Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi
Transcript of Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di
samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran
BUMN cukup strategis, seperti: penghasil barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam
rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; sebagai pelopor atau
perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta; sebagai
pelaksana pelayanan publik; penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar; serta
turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi.
BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan, merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan.
Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil
privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 Triliun. Kontribusi BUMN
terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp. 2.130 triliun, baik dalam
bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan,
bina lingkungan, kredit usaha rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun
public service obligation (PSO). Selain itu masih terdapat 105.260 kelompok usaha
yang menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan
terhadap perekonomian Indonesia.1
Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan
ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional serta persaingan usaha yang
semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif,
efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati
beberapa kelemahan BUMN seperti: sering adanya kebijakan atau peraturan
pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya
BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam
mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang
dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di
BUMN karena masih adanya konflik kepentingan di internal serta lemahnya
pengendalian internal.
1 Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11 Februari 2011
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Guna mengatasi hal tersebut dan untuk memperbaiki kinerja BUMN beberapa upaya
perlu dilakukan. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis
ekonomi, krisis finansial, dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan
lemahnya sistem tata kelola perusahaan yang baik2. Semakin baik dan efektifnya
sistem tata kelola perusahaan akan memungkinkan terbentuknya sistem pengendalian
(checks and balances) yang lebih efektif antar unit kerja di internal entitas usaha serta
antara entitas usaha tersebut dengan pemangku kepentingan yang lebih luas.
Dalam kaitan mengatasi kelemahan dari kemungkinan timbulnya potensi korupsi di
BUMN, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Studi Prakarsa Anti Korupsi
(SPAK) BUMN. Kegiatan SPAK BUMN 2011 dilaksanakan dalam rangka mengukur
efektivitas dari prakarsa anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN.
1.2. Dasar Hukum
Dalam pelaksanaan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011, KPK mendasari pada
kewenangan yang dimilikinya. Dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan;
1. Pasal 4 menyebutkan: “Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi”.
2. Pasal 8 ayat 1 menyebutkan: “Dalam melaksanakan tugas supervisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Komisi Pemberantasan
Korupsi berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan
terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang
berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi
yang dalam melaksanakan pelayanan publik”.
3. Pasal 14 menyebutkan “Dalam melaksanakan tugas monitor
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf e, KPK berwenang untuk:
1. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi
di semua lembaga negara dan pemerintah;
2. Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan
pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil
pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
korupsi;
2 Studi Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta, BUMN, dan BUMD, KPK Tahun 20082 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
3. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa
Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai
usulan perubahan tersebut tidak diindahkan.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention
Against Corruption (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antikorupsi) menyebutkan:
1. Pasal 7 ayat (4): “Setiap Negara Peserta wajib sesuai dengan prinsip-
prinsip dasar dari sistem hukum nasionalnya, berusaha keras untuk
mengadopsi, memelihara dan memperkuat sistem yang meningkatkan
transparansi dan mencegah konflik-konflik kepentingan”.
2. Pasal 8 ayat (1): ”Untuk memerangi korupsi, Setiap Negara Peserta wajib
meningkatkan, antara lain: integritas, kejujuran, dan tanggungajwab di
antara para pejabat-pejabat publiknya, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
sistem hukumnya”.
3. Pasal 10: “Dengan memperhatikan kebutuhan untuk memberantas korupsi
setiap Negara Peserta wajib, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem
hukum nasionalnya, mengambil tindakan-tindakan yang mungkin untuk
meningkatkan transparansi dalam administrasi publiknya, bila diperlukan
termasuk termasuk mengenai organisasi keuangan dan proses pembuatan
keputusannya”.
4. Pasal 12: ”Setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-tindakan,
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, untuk
mencegah korupsi yang melibatkan sektor swasta, meningkatkan standar
akutansi dan audit di sektor swasta, dan dimana diperlukan, memberikan
sanksi perdata, administratif dan pidana yang efektif sebanding untuk
kelalaian memenuhi tindakan-tindakan tersebut.”
1.3. Tujuan
Secara umum, SPAK bertujuan untuk mengukur efektifitas prakarsa anti korupsi di
BUMN. Rincian tujuan kegiatan SPAK adalah:
1. Mendapatkan gambaran aktual tentang adanya prakarsa dan penerapan
pencegahan korupsi di BUMN.
2. Memastikan bahwa setiap BUMN memiliki komitmen terhadap upaya
pencegahan korupsi yang berada di lingkungan dan kewenangannya.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 3
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
3. Mendorong BUMN bertanggung jawab terhadap keberhasilan upaya
pencegahan korupsi di lembaganya.
4. Sebagai salah satu acuan untuk melakukan perbaikan kinerja BUMN, baik atas
inisiatif sendiri maupun melalui intervensi kebijakan oleh pemerintah.
1.4. Ruang Lingkup
Berdasarkan tujuan di atas, maka SPAK ini dibatasi dengan melakukan penilaian
terhadap prakarsa anti korupsi dan penerapannya di 4 BUMN yang mewakili sektor
energi, konstruksi, keuangan, dan transportasi, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel I.1
Perserta SPAK 2011
No BUMN Sektor
1 PT PERTAMINA (Persero) Energi
2 PT JASA MARGA Tbk (Persero) Konstruksi
3 PT JAMSOSTEK (Persero) Keuangan
4 PT ANGKASA PURA II (Persero) Transportasi
1.5. Metodologi dan Tahapan Kegiatan
1.5.1. Metode
Indikator dan bobot yang digunakan sebagai parameter dalam penilaian SPAK BUMN
tahun 2011 adalah sebagai berikut :
1. Indikator Utama.
Indikator utama merupakan indikator yang wajib dipenuhi dan dianalisis oleh
BUMN. Indikator ini merupakan pedoman dalam penilaian kuantitatif.
Penentuan indikator utama diputuskan oleh KPK berdasarkan hasil FGD (Focus
Group Discussion) dengan peserta tenaga ahli (pakar) eksternal yang relevan
dan pejabat struktural KPK.
2. Indikator Inovasi.
Indikator inovasi bersifat bebas, peserta dapat mencantumkan prakarsa anti
korupsi di luar prakarsa pada 7 indikator utama dalam sebuah laporan, yang
nantinya akan dinilai secara kualitatif. Indikator ini disiapkan untuk
mengantisipasi jika ternyata BUMN memiliki inovasi lain di luar indikator
utama.
4 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Setiap indikator yang digunakan dalam SPAK menggunakan bobot yang ditentukan
berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar eksternal dan struktural KPK. Berikut
adalah indikator, subindikator, dan bobot SPAK 2011.
Tabel I.2
Indikator, Subindikator dan Bobot SPAK 2011
Indikator Subindikator
Indikator Utama (0,942)
1. Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186)
aKetersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260)
bPeran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480)
c Pengawasan dan Evaluasi (0,260)2. Pedoman tentang
Etika dan Perilaku (Code of Ethic and Code of Conduct)
(0,139)
aKetersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390)
bPenerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420)
c Evaluasi (0,190)
3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121)
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390)
bPenerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410)
c Evaluasi (0,200)
4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139)
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430)
bPenerapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390)
c Evaluasi (0,170)
5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)
(0,084)
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360)
bPenerapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430)
c Evaluasi (0,210)
6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103)
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390)
bPenerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450)
c Evaluasi (0,160)7. Penegakan Aturan
(Rules Enforcement) (0,171)
a Penegakan Aturan (1,00)
Indikator Inovasi (0,058)
Prakarsa Lainnya (1,00)
Terdapat 7 indikator utama yang ditetapkan sebagai hasil FGD tersebut, untuk
selanjutnya diturunkan dalam subindikator–subindikator. Masing-masing subindikator
mencerminkan adanya ketersediaan, penerapan, serta proses evaluasi terhadap
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 5
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
masing-masing indikator. Selanjutnya ketujuh indikator dan subindikator
dioperasionalkan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 81 pertanyaan (kuesioner
terlampir). Setiap pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh peserta SPAK dengan
melampirkan bukti-bukti untuk mendukung validitas jawaban.
Nilai SPAK terendah adalah 0 dan tertinggi 10. Nilai 0 berarti peserta SPAK tidak
mempunyai prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan harapan penilaian ini.
Sementara nilai 10 menunjukkan unit utama telah melakukan prakarsa/inisiatif
antikorupsi sesuai dengan seluruh indikator dalam SPAK.
Selain mengisi kuesioner, peserta SPAK juga didorong untuk mengisi kuesioner
tentang inovasi pencegahan korupsi yang telah dilakukan di luar tujuh indikator utama
SPAK yang telah ditetapkan.
1.5.2. Tahapan Kegiatan
Studi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1.Penetapan indikator utama.
Penetapan indikator utama ini dilakukan melalui dua tahap yaitu konsultasi
dengan pakar dan konsultasi dengan internal KPK.
2.Penyusunan dan penyebaran kuesioner.
Kuesioner terdiri dari rangkaian pertanyaan tertutup dan semi terbuka yang
disusun berdasarkan rincian dari Indikator utama yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kuesioner bersifat objektif untuk memudahkan verifikasi data.
3. Penilaian sendiri (self-assessment) oleh peserta SPAK
Pada tahap ini, BUMN mengisi kuesioner yang diberikan. Untuk menunjang
validitas jawaban, BUMN diwajibkan memberikan bukti yang relevan.
Sinkronisasi jawaban dan lampiran bukti ini yang dijadikan dasar bagi KPK
untuk melakukan verifikasi. Atas dasar verifikasi tersebut, dihitung nilai yang
menunjukkan tingkatan inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN.
4.Penilaian oleh KPK
KPK melakukan penilaian akhir dengan mempertimbangkan hasil pengisian
sendiri oleh instansi, dan kelengkapan bukti. Untuk mempertegas hasil
penilaian, KPK juga melakukan observasi lapang untuk memastikan kegiatan
pencegahan korupsi seperti yang dilaporkan dalam SPAK. Hasil dari penilaian
KPK menentukan peringkat dari masing-masing peserta SPAK.
6 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
5.Pelaporan Akhir dan Diseminasi
Laporan akhir dibuat dengan melaporkan skor masing-masing unit utama
sesuai indikator yang ditetapkan. Hasilnya dipaparkan kepada peserta SPAK
dalam sebuah rapat tertutup.
Secara ringkas, rangkaian tahapan kegiatan SPAK tahun 2011 adalah:
Gambar 1.1
Tahapan Kegiatan SPAK 2011
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 7
PenetapanIndikatorUtama
Penyusunan& Penyebaran Kuesioner
Self-Assessmentoleh BUMN
Penilaianoleh Tim Ahli KPK
LaporanAkhir danDiseminasi
Jan-Feb Feb-Mar Apr-Juli Agt-Sept Okt-Nov
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
BAB II
PROFIL PT JAMSOSTEK (Persero)
2.1. Sejarah PT Jamsostek (Persero)
Pembentukan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) melalui proses yang
panjang. Sejarah pendirian PT Jamsostek (Persero) melalui peraturan perundangan
terkait dengan rincian sebagai berikut: 1) UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang
kecelakaan kerja; 2) Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP
No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan
buruh; 3) PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh; 4) PMP
No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS);
5) UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum,
bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu
tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33
tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK). PP
tersebut mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk
mengikuti program ASTEK. Selanjutnya terbit PP No.34/1977 tentang pembentukan
wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya
PT Jamsostek (Persero) sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
2.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan
2.2.1. Visi dan Misi Perusahaan
Sebagai penyelenggara jaminan sosial untuk tenaga kerja, PT Jamsostek (Persero)
bekerja keras untuk menjadi penyelenggara jaminan sosial yang dapat dipercaya oleh
stakeholders dan publik. Guna mewujudkan hal tersebut PT Jamsostek (Persero)
menetapkan visi dan misi perusahaan sebagai berikut:
• Visi PT Jamsostek (Persero) adalah menjadi lembaga jaminan sosial tenaga
kerja terpercaya yang unggul dalam pelayanan dan memberikan manfaat
optimal bagi seluruh peserta dan keluarganya.
• Misi PT Jamsostek (Persero) adalah sebagai badan penyelenggara jaminan
8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta
menjadi mitra terpercaya bagi:
1. Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja
dan keluarga;
2. Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas;
3. Negara: Berperan serta dalam pembangunan
2.2.2. Tata Nilai Perusahaan
PT Jamsostek (Persero) menetapkan tata nilai perusahaan yang menjadi pedoman
bagi personel PT Jamsostek (Persero) dalam menjalankan perusahaan. Tata nilai
tersebut adalah:
1. Iman: Taqwa, berfikir positif, tanggung jawab, pelayanan tulus ikhlas.
2. Profesional: Berprestasi, bermental unggul, proaktif dan bersikap positif
terhadap perubahan dan pembaharuan.
3. Teladan: Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan
(reward & encouragement), pemberdayaan.
4. Integritas: Berani, komitmen, keterbukaan.
5. Kerjasama: Kebersamaan, menghargai pendapat, menghargai orang lain.
2.3. Struktur Organisasi PT Jamsostek (Persero)
Struktur Organisasi PT Jamsostek (Persero) sebagaimana tertuang dalam Surat
Keputusan Direksi Nomor: KEP/190/082007 bulan Agustus 2007 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja PT Jamsostek (persero) adalah sebagai berikut:
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 9
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Gambar 2.1
Struktur Organisasi PT Jamsostek (Persero)
2.4. Kinerja Perusahaan
PT Jamsostek (Persero) membukukan laba bersih sepanjang 2010 sebesar Rp. 1,532
triliun. Nilai ini meningkat 10,92 persen bila dibandingkan tahun 2009 yang hanya
Rp. 1,382 triliun. Peningkatan laba bersih BUMN pengelola dana pekerja ini disokong
oleh pendapatan investasi sekitar Rp. 10,785 triliun dan pendapatan bersih
operasional yang meningkat menjadi Rp. 579,101 miliar.
10 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Dewan Komisaris
Direktur Operasi dan Pelayanan
Direktur Renbang dan
Informasi
Direktur Investasi
Direktur Keuangan
Direktur Umum dan
SDM
Direktur Kepatuhan & Manajemen
Resiko
Staff Ahli
Divisi Operasi Biro Renbang
Biro Teknologi dan
Informasi
Divisi Analisa
Portopolio
Divisi Pasar Uang dan
Pasar Modal
Biro Pengendalian Keuangan
Biro Keuangan
Biro Akuntansi
Biro SDMBiro
Kepatuhan dan Hukum
Biro Sekretariat Perusahaan
Biro Pengawasan
Internal
Direktur Utama
Biro Humas
Biro PKP dan KBL
Divisi Teknik dan Pelayanan
Divisi Pelayanan JPK
Divisi Investasi Langsung
Biro Diklat
Biro Pengadaan
Biro Sarana dan Prasarana
Biro Manajemen
Resiko
Kantor Wilayah
Kantor Cabang
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Gambar 2.2
Grafik Kinerja PT Jamsostek (Persero) dan Anak Perusahaan
Tahun 2008-2010
Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Jamsostek (Persero) dan sumber lainnya
Pada tahun 2010, dana investasi Jamsostek meningkat hingga 22,66 persen menjadi
Rp 98,980 triliun. Bahkan total aset kian membesar dari Rp 84,248 triliun menjadi
Rp102,648 triliun atau meningkat 21,48 persen. Hasil investasi yang dikembalikan ke
peserta pun meningkat 32,09 persen menjadi Rp 8,368 triliun.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 11
2008 2009 20100
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
64,507
84,248
102,648
6,488 9,041 11,364
1,091 1,382 1,532
AsetPendapatan UsahaLaba Bersih
TAHUN
JUM
LAH
(Dal
am M
iliar
Rup
iah)
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
BAB III
NILAI SPAK PT JAMSOSTEK (Persero) 2011
3.1. Penghitungan Nilai SPAK PT Jamsostek (Persero)
Nilai SPAK setiap BUMN merupakan gabungan dari indikator utama dengan bobot
0,942 dan indikator inovasi dengan bobot 0,058. Nilai rata-rata SPAK 2011 PT
Jamsostek adalah 7,80. Secara lebih terperinci nilai pada tiap indikator dan sub
indikator ditunjukkan oleh tabel berikut.
Tabel III.1Nilai SPAK PT Jamsostek (Persero)
Indikator Sub Indikator
Indikator Utama (0,942)
7,78
Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186)
9,56
aKetersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260)
10,00
bPeran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480)
9,08
c Pengawasan dan Evaluasi (0,260) 10,00
Pedoman tentang Etika dan Perilaku (Code of Ethic and Code of Conduct)(0,139)
8,16
aKetersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390)
9,68
bPenerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420)
5,90
c Evaluasi (0,190) 10,00
Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121)
7,72
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390)
8,98
bPenerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410)
5,40
c Evaluasi (0,200) 10,00
Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139)
9,02
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430)
10,00
bPenerapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390)
7,50
c Evaluasi (0,170) 10,00
Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)(0,084)
6,64
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360)
8,19
bPenerapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430)
3,69
c Evaluasi (0,210) 10,00
Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103)
4,08a
Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390)
0
bPenerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450)
5,51
c Evaluasi (0,160) 10,00
Penegakan Aturan (Rules Enforcement) (0,171)
10,00Penegakan Aturan (1.00) 10,00
Indikator Inovasi (0,058)
8,17
Prakarsa Lainnya (1,00)
12 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Proses penilaian SPAK di PT Jamsostek (Persero) selain dilakukan di kantor pusat
(Jakarta) juga dilakukan di Kantor Cabang Surabaya dan Medan. Tabel III.1
menunjukkan bahwa keteladanan pimpinan PT Jamsostek (Persero) dan penegakan
aturan merupakan indikator yang memberikan nilai cukup baik. Nilai tinggi pada
kedua indikator tersebut mencerminkan Pimpinan PT Jamsostek (Persero) telah
memiliki komitmen yang tinggi pada program antikorupsi. Komitmen tersebut selain
ditunjukkan dalam bentuk contoh sikap dan perilaku pimpinan sehari-hari juga
ditunjukkan oleh seriusnya PT Jamsostek (Persero) dalam menegakkan aturan apabila
terjadi pelanggaran terhadap peraturan-peraturan antikorupsi yang telah ditetapkan.
3.2. Indikator Utama SPAK 2011
3.2.1. Keteladanan Pimpinan (Tone of The Top)
Dalam suatu organisasi faktor keteladanan sangat penting untuk menggerakkan
bawahan. Hanya dengan keteladanan pimpinan suatu organisasi dapat memperoleh
kepercayaan baik dari bawahan, rekanan maupun dari pemegang saham. Keteladanan
pimpinan juga dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang baik.
Oleh karena itu dalam suatu organisasi mutlak diperlukan pemimpin yang dapat
dipercaya dan mampu menggerakkan seluruh sumber daya organisasinya demi
mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Pemimpin tidak dilahirkan, tetapi
dibentuk melalui suatu proses penguasaan knowledge, skill, dan attitude yang
dibutuhkan. Pemimpin juga harus memberikan teladan (tone of the top), membangun
kultur/budaya yang kokoh, dan menunjukkan komitmen yang kuat untuk memimpin
organisasinya menuju arah yang sudah disepakati.
Indikator awal dari pengukuran SPAK adalah keteladanan pimpinan (Tone of The Top).
Semua indikator lainnya tidak akan pernah terlaksana secara efektif dan efisien jika
tidak ada komitmen untuk mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi
dari Pimpinan Perusahaan. Untuk indikator keteladanan pimpinan, tolok ukurnya
adalah implementasi aturan dan aktivitas pimpinan perusahaan (Direksi dan
Komisaris) yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi sehingga tercipta tata kelola perusahaan yang baik, bersamaan dengan
meningkatnya kinerja perusahaan. Komitmen pimpinan perusahaan juga didukung
oleh Kementerian BUMN dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN
Nomor KEP-117/MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG di BUMN.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 13
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Indikator keteladanan pimpinan terdiri dari 3 subindikator yaitu: (a) ketersediaan
kebijakan pimpinan terkait anti korupsi, (b) peran pimpinan dalam penerapan
kebijakan anti korupsi, serta (c) pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh
pimpinan. Indikator keteladanan pimpinan dalam penilaian SPAK memiliki bobot
tertinggi (0,186) diantara indikator lainnya, sehingga tingginya nilai tone of the top
(9,56) PT Jamsostek (Persero) berpengaruh secara signifikan terhadap nilai akhir
SPAK keseluruhan.
Tabel III.2Nilai Indikator Keteladanan Pimpinan
Peringkat Instansi
Keteladanan Pimpinan
Nilai Total
Subindikator
Ketersediaan Aturan
Peran Pimpinan
Pengawasan & Evaluasi
3 PT Jamsostek (Persero) 9,56 10,00 9,08 10,00
Komitmen pimpinan terhadap upaya pencegahan korupsi di instansinya diwujudkan
dalam bentuk kebijakan umum terkait upaya pencegahan korupsi yang telah
dikukuhkan dengan SK Direksi. SK Direksi tersebut diantaranya mengatur tentang
Pedoman Good Corporate Governance (GCG), Board manual, Pedoman Perilaku,
Pedoman Benturan Kepentingan, Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran
(Whistleblowing System), serta Penetapan Charter Komite Integritas/Pemantau
Independen. Selain itu Direktur Utama PT Jamsostek (Persero) turut memprakarsai
pembentukan Komunitas Pengusaha Anti Suap (KUPAS) serta menjadi koordinator
KUPAS pada RAPIMNAS Kadin pada tanggal 3 Desember 2009.
Nilai keteladanan pimpinan yang baik tersebut sebenarnya masih bisa ditingkatkan
kualitasnya. Dalam upaya pencegahan korupsi, kegiatan keteladanan dapat diterapkan
melalui peningkatan peran pimpinan dalam melakukan pengawasan terhadap
penerapan pencegahan korupsi sebagai bagian dari tata kelola perusahaan yang baik.
Supaya kegiatan pengawasan tersebut efektif, sebaiknya dilakukan evaluasi secara
berkala. Keteladanan juga dapat ditunjukkan melalui konsistensi sikap pimpinan
dalam menangani setiap permasalahan dalam penerapan tata kelola perusahaan yang
baik. Kondisi ini akan menumbuhkan kepercayaan karyawan kepada pimpinan serta
menumbuhkan komitmen dari seluruh karyawan sehingga akan meningkatkan
produktivitas perusahaan.
14 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
3.2.2. Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Ethics and Code of Conduct)
Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi
diperlukan aturan pedoman etika dan perilaku (code of ethics and code of conduct).
Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam
menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya
perusahaan. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah3:
1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values)
yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.
2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,
perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ
perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang
berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan
manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.
3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan
diterapkan.
Oleh karena itulah Pedoman Etika dan Perilaku menjadi salah satu indikator penilaian
SPAK 2011. Indikator pedoman etika dan perilaku merupakan salah satu indikator
dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,139. Penilaian indikator Pedoman Etika dan
Perilaku, dilakukan dengan menilai tiga subindikator yaitu: (a) ketersediaan aturan
tentang Pedoman Etika dan Perilaku, (b) penerapan aturan etika dan perilaku, serta
(c) evaluasi aturan. Dari ketiga subindikator tersebut, penerapan aturan etika dan
perilaku merupakan subindikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,420. Rincian
hasil penilaian indikator pedoman etika dan perilaku pada PT Jamsostek (Persero)
dapat dilihat dalam tabel III.3.
PT Jamsostek (Persero) memiliki skor cukup tinggi untuk indikator pedoman etika dan
perilaku, yaitu sebesar 8,16. Hal ini disebabkan karena PT Jamsostek (Persero) sudah
memiliki aturan tentang Pedoman Perilaku sejak tahun 2007 dan telah melakukan
evaluasi terhadap aturan yang ada. Isi dari Pedoman perilaku PT Jamsostek (Persero)
mencakup penanganan situasi konflik kepentingan, pelaporan dan penerimaan
gratifikasi, larangan tentang penyalahgunaan wewenang dan fasilitas milik
perusahaan, larangan tentang pemberian hadiah, pengaduan tindakan pelanggaran
aturan (whistleblowing system) serta pengawasan dan pemberian sanksi.
3 www.knkg-indonesia.comDirektorat Penelitian dan Pengembangan KPK 15
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Tabel III.3Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku
Peringkat Instansi
Pedoman Etika dan Perilaku
Nilai Total
SubindikatorKetersediaan
AturanPenerapan
AturanEvaluasi Aturan
3 PT Jamsostek (Persero) 8,16 9,68 5,90 10
PT Jamsostek (Persero) telah memiliki komitmen yang cukup tinggi dalam penerapan
pedoman perilaku di perusahaannya. Namun masih ada beberapa aspek terkait
pedoman etika dan perilaku yang dapat ditingkatkan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Penyusunan peraturan pedoman perilaku selalu disesuaikan dengan tingkat
perkembangan usaha dan potensi terjadinya penyimpangan pada setiap bagian
dan tingkat jabatan.
2. Memperluas media konsultasi etika dan perilaku, misalnya dengan
menyediakan ruangan konsultasi, memanfaatkan fasilitas surat elektronik (e-
mail), telepon, faksimili, atau lainnya. Media konsultasi yang beragam akan
mempermudah personil PT Jamsostek (Persero) melakukan konsultasi terkait
dengan kemungkinan terjadinya pelanggaran aturan etika dan perilaku dalam
kegiatan operasional perusahaan.
3. Unit yang bertanggung jawab menangani semua permasalahan etika dan
perilaku harus melaksanakan identifikasi dan pengendalian terhadap resiko
pelanggaran pedoman etika dan perilaku serta proses penanganannya. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kelemahan penerapan pedoman etika dan perilaku
dan cara mengatasinya.
3.2.3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest)
Benturan/konflik kepentingan adalah keadaan di mana terdapat konflik antara
kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi pemegang
saham, komisaris dan anggota direksi beserta seluruh jajaran dibawahnya4.
Oleh karena itu diperlukan pedoman yang mengatur penanganan situasi konflik
kepentingan, yang bertujuan untuk :
1. Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal,
mengatasi dan menangani konflik kepentingan.4 www.knkg-indonesia.com16 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
2. Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi konflik
kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja.
3. Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara
negara.
Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator penanganan konflik kepentingan adalah
sebesar 0,121. Penilaian indikator penanganan konflik kepentingan, dilakukan
terhadap tiga subindikator yakni (a) ketersediaan aturan tentang Penanganan Konflik
Kepentingan, (b) penerapan aturan penanganan konflik kepentingan, serta (c)
evaluasi aturan.
Tabel III.4Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan
Peringkat Instansi
Penanganan Konflik Kepentingan
Nilai Total
SubindikatorKetersediaa
n AturanPenerapan
AturanEvaluasi Aturan
2 PT Jamsostek (Persero) 7,72 8,98 5,40 10,00
Nilai indikator penanganan konflik kepentingan PT Jamsostek (Persero) adalah 7,72,
diatas standar nilai yang ditetapkan KPK (6). PT Jamsostek telah memiliki aturan
khusus tentang pedoman benturan kepentingan berdasarkan SK Direksi Nomor
Kep/356/122009 tanggal 10 Desember 2009 tentang Pedoman Benturan Kepentingan.
PT Jamsostek (Persero) juga telah melakukan evaluasi penyempurnaan terhadap
aturan yang ada yaitu Kep 230/ 09/2007 tentang Pedoman Benturan Kepentingan
Jamsostek yang kemudian diubah menjadi Kep 356/12/2009 tentang Pedoman
Benturan Kepentingan.
Kelemahan PT Jamsostek (Persero) dalam indikator penanganan konflik kepentingan
adalah pada bagian teknis penerapan aturan. Oleh karena itu perbaikan yang dapat
dilakukan oleh PT Jamsostek (Persero), antara lain:
1. Menyusun peraturan tentang penanganan konflik kepentingan yang lebih
komprehensif (lengkap) dengan mencantumkan aspek-aspek kriteria
konflik kepentingan, mekanisme penanganannya dan pengawasan serta
pemberian sanksi.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 17
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
2. Melakukan sosialisasi secara intensif kepada seluruh personil PT Jamsostek
dan Cabang PT Jamsostek guna memberikan keseragaman pemahaman
terkait situasi konflik kepentingan dan mekanisme penanganannya.
3. Penerapan pedoman penanganan situasi konflik kepentingan ke seluruh
personil perusahaan sampai pada anak perusahaan atau perusahaan
patungan.
4. Peningkatan penegakan peraturan dengan pemberian sanksi kepada
Personil PT Jamsostek yang melanggar aturan.
5. Penyediaan media konsultasi penanganan situasi konflik kepentingan
antara lain dengan menyediakan ruang khusus konsultasi atau
menyediakan media lainnya (E-mail, telepon, faksimili, atau lainnya).
3.2.4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System)
Pengelolaan sistem pengaduan adalah sistem yang mengelola penyampaian laporan
dari pihak internal maupun ekternal terhadap suatu aktivitas yang berpotensi
menyimpang dari peraturan yang berlaku. Aktivitas dimaksud dapat merupakan
perilaku yang melanggar hukum, etika, dan pelanggaran lainnya. Sistem ini juga
dapat mengoptimalkan peran setiap pimpinan dan karyawan di perusahaan untuk
mengungkap pelanggaran yang terjadi di wilayah kerjanya. KPK melalui SPAK 2011
mendorong seluruh BUMN agar membentuk sistem layanan pengaduan yang
transparan dan akuntabel. Layanan pengaduan tersebut diharapkan mampu
mengurangi terjadinya penyimpangan, terutama terkait dengan korupsi.
Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator pengelolaan sistem pengaduan adalah
sebesar 0,139. Penilaian Indikator pengelolaan sistem pengaduan terdiri dari 3 sub
indikator yaitu: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan;
(b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan.
Nilai pengelolaan sistem pengaduan PT Jamsostek (Persero) cukup baik yakni 9.02. PT
Jamsostek (Persero) telah memiliki aturan khusus tentang pedoman Sistem Pelaporan
Pelanggaran (Whistleblowing System) yang dikukuhkan dengan Keputusan Direksi
nomor Kep/199/082009 tentang Pedoman Sistem Pelanggaran (Whistleblowing
System). Pedoman ini cukup lengkap dengan mencantumkan beberapa hal penting
diantaranya: pengertian sistem pengaduan, kriteria pelanggaran dan atau korupsi
yang dilaporkan, mekanisme penerimaan laporan pengaduan, mekanisme
perlindungan pelapor, unit kerja yang bertanggung jawab mengelola sistem 18 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
pengaduan, mekanisme pengawasan dan pemberian sanksi. Untuk memudahkan
pelapor, PT Jamsostek telah menyediakan beberapa media/saluran khusus
penyampaian laporan/keluhan melalui telepon, sms, po box, facsimile, email dan
kotak suara.
Tabel III.5Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan
Peringkat Instansi
Pengelolaan Sistem Pengaduan
Nilai Total
SubindikatorKetersediaan
AturanPenerapan
AturanEvaluasi
Atur
2 PT Jamsostek (Persero) 9.02 10.00 7.50 10.00
Tingginya komitmen Pimpinan PT Jamsostek dalam pengelolaan sistem pengaduan
(WBS) ini masih tetap bisa ditingkatkan kualitasnya, terutama dalam hal kegiatan
sosialisasi yang lebih intensif kepada seluruh personil PT Jamsostek dan Cabang
Perusahaan guna memberikan pemahaman yang lebih luas terkait Sistem Pengelolaan
Pengaduan (Whistle Blowing System). Dengan adanya pemahaman tersebut,
diharapkan seluruh pihak yang terkait dengan bisnis PT Jamsostek dapat
memanfaatkan sistem WBS yang dikelola oleh PT Jamsostek.
3.2.5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)
Pelaporan harta kekayaan merupakan bagian dari transparansi dan akuntabilitas
pejabat publik sesuai dengan UU Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
KKN. Tingkat Kepatuhan Pimpinan perusahaan BUMN untuk menyampaikan Laporan
Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sudah cukup baik, namun untuk lebih
meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas di lingkungan perusahaan, maka melalui
studi ini KPK ingin mendorong agar penyampaian LHKPN juga dilakukan oleh seluruh
personil di BUMN. Hal ini dilakukan agar rekam jejak harta personil dapat diketahui
secara transparan dan akuntabel sehingga dapat menjadi salah satu bahan
pertimbangan dalam penentuan jabatan di BUMN tersebut.
Pada SPAK 2011 Indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari: (a)
ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan
aturan; serta (c) evaluasi aturan. Berikut disampaikan rincian hasil penilaian indikator
pengelolaan transparansi harta kekayaan.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 19
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Tabel III.6Nilai Indikator Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan
Peringkat Instansi
Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan
Nilai Total
SubindikatorKetersediaan
AturanPenerapan
AturanEvaluasi Aturan
3 PT Jamsostek (Persero) 6,64 8,19 3,69 10,00
Nilai indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan PT Jamsostek (Persero) relatif
rendah 6,64. Rendahnya nilai ini disebabkan penerapan aturan tentang transparansi
harta kekayaan masih belum optimal (3,69). PT Jamsostek (Persero) telah memiliki
aturan internal tentang kewajiban pelaporan harta kekayaan berdasarkan Keputusan
Direksi PT Jamsostek (Persero) Nomor Kep/179/062009 tentang Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) PT Jamsostek (persero). Namun, LHKPN
PT Jamsostek (Persero) hanya mengikat sebagian pegawai sebagai pelapor yaitu
Direksi, Kepala Divisi/Biro, Staf Ahli, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor
Cabang. Selain itu media konsultasi LHKPN bagi personel PT Jamsostek (Persero)
belum tersedia, sosialisasi belum secara intensif dilakukan ke seluruh personel
Jamsostek.
Upaya perbaikan dapat dilakukan oleh PT Jamsostek antara lain:
1. Menetapkan peraturan tentang pengelolaan transparansi harta kekayaan yang
lebih komprehensif (lengkap) serta memperluas wajib lapor LHKPN.
2. Membangun sistem pelaporan harta kekayaan di internal, yang dapat
digunakan dalam melakukan rekam jejak karyawan/pejabat di PT Jamsostek
(Persero), termasuk menyusun dan menetapkan formulir laporan harta
kekayaan yang harus diisi dan menyediakan media konsultasi pengelolaan
transparansi harta kekayaan antara lain dengan menyediakan ruang khusus
konsultasi atau menyediakan media lainnya (misalnya : E-mail khusus
konsultasi pengelolaan transparansi harta kekayaan, telepon, faksimili).
3. Sosialisasi yang lebih intensif kepada seluruh karyawan PT Jamsostek (Persero)
dan anak perusahaan dalam rangka memberikan pemahaman terkait
kewajiban pelaporan LHKPN.
3.2.6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian hadiah (Managing Gift)
Pemberian dan penerimaan hadiah dalam kegiatan bisnis perusahaan merupakan
kegiatan yang lazim dilakukan, namun untuk menjaga agar pemberian dan atau
penerimaan tersebut tidak menjadi pelanggaran hukum, maka perlu dibuat suatu
20 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
aturan dan sistem pengelolaan hadiah di BUMN. Tujuan dari pembuatan aturan dan
sistem tersebut adalah untuk memberikan arahan dan menjadi acuan bagi seluruh
pimpinan dan karyawan BUMN dalam menjalin kerjasama dengan pihak eksternal. Hal
ini juga untuk mendukung penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) di
BUMN.
Pada SPAK 2011, indikator pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah terdiri dari
3 subindikator (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan penerimaan dan
pemberian hadiah; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Berikut
disampaikan rincian hasil penilaian indikator pengelolaan penerimaan dan pemberian
hadiah PT Jamsostek.
Tabel III.7Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah
Peringkat Instansi
Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah
Nilai Total
SubindikatorKetersediaan
AturanPenerapan
AturanEvaluasi Aturan
2 PT Jamsostek (Persero) 4,08 0 5,51 10,00
Berdasarkan hasil penilaian diketahui bahwa PT Jamsostek (Persero) masih memiliki
nilai yang rendah dalam aspek pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah yaitu
sebesar 4,08. Masih banyak aspek yang harus ditingkatkan oleh seluruh jajaran
pimpinan dan karyawan PT Jamsostek (Persero) dalam pengelolaan penerimaan dan
pemberian hadiah, antara lain:
1. Menyusun aturan pengelolaan pemberian dan penerimaan hadiah serta
mekanisme penanganannya.
2. Berkoordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi terkait dengan Program
Pengendalian Gratifikasi yang harus diterapkan di seluruh Badan Usaha Milik
Negara.
3. Menyediakan media konsultasi terkait peraturan dan pelaksanaan pemberian
dan penerimaan hadiah.
4. Menyusun dan menetapkan formulir penerimaan dan pemberian hadiah.
5. Sosialisasi yang lebih intensif kepada seluruh personil PT Jamsostek (Persero)
dan anak perusahaan dalam rangka memberikan keseragaman pemahaman
terkait penerimaan dan pemberian hadiah.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 21
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
3.2.7. Penegakan Aturan (Rules Enforcement)
Penegakan aturan merupakan salah satu kunci dalam implementasi penerapan tata
kelola perusahaan yang baik. Adanya penegakan aturan akan menumbuhkan rasa
kepercayaan karyawan terhadap pimpinan perusahaan. Kepercayaan karyawan yang
tinggi terhadap pimpinan perusahaan dapat meningkatkan motivasi dan kinerja
karyawan. Melalui SPAK 2011, KPK berupaya mendorong BUMN untuk menaati
peraturan perundangan dan memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan
personil BUMN sesuai dengan ketentuan. Pada SPAK 2011, penegakan aturan
merupakan akumulasi dari kegiatan penegakan aturan dari seluruh indikator
sebelumnya.
Tabel III.8Nilai Indikator Penegakan Aturan
Peringkat Instansi
Penegakan Aturan(0,171)
Subindikator Penegakan Aturan(1)
PT Jamsostek (Persero) 10,00
Fokus penegakan aturan adalah pada implementasi dan pengadministrasian kejadian
pelanggaran dan penerapan sanksi nya. PT Jamsostek (Persero) memiliki data
rekapitulasi pelanggaran dan pemberian sanksi. Dalam rangka mempertahankan
kualitas penegakan aturan di PT Jamsostek (Persero), sebaiknya dilakukan evaluasi
berkelanjutan atas jenis-jenis pelanggaran dan mekanisme penegakan aturan yang
telah ada dengan menyesuaikan tingkat pertumbuhan perusahaan dan potensi
penyimpangan yang mungkin terjadi. Koordinasi dengan aparat penegak hukum
seperti KPK maupun Kepolisian baik untuk dilakukan dalam rangka mengantisipasi
adanya pelanggaran aturan yang berindikasi tindak pidana korupsi ataupun tindak
pidana lain.
3.3. Penilaian Prakarsa Anti Korupsi Lainnya
Penilaian terhadap inisiatif/prakarsa anti korupsi lainnya dilakukan dalam rangka
memberi penghargaan kepada BUMN atas inovasi serta implementasi anti korupsi
yang telah dilakukan BUMN selain 7 indikator yang telah ditetapkan. Berikut hasil
penilaian untuk indikator prakarsa (inovasi) lainnya.
22 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Tabel III.9Nilai Indikator Prakarsa Lainnya
Peringkat Instansi Nilai Indikator
2 PT Jamsostek (Persero) 8,17
PT Jamsostek (Persero) memperoleh nilai 8,17 atas indikator prakarsa antikorupsi
yang telah dilakukan. Beberapa hal yang telah dilakukan PT Jamsostek (Persero)yaitu:
1. Direksi PT Jamsostek (Persero) ikut memprakarsai pembentukan komunitas
pengusaha antisuap (KUPAS) dan Direktur Utama PT Jamsostek (Persero)
ditunjuk sebagai Koordinator KUPAS BUMN pada RAPIMNAS KADIN Indonesia
pada tanggal 03 Desember 2009.
2. Pengelolaan e-procurement, beberapa kegiatan yang telah dilakukan terkait e-
procurement: melakukan penyempurnaan pedoman pengadaan barang dan
jasa yang dapat mengantisipasi pemberlakuan e-procurement, menyusun
pedoman e-procurement PT Jamsostek (persero), Melakukan sosialisasi
pengadaan barang dan jasa dan workshop penyusunan dokumen
Penilaian Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) adalah instrumen yang digunakan untuk
menilai dan memberikan penghargaan bagi BUMN yang telah menciptakan inisiatif-
inisiatif dalam mengupayakan integritas serta budaya anti korupsi di perusahaannya.
SPAK 2011 merupakan kegiatan penilaian prakarsa anti korupsi yang pertama kali
dilakukan dengan 4 peserta yang berbasis voluntary. PT Jamsostek sebaiknya terus
berusaha meningkatkan nilai yang didapat dalam SPAK 2011 dan tetap berusaha
mengupayakan peningkatan dalam upaya pencegahan anti korupsi .
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 23
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Prakarsa antikorupsi pada PT Jamsostek (Persero) secara umum cukup baik, hal ini
ditunjukkan oleh nilai SPAK PT Jamsostek (Persero) yang mendekati 8. Simpulan dari
hasil penilaian PT Jamsostek (Persero) adalah sebagai berikut :
1. Secara umum PT Jamsostek (Persero) terutama jajaran Pimpinan telah
melakukan upaya-upaya pencegahan korupsi sesuai dengan indikator yang
ditetapkan oleh SPAK.
2. PT Jamsostek belum memiliki peraturan terkait mekanisme penanganan
pemberian dan penerimaan hadiah. PT Jamsostek belum bisa mengidentifikasi
peluang gratifikasi yang mengarah kepada tindak pidana korupsi yang mungkin
terjadi pada personil PT Jamsostek yang menerima atau memberi hadiah.
3. Penerapan aturan tentang penyampaian LHKPN baru dilakukan terbatas pada
pejabat tertentu. PT Jamsostek belum bisa melakukan identifikasi adanya pola
penyimpangan penghasilan yang diterima oleh pegawainya secara menyeluruh.
4. PT Jamsostek telah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum, khususnya
pihak kepolisian untuk menindak personilnya yang melakukan pelanggaran
dengan indikasi tindak pidana.
5. PT Jamsostek telah memberlakukan upaya anti korupsi atas 7 indikator utama
SPAK secara resmi melalui Peraturan yang dikeluarkan oleh Jajaran Direksi
sampai pada tingkat cabang. Namun tidak bisa dipastikan apakah personil pada
kantor cabang memiliki pemahaman yang seragam dengan personil dari induk
perusahaan terhadap peraturan yang ditetapkan tersebut.
4.2. Saran Perbaikan
Berdasarkan simpulan tersebut, maka KPK menyampaikan intisari saran perbaikan
agar Pimpinan PT Jamsostek (Persero):
1. Menetapkan peraturan dan mekanisme penanganan dan pemberian hadiah
dalam rangka mencegah terjadinya gratifikasi yang melanggar hukum.
2. Penetapan peraturan bagi personil PT Jamsostek dengan ruang lingkup
yang lebih luas terkait pelaporan harta kekayaannya (LHKPN) dalam rangka
transparansi.
24 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
3. Memastikan diselenggarakannya Fraud Risk Assessment yang dilakukan
secara berkala paling sedikit 2 tahun sekali. Hasil dari Fraud Risk
Assessment tersebut dijadikan dasar untuk menyusun Fraud Control Plan.
Pimpinan tertinggi bertanggung jawab penuh memastikan bahwa Fraud
Control Plan ini berjalan dengan baik
4. Melakukan sosialisasi intensif terhadap peraturan antikorupsi yang
ditetapkan oleh Direksi sampai pada tingkat cabang dalam rangka
mendapatkan kesepahaman atas peraturan yang ditetapkan.
5. Meningkatkan kerjasama/koordinasi dengan aparat penegak hukum,
terutama KPK dan Kepolisian dalam upaya penegakan aturan yang
berindikasi tindak pidana korupsi maupun tindak pidana lain.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 25