor karena masih banyak objek yang belum dikelola dan
memiliki berpotensi di beberapa sektor ekonomi.
Pengembangan infrastruktur merupakan kekuatan utama pertumbuhan
perekonomian. Usaha peningkatan dan pengembangan fasilitas-fasilitas fisik ini dilakukan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata di setiap wilayah di Yogyakarta.
Pembangunan sarana fisik seperti Pelabuhan Tanjung Adikarto yang dilengkapi dengan
tempat pelelangan ikan (TPI), shelter nelayan, pabrik es, docking dan tempat perbaikan kapal
serta pemecah ombak untuk memudahkan kapal bersandar. Untuk meningkatkan pelayanan
kepada wisatawan, pada tahun 2010 telah dilakukan pembangunan beberapa hotel baru
sehingga jumlah kamar mengalami peningkatan yang diperkirakan mencapai 1.000-1.500
kamar. Hal ini juga didukung oleh pengembangan beberapa kawasan wisata baru. Disamping
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
31
Bab 1 - Perkembangan Makro Ekonomi
itu, terdapat beberapa proyek besar yang masih akan dilaksanakan antara lain pembangkit
listrik, pembangunan bandara, pelabuhan serta unsur penunjang lainnya, seperti jalur jalan
lingkar selatan (JJLS), pembangunan cold storage, jaringan kereta api (KA), industri
penambangan dan pengolahan pasir besi, serta Markas Komando Angkatan Laut (Markamal).
Seiring rencana pembangunan prasarana fisik, ketersediaan lapangan pekerjaan akan
meningkatkan taraf ekonomi masyarakat lokal.
Yogyakarta Sleman Bantul Gunungkidul Kulonprogo
Pariwisata - Pembangunan Kawasan Malioboro - Taman Air - Pengembangan Pantai - Taman Hutan Bunder - Pengembangan Area Peristirahatan- Pasar Terban - Taman Gunung Merapi Samas - Pengembangan Pantai - Wisata Pantai- Pasar Kerajinan dan Seni - Stadion Internasional - Depok Aerosport Base Sepanjang - Pengembangan Pantai Trisik (Xter Square) Maguwoharjo - Pengembangan Kawasan - Hunian Turis Eksklusif - Pengembangan Pantai Glagah- Sportainment Wisata Pantai - Pengembangan Kawasan Wisata
Clereng- Pengembangan Kawasan Wisata Waduk Sermo- Pengembangan Kawasan Wisata Puncak Suroloyo- Pengembangan Kawasan Wisata Ancol- Pengembangan Kawasan Wisata Sendangsari- Pengembangan Kawasan Wisata Gua Kiskendo
Telekomunikasi - Teknologi Informasi
Infrastruktur - Pembangunan Kawasan Bisnis - Pengembangan Pelabuhan - Pelabuhan Perikanan Glagah- Pengembangan Bandara Adisutjipto - Pembangunan Terminal Tipe A- Pembangunan Transportasi Massal - Sentolo Dry Port- Jalan Tol Yogyakarta-Bawen - Pelabuhan Tanjung Adikarto- Urban Mass Transportation - Pembangunan Bandara Internasional
Industri - Industri Perhiasan - Industri Suku Cadang dan - Kawasan Industri Piyungan - Pemrosesan Batu Andesite Perakitan Sepeda Motor - Industri Perhiasan - Industri Marmer
- Industri Pengepakan - Industri Pengepakan - Kawasan Industri Sentolo- Industri Garmen - Industri Garmen - Industri Pengolahan Obat Herbal- Industri Furniture - Industri Furniture
- Industri Gula
Pertanian - Pengembangan - Pabrik Pupuk Organik - Pertanian Bio Fuel - Pemuliaan Kambing Ettawa Chrysanthemum - Pertanian Ubi Kayu - Pemuliaan dan Penggemukan Sapi
- Penggemukan Sapi - Pemuliaan dan - Industri Kelapa Terintegrasi Penggemukan Sapi - Pengembangan Pelabuhan Perikanan
- Penanaman Hijauan - Tambak Udang/Ikan Bandeng Makanan Ternak
- Pengembangan KawasanMinapolitan Ponjong
- Pengembangan Kebun Buah Nglanggeran
Pertambangan - Pertambangan Pasir Besi
Energi - Pembangkit Listrik
Sumber : BKPM Provinsi DIY
Peluang Investasi Beberapa Proyek/Komoditas Potensial
SektorKabupaten/Kota
Sektor perdagangan merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar bagi
perekonomian DIY. Pengembangan sektor perdagangan yang difokuskan di wilayah
Kulonprogo ini tidak lepas dari tujuan untuk mempertahankan stabilitas perdagangan pasar
domestik dan meningkatkan daya beli terhadap produk lokal. Produk-produk yang memiliki
prospek baik untuk dijadikan komoditi adalah produk garmen dan furnitur yang memiliki nilai
seni dan kreativitas tinggi. Perencanaan peningkatan produksi garmen dan furniture diiringi
oleh pendirian pusat perdagangan guna mendukung kelancaran transaksi perdagangan.
4
Halaman ini sengaja dikosongkan
33
Bab 2 Perkembangan Inflasi
Inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada tahun 2010 mencapai 7,38% yoy, meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya 2,93%, dan lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar
6,33% yoy. Tingginya laju inflasi tersebut terutama disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
meningkatnya tekanan dari sisi penawaran terutama untuk komoditas volatile, kenaikan
beberapa administered price (TDL dan biaya perpanjangan STNK), kenaikan upah buruh
bangunan bukan mandor, dan juga imported inflation sejalan dengan kenaikan harga pada
beberapa komoditas di pasar internasional. Produksi untuk komoditas volatile yang secara
nasional terganggu menyebabkan pasokan barang, terutama pada kelompok bahan makanan
agak tertekan. Khusus di kota Yogyakarta, kondisi diperparah oleh erupsi Merapi pada
triwulan IV-2010 yang mengakibatkan terganggunya produksi komoditas holtikultura di
sekitar wilayah Gunung Merapi.
Inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada tahun 2010 mencapai 7,38% yoy, meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya 2,93%, dan lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar
6,33% yoy. Tingginya laju inflasi tersebut terutama disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
meningkatnya tekanan dari sisi penawaran terutama untuk komoditas volatile, kenaikan
beberapa administered price (TDL dan biaya perpanjangan STNK), kenaikan upah buruh
bangunan bukan mandor, dan juga imported inflation sejalan dengan kenaikan harga pada
beberapa komoditas di pasar internasional. Produksi untuk komoditas volatile yang secara
nasional terganggu menyebabkan pasokan barang, terutama pada kelompok bahan makanan
agak tertekan. Khusus di kota Yogyakarta, kondisi diperparah oleh erupsi Merapi pada
triwulan IV-2010 yang mengakibatkan terganggunya produksi komoditas holtikultura di
sekitar wilayah Gunung Merapi.
INFLASI TAHUNAN
Dibandingkan dengan ibu kota propinsi lain di pulau Jawa, Laju inflasi tahunan Kota
Yogyakarta tahun 2010 merupakan yang tertinggi. Selain Kota Yogyakarta, pada tahun 2010
di pulau Jawa terdapat 2 ibu kota provinsi yang juga mengalami lanju inflasi di atas 7% yaitu
Surabaya (7,33%) dan Semarang (7,10%). Kondisi ini mirip dengan kondisi tahun 2007
dimana pada waktu itu Yogyakarta mengalami laju inflasi tahunan sebesar 7,99% yoy
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
34
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
sementara ibu kota propinsi lain di pulau Jawa laju inflasi tahunannya kurang dari 7,00%.
Perbedaanya, jika pada tahun 2007 laju inflasi terjadi hampir pada semua kelompok bareng
dikarenakan tingginya permintaan barang-barang konsumsi untuk keperluan rehabilitasi pasca
gempa tahun 2006, maka pada tahun 2010 laju inflasi didominasi oleh Kelompok Bahan
Makanan sebagai akibat dari terganggunya produksi. Selanjutnya diikuti oleh kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar; dan kelompok makanan Jadi, Minuman, Rokok
dan Tembakau.
-
2
4
6
8
10
12
14
2007 2008 2010
Jakarta Surabaya Semarang Serang Bandung Yogyakarta
%
Grafik 2.1 Inflasi Ibukota Provinsi di Pulau Jawa
Sumber: BPS DIY, diolah
Laju inflasi tahunan Kota Yogyakarta sebesar 7,38% terutama berasal dari Kelompok
Bahan Makanan yang mengalami kenaikan harga sebesar 18,8% yoy dan memberikan andil
terhadap inflasi sebesar 3,8%, sementara pada kelompok lainnya sebagian besar mengalami
laju inflasi kurang dari 6,0% yoy. Penyumbang andil inflasi terbesar selanjutnya berasal dari
kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar yaitu sebesar 2,13%, walaupun laju
inflasi tahunannya hanya sebesar 5,5% namun nilai konsumsi (bobot) kelompok ini dalam
perhitungan inflasi Kota Yogyakarta mencapai 28,0%, jauh di atas bobot kelompok bahan
makanan (17,7%). Kelompok lainnya yang juga mengalami laju inflasi cukup tinggi adalah
Kelompok makanan jadi, Minuman, rokok dan Tembakau yang mengalami inflasi 5,57%yoy
dan memberikan andil 1,15%.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
35
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
%
Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil
1 Bahan Makanan 15,61 2,80 13,31 2,50 14,87 2,93 3,91 0,80 18,86 3,89
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 13,84 2,75 7,33 1,50 9,40 1,91 7,50 1,50 5,47 1,15
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 6,68 1,67 6,18 1,49 13,60 3,22 1,40 0,34 5,49 2,13
4 Sandang 8,04 0,42 9,33 0,48 8,36 0,44 5,81 0,30 5,41 0,29
5 Kesehatan 16,09 1,00 4,36 0,29 8,23 0,52 1,86 0,12 1,97 0,12
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 15,36 1,52 12,58 1,30 5,77 0,62 2,26 0,23 4,25 0,43
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1,50 0,24 2,99 0,44 2,97 0,41 (1,23) (0,16) 5,57 0,71
10,41 10,41 7,99 7,99 9,88 9,88 2,93 2,93 7,38 7,38
6,60 6,59 11,68 2,78 6,96 Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
Inflasi Nasional
Inflasi Kota Yogyakarta
Tabel 2.1Inflasi Tahunan
No Kelompok2006 2007 2008 20102009
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2005 2006 2007 2008 2009 2010
mtm (%) yoy (%) ytd (%)
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.2 Inflasi Kota Yogyakarta
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Kota Yogyakarta (yoy) Nasional (yoy)
Sumber : BPS DIY
Grafik 2.3 Inflasi Kota Yogyakarta & Nasional
Inflasi tahunan pada Kelompok Bahan Makanan mulai menunjukkan akselerasinya
sejak bulan April 2010. Jika pada bulan Mei 2009 hingga bulan Maret 2010, laju inflasi
tahunan Kelompok Bahan Makanan ini selalu kurang dari 5% yoy. Memasuki bulan April
2010, laju inflasi tahunan Kelompok Bahan Makanan naik menjadi 6,96%yoy, berlanjut pada
bulan berikutnya menjadi 7,39%yoy dan memasuki bulan Juni hingga Desember 2010 laju
inflasi tahunan Kelompok Bahan Makanan selalu berada di atas 10%yoy. Peningkatan
tersebut terutama dipicu oleh kenaikan harga pada kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-
sayuran, walaupun pada dasarnya hampir sebagian besar komoditas pada kelompok bahan
makanan, termasuk beras mengalami kenaikan.
Dari 11 subkelompok yang terdapat pada Kelompok Bahan Makanan, subkelompok
Sayur-sayuran dan Subkelompok Bumbu-bumbuan inflasinya paling tinggi. Setelah sempat
mengalami deflasi pada Bulan Desember 2009 dan Januari 2010, Subkelompok Sayur-sayuran
mulai mengalami kenaikan harga pada bulan April hingga Desember 2010 dengan rata-rata
laju inflasi tahunan sebesar 31,6%yoy. Sementara itu, pada Subkelompok Bumbu-bumbuan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
36
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
pada periode yang sama dan puncaknya pada bulan Juli 2010 mengalami inflasi 85,8%.
Selama periode April hingga Desember 2010 rata-rata laju inflasi tahunan subkelompok
Bumbu-bumbuan mencapai 53,6%yoy.
0
5
10
15
20
25
30
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
0506 2007 2008 2009 2010
%, yoy
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan dan Makanan jadi (yoy)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
0506 2007 2008 2009 2010
%, yoy
Perumahan Sandang
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Perumahan dan Sandang (yoy)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
0506 2007 2008 2009 2010
%, yoy
Kesehatan Pendidikan
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Kesehatan dan Pendidikan (yoy)
‐10
‐5
0
5
10
15
20
25
30
35
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
0506 2007 2008 2009 2010
%, yoy
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Transportasi (yoy)
‐40
‐20
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Sayur‐sayuran Bumbu‐bumbuan
(%, yoy)
Sumber: BPS DIY Diolah
Grafik 2.8 Laju Inflasi Subkelompok Sayur-sayurandan Bumbu-bumbuan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
37
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Pada Subkelompok Sayur-sayuran komoditas yang kenaikan harganya cukup tinggi
diantaranya terong panjang, kembang kol, kol putih/kubis, buncis, jagung manis dan cabe
hijau sedangkan pada subkelompok bumbu-bumbuan komoditas yang kenaikan harganya
cukup tinggi adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan bawang putih. Berdasarkan
pemantauan yang dilakukan oleh TPID, sepanjang tahun 2010 terdapat beberapa komoditas
yang mengalami fluktuasi harga dan akhirnya meningkat tinggi di penghujung tahun yaitu
bawang merah, beras, gula, cabai rawit merah dan cabai rawit hijau. Sementara itu, harga
kedele lokal menunjukkan kecenderungan sebaliknya dan cenderung turun hingga di
penghujung tahun 2010.
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Rp/Kg
Grafik 2.9 Harga Bawang Merah (rata-rata per bulan)
4.000 4.200 4.400 4.600 4.800 5.000 5.200 5.400 5.600 5.800 6.000 6.200 6.400 6.600 6.800 7.000 7.200
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Beras IR-I Beras IR-II
Rp/Kg
Grafik 2.10 Harga Beras (rata-rata per bulan)
Grafik 2.11 Harga Gula (rata-rata per bulan)
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
11.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Rp/Kg
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010
Rp/Kg
Grafik 2.12 Harga Kedelai Lokal (rata-rata per bulan)
Pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar kenaikan harga terutama
bersumber dari kenaikan sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok biaya bahan
bakar, penerangan dan air. Kenaikan biaya upah bukan mandor yang memiliki bobot inflasi
tinggi menjadi penyebab utama kenaikan biaya sub kelompok tempat tinggal. Sementara itu,
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
38
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
kenaikan TDL dan tarif air minum menjadi penyebab utama kenaikan biaya bahan bakar,
penerangan dan air.
Selanjutnya kenaikan harga yang terjadi pada kelompok makanan jadi, terjadi
dipengaruhi oleh kenaikaan harga bahan makanan, kenaikan cukai rokok, dan juga kenaikan
harga gula yang terganggu produksinya. Namun demikian secara keseluruhan kenaikan harga
di kelompok ini masih normal.
INFLASI BULANAN
Angka rata-rata inflasi bulanan (mtm) Kota Yogyakarta selama tahun 2010
lebih tinggi dibandingkan dengan angka rata-rata pada tahun 2009. Inflasi tertinggi
terjadi pada bulan Juli dan Juni dimana bulan-bulan tersebut merupakan musim libur anak
sekolah dan saat pendaftaran siswa baru sehingga menimbulkan tekanan dari sisi permintaan.
Pada bulan Januari 2010, Inflasi Kota Yogyakarta tercatat 0,57% (mtm), lebih
tinggi dari Desember 2009 sebesar 0,24%. Kelompok pengeluaran yang mengalami
kenaikan harga yang cukup tinggi adalah kelompok Bahan Makanan (1,6%), kelompok
Makanan jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,92%), kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas
& Bahan Bakar (0,42%). Sementara itu terdapat 2 kelompok yang mengalami deflasi yaitu
kelompok Sandang (-0,69%) dan kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (-0,01).
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil positif terhadap
angka inflasi Januari 2010 adalah Beras (naik 9,35% andil 0,3%), Cabe Merah (naik 23,85%
andil 0,04%), nangka muda (naik 38,95% andil 0,01%). Sebaliknya komoditas yang
mengalami penurunan harga pada kelompok ini adalah Jeruk (turun 15,75% andil -0,08%),
telur ayam (turun 6,37% andil -0,05%), kacang panjang (turun 16,99% andil -0,02%) dan
buncis (turun 17,88% andil -0,01%).
Pada bulan Februari 2010, Inflasi Kota Yogyakarta tercatat 0,31% (mtm), turun
dibanding Januari 2010. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan tertinggi adalah
kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,69%) dan kelompok Bahan
Makanan (0,66%). Pada bulan Februari ini, kelompok Sandang kembali mengalami deflasi
sebesar -0,41%. Pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau komoditas
yang mengalami kenaikan adalaha roti manis (14,26% andil 0,09%), gula pasir (3,25% andil
0,04%), biskuit (2,74% andil 0,01%). Adapun pada kelompok Bahan Makanan komoditas
yang mengalami kenaikan adalah beras (1,06% andil 0,04%), pisang (9,24% andil 0,03%),
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
39
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
cabe rawit (39,82% andil 0,03%), serta nangka muda dan sawi hijau masing-masing sebesar
43,94% dan 30,33% dengan andil 0,02%. Sementara itu, dalam kelompok ini terdapat juga
beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga yaitu daging ayam ras, kentang, telur
ayam ras, cabe merah, tomat sayur, bawang putih dan minyak goreng.
Pada bulan Maret 2010, Inflasi Kota Yogyakarta tercatat 0,13% (mtm), lebih
rendah dari Februari 2010. Inflasi tertinggi dialami oleh kelompok Sandang (0,42%) yang
selama 2 bulan sebelumnya mengalami deflasi. Kelompok lainnya yang mengalami inflasi
cukup tinggi adalah kelompok Perumahan (0,29%) dan kelompok Transpor dan Komunikasi
(0,27%). Sementara itu, terdapat 3 kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok Bahan
Makanan (-0,17%), kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (-0,12%) dan kelompok
Kesehatan (-0,01%). Pada kelompok Sandang, beberapa jenis barang dan jasa yang
mengalami kenaikan harga antara lain ongkos jahit (7,30% andil 0,01%), emas perhiasan
(0,42%), sepatu laki-laki dewasa (0,67%), kaos oblong laki-laki dewasa (1,59%), sepatu
wanita dewasa dan kemeja panjang batik laki-laki dewasa masing-masing naik sebesar 0,53%
dan 1,15%.
Pada kelompok Perumahan barang dan jasa yang mengalami kenaikan adalah upah
tukang bukan mandor (2,09%), jasa pembuangan sampah, kayu balokan dan pasir masing-
masing naik sebesar 8,33%. Sementara pada kelompok ini tercatat beberapa komoditas
mengalami penurunan harga diantaranya besi beton (-4,77%), semen (-0,48%), batu
(1,91%), batako (1,93%) dan genteng (0,39%).
Pada bulan April 2010 Kota Yogyakarta mengalami inflasi sebesar 0,25%
(mtm), meningkat dari bulan Maret 2010 yang mengalami inflasi sebesar 0,13%. Inflasi
pada bulan ini terutama disebabkan peningkatan harga bawang dan beberapa sayuran.
Produksi yang tidak optimal menyebabkan pasokan komoditas dimaksud terganggu.
Pada bulan Mei 2010 tekanan inflasi Kota Yogyakarta sedikit melemah,
ditandai dengan penurunan angka inflasi bulanan menjadi 0,14% (mtm). Kelompok
Sandang memberikan andil tertinggi, khususnya untuk harga emas perhiasan di pasar
domestik yang memberikan andil 0,60%. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga
emas di pasar internasional.
Pada bulan Juni 2010, tekanan harga barang dan jasa di Kota Yogyakarta
semakin menguat yang tercermin dari angka inflasi bulanan yang tercatat 1,26%
(mtm). Peningkatan inflasi pada bulan Juni karena permintaan yang naik sejalan dengan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
40
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
banyaknya hajatan. Di sisi lain, produksi dan pasokan beberapa komoditas hortikultura agak
terganggu seperti cabe dan komoditas sayuran. Tekanan permintaan tidak hanya terjadi pada
komoditas bahan pangan melainkan juga pada jasa angkutan udara yang mengalami inflasi
sebesar 25,69% dan memberikan andil inflasi 0,21%.
Pada bulan Juli 2010 Kota Yogyakarta mengalami inflasi sebesar 1,40% (mtm),
meningkat dari bulan Juni 2010 yang mengalami inflasi sebesar 1,26%. Inflasi pada
bulan ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga beras, daging ayam ras dan beberapa
sayuran, serta kenaikan biaya jasa perpanjangan STNK. Produksi yang tidak optimal karena
cuaca yang tidak menentu menyebabkan pasokan komoditas dimaksud terganggu.
Pada bulan Agustus 2010 tekanan inflasi Kota Yogyakarta sedikit melemah,
ditandai dengan penurunan angka inflasi bulanan menjadi 0,43% (mtm). Kelompok
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar memberikan andil tertinggi, khususnya untuk
kenaikan di sektor Tarif Dasar Listrik. Keputusan Pemerintah menetapkan kenaikan TDL mulai
1 Juli 2010, memberikan andil inflasi sebesar 0,40%.
Pada bulan September 2010, tekanan harga barang dan jasa di Kota
Yogyakarta menguat kembali yang tercermin dari angka inflasi bulanan 1,06% (mtm).
Peningkatan inflasi pada bulan September karena upah tukang bukan mandor meningkat
7,14% memberi andil terhadap inflasi 0,26%. Tekanan Permintaan yang terjadi bersamaan
dengan perayaan hari besar keagamaan juga terjadi pada angkutan udara yang harganya naik
8,50% dengan andil sebesar 0,08%.
% (mtm)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des1 Bahan Makanan 1,60 0,66 -0,17 0,85 0,10 4,77 4,61 -1,27 0,96 0,37 2,48 2,622 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,92 0,69 0,11 0,16 0,10 0,26 0,22 0,32 0,88 0,79 0,42 0,483 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,42 0,16 0,29 0,13 0,06 0,25 0,38 1,75 1,07 0,25 0,18 0,444 Sandang -0,69 -0,41 0,42 0,09 1,27 1,21 -0,39 -0,30 1,13 1,40 0,76 0,815 Kesehatan 0,05 0,10 -0,01 0,31 0,03 0,38 0,11 0,51 0,23 0,18 0,24 -0,196 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga -0,01 0,00 -0,12 -0,04 -0,01 0,60 0,20 1,12 1,75 0,78 -0,07 -0,017 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,17 0,20 0,27 0,10 0,14 1,39 3,05 -0,04 1,22 -1,08 0,03 0,06
0,57 0,31 0,13 0,25 0,14 1,26 1,40 0,43 1,06 0,28 0,62 0,72Sumber: BPS Propinsi DIY.
IV-2010
Tabel 2.2Inflasi Bulanan
No KelompokI-2010 II-2010 III-2010
UMUM
Pada bulan Oktober 2010 Kota Yogyakarta mengalami inflasi sebesar 0,28%
(mtm), lebih rendah dibanding bulan September 2010 yang mencapai 1,06%. Inflasi
pada bulan ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga bawang merah dan nasi (putih)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
41
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
serta kenaikan tarif rekreasi di beberapa tempat. Selain itu, harga gula pasir dan beras juga
mengalami peningkatan sejalan dengan terganggunya produksi dan pasokan.
Pada bulan November 2010 tekanan inflasi Kota Yogyakarta menguat,
ditandai dengan angka inflasi bulanan menjadi 0,62% (mtm). Bencana erupsi Merapi
yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sebagian daerah Jawa Tengah pada
akhir Oktober dan selama bulan November 2010 membawa dampak siginifikan bagi
perekonomian daerah, khususnya daerah sentra produksi pertanian di DIY. Kelompok bahan
makanan mengalami kenaikan paling tinggi dibandingkan kelompok pengeluaran lainnya.
Walaupun begitu, pada bulan November, komoditas yang memiliki andil paling tinggi adalah
jeruk, yang tidak diproduksi secara lokal. Hal ini diperkirakan terjadi karena pasokan dari luar
daerah terganggu, sementara permintaan jeruk di Yogyakarta tetap stabil, sehingga harga
mengalami peningkatan.
Pada bulan Desember 2010, tekanan harga barang dan jasa di Kota
Yogyakarta semakin menguat, tercermin dari angka inflasi bulanan yang tercatat 0,72
(mtm). Peningkatan inflasi pada bulan Desember 2010 disebabkan oleh gejolak harga cabai
yang tinggi. Fenomena cabai ini merupakan salah satu komoditas yang dominan
mempengaruhi naiknya angka inflasi baik di kota Yogyakarta maupun nasional.
INFLASI INTI DAN NON INTI
Selama tahun 2010, secara nasional inflasi inti menunjukkan trend
peningkatan tercermin pada ekspektasi dan kenaikan harga beberapa komoditas
dunia (imported inflation), namun agak tertahan oleh kenaikan nilai tukar rupiah.
Survei Konsumen (SK) selama tahun 2010 menunjukkan ekspektasi responden terhadap
kenaikan harga 3 bulan yang akan datang meningkat pada triwulan II dan triwulan III 2010
dan menurun pada kuartal IV, namun secara rata-rata masih di atas tahun 2009. Sementara
itu, beberapa komoditas di pasar Internasional, trend harganya cenderung meningkat, seperti
emas, gula, CPO, dan beras. Kondisi tersebut agak tertahan oleh penguatan nilai tukar
Rupiah terhadap USD yang masih bertahan stabil dan cenderung menguat.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
42
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
I II III IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Sumber: Survei Konsumen
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
13,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Nilai Tukar Rupiah thd USD
Nilai Tukar Rupiah thd USD
Rp.
Grafik 2.13. Ekspektasi Harga 3 Bulan yad Grafik 2.14. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
1050
1100
2008 2009 Q2_2010 Q3_2010 Q4_2010
US$/MT
Sumber: InternationalMonetary Fund
10
12
14
16
18
20
22
2008 2009 Q2_2010 Q3_2010
cts/lb
Sumber: InternationalMonetary Fund Grafik 2.15. Perkembangan harga CPO internasional Grafik 2.16. Perkembangan harga gula internasional
400
450
500
550
600
650
700
750
2008 2009 Q2_2010 Q3_2010 Q4_2010
US$/MT
Sumber: InternationalMonetary Fund
Grafik 2.17. Perkembangan harga beras internasional Grafik 2.18. Perkembangan harga emas internasional (USD/oz)
Sumber: Goldprices.com
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
43
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Boks
Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota Yogyakarta
Di samping faktor kesenjangan produksi, secara simultan inflasi yang terjadi juga
dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap inflasi yang akan terjadi pada periode
berikutnya. Apabila ekspektasi masyarakat mengenai inflasi mendatang akan
meningkat, maka kondisi tersebut akan diikuti oleh perubahan perilaku yang cenderung
untuk membeli barang dan jasa secara berlebihan. Hal ini selanjutnya akan berdampak
pada peningkatan inflasi yang terjadi pada periode berikutnya. Sebaliknya, apabila
masyarakat berekspektasi bahwa inflasi ke depan lebih rendah, maka ada
kecenderungan perubahan perilaku untuk menahan keinginan membeli barang. Hal ini
akan menyebabkan inflasi yang terjadi ke depan menjadi relatif lebih rendah.
Tidak dipungkiri bahwa ekspektasi pelaku ekonomi seringkali berperan penting
dalam menentukan besarnya inflasi. Terdapat kecenderungan kuat bahwa harga di
pasar seringkali telah meningkat lebih awal dibandingkan peningkatan harga input
maupun peningkatan permintaan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari bagaimana pelaku
ekonomi menilai informasi yang diterimanya dan mentransformasikannya ke dalam
pembentukan harga.
Untuk itu perlu dilakukan Penelitian Respon Pengusaha Terhadap Inflasi Kota
Yogyakarta untuk mengkaji preferensi faktor-faktor/informasi yang tepat bagi
pedagang dalam menentukan kenaikan harga atau penurunan harga terhadap
pembentukan inflasi daerah ditinjau dari sisi biaya produksi (cost push) dan faktor-
faktor/informasi yang tepat bagi pedagang dalam menentukan kenaikan harga atau
penurunan harga terhadap pembentukan inflasi daerah ditinjau dari sisi tarikan
permintaan (demand pull). Selain itu juga akan dikaji perilaku masyarakat (penggerak
sektor riil) terhadap pilihan yang beresiko.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan metoda eksperimen untuk mengkaji perilaku pedagang
di DIY. Experimental economics adalah cabang Ekonomika yang mempelajari perilaku
pelaku ekonomi dengan metoda eksperimen. Data pada penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari subyek eksperimen, tidak saja
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
44
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
mencakup pengambilan keputusan mereka namun juga identitas mereka. Data
sekunder diperlukan untuk memperoleh gambaran laju inflasi di daerah Yogyakarta.
Eskperimen akan dilakukan dengan melibatkan 100 subyek yang merupakan
pedagang/pengusaha skala menengah ke bawah di Yogyakarta. Eksperimen dalam studi
ini akan dilakukan dalam dua tahap. Pada eksperimen sesi pertama, subyek akan
dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan tentang informasi apa yang berpengaruh
dalam penentuan harga. Semua pertanyaan di sini merupakan pertanyaan hipotesis dan
semuanya terkait dengan gosip atau isyu tentang suatu peristiwa yang akan terjadi yang
mungkin berpengaruh terhadap keputusan penentuan harga. Pada tahap kedua, subyek
akan dihadapkan pada pilihan antara dua prospek. Pada sesi kedua pertama ini akan
dilakukan dengan menjawab 40 pertanyaan. Diharapkan dengan menjawab pertanyaan
pada sesi kedua ini, jenis expected utility yang dipergunakan masing-masing subyek bisa
ditentukan.
Kesimpulan
1. Berita adanya kemungkinan kelangkaan pasokan merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap kebijakan peningkatan harga yang dilakukan oleh
pedagang. Sedangkan pengumuman peningkatan tingkat bunga Bank Indonesia
menjadi pertimbangan pedagang yang terakhir dalam meningkatkan harga
komoditasnya.
2. Adanya informasi bahwa panen akan berhasil dan produksi melimpah merupakan
faktor yang paling berpengaruh terhadap kebijakan penurunan harga yang
dilakukan oleh pedagang. Sementara itu, informasi mengenai penurunan suku
bunga bank umum maupun suku bunga Bank Indonesia menempati posisi ke enam
dalam penentuan kebijakan penurunan harga bagi pedagang.
3. Eksperimen pilihan individu terhadap pilihan berisiko menunjukkan bahwa perilaku
individu tidak sesuai dengan expected utility theory (von Neumann dan
Morgenstern, 1944). Pendekatan prospect theory dinilai tidak mampu menjelaskan
seluruh perilaku responden. Namun, perilaku individu terhadap pilihan berisiko
dapat dijelaskan oleh regret theory (Loomes dan Sudgent, 1982). Individu dinilai
lebih memilih pilihan yang memberikan probabilitas lebih besar untuk menghindari
penyesalan akibat gagalnya realisasi ekspektasi atas pilihan yang telah dibuat (ex-
post feeling).
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
45
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Saran
1. Penentuan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas
moneter terkait dengan permasalahan persistensi inflasi terutama yang berasal dari
perilaku mikro pengusaha (pedagang) perlu ditinjau kembali. Hal ini disebabkan
karena perubahan kebijakan pada sektor moneter ternyata tidak langsung
berdampak pada preferensi pengambilan keputusan di sektor riil.
2. Penelitian ini memfokuskan pada analisis terhadap perilaku kelompok pedagang di
tingkat pengecer (retail) sebagai respondennya dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Oleh karena itu, diharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam
dengan melibatkan sampel yang lebih besar, mencakup kelompok pedagang
distributor besar sehingga dapat memahami perilaku kelompok pedagang
distributor besar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini nantinya dapat
digunakan sebagai bahan kajian dalam pengambilan kebijakan moneter yang lebih
efektif.
4
Halaman ini sengaja dikosongkan
47
Bab 3 Perkembangan Perbankan
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun 2010 dibanding tahun 2009
berdampak positif pada meningkatnya kinerja sektor perbankan. Percepatan pertumbuhan
ekonomi DIY memberikan dampak pada peningkatan kegiatan perbankan di DIY yang juga
tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2009. Secara tahunan, aset dan dana pihak ketiga
(DPK) perbankan di DIY tumbuh masing-masing 18,89% dan 16,59%. Penyaluran kredit
perbankan DIY tumbuh 20,19% yoy sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan DIY
menjadi 57,45% yoy. Sementara itu, kegiatan perbankan syariah tumbuh lebih pesat, aset
tumbuh 37,48% yoy, penghimpunan dana tumbuh 49,34% yoy dan pembiayaan tumbuh
38,26%. Secara keseluruhan kinerja perbankan di DIY masih cukup baik, tercermin pada NPLs
yang sebesar 3,19%.
ASET
Kinerja Perbankan DIY tahun 2010 membaik ditandai dengan tumbuh
positifnya total aset, kredit dan penghimpunan dana sejalan dengan cukup tingginya
pertumbuhan ekonomi DIY. Aset perbankan tumbuh 18,89% yoy lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 17,46% yoy. Pertumbuhan aset tersebut ditopang
oleh pertumbuhan kredit sebesar 20,19% yoy dan pertumbuhan DPK sebesar 16,60% yoy.
No Uraian Satuan 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Aset Miliar Rp 13,397 16,407 18,959 20,919 24,572 29,212 Pertumbuhan % (yoy) 13.05 22.47 15.55 10.34 17.46 18.89
2 Dana Pihak Ketiga Miliar Rp 12,190 14,729 16,450 18,017 21,034 24,524 Pertumbuhan % (yoy) 12.39 20.83 11.68 9.53 16.74 16.60
3 Kredit a. Berdasarkan Lokasi Bank Miliar Rp 6,684 7,478 9,059 10,475 11,723 14,090 Pertumbuhan % (yoy) 30.30 11.88 21.14 15.64 11.91 20.19 b. Berdasarkan Lokasi Proyek Miliar Rp 5,723 6,487 8,764 10,736 10,161 12,218 Pertumbuhan % (yoy) 30.63 13.35 35.11 22.50 15.93 13.80
3 Loan to Deposit Ratio a. Lokasi Bank % 54.83 50.77 55.07 58.14 55.74 57.45 b. Lokasi Proyek % 46.95 44.04 53.28 59.59 48.31 53.31
4 Non Performing Loans (Gross) % 3.40 4.49 5.05 2.54 3.20 3.19
Tabel 3.1Indikator Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
48
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
INTERMEDIASI PERBANKAN
Fungsi intermediasi perbankan di DIY yang tercermin dari rasio LDR kembali
meningkat setelah sempat menurun tahun sebelumnya. LDR perbankan di Propinsi DIY
pada akhir tahun 2010 mencapai 57,45% meningkat dibanding tahun 2009 sebesar 55,74%
namun masih lebih rendah dibanding tahun 2008 sebesar 58,14%. Walaupun laju
pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan pada tahun 2010 lebih tinggi dibanding laju
pertumbuhan penghimpunan dana pihak ke III, namun kecepatan tersebut tetap tidak mampu
mengimbangi jumlah DPK yang pada akhir tahun 2010 mencapai Rp 24,5 triliun dibanding
kredit sebesar Rp 14,1 triliun.
30
35
40
45
50
55
60
65
70
2005 2006 2007 2008 2009 2010
LDR Lokasi Bank LDR Lokasi Proyek
%
Grafik 3.1 LDR DIY
40
45
50
55
60
65
70
75
80
2005 2006 2007 2008 2009 2010
LDR DIY LDR Nasional
%
Grafik 3.2 LDR DIY dan Nasional
Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa walaupun Bank Indonesia telah
mengeluarkan ketentuan mengenai LDR minimal 78% (PBI 12/19/2010), perbankan di DIY
masih belum dapat memenuhinya. Cukup banyaknya perusahaan yang memilih menggunakan
dana miliknya sendiri diduga kuat menjadi slah satu kendala bagi perbankan untuk
menggenjot kreditnya. Sementara itu, banyaknya pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah
yang datang dan tinggal di DIY untuk menuntut ilmu membuat DIY menjadi “kota singgah”
dari dana kiriman untuk pelajar/mahasiswa sehingga pertumbuhan dananya sejak dulu selalu
tinggi. LDR DIY tersebut masih jauh jika dibandingkan dengan LDR nasional sebesar 77,58%.
Rendahnya penyerapan kredit oleh masyarakat tampak juga dari rendahnya
realisasi kredit baru yang hanya sebesar 54,7% dari plafon kredit baru yang disetujui.
Pada tahun 2010 kredit baru yang disetujui perbankan sebesar Rp 5,4 triliun. Dari jumlah
tersebut, yang berhasil direalisasikan hanya sebesar Rp2,98 triliun. Kondisi tersebut amat
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
49
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
berbeda dengan kondisi tahun sebelumnya dimana plafon kredit baru yang disetujui mencapai
Rp 5,8 triliun sedangkan realisasi penarikan mencapau Rp 5,4 triliun (92%).
Rendahnya realisasi penarikan kredit baru menyebabkan terjadinya
peningkatan Undisbursed Loan. Sejalan dengan rendahnya realisasi penarikan kredit baru
undisbursed loan ikut mengalami peningkatan dari Rp1,08 triliun pada tahun 2009 menjadi
Rp1,30 triliun pada tahun 2010. Dengan perkembangan tersebut, terindikasi bahwa
rendahnya rasio LDR perbankan di DIY lebih disebabkan oleh faktor demand karena
perbankan telah menyetujui plafon kredit baru yang cukup tinggi sementara realisasinya
rendah.
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Plafon Realisasi gPlafon gRealisasi
miliar Rp %
Grafik 3.3 Kredit Baru Bank Umum
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
2005 2006 2007 2008 2009
Undisbursed Loan (UL) Plafon Kredit Proporsi UL thd Plafon Kredit
%Miliar Rp
Grafik 3.4 Undisbursed Loan Bank Umum
PENGHIMPUNAN DANA
Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan DIY pada
tahun 2010 meningkat tipis dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dana yang
berhasil dihimpun perbankan pada akhir tahun 2010 mencapai Rp 24,5 triliun atau tumbuh
sebesar 16,64% yoy. Pertumbuhan tersebut relatif tidak berubah dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar 16,70% yoy.
Peningkatan penghimpunan dana perbankan berasal dari seluruh komponen
DPK. Menurut jenisnya, pertumbuhan tertinggi dana yang dihimpun terjadi pada deposito
17,56% yoy lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
20,77% yoy. Cukup rendahnya pertumbuhan deposito diduga antara lain karena kurang
menariknya suku bunga yang ditawarkan perbankan sejalan dengan tidak berubahnya BI rate
sebesar 6,75% sepanjang tahun 2010. Sementara itu pada jenis tabungan mengalami
pertumbuhan 17,43% yoy dan giro 10,80% yoy.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
50
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
DPK gDPK
Grafik 3.5 DPK Perbankan
0
5
10
15
20
25
30
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
DPK BI Rate Inflasi
Miliar Rp %
Grafik 3.6 BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan
-20
-10
0
10
20
30
40
50
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Deposito Giro Tabungan
%
Grafik 3.7 Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tabungan Giro Deposito
Miliar Rp
Grafik 3.8 Komposisi DPK Perbankan
Tabungan masih mendominasi struktur dana pihak ketiga perbankan.
Berdasarkan jenisnya, pangsa terbesar DPK perbankan di DIY masih didominasi oleh tabungan
yaitu sebesar 50,18% diikuti oleh deposito 37,18% dan giro 12,64%. Banyaknya fasilitas yang
diberikan kepada penabung baik untuk penarikan maupun transaksi dan juga fleksibilitasnya
untuk berbagai keperluan dengan fasilitas ATM bersama, phone banking, sms banking,
internet banking, dsb, membuat produk tabungan kian diminati oleh masyarakat. Hal ini
ditopang pula oleh kehadiran pelajar dan mahasiswa dari seluruh Indonesia yang menuntut
ilmu di Yogyakarta yang menggunakan sarana tabungan untuk penerimaan transfer uang dari
daerah asalnya.
Menurut jangka waktunya, sebagian besar deposito didominasi oleh Deposito
berjangka waktu 1 bulan dengan porsi sebesar 50,75%. Porsi Deposito 1 bulan ini
menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (58,93%). Penurunan porsi
deposito dengan jangka waktu 1 bulanan dikarenakan adanya pergeseran jangka waktu
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
51
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
deposito, menjadi 3 bulanan atau lebih. Dari data yang ada, diketahui bahwa secara lambat
laun terjadi perpindahan jangka waktu dari deposito jangka pendek ke jangka menengah dan
panjang. Hal ini ditunjukkan oleh data tahun 2007 dengan porsi deposito jangka waktu 1
bulan sekitar 70,00% menurun menjadi kisaran 50,75% pada akhir tahun 2010.
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 bln 3 bln 6 bln 12 bln >12 bln
Miliar Rp
Grafik 3.9 Komposisi Deposito Bank Umum
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Kredit gKredit
%Miliar Rp
Grafik 3.10 Kredit Perbankan
PENYALURAN KREDIT
Penyaluran kredit bank umum meningkat tajam dibandingkan tahun
sebelumnya. Pertumbuhan kredit bank umum pada tahun 2010 mencapai 20,19% yoy jauh
lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,91% yoy. Tingginya
laju pertumbuhan kredit tersebut sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi DiY
yang mencapai 4,87% yoy. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh Kredit Investasi 21,74% yoy
diikuti Kredit Konsumsi 21,4% yoy dan Kredit Modal Kerja 18,23% yoy. Tingginya realisasi
kredit Investasi ini didorong oleh masih terus berlanjutnya kegiatan investasi di sektor
Perdagangan, Hotel dan Restauran (PHR) dan Industri pengolahan dan ekspektasi dunia usaha
yang masih positif. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit perbankan
disalurkan untuk kredit konsumsi (45,61%), kemudian diikuti oleh modal kerja (38,39%) dan
sisanya untuk investasi (16,00%).
Secara sektoral, sebagian besar kredit perbankan DIY1 disalurkan kepada
sektor unggulan khususnya yang non tradable2. Sektor yang mendominasi kredit
perbankan adalah sektor Lain-lain (54,49%) yang sebagian besar kredit bersifat konsumtif.
1 Diwakili oleh kredit Bank Umum dengan pangsa 86,715% dari total kredit perbankan DIY. 2 Sektor non tradable: sektor Listrik, Gas & Air, sektor Konstruksi, sektor PHR, sektor Pengangkutan &
Pergudangan, sektor Jasa-jasa Dunia Usaha, sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat dan sektor Lain-lain. Sektor tradable: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
52
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Selanjutnya diikuti oleh kredit di sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (23,96%), Jasa Dunia
Usaha (7,10%) dan Industri Pengolahan (6,31%). Sedangkan yang paling kecil memperoleh
kredit adalah sektor Pertambangan (0,07%), Listrik, Gas & Air Bersih (0,34%) dan
Pengangkutan dan komunikasi (0,82%).
0
5
10
15
20
25
30
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
KMK gKMK
%Miliar Rp
Grafik 3.11 Kredit Modal Kerja
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
KI gKI
%Miliar Rp
Grafik 3.12 Kredit Investasi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
KK gKK
%Miliar Rp
Grafik 3.13 Kredit Konsumsi
Sementara itu, dilihat dari percepatan pertumbuhannya, sektor yang paling besar mengalami
percepatan pertumbuhan adalah sektor Jasa Sosial 69,83% yoy, diikuti sektor Lain-lain
36,51% yoy, Sektor Konstruksi 35,84% yoy Sektor Listrik, Gas dan Air 22,19% yoy, dan
Sektor perindustrian 11,42% yoy. Sebaliknya sektor yang mengalami perlambatan
pertumbuhan kreditnya adalah sektor Pertanian -16,56% yoy.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
53
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
0
2
4
6
8
10
12
14
-
200
400
600
800
1.000
1.200
2006 2007 2008 2009 2010
Tradable gTradable
Grafik 3.14 Kredit Sektor Tradable
0
10
20
30
40
50
60
70
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
2006 2007 2008 2009 2010
Non Tradable gNon Tradable
Grafik 3.15 Kredit Sektor Non Tradable
Kredit Properti
Kredit properti pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan 26,4% yoy jauh lebih
tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,15% yoy. Pertumbuhan tertinggi dialami
oleh kredit rumah & apartemen s.d tipe 70 sebesar 44,92% yoy sementara kredit rumah &
apartemen > tipe 70 mengalami pertumbuhan negatif sebesar -24,78%. Menurut pangsanya,
kredit properti masih didominasi oleh kredit kepada konsumen untuk kepemilikan rumah &
apartemen, ruko dan rukan. Adapun pangsa kredit properti yang diberikan kepada
pengembang pada tahun 2010 sebesar 18,3%. Walaupun pangsanya masih kecil, namun
pertumbuhannya pada tahun 2010 sangat tinggi yaitu 396,51% yoy dari Rp 81 miliar pada
tahun 2009 menjadi Rp 402 miliar pada tahun 2010.
Miliar Rp
Ptumb Ptumb Ptumb% % %
A 178 80 87 7.91 81 -6.45 402 396.511 Modal Kerja 59 69 74 7.37 75 1.07 244 227.45
2 Investasi 119 12 13 11.10 6 -49.68 158 2349.61
B 955 1,239 1,548 24.97 1,655 6.85 1,792 8.301 Kredit Rumah & Apartemen s.d Tipe 70 442 585 721 23.23 763 5.79 1,106 44.922 Kredit Rumah & Apartemen > Tipe 70 495 617 781 26.64 847 8.46 637 -24.783 Kredit Ruko & Rukan 18 37 46 24.59 45 -3.57 49 9.71C Total Kredit Properti 1,133 1,319 1,635 23.93 1,736 6.15 2,194 26.41D Total Kredit 6,616 7,989 9,138 14.39 10,162 11.20 12,218 20.23D1 Kredit Properti kepada Pengembang 9.73 15.17 16.24 4.46 8.17
a. Modal Kerja 10.02 4.31 9.88 4.80 13.26 b. Investasi 9.58 79.81 52.80 0.53 0.32
2 Kredit Properti kepada Konsumen 5.30 2.27 2.32 2.54 4.23 a. Kredit Rumah & Apartemen s.d Tipe 70 5.10 2.22 2.17 1.97 2.42 b. Kredit Rumah & Apartemen > Tipe 70 5.49 2.27 2.54 3.00 3.07 c. Kredit Ruko & Rukan 4.79 3.04 0.98 3.54 60.08
3 Total Kredit Properti 5.99 3.05 3.06 2.63 4.95 4 Total Kredit 3.72 4.67 4.61 2.86 2.79
Kredit Properti Bank UmumTabel 3.3
Rasio Non Performing Loans
Posisi
Kredit Properti kepada Pengembang
Kredit Properti kepada Konsumen
20072008 2010
PosisiNo Uraian 2006
2009
Posisi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
54
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
NPL kredit properti mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, NPL kredit properti
mencapai 4,95% meningkat dibanding tahun 2009 sebesar 2,63%. Peningkatan tersebut
terutama dialami oleh kredit konsumsi untuk pemilikan Ruko dan Rukan dengan NPL
mencapai 60,08%. Walaupun pangsa skim kredit properti kepemilikan ruko dan rukan sangat
kecil (hanya 2,2%) namun hal ini mengindikasikan adanya potensi resiko yang dihadapi oleh
bank yang berasal dari kredit pemilikan ruko dan rukan.
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
-
50
100
150
200
250
300
2006 2007 2008 2009 2010
KMK KI NPL KMK NPL KI
%Miliar Rp
Grafik 3.16 Kredit Properti Kepada Pengembang
0
1
2
3
4
5
6
7
-
200
400
600
800
1.000
1.200
2006 2007 2008 2009 2010
S.d Tipe 70 > Tipe 70 NPL > Tipe 70 NPL Ruko&Rukan
%Miliar Rp
Grafik 3.17 Kredit Properti Kepada Konsumen
STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Risiko Kredit
Peningkatan Kredit pada periode laporan dibarengi dengan penurunan NPL.
Perekonomian DIY yang mulai membaik dan disisi lain suku bunga kredit yang cenderung
turun diperkirakan menjadi pendorong peningkatan penyaluran kredit perbankan. Dengan
komitmen perbankan untuk senantiasa menjaga dan memperbaiki kualitas kreditnya, maka
NPL perbankan turun menjadi sebesar Rp449 miliar. Rasio NPL relatif tetap dari 3,2% pada
akhir tahun 2009 menjadi 3,19% pada akhir tahun 2010.
Dari sisi penggunaan kredit Bank Umum, penurunan rasio NPL dialami oleh
kredit modal kerja penggunaan kredit. NPL kredit Konsumsi 1,74%, kredit investasi 2,34%
lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2009 masing-masing 1,46%, 2,25%, sedangkan
NPL kredit modal kerja 4,23%, turun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 4,74%.
Sementara itu berdasarkan sektor ekonominya, rasio NPL tertinggi terdapat pada sektor
Konstruksi dan sektor Industri, masing-masing sebesar 14,74% dan 5,23%. Sedangkan untuk
sektor ekonomi lainnya berada di bawah 5,0%. NPL sektor konstruksi utamanya disebabkan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
55
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
karena meningkatnya harga material dan siklus proyek konstruksi sedangkan untuk NPL sektor
Industri diduga karena adanya dampak merapi.
0
1
2
3
4
5
6
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
2006 2007 2008 2009 2010
Nominal Rasio
Miliar Rp %
Grafik 3.18 Non Performing Loans DIY
0
2
4
6
8
10
12
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2007 2008 2009 2010
Modal Kerja Investasi Konsumsi
%
Grafik 3.19 NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2007 2008 2009 2010
Pertanian PHR Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Industri
%
Grafik 3.20 NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2007 2008 2009 2010
Pertambangan Konstruksi Transportasi Lain2
%
Grafik 3.21 NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Lainnya
Risiko Likuiditas
Pada triwulan laporan risiko likuiditas perbankan DIY secara umum masih
terkendali. Bank di DIY mengalami kelebihan likuiditas sebagaimana tercermin pada LDR
yang relatif rendah. Kelebihan likuiditas tersebut antara lain ditempatkan pada rekening antar
kantor, SBI, penempatan pada bank lain, surat berharga dan penempatan pada Bank
Indonesia (selain Giro dan SBI).
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
56
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Antar Kantor SBI
Penempatan Lain pd BI selain SBI+Giro Penempatan pd Bank Lain
Surat Berharga
Miliar Rp Miliar Rp
Grafik 3.22 Ekses Likuiditas
PERBANKAN SYARIAH
Aset Perbankan Syariah
Volume usaha Perbankan Syariah tumbuh 37,48% yoy, yaitu dari Rp1.287 miliar
pada akhir tahun 2009 menjadi Rp1.769 miliar akhir tahun 2010. Dari sisi aktiva
peningkatan kinerja Perbankan Syariah terutama bersumber dari peningkatan pembiayaan
49,34%, sementara dari sisi pasiva DPK naik 38,26%. Dengan demikian, pangsa aset
perbankan syariah terhadap total aset perbankan di DIY meningkat dari 6,06% (2009) menjadi
6,06% pada 2010. Pangsa tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pangsa volume usaha
perbankan syariah secara nasional (3,02%).
Intermediasi Perbankan Syariah
Fungsi intermediasi perbankan Syariah yang tercermin dalam Financing to
Deposit Ratio (FDR) mengalami penurunan. FDR tahun 2010 tercatat sebesar 73,16%,
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (79,02%). Penurunan FDR
disebabkan pertumbuhan pembiayaan yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
penghimpunan dananya. Sementara itu, jika dirinci berdasarkan kelompok bank, Pembiayaan
Bank Rakyat Syariah (BPRS) memiliki FDR 113,46%, lebih tinggi dibanding FDR Bank Umum
hanya 70,09%. FDR BPRS lebih besar dibandingkan dengan total DPK yang dihimpun dan
melakukan pembiayaan dengan modal sendiri.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
57
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Miliar Rp
Pangsa Ptumb Pangsa Ptumb Pangsa Ptumb% % % % % %
I Aset 376 528 856 100.00 62.22 1,287 100.00 50.33 1,769 100.00 37.48 1 Bank Umum Syariah 356 494 800 93.41 61.80 1,194 92.75 49.27 1,643 92.85 37.63 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 21 34 56 6.59 68.44 93 7.25 65.35 127 7.15 35.59 II Penghimpunan Dana (Deposit) 327 455 622 100.00 36.90 886 100.00 42.33 1,323 100.00 49.34 A Jenis Bank 327 455 622 100.00 36.90 886 100.00 42.33 1,323 100.00 49.34 1 Bank Umum Syariah 312 430 582 93.44 35.17 823 92.88 41.48 1,229 92.92 49.40 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 15 24 41 6.56 67.37 63 7.12 54.43 94 7.08 48.53 B Jenis Simpanan 327 455 622 100.00 36.90 886 100.00 42.33 1,323 100.00 49.34 1 Giro 31 31 47 7.54 51.40 66 7.44 40.36 87 6.60 32.49 2 Tabungan 173 239 328 52.76 37.61 428 48.37 30.49 595 44.95 38.80 3 Deposito 122 185 247 39.70 33.54 392 44.19 58.44 641 48.45 63.70 III Penyaluran Dana (Financing) 415 474 559 100.00 17.97 700 100.00 25.15 968 100.00 38.26 A Jenis Bank 415 474 559 100.00 17.97 700 100.00 25.15 968 100.00 38.26 1 Bank Umum Syariah 399 449 511 91.31 13.69 627 89.54 22.73 862 89.02 37.47 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 16 25 49 8.69 95.15 73 10.46 50.63 106 10.98 45.07 B Jenis Penggunaan 415 474 559 100.00 17.97 700 100.00 25.15 968 100.00 38.26 1 Modal Kerja 106 148 288 51.47 94.54 395 56.36 37.04 460 47.54 16.62 2 Investasi 87 83 99 17.79 20.21 109 15.64 10.04 123 12.72 12.44 3 Konsumsi 222 243 172 30.74 -29.36 196 28.00 8.06 385 39.74 96.26 IV Non Performing Financing (NPF) 1.93 2.31 2.06 2.05 3.96 1 Bank Umum Syariah 1.76 2.18 1.39 1.56 3.77 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 6.04 4.69 9.11 6.31 5.56 V Financing to Deposit Ratio (FDR)1 127.19 104.28 89.86 79.02 73.16 1 Bank Umum Syariah 128.08 104.40 87.81 76.17 70.09 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 108.48 102.14 119.09 116.16 113.46
2009
PosisiPosisi
Indikator Perbankan SyariahTabel 3.4
2010
PosisiNo Uraian
20082006 2007
Penghimpunan Dana
Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Perbankan Syariah pada akhir
tahun 2010 Rp1.323 miliar, tumbuh lebih tinggi dibanding periode sebelumnya 2009.
Sedikit berbeda dengan Perbankan secara umum, komposisi DPK Perbankan Syariah
didominasi oleh Deposito sebesar 48,45% atau Rp641 miliar, sedangkan Tabungan memiliki
pangsa 44,95% atau Rp595 miliar dan Giro dengan pangsa terkecil sebesar 6,60% atau Rp87
miliar.
Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan
Pembiayaan yang telah disalurkan oleh Perbankan Syariah pada tahun 2010
tumbuh 38,26%yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2009
(25,15%). Tingginya pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tidak terlepas dari pasar
yang cukup besar. Hal ini juga tercermin dari tingginya deposan di bank ini. Fakta juga
menunjukkan bahwa share Perbankan Syariah secara nasional sudah hampir mencapai 3%.
Sementara itu, kualitas pembiayaan perbankan Syariah yang tercermin dari rasio Non
Performing Financing (NPF) relatif stabil. Kualitas pembiayaan yang bermasalah masih berada
di dalam batas aman (di bawah 5,00%). Pada triwulan laporan NPF perbankan syariah tercatat
sebesar 3,96%. Berdasarkan jenisnya, NPF Bank Umum Syariah tercatat sebesar 3,77%,
sedangkan NPF BPRS tercatat sebesar 5,56%.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
58
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Boks
Peranan Perbankan dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Bencana Merapi
Bencana Letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman telah menyisakan pilu yang
sangat mendalam bagi masyarakat di wilayah yang langsung maupun tidak langsung
terkena bencana tersebut. Para penduduk yang mencari nafkah disekitar lereng Merapi
Banyak yang kehilangan mata pencaharian karena tempat bekerjanya rusak, sedangkan
para pengusaha kehabisan modal karena tempat usahanya rusak akibat erupsi Merapi.
Untuk membangkitkan perekonomian di daerah yang terkena dampak erupsi Merapi,
beberapa bank mengeluarkan skema kredit berbunga lunak untuk membangkitkan
debitur yang terkena bencana Merapi antara lain:
1. BPD Syariah bekerjasama dengan P2EB FEB UGM & Harian Republika menyalurkan
pembiayaan melalui BMT kepada UMKM di lereng Merapi terutama petani salak
pondoh di Dusun Candi, Desa Bangunkerto, Turi Sleman. Dalam hal ini, BI bertindak
sebabagai fasilitator P2EB FEB UGM dengan BPD DIY yang kemudian melakukan
linkage dengan 6 (enam) BMT di sekitar gunung Merapi dengan plafon pembiayaan
sebesar Rp1,5 miliar. Dana tersebut akan disalurkan kepada 467 anggota (debitur)
atau rata-rata Rp3,2 juta/debitur yang akan dipergunakan untuk rehabilitasi kebun
salak sebagai penopang utama ekonomi anggota BMT. Bunga yang dikenakan BPD
DIY kepada BMT/koperasi sebesar 2% flat per tahun, sedangkan untuk perorangan
3% flat per tahun. BMT selanjutnya menyalurkan pembiayaan ke masyarakat yang
menjadi korban erupsi Gunung Merapi dengan bunga 4% untuk tahun pertama
dan maksimal 6% untuk tahun berikutnya. Jangka waktu linkage selama 4 tahun.
Tidak ada pembatasan sektor-sektor yang dibiayai namun sebagian besar yang telah
dibiayai yaitu sektor perdagangan, perikanan dan pertanian.
2. BRI meluncurkan program PKBL BRI untuk recovery paska Erupsi Merapi sebesar
Rp20 miliar (DIY Rp13,2 miliar dan Jateng Rp6,8miliar). Plafon per debitur maksimal
Rp25 juta tanpa agunan dengan suku bunga 3% per tahun. Calon debitur berasal
dari nasabah BRI atau dari bank lainnya. Tidak ada pembatasan sektor yang
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
59
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
dibiayai. Jangka waktu kemitraan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 2
(dua) tahun.
3. Perbarindo DIY meluncurkan program kredit bersama yang dinamakan kredit
MEKAR (Membangun Ekonomi Rakyat). Kredit ini ditujukan untuk modal kerja
dengan plafon maksimal Rp20 juta, jangka waktu maksimal 2 tahun dan suku
bunga 9%. Suku bunga yang dikenakan relatif terjangkau dan lebih murah
dibandingkan dengan suku bunga Kredit yang pada Desember 2010 tercatat rata-
rata sebesar 13,45%. Jika setiap BPR dapat mengalokasikan dana sekitar Rp200
juta, maka secara akumulasi jumlah Kredit MEKAR akan mencapai Rp10 miliar dan
dapat membantu minimal 1.000 debitur dengan plafon rata-rata Rp10 juta. Upaya
ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran BPR/BPRS di DIY dalam membangun
ekonomi di daerah utamanya di daerah yang terkena dampak Erupsi Merapi dalam
bentuk pemberian fasilitas kredit murah dengan suku bunga maksimal 9%, masing-
masing bank diharapkan berkomitmen untuk menyalurkan kredit tersebut sampai
dengan 200 juta.
60
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Halaman ini sengaja dikosongkan
61
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Di tahun 2010, aktivitas aliran uang Kantor Bank Indonesia (KBI) Yogyakarta
mengalami peningkatan seiring kondisi perekonomian yang mulai pulih sehingga perputaran
uang meningkat. Di sisi pembayaran nontunai, secara umum aktivitas transaksi tahun 2010
mengalami peningkatan baik pada transaksi kliring maupun RTGS. Faktor utama yang
mendorong peningkatan aktivitas transaksi tersebut adalah mulai meningkatnya perdagangan
sejalan dengan perekonomian yang membaik
SISTEM PEMBAYARAN TUNAI
Aliran Uang Masuk (Inflow) dan Aliran Uang Keluar (Outflow)
Pada tahun 2010, perkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Kantor Bank
Indonesia (KBI) Yogyakarta dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami peningkatan dari sisi
uang masuk dan uang keluar. Rata-rata inflow per bulan pada tahun 2010 tercatat sebesar
Rp469 miliar per bulan, naik 40,67% dari posisi tahun 2009 yang tercatat sebesar Rp334
miliar per bulan. Sedangkan rata-rata outflow pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp344 miliar
per bulan, meningkat 40,74% dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp244 miliar per
bulan.
Miliar Rp
Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Total
1 Posisi Kas 807 505 659 969 919 1,291 546 546 -17.08
2 Rata-rata Inflow/Bulan 416 359 334 248 239 1,003 387 469 40.67
3 Rata-rata Outflow/Bulan 229 287 244 152 155 677 391 344 40.75
4 Net Flow (2)-(3) 187 72 89 97 84 326 -4 126 40.47Keterangan:
1) %.
2010
Tabel 4.1Indikator Sistem Pembayaran Tunai
No Uraian Ptumb1
(2009-10)20082007 2009
Karena rata-rata inflow lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata outflownya,
maka pada tahun 2010 terjadi net inflow sebesar Rp126 miliar per bulan, naik 40,47% dari
net inflow pada tahun 2009 sebesar Rp89 miliar per bulan. Peningkatan aliran uang tersebut
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
62
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
disebabkan peningkatan aktivitas perekonomian sehingga kebutuhan uang tunai untuk
pembayaran juga meningkat.
-200
0
200
400
600
800
1.000
0
250
500
750
1.000
1.250
1.500
1.750
I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10
Net
Inflo
w/P
TTB
(Mili
ar R
p)
Inflo
w/O
utflo
w (
Mili
ar R
p)
Aliran Masuk Aliran Keluar Net Aliran Masuk PTTB
Grafik 4.1 Aliran Kas dan PTTB
Posisi kas di KBI Yogyakarta mengalami penurunan 17,08% yoy dari Rp659 miliar
menjadi Rp546 miliar. Penurunan posisi kas KBI Yogyakarta ini, antara lain disebabkan oleh
penetapan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/37/DPU tanggal 27 Desember 2007 tentang
Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia, setoran dari Bank
Umum hanya boleh dilakukan untuk uang lusuh saja. Sementara itu, untuk penarikan hanya
dilakukan antar sesama perbankan saja yang teknis pelaksanaanya diatur oleh focus group.
Penukaran Uang
Penukaran uang pecahan kecil maupun uang tidak layak edar di loket KBI Yogyakarta
selama tahun 2010 tercatat sebesar Rp122 miliar, atau naik 49,52% jika dibandingkan
dengan tahun 2009 yang tercatat sebesar Rp81 miliar. Peningkatan kegiatan penukaran uang
pecahan kecil di loket KBI Yogyakarta didorong oleh penurunan penukaran uang kertas
sebesar 49,14% dari Rp80 miliar menjadi Rp119 miliar, sedangkan penukaran uang logam
mengalami peningkatan lebih tinggi, yakni 72,14% dari Rp1,3 miliar menjadi Rp2,3 miliar.
Peningkatan kegiatan penukaran uang pecahan kecil ini antara lain disebabkan oleh mulai
pulihnya kegiatan dunia usaha.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
63
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Juta Rp
Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Total164,619 143,595 80,077 11,952 16,938 78,553 11,981 119,424 49.14
1 10.000 89,751 72,541 37,007 6,279 8,545 42,876 5,743 63,443 71.44
2 5.000 59,974 59,041 25,767 3,499 5,483 21,317 3,524 33,822 31.263 2.000 0 0 13,307 2,012 2,638 12,998 1,226 18,874 41.83
4 1.000 14,895 12,014 3,996 162 272 1,362 1,488 3,285 -17.80
1,630 607 1,339 240 251 1,509 305 2,305 72.141 500 489 229 998 55 5 0 3 62 -93.79
2 200 802 351 249 117 144 243 103 608 143.86
3 100 321 26 92 69 102 206 90 467 406.63
166,249 144,201 81,416 12,192 17,189 80,062 12,286 121,729 49.52Keterangan:
1) %.
Total
Pecahan
Uang Kertas
Uang Logam
Tabel 4.2Penukaran Uang Pecahan Kecil
Ptumb1
(2009-10)2010
2008 20092007
Jika dilihat dari jenisnya, peningkatan kegiatan penukaran uang terutama terjadi pada
uang logam dengan pertumbuhan 72,14% dan diikuti kegiatan penukaran uang kertas
49,14%. Tingginya peningkatan kegiatan penukaran pada uang logam tersebut menunjukkan
bahwa harga-harga barang kebutuhan pokok di DIY relatif stabil sehingga nilai uang dengan
denominasi kecil masih banyak digunakan untuk transaksi.
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal yang layak
edar, KBI Yogyakarta secara rutin melakukan penyortiran dan peracikan menggunakan Mesin
Sortir Uang Kertas (MSUK) dan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Uang yang termasuk dalam
kategori tidak layak edar dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) yang untuk
selanjutnya dimusnahkan.
Jumlah PTTB atas uang lusuh dan uang yang ditarik dari peredaran pada tahun 2010
meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 159,89%. Peningkatan PTTB ini
menunjukkan bahwa preferensi masyarakat untuk memegang uang Hasil Cetak Sempurna
tinggi.
Berdasarkan denominasinya, peningkatan jumlah lembar PTTB terbesar
dialami oleh denominasi Rp2.000. Hal yang wajar mengingat perputaran uang tunai,
khususnya uang pecahan kecil lebih cepat karena banyak digunakan untuk melakukan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
64
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
transaksi, sehingga lebih cepat lusuh. Selain itu, kualitas bahannya juga tidak sebaik uang
dengan denominasi besar, seperti Rp100.000 dan Rp50.000.
Juta Rp
Ptumb1
Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Total (2009-10)100,000 379,542 403,644 220,094 62,117 108,900 305,861 313,514 790,391 259.11
50,000 600,716 464,705 216,373 121,556 132,812 255,969 328,517 838,854 287.69
20,000 150,675 124,197 142,531 35,153 24,796 21,100 43,269 124,318 (12.78) 10,000 108,757 103,520 81,818 18,874 15,183 10,576 39,212 83,845 2.48
5,000 62,898 66,517 65,957 17,682 15,629 9,884 25,860 69,055 4.70
2,000 - - 0 5 252 325 6,176 6,759 1,508,525.45
1,000 23,808 23,647 16,477 5,740 4,462 2,790 5,482 18,473 12.12
500 107 29 29 3 3 4 3 13 (54.21) 100 9 4 3 1 1 2 1 3 1.34
Total 1,326,511 1,186,263 743,282 261,131 302,038 606,510 762,033 1,931,711 159.89Keterangan:
1) %.
2008
Tabel 4.3Pemberian Tanda Tidak Berharga
2010Pecahan 2007 2009
Temuan Uang Palsu
Sepanjang tahun 2010, laporan temuan uang palsu ke KBI Yogyakarta mengalami
peningkatan di sisi nominal maupun di sisi jumlah lembarnya. Uang palsu yang dilaporkan
adalah sebanyak 1.847 lembar, naik 119,51% dari tahun 2009 yang tercatat sebanyak 901
lembar. Jika dilihat secara nominal, uang palsu yang dilaporkan adalah sebesar
Rp170.035.000,00, naik 119,51% dari tahun 2009 yang tercatat sebesar Rp77.460.000,00.
Lembar
Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Total100,000 2004 69 285 665 7 10 78 1,509 1,604
100,000 1999 31 17 4 1 0 0 1 2
50,000 2005 23 67 192 95 10 11 9 125
50,000 1999 30 33 6 17 2 0 17 36
50,000 1995 0 0 0 0 0 0 0 0
50,000 1993 7 17 2 1 0 0 3 4
20,000 2004 7 5 20 7 2 4 8 21
20,000 1998 6 11 1 18 0 0 5 23
20,000 1992 4 2 4 0 0 0 0 0
10,000 2005 7 12 4 0 4 0 1 5
10,000 1998 14 6 0 6 0 0 5 11
10,000 1992 25 17 1 4 0 1 8 13
5,000 2001 5 2 0 0 0 0 1 1
5,000 1992 2 0 2 2 0 0 0 2
13,835,000 36,770,000 77,460,000 7,060,000 1,680,000 8,440,000 152,855,000 170,035,000 119.51Keterangan:
1) Data uang pecahan Rp50.000,00 emisi 2005, Rp20.000 emisi 2004, Rp10.000,00 emisi 2005 dan Rp5.000,00 emisi 2001 adalah sejak tahun 2007.
Total (Rp)
2010Pecahan 20092007 2008
Tabel 4.4Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan1
Tahun Emisi
Ptumb2
(2009-10)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
65
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Hal ini disebabkan pecahan uang yang banyak dipalsu adalah pecahan besar, yaitu
pecahan Rp100.000 tahun emisi 2004 dan Rp50.000 tahun emisi 2005 masing-masing
sebesar 1.604 lembar dan 125 lembar.
Kecanggihan teknologi yang semakin berkembang dewasa ini rupanya telah
digunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab dengan membuat uang palsu. Namun
demikian, Bank Indonesia telah melakukan upaya preventif dengan menambahkan security
feature setiap mencetak uang dengan emisi baru. Upaya lainnya dilakukan dengan
memberikan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang
rupiah. Dengan demikian, diharapkan ruang gerak para pemalsu uang semakin terbatas.
SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI
Transaksi Kliring
Pada tahun 2010 penyelesaian rata-rata transaksi harian melalui kliring mengalami
peningkatan, baik dilihat dari sisi rata-rata warkat per hari maupun rata-rata nominal per hari.
Rata-rata warkat kliring per hari pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1.587 warkat per hari,
tumbuh -3,39% dari tahun 2009 yang tercatat sebanyak 1.643 warkat per hari. Sedangkan
rata-rata nominal kliring pada tahun 2010 sebesar Rp35 miliar per hari, meningkat 0,83% dari
tahun 2009 sebesar Rp34 miliar per hari.
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
10
15
20
25
30
35
40
45
I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10
Lem
bar
Mili
ar R
p
Nominal Kliring Warkat Kliring
Grafik 4.2 Transaksi Kliring
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
66
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Akan tetapi rata-rata kliring yang ditolak pada tahun 2010 juga mengalami
peningkatan, masing-masing sebesar 18,84% untuk rata-rata warkat ditolak per hari, yaitu
dari 24 lembar per hari pada tahun 2009 menjadi 28 lembar per hari pada tahun 2010, dan
sebesar 13,15% untuk rata-rata nominal ditolak per hari, yaitu dari Rp0,58 miliar per hari
pada tahun 2009 menjadi Rp0,65 miliar per hari pada tahun 2010.
Sejumlah alasan dapat melatarbelakangi penolakan kliring, antara lain tidak
dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat. Alasan lainnya adalah
rekening tutup dan saldo tidak cukup yang selanjutnya akan diadministrasikan oleh Bank
Indonesia pada Tata Usaha Cek Kosong (TUCK) dan Tata Usaha Daftar Hitam (TUDH).
Miliar Rp
Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Total
1 Rata-rata Warkat Kliring/Hari (lembar) 1,545 1,628 1,643 1,670 1,639 1,674 1,366 1,587 -3.39
2 Rata-rata Warkat Ditolak/Hari (lembar) 17 17 24 28 28 29 28 28 18.84
3 Rasio (2)/(1) dalam % 1.09 1.05 1.44 1.66 1.68 1.75 2.05 1.77
4 Rata-rata Nominal Kliring/Hari 28 34 34 34 35 39 30 35 0.83
5 Rata-rata Nominal Ditolak/Hari 0.349 0.397 0.575 0.571 0.677 0.779 0.574 0.650 13.15
6 Rasio (5)/(4) dalam % 1.23 1.18 1.67 1.66 1.92 2.01 1.89 1.87
1 Rata-rata Warkat Keluar/Bulan (lembar) 2,483 2,917 3,577 3,561 3,774 3,987 4,346 3,917 9.50
2 Rata-rata Warkat Masuk/Bulan (lembar) 3,256 3,875 4,306 4,959 5,208 5,396 5,745 5,327 23.72
3 Rata-rata Outgoing Transfer/Bulan 3,569 2,747 3,193 3,177 3,937 3,935 4,549 3,900 22.12
4 Rata-rata Incoming Transfer/Bulan 5,946 5,178 4,608 5,430 5,626 5,507 9,346 6,477 40.58
5 Net Transfer (4)-(3) 2,376 2,431 1,414 2,253 1,689 1,572 4,797 2,578 82.27Keterangan:
1) %.
RTGS
2010
KLIRING
2009
Tabel 4.5Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai
No Uraian Ptumb1
(2009-10)2007 2008
Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)1
Aktivitas sistem pembayaran non tunai pada Bank Indonesia-Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) melalui KBI Yogyakarta pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari
sisi warkat maupun dari sisi nominalnya. Hal ini dicerminkan melalui rata-rata transfer masuk
dan keluar yang merupakan transaksi antara wilayah DIY dan luar DIY. Laporan transaksi
sudah mengeluarkan transaksi antar bank yang sama-sama berada di wilayah DIY.
1 BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam
waktu seketika. BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi bernilai Rp.100 juta atau lebih.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I-2011
67
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Di sisi warkat, rata-rata warkat masuk per bulan naik 23,72% menjadi 5.327 warkat
per bulan pada tahun 2010 dari 4.306 warkat per bulan pada tahun sebelumnya. Sedangkan
rata-rata warkat keluar per bulan naik 9,50% dari 3.577 warkat per bulan pada tahun 2009
menjadi 3.917 warkat per bulan pada tahun 2010.
Dari sisi nominal, rata-rata transfer masuk (incoming transfer) per bulan naik 40,58%
dari Rp4.608 miliar per bulan pada tahun 2009 menjadi Rp6.447 miliar per bulan pada tahun
2010. Sedangkan rata-rata transfer keluar (outgoing transfer) per bulan meningkat 22,12%
dari Rp3.193 miliar per bulan pada tahun 2009 menjadi Rp3.900 miliar per bulan pada tahun
2010. Dengan demikian maka transfer masuk bersih (net-incoming transfer) ke sistem
perbankan di wilayah DIY mengalami peningkatan 82,27% dari Rp1.414 miliar menjadi
Rp2.578 miliar.
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
6.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10
Lem
bar
Mili
ar R
p
Nominal Incoming Transfer Nominal Outgoing Transfer
Warkat Incoming Transfer Warkat Outgoing Transfer
Grafik 4.3 Transaksi BI-RTGS
Peningkatan aktivitas BI-RTGS pada tahun 2010 diduga disebabkan oleh peningkatan
aktivitas aktivitas ekonomi seiring dengan pemulihan ekonomi global. Di samping itu, pada
saat terjadi Erupsi Merapi, banyak dana bantuan untuk korban Merapi yang masuk DIY.
Sedangkan peningkatan di sisi warkatnya menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat
yang bertransaksi dengan jumlah relatif kecil masih menggunakan BI-RTGS sebagai alat
transfer karena lebih cepat karena penyelesaian yang seketika sekaligus aman karena risiko
settlement-nya kecil. Dua hal ini merupakan prasyarat penting dalam penyelesaian transaksi
pembayaran dalam mendukung kegiatan ekonomi yang bergerak cepat.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
68
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Bank Indonesia terus mendorong masyarakat lebih banyak melakukan transaksi non
tunai (less cash society). Peningkatan penggunaan transaksi non tunai juga dapat dijadikan
sebagai cerminan kemajuan suatu daerah, terutama dalam menilai efisiensi dan intensitas
aktivitas perekonomian.
69
BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAH
Kinerja gabungan keuangan pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY tahun
2010, mengalami peningkatan baik di sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran. Secara
umum, pos penerimaan APBD Gabungan Rp5.734,2 miliar, naik 9,79% dari tahun sebelumnya
dan melebihi rencan awal (102,2%). Ketergantungan APBD di DIY terhadap pemerintah pusat
masih dominan, tercermin dari kontribusi Dana Perimbangan mencapai Rp3.661 miliar
(68,21%), sedangkan Pendapatan Asli Daerah hanya sebesar Rp1.285 miliar (23,05%). Di sisi
pengeluaran realisasinya Rp5.689,0 miliar, naik 10,19% dari tahun sebelumnya, namun lebih
rendah dari rencana awal (91,39%). Sementara itu, alokasi belanja daerah masih
terkonsentrasi kepada belanja pegawai dan belanja barang dan jasa.
Peningkatan kinerja perekonomian DIY di tahun 2010 memberi dampak pada kinerja
keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) gabungan di DIY di sisi
Pendapatan maupun belanja daerah yang relatif lebih baik dibanding tahun 2009 masing-
masing naik sebesar 9,79% dan 10,19%. Berdasarkan wilayah, pendapatan Pemerintah
Provinsi, Kabupaten dan Kota dibanding tahun sebelumnya seluruhnya meningkat dengan
realisasi penerimaannya di atas 100%. Sedangkan di sisi pengeluaran, belanja seluruh
pemerintahan daerah di DIY meningkat, tetapi persentase realisasi belanja masih dibawah
100%.
Wilayah yang mengalami surplus dalam realisasi APBD 2010 adalah Pemerintah
Provinsi DIY, Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulonprogo masing-masing sebesar
Rp55 miliar, 33 miliar dan Rp20 miliar. Wilayah yang mengalami surplus dalam realisasi APBD
terutama disebabkan oleh pertumbuhan pendapatannya lebih besar dari pertumbuhan
belanja.
PENDAPATAN APBD GABUNGAN PEMERINTAH PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA
Secara gabungan peningkatan realisasi pendapatan pemerintah daerah di DIY pada
tahun 2010 didorong oleh tingginya peningkatan realisasi Lain-lain Pendapatan yang sah
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
70
Bab 5 – Keuangan Pemerintah
89,07%, diikuti dengan peningkatan Pandapatan Asli Daerah (13,06%) dan Dana
Perimbangan (0,62%). Pos Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih
memiliki share terbesar yakni masing-masing sebesar 68,21% dan 23,05%.
Peningkatan pos PAD pada APBD 2010 didorong oleh peningkatan pendapatan dari
pos Lain-lain Pendapatan daerah Yang Sah sebesar 32,94%, diikuti Hasil Pajak Daerah dan
Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang Dipisahkan yang masing-masing tumbuh 15,80%
dan 10,69% dibanding realisasi tahun sebelumnya. Sementara itu pos Hasil Retribusi daerah
terkontraksi 13,09%. Peningkatan pos Lain-lain Pendapatan yang Sah terutama berasal dari
pendapatan hibah yang meningkat 791,60%, diantaranya berasal dari bantuan untuk
bencana Merapi, sedangkan Pajak Daerah terutama berasal dari peningkatan penerimaan
pajak kendaraan bermotor.
Growth %RAPBD REALISASI %-RAPBD RAPBD REALISASI %-RAPBD APBD 09-10
1 Pendapatan Daerah 5.041.440,34 5.223.489,39 103,61 5.608.734,84 5.734.610,90 102,24 9,79 A Pendapatan Asli Daerah 1.008.078,73 1.136.821,89 112,77 1.153.763,59 1.285.298,19 111,40 13,06
Hasil Pajak Daerah 641.752,92 708.641,47 110,42 718.168,49 820.604,25 114,26 15,80 Hasil Retribusi Daerah 178.345,59 198.976,82 111,57 166.348,59 172.938,86 103,96 (13,09) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 58.344,79 58.208,85 99,77 65.357,70 64.432,08 98,58 10,69 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 129.635,44 170.994,75 131,90 203.888,81 227.322,99 111,49 32,94
B Dana Perimbangan 3.644.558,71 3.638.207,04 99,83 3.656.733,47 3.660.776,84 100,11 0,62 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 339.205,56 332.848,69 98,13 389.813,31 393.856,68 101,04 18,33 Dana Alokasi Umum 3.015.919,15 3.015.924,35 100,00 2.992.335,86 2.992.335,86 100,00 (0,78) Dana Alokasi Khusus 289.434,00 289.434,00 100,00 274.584,30 274.584,30 100,00 (5,13) Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam - - - - - -
C Lain-lain Pendapatan yang Sah 353.699,27 417.060,11 117,91 798.237,78 788.535,87 98,78 89,07 Pendapatan Hibah 10.144,26 9.026,21 88,98 80.895,95 80.477,56 99,48 791,60 Pendapatan Dana Darurat - 68.062,05 - 73.863,38 73.868,81 - 8,53 Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya 198.385,86 146.815,81 74,01 152.429,61 152.165,60 99,83 3,64 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 66.299,07 75.970,02 114,59 312.150,13 308.844,48 98,94 306,53 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya 78.870,08 77.272,53 97,97 177.898,70 172.279,42 96,84 122,95 Pendapatan Lainnya - 39.913,50 - 1.000,00 900,00 -
Pendapatan Tanpa Kode Rekening 35.103,62 31.400,34 89,45 - - - (100,00) Jumlah Pendapatan 5.041.440,34 5.223.489,39 103,61 5.608.734,84 5.734.610,90 102,24 9,79
Tabel 5.1APBD Provinsi, Kabupaten, Kota
Se Wilayah Propinsi DIY - Sisi Pendapatan
APBD TOTAL2009 2010No Uraian
Juta Rp.
Keterangan:
Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
Berdasarkan wilayah, pertumbuhan realisasi PAD tertinggi di Kulonprogo yang tumbuh
21,31%, diikuti Provinsi 18,26%, Kota Yogyakarta 13,14%, Sleman 3,96%, dan Bantul
2,66%. Sebaliknya PAD Kabupaten Bantul mengalami penurunan 7,95%. Faktor yang
mempengaruhi peningkatan pendapatan PAD antara lain adalah pertumbuhan ekonomi yang
lebih baik sehingga berdampak pada peningkatan penerimaan pendapatan pajak daerah.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
71
Bab 5 – Keuangan Pemerintah
Sementara itu, pertumbuhan realisasi Dana Perimbangan bersumber dari peningkatan
pos Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak sejalan dengan peningkatan perolehan pajak di DIY pada
tahun 2010. Namun demikian share komponen terbesar dalam pos Dana Perimbangan masih
bersumber dari Dana Alokasi Umum sebesar 59,08%. Berdasarkan wilayahnya, pertumbuhan
Dana Perimbangan tertinggi adalah Kabupaten Gunungkidul 4,29%, diikuti Sleman 3,13%,
dan Bantul 3,02%. Sedangkan Provinsi DIY, Kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta
tumbuh negatif masing-masing -0,69%, -1,86% dan -6,33%. Sementara itu, Dana
Perimbangan yang realisasinya di tahun 2010 tidak mencapai 100% hanya Provinsi DIY dan
Kota Yogyakarta.
BELANJA PEMERINTAH
Struktur pengeluaran Belanja APBD Gabungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota di
DIY didominasi oleh pos Belanja Tidak Langsung 64,56%. Peningkatan realisasi Belanja
terutama bersumber dari pos Belanja Tidak Langsung sebesar 13,44% dan Belanja Langsung
sebesar 3,79% dibanding tahun sebelumnya.
Growth %RAPBD REALISASI %-RAPBD RAPBD REALISASI %-RAPBD APBD 09-10
2 Belanja Daerah 5.756.407,40 5.162.812,22 89,69 6.224.878,07 5.689.035,99 91,39 10,19 A Belanja Tidak Langsung 3.657.140,10 3.423.475,52 93,61 4.075.649,31 3.883.724,97 95,29 13,44
Belanja Pegawai 2.701.827,46 2.568.400,24 95,06 3.234.079,72 3.076.070,85 95,11 19,77 Belanja Bunga 925,10 819,76 88,61 994,10 656,51 66,04 (19,91) Belanja Subsidi 10.970,00 10.310,35 93,99 - - - (100,00) Belanja Hibah 161.335,86 157.705,13 97,75 176.946,08 171.720,71 97,05 8,89 Belanja Bantuan Sosial 314.166,81 274.603,18 87,41 236.800,28 216.496,86 91,43 (21,16) Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 227.028,73 227.019,79 100,00 240.341,37 241.085,12 100,31 6,20 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 187.222,36 180.831,57 96,59 169.682,18 165.180,69 97,35 (8,65) Belanja Tidak Terduga 53.663,79 3.785,49 7,05 16.805,58 12.514,23 74,46 230,58
B Belanja Langsung 2.099.267,30 1.739.336,70 82,85 2.149.228,76 1.805.311,03 84,00 3,79 Belanja Pegawai 388.469,05 303.971,33 78,25 385.055,81 348.258,08 90,44 14,57 Belanja Barang dan Jasa 1.006.666,71 834.811,20 82,93 1.080.477,03 963.194,27 89,15 15,38 Belanja Modal 704.131,54 600.554,17 85,29 683.695,92 493.858,68 72,23 (17,77)
Jumlah Belanja 5.756.407,40 5.162.812,22 89,69 6.224.878,07 5.689.035,99 91,39 10,19 Surplus/ (Defisit) (714.967,06) 60.677,17 (8,49) (616.143,23) 45.574,91 (7,40) (24,89)
APBD TOTALJuta Rp.
Tabel 5.2APBD Provinsi, Kabupaten, Kota
Se Wilayah Propinsi DIY - Sisi Belanja
No Uraian 2009 2010
Keterangan:
Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
Belanja Pegawai langsung dan tidak langsung meningkat 19,22% dan memiliki share
60,19% dari total Belanja. Realisasi Belanja Barang-Jasa naik 15,38% dibanding tahun
sebelumnya. Sedangkan realisasi Belanja Modal turun 17,77% dibanding tahun 2009, namun
penurunan ini tidak menggambarkan penurunan belanja modal sebenarnya karena terdapat
sebagian belanja modal juga terdapat pada belanja bantuan sosial, hibah, dan bantuan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
72
Bab 5 – Keuangan Pemerintah
keuangan kepada Kab/Kota/Desa. Belanja Modal dalam arti luas, yang meliputi belanja modal,
bantuan sosial, hibah, dan bantuan keuangan kepada Kab/Kota/Desa memiliki share 18,41%
dari total Belanja.
Realisasi belanja tertinggi terjadi di Kabupaten Bantul sebesar 96,12%, diikuti oleh
Kota Yogyakarta (91,61%), Kulonprogo (91,24%), Provinsi DIY (90,97%), Gunungkidul
(89,52) dan Sleman (89,10%). Dengan melihat cerminan realisasi belanja tersebut, tampaknya
masih ada ruang untuk mengoptimalkan belanja di daerah, khususnya untuk pembelanjaan
yang dapat meningkatkan nilai tambah.
SUMBER PEMBIAYAAN PEMERINTAH
Realisasi angka gabungan APBD tahun 2010 Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota
surplus Rp45 miliar. Sementara itu, sumber penerimaan pembiayaan masih didominasi oleh
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (95,52%), dan sumber pengeluaran
pembiayaan terbesar adalah Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah (53,61%). Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya meningkat 1,57% dibanding tahun
sebelumnya.
Juta Rp.
Growth %RAPBD REALISASI %-RAPBD RAPBD REALISASI %-RAPBD APBD 09-10
3 Pembiayaan Daerah 913.935,66 948.048,45 103,73 616.143,03 622.635,06 101,05 (34,32) A Penerimaan Pembiayaan 1.038.561,66 1.053.649,63 101,45 690.823,15 688.762,58 99,70 (34,63)
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 1.023.070,06 1.042.043,24 101,85 657.901,88 657.901,88 100,00 (36,86) Pencairan Dana Cadangan - - - - - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - - - Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah - - - - - - - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 1.912,75 1.477,85 77,26 18.311,20 27.261,66 148,88 1.744,69 Penerimaan Piutang Daerah 12.462,77 9.500,58 76,23 13.494,00 2.467,54 18,29 (74,03) Penerimaan Lainnya 1.116,07 627,96 56,27 1.116,07 1.131,51 101,38 80,19
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 1.038.561,66 1.053.649,63 101,45 690.823,15 688.762,58 99,70 (34,63) B Pengeluaran Pembiayaan 124.626,00 105.601,18 84,73 74.680,12 66.127,52 88,55 (37,38)
Pembentukan Dana Cadangan 6.575,00 6.575,00 100,00 - - - (100,00) Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 100.089,73 82.914,73 82,84 38.951,05 35.448,71 91,01 (57,25) Pembayaran Pokok Utang 6.037,91 4.464,29 73,94 1.663,57 1.663,31 99,98 (62,74) Pemberian Pinjaman Daerah 6.600,50 6.600,50 100,00 34.065,50 29.015,50 85,18 339,60 Penyelesaian Kegiatan DPA-L 4.921,67 4.653,29 94,55 - - - (100,00) Pengeluaran Pembiayaan Lainnya 401,20 393,37 98,05 - - - (100,00) Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 124.626,00 105.601,18 84,73 74.680,12 66.127,52 88,55 (37,38)
Pembiayaan Netto 913.935,66 948.048,45 103,73 616.143,03 622.635,06 101,05 (34,32) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA) - 1.008.725,62 - - 668.209,96 - (33,76)
APBD TOTAL
Tabel 5.3APBD Provinsi, Kabupaten, Kota
Se Wilayah Propinsi DIY - Sisi Pembiayaan
Keterangan:
Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
No Uraian 2009 2010
73
BAB 6 KETENAGAKERJAAN
Sejalan dengan perekembangan perekonomian DIY, beberapa indikator
kesejahteraan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 mengalami
perbaikan. Indikator kesejahteraan yang membaik tersebut antara lain adalah pendapatan
per kapita, ketenagakerjaan, angka kemiskinan, dan kualitas hidup sebagaimana tercermin
pada indeks pembangunan manusia (IPM). Pendapatan per kapita masyarakat di Daerah
Istimewa Yogyakarta atas dasar harga berlaku tercatat Rp13,18 juta, naik dari tahun 2009
Rp12,10 juta. Persentase tingkat kemiskinan sedikit mengalami perbaikan, yaitu turun dari
17,23% menjadi 16,83%; tingkat pengangguran terbuka di daerah Istimewa Yogyakarta
turun dari 6,00% di tahun 2009 menjadi 5,69% pada tahun 2010; nilai IPM tahun 2009
tercatat sebesar 75,23 meningkat dibandingkan indeks pada tahun sebelumnya sebesar 74,88.
Sedangkan, satu-satunya indikator yang menurun adalah Indeks kesengsaraan yang
meningkat dari 8,93% menjadi 13,07%.
PDRB per Kapita
PDRB perkapita penduduk DIY tahun 2009 tercatat Rp13,18 juta perkapita per tahun,
meningkat sekitar 8,97% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 12,10.
Walaupun pendekatan ini relatif kasar, namun angka PDRB perkapita banyak digunakan
sebagai pendekatan. Dengan asumsi distribusi pendapatan cenderung membaik maka dapat
diartikan tingkat kesejahteraan penduduk mengalami perbaikan pada tahun 2009, karena ada
kelebihan kenaikan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi.
Rupiah
PDRB Perkapita PDRB PerkapitaTahun (Ad. Harga (Ad. Harga
Konstan 2000) Berlaku)2006 5.276.688 2,66 8.851.985 14,942007 5.450.071 3,29 9.807.749 10,80
2008* 5.668.790 4,01 11.242.194 14,632009** 5.863.054 3,43 12.099.714 7,63
2010*** 6.085.284 3,79 13.184.861 8,97Keterangan
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
***) Angka sangat-sangat sementara
Sumber : BPS Provinsi DIY
Tabel 6.1PDRB Perkapita
Perubahan (%)
Perubahan (%)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
74
Bab 6 – Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja
Jumlah penduduk usia kerja di DIY pada Agustus 2010 sebanyak 2,70 juta
orang atau turun sebesar 6,04% jika dibandingkan dengan Agustus 2009. 1,88 juta
orang atau 69,76% tergolong sebagai angkatan kerja, sedangkan sisanya bukan angkatan
kerja karena sedang mengikuti sekolah, menjadi ibu rumah tangga, atau kegiatan lainnya.
Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2010 sebanyak 1,775 juta orang, turun sebesar
120,50 ribu orang bila dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2009 (1,896 juta orang).
Ribu Orang
Feb Agt Feb Agt Feb AgtA Angkatan Kerja 1.983 2.000 2.049 2.017 2.067 1.882 1 Bekerja 1.864 1.892 1.926 1.896 1.943 1.775 2 Pengangguran Terbuka 120 108 123 121 124 107 B Bukan Angkatan Kerja 852 836 809 855 827 816 C Penduduk Usia Kerja 2.836 2.836 2.857 2.872 2.895 2.698 D Tingkat Pengangguran Terbuka 6,04% 5,38% 6,00% 6,00% 6,02% 5,69%E Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 69,95% 70,51% 71,70% 70,23% 71,41% 69,76%
Sumber : BPSProvinsi DIY
Tabel 6.2Angkatan Kerja
No U r a i a n2008 2009 2010
TPAK1 di Provinsi DIY pada Agustus 2010 sebesar 69,76% turun jika
dibandingkan Agustus 2009 (70,23%). Angkatan kerja DIY pada Agustus 2010 sebanyak
1,88 juta orang, 94,31% diantaranya atau sebanyak 1,775 juta orang bekerja dan sisanya
5,69% atau 107 ribu orang merupakan angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan
(pengangguran terbuka). Presentase ini mengalami penurunan jika dibandingkan keadaan
Agustus 2009 (6,00%) seiring dengan pertumbuhan angkatan kerja dan penyerapan tenaga
kerja yang melambat. Sementara itu, dibandingkan dengan angka pengangguran nasional
(7,14%) presentase pengangguran di DIY lebih kecil.
Di antara penduduk yang sudah bekerja, terdapat pekerja setengah
pengangguran atau pengangguran terselubung, yakni pekerja dengan waktu kerja
kurang dari 35 jam seminggu. Pada posisi Agustus 2010, jumlah setengah pengangguran
sebesar 28% dari jumlah pekerja atau berjumlah sekitar 497 ribu orang, meningkat 61 ribu
orang jika dibandingkan posisi Agustus 2009 sebanyak 436 ribu orang.
1 TPAK adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
75
Bab 6 – Ketenagakerjaan
9,759,11
8,46 8,39 8,14 7,877,41 7,14
6,08 6,1 6,045,38
6,00 6,00 6,025,69
0
2
4
6
8
10
12
Feb 07 Agst 07 Feb 08 Agst 08 Feb 09 Agst 09 Feb 10 Agst 10
%
Nasional DIY
Grafik 6.1 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY
Sumber : BPS Provinsi DIY
Secara sektoral, sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
menyerap pekerja paling banyak di Provinsi DIY yaitu masing-masing sebesar 30,4%
dan 24,7% pada Agustus 2010. Sektor lain yang peranannya cukup berarti adalah sektor
jasa-jasa (17,9%) dan industri pengolahan (13,9%). Sebaran tenaga kerja tersebut searah
dengan struktur ekonomi di DIY yang disominasi sektor PHR dan pertanian
Feb Agt Feb Agt Feb Agt
A Pertanian 35,3% 29,6% 35,7% 30,1% 32,2% 30,4%B Pertambangan, Listrik, Gas, Air Bersih 1,1% 1,1% 1,3% 1,1% 1,0% 0,9%C Industri Pengolahan 13,2% 13,2% 12,9% 12,5% 15,1% 13,9%
D Bangunan 5,6% 8,0% 4,7% 7,7% 4,7% 6,2%E Perdagangan, Hotel dan Restoran 23,0% 24,1% 22,3% 24,0% 22,9% 24,7%F Pengangkutan dan Komunikasi 3,2% 4,7% 4,2% 4,4% 4,4% 3,8%G Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,3% 2,2% 1,6% 2,6% 2,2% 2,2%H Jasa 16,3% 17,0% 17,3% 17,7% 17,4% 17,9%
100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Sumber : BPS DIY
J u m l a h
Tabel 6.3Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
No Lapangan Usaha2008
Sektor Tradeable
Sektor Non-Tradeable
2009 2010
Ditinjau dari sisi status ketenagakerjaan, maka tenaga kerja di DIY lebih
didominasi oleh tenaga kerja informal sebagaimana porsi tenaga kerja informal di
Indonesia yang mencapai sebesar ± 67%. Di DIY porsi tenaga kerja informal juga
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
76
Bab 6 – Ketenagakerjaan
mendominasi, yaitu mencapai 65,5%. Berdasarkan assesmen, pertumbuhan nilai tambah di
sektor Industri, Perdagangan dan Jasa mampu menyerap tambahan tenaga kerja lebih tinggi
namun sebagian besar merupakan sektor informal. Sementara itu, pertumbuhan di sektor
Pertanian memiliki dampak penyerapan tenaga kerja yang relatif melambat antara lain karena
kapasitas produksi yang relatif sulit untuk ditingkatkan karena keterbatasan lahan.
%
Februari Agustus Feb Agt Feb AgtA Formal 35,7 34,8 34,4 35,4 34,7 34,5
Berusaha dibantu Buruh Tetap 3,9 4,0 3,7 3,0 3,5 3,9 Buruh/Karyawan/Pegawai 31,8 30,8 30,7 32,4 31,2 30,6
B Informal 64,2 65,2 65,8 64,6 65,2 65,5 Berusaha Sendiri 12,6 16,5 15,3 14,3 14,5 13,8 Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar 24,6 22,8 23,8 23,8 24,5 24,4 Pekerja Bebas di Pertanian 2,9 3,0 2,8 2,9 2,3 2,0 Pekerja Bebas di Non Pertanian 5,2 6,5 4,9 7,7 5,2 6,5 Pekerja Keluarga/tak Dibayar 18,9 16,4 19,0 15,9 18,7 18,9
Keterangan :
*) Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Februari 2008 - Agustus 2010 Sumber : BPS Propinsi DIY
2008
Tabel 6.4Indikator Status Ketenagakerjaan
No Status Pekerjaan Utama2009 2010
Upah Minimum Provinsi (UMP)2
Gubernur DIY melalui Keputusan Nomor 270/KEP/2010 tanggal 22 November
2010 menetapkan UMP 2011 sebesar Rp808.000,-. Jumlah tersebut lebih tinggi dari yang
diusulkan oleh Dewan Pengupahan DIY sebesar Rp802.338,-, namun lebih rendah dari
perhitungan rata-rata upah buruh di Yogyakarta yang dilakukan oleh Aliansi Buruh Yogyakarta
(ABY), yakni sebesar Rp837.319,-. UMP 2011 yang ditetapkan mengalami kenaikan sebesar
8,36% dari UMP 2010 sebesar Rp745.694,-. Sampai dengan akhir tahun 2010 terdapat 5
perusahaan yang mengajukan penangguhan penundaan UMP 2011. Namun demikian hanya
2 perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk melakukan penangguhan UMP tersebut.
2 UMP adalah jaring pengaman sosial yang diperuntukkan bagi pekerja lajang dengan 0 tahun masa kerja.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
77
Bab 6 – Ketenagakerjaan
400
674 657687
820 751399
460 500
586
700746
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2005 2006 2007 2008 2009 2010
KHL/KHM UMP
Ribu Rp
Grafik 6.2 Upah Minimum Provinsi
Kemiskinan
Nilai Garis Kemiskinan Provinsi DIY pada Maret 2010 sebesar Rp224.258,- per
kapita per bulan. Dibandingkan dengan angka bulan Maret 2009 yang besarnya
Rp211.978,- per kapita per bulan, maka nilai garis kemiskinan3 meningkat sebesar 5,79%.
Walaupun angka garis kemiskinan naik, namun jumlah penduduk miskin di Provinsi DIY dari
tahun ke tahun cenderung menurun. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 tercatat
663,5 ribu orang dan pada tahun 2010 menjadi 577,3 ribu orang.
Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut terjadi baik di kota maupun desa.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2010 adalah 53,41% atau
308,36 ribu orang, berkurang dari keadaan Maret 2009 yang mencapai 311,47 ribu orang.
Sementara itu, persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada bulan Maret 2010
adalah 46,59% atau 268,94 ribu orang, turun dari keadaan Maret 2009 yang mencapai
274,31 ribu orang. Penurunan jumlah penduduk miskin ini tidak lepas dari upaya-upaya
pemerintah melalui beberapa program yang dilaksanakan, seperti Bantuan Langsung Tunai
(BLT), pembagian beras raskin, pembebasan bea SPP, Jamkesra dan lain-lain yang cukup
efektif menurunkan tingkat kemiskinan dimaksud.
3 Garis kemiskinan merupakan ambang batas kebutuhan dasar baik untuk makanan maupun non makanan, yang
memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak. Terjadinya pertumbuhan garis kemiskinan ini antara lain sejalan dengan terjadinya kenaikan harga barang akibat inflasi.
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
78
Bab 6 – Ketenagakerjaan
633,5
616,3
585,8577,3
18,99
18,32
17,23
16,83
15,5
16
16,5
17
17,5
18
18,5
19
19,5
540
550
560
570
580
590
600
610
620
630
640
2007 2008 2009 2010
Chart Title
Jumlah Persentase (%)
Grafik 6.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY
ribu orang %
Indeks Kesengsaraan
Dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang meningkat, angka indeks kesengsaraan
di DIY tahun 2010 secara keseluruhan lebih buruk dari tahun sebelumnya (Grafik 6.3).
Indeks kesengsaraan yang dihitung dengan cara menjumlahkan persentase tingkat
pengangguran terbuka dengan tingkat inflasi pertama kali dikenalkan oleh Arthur Okun.
Angka indeks kesengsaraan tahun 2010 sebesar 13,07%, naik dari tahun 2009 8,93% namun
lebih baik dari angka nasional 14,10%.
Grafik 6.4 Indeks Kesengsaraan
14,0915,26
8,93
13,07
15,70
19,45
10,6514,10
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
2007 2008 2009 2010
%
DIY Nasional
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
79
Bab 6 – Ketenagakerjaan
Indeks ini mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran yang tinggi dan tingkat inflasi
yang memburuk akan menciptakan biaya sosial dan ekonomi suatu negara. Berdasarkan
indikator indeks kesengsaraan, kondisi kesejahteraan masyarakat pada tahun 2010 lebih
rendah dari tahun sebelumnya karena peningkatan laju inflasi sebagai akibat dari gejolak
harga komditas komoditas volatile foods.
Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang
menggambarkan pencapaian kualitas pembangunan manusia. Indeks ini mewakili
komponen yang diperlukan manusia untuk dapat hidup secara lebih berkualitas, yakni aspek
kesehatan, pendidikan dan aspek ekonomi. Tiga aspek ini menunjukkan tingkat pembangunan
manusia suatu wilayah melalui pengukuran. penduduk yang sehat dan berumur panjang,
berpendidikan dan berketrampilan, serta memiliki pendapatan yang memungkinkan untuk
hidup layak.
Nilai IPM tahun 2009 tercatat sebesar 75,28 meningkat dibandingkan indeks
pada tahun sebelumnya yang sebesar 74,88. Dengan pencapaian ini, posisi pembangunan
manusia di Provinsi DIY masuk dalam kategori kelompok ‘menengah atas’, yakni nilai IPM
yang berkisar antara 66 hingga 79. Kenaikan indeks IPM didukung oleh meningkatnya angka
seluruh indikator, yakni angka harapan hidup meningkat dari 73,11 pada tahun 2008 menjadi
73,16 pada tahun 2009. Dari segi pendidikan, angka melek huruf meningkat dari 89,46
menjadi 90,18 selama periode yang sama dan rata-rata lama sekolah juga meningkat dari
8,71 tahun menjadi 8,78 tahun pada periode yang sama. Adapun konsumsi riil per kapita
yang mewakili daya beli penduduk juga meningkat dari Rp643.250,- pada tahun 2008
menjadi Rp644.670,- pada tahun 2009.
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Nilai1. Angka Harapan Hidup (tahun) 72,6 72,9 73 73,1 73,11 73,16 2. Angka Melek Huruf (%) 85,8 86,7 86,7 87,78 89,46 90,18 3. Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,2 8,4 8,5 8,59 8,71 8,784. Konsumsi riil perkapita (Rp000) 636,7 638,7 638,8 639,88 643,25 644,67
72,9 73,57 73,71 74,15 74,88 75,23 2,71 2,16 0,76 1,72 2,81 1,39
Sumber : BPS Provinsi DIY
Indeks Pembangunan Manusia
Indikator
IPMReduction Shortfall
Tabel 6.5
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
80
Bab 6 – Ketenagakerjaan
Secara umum, pencapaian kualitas pembangunan manusia tahun 2009 lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2008 yang tercermin dari nilai reduction shortfall pada tahun
2009 yang lebih besar dibandingkan tahun 2008. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi menyebabkan meningkatnya kualitas hidup masyarakat
DIY.
81
Bab 7 Prospek Perekonomian
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2011 diperkirakan tumbuh masih
cukup baik, terutama didorong oleh masih tingginya pertumbuhan ekonomi di
negara-negara berkembang utama. Perekonomian di emerging market juga masih
menikmati tingginya arus modal masuk. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat,
Eropa dan Jepang masih belum optimal karena masih belum lepas dari krisis keuangan, dan di
Jepang perekonomian agak terganggu karena bencana tsunami. Pertumbuhan ekonomi
dunia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 4,3%1.
Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan
tumbuh cukup tinggi dengan didukung oleh permintaan domestik yang membaik dan
penguatan kinerja ekspor, disisi lain stabilitas ekonomi terjaga. Membaiknya rating investasi
Indonesia, selain mendorong investasi portfolio juga mendorong peningkatan Direct
Investment, dan berdampak pada peningkatan surplus neraca pembayaran Indonesia.
Dalam rangka pengendalian harga, pemerintah akan mengamankan stok dan
pasokan komoditas pokok. Dari sisi fiskal, pemerintah akan menerapakan prinsip kehati-
hatian dalam pengeloaan APBN dan akan terus melakukan penurunan rasio utang terhadap
PDB, diversifikasi profil utang pemerintah dan menurunkan ketergantungan terhadap utang
luar negeri.
Perekonomian DIY pada tahun 2011 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi
dibanding tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi DIY masih didorong oleh konsumsi rumah
tangga yang pada gilirannya akan mendorong investasi. pada tahun 2011 Yogyakarta
termasuk dalam evaluasi Promosi Investasi Global yang difasilitasi International Finance
Corporation (IFC) World Bank atau yang dikenal sebagai Global Investment Promotion
Benchmark yang merupakan penilaian terhadap prestasi promosi investasi dari 120 negara dan
70 daerah di dunia. Dengan masuknya Yogyakarta dalam Global Investment Promotion
Benchmark tersebut, akan semakin membuka peluang bagi datangnya investor ke Yogyakarta.
1 World Economic Outlook Update, IMF, Juni 2011
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
82
Bab 7 – Prospek Perekonomian
Walaupun belum jelas kapan realisasinya, beberapa proyek besar diharapkan juga akan
segera diwujudkan. Proyek-proyek besar yang sudah dibidik antara lain adalah pengolahan biji
besi di Kulonprogo yang diperkirakan menelan biaya USD 600 juta, pembangunan bandara
baru pengganti bandara Adisutjipto yang akan dikerjakan oleh investor asal India dengan
biaya sekitar USD 1 miliar. Secara total kedua proyek tersebut diperkirakan membutuhkan
investasi lebih dari Rp 13,9 triliun. Disamping menyerap tenaga kerja, proyek-proyek tersebut
tersebut akan membawa dampak ganda yaitu terkait dengan pembangunan infrastruktur
pendukung maupun kegiatan ekonomi lainnya. Di tahun 2011 sendiri, Pemerintah juga akan
mulai melaksanakan proyek-proyek terkait infrastruktur yang rusak akibat bencana erupsi
merapi. Pemerintah juga terus mendorong pihak swasta untuk melakukan investasi di sektor
property, baik komersial maupun residensial guna mendukung sektor perkembangan
pariwisata DIY.
Sementara itu, berdasarkan analisis siklus ekonomi dengan menggunakan Algoritma
Bry-Boschan neftci sequensial probability recursion, pada tahun 2011 perekonomian DIY akan
mulai memasuki titik balik dari dari fase kontraksi menuju fase ekspansi, sebagaimana tampak
pada grafik berikut.
0
0.5
1
‐20
‐15
‐10
‐5
0
5
10
15
P_T Posterior Prob of Trough in Near Term Threshold
Grafik 7.1. Perkembangan Boom Bust Pertumbuhan PDRB Riil Provinsi DIY
Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa sejak Januari 2008 hingga akhir tahun
2010 perekonomian DIY pada dasarnya masih berada dalam fase kontraksi (tergambar dari
gambar Peak – Trough berwarna merah). Berdasarkan grafik tersebut juga tampak bahwa fase
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
83
Bab 7 – Prospek Perekonomian
titik balik diperkirakan akan mulai terjadi pada tahun 2011 tergambar dari posterior probability
of trough in near term yang menunjukkan pembalikan. Dengan perkembangan tersebut
pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2011 diperkirakan akan berada pada kisaran 5% -
6%, lebih tinggi dibanding tahun 2010 sebesar 4,8%.
No Sektor Andil Andil2,7% 2,5% 0,79 6.735.000,04 2,8% 0,88
1 Pertanian 3,4% -0,7% (0,13) 3.656.415,33 1,1% 0,19 2 Pertambangan & Penggalian 0,3% 0,9% 0,01 158.200,75 13,0% 0,09 3 Industri Pengolahan 1,9% 7,0% 0,91 2.920.383,96 4,5% 0,60
5,3% 6,0% 4,08 15.458.660,08 6,7% 4,60 4 Listrik, Gas, & Air Bersih 6,1% 4,0% 0,04 196.503,27 1,8% 0,02 5 Bangunan 4,6% 6,1% 0,58 2.121.145,44 4,0% 0,38 6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 5,4% 5,1% 1,06 4.519.853,95 3,3% 0,69 7 Pengangkutan & Komunikasi 6,0% 5,5% 0,58 2.441.210,25 8,7% 0,93 8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Prsh 6,1% 7,9% 0,75 2.414.908,62 17,6% 1,72 9 Jasa-jasa 4,5% 6,4% 1,08 3.765.038,56 5,0% 0,85
4,4% 4,9% 4,87 22.193.660,12 5,5% 5,47 Keterangan:
*) Angka sementara.
**) Angka sangat sementara.
f Angka perkiraan.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
Tabel 7.1Produk Domestik Regional Bruto DIY
(Juta Rp - %)
2009 2011F2010*A. Tradable
B. Non-Tradable
PDRB
Secara sektoral, pangsa terbesar ekonomi DIY pada tahun 2011 masih akan didominasi
oleh 4 sektor dengan pangsa sekitar 70% dalam PDRB yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (PHR), sektor Pertanian, sektor Jasa-jasa dan sektor industri pengolahan. Namun
demikian, sebagaimana pada tahun sebelumnya, kontribusi pertumbuhan ekonomi DIY 2011
diperkirakan masih didominasi oleh sektor PHR, sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan, sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan sektor Konstruksi.
No Jenis Penggunaan Andil Andil1 Konsumsi Rumahtangga 6.7% 7.3% 3.34 10,668,886.70 8.0% 3.74 2 Konsumsi Pemerintah 7.6% 2.8% 0.58 4,500,069.10 6.8% 1.35 3 Pembentukan Modal tetap Domestik Bruto 3.2% 3.4% 0.91 5,634,575.64 1.3% 0.35 4 Lainnya -11.9% 0.6% 0.04 1,390,128.70 0.5% 0.03
4.4% 4.9% 4.87 22,193,660.14 5.5% 5.47 Keterangan:
*) Angka sementara.
**) Angka sangat sementara.
f Angka perkiraan.
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
(Juta Rp - %)
Tabel 7.2Produk Domestik Regional Bruto DIY
2009 2011F
PDRB
2010*
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
84
Bab 7 – Prospek Perekonomian
Sektor PHR diperkirakan masih akan menjadi motor utama perekonomian DIY. Masih
cukup menariknya DIY sebagai salah satu destinasi wisata mengundang minat pelaku usaha
untuk mendirikan hotel dan restoran yang merupakan penunjang utama pariwisata.
Menjamurnya rumah makan dan restoran juga turut mendorong peningkatan produksi di
sektor lainnya seperti pertanian, transportasi dan komunikasi.
Inflasi diperkirakan pada kisaran 5,5±1%. Pada tahun 2011 produksi padi
diperkirakan bakal melimpah sehingga ketersedian pasokan beras akan terjamin dan pada
gilirannya akan menghambat kenaikan harga beras yang merupakan kebutuhan utama
masyarakat. Disamping itu stok kebutuhan pokok lainnya seperti jagung dan kedele
diperkirakan juga akan terjaga. Faktor-faktor lain yang diperkirakan juga dapat menghambat
kenaikan harga-harga antara lain adalah: (1) menguatnya nilai tukar Rupiah yang dapat
berpengaruh pada peningkatan impor dan pada gilirannya akan meningkatkan ketersediaan
pasokan, (2) masih ditundanya pencabutan subsidi BBM premium.
No Kelompok 2007 2008 2009 2010 2011F
1 Bahan Makanan 13.31 14.87 3.91 18.86 11.96 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 7.33 9.40 7.50 5.47 4.99 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 6.18 13.60 1.40 5.49 4.25 4 Sandang 9.33 8.36 5.81 5.41 6.01 5 Kesehatan 4.36 8.23 1.86 1.97 1.89 6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 12.58 5.77 2.26 4.25 4.39
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 2.99 2.97 (1.23) 5.57 9.16
8.00 9.88 2.93 7.38 6.50 Keterangan:
Dalam %
Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.
Tabel 7.3Inflasi Kota Yogyakarta
(tahun dasar 2007)
UMUM
Sementara itu beberapa faktor yang kemungkinan dapat mendorong inflasi di tahun 2011
antara lain adalah adanya : (a) masih terus meningkatnya harga pangan di pasar internasional terkait
dengan iklim, (b) tingginya harga minyak dunia yang nantinya dapat menyebabkan kian tingginya
subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah dan pada akhirnya dapat memaksa pemerintah menaikkan
harga BBM bersubsidi, (c) ekspektasi inflasi terkait cukup tingginya capaian inflasi pada tahun
sebelumnya.
PROSPEK PERBANKAN
Kinerja Perbankan DIY tahun 2011 diperkirakan masih tumbuh cukup baik
sejalan dengan masih optimisnya perkiraan pertumbuhan ekonomi DIY. Potensi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
85
Bab 7 – Prospek Perekonomian
penyaluran kredit oleh perbankan DIY masih terbuka lebar mengingat masih cukup rendahnya
LDR perbankan DIY dan sku bunga acuan juga relatif stabil. Ketentuan mengenai LDR minimal
78% (PBI 12/19/2010) diharapkan juga turut mendorong peningkatan penyaluran kredit. Pada
tahun 2011, pertumbuhan kredit perbankan diperkirakan mencapai 17% - 22%. Dengan
perkembangan kredit tersebut aset perbankan DIY pada tahun 2011 diperkirakan meningkat
dalam kisaran 14% – 19%.
20,83
9,53
16,74 16,60
12,00
11,68
16,60
15,00
5,0
7,0
9,0
11,0
13,0
15,0
17,0
19,0
21,0
23,0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
22.34
10.34
17.46 18.89
14.00
15.55
18.89 19.00
5.0
7.0
9.0
11.0
13.0
15.0
17.0
19.0
21.0
23.0
25.0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 7.2. Proyeksi Kredit Bank Umum 2011 Grafik 7.3. Proyeksi Aset Bank Umum 2011
Sementara itu, penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan diperkirakan tumbuh
12%-15%. Peningkatan pendapatan masyarakat sejalan dengan meningkatnya aktifitas
ekonomi, dan juga meningkatnya remitence akan menambah kemampuan masyarakat untuk
menabung. Dengan kondisi tersebut, angka Loan to Deposit Ratio (LDR) diperkirakan berada
pada kisaran 58,17%-64,17%.
20.83
9.53
16.74 16.60
14.0011.68
16.60 17.00
5.0
7.0
9.0
11.0
13.0
15.0
17.0
19.0
21.0
23.0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
50.77
58.14 55.74
57.45 58.17
55.07 57.45
64.17
30.0
35.0
40.0
45.0
50.0
55.0
60.0
65.0
70.0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
Grafik 7.4. Proyeksi DPK Bank Umum Tahun 2011 Grafik 7.5. Proyeksi LDR Bank Umum 2011
PROSPEK KEUANGAN DAERAH
Rencana Anggaran Pendapatan Daerah (RAPBD) gabungan Pemerintah
Provinsi, Kabupaten dan Kota tahun 2011 diprakirakan tidak mengalami perubahan
signifikan dibandingkan angka realisasi tahun sebelumnya. Rencana Pendapatan Daerah
mengalami penurunan sebesar 1,68%. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
86
Bab 7 – Prospek Perekonomian
menurunnya lain-lain pendapatan yang sah yang menurun sebesar 37,56%. Sebagaimana
diketahui, pada tahun 2010 Propinsi DIY dilanda letusan gunung Merapi sehingga cukup
banyak bantuan mengalir ke rekening Pemda khususnya pada pos pendapatan dana darurat.
Sejalan dengan telah mulai pulihnya kehidupan masyarakat pasca erupsi merapi, bantuan dari
luar dipastikan akan menurun. Sementara itu secara keseluruhan, sumber utama pendapatan
daerah Propinsi DIY masih berasal dari Dana Perimbangan sebesar 68%. Dari pos Dana
Perimbangan tersebut, DAU merupakan pos terbesar yang mencapai 60% dari total
pendapatan. Pada tahun 2011, penerimaan dari pos DAU diperkirakan mengalami
peningkatan sebesar 11,3%.
2011 Growth %REALISASI RAPBD* Real'10-Renc'11
1 Pendapatan Daerah 5,734,610.90 5,638,034.54 (1.68) A Pendapatan Asli Daerah 1,285,298.19 1,299,778.56 1.13
Hasil Pajak Daerah 820,604.25 846,001.36 3.09 Hasil Retribusi Daerah 172,938.86 167,421.59 (3.19) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 64,432.08 70,193.05 8.94 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 227,322.99 216,162.56 (4.91)
B Dana Perimbangan 3,660,776.84 3,845,920.55 5.06 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 393,856.68 297,350.34 (24.50) Dana Alokasi Umum 2,992,335.86 3,331,230.52 11.33 Dana Alokasi Khusus 274,584.30 217,339.70 (20.85) Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam - - -
C Lain-lain Pendapatan yang Sah 788,535.87 492,335.42 (37.56) Pendapatan Hibah 80,477.56 12,197.91 (84.84) Pendapatan Dana Darurat 73,868.81 - (100.00) Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya 152,165.60 172,336.89 13.26 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 308,844.48 241,630.20 (21.76) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya 172,279.42 66,170.43 (61.59) Pendapatan Lainnya 900.00 - (100.00)
Pendapatan Tanpa Kode Rekening - - - Jumlah Pendapatan 5,734,610.90 5,638,034.54 (1.68)
2010
Keterangan:
Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
Tabel 7.4APBD Provinsi, Kabupaten, Kota
Se Wilayah Propinsi DIY - Sisi PendapatanJuta Rp
No UraianAPBD TOTAL
Sementara itu, Pendapatan Asli daerah (PAD) propinsi DIY masih relatif kecil yaitu
sekitar 23,05% dari total penerimaan APBD. PAD yang bersumber dari hasil pajak daerah
diperkirakan hanya akan naik tipis dan sebagian besar tergantung dari penerimaan pajak
kendaraan bermotor. Diperlukan upaya-upaya intensif untuk menaikkan pajak ini, diantaranya
yang diusulkan adalah mengenakan pajak tambahan bagi kendaraan non plat AB, maupun
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
87
Bab 7 – Prospek Perekonomian
upaya-upaya lain seperti pemberian keringanan pembebasan biaya mutasi. Upaya lain adalah
mendorong peningkatan retribusi dan ekstensifikasi pajak secara tepat.
2011 Growth %REALISASI RAPBD* RAPBD 10-11
2 Belanja Daerah 5,689,035.99 6,119,775.46 7.57 A Belanja Tidak Langsung 3,883,724.97 3,950,777.30 1.73
Belanja Pegawai 3,076,070.85 3,166,335.11 2.93 Belanja Bunga 656.51 621.98 (5.26) Belanja Subsidi - - - Belanja Hibah 171,720.71 106,100.72 (38.21) Belanja Bantuan Sosial 216,496.86 237,635.95 9.76 Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 241,085.12 238,088.23 (1.24) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 165,180.69 174,941.71 5.91 Belanja Tidak Terduga 12,514.23 27,053.60 116.18
B Belanja Langsung 1,805,311.03 2,168,998.16 20.15 Belanja Pegawai 348,258.08 375,736.82 7.89 Belanja Barang dan Jasa 963,194.27 1,146,864.15 19.07 Belanja Modal 493,858.68 646,397.19 30.89
Jumlah Belanja 5,689,035.99 6,119,775.46 7.57 Surplus/ (Defisit) 45,574.91 (481,740.92) (1,157.03)
3 Pembiayaan Daerah 622,635.06 433,950.02 (30.30) A Penerimaan Pembiayaan 688,762.58 502,155.85 (27.09)
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 657,901.88 479,429.91 (27.13) Pencairan Dana Cadangan - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah - - - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 27,261.66 19,661.20 (27.88) Penerimaan Piutang Daerah 2,467.54 1,948.67 (21.03) Penerimaan Lainnya 1,131.51 1,116.07 (1.36)
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 688,762.58 502,155.85 (27.09) B Pengeluaran Pembiayaan 66,127.52 68,205.83 3.14
Pembentukan Dana Cadangan - - - Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 35,448.71 29,434.96 (16.96) Pembayaran Pokok Utang 1,663.31 975.67 (41.34) Pemberian Pinjaman Daerah 29,015.50 37,795.20 30.26 Penyelesaian Kegiatan DPA-L - - - Pengeluaran Pembiayaan Lainnya - - - Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 66,127.52 68,205.83 3.14
Pembiayaan Netto 622,635.06 433,950.02 (30.30) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA) 668,209.96 (47,790.90) (107.15)
Se Wilayah Propinsi DIY - Sisi Belanja & Pembiayaan
Tabel 7.5APBD Provinsi, Kabupaten, Kota
Juta Rp
No UraianAPBD TOTAL
2010
Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
Keterangan:
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010
88
Bab 7 – Prospek Perekonomian
Disisi belanja, rencana Belanja diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 7,57%.
Peningkatan ini terutama bersumber dari peningkatan Belanja Langsung yang meningkat
sebesar 20,15%, sementara belanja tidak langsung hanya meningkat sebesar 1,73%.
Peningkatan belanja langsung yang cukup tinggi tersebut telah mengakibatkan bergesernya
komposisi belanja tidak langsung dan langsung Pemerintah dari yang semula 68,3% : 31,7%
menjadi 64,6% : 35,4%.
[Type text]
89
L a m p i r a n
Lampiran
90
Jumlah Jumlah Jumlah I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah 1. PERTANIAN 4.574,16 4.941,80 5.987,74 2.104,77 1.331,73 1.648,49 1.281,78 6.366,77 2.071,04 1.258,12 1.775,26 1.507,29 6.611,71 a. Tanaman Bahan Makanan 3.438,46 3.610,61 4.422,71 1.681,82 917,24 1.190,34 862,85 4.652,26 1.690,87 814,87 1.279,44 1.032,81 4.817,98 b. Perikanan 99,49 120,49 147,50 48,76 35,19 44,61 38,75 167,32 52,29 48,22 37,79 35,77 174,06 c. Lainnya1 1.036,21 1.210,71 1.417,54 374,19 379,29 413,54 380,18 1.547,19 327,89 395,03 458,03 438,70 1.619,66 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 218,17 258,76 292,49 67,69 70,13 75,92 80,24 293,98 71,39 73,86 78,47 80,93 304,66 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - - - - - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - - - - - - - - c. Penggalian 218,17 258,76 292,49 67,69 70,13 75,92 80,24 293,98 71,39 73,86 78,47 80,93 304,66 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.078,21 4.475,68 5.069,41 1.334,88 1.360,74 1.426,27 1.406,97 5.528,86 1.437,01 1.539,44 1.688,07 1.732,12 6.396,64 a. Industri Migas - - - - - 0 - - - - 0 - - b. Industri Tanpa Migas 4.078,21 4.475,68 5.069,41 1.334,88 1.360,74 1.426,27 1.406,97 5.528,86 1.437,01 1.539,44 1.688,07 1.732,12 6.396,64 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 377,00 423,37 488,33 131,72 141,13 143,75 143,71 560,32 144,57 145,57 155,47 161,46 607,07 a. Listrik 355,81 398,57 461,85 124,97 134,08 136,26 136,13 531,45 137,08 138,08 147,69 153,40 576,25 b. Gas - - - - - - - - - - - - - c. Air Bersih 21,19 24,80 26,48 6,74 7,05 7,49 7,59 28,87 7,49 7,50 7,78 8,06 30,82 5. KONSTRUKSI 2.866,92 3.470,71 4.075,61 963,79 1.017,77 1.112,92 1.336,93 4.431,41 993,82 1.104,84 1.234,36 1.500,39 4.833,42 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 5.597,60 6.326,70 7.362,64 1.903,82 1.985,44 2.126,46 2.149,89 8.165,61 2.110,39 2.259,60 2.423,83 2.214,36 9.008,18 a. Perdagangan Besar & Eceran 2.379,56 2.701,53 3.150,43 831,56 859,62 916,77 889,08 3.497,03 896,22 968,33 1.071,37 948,80 3.884,72 b. Hotel 454,95 549,13 717,18 173,99 194,33 205,03 228,52 801,87 199,88 245,26 223,35 199,43 867,92 c. Restoran 2.763,09 3.076,04 3.495,03 898,27 931,49 1.004,67 1.032,28 3.866,71 1.014,29 1.046,01 1.129,12 1.066,12 4.255,54 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 3.050,04 3.318,45 3.730,53 886,44 928,17 989,14 1.005,34 3.809,09 955,04 1.013,57 1.079,80 1.069,01 4.117,42 a. Pengangkutan 2.240,25 2.416,33 2.806,85 659,00 686,78 729,89 764,37 2.840,05 712,55 753,46 799,45 784,51 3.049,97 1. Angkutan Rel 79,53 84,77 101,33 26,37 27,36 27,93 26,61 108,27 24,57 27,70 28,41 23,26 103,94 2. Angkutan Jalan Raya 1.905,13 2.042,21 2.339,47 544,36 563,37 596,93 621,33 2.325,99 586,87 609,85 636,36 646,38 2.479,47 3. Angkutan Laut - - - - - - - - - - - - - 4. Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan - - - - - - - - - - - - - 5. Angkutan Udara 174,97 197,84 255,87 60,66 65,22 71,91 81,97 279,76 69,27 80,52 89,10 68,50 307,39 6. Jasa Penunjang Angkutan 80,61 91,51 110,19 27,61 30,82 33,12 34,47 126,02 31,83 35,39 45,58 46,37 159,17 b. Komunikasi 809,78 902,12 923,68 227,44 241,39 259,25 240,97 969,05 242,50 260,11 280,35 284,50 1.067,45 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 2.755,73 3.188,43 3.712,03 979,15 1.006,85 1.027,28 1.077,40 4.090,67 1.062,33 1.066,24 1.172,65 1.253,25 4.554,47 a. Bank 340,28 491,85 695,72 167,15 193,68 182,69 191,76 735,28 220,40 210,74 214,73 254,17 900,03 b. Real Estat 1.954,17 2.219,81 2.461,85 658,98 667,44 691,68 724,38 2.742,48 673,66 691,98 789,16 825,84 2.980,65 c. Lainnya2 461,29 476,77 554,46 153,03 145,73 152,90 161,25 612,92 168,27 163,52 168,75 173,24 673,79 9. JASA-JASA 5.899,50 6.512,83 7.383,35 1.855,63 2.153,23 2.016,39 2.135,07 8.160,33 2.074,70 2.379,93 2.321,90 2.381,75 9.158,28 a. Pemerintahan Umum 4.213,64 4.598,17 5.238,29 1.292,14 1.582,88 1.395,68 1.491,92 5.762,62 1.441,71 1.729,04 1.636,52 1.683,13 6.490,41 b. Swasta 1.685,87 1.914,66 2.145,06 563,49 570,35 620,71 643,15 2.397,71 632,99 650,89 685,37 698,62 2.667,87
PDRB 29.417,35 32.916,74 38.102,13 10.227,90 9.995,20 10.566,63 10.617,33 41.407,05 10.920,31 10.841,17 11.929,81 11.900,55 45.591,85 Keterangan: Sumber BPS 1 : Perkebunan, peternakan, dan kehutanan 2 : Lembaga keuangan bukan bank, Jasa penunjang keuangan, dan Jasa perusahaan
PDRB DIY Menurut SektorAtas Dasar Harga Berlaku
2006 2007 2008 2010LAPANGAN USAHA
2009
Jumlah Jumlah Jumlah Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Jumlah Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Jumlah1. Konsumsi Rumahtangga 14.303,80 15.674,78 18.100,62 5.015,55 5.024,79 5.312,86 5.257,59 20.610,79 5.407,64 5.619,35 6.016,85 6.155,03 23.198,86 a. Makanan 6.735,96 7.431,55 8.567,76 2.313,42 2.363,24 2.491,87 2.440,33 9.608,85 2.525,05 2.652,25 2.824,76 2.934,08 10.936,14 b. Bukan Makanan 7.567,84 8.243,23 9.532,86 2.702,13 2.661,56 2.820,99 2.817,26 11.001,93 2.882,59 2.967,09 3.192,09 3.220,95 12.262,72 2. Konsumsi Pemerintah 6.671,52 7.980,67 9.727,10 2.255,91 2.784,37 2.673,43 3.075,65 10.789,37 2.632,45 3.139,92 2.800,55 3.137,01 11.709,93 3. PMTDB 9.178,97 10.834,67 12.983,26 2.960,99 3.207,39 3.611,97 4.183,96 13.964,32 3.289,64 3.518,31 3.838,90 4.380,98 15.027,84 4. Lainnya *) (736,94) (1.573,39) (2.708,86) (4,55) (1.021,36) (1.031,63) (1.899,88) (3.957,42) (409,41) (1.436,40) (726,49) (1.772,47) (4.344,77)
PDRB 29.417,35 32.916,74 38.102,13 10.227,90 9.995,20 10.566,63 10.617,33 41.407,05 10.920,31 10.841,17 11.929,81 11.900,55 45.591,85 Keterangan: Sumber BPS*) Konsumsi Lembaga Nirlaba, Ekspor, Impor, Perubahan inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)PMTDB : Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
PDRB DIY Menurut PenggunaanAtas Dasar Harga Berlaku
2010Jenis Penggunaan 2006 2007 2008 2009
Lampiran
91
Jumlah Jumlah Jumlah I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah 1. PERTANIAN 3.306,93 3.333,38 3.519,77 1.202,46 751,06 923,35 765,82 3.642,70 1.170,60 722,35 951,39 772,74 3.617,08 a. Tanaman Bahan Makanan 2.528,70 2.492,37 2.675,64 990,96 538,73 690,77 552,83 2.773,29 982,33 503,02 720,18 551,64 2.757,17 b. Perikanan 70,15 84,03 85,79 26,82 19,95 24,44 21,33 92,54 28,38 26,77 19,54 18,48 93,17 c. Lainnya1 708,08 756,98 758,34 184,68 192,39 208,15 191,66 776,86 159,89 192,57 211,67 202,62 766,75 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 126,14 138,36 144,77 31,96 33,18 35,88 37,72 138,75 33,32 34,31 35,93 36,40 139,97 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - - - - - - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - - - - - - - - - c. Penggalian 126,14 138,36 144,77 31,96 33,18 35,88 37,72 138,75 33,32 34,31 35,93 36,40 139,97 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2.481,17 2.528,02 2.566,42 635,69 650,95 667,52 656,60 2.610,76 666,66 694,66 715,88 716,38 2.793,58 a. Industri Migas - - - - - 0 - - - - 0 - - b. Industri Tanpa Migas 2.481,17 2.528,02 2.566,42 635,69 650,95 667,52 656,60 2.610,76 666,66 694,66 715,88 716,38 2.793,58 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 152,86 165,77 174,93 43,90 47,02 47,49 47,19 185,60 47,39 47,68 48,62 49,34 193,03 a. Listrik 140,19 152,78 162,22 40,89 43,87 44,17 43,85 172,77 44,10 44,39 45,35 46,03 179,87 b. Gas - - - - - - - - - - - - - c. Air Bersih 12,28 12,99 12,71 3,01 3,15 3,32 3,34 12,83 3,29 3,29 3,27 3,31 13,16 5. KONSTRUKSI 1.580,31 1.732,94 1.838,43 418,66 442,99 483,90 578,17 1.923,72 426,46 475,40 518,87 619,58 2.040,31 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 3.569,62 3.750,36 3.965,38 983,85 1.019,18 1.080,21 1.078,87 4.162,12 1.045,01 1.110,38 1.168,49 1.049,96 4.373,85 a. Perdagangan Besar & Eceran 1.534,97 1.613,88 1.693,64 430,37 444,33 467,68 449,51 1.791,89 446,43 479,33 515,13 448,18 1.889,08 b. Hotel 259,90 287,90 342,33 79,85 89,07 92,75 102,45 364,12 88,72 108,18 95,69 83,95 376,54 c. Restoran 1.774,75 1.848,58 1.929,41 473,62 485,79 519,79 526,90 2.006,10 509,86 522,87 557,67 517,83 2.108,23 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1.761,67 1.875,31 1.999,33 494,69 521,33 553,41 559,16 2.128,59 524,80 557,41 585,22 578,26 2.245,70 a. Pengangkutan 1.235,20 1.286,54 1.357,63 330,60 345,03 361,79 379,42 1.416,84 345,99 365,06 376,81 366,00 1.453,85 1. Angkutan Rel 35,93 36,85 39,84 10,81 11,21 11,28 10,72 44,03 9,79 10,97 11,02 9,05 40,82 2. Angkutan Jalan Raya 996,81 1.041,60 1.079,01 260,57 269,69 281,75 292,47 1.104,48 271,32 280,19 286,39 291,85 1.129,74 3. Angkutan Laut - - - - - - - - - - - - - 4. Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan - - - - - - - - - - - - - 5. Angkutan Udara 156,49 159,11 185,36 45,83 49,28 53,57 60,90 209,57 50,88 58,76 63,70 49,13 222,47 6. Jasa Penunjang Angkutan 45,96 48,98 53,43 13,39 14,85 15,19 15,34 58,76 14,00 15,14 15,71 15,97 60,82 b. Komunikasi 526,47 588,77 641,70 164,09 176,30 191,62 179,74 711,75 178,81 192,36 208,41 212,27 791,84 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 1.591,89 1.695,16 1.790,56 456,14 469,09 477,93 500,26 1.903,41 485,51 484,50 527,26 555,89 2.053,16 a. Bank 187,81 250,72 318,86 74,97 86,87 81,68 85,60 329,11 98,38 94,07 95,85 113,45 401,76 b. Real Estat 1.130,30 1.181,98 1.210,45 308,56 313,14 324,18 338,86 1.284,73 308,59 314,16 353,17 362,91 1.338,83 c. Lainnya2 273,77 262,46 261,25 72,62 69,08 72,07 75,80 289,56 78,54 76,27 78,24 79,52 312,57 9. JASA-JASA 2.965,16 3.072,20 3.209,34 777,56 897,55 824,57 868,94 3.368,61 830,33 944,37 901,37 909,52 3.585,60 a. Pemerintahan Umum 2.049,43 2.121,21 2.230,82 528,56 646,66 559,37 597,97 2.332,56 567,07 675,79 621,33 627,78 2.491,96 b. Swasta 915,73 950,99 978,52 249,00 250,90 265,20 270,97 1.036,06 263,26 268,59 280,05 281,74 1.093,63
PDRB 17.535,75 18.291,51 19.208,94 5.044,91 4.832,36 5.094,27 5.092,72 20.064,26 5.230,08 5.071,06 5.453,04 5.288,09 21.042,27 Keterangan: Sumber BPS 1 : Perkebunan, peternakan, dan kehutanan 2 : Lembaga keuangan bukan bank, Jasa penunjang keuangan, dan Jasa perusahaan
2006 2007 2008 2010
PDRB DIY Menurut SektorAtas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
LAPANGAN USAHA2009
Jumlah Jumlah Jumlah Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Jumlah Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Jumlah1. Konsumsi Rumahtangga 7.959,53 8.132,03 8.396,64 2.225,99 2.260,59 2.378,76 2.345,81 9.211,15 2.384,55 2.426,94 2.532,73 2.537,41 9.881,63 a. Makanan 4.071,37 4.108,53 4.171,45 1.083,34 1.091,03 1.140,53 1.117,33 4.432,21 1.132,20 1.152,99 1.193,97 1.196,73 4.675,90 b. Bukan Makanan 3.888,17 4.023,50 4.225,18 1.142,65 1.169,57 1.238,23 1.228,48 4.778,93 1.252,35 1.273,95 1.338,76 1.340,67 5.205,74 2. Konsumsi Pemerintah 3.290,77 3.537,96 3.811,94 900,47 1.078,41 998,88 1.122,07 4.099,84 954,34 1.133,39 1.006,74 1.120,83 4.215,31 3. PMTDB 4.864,18 4.997,31 5.210,71 1.156,02 1.247,72 1.384,36 1.590,00 5.378,10 1.238,49 1.310,57 1.414,77 1.597,61 5.561,44 4. Lainnya *) 1.421,27 1.624,21 1.789,65 762,43 245,64 332,26 34,85 1.375,17 652,68 200,16 498,80 32,24 1.383,88
PDRB 17.535,75 18.291,51 19.208,94 5.044,91 4.832,36 5.094,27 5.092,72 20.064,26 5.230,08 5.071,06 5.453,04 5.288,09 21.042,27Keterangan: Sumber BPS*) Konsumsi Lembaga Nirlaba, Ekspor, Impor, Perubahan inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)PMTDB : Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
2009Jenis Penggunaan 2006 2007 2008 2010
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000PDRB DIY Menurut Penggunaan
Lampiran
92
Bahan Makanan
Makanan Jadi,
Minuman, Rokok &
Tembakau
Perumahan, Air, Listrik,
Gas & Bahan Bakar
Sandang KesehatanPendidikan, Rekreasi & Olahraga
Transportasi & Komunikasi
Umum
2002 107,36 106,06 105,14 102,06 107,82 107,04 102,68 105,552003 102,85 111,08 119,54 107,47 121,94 116,02 103,03 111,202004 111,67 117,43 127,44 114,56 129,82 128,29 108,31 118,932005 127,42 132,38 143,68 123,69 141,35 142,24 143,41 136,752006 147,32 150,71 153,28 133,63 164,10 164,09 145,56 150,972007 166,92 161,76 162,75 146,10 171,25 184,73 149,91 163,04
2008b 122,45 111,97 116,71 112,65 110,22 111,96 103,30 113,322009
Januari 123,33 112,96 117,10 113,55 110,75 112,01 100,86 113,42Februari 124,30 114,08 117,20 117,31 110,79 112,06 99,46 113,78Maret 123,81 114,73 117,33 118,36 110,90 112,09 99,74 113,99April 122,35 114,92 117,16 115,48 110,90 112,14 99,64 113,60Mei 122,13 116,38 117,19 114,99 111,23 112,19 99,91 113,91Juni 122,76 116,69 117,23 115,37 111,69 112,17 99,93 114,12Juli 125,19 116,81 117,12 114,97 111,77 112,25 100,04 114,49Agustus 126,46 117,47 117,74 114,90 111,68 114,34 101,21 115,37September 129,27 118,60 117,87 116,06 112,02 114,46 102,07 116,29Oktober 129,11 118,67 118,13 116,45 111,97 114,51 101,38 116,26November 127,64 119,96 118,25 118,01 112,06 114,52 101,03 116,36Desember 127,24 120,37 118,34 119,19 112,27 114,49 102,03 116,64
2010Januari 129,28 121,48 118,84 118,37 112,33 114,48 102,20 117,30Februari 130,13 122,32 119,03 117,89 112,44 114,48 102,40 117,66Maret 129,91 122,45 119,37 118,38 112,43 114,34 102,68 117,81April 131,02 122,65 119,52 118,49 112,78 114,29 102,78 118,10Mei 131,15 122,77 119,59 120,00 112,81 114,28 102,92 118,26Juni 137,41 123,09 119,89 121,45 113,24 114,96 104,35 119,75Juli 143,74 123,36 120,34 120,98 113,37 115,19 107,53 121,43Agustus 141,92 123,75 122,45 120,62 113,95 116,48 107,49 121,95September 143,28 124,84 123,76 121,98 114,21 118,52 108,80 123,24Oktober 143,81 125,82 124,07 123,69 114,42 119,45 107,62 123,58November 147,38 126,35 124,29 124,63 114,70 119,37 107,65 124,35Desember 151,24 126,96 124,84 125,64 114,48 119,36 107,71 125,25
Keterangan:
a) Angka tahunan adalah angka akhir periode yang bersangkutan.
b) Sejak Juni 2008 dihitung dengan menggunakan tahun dasar 2007 = 100
Sumber: BPS Provinsi DIY
Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta
Akhir Periodea
Lampiran
93
Miliar Rp
I. ASET 16.407 18.959 20.919 24.572 29.212Jenis Bank 16.407 18.959 20.919 24.572 29.2121. Bank Umum 15.279 17.505 19.207 22.587 26.7592. Bank Perkreditan Rakyat 1.128 1.454 1.712 1.985 2.453Jenis Usaha Bank 16.407 18.959 20.919 24.572 29.2121. Konvensional 16.030 18.431 20.062 23.285 27.4432. Syariah 376 528 856 1.287 1.769
II. DANA PIHAK KETIGA 14.729 16.450 18.017 21.034 24.524Jenis Bank 14.729 16.450 18.017 21.034 24.5241. Giro 2.595 2.886 2.637 2.798 3.100
a. Bank Umum 2.595 2.886 2.637 2.798 3.1002. Tabungan 6.932 8.153 8.957 10.479 12.305
a. Bank Umum 6.692 7.800 8.567 10.029 11.796b. Bank Perkreditan Rakyat 240 353 391 450 510
3. Deposito 5.203 5.411 6.423 7.757 9.119a. Bank Umum 4.621 4.697 5.631 6.852 8.024b. Bank Perkreditan Rakyat 581 715 792 904 1.095
Jenis Usaha Bank 14.729 16.450 18.017 21.034 24.5241. Giro 2.595 2.886 2.637 2.798 3.100
a. Konvensional 2.563 2.855 2.590 2.732 3.013b. Syariah 31 31 47 66 87
2. Tabungan 6.932 8.153 8.957 10.479 12.305a. Konvensional 6.758 7.914 8.629 10.050 11.748b. Syariah 173 239 328 428 558
3. Deposito 5.203 5.411 6.423 7.757 9.119a. Konvensional 5.081 5.226 6.176 7.365 8.535b. Syariah 122 185 247 392 584
III. KREDIT 7.478 9.059 10.475 11.723 14.0901. Jenis Penggunaan 7.478 9.059 10.475 11.723 14.090
Jenis Bank 7.478 9.059 10.475 11.723 14.090a. Modal Kerja 2.974 3.723 4.450 4.642 5.488
1) Bank Umum 2.596 3.258 3.878 4.010 4.7522) Bank Perkreditan Rakyat 378 465 572 632 736
b. Investasi 1.120 1.219 1.280 1.486 1.8091) Bank Umum 1.063 1.132 1.162 1.360 1.6252) Bank Perkreditan Rakyat 56 87 118 126 184
c. Konsumsi 3.384 4.116 4.745 5.595 6.7931) Bank Umum 2.957 3.599 4.098 4.792 5.8402) Bank Perkreditan Rakyat 427 518 647 803 953
Jenis Usaha Bank 7.478 9.059 10.475 11.723 14.090a. Modal Kerja 2.974 3.723 4.450 4.642 5.488
1) Konvensional 2.868 3.575 4.162 4.247 5.0282) Syariah 106 148 288 395 460
b. Investasi 1.120 1.219 1.280 1.486 1.8091) Konvensional 1.032 1.136 1.180 1.377 1.6862) Syariah 87 83 99 109 123
c. Konsumsi 3.384 4.116 4.745 5.595 6.7931) Konvensional 3.162 3.873 4.574 5.400 6.4082) Syariah 222 243 172 195 385
20102008 20092006 2007
Indikator Perbankan - Provinsi DIY
No Uraian
Lampiran
94
2. KolektibilitasJenis Bank 7.478 9.059 10.475 11.723 14.090a. Lancar 6.825 8.206 9.602 10.789 13.075
1) Bank Umum 6.053 7.220 8.349 9.313 11.3112) Bank Perkreditan Rakyat 772 986 1.253 1.476 1.764
b. Dalam Perhatian Khusus 317 396 607 558 5661) Bank Umum 317 396 607 558 566
c. Kurang Lancar 98 48 63 64 971) Bank Umum 72 23 40 40 662) Bank Perkreditan Rakyat 26 25 23 24 32
d. Diragukan 51 43 48 63 901) Bank Umum 27 27 31 48 672) Bank Perkreditan Rakyat 24 16 17 16 23
e. Macet 187 366 154 248 2621) Bank Umum 148 323 110 203 2082) Bank Perkreditan Rakyat 39 43 45 45 54
Jenis Usaha Bank 7.478 9.059 10.475 11.723 14.090a. Lancar 6.825 8.206 9.602 10.789 13.075
1) Konvensional 6.440 7.766 9.077 10.142 12.1852) Syariah 385 440 526 648 890
b. Dalam Perhatian Khusus 317 396 607 558 5661) Konvensional 295 372 585 521 5272) Syariah 23 23 22 37 39
c. Kurang Lancar 98 48 63 64 971) Konvensional 95 44 59 54 792) Syariah 3 4 4 10 18
d. Diragukan 51 43 48 63 901) Konvensional 49 41 45 61 852) Syariah 2 2 3 2 5
e. Macet 187 366 154 248 2621) Konvensional 184 362 151 246 2462) Syariah 3 5 4 2 15
IV. RASIO1. Loan to Deposit Ratio (%)
Jenis Bank 50,77 55,07 58,14 55,74 57,45a. Bank Umum 47,57 51,93 54,28 51,64 53,31b. Bank Perkreditan Rakyat 104,93 100,26 113,05 115,27 116,66Jenis Usaha Bank 50,77 55,07 58,14 55,74 57,45a. Konvensional 49,04 53,67 57,01 54,72 56,33b. Syariah 127,19 104,28 89,86 78,93 78,73
2. Non Performing Loansa. Nominal (Miliar Rp)
Jenis Bank 336 457 266 376 4491) Bank Umum 246 373 181 290 3402) Bank Perkreditan Rakyat 90 84 85 85 108Jenis Usaha Bank 336 457 266 376 4491) Konvensional 328 446 254 361 4102) Syariah 8 11 12 14 38
b. Rasio (%)Jenis Bank 4,49 5,05 2,54 3,20 3,191) Bank Umum 3,72 4,67 1,98 2,86 2,792) Bank Perkreditan Rakyat 10,41 7,86 6,33 5,46 5,79Jenis Usaha Bank 4,49 5,05 2,54 3,20 3,191) Konvensional 4,64 5,20 2,56 3,28 3,132) Syariah 1,93 2,31 2,06 2,06 3,96
20102007 2008 20092006No Uraian
Lampiran
95
Miliar Rp
I KANTOR PELAYANAN 757 808 894 1.038 1.3061. Kantor Pusat 1 1 1 1 12. Kantor Cabang 42 43 46 50 523. Kantor Cabang Pembantu 102 105 138 155 2774. Kantor Kas 159 175 172 189 1225. Kas Mobil 5 3 3 4 136. Payment Point 24 33 34 42 807. Anjungan Tunai Mandiri 424 448 500 597 7618. Jumlah Karyawan 4.339 4.434 4.806 5.018 4.822
II ASET 15.279 17.505 19.207 22.587 26.759III DANA PIHAK KETIGA 13.908 15.382 16.834 19.679 22.919
1. Giro 2.595 2.886 2.637 2.798 3.1002. Tabungan 6.692 7.800 8.567 10.029 11.7963. Deposito 4.621 4.697 5.631 6.852 8.024
IV KREDIT 6.616 7.989 9.138 10.162 12.2181. Jenis Penggunaan 6.616 7.989 9.138 10.162 12.218
a. Modal Kerja 2.596 3.258 3.878 4.010 4.752b. Investasi 1.063 1.132 1.162 1.360 1.625c. Konsumsi 2.957 3.599 4.098 4.792 5.840
2. Sektor Ekonomi 6.616 7.989 9.138 10.162 12.218a. Pertanian 207 242 269 274 228b. Pertambangan 21 6 7 9 8c. Industri 597 676 758 692 771d. Listrik, Gas & Air 1 1 11 34 42e. Konstruksi 234 219 142 150 204f. Perdagangan 1.666 2.094 2.539 2.965 2.927g. Angkutan 78 82 110 101 101h. Jasa Dunia 605 826 850 818 868i. Jasa Sosial 187 166 227 242 411j. Lainnya 3.021 3.677 4.227 4.876 6.657
3. Kolektibilitas 6.616 7.989 9.138 10.162 12.218a. Lancar 6.053 7.220 8.349 9.313 11.311b. Dalam Perhatian Khusus 317 396 607 558 566c. Kurang Lancar 72 23 40 40 66d. Diragukan 27 27 31 48 67e. Macet 148 323 110 203 208
V RASIO1. Non Performing Loans
a. Nominal 246 373 181 290 340b. Rasio (%) 3,72 4,67 1,98 2,86 2,79
2. Loan to Deposit Ratio (%) 47,57 51,93 54,28 51,64 53,31
20102008No 2009
Indikator Bank Umum - DIY
Uraian 20072006
Lampiran
96
Miliar Rp
I ASET 754 802 761 807 975II DANA PIHAK KETIGA 679 733 697 755 893
1. Giro 64 82 72 75 662. Tabungan 533 543 549 597 7063. Deposito 82 109 76 84 121
III KREDIT 422 506 602 671 7661. Jenis Penggunaan 422 506 602 671 766
a. Modal Kerja 185 234 300 347 403b. Investasi 51 45 39 44 49c. Konsumsi 186 227 263 280 314
2. Sektor Ekonomi 422 506 602 671 766a. Pertanian 54 68 77 64 42b. Pertambangan 0 0 0 1 0c. Industri 10 13 26 19 37d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0e. Konstruksi 1 1 1 2 2f. Perdagangan 101 145 194 258 181g. Angkutan 0 0 1 1 1h. Jasa Dunia 59 25 10 8 3i. Jasa Sosial 1 2 2 1 6j. Lainnya 196 251 291 316 493
3. Kolektibilitas 422 506 602 671 766a. Lancar 399 484 562 612 703b. Dalam Perhatian Khusus 18 18 32 39 44c. Kurang Lancar 2 1 3 4 3d. Diragukan 1 1 2 4 2e. Macet 3 3 4 12 14
IV RASIO1. Non Performing Loans
a. Nominal 6 4 8 20 19b. Rasio (%) 1,37 0,88 1,38 2,97 2,43
2. Loan to Deposit Ratio (%) 62,18 69,04 86,38 88,79 85,76
2010No Uraian 2008 2009
Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul
20072006
Lampiran
97
Miliar Rp
I ASET 412 468 563 710 841II DANA PIHAK KETIGA 368 388 380 445 531
1. Giro 119 100 57 60 512. Tabungan 228 262 292 336 3823. Deposito 21 25 30 48 98
III KREDIT 330 397 513 663 7861. Jenis Penggunaan 330 397 513 663 786
a. Modal Kerja 104 127 171 234 280b. Investasi 37 37 42 48 47c. Konsumsi 189 233 299 381 459
2. Sektor Ekonomi 330 397 513 663 786a. Pertanian 11 24 43 34 26b. Pertambangan 1 1 1 0 0c. Industri 3 6 9 9 8d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0e. Konstruksi 1 1 1 1 1f. Perdagangan 114 120 146 227 171g. Angkutan 1 1 1 1 2h. Jasa Dunia 8 8 9 7 1i. Jasa Sosial 2 2 3 2 11j. Lainnya 190 235 301 381 566
3. Kolektibilitas 330 397 513 663 786a. Lancar 315 380 493 626 745b. Dalam Perhatian Khusus 8 10 14 29 27c. Kurang Lancar 1 1 0 2 2d. Diragukan 1 2 1 2 4e. Macet 4 4 5 4 9
IV RASIO1. Non Performing Loans
a. Nominal 7 7 6 8 14b. Rasio (%) 1,98 1,83 1,17 1,17 1,81
2. Loan to Deposit Ratio (%) 89,67 102,55 135,00 149,06 148,05
2010Uraian 2007 20082006 2009
Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul
No
Lampiran
98
Miliar Rp
I ASET 461 485 540 626 724II DANA PIHAK KETIGA 434 444 482 542 640
1. Giro 68 48 49 67 892. Tabungan 329 362 396 431 4793. Deposito 37 34 38 44 72
III KREDIT 309 345 408 484 5691. Jenis Penggunaan 309 345 408 484 569
a. Modal Kerja 96 108 135 169 206b. Investasi 29 26 33 43 49c. Konsumsi 184 211 241 272 313
2. Sektor Ekonomi 309 345 408 484 569a. Pertanian 22 25 30 57 37b. Pertambangan 0 0 0 0 0c. Industri 2 3 3 4 5d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0e. Konstruksi 2 2 1 6 7f. Perdagangan 63 74 95 118 96g. Angkutan 12 8 5 5 6h. Jasa Dunia 2 2 3 4 1i. Jasa Sosial 1 0 1 1 5j. Lainnya 203 231 270 290 413
3. Kolektibilitas 309 345 408 484 569a. Lancar 294 334 394 458 546b. Dalam Perhatian Khusus 6 7 10 19 16c. Kurang Lancar 0 1 1 1 1d. Diragukan 1 1 1 1 1e. Macet 6 3 3 4 4
IV RASIO1. Non Performing Loans
a. Nominal 8 5 5 7 7b. Rasio (%) 2,64 1,30 1,12 1,41 1,17
2. Loan to Deposit Ratio (%) 71,09 77,78 84,63 89,29 88,82
2010
Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo
20082006 2009No Uraian 2007
Lampiran
99
Miliar Rp
I ASET 2.446 2.594 3.010 3.334 3.837II DANA PIHAK KETIGA 2.379 2.483 2.845 3.103 3.676
1. Giro 335 422 457 517 5572. Tabungan 1.454 1.480 1.629 1.838 2.3053. Deposito 590 581 759 748 813
III KREDIT 1.031 1.229 1.252 1.538 1.7491. Jenis Penggunaan 1.031 1.229 1.252 1.538 1.749
a. Modal Kerja 482 585 544 620 674b. Investasi 142 137 115 109 146c. Konsumsi 406 508 593 809 928
2. Sektor Ekonomi 1.031 1.229 1.252 1.538 1.749a. Pertanian 32 40 38 32 24b. Pertambangan 18 4 4 2 0c. Industri 92 102 86 82 91d. Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0e. Konstruksi 136 141 12 12 22f. Perdagangan 255 316 350 444 342g. Angkutan 1 2 6 5 6h. Jasa Dunia 59 87 112 124 109i. Jasa Sosial 12 12 18 20 64j. Lainnya 425 526 627 815 1.091
3. Kolektibilitas 1.031 1.229 1.252 1.538 1.749a. Lancar 980 944 1.145 1.433 1.593b. Dalam Perhatian Khusus 32 42 80 76 99c. Kurang Lancar 6 3 5 4 10d. Diragukan 2 2 4 12 13e. Macet 10 239 18 14 33
IV RASIO1. Non Performing Loans
a. Nominal 18 244 27 29 56b. Rasio (%) 1,78 19,85 2,14 1,90 3,22
2. Loan to Deposit Ratio (%) 43,31 49,51 43,99 49,55 47,58
2006
Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman
201020082007 2009No Uraian
Lampiran
100
Miliar Rp
I ASET 11.206 13.155 14.333 17.110 20.382II DANA PIHAK KETIGA 10.047 11.335 12.429 14.834 17.180
1. Giro 2.007 2.234 2.001 2.078 2.3372. Tabungan 4.149 5.153 5.700 6.826 7.9233. Deposito 3.891 3.948 4.728 5.929 6.920
III KREDIT 4.525 5.510 6.363 6.807 8.3491. Jenis Penggunaan 4.525 5.510 6.363 6.807 8.349
a. Modal Kerja 1.729 2.204 2.727 2.641 3.189b. Investasi 804 888 933 1.116 1.335c. Konsumsi 1.992 2.419 2.702 3.050 3.825
2. Sektor Ekonomi 4.525 5.510 6.363 6.807 8.349a. Pertanian 88 85 80 86 100b. Pertambangan 2 1 2 5 8c. Industri 490 552 634 577 629d. Listrik, Gas & Air 1 1 11 34 42e. Konstruksi 94 74 127 130 173f. Perdagangan 1.132 1.439 1.754 1.918 2.137g. Angkutan 63 71 97 89 87h. Jasa Dunia 477 704 716 675 754i. Jasa Sosial 171 149 204 218 326j. Lainnya 2.006 2.434 2.738 3.074 4.093
3. Kolektibilitas 4.525 5.510 6.363 6.807 8.349a. Lancar 4.065 5.078 5.755 6.185 7.724b. Dalam Perhatian Khusus 253 320 472 395 380c. Kurang Lancar 62 17 32 29 50d. Diragukan 21 21 24 28 47e. Macet 124 75 80 169 148
IV RASIO1. Non Performing Loans
a. Nominal 207 113 136 227 245b. Rasio (%) 4,58 2,05 2,13 3,33 2,93
2. Loan to Deposit Ratio (%) 45,03 48,61 51,19 45,89 48,60
2010No Uraian 200820072006 2009
Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta
Lampiran
101
Miliar Rp
I ASET 1.128 1.454 1.712 1.985 2.453II DANA PIHAK KETIGA 821 1.067 1.183 1.354 1.605
1. Tabungan 240 353 391 450 5102. Deposito 581 715 792 904 1.095
III KREDIT 861 1.070 1.337 1.561 1.8721. Jenis Penggunaan 861 1.070 1.337 1.561 1.872
a. Modal Kerja 378 465 572 632 736b. Investasi 56 87 118 126 184c. Konsumsi 427 518 647 803 953
2. Sektor Ekonomi 861 1.070 1.337 1.561 1.872a. Pertanian 18 23 28 35 34b. Industri 16 21 26 32 28c. Perdagangan 278 351 413 554 564d. Jasa-jasa 98 123 162 208 223e. Lain-lain 452 552 709 733 1.024
3. Kolektibilitas 861 1.070 1.337 1.561 1.872a. Lancar 772 986 1.253 1.476 1.764b. Kurang Lancar 26 25 23 24 32c. Diragukan 24 16 17 16 23d. Macet 39 43 45 45 54
IV RASIO1. Loan to Deposit Ratio (%) 104,93 100,26 113,05 115,27 116,662. Non Performing Loans
a. Nominal 90 84 85 85 108b. Rasio (%) 10,41 7,86 6,33 5,46 5,79
Miliar Rp
I ASET 252 319 375 429 488II DANA PIHAK KETIGA 184 245 284 316 357
1. Tabungan 62 91 99 113 1232. Deposito 122 154 185 203 235
III KREDIT 176 216 282 330 3751. Jenis Penggunaan 176 216 282 330 375
a. Modal Kerja 86 94 117 148 172b. Investasi 13 21 34 36 37c. Konsumsi 78 100 132 147 166
2. Sektor Ekonomi 176 216 282 330 375a. Pertanian 3 4 5 7 4b. Industri 5 6 10 12 11c. Perdagangan 67 76 93 104 129d. Jasa-jasa 22 28 39 55 57e. Lain-lain 80 102 135 153 174
3. Kolektibilitas 176 216 282 330 375a. Lancar 143 191 257 305 344b. Kurang Lancar 5 5 6 7 9c. Diragukan 7 3 4 4 6d. Macet 21 17 16 15 16
IV RASIO 1. Loan to Deposit Ratio (%) 95,99 88,18 99,29 104,67 105,022. Non Performing Loan
a. Nominal 34 25 26 26 31b. Rasio (%) 19,13 11,53 9,06 7,76 8,34
2010
2010
2008
2008
2007
No Uraian 2006
No Uraian 2006
2007
2009
2009
Indikator BPR - Provinsi DIY
Indikator BPR - Kabupaten Bantul
Lampiran
102
Miliar Rp
I ASET 48 65 86 120 169II DANA PIHAK KETIGA 22 34 43 56 70
1. Tabungan 9 14 17 21 272. Deposito 13 20 26 35 43
III KREDIT 37 46 68 101 1361. Jenis Penggunaan 37 46 68 101 136
a. Modal Kerja 18 21 31 52 76b. Investasi 2 5 12 12 9c. Konsumsi 18 20 25 37 50
2. Sektor Ekonomi 37 46 68 101 136a. Pertanian 0 1 1 1 2b. Industri 0 1 1 1 2c. Perdagangan 16 16 32 46 68d. Jasa-jasa 2 8 9 15 13e. Lain-lain 19 21 25 38 51
3. Kolektibilitas 37 46 68 101 136a. Lancar 35 43 65 97 129b. Kurang Lancar 1 1 1 1 2c. Diragukan 1 1 1 1 2d. Macet 0 1 2 2 2
IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 168,18 137,47 157,88 181,55 194,102. Non Performing Loan
a. Nominal 3 3 3 4 7b. Rasio (%) 7,55 7,00 5,05 4,00 4,95
Miliar Rp
I ASET 116 167 175 153 180II DANA PIHAK KETIGA 80 106 63 61 101
1. Tabungan 16 44 37 36 672. Deposito 64 62 26 25 34
III KREDIT 92 139 155 134 1361. Jenis Penggunaan 92 139 155 134 136
a. Modal Kerja 49 84 84 73 69b. Investasi 4 17 21 18 27c. Konsumsi 39 38 49 44 40
2. Sektor Ekonomi 92 139 155 134 136a. Pertanian 4 7 9 9 9b. Industri 2 4 4 3 4c. Perdagangan 25 68 69 58 58d. Jasa-jasa 20 21 23 19 25e. Lain-lain 41 38 50 46 40
3. Kolektibilitas 92 139 155 134 136a. Lancar 87 134 146 126 128b. Kurang Lancar 1 1 1 3 2c. Diragukan 4 2 2 1 2d. Macet 0 2 5 3 4
IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 114,10 131,08 246,96 220,70 134,182. Non Performing Loan
a. Nominal 5 5 8 8 8b. Rasio (%) 5,31 3,73 5,29 5,68 5,84
2010
20102006
2008
2008
2006No Uraian
No Uraian
2007
2007
2009
2009
Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo
Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul
Lampiran
103
Miliar Rp
I ASET 605 739 854 1.001 1.243II DANA PIHAK KETIGA 466 563 641 742 851
1. Tabungan 140 183 208 233 2352. Deposito 326 380 432 509 616
III KREDIT 467 537 661 766 9161. Jenis Penggunaan 467 537 661 766 916
a. Modal Kerja 188 200 245 288 323b. Investasi 33 37 45 52 55c. Konsumsi 247 300 372 425 538
2. Sektor Ekonomi 467 537 661 766 916a. Pertanian 10 9 12 16 18b. Industri 6 7 9 10 9c. Perdagangan 139 150 186 201 213d. Jasa-jasa 52 59 78 105 82e. Lain-lain 261 312 377 433 595
3. Kolektibilitas 467 537 661 766 916a. Lancar 429 496 624 726 865b. Kurang Lancar 13 13 10 10 15c. Diragukan 10 8 7 7 10d. Macet 16 20 20 22 27
IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 100,34 95,51 103,16 103,17 107,672. Non Performing Loan
a. Nominal 39 41 37 39 52b. Rasio (%) 8,31 7,68 5,66 5,15 5,65
Miliar Rp
I ASET 107 164 220 282 373II DANA PIHAK KETIGA 69 120 152 180 225
1. Tabungan 12 21 29 48 582. Deposito 56 99 123 133 167
III KREDIT 88 131 171 230 3091. Jenis Penggunaan 88 131 171 230 309
a. Modal Kerja 38 67 96 71 95b. Investasi 5 5 6 9 55c. Konsumsi 45 59 69 151 158
2. Sektor Ekonomi 88 131 171 230 309a. Pertanian 1 2 1 2 1b. Industri 2 3 3 5 1c. Perdagangan 31 41 33 146 96d. Jasa-jasa 2 7 12 15 46e. Lain-lain 52 79 122 62 164
3. Kolektibilitas 88 131 171 230 309a. Lancar 79 122 161 222 298b. Kurang Lancar 6 5 5 3 3c. Diragukan 2 2 3 2 3d. Macet 2 2 3 4 4
IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 128,58 109,59 112,68 127,78 137,192. Non Performing Loan
a. Nominal 9 9 10 8 11b. Rasio (%) 10,60 7,21 5,85 3,67 3,45
2010
2010
200820072006
2006 20082007No Uraian
2009
2009
Indikator BPR - Kota Yogyakarta
Indikator BPR - Kabupaten Sleman
No Uraian
Lampiran
104
2011 2011 2011Realisasi RAPBD Realisasi RAPBD Realisasi RAPBD
1 Pendapatan Daerah 1.404.715,38 1.419.475,10 986.876,64 898.549,54 798.228,36 843.349,76 A Pendapatan Asli Daerah 769.882,41 700.339,19 81.646,84 106.885,12 42.521,51 41.985,41
Hasil Pajak Daerah 634.710,02 592.498,87 16.541,25 28.752,00 6.176,57 7.128,00 Hasil Retribusi Daerah 32.836,50 37.709,42 15.978,42 21.452,30 25.071,27 8.656,64 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 26.333,87 30.557,39 7.424,93 7.546,00 4.731,63 4.293,41 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 76.002,02 39.573,51 41.702,24 49.134,83 6.542,04 21.907,35
B Dana Perimbangan 626.677,34 714.542,34 688.676,57 707.596,00 635.502,50 664.560,73 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 87.821,99 74.240,41 54.598,73 36.320,60 36.634,59 33.092,03 Dana Alokasi Umum 527.471,25 620.812,33 573.512,34 625.350,00 521.293,70 572.300,00 Dana Alokasi Khusus 11.384,10 19.489,60 60.565,50 45.925,40 77.574,20 59.168,70 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam - - - - - -
C Lain-lain Pendapatan yang Sah 8.155,63 4.593,57 216.553,24 84.068,41 120.204,35 136.803,62 Pendapatan Hibah 5.232,63 4.593,57 17.169,48 - 14.430,36 - Pendapatan Dana Darurat - - - - - - Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya - - 42.558,70 - 25.472,39 25.003,62 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 2.923,00 - 18.395,63 70.127,99 64.101,60 100.000,00 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya - - 138.429,42 13.940,43 16.200,00 11.800,00 Pendapatan Lainnya - - - - - -
Pendapatan Tanpa Kode Rekening - - - - - Jumlah Pendapatan 1.404.715,38 1.419.475,10 986.876,64 898.549,54 798.228,36 843.349,76
2 Belanja Daerah 1.349.814,49 1.590.785,71 1.012.382,28 953.861,65 765.190,19 929.749,69 A Belanja Tidak Langsung 788.491,85 849.118,42 725.509,95 678.713,56 620.545,04 673.744,38
Belanja Pegawai 335.693,92 443.439,50 640.539,29 595.336,22 547.852,09 601.385,51 Belanja Bunga 19,46 - 65,23 120,15 51,61 43,50 Belanja Subsidi - - - - - Belanja Hibah 89.895,29 7.618,83 17.408,15 19.110,30 9.245,56 1.709,55 Belanja Bantuan Sosial 88.513,10 105.752,39 32.622,50 33.345,38 19.859,30 23.531,95 Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 214.667,40 215.127,69 1.776,31 2.006,74 3.140,00 3.240,32 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 56.967,00 67.180,00 29.751,53 27.294,79 39.839,28 42.484,21 Belanja Tidak Terduga 2.735,67 10.000,00 3.346,94 1.499,98 557,19 1.349,34
B Belanja Langsung 561.322,64 741.667,29 286.872,33 275.148,10 144.645,15 256.005,31 Belanja Pegawai 86.250,27 90.164,08 49.299,56 54.108,42 28.519,74 27.984,93 Belanja Barang dan Jasa 351.933,82 501.329,70 114.323,49 127.183,33 69.124,28 84.879,57 Belanja Modal 123.138,56 150.173,52 123.249,28 93.856,35 47.001,13 143.140,81
Jumlah Belanja 1.349.814,49 1.590.785,71 1.012.382,28 953.861,65 765.190,19 929.749,69
Surplus/ (Defisit) 54.900,89 (171.310,61) (25.505,64) (55.312,12) 33.038,17 (86.399,94) 3 Pembiayaan Daerah 212.559,18 171.310,61 60.597,69 7.521,71 57.243,00 86.399,94 A Penerimaan Pembiayaan 256.662,04 203.425,61 61.043,92 16.336,95 59.328,16 91.349,57
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 231.499,09 184.394,54 61.043,92 16.336,95 57.667,21 89.753,37 Pencairan Dana Cadangan - - - - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - - Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah - - - - - - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 24.031,43 17.915,00 - - 1.640,44 1.596,20 Penerimaan Piutang Daerah - - - - 20,51 - Penerimaan Lainnya 1.131,51 1.116,07 - - - -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 256.662,04 203.425,61 61.043,92 16.336,95 59.328,16 91.349,57 B Pengeluaran Pembiayaan 44.102,85 32.115,00 446,23 8.815,23 2.085,16 4.949,63
Pembentukan Dana Cadangan - - - - - - Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 21.187,85 2.000,00 281,00 8.700,00 1.577,86 3.300,00 Pembayaran Pokok Utang 50,00 - 115,23 115,23 507,29 69,43 Pemberian Pinjaman Daerah 22.865,00 30.115,00 50,00 - - 1.580,20 Penyelesaian Kegiatan DPA-L - - - - - - Pengeluaran Pembiayaan Lainnya - - - - - - Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 44.102,85 32.115,00 446,23 8.815,23 2.085,16 4.949,63
Pembiayaan Netto 212.559,18 171.310,61 60.597,69 7.521,71 57.243,00 86.399,94 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA) 267.460,07 (0,00) 35.092,05 (47.790,40) 90.281,17 -
APBD Provinsi, Kabupaten, KotaSe Wilayah Propinsi DIY
Juta Rp
No UraianProvinsi Bantul Gunung Kidul
2010 2010 2010
Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
Keterangan:
Lampiran
105
2011 2011 2011Realisasi RAPBD Realisasi RAPBD Realisasi RAPBD
1 Pendapatan Daerah 633.089,18 654.775,80 1.096.205,42 1.026.876,21 815.495,92 795.008,14 A Pendapatan Asli Daerah 48.190,80 49.588,46 163.632,98 198.719,56 179.423,64 202.260,82
Hasil Pajak Daerah 4.310,29 4.221,99 80.611,54 113.500,00 78.254,58 99.900,50 Hasil Retribusi Daerah 7.727,51 9.519,21 59.110,50 57.472,93 32.214,65 32.611,09 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4.740,52 5.411,13 10.169,82 11.353,81 11.031,30 11.031,30 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 31.412,48 30.436,13 13.741,11 16.392,82 57.923,11 58.717,92
B Dana Perimbangan 485.094,13 515.782,02 740.198,03 743.879,80 484.628,28 499.559,65 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 32.186,41 23.190,39 107.029,84 69.049,29 75.585,12 61.457,62 Dana Alokasi Umum 411.293,62 444.247,74 563.320,89 632.180,51 395.444,06 436.339,93 Dana Alokasi Khusus 41.614,10 48.343,90 69.847,30 42.650,00 13.599,10 1.762,10 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam - - - - - -
C Lain-lain Pendapatan yang Sah 99.804,25 89.405,32 192.374,40 84.276,84 151.444,00 93.187,67 Pendapatan Hibah 9.010,51 2.435,22 20.785,30 1.809,13 13.849,28 3.360,00 Pendapatan Dana Darurat - - 73.868,81 - - - Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya 23.776,48 23.467,89 11.367,00 74.387,72 48.991,02 49.477,67 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 57.617,26 51.502,21 84.453,29 - 81.353,70 20.000,00 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya 9.400,00 12.000,00 1.000,00 8.080,00 7.250,00 20.350,00 Pendapatan Lainnya - - 900,00 - - -
Pendapatan Tanpa Kode Rekening - - - - - - Jumlah Pendapatan 633.089,18 654.775,80 1.096.205,42 1.026.876,21 815.495,92 795.008,14
2 Belanja Daerah 612.902,63 682.291,11 1.108.674,12 1.073.315,16 840.072,29 889.772,13 A Belanja Tidak Langsung 473.959,88 505.191,97 739.753,02 712.782,33 535.465,23 531.226,65
Belanja Pegawai 435.822,71 453.881,45 648.257,06 633.066,63 467.905,79 439.225,79 Belanja Bunga 62,58 78,95 77,98 144,00 379,64 235,38 Belanja Subsidi - - - - - - Belanja Hibah 8.043,90 15.441,00 16.597,23 14.127,50 30.530,58 48.093,54 Belanja Bantuan Sosial 8.000,50 9.969,66 32.161,76 29.364,64 35.339,70 35.671,94 Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 1.972,85 1.338,89 19.528,56 16.374,58 - - Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa 19.896,53 22.982,01 18.726,35 15.000,70 - - Belanja Tidak Terduga 160,81 1.500,00 4.404,09 4.704,28 1.309,52 8.000,00
B Belanja Langsung 138.942,75 177.099,14 368.921,09 360.532,83 304.607,06 358.545,48 Belanja Pegawai 25.666,00 28.481,99 67.262,93 78.750,77 91.259,57 96.246,64 Belanja Barang dan Jasa 66.694,66 71.524,45 201.811,71 171.000,25 159.306,32 190.946,85 Belanja Modal 46.582,09 77.092,70 99.846,45 110.781,81 54.041,17 71.351,99
Jumlah Belanja 612.902,63 682.291,11 1.108.674,12 1.073.315,16 840.072,29 889.772,13
Surplus/ (Defisit) 20.186,55 (27.515,31) (12.468,70) (46.438,95) (24.576,36) (94.763,99) 3 Pembiayaan Daerah 42.504,57 27.515,31 150.387,38 46.438,45 99.343,23 94.763,99 A Penerimaan Pembiayaan 47.497,96 32.541,66 164.125,63 60.176,45 100.104,88 98.325,62
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 45.369,30 30.792,99 164.125,63 60.176,45 98.196,73 97.975,62 Pencairan Dana Cadangan - - - - - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - - Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah - - - - - - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah - - - 1.589,78 150,00 Penerimaan Piutang Daerah 2.128,66 1.748,67 - - 318,36 200,00 Penerimaan Lainnya - - - - - -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 47.497,96 32.541,66 164.125,63 60.176,45 100.104,88 98.325,62 B Pengeluaran Pembiayaan 4.993,39 5.026,35 13.738,24 13.738,00 761,65 3.561,63
Pembentukan Dana Cadangan - - - - - - Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 4.902,00 4.934,96 7.500,00 7.500,00 - 3.000,00 Pembayaran Pokok Utang 91,39 91,39 137,74 138,00 761,65 561,63 Pemberian Pinjaman Daerah - - 6.100,50 6.100,00 - - Penyelesaian Kegiatan DPA-L - - - - - Pengeluaran Pembiayaan Lainnya - - - - - Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 4.993,39 5.026,35 13.738,24 13.738,00 761,65 3.561,63
Pembiayaan Netto 42.504,57 27.515,31 150.387,38 46.438,45 99.343,23 94.763,99 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA) 62.691,12 0,00 137.918,68 (0,50) 74.766,86 -
APBD Provinsi, Kabupaten, KotaSe Wilayah Propinsi DIY
Juta Rp
No UraianKabupaten Kulonprogo Sleman Kota Yogyakarta
2010 2010 2010
Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
Keterangan: