Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Formasi geologi Kota Balikpapan terdiri dari Meosin Atas dan Alluvial Undak Terumbu Koral. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa Meosin Atas mencapai luas 20.937 Ha, dan Alluvial Undak Terumbu Koral mencapai luas 31.743 Ha. Jenis batuan yang ada terdiri dari endapan permukaan dan batuan sedimen dan gunung api. Endapan permukaan berupa endapan alluvium, terdiri dari kerikil, pasir, lempung dan lumpur, umumnya tersebar disepanjang pantai timur di sekitar Tanah Grogot, Teluk Adang dan Teluk Balikpapan. Sedangkan jenis batuan sedimen dan gunung api, terdiri dari tiga formasi batuan yaitu Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru. Mengingat sebagian besar lahan di Kota Balikpapan berjenis podsolik merah kuning dan pasir kwarsa dan bertekstur kasar serta ikatan batuan yang lemah, disebabkan tanah tersebut dibentuk dari jenis batuan yang berumur relatif muda. Sedangkan sifat tanahnya sangat mudah tererosi dan jenuh akan air. Sedangkan pembentukan jenis- jenis tanah ditentukan oleh beberapa faktor batuan induk, topografi, umur, iklim dan vegetasi/biologi serta pengaruh faktor lainnya, sehingga mengalami proses lebih lanjut secara terus menerus. Dalam rangka pengaplikasian sejumalah teori diatas, dan sebagai aspek dalam terjun kelapangan serta merupakan penerapan suatu disiplin ilmu secara langsung. Maka pihak yang bersangkutan mengadakan praktikum pengenalan geologi. Guna menepatkan sasaran dan tujuan serta sebagai pembuktian secara langsung antara lapangan dengan teori yang telah terurai. Praktek pengenalan lapangan geologi merupakan bagian dari kurikulum dari semester V STT MIGAS Balikpapan tahun 2012/2013. Praktek pengenalan lapangan berlokasi di KM 8 kampus STT-MIGAS Balikpapan dan di Balikpapan regency provinsi Kalimantan timur. 1

Transcript of Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Page 1: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Formasi geologi Kota Balikpapan terdiri dari Meosin Atas dan

Alluvial Undak Terumbu Koral. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa

Meosin Atas mencapai luas 20.937 Ha, dan Alluvial Undak Terumbu Koral

mencapai luas 31.743 Ha. Jenis batuan yang ada terdiri dari endapan

permukaan dan batuan sedimen dan gunung api. Endapan permukaan berupa

endapan alluvium, terdiri dari kerikil, pasir, lempung dan lumpur, umumnya

tersebar disepanjang pantai timur di sekitar Tanah Grogot, Teluk Adang dan

Teluk Balikpapan. Sedangkan jenis batuan sedimen dan gunung api, terdiri

dari tiga formasi batuan yaitu Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan

dan Formasi Kampung Baru. Mengingat sebagian besar lahan di Kota

Balikpapan berjenis podsolik merah kuning dan pasir kwarsa dan bertekstur

kasar serta ikatan batuan yang lemah, disebabkan tanah tersebut dibentuk

dari jenis batuan yang berumur relatif muda. Sedangkan sifat tanahnya

sangat mudah tererosi dan jenuh akan air. Sedangkan pembentukan jenis-

jenis tanah ditentukan oleh beberapa faktor batuan induk, topografi, umur,

iklim dan vegetasi/biologi serta pengaruh faktor lainnya, sehingga

mengalami proses lebih lanjut secara terus menerus.

Dalam rangka pengaplikasian sejumalah teori diatas, dan sebagai aspek

dalam terjun kelapangan serta merupakan penerapan suatu disiplin ilmu

secara langsung. Maka pihak yang bersangkutan mengadakan praktikum

pengenalan geologi. Guna menepatkan sasaran dan tujuan serta sebagai

pembuktian secara langsung antara lapangan dengan teori yang telah terurai.

Praktek pengenalan lapangan geologi merupakan bagian dari

kurikulum dari semester V STT MIGAS Balikpapan tahun 2012/2013.

Praktek pengenalan lapangan berlokasi di KM 8 kampus STT-MIGAS

Balikpapan dan di Balikpapan regency provinsi Kalimantan timur.

1

Page 2: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Praktek pengenalan lapangan geologi ini Dalam rangka penerapan

teori yang telah disampaikan oleh dosen, karena sebelum mengenal

lingkungan atau lapangan Geologi kemungkinan teori yang di dapat tidak

mudah dipelajari apabila tidak langsung melakukan peraktek dilapangan.

Hal ini dimaksud untuk membandingkan dan membuktikan apakah teori

tersebut ada persamaan atau perbedaannya dengan ilmu yang didapatkan

secara langsung pada waktu praktek dilapangan.

Praktek tersebut sangat penting dilaksanakan karena bagi

mahasiswa/i dapat mengenal dan melihat bentuk suatu lapisan batauan dan

mengetahui strike dan dip sebuah batuan secara langsung untuk menambah

ilmu pengetahuan di Bidang Geologi yang nantinya diharapkan dapat

diandalkan sebagai tenaga enginer yang siap pakai.

Hasil pemikiran tersebut dapat menjadikan tantangan dimasa yang

akan datang. Khususnya bagi para mahasiswa/i stt-migas sendiri dan

lingkungannya. Tanpa adanya praktek Sangatlah sulit megetahui hal-hal

yang terdapat pada teori-teori tersebut, karena praktek merupakan penerapan

suatu disiplin mengetahui hal-hal yang terdapat pada teori-teori tersebut,

karena praktek merupakan penerapan suatu disiplin ilmu secara langsung,

1.2 Maksud dan Tujuan.

Maksud dari pelaksanaan kegiatan filtrip pengenalan lapangan geologi S1

teknik perminyakan, stt-migas yaitu meliputi :

1. Melatih mahasiswa/i dalam mengenal suatu lapangan geologi.

2. Untuk melatih dalam menganalisa persoalan – persoalan geologi yang

ada di lapangan.

3. Untuk mahasiswa/i terampil dan mahir dalam menggunakan perlatan

geologi di lapangan.

Serta, adapun tujuan dari tinjauan lapangan ini ialah:

1. untuk mengetahui kondisi lapangan geologi kota Balikpapan.

2. untuk mengetahui fungsi dari kompas geologi.

2

Page 3: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

3. Untuk mengetahui arah penyebaran, stretigrafi, formasi, geometri unsur

struktur, struktur garis, struktur bidang, kedalaman dan ketebalan batuan

4. Mengetahui jenis – jenis perlapisan

1.3 Kesampaian Daerah

a. Waktu dan Tempat Pada Lokasi pertama :

Hari, tanggal : Minggu, 28 Oktober 2012

Tempat : Kampus 2 STT MIGAS Balikpapan km 8 dan

lokasi pembuatan jalan tol Balikpapan-Samarinda

km 14 Karang Joang

Waktu pelaksanaan : 11.00 – 12.00 WITA

Kelompok : Mas Rahmat Hidayat

Ayu Nurwahyuni

Aliffian Gembong Putra Makmur

Deniy Fatryanto Edisyoh Eko Widodo

Eka Almas Yuslim

Achmad Syamsul Rizal

Anis

Damianus Mario Ricky Fernando

Proses perjalanan : Saya berangkat dari rumah (Graha Indah) pukul

09.35 menuju kampus 2 STT MIGAS km 8.

Sesampai di sana pukul 10.55 saya bertemu

dengan teman-teman kelompok saya dan Ibu

Rohima (dosen pembimbing). Pada pukul 11.00-

12.00 saya dan teman-teman belajar

menggunakan kompas geologi dan di bimbing

langsung oleh Ibu Rohima. Pukul 11.00-12.00

saya dan teman- teman melakukan tinjauan lokasi

yang berada di depan keseketariatan stt migas km

8 yang selanjutnya kami belajar mengukur arah

penyebaran perlapisan batuan (strike and dip)

3

Page 4: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

mengunakan kompas geologi yang dibimbing

oleh dosen pembimbing kami. Pukul 12.00

praktikum lapangan selesai. Pukul 12.30 saya tiba

di rumah.

Gambar 1.1. Lokasi Kampus 2 STT-MIGAS Balikpapan Kilometer 8

Gambar 1.2. Kampus 2 STT-MIGAS Balikpapan Kilometer 8

4

Page 5: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

b. Waktu dan Tempat pada Lokasi kedua.

Hari, tanggal : Minggu, 4 November 2012

Tempat : Balikpapan Regency

Waktu : 09.00 – 11.00

Kelompok : Vergilius Massora

Mas Rahmad Hidayat

Deniy Fatryanto Edisyoh Eko Widodo

Eka Almas Yuslim

Achmad Syamsul Rizal

Anis

Ayu Nurwahyuni

Damianus Mario Ricky Fernando

Proses Perjalanan : Berangkat dari rumah pukul 08.30. Perjalanan

cukup menguras waktu dikarenakan tempat tinggal

yang cukup jauh dari Lokasi. Sesampai dilokasi

tepat pukul 09.00, sembari menunggu praktikan

yang belum datang praktikum dilaksanakan 30

menit kemudian. Peninjauan lokasi dari praktikum

kedua berjalan lancar, pengamatan, pemotretan,

pengambilan sample, serta mengamati lapisan-

lapisan serta singkapannya berlangsung sekitar 1

jam setengah. Tepat pada pukul 11.00, praktikum

peninjauan lapangan operasi di Regency ditutup.

Dan, kami meninggalkan lokasi secara tertib ke

tujuan / rumah masing – masing.

5

Page 6: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Gambar. 1.3. Lokasi Pengamatan kedua di Balikpapan

Regency

Gambar. 1.4. Object yang akan mendapat perlakuan di

Lokasi kedua Balikpapan Regency

1.4 Metodologi

Adapun metode peninjauan lapangan ialah mengukur peyebaran

lapisan (stike and dip) dari suatu sampel lapisan dan kekar menggunakan

kompas giologi serta mencatat hasil dari pengukurannya.

Serta melakukan pengamatan secara saksama.

6

Page 7: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Kerangka Tektonik

Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yang

kompleks. Adanya interaksi konvergen atau kolisi antara 3 lempeng utama,

yakni lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Asia yang

membentuk daerah timur Kalimantan (Hamilton, 1979).Evolusi tektonik

dari Asia Tenggara dan sebagian Kalimantan yang aktif menjadi bahan

perbincangan antara ahli-ahli ilmu kebumian. Pada jaman Kapur Bawah,

bagian dari continental passive margin di daerah Barat daya Kalimantan,

yang terbentuk sebagai bagian dari lempeng Asia Tenggara yang dikenal

sebagai Paparan Sunda.

7

Page 8: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Gambar 2.1. Fisiografi Pulau Kalimantan (Nuey, 1987).

Pada jaman Tersier, terjadi peristiwa interaksi konvergen yang

menghasilkan beberapa formasi akresi, pada daerah Kalimantan.Selama

jaman Eosen, daerah Sulawesi berada di bagian timur kontinen dataran

Sunda. Pada pertengahan Eosen, terjadi interaksi konvergen ataupun kolisi

antara lempeng utama, yaitu lempeng India dan lempeng Asia yang

mempengaruhi makin terbukanya busur belakang samudra, Laut Sulawesi

dan Selat Malaka.

2.2 Geomorfologi

Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan yang dihasilkan

oleh perkembangan regangan cekungan yang besar pada daerah

Kalimantan.Pada Pra-Tersier, Pulau Kalimantan ini merupakan salah satu

pusat pengendapan, yang kemudian pada awal tersier terpisah menjadi 6

cekungan sebagai berikut :1 Cekungan Barito, yang terletak di Kalimantan

Selatan, 2.Cekungan Kutai, yang terletak di Kalimantan Timur,3. Cekungan

Tarakan, yang terletak di timur laut Kalimantan,4 Cekungan Sabah, yang

terletak di utara Kalimantan,5.Cekungan Sarawak, yang terletak di barat laut

8

Page 9: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Kalimantan,6. Cekungan Melawai dan Ketungau, yang terletak di

Kalimantan Tengah

Gambar 2.2 Elemen tektonik Kalimantan

Kerangka tektonik di Kalimantan Timur dipengaruhi oleh

perkembangan tektonik regional yang melibatkan interaksi antara Lempeng

Samudera Philipina, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasian yang

terjadi sejak Jaman Kapur sehingga menghasilkan kumpulan cekungan

samudera dan blok mikro kontinen yang dibatasi oleh adanya zona

subduksi, pergerakan menjauh antar lempeng, dan sesar-sesar mayor.

Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada Kala

Eosen Tengah yang diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang

berakhir pada Oligosen Akhir. Peningkatan tekanan karena tumbukan

lempeng mengakibatkan pengangkatan dasar cekungan ke arah Barat Laut

yang menghasilkan siklus regresif utama sedimentasi klastik di Cekungan

Kutai, dan tidak terganggu sejak Oligosen Akhir hingga sekarang.

Pada Kala Miosen Tengah pengangkatan dasar cekungan dimulai

dari bagian barat Cekungan Kutai yang bergerak secara progresif ke arah

Timur sepanjang waktu dan bertindak sebagai pusat pengendapan. Selain itu

9

Page 10: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

juga terjadi susut laut yang berlangsung terus menerus sampai Miosen

Akhir. Bahan yang terendapkan berasal dari bagian Selatan, Barat dan Utara

cekungan menyusun Formasi Warukin, Formasi Pulubalang dan Formasi

Balikpapan.

Formasi Pamaluan (Tomp), Batupasir kuarsa dengan sisipan

batulempung, serpih batugamping dan batulanau; berlapis sangat baik. Batu

pasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu kehitam-kecoklatan, berbutir

halus-sedang, terpilah baik, butiran membulat-bulat tanggung, padat,

karbonan dan gamping. Setempat dijumpai struktur sedimen seilang-silang

dan perlapisan sejajar. Tebal lapisan antara 1-2 meter. Batu lempung tebal

rata-rata 45 cm, serpih, kelabu kecoklatan-kelabu tua, padat, tebal sisipan

antara 10 -20 cm. Batu gamping kelabu pejal, berbutir sedang kasar,

setempat berlapis dan mengandung foraminifera besar. Batu lanau tua

kehitaman. Formasi Pemaluan merupakan batuan palling bawah yang

tersinggkap di lembar Samarinda dan bagian atas formasi ini berhubungan

menjemari dengan Formasi Bebuluh. Tebal formasi lebih kurang 2000

meter. Berumur Oligosen sampai awal Miosen.

Formasi Bebuluh (Tomb), Batugamping terumbu dengan sisipan

batu gamping pasiran dan serpih, warna kelabu padat, mengandung

foraminifera besar, berbutir sedang. Setempat batu gamping menghablur,

terkekar tak beraturan. Serpih kelabu kecoklatan berseling dengan batupasir

halus kelabu tua kehitaman. Foraminifera besar yang dijumpai antara lain :

Lepidocyclina Sumatraensis Brady, Miogypsina Sp. Miogupsinaides SPP.

Operculina Sp., menunjukan umur Miosen awal – Miosen Tengah.

Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 meter.

Formasi Bebuluh tertindih selaras oleh Formasi Pulau Balang.

Formasi Pulau Balang (Tmpb), Perselingan antara graywacke dan

batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping, batu lempung, batubara, dan

tuf dasit. Batupasir graywacke, kelabu kehijauan, padat, tebal lapisan antara

50 – 100 cm. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan, setempat tufan muda

kekuningan, mengandung foraminifera besar. Batugamping, coklat muda

10

Page 11: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

kekuningan, mengandung foraminifera besar, batugamping ini terdapat

sebagai sisipan atau lensa dalalm batupasir kuarsa, tebal lapisan 10 – 40 cm.

di S. Loa Haur, mengandung foraminifera besar antara lain Austrotrilina

howchina, Borelis sp., Lepidocyclina sp., Myogypsina sp., menunjukan

umur Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal.

Batulempung, kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2 cm. Setempat

berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit, putih

merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.

Gambar 2.3. Peta Formasi Balikpapan

Formasi Balikpapan (Tmbp), perselingan batupasir dan lempung

dengan sisipan lanau, serpih, batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa,

putih kekuningan, tebal lapisan 1 – 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 0,5 –

5 m. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan

silang siur, tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung Foraminifera kecil,

disisipi lapisan tipis karbon. Lempung, kelabu kehitaman, setempat

11

Page 12: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan

setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan,

berlapis tipis; serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran,

mengandung Foraminifera besar, moluska, menunjukan umur Miosen Akhir

bagian bawah – Miosen Tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan

delta, dengan ketebalan 1000 – 1500 m..

Formasi Kampungbaru (Tpkb), Batu pasir kuarsa dengan sisipan

lempung, serpih; lanau dan lignit; pada umumnya lunak, mudah hancur.

Batupasir kuarsa putih, setempat kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis,

mudah hancur, setempat mengandung lapisan tipis oksida besi atau

kongkresi, tufan atau lanauan, dan sisipan batupasir konglomeratan atau

konglomerat dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih merah dan

lempung, diameter 0.5 – 1 cm, mudah lepas. Lempung, kelabu kehitaman

mengandung sisa tumbuhan, batubara/ lignit dengan tebal 0,5 – 3 m, koral.

Lanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi, teballl 1 – 2 m. Diduga berumur

Miosen Akhir – Pilo Plistosen, lingkungan pengendapan delta – laut

dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat

tidak selaras terhadap Formasi Balikpapan. Endapan Alluvium, Kerikil,

pasir dan lumpur terendapkan dalam lingkungan sungai, rawa, delta dan

pantai.

2.3 Struktur

Secara ringkas Formasi Balikpapan dan Formasi Pulau Balang

yang terdiri dari perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung lanauan dan

serpih dengan sisipan napal , batu gamping dan batu bara, berumur Miosen

tengah-akhir. Formasi tersebut ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi

Kampung Baru terdiri dari batu lempung pasiran, batu pasir kuarsa, batu

lanau, sisipan batubara, napal, batu gamping dan batu bara muda, berumur

Miosen Akhir . Kedua Formasi diatas mengalami perlipatan jenis Antiklin

dan Sinklin, mempunyai sumbu kearah Timur Laut – Barat Daya.

12

Page 13: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Sedangkan Formasi lebih tua terdiri dari Pamaluan dan Bebuluh berumur

Miosen Awal-tengah terdiri dari batupasir, serpih, batu lanau, batu

gamping. Ketebalan seam batu bara berkisar 0.5 meter sampai 6.0 meter,

dengan ketebalan seam rata-rata berkisar 2 meter pada batuan batu lanau

dan serpih mengalami kompaksi. Struktur geologi yang berkembang di

daerah pendataan adalah struktur lipatan yang termasuk kedalam antiklin

Tenggarong, yang menerus kearah Timur Laut antiklin Segihan, sedangkan

kearag barat daya antiklin Gitan. Struktur antklin dan sinklin terdapat pada

batuan Formasi Balikpapan dan Formasi Pulau Balang, masing-masing

sayap tidak simetris . Struktur sesar terdapat pada melalui Formasi

Balikpapan, berarah timur laut-barat daya, jenisnya sementara belum dapat

ditentukan karena terbatasnya data.

Tabel 2.1. Struktur Formasi Geologi lembar Samarinda-Kaltim

13

Page 14: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Sumber: Peta Geologi Lembar Samarinda - Kalimantan Timur (S.Supriatna, Sukardi, & E.Rustandi)

2.4 Stratigrafi

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur

relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan

batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau

korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi

mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur

relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk

mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.

Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya

pada abad ke-19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia

mengamati beberapa perlapisan batuan yang tersingkap yang memiliki

urutan perlapisan yang sama (superposisi). Dari hasil pengamatannya,

kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang terbawah

merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena

banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang

berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat

lainnya pada suatu wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil pengamatan

ini maka kemudian Willian Smith membuat suatu sistem yang berlaku

umum untuk periode-periode geologi tertentu walaupun pada waktu itu

belum ada penamaan waktunya. Berawal dari hasil pengamatan William

Smith dan kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan,

hubungan dan genesa batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi.

Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku

kata, yaitu kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan

dan kata “grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya

gambar atau lukisan. Dengan demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat

dinyatakan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang

14

Page 15: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari

tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam batuan

di alam dalam ruang dan waktu.

- Aturan: Tatanama stratigrafi diatur dalam “Sandi Stratigrafi”. Sandi

stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi

ataupun tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun

pengertian nama-nama tersebut seperti misalnya: Formasi/formasi,

Zona/zona, Sistem dan sebagainya.

- Hubungan: Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap

lapis batuan dengan batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan

batuan tersebut. Hubungan antara satu lapis batuan dengan lapisan

lainnya adalah “selaras” (conformity) atau “tidak selaras”

(unconformity).

- Pembentukan (Genesa): Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis

batuan memiliki genesa pembentukan batuan tersendiri. Sebagai contoh,

facies sedimen marin, facies sedimen fluvial, facies sedimen delta, dsb.

- Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau

diendapkan pada lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa

batuan sedimen: Darat (Fluviatil, Gurun, Glacial), Transisi (Pasang-

surut/Tides, Lagoon, Delta), atau Laut (Marine: Lithoral, Neritik,

Bathyal, atau Hadal)

- Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut

dan biasanya berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping

formasi Rajamandala terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir kuarsa

formasi Bayah terbentuk pada kala Eosen Akhir

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan

kejadian geologi adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Superposisi

15

Page 16: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Prinsip ini sangat sederhana, yaitu

pada kerak bumi tempat

diendapkannya sedimen, lapisan yang

paling tua akan diendapkan paling

bawah, kecuali pada lapisan-lapisan

yang telah mengalami pembalikan.

Gambar 2.4. Umur Relatif Batuan

Sedimen

2. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)

Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh

gravitasi akan membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi

dari pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan,

terjadi setelah proses pengendapan.

Pengecualian : Pada keadaan tertentu (lingkungan delta, pantai,

batugamping, terumbu, dll) dapat terjadi pengendapan miring yang

disebut Kemiringan Asli (Original Dip) dan disebut Clinoform.

3. Azas Pemotongan (Cross Cutting)

Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau tubuh intrusi haruslah berusia

lebih muda dari batuan yang diterobosnya.

4. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)

Lapisan sedimen diendapkan secara terus menerus dan

berkesinambungan sampai batas cekungan sedimentasinya. Penerusan

bidang perlapisan adalah penerusan

bidang kesamaan waktu atau

merupakan dasar dari prinsip korelasi

stratigrafi. Dalam keadaan normal

suatu lapisan sedimen tidak mungkin

16

Page 17: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, kecuali oleh beberapa sebab

yang menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral, yaitu:

Gambar 2.5. Lapisan Sedimen yang

Berkesinambungan

- Pembajian

Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya

Gambar 2.6. Penipisan Lapisan Sedimen pada Tepian Cekungan

- Perubahan Fasies

Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang

sama, atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama

(menjemari).

Gambar 2.7. Penghilangan Lapisan Secara Lateral

- Pemancungan atau Pemotongan karena Ketidakselarasan

Dijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity di

mana urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk

sudut dengan batuan diatasnya. Pemancungan atau pemotongan

terjadi pada lapisan batuan di bawah bidang ketidakselarasan.

17

Page 18: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Gambar 2.8 Pemancungan

- Dislokasi karena sesar

Pergeseran lapisan batuan

karena gaya tektonik yang

menyebabkan terjadinya sesar

atau patahan.

Gambar 2.9. Dislokasi

5. Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)

Penggunaan fosil dalam penentuan umur geologi berdasarkan dua

asumsi dalam evolusi organik. Asumsi pertama adalah organisme

senantiasa berubah sepanjang waktu dan perubahan yang telah terjadi

pada organise tersebut tidak akan terulang lagi. Sehingga dapat

dikatakan bahwa suatu kejadian pada sejarah geologi adalah jumlah dari

seluruh kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Asumsi kedua adalah

kenampakan-kenampakan anatomis dapat ditelusuri melalui catatan

fosil pada lapisan tertua yang mewakili kondisi primitif organisme

tersebut.

6. Teori Katastrofisme (Catastrophism)

Teori ini dicetuskan oleh Cuvier, seorang kebangsaan Perancis pada

tahun 1830. Ia berpendapat bahwa flora dan fauna dari setiap zaman itu

berjalan tidak berubah, dan sewaktu terjadinya revolusi maka hewan-

hewan ini musnah. Sesudah malapetaka itu terjadi, maka akan muncul

18

Page 19: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

hewan dan tumbuhan baru, sehingga teori ini lebih umum disebut

dengan teori Malapetaka.

7. Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)

Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi “The

Present is The Key to The Past “, yang berarti kejadian yang

berlangsung sekarang adalah cerminan atau hasil dari kejadian pada

zaman dahulu, sehingga segala kejadian alam yang ada sekarang ini,

terjadi dengan jalan yang lambat dan proses yang berkesinambungan

seragam dengan proses-proses yang kini sedang berlaku. Hal ini

menjelaskan bahwa rangkaian pegunungan-pegunungan besar, lembah

serta tebing curam tidak terjadi oleh suatu malapetaka yang tiba-tiba,

akan tetapi melalui proses alam yang berjalan dengan sangat lambat.

Kesimpulan dari teori Uniformitarianisme adalah :

• Proses-proses alam berlangsung secara berkesinambungan.

• Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini, terjadi pula pada masa

lampau namun dengan intensitas yang berbeda.

~ Alat Pengukur Stratigrafi (Kompas Geologi)

Kompas, klinometer dan “hand level” merupakan alat-alat yang

dipakai dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur

kedudukan unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan

kombinasi dari ketiga fungsi alat tersebut. Jenis kompas yang akan dibahas

disini adalah tipe Brunton dari berbagai merek.

Bagian-Bagian utama kompas geologi

Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton diperlihatkan

dalam. Yang terpenting diantaranya adalah :

19

Page 20: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Gambar 2.10. Kompas Geologi

1. Jarum Magnet

Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet

bumi (bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan

dari posisi utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya

deklinasi berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat

menunjuk posisi geografi yang benar maka “graduated circle” harus

diputar.

Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat

tanda yang digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas itu.

Biasanya diberi warna (merah, biru atau putih).

2. Lingkaran pembagian derajat (graduated circle)

Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi,

yaitu kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah

utara (N) sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum

jam dan kompas kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah

utara (N) dengan selatan (S), sampai 90o pada arah timur (E) dan barat

(W). (Gambar II.2)

20

Page 21: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

3. Klinometer

Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau

kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas

dan dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian

skala (Gb. II.3A). Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan

persen.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Lokasi

Secara geografis wilayah Kota Balikpapan berada antara 1.0 LS –

1.5 LS dan 16,5 BT– 117,5 BT dengan luas wilayah 503,35 Km².Dilihat

dari topografinya sekitar 70% wilayah Kota Balikpapan merupakan daerah

yang berbukit-bukit, sedangkan sisanya berupa dataran landai yang berada

di tepi laut. Perbukitan berada di daerah utara, Kecamatan Balikpapan Barat,

Balikpapan Tengah, dan Balikpapan Timur. Daerah ini menjadi daerah

penyangga kota, diantaranya hutan lindung kota di Kecamatan Balikpapan

Selatan, lokasi konservasi alam di Kecamatan Balikpapan Utara dan

Balikpapan Selatan, serta hutan lindung Sungai Wain di wilayah Balikpapan

Utara dan Balikpapan Barat.

Sedangkan bagian selatan, tepatnya di sepanjang tepi Teluk

Balikpapan, terbentang dataran landai di Kecamatan Balikpapan Selatan dan

Tengah. Disinilah detak jantung kegiatan perekonomian Kota Balikpapan

21

Page 22: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

berdenyut. Pusat perdagangan, pusat jasa, pusat permukiman, bahkan

industri pengolahan terutama minyak dan gas bumi terkonsentrasi di

wilayah ini.

Kota balikapan bemiliki beberapa formasi diantaranya formasi pulo

balang, formasi kampung baru dan formasi Balikpapan. Pada studi lapangan

1 yang dilakukan di kampus 2 stt migas yang berjarak 10 km dari pusat kota

Balikpapan adalah wilayah Balikpapan yang termaksut dalam formasi

Balikpapan. Lokasi ini terletak di RT 38 KM 09 Karang Joang. Sedangkan

pada lokasi lapangan 2 terletak di area perumahan dengan luas lebih dari

100HA, dengan lokasi yang cukup strategis di Jl. Kol. Syarifudin Yoes,

yang dapat ditempuh sekitar 15 menit dari bandara sepinggan atau berada di

lahan pengembangan perumahan yang terletak di Balikpapan Regency dan

juga masih termasuk dalam formasi Balikpapan.

3.2 Studi Lapangan 1 ( kampus 2 STT MIGAS, KM 9)

Pada studi lapangan 1 batuan yang mendominasi adalah batu

lempung serta terdapat lapisan batu pasir kompak yang meyebar merata

diantara batu lembung tersebut

Gambar 3.1 Lokasi 1 Gambar 3.2 Penampang Lapisan

22

Page 23: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Gambar 3.3 Proses Pengukuran Gambar 3.4 Peserta Studi Lapangan

23

Page 24: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Pada studi lapangan ini kami melakukan kegiatan pengukuran azimuth ,

lereng pengukuran arah perlapisan dan penyebaran lapisannnya (strike dan

dip) batu pasir menggunakan kompas giologi. Adapun proses

pengukurannya ialah sebagai berikut:

A. Menentukan arah azimuth

Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke

tempat yang dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa : puncak

bukti, patok yang sengaja dipasang, dan lain-lain. Untuk mendapatkan

hasil pembacaan yang baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai

berikut :

1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang.

2. Kompas dibuat horizontal (dengan bantuan “mata lembu” ) dan

dipertahankan demikian selama pengamatan.

3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135° menghadap ke depan dan

sighting arm dibuka horizontal dengan peep sight ditegakkan.

4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang

dimaksud tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung sighting

arm dan garis tengah dan garis tengah pada cermin. Sangat penting

diingat bahwa : bukan hanya tangan dengan kompas yang berputar

tetapi seluruh badan.

5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak. Hasil

bacaan adalah arah yang dimaksud

Hasil pembacaan arah dapat dipakai untuk menentukan lokasi dimana

pengamat berdiri, dengan dibantu peta topografi. Pembidikan dapat

dilakukan ke beberapa obyek yang lokasinya diketahui dengan pasti di

peta (biasanya tiga obyek) kemudian arah-arah tersebut ditarik pada

peta dengan menggunakan busur derajat dan segitiga. Titik potong

ketiganya, yang bila pembacaannya tepat, akan hanya berpotongan di

satu titik. Titik tersebut adalah titik dimana pengamat berdiri.

24

Page 25: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Membaca arah dapat juga dilakukan dengan memegang dan

menempatkan kompas pada posisi mata. Kompas dipegang horizontal

dengan cermin dilipat 45° dan menghadap ke mata. Arah yang

ditunjukkan jarum dapat dibaca melalui cermin. Karena tangan

penunjuk arah terbalik (menghadap kita), maka yang dibaca adalah

ujung selatan jarum kompas. Yang mana dari kedua cara ini yang

paling baik adalah tergantung dari kebiasaan kita dan keadaan medan.

B. Mengukur besarnya sudut suatu lereng

Untuk mengukur besarnya sudut lereng dilakukan tahapan sebagai

berikut :

1. Tutup kompas dibuka kurang lebih 45°, sighting arm dibuka dan

ujungnya di tekuk 90°.

2. Kompas dipegang dengan posisi seperti yang diperlihatkan dalam

Skala klinometer harus di sebelah bawah.

3. Melalui lubang peep-sight dan sighting-window dibidik titik yang

dituju. Usahakan agar titik tersebut mempunyai tinggi yang sama

dengan jarak antara mata pengamat dengan tanah tempat berdiri.

4. Klinometer kemudian diatur dengan jalan memutar pengatur di

bagian belakang kompas, sehingga gelembung udara dalam

“clinometer level” berada tepat di tengah .

5. Baca skala yang ditunjukkan klinometer seperti yang ditunjukkan

dalam. Satuan kemiringan dapat dinyatakan dalam derajat maupun

dalam persen.

Apabila jarak antara tempat berdiri dan titik yang dibidik diketahui,

misalnya dengan mengukurnya di peta maka perbedaan tinggi antara

kedua titik tersebut dapat dihitung. Perbedaan tinggi tersebut dapat juga

diketahui dengan cara seperti yang diperlihatkan dalam. Dalam hal ini,

ikutilah prosedur sebagai berikut :

25

Page 26: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

1. Letakkan angka 0 klinometer berimpit dengan angka 0 pada skala.

2. Pegang kompas seperti, gerakan dalam arah vertikal sedemikian

rupa sehingga gelembung udara berada di tengah .

3. Bidiklah melalui lubang pengintip sehingga mata, lubang pengintip

dan garis pada jendela panjang berada dalam satu garis lurus.

Perpanjangan dari garis lurus tersebut akan “menembus”

permukaan tanah di depan pada suatu titik tertentu. Ingat-ingatlah

titik “tembus” ini.

4. Beda tinggi antara pengamat berdiri dan “titik tembus” tadi sama

dengan tinggi pengamat dari telapak sepatu sampai mata.

5. Berpindahlah ke “titik tembus” tadi dan ulanglah prosedur no. 2 dan

3 di atas sampai daerah yang akan anda ukur selesai.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dalam pengukuran arah dan

sudut lereng, dapat digunakan kaki –tiga (tripod).

C. Mengukur kedudukan unsur struktur

Dalam geologi kita hanya mengenal adanya 2 (dua) jenis unsur struktur,

yaitu struktur bidang dan struktur garis.

• Mengukur kedudukan bidang

Yang dimaksud dengan struktur bidang adalah bidang perlapisan,

kekar, sesar, foliasi, dan sebagainya. Kedudukannya dapat

dinyatakan dengan jurus dan kemiringan atau dengan arah

kemiringan dan kemiringan.

Mengukur jurus dan kemiringan dengan kompas azimuth, ikutilah

prosedur sebagai berikut :

1. Bukalah cermin kompas > 90o

2. Letakkan salah satu sisi kompas yang bertanda E atau W (bukan

N atau S) pada bidang yang akan diukur.

26

Page 27: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

3. Aturlah posisi kompas sedemikian rupa sampai horizontal

dengan bantuan “mata lembu”. Tetapi harus dijaga agar sisi

kompas tetap menempel pada bidang yang diukur (bila

bidangnya renjul, lakukanlah itu dengan bantuan clipboard atau

yang semacamnya).

4. Bacalah jarum utara dan segera catat agar tidak lupa (bila

kompas diangkat, jarum akan bergerak). Angka yang anda baca

adalah jurus bidang yang diukur.

5. Tandailah garis potong antara : bidang yang diukur dengan

bidang dasar kompas (= bidang horizontal). Biasanya dengan

menekan angka keras atau menggeser agak keras.

6. Ubahlan posisi kompas sehingga bidang dasar komp;as tegak

lurus terhadap garis potong (= jurus) pada nomor 5.

7. Aturlah klinometer sehingga gelembung pengatur horizontal

terletak di tengah. Kemudian bacalah angka yang ditunjukkan

(dalam hal ini kompas dapat diangkat). Hasil yang diperoleh

adalah besarnya kemiringan.

8. Putarlah kompas sedemikian rupa. Buatlah horizontal dan

bacalah arah yang ditunjukkan jarum utara : misalnya N, NE, E,

SE, S, SW, W, NW. Angkanya tidak perlu dicatat. Hasil

pembacaan adalah arah kemiringan.

Pada lokasi ini selain ditemukan penyebaran lapisan batu pasir juga

ditemukan beberapa sesar normal atau sesar turun.

27

Page 28: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Gambar 3.5 sesar Gambar 3.6 pengukuran deep

Kedudukan struktur bidang yang diukur dapat dicatat sebagai berikut :

N340°E/4°W, artinya : jurus bidang adalah timur laut dan miring atau

condong 4° ke arah barat. Bidang N340°E/4°W bisa juga dibaca dan

dicatat sebagai N353°E/4°W. Angka yang pertama diperoleh karena

yang ditempel adalah sisi yang bertanda E sedang angka yang kedua

karena yang ditempel adalah sisi yang bertanda W. Serta nilai strike

and dip dari sesar ialah N357°E/9°W.

3.3 Studi Lapangan 2 (Balikpapan Regency)

28

Page 29: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Setelah kita melakukan studi lapangan di kampus 2 STT MIGAS

km 8 kita melakukan studi lapangan di Balikapapn Regency. Disana kami

menemukan lahan luas yang telah diratakan yang rencananya akan di

laksanakan pembangunan beberapa perumahan. Disana kami menemukan

galian lahan yang telah di keruk sehingga lokasi tersebut membentuk tebing

setinggi ±10 meter. Pada lokasi tersebut dominan dipenuhi lapisan batu

lempung , batu lempung pasiran, batu bara serta batu pasir yang telah

tersedimentasi. Serta perlapisan di lokasinya pun terlihat cukup jelas, walau

mungkin agak sedikit pemudaran yang diakibatkan oleh beberapa faktor.

Misalnya : Gerusan air hujan dan Angin. Dalam faktor pembentukan tanah

dibedakan menjadi dua golongan yaitu, faktor pembentukan tanah secara

pasif dan aktif. Faktor pembentukan tanah secara pasif adalah bagian-bagian

yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang

meliputi bahan induk, tofografi dan waktu atau umur. Sedangkan faktor

pembentukan tanah secara aktif ialah faktor yang menghasilkan energi yang

bekerja pada massa tanah, yaitu iklim, (hidrofer dan atmosfer) dan

makhkluk hidup (biosfer). Adapun pembentukan tanah di pengaruhi oleh

lima faktor yang bekerjasama dalam berbagai proses, baik reaksi fisik

(disintregrasi) maupun kimia (dekomposisi). Semula dianggap sebagai

faktor pembentukan tanah hanyalah bahan induk, iklim, dan makhluk hidup.

Setelah diketahui bahwa tanah berkembang terus, maka faktornya ditambah

dengan waktu. Tofografi (relief) yang mempengaruhi tata air dalam tanah

dan erosi tanah juga merupakan faktor pembentukan tanah.

Di lokasi tersebut kita bisa melihat batuan sedimen / endapan.

Batuan endapan terjadi karena proses pengendapan bahan yang diangkut

oleh air atau udara dalam waktu yang lama. Ciri untuk membedakan batuan

endapan dan batuan lainnya yaitu, batuan endapan biasanya berlapis,

mengandung jasad (fosil) atau bekas-bekasnya dan adanya keseragaman

yangnyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang menyusun.

Adanya lapisan dalam batuan ini disebabkan karena timbunan

lapisan pengendapan yang masing-masing berbeda bahan, tekstur, warna

29

Page 30: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

dan tebalnya. Perbedaan ini terutama di sebabkan oleh karena perbedaan

waktu pengendapan dan bahan yang diendapkannya.jika bahan yang

diendapkannya seragam maka ciri akan terlihat kurang jelas. Batuan

endapan dari bahan-bahan yang diendapkan dari hasil pecahan batuan yang

telah ada sebelumnya. Proses pelapukan batuan endapan dapat terjadi

melalui gerakan bumi, seperti gempa bumi, patahan,timbulan,bahkan

lipatan, dan tekanan akibat temperartur, juga bisa diakibatkan oleh tenaga

mahkluk hidup saeperti akar dan hewan, maupun gaya kimia yang di

sebabkan oleh gaya kimia seperti CO2, O2 asam organik dan sebagainya.

Dilokasi kita pun dapat menemukan batuan sedimen yang telah

melewati proses Litifikasi. Lithifikasi itu sendiri adalah proses perubahan

material sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Seperti yang

terlihat pada gambar di bawah (gambar 3.9) pasir mengalami lithifikasi

manjadi batu pasir. Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada

sedimen selama terpendam dan terlithifikasi disebut sebagai diagnesis .

Diagnesis terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada

proses pelapukan.

30

Gambar 3.8 Lokasi lapangan 2Gambar 3.7 Peserta praktikum lokasi 2

Page 31: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Selain itu juga di lokasi tersebut kita bisa melihat lapisan batuan

batubara . Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil, merupakan

batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,

utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses

pembatubaraan.

Batu bara umumnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Namun dewasa ini penggunaan batu bara semakin dikurangi, di samping

merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, penggunaan

batu bara juga menimbulkan pencemaran.

31

Gambar 3.9 batu pasir yang terlitifikasi Gambar 3.10 batu lempung

Gambar 3.11. Perlapisan Batu Bara 1 Gambar 3.12. Perlapisan Batu Bara 2

Page 32: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Secara skematis kemungkinan didaerah Regency Balikpapan

memiliki struktur stratigrafi / perlapisan dengan batuan yang lebih tua

ialah batu bara, dengan menerpakan prinsip superposisi. Dengan, urutan

Batu bara, lempung, serta pasir. Dimana, ada intrusi yang dialami

perlapisan kemungkinan bisa terjadi. Hal, ini dikarenakan di satu tempat,

sekitar jarak yang kurang-lebih 4 meter dari lokasi awal perlapisan

batubara tersebut menghilang, dan di 4 meter Selanjutnya lapisan batu

bara tersebut muncul kembali. Ini, kemungkinan telah terjadi intrusi dari

batuan dasar yang mendesak keatas. Sehingga, terjadi beberapa lapisan

yang hilang. Berikut gambar skematis perlapisannya.

32

Gambar 3.14 Skematis pelapisan lokasi 2

Gambar. 3.13 Batu Bara

Page 33: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

BAB IV

KESIMPULAN

Dari data di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta

distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk

menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan

yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi

(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun

absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas

penyebaran lapisan batuan.

2. Kota Balikpapan merupakan bagian dari cekungan kutai ( kutai basin).

3. Kota Balikpapan mempuyai beberapa formasi batuan, diantaranya formasi

Balikpapan, formasi pulo balang dan formasi kampung baru.

4. Pada studi lapangan kampus 2 stt migas ditemukan 2 jenis lapisan batuan

yaitu batu pasir kompak dan batu lempung

5. Nilai strike pada studi lapangan 1 ialah 347 dan nilai dipnya ialah 6’

6. Pada studi lapangan 2 ditemukan beberapa jenis lapisan batuan yaitu batu

pasir, batu lempung, baru lempung pasiran, baru pasir kompak dan batu bara.

33

Page 34: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

34

Page 35: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

DAFTAR PUSTAKA

Gabro.M.2009.kompas geologi.makassar

Hartono.2012. http://psdg.bgl.esdm.go.id/tenggarong.

Herdy.2010. http://herdyborgir.blogspot.com/geology-regional.

PT.PerencanaDjajaCiptalaras2011.http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/timur/ka

ltim/balikpapan.pdf.

Wahyudia.AS.2011.Stratigrafi Geometri.Kalsel

www.google.com

www.wikipedia.com

35

Page 36: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

LAMPIRAN

Praktikum Lapangan 1 @ Kampus 2 STT-MIGAS KM 8

Gambar sisi lain kampus 2 STT-MIGAS KM 8Gambar lokasi tempat yang akan diamati

Gmabar perlapisan yang akan diamati Gambar persiapan sebelum melakukan perhitungan strike

36

Page 37: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Gambar kompas geologi Gambar Praktikan melakukan pengukuran strike

Gambar Kompas Geologi serta hasil yang didapatkan dari pengamatan

Gambar praktikan melakukan pengukuran Deep

Gambar Mahasiswa mendapatkan mentoring tentang penggunaan kompas oleh dosen yang

bersangkutan

Gambar kegiatan mentoring dosen terhadap Mahasiswa

37

Page 38: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Gambar seluruh praktikan pada Praktikum Lapangan 1 @ Kampus 2 STT-MIGAS Balikpapan

38

Page 39: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

LAMPIRAN

Praktikum Lapangan II @ Balikpapan Regency

Gambar lokasi praktikum ke duaGambar salah seorang praktikan melakukan observasi

awal pada lapisan pasiran

Gmabar lapisan batu pasirGambar salah seorang praktikan yang menujukkan

adanya singkapan perlapisan

39

Page 40: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Gambar saat pengambilan sample batuan Gambar seluruh peserta praktikan

Gambar lapisan batu bara yang terlihat Gambar beberapa sample yang berhasil didapat

40

Page 41: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Praktikan Tim A (Alpha) Praktikan Tim B (Beta)

Praktikum Telah Selesai( 1Direction + 1 )

41

Page 42: Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

42