Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

25
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup strategis, seperti: penghasil barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; sebagai pelopor atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta; sebagai pelaksana pelayanan publik; penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar; serta turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi. BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan. Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 Triliun. Kontribusi BUMN terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp. 2.130 triliun, baik dalam bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan, bina lingkungan, kredit usaha rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun public service obligation (PSO). Selain itu masih terdapat 105.260 kelompok usaha yang menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia. 1 Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional serta persaingan usaha yang semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif, efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati beberapa kelemahan BUMN seperti: sering adanya kebijakan atau peraturan pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di BUMN karena masih adanya konflik kepentingan di internal serta lemahnya pengendalian internal. 1 Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11 Februari 2011 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1

Transcript of Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Page 1: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di

samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran

BUMN cukup strategis, seperti: penghasil barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam

rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; sebagai pelopor atau

perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta; sebagai

pelaksana pelayanan publik; penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar; serta

turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi.

BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara

yang dipisahkan, merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan.

Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil

privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 Triliun. Kontribusi BUMN

terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp. 2.130 triliun, baik dalam

bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan,

bina lingkungan, kredit usaha rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun

public service obligation (PSO). Selain itu masih terdapat 105.260 kelompok usaha

yang menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan

terhadap perekonomian Indonesia.1

Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan

ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional serta persaingan usaha yang

semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif,

efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati

beberapa kelemahan BUMN seperti: sering adanya kebijakan atau peraturan

pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya

BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam

mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang

dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di

BUMN karena masih adanya konflik kepentingan di internal serta lemahnya

pengendalian internal.

1 Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11 Februari 2011

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1

Page 2: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Guna mengatasi hal tersebut dan untuk memperbaiki kinerja BUMN beberapa upaya

perlu dilakukan. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis

ekonomi, krisis finansial, dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan

lemahnya sistem tata kelola perusahaan yang baik2. Semakin baik dan efektifnya

sistem tata kelola perusahaan akan memungkinkan terbentuknya sistem pengendalian

(checks and balances) yang lebih efektif antar unit kerja di internal entitas usaha serta

antara entitas usaha tersebut dengan pemangku kepentingan yang lebih luas.

Dalam kaitan mengatasi kelemahan dari kemungkinan timbulnya potensi korupsi di

BUMN, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Studi Prakarsa Anti Korupsi

(SPAK) BUMN. Kegiatan SPAK BUMN 2011 dilaksanakan dalam rangka mengukur

efektivitas dari prakarsa anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN.

1.2. Dasar Hukum

Dalam pelaksanaan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011, KPK mendasari pada

kewenangan yang dimilikinya. Dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan;

1. Pasal 4 menyebutkan: “Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya

pemberantasan tindak pidana korupsi”.

2. Pasal 8 ayat 1 menyebutkan: “Dalam melaksanakan tugas supervisi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Komisi Pemberantasan

Korupsi berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan

terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang

berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi

yang dalam melaksanakan pelayanan publik”.

3. Pasal 14 menyebutkan “Dalam melaksanakan tugas monitor

sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf e, KPK berwenang untuk:

1. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi

di semua lembaga negara dan pemerintah;

2. Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan

pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil

pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

korupsi;

2 Studi Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta, BUMN, dan BUMD, KPK Tahun 20082 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 3: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

3. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa

Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai

usulan perubahan tersebut tidak diindahkan.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention

Against Corruption (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antikorupsi) menyebutkan:

1. Pasal 7 ayat (4): “Setiap Negara Peserta wajib sesuai dengan prinsip-

prinsip dasar dari sistem hukum nasionalnya, berusaha keras untuk

mengadopsi, memelihara dan memperkuat sistem yang meningkatkan

transparansi dan mencegah konflik-konflik kepentingan”.

2. Pasal 8 ayat (1): ”Untuk memerangi korupsi, Setiap Negara Peserta wajib

meningkatkan, antara lain: integritas, kejujuran, dan tanggungajwab di

antara para pejabat-pejabat publiknya, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar

sistem hukumnya”.

3. Pasal 10: “Dengan memperhatikan kebutuhan untuk memberantas korupsi

setiap Negara Peserta wajib, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem

hukum nasionalnya, mengambil tindakan-tindakan yang mungkin untuk

meningkatkan transparansi dalam administrasi publiknya, bila diperlukan

termasuk termasuk mengenai organisasi keuangan dan proses pembuatan

keputusannya”.

4. Pasal 12: ”Setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-tindakan,

sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, untuk

mencegah korupsi yang melibatkan sektor swasta, meningkatkan standar

akutansi dan audit di sektor swasta, dan dimana diperlukan, memberikan

sanksi perdata, administratif dan pidana yang efektif sebanding untuk

kelalaian memenuhi tindakan-tindakan tersebut.”

1.3. Tujuan

Secara umum, SPAK bertujuan untuk mengukur efektifitas prakarsa anti korupsi di

BUMN. Rincian tujuan kegiatan SPAK adalah:

1. Mendapatkan gambaran aktual tentang adanya prakarsa dan penerapan

pencegahan korupsi di BUMN.

2. Memastikan bahwa setiap BUMN memiliki komitmen terhadap upaya

pencegahan korupsi yang berada di lingkungan dan kewenangannya.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 3

Page 4: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

3. Mendorong BUMN bertanggung jawab terhadap keberhasilan upaya

pencegahan korupsi di lembaganya.

4. Sebagai salah satu acuan untuk melakukan perbaikan kinerja BUMN, baik atas

inisiatif sendiri maupun melalui intervensi kebijakan oleh pemerintah.

1.4. Ruang Lingkup

Berdasarkan tujuan di atas, maka SPAK ini dibatasi dengan melakukan penilaian

terhadap prakarsa anti korupsi dan penerapannya di 4 BUMN yang mewakili sektor

energi, konstruksi, keuangan, dan transportasi, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel I.1

Perserta SPAK 2011

No BUMN Sektor

1 PT PERTAMINA (Persero) Energi

2 PT JASA MARGA Tbk (Persero) Konstruksi

3 PT JAMSOSTEK (Persero) Keuangan

4 PT ANGKASA PURA II (Persero) Transportasi

1.5. Metodologi dan Tahapan Kegiatan

1.5.1. Metode

Indikator dan bobot yang digunakan sebagai parameter dalam penilaian SPAK BUMN

tahun 2011 adalah sebagai berikut :

1. Indikator Utama.

Indikator utama merupakan indikator yang wajib dipenuhi dan dianalisis oleh

BUMN. Indikator ini merupakan pedoman dalam penilaian kuantitatif.

Penentuan indikator utama diputuskan oleh KPK berdasarkan hasil FGD (Focus

Group Discussion) dengan peserta tenaga ahli (pakar) eksternal yang relevan

dan pejabat struktural KPK.

2. Indikator Inovasi.

Indikator inovasi bersifat bebas, peserta dapat mencantumkan prakarsa anti

korupsi di luar prakarsa pada 7 indikator utama dalam sebuah laporan, yang

nantinya akan dinilai secara kualitatif. Indikator ini disiapkan untuk

mengantisipasi jika ternyata BUMN memiliki inovasi lain di luar indikator

utama.

4 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 5: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Setiap indikator yang digunakan dalam SPAK menggunakan bobot yang ditentukan

berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar eksternal dan struktural KPK. Berikut

adalah indikator, subindikator, dan bobot SPAK 2011.

Tabel I.2

Indikator, Subindikator dan Bobot SPAK 2011

Indikator Subindikator

Indikator Utama (0,942)

1. Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186)

aKetersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260)

bPeran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480)

c Pengawasan dan Evaluasi (0,260)2. Pedoman tentang

Etika dan Perilaku (Code of Ethic and Code of Conduct)

(0,139)

aKetersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390)

bPenerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420)

c Evaluasi (0,190)

3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121)

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390)

bPenerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410)

c Evaluasi (0,200)

4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139)

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430)

bPenerapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390)

c Evaluasi (0,170)

5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)

(0,084)

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360)

bPenerapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430)

c Evaluasi (0,210)

6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103)

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390)

bPenerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450)

c Evaluasi (0,160)7. Penegakan Aturan

(Rules Enforcement) (0,171)

a Penegakan Aturan (1,00)

Indikator Inovasi (0,058)

Prakarsa Lainnya (1,00)

Terdapat 7 indikator utama yang ditetapkan sebagai hasil FGD tersebut, untuk

selanjutnya diturunkan dalam subindikator–subindikator. Masing-masing subindikator

mencerminkan adanya ketersediaan, penerapan, serta proses evaluasi terhadap

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 5

Page 6: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

masing-masing indikator. Selanjutnya ketujuh indikator dan subindikator

dioperasionalkan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 81 pertanyaan (kuesioner

terlampir). Setiap pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh peserta SPAK dengan

melampirkan bukti-bukti untuk mendukung validitas jawaban.

Nilai SPAK terendah adalah 0 dan tertinggi 10. Nilai 0 berarti peserta SPAK tidak

mempunyai prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan harapan penilaian ini.

Sementara nilai 10 menunjukkan unit utama telah melakukan prakarsa/inisiatif

antikorupsi sesuai dengan seluruh indikator dalam SPAK.

Selain mengisi kuesioner, peserta SPAK juga didorong untuk mengisi kuesioner

tentang inovasi pencegahan korupsi yang telah dilakukan di luar tujuh indikator utama

SPAK yang telah ditetapkan.

1.5.2. Tahapan Kegiatan

Studi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1.Penetapan indikator utama.

Penetapan indikator utama ini dilakukan melalui dua tahap yaitu konsultasi

dengan pakar dan konsultasi dengan internal KPK.

2.Penyusunan dan penyebaran kuesioner.

Kuesioner terdiri dari rangkaian pertanyaan tertutup dan semi terbuka yang

disusun berdasarkan rincian dari Indikator utama yang telah ditetapkan

sebelumnya. Kuesioner bersifat objektif untuk memudahkan verifikasi data.

3. Penilaian sendiri (self-assessment) oleh peserta SPAK

Pada tahap ini, BUMN mengisi kuesioner yang diberikan. Untuk menunjang

validitas jawaban, BUMN diwajibkan memberikan bukti yang relevan.

Sinkronisasi jawaban dan lampiran bukti ini yang dijadikan dasar bagi KPK

untuk melakukan verifikasi. Atas dasar verifikasi tersebut, dihitung nilai yang

menunjukkan tingkatan inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN.

4.Penilaian oleh KPK

KPK melakukan penilaian akhir dengan mempertimbangkan hasil pengisian

sendiri oleh instansi, dan kelengkapan bukti. Untuk mempertegas hasil

penilaian, KPK juga melakukan observasi lapang untuk memastikan kegiatan

pencegahan korupsi seperti yang dilaporkan dalam SPAK. Hasil dari penilaian

KPK menentukan peringkat dari masing-masing peserta SPAK.

6 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 7: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

5.Pelaporan Akhir dan Diseminasi

Laporan akhir dibuat dengan melaporkan skor masing-masing unit utama

sesuai indikator yang ditetapkan. Hasilnya dipaparkan kepada peserta SPAK

dalam sebuah rapat tertutup.

Secara ringkas, rangkaian tahapan kegiatan SPAK tahun 2011 adalah:

Gambar 1.1

Tahapan Kegiatan SPAK 2011

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 7

PenetapanIndikatorUtama

Penyusunan& Penyebaran Kuesioner

Self-Assessmentoleh BUMN

Penilaianoleh Tim Ahli KPK

LaporanAkhir danDiseminasi

Jan-Feb Feb-Mar Apr-Juli Agt-Sept Okt-Nov

Page 8: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

BAB II

PROFIL PT JAMSOSTEK (Persero)

2.1. Sejarah PT Jamsostek (Persero)

Pembentukan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) melalui proses yang

panjang. Sejarah pendirian PT Jamsostek (Persero) melalui peraturan perundangan

terkait dengan rincian sebagai berikut: 1) UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang

kecelakaan kerja; 2) Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP

No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan

buruh; 3) PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh; 4) PMP

No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS);

5) UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum,

bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu

tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33

tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK). PP

tersebut mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk

mengikuti program ASTEK. Selanjutnya terbit PP No.34/1977 tentang pembentukan

wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan

Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya

PT Jamsostek (Persero) sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

2.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan

2.2.1. Visi dan Misi Perusahaan

Sebagai penyelenggara jaminan sosial untuk tenaga kerja, PT Jamsostek (Persero)

bekerja keras untuk menjadi penyelenggara jaminan sosial yang dapat dipercaya oleh

stakeholders dan publik. Guna mewujudkan hal tersebut PT Jamsostek (Persero)

menetapkan visi dan misi perusahaan sebagai berikut:

• Visi PT Jamsostek (Persero) adalah menjadi lembaga jaminan sosial tenaga

kerja terpercaya yang unggul dalam pelayanan dan memberikan manfaat

optimal bagi seluruh peserta dan keluarganya.

• Misi PT Jamsostek (Persero) adalah sebagai badan penyelenggara jaminan

8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 9: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta

menjadi mitra terpercaya bagi:

1. Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja

dan keluarga;

2. Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan

kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas;

3. Negara: Berperan serta dalam pembangunan

2.2.2. Tata Nilai Perusahaan

PT Jamsostek (Persero) menetapkan tata nilai perusahaan yang menjadi pedoman

bagi personel PT Jamsostek (Persero) dalam menjalankan perusahaan. Tata nilai

tersebut adalah:

1. Iman: Taqwa, berfikir positif, tanggung jawab, pelayanan tulus ikhlas.

2. Profesional: Berprestasi, bermental unggul, proaktif dan bersikap positif

terhadap perubahan dan pembaharuan.

3. Teladan: Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan

(reward & encouragement), pemberdayaan.

4. Integritas: Berani, komitmen, keterbukaan.

5. Kerjasama: Kebersamaan, menghargai pendapat, menghargai orang lain.

2.3. Struktur Organisasi PT Jamsostek (Persero)

Struktur Organisasi PT Jamsostek (Persero) sebagaimana tertuang dalam Surat

Keputusan Direksi Nomor: KEP/190/082007 bulan Agustus 2007 tentang Struktur

Organisasi dan Tata Kerja PT Jamsostek (persero) adalah sebagai berikut:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 9

Page 10: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Gambar 2.1

Struktur Organisasi PT Jamsostek (Persero)

2.4. Kinerja Perusahaan

PT Jamsostek (Persero) membukukan laba bersih sepanjang 2010 sebesar Rp. 1,532

triliun. Nilai ini meningkat 10,92 persen bila dibandingkan tahun 2009 yang hanya

Rp. 1,382 triliun. Peningkatan laba bersih BUMN pengelola dana pekerja ini disokong

oleh pendapatan investasi sekitar Rp. 10,785 triliun dan pendapatan bersih

operasional yang meningkat menjadi Rp. 579,101 miliar.

10 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Dewan Komisaris

Direktur Operasi dan Pelayanan

Direktur Renbang dan

Informasi

Direktur Investasi

Direktur Keuangan

Direktur Umum dan

SDM

Direktur Kepatuhan & Manajemen

Resiko

Staff Ahli

Divisi Operasi Biro Renbang

Biro Teknologi dan

Informasi

Divisi Analisa

Portopolio

Divisi Pasar Uang dan

Pasar Modal

Biro Pengendalian Keuangan

Biro Keuangan

Biro Akuntansi

Biro SDMBiro

Kepatuhan dan Hukum

Biro Sekretariat Perusahaan

Biro Pengawasan

Internal

Direktur Utama

Biro Humas

Biro PKP dan KBL

Divisi Teknik dan Pelayanan

Divisi Pelayanan JPK

Divisi Investasi Langsung

Biro Diklat

Biro Pengadaan

Biro Sarana dan Prasarana

Biro Manajemen

Resiko

Kantor Wilayah

Kantor Cabang

Page 11: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Gambar 2.2

Grafik Kinerja PT Jamsostek (Persero) dan Anak Perusahaan

Tahun 2008-2010

Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Jamsostek (Persero) dan sumber lainnya

Pada tahun 2010, dana investasi Jamsostek meningkat hingga 22,66 persen menjadi

Rp 98,980 triliun. Bahkan total aset kian membesar dari Rp 84,248 triliun menjadi

Rp102,648 triliun atau meningkat 21,48 persen. Hasil investasi yang dikembalikan ke

peserta pun meningkat 32,09 persen menjadi Rp 8,368 triliun.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 11

2008 2009 20100

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

64,507

84,248

102,648

6,488 9,041 11,364

1,091 1,382 1,532

AsetPendapatan UsahaLaba Bersih

TAHUN

JUM

LAH

(Dal

am M

iliar

Rup

iah)

Page 12: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

BAB III

NILAI SPAK PT JAMSOSTEK (Persero) 2011

3.1. Penghitungan Nilai SPAK PT Jamsostek (Persero)

Nilai SPAK setiap BUMN merupakan gabungan dari indikator utama dengan bobot

0,942 dan indikator inovasi dengan bobot 0,058. Nilai rata-rata SPAK 2011 PT

Jamsostek adalah 7,80. Secara lebih terperinci nilai pada tiap indikator dan sub

indikator ditunjukkan oleh tabel berikut.

Tabel III.1Nilai SPAK PT Jamsostek (Persero)

Indikator Sub Indikator

Indikator Utama (0,942)

7,78

Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186)

9,56

aKetersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260)

10,00

bPeran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480)

9,08

c Pengawasan dan Evaluasi (0,260) 10,00

Pedoman tentang Etika dan Perilaku (Code of Ethic and Code of Conduct)(0,139)

8,16

aKetersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390)

9,68

bPenerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420)

5,90

c Evaluasi (0,190) 10,00

Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121)

7,72

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390)

8,98

bPenerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410)

5,40

c Evaluasi (0,200) 10,00

Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139)

9,02

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430)

10,00

bPenerapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390)

7,50

c Evaluasi (0,170) 10,00

Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)(0,084)

6,64

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360)

8,19

bPenerapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430)

3,69

c Evaluasi (0,210) 10,00

Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103)

4,08a

Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390)

0

bPenerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450)

5,51

c Evaluasi (0,160) 10,00

Penegakan Aturan (Rules Enforcement) (0,171)

10,00Penegakan Aturan (1.00) 10,00

Indikator Inovasi (0,058)

8,17

Prakarsa Lainnya (1,00)

12 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 13: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Proses penilaian SPAK di PT Jamsostek (Persero) selain dilakukan di kantor pusat

(Jakarta) juga dilakukan di Kantor Cabang Surabaya dan Medan. Tabel III.1

menunjukkan bahwa keteladanan pimpinan PT Jamsostek (Persero) dan penegakan

aturan merupakan indikator yang memberikan nilai cukup baik. Nilai tinggi pada

kedua indikator tersebut mencerminkan Pimpinan PT Jamsostek (Persero) telah

memiliki komitmen yang tinggi pada program antikorupsi. Komitmen tersebut selain

ditunjukkan dalam bentuk contoh sikap dan perilaku pimpinan sehari-hari juga

ditunjukkan oleh seriusnya PT Jamsostek (Persero) dalam menegakkan aturan apabila

terjadi pelanggaran terhadap peraturan-peraturan antikorupsi yang telah ditetapkan.

3.2. Indikator Utama SPAK 2011

3.2.1. Keteladanan Pimpinan (Tone of The Top)

Dalam suatu organisasi faktor keteladanan sangat penting untuk menggerakkan

bawahan. Hanya dengan keteladanan pimpinan suatu organisasi dapat memperoleh

kepercayaan baik dari bawahan, rekanan maupun dari pemegang saham. Keteladanan

pimpinan juga dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang baik.

Oleh karena itu dalam suatu organisasi mutlak diperlukan pemimpin yang dapat

dipercaya dan mampu menggerakkan seluruh sumber daya organisasinya demi

mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Pemimpin tidak dilahirkan, tetapi

dibentuk melalui suatu proses penguasaan knowledge, skill, dan attitude yang

dibutuhkan. Pemimpin juga harus memberikan teladan (tone of the top), membangun

kultur/budaya yang kokoh, dan menunjukkan komitmen yang kuat untuk memimpin

organisasinya menuju arah yang sudah disepakati.

Indikator awal dari pengukuran SPAK adalah keteladanan pimpinan (Tone of The Top).

Semua indikator lainnya tidak akan pernah terlaksana secara efektif dan efisien jika

tidak ada komitmen untuk mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi

dari Pimpinan Perusahaan. Untuk indikator keteladanan pimpinan, tolok ukurnya

adalah implementasi aturan dan aktivitas pimpinan perusahaan (Direksi dan

Komisaris) yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

korupsi sehingga tercipta tata kelola perusahaan yang baik, bersamaan dengan

meningkatnya kinerja perusahaan. Komitmen pimpinan perusahaan juga didukung

oleh Kementerian BUMN dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN

Nomor KEP-117/MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG di BUMN.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 13

Page 14: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Indikator keteladanan pimpinan terdiri dari 3 subindikator yaitu: (a) ketersediaan

kebijakan pimpinan terkait anti korupsi, (b) peran pimpinan dalam penerapan

kebijakan anti korupsi, serta (c) pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh

pimpinan. Indikator keteladanan pimpinan dalam penilaian SPAK memiliki bobot

tertinggi (0,186) diantara indikator lainnya, sehingga tingginya nilai tone of the top

(9,56) PT Jamsostek (Persero) berpengaruh secara signifikan terhadap nilai akhir

SPAK keseluruhan.

Tabel III.2Nilai Indikator Keteladanan Pimpinan

Peringkat Instansi

Keteladanan Pimpinan

Nilai Total

Subindikator

Ketersediaan Aturan

Peran Pimpinan

Pengawasan & Evaluasi

3 PT Jamsostek (Persero) 9,56 10,00 9,08 10,00

Komitmen pimpinan terhadap upaya pencegahan korupsi di instansinya diwujudkan

dalam bentuk kebijakan umum terkait upaya pencegahan korupsi yang telah

dikukuhkan dengan SK Direksi. SK Direksi tersebut diantaranya mengatur tentang

Pedoman Good Corporate Governance (GCG), Board manual, Pedoman Perilaku,

Pedoman Benturan Kepentingan, Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran

(Whistleblowing System), serta Penetapan Charter Komite Integritas/Pemantau

Independen. Selain itu Direktur Utama PT Jamsostek (Persero) turut memprakarsai

pembentukan Komunitas Pengusaha Anti Suap (KUPAS) serta menjadi koordinator

KUPAS pada RAPIMNAS Kadin pada tanggal 3 Desember 2009.

Nilai keteladanan pimpinan yang baik tersebut sebenarnya masih bisa ditingkatkan

kualitasnya. Dalam upaya pencegahan korupsi, kegiatan keteladanan dapat diterapkan

melalui peningkatan peran pimpinan dalam melakukan pengawasan terhadap

penerapan pencegahan korupsi sebagai bagian dari tata kelola perusahaan yang baik.

Supaya kegiatan pengawasan tersebut efektif, sebaiknya dilakukan evaluasi secara

berkala. Keteladanan juga dapat ditunjukkan melalui konsistensi sikap pimpinan

dalam menangani setiap permasalahan dalam penerapan tata kelola perusahaan yang

baik. Kondisi ini akan menumbuhkan kepercayaan karyawan kepada pimpinan serta

menumbuhkan komitmen dari seluruh karyawan sehingga akan meningkatkan

produktivitas perusahaan.

14 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 15: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

3.2.2. Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Ethics and Code of Conduct)

Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi

diperlukan aturan pedoman etika dan perilaku (code of ethics and code of conduct).

Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam

menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya

perusahaan. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah3:

1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values)

yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.

2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,

perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ

perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang

berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan

manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.

3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan

dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan

diterapkan.

Oleh karena itulah Pedoman Etika dan Perilaku menjadi salah satu indikator penilaian

SPAK 2011. Indikator pedoman etika dan perilaku merupakan salah satu indikator

dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,139. Penilaian indikator Pedoman Etika dan

Perilaku, dilakukan dengan menilai tiga subindikator yaitu: (a) ketersediaan aturan

tentang Pedoman Etika dan Perilaku, (b) penerapan aturan etika dan perilaku, serta

(c) evaluasi aturan. Dari ketiga subindikator tersebut, penerapan aturan etika dan

perilaku merupakan subindikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,420. Rincian

hasil penilaian indikator pedoman etika dan perilaku pada PT Jamsostek (Persero)

dapat dilihat dalam tabel III.3.

PT Jamsostek (Persero) memiliki skor cukup tinggi untuk indikator pedoman etika dan

perilaku, yaitu sebesar 8,16. Hal ini disebabkan karena PT Jamsostek (Persero) sudah

memiliki aturan tentang Pedoman Perilaku sejak tahun 2007 dan telah melakukan

evaluasi terhadap aturan yang ada. Isi dari Pedoman perilaku PT Jamsostek (Persero)

mencakup penanganan situasi konflik kepentingan, pelaporan dan penerimaan

gratifikasi, larangan tentang penyalahgunaan wewenang dan fasilitas milik

perusahaan, larangan tentang pemberian hadiah, pengaduan tindakan pelanggaran

aturan (whistleblowing system) serta pengawasan dan pemberian sanksi.

3 www.knkg-indonesia.comDirektorat Penelitian dan Pengembangan KPK 15

Page 16: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Tabel III.3Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku

Peringkat Instansi

Pedoman Etika dan Perilaku

Nilai Total

SubindikatorKetersediaan

AturanPenerapan

AturanEvaluasi Aturan

3 PT Jamsostek (Persero) 8,16 9,68 5,90 10

PT Jamsostek (Persero) telah memiliki komitmen yang cukup tinggi dalam penerapan

pedoman perilaku di perusahaannya. Namun masih ada beberapa aspek terkait

pedoman etika dan perilaku yang dapat ditingkatkan, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Penyusunan peraturan pedoman perilaku selalu disesuaikan dengan tingkat

perkembangan usaha dan potensi terjadinya penyimpangan pada setiap bagian

dan tingkat jabatan.

2. Memperluas media konsultasi etika dan perilaku, misalnya dengan

menyediakan ruangan konsultasi, memanfaatkan fasilitas surat elektronik (e-

mail), telepon, faksimili, atau lainnya. Media konsultasi yang beragam akan

mempermudah personil PT Jamsostek (Persero) melakukan konsultasi terkait

dengan kemungkinan terjadinya pelanggaran aturan etika dan perilaku dalam

kegiatan operasional perusahaan.

3. Unit yang bertanggung jawab menangani semua permasalahan etika dan

perilaku harus melaksanakan identifikasi dan pengendalian terhadap resiko

pelanggaran pedoman etika dan perilaku serta proses penanganannya. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui kelemahan penerapan pedoman etika dan perilaku

dan cara mengatasinya.

3.2.3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest)

Benturan/konflik kepentingan adalah keadaan di mana terdapat konflik antara

kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi pemegang

saham, komisaris dan anggota direksi beserta seluruh jajaran dibawahnya4.

Oleh karena itu diperlukan pedoman yang mengatur penanganan situasi konflik

kepentingan, yang bertujuan untuk :

1. Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal,

mengatasi dan menangani konflik kepentingan.4 www.knkg-indonesia.com16 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 17: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

2. Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi konflik

kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja.

3. Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara

negara.

Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator penanganan konflik kepentingan adalah

sebesar 0,121. Penilaian indikator penanganan konflik kepentingan, dilakukan

terhadap tiga subindikator yakni (a) ketersediaan aturan tentang Penanganan Konflik

Kepentingan, (b) penerapan aturan penanganan konflik kepentingan, serta (c)

evaluasi aturan.

Tabel III.4Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan

Peringkat Instansi

Penanganan Konflik Kepentingan

Nilai Total

SubindikatorKetersediaa

n AturanPenerapan

AturanEvaluasi Aturan

2 PT Jamsostek (Persero) 7,72 8,98 5,40 10,00

Nilai indikator penanganan konflik kepentingan PT Jamsostek (Persero) adalah 7,72,

diatas standar nilai yang ditetapkan KPK (6). PT Jamsostek telah memiliki aturan

khusus tentang pedoman benturan kepentingan berdasarkan SK Direksi Nomor

Kep/356/122009 tanggal 10 Desember 2009 tentang Pedoman Benturan Kepentingan.

PT Jamsostek (Persero) juga telah melakukan evaluasi penyempurnaan terhadap

aturan yang ada yaitu Kep 230/ 09/2007 tentang Pedoman Benturan Kepentingan

Jamsostek yang kemudian diubah menjadi Kep 356/12/2009 tentang Pedoman

Benturan Kepentingan.

Kelemahan PT Jamsostek (Persero) dalam indikator penanganan konflik kepentingan

adalah pada bagian teknis penerapan aturan. Oleh karena itu perbaikan yang dapat

dilakukan oleh PT Jamsostek (Persero), antara lain:

1. Menyusun peraturan tentang penanganan konflik kepentingan yang lebih

komprehensif (lengkap) dengan mencantumkan aspek-aspek kriteria

konflik kepentingan, mekanisme penanganannya dan pengawasan serta

pemberian sanksi.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 17

Page 18: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

2. Melakukan sosialisasi secara intensif kepada seluruh personil PT Jamsostek

dan Cabang PT Jamsostek guna memberikan keseragaman pemahaman

terkait situasi konflik kepentingan dan mekanisme penanganannya.

3. Penerapan pedoman penanganan situasi konflik kepentingan ke seluruh

personil perusahaan sampai pada anak perusahaan atau perusahaan

patungan.

4. Peningkatan penegakan peraturan dengan pemberian sanksi kepada

Personil PT Jamsostek yang melanggar aturan.

5. Penyediaan media konsultasi penanganan situasi konflik kepentingan

antara lain dengan menyediakan ruang khusus konsultasi atau

menyediakan media lainnya (E-mail, telepon, faksimili, atau lainnya).

3.2.4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System)

Pengelolaan sistem pengaduan adalah sistem yang mengelola penyampaian laporan

dari pihak internal maupun ekternal terhadap suatu aktivitas yang berpotensi

menyimpang dari peraturan yang berlaku. Aktivitas dimaksud dapat merupakan

perilaku yang melanggar hukum, etika, dan pelanggaran lainnya. Sistem ini juga

dapat mengoptimalkan peran setiap pimpinan dan karyawan di perusahaan untuk

mengungkap pelanggaran yang terjadi di wilayah kerjanya. KPK melalui SPAK 2011

mendorong seluruh BUMN agar membentuk sistem layanan pengaduan yang

transparan dan akuntabel. Layanan pengaduan tersebut diharapkan mampu

mengurangi terjadinya penyimpangan, terutama terkait dengan korupsi.

Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator pengelolaan sistem pengaduan adalah

sebesar 0,139. Penilaian Indikator pengelolaan sistem pengaduan terdiri dari 3 sub

indikator yaitu: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan;

(b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan.

Nilai pengelolaan sistem pengaduan PT Jamsostek (Persero) cukup baik yakni 9.02. PT

Jamsostek (Persero) telah memiliki aturan khusus tentang pedoman Sistem Pelaporan

Pelanggaran (Whistleblowing System) yang dikukuhkan dengan Keputusan Direksi

nomor Kep/199/082009 tentang Pedoman Sistem Pelanggaran (Whistleblowing

System). Pedoman ini cukup lengkap dengan mencantumkan beberapa hal penting

diantaranya: pengertian sistem pengaduan, kriteria pelanggaran dan atau korupsi

yang dilaporkan, mekanisme penerimaan laporan pengaduan, mekanisme

perlindungan pelapor, unit kerja yang bertanggung jawab mengelola sistem 18 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 19: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

pengaduan, mekanisme pengawasan dan pemberian sanksi. Untuk memudahkan

pelapor, PT Jamsostek telah menyediakan beberapa media/saluran khusus

penyampaian laporan/keluhan melalui telepon, sms, po box, facsimile, email dan

kotak suara.

Tabel III.5Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan

Peringkat Instansi

Pengelolaan Sistem Pengaduan

Nilai Total

SubindikatorKetersediaan

AturanPenerapan

AturanEvaluasi

Atur

2 PT Jamsostek (Persero) 9.02 10.00 7.50 10.00

Tingginya komitmen Pimpinan PT Jamsostek dalam pengelolaan sistem pengaduan

(WBS) ini masih tetap bisa ditingkatkan kualitasnya, terutama dalam hal kegiatan

sosialisasi yang lebih intensif kepada seluruh personil PT Jamsostek dan Cabang

Perusahaan guna memberikan pemahaman yang lebih luas terkait Sistem Pengelolaan

Pengaduan (Whistle Blowing System). Dengan adanya pemahaman tersebut,

diharapkan seluruh pihak yang terkait dengan bisnis PT Jamsostek dapat

memanfaatkan sistem WBS yang dikelola oleh PT Jamsostek.

3.2.5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)

Pelaporan harta kekayaan merupakan bagian dari transparansi dan akuntabilitas

pejabat publik sesuai dengan UU Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari

KKN. Tingkat Kepatuhan Pimpinan perusahaan BUMN untuk menyampaikan Laporan

Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sudah cukup baik, namun untuk lebih

meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas di lingkungan perusahaan, maka melalui

studi ini KPK ingin mendorong agar penyampaian LHKPN juga dilakukan oleh seluruh

personil di BUMN. Hal ini dilakukan agar rekam jejak harta personil dapat diketahui

secara transparan dan akuntabel sehingga dapat menjadi salah satu bahan

pertimbangan dalam penentuan jabatan di BUMN tersebut.

Pada SPAK 2011 Indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari: (a)

ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan

aturan; serta (c) evaluasi aturan. Berikut disampaikan rincian hasil penilaian indikator

pengelolaan transparansi harta kekayaan.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 19

Page 20: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Tabel III.6Nilai Indikator Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan

Peringkat Instansi

Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan

Nilai Total

SubindikatorKetersediaan

AturanPenerapan

AturanEvaluasi Aturan

3 PT Jamsostek (Persero) 6,64 8,19 3,69 10,00

Nilai indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan PT Jamsostek (Persero) relatif

rendah 6,64. Rendahnya nilai ini disebabkan penerapan aturan tentang transparansi

harta kekayaan masih belum optimal (3,69). PT Jamsostek (Persero) telah memiliki

aturan internal tentang kewajiban pelaporan harta kekayaan berdasarkan Keputusan

Direksi PT Jamsostek (Persero) Nomor Kep/179/062009 tentang Laporan Harta

Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) PT Jamsostek (persero). Namun, LHKPN

PT Jamsostek (Persero) hanya mengikat sebagian pegawai sebagai pelapor yaitu

Direksi, Kepala Divisi/Biro, Staf Ahli, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor

Cabang. Selain itu media konsultasi LHKPN bagi personel PT Jamsostek (Persero)

belum tersedia, sosialisasi belum secara intensif dilakukan ke seluruh personel

Jamsostek.

Upaya perbaikan dapat dilakukan oleh PT Jamsostek antara lain:

1. Menetapkan peraturan tentang pengelolaan transparansi harta kekayaan yang

lebih komprehensif (lengkap) serta memperluas wajib lapor LHKPN.

2. Membangun sistem pelaporan harta kekayaan di internal, yang dapat

digunakan dalam melakukan rekam jejak karyawan/pejabat di PT Jamsostek

(Persero), termasuk menyusun dan menetapkan formulir laporan harta

kekayaan yang harus diisi dan menyediakan media konsultasi pengelolaan

transparansi harta kekayaan antara lain dengan menyediakan ruang khusus

konsultasi atau menyediakan media lainnya (misalnya : E-mail khusus

konsultasi pengelolaan transparansi harta kekayaan, telepon, faksimili).

3. Sosialisasi yang lebih intensif kepada seluruh karyawan PT Jamsostek (Persero)

dan anak perusahaan dalam rangka memberikan pemahaman terkait

kewajiban pelaporan LHKPN.

3.2.6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian hadiah (Managing Gift)

Pemberian dan penerimaan hadiah dalam kegiatan bisnis perusahaan merupakan

kegiatan yang lazim dilakukan, namun untuk menjaga agar pemberian dan atau

penerimaan tersebut tidak menjadi pelanggaran hukum, maka perlu dibuat suatu

20 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 21: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

aturan dan sistem pengelolaan hadiah di BUMN. Tujuan dari pembuatan aturan dan

sistem tersebut adalah untuk memberikan arahan dan menjadi acuan bagi seluruh

pimpinan dan karyawan BUMN dalam menjalin kerjasama dengan pihak eksternal. Hal

ini juga untuk mendukung penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) di

BUMN.

Pada SPAK 2011, indikator pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah terdiri dari

3 subindikator (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan penerimaan dan

pemberian hadiah; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Berikut

disampaikan rincian hasil penilaian indikator pengelolaan penerimaan dan pemberian

hadiah PT Jamsostek.

Tabel III.7Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah

Peringkat Instansi

Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah

Nilai Total

SubindikatorKetersediaan

AturanPenerapan

AturanEvaluasi Aturan

2 PT Jamsostek (Persero) 4,08 0 5,51 10,00

Berdasarkan hasil penilaian diketahui bahwa PT Jamsostek (Persero) masih memiliki

nilai yang rendah dalam aspek pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah yaitu

sebesar 4,08. Masih banyak aspek yang harus ditingkatkan oleh seluruh jajaran

pimpinan dan karyawan PT Jamsostek (Persero) dalam pengelolaan penerimaan dan

pemberian hadiah, antara lain:

1. Menyusun aturan pengelolaan pemberian dan penerimaan hadiah serta

mekanisme penanganannya.

2. Berkoordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi terkait dengan Program

Pengendalian Gratifikasi yang harus diterapkan di seluruh Badan Usaha Milik

Negara.

3. Menyediakan media konsultasi terkait peraturan dan pelaksanaan pemberian

dan penerimaan hadiah.

4. Menyusun dan menetapkan formulir penerimaan dan pemberian hadiah.

5. Sosialisasi yang lebih intensif kepada seluruh personil PT Jamsostek (Persero)

dan anak perusahaan dalam rangka memberikan keseragaman pemahaman

terkait penerimaan dan pemberian hadiah.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 21

Page 22: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

3.2.7. Penegakan Aturan (Rules Enforcement)

Penegakan aturan merupakan salah satu kunci dalam implementasi penerapan tata

kelola perusahaan yang baik. Adanya penegakan aturan akan menumbuhkan rasa

kepercayaan karyawan terhadap pimpinan perusahaan. Kepercayaan karyawan yang

tinggi terhadap pimpinan perusahaan dapat meningkatkan motivasi dan kinerja

karyawan. Melalui SPAK 2011, KPK berupaya mendorong BUMN untuk menaati

peraturan perundangan dan memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan

personil BUMN sesuai dengan ketentuan. Pada SPAK 2011, penegakan aturan

merupakan akumulasi dari kegiatan penegakan aturan dari seluruh indikator

sebelumnya.

Tabel III.8Nilai Indikator Penegakan Aturan

Peringkat Instansi

Penegakan Aturan(0,171)

Subindikator Penegakan Aturan(1)

PT Jamsostek (Persero) 10,00

Fokus penegakan aturan adalah pada implementasi dan pengadministrasian kejadian

pelanggaran dan penerapan sanksi nya. PT Jamsostek (Persero) memiliki data

rekapitulasi pelanggaran dan pemberian sanksi. Dalam rangka mempertahankan

kualitas penegakan aturan di PT Jamsostek (Persero), sebaiknya dilakukan evaluasi

berkelanjutan atas jenis-jenis pelanggaran dan mekanisme penegakan aturan yang

telah ada dengan menyesuaikan tingkat pertumbuhan perusahaan dan potensi

penyimpangan yang mungkin terjadi. Koordinasi dengan aparat penegak hukum

seperti KPK maupun Kepolisian baik untuk dilakukan dalam rangka mengantisipasi

adanya pelanggaran aturan yang berindikasi tindak pidana korupsi ataupun tindak

pidana lain.

3.3. Penilaian Prakarsa Anti Korupsi Lainnya

Penilaian terhadap inisiatif/prakarsa anti korupsi lainnya dilakukan dalam rangka

memberi penghargaan kepada BUMN atas inovasi serta implementasi anti korupsi

yang telah dilakukan BUMN selain 7 indikator yang telah ditetapkan. Berikut hasil

penilaian untuk indikator prakarsa (inovasi) lainnya.

22 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 23: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Tabel III.9Nilai Indikator Prakarsa Lainnya

Peringkat Instansi Nilai Indikator

2 PT Jamsostek (Persero) 8,17

PT Jamsostek (Persero) memperoleh nilai 8,17 atas indikator prakarsa antikorupsi

yang telah dilakukan. Beberapa hal yang telah dilakukan PT Jamsostek (Persero)yaitu:

1. Direksi PT Jamsostek (Persero) ikut memprakarsai pembentukan komunitas

pengusaha antisuap (KUPAS) dan Direktur Utama PT Jamsostek (Persero)

ditunjuk sebagai Koordinator KUPAS BUMN pada RAPIMNAS KADIN Indonesia

pada tanggal 03 Desember 2009.

2. Pengelolaan e-procurement, beberapa kegiatan yang telah dilakukan terkait e-

procurement: melakukan penyempurnaan pedoman pengadaan barang dan

jasa yang dapat mengantisipasi pemberlakuan e-procurement, menyusun

pedoman e-procurement PT Jamsostek (persero), Melakukan sosialisasi

pengadaan barang dan jasa dan workshop penyusunan dokumen

Penilaian Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) adalah instrumen yang digunakan untuk

menilai dan memberikan penghargaan bagi BUMN yang telah menciptakan inisiatif-

inisiatif dalam mengupayakan integritas serta budaya anti korupsi di perusahaannya.

SPAK 2011 merupakan kegiatan penilaian prakarsa anti korupsi yang pertama kali

dilakukan dengan 4 peserta yang berbasis voluntary. PT Jamsostek sebaiknya terus

berusaha meningkatkan nilai yang didapat dalam SPAK 2011 dan tetap berusaha

mengupayakan peningkatan dalam upaya pencegahan anti korupsi .

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 23

Page 24: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Prakarsa antikorupsi pada PT Jamsostek (Persero) secara umum cukup baik, hal ini

ditunjukkan oleh nilai SPAK PT Jamsostek (Persero) yang mendekati 8. Simpulan dari

hasil penilaian PT Jamsostek (Persero) adalah sebagai berikut :

1. Secara umum PT Jamsostek (Persero) terutama jajaran Pimpinan telah

melakukan upaya-upaya pencegahan korupsi sesuai dengan indikator yang

ditetapkan oleh SPAK.

2. PT Jamsostek belum memiliki peraturan terkait mekanisme penanganan

pemberian dan penerimaan hadiah. PT Jamsostek belum bisa mengidentifikasi

peluang gratifikasi yang mengarah kepada tindak pidana korupsi yang mungkin

terjadi pada personil PT Jamsostek yang menerima atau memberi hadiah.

3. Penerapan aturan tentang penyampaian LHKPN baru dilakukan terbatas pada

pejabat tertentu. PT Jamsostek belum bisa melakukan identifikasi adanya pola

penyimpangan penghasilan yang diterima oleh pegawainya secara menyeluruh.

4. PT Jamsostek telah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum, khususnya

pihak kepolisian untuk menindak personilnya yang melakukan pelanggaran

dengan indikasi tindak pidana.

5. PT Jamsostek telah memberlakukan upaya anti korupsi atas 7 indikator utama

SPAK secara resmi melalui Peraturan yang dikeluarkan oleh Jajaran Direksi

sampai pada tingkat cabang. Namun tidak bisa dipastikan apakah personil pada

kantor cabang memiliki pemahaman yang seragam dengan personil dari induk

perusahaan terhadap peraturan yang ditetapkan tersebut.

4.2. Saran Perbaikan

Berdasarkan simpulan tersebut, maka KPK menyampaikan intisari saran perbaikan

agar Pimpinan PT Jamsostek (Persero):

1. Menetapkan peraturan dan mekanisme penanganan dan pemberian hadiah

dalam rangka mencegah terjadinya gratifikasi yang melanggar hukum.

2. Penetapan peraturan bagi personil PT Jamsostek dengan ruang lingkup

yang lebih luas terkait pelaporan harta kekayaannya (LHKPN) dalam rangka

transparansi.

24 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 25: Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

3. Memastikan diselenggarakannya Fraud Risk Assessment yang dilakukan

secara berkala paling sedikit 2 tahun sekali. Hasil dari Fraud Risk

Assessment tersebut dijadikan dasar untuk menyusun Fraud Control Plan.

Pimpinan tertinggi bertanggung jawab penuh memastikan bahwa Fraud

Control Plan ini berjalan dengan baik

4. Melakukan sosialisasi intensif terhadap peraturan antikorupsi yang

ditetapkan oleh Direksi sampai pada tingkat cabang dalam rangka

mendapatkan kesepahaman atas peraturan yang ditetapkan.

5. Meningkatkan kerjasama/koordinasi dengan aparat penegak hukum,

terutama KPK dan Kepolisian dalam upaya penegakan aturan yang

berindikasi tindak pidana korupsi maupun tindak pidana lain.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 25