LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PKM) IbM DP2M...
Transcript of LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PKM) IbM DP2M...
LAPORAN
PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PKM)
IbM DP2M DIKTI TAHUN 2017
IbM PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS
KEARIFAN LOKAL DI SEKOLAH DASAR (SD)
Oleh: Prof. Dr I Wayan Suastra, M.Pd
NIDN.0015056203
Prof.Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si
NIDN.0031125821
Dr. A.A.I.Rai. Sudiatmika, M.Pd
NIDN. 0022066006
KONTRAK PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
NOMOR. 291/UN48.15/PM/2017
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
OKTOBER, 2017
PRAKATA
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
laporan Pengabdian Kepada Masyarakat IbM Tahun 2017 ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Penyelesaian IbM ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, tim IbM pada kesempatan ini menghaturkan ucapan terima kasih kepada :
1. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas
Pendidikan Ganesha, atas segala bantuan administrasi dan bimbingan sehingga
penelitian ini dapat terlaksana.
2. Kepala Kadisdikpora Kabupaten Klungkung atas ijin dan kerjasamanya dalam
memberi sambutan dan motivasinya sehingga IbM ini dapat dilaksanakan di
sekolah tersebut.
3. Kepala dan guru SD N 1 Tojan sebagai pengimbas, SD N 2 Tojan sebagai
pelaksanan, SD N 1 Semarapura Kauh, SD N Semarapura Kangin, SD N 1
Kamasan, SD N 1 Gelgel yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pelatihan
pendidikan karakter berbasis budaya lokal di SD N 2 Tojan.
4. Narasumber yang telah menyempatkan memebrikan pelatihan sehingga IbM ini
dapat berjalan dengan baik dan lancar.
5. Rekan-rekan di jurusan pendidikan fisika, atas kontribusinya dalam penyelesaian
laporan ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang ikut berkontribusi dalam IbM ini yang tidak
sempat kami sebutkan satu persatu kami ucapkan terima kasih. Semoga Ida Sang Hyang
Widhi Wasa memberikan rahmat sesuai dengan jasa Ibu/Bapak.
Singaraja, 25 Oktober 2017
Tim IbM,
v
1
BAB I
ANALISIS SITUASI DAN RENCANA KEGIATAN
1. Analisis Situasi
Pada era industrialisasi dan globalisasi ini dengan persaingan yang semakin ketat
maka penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memegang peranan yang
penting. Tantangan ini menghajatkan kesiapan sumber daya manusia (SDM) Indonesia
yang handal dan berkualitas yang tidak saja mampu menguasai IPTEK, tetapi juga mampu
membentuk karakter bangsa yang berlandaskan kearifan lokal.Gardner (2007) mengatakan
bahwa untuk menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dibutuhkan lima
pikiran untuk masa depan (five mind for the future) yang meliputi: pikiran terdisiplin, pikiran
menyintesis, pikiran mencipta, pikiran merespek, dan pikiran etis. Lebih lanjut, Tilaar (2012)
mengatakan bahwa globalisasi harus dilawan dengan mengembangkan kreativitas dan
entrepreneurshipmelalui pedagogik kristis transformatif dalam pendidikan nasional.
Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah berat yang harus dilalui, yaitu terjadinya
krisis multidimensi yang berkepanjangan. Masalah ini sebetulnya mengakar pada
menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan oleh membudayanya praktek Korupsi
Kolusi dan Nepotisme (KKN), narkoba, konflik (antar etnis, agama, politisi, remaja, RW,
banjar, desa), meningkatnya kriminalitas, menurunnya etos kerja, serta hilangnya budaya
malu jika telah melakukan hal-hal yang kurang baik di masyarakat. Budaya-budaya tersebut
adalah penyebab utama Negara kita sulit untuk bangkit dari krisis ini.Gunawan (2014)
mengatakan bahwa ada beberapa karakter bangsa Indonesia akhir-akhir ini yang mulai
berubah ke arah yang memprihatinkan. Misalnya terjadinya penurunan sikap religius, santun,
sabar, saling menghormati, dan mengutamakan musyawarah. Sekarang cenderung ke arah
yang destruktif.
Nampaknya diperlukan upaya untuk merajut kembali mutiara-mutiara bangsa yang
telah hilang atau menurun tersebut melalui proses pendidikan. Bahkan presiden terpilih Joko
Widodo telah mencanangkan program revolusi mental untuk mengembalikan karakter bangsa
Indonesia yang mulai tercerabut tersebut. Suprapto (2014) mengatakan bahwa revolusi
mental harus dimulai dari pendidikan, mengingat peran pendidikan sangat strategis dalam
membentuk mental anak bangsa (Jawa Pos, 5 September 2014, halaman 4).
2
Sekolah yang menjadi sasaran pengabdian pada masyarakat adalah Sekolah Dasar 1
Tojan yang berlokasi di tengah-tengah Desa Tojann Klungkung dengan profil sekolah
sebagai berikut. Luas lahan sekolah 20 are dengan luas bangunan 52,50 x 18,23 m2, jumlah
ruang kelas 6 buah, ruang ibadah, toilet, perpustakaan 9,47 x 3,5 m2, jumlah siswa tahun
ajaran 2016/2017 sebanyak 154 orang, jumlah guru 13 orang dan dibantu seorang pegawai
non guru. Berdasarkan hasil observasi ke sekolah tersebut dan wawancara dengan kepala
sekolah ditemukan ditemukan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, sekolah ini letaknya
sangat strategis karena berada di tengah-tengah desa Tojan dan dipinggir jalan besar
Klungkung-Gelgel dan penataan lingkungan sekolahnya juga cukup baik sehingga kalau
dijadikan sekolah contoh sangat strategis. Kedua, pendidikan karakter di sekolah ini memang
sudah ada perencanaan ke arah itu, namun pemahaman kepala sekolah maupun guru dalam
pengelolaan sekolahnya maupun dalam implementasi kurikulumnya belum memadai.
Harapan dari Kepala Sekolah agar ada bantuan dari Undiksha untuk mengembangkan
pendidikan karakter di sekolah tersebut (surat permohonan terlampir). Kedua, Kepala
sekolah, guru dan pegawai menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan pendidikan karakter
di sekolah tersebut dan bahkan menyatakan kesiapannya menjadi sekolah contoh di
Klungkung. Ketiga, dukungan pihak Desa Tojan dalam hal ini disampaikan oleh Kepala Desa
Tojan Bapak Wayan Suastawa yang sangat mendukung dan mengharapkan ada kegiatan P2M
seperti ini sehingga anak-anak dari Desa Tojan menjadi anak-anak yang memiliki prestasi
tidak hanya dalam bidang akademik saja, tetapi juga memiliki karakter bangsa yang kuat
seperti jujur, bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya dan juga bangga terhadap
desanya. Bahkan Kepala Desa Tojan juga siap membantu dalam pelaksanaannya nanti
melalui bantuan ADD.
3
Gambar 1. Sekolah Dasar No. 1 Tojan Klungkung
Pendidikan merupakan faktor dominan dalam mengembangkan karakter bangsa.
Tirtarahardja dan Sulo (2005) mengatakan bahwa pendidikan sebagai proses transformasi
budaya dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikkan merupakan proses
pemanusiaan untuk menjadikan manusia memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia
dewasa/bijaksana, dan manusia seutuhnya agar mampu menjalankan dan mengembangkan
budaya. Salah satu fungsi sekolah mencakup fungsi sosial. Sekolah dalam menjalankan
fungsi sosial harus mampu mensosialisasikan peserta didik, sehingga mereka nantinya bisa
mengubah diri mereka dan masyarakatnya. Masyarakat merupakan sebuah tempat yang
menjadi tempat hidup, tumbuh, berkembang dan berubah bagi manusia. Sekolah berupaya
menggali dan mewariskan kearifan lokal dalam membangun kehidupan berbangsa. Oleh
karena itu, sudah seharusnya kurikulum sekolah (dalam hal ini kurikulum 2013) memberikan
perhatian yang lebih besar pada pendidikan karakter bangsa dibandingkan kurikulum masa
sebelumnya.
Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual hidup dalam masyarakat, tumbuh
dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat dari sifatnya yang
berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai dengan yang profan (bagian keseharian dari
4
hidup dan bersifat biasa-biasa saja). Keberagaman budaya Indonesia merupaklan modal besar
membangun bangsa. Setiap daerah memilikimkeunikan tersendiri dan mengandung kearifan
lokal masing-masing.Baker, et al (1995) menyatakan bahwa jika pembelajaran di sekolah
tidak memperhatikan budaya/kearifan lokal anak, maka konsekuansinya siswa akan
“menolak” atau hanya menerima sebagian konsep-konsep sains yang dipelajarinya. Kearifan
lokal didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah
(Gobyah, 2003). Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai
usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap
terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu (Ridwan, 2007).
Kearifan (wisdom) secara etimologi berarti kemampuan seseorang dalam menggunakan akal
pikirannya untuk menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau situasi, sedangkan lokal
menunjukkan ruang interaksi dimana peristiwa atau situasi tersebut terjadi. Dengan demikian,
kearifan lokal secara substansial merupakan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat
yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari.
Oleh karena itu, kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan
martabat manusia dalam komunitasnya (Geertz, 1992).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembangunan watak (character building)
amat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berahklak, berbudi pekerti, dan
berperilaku baik. Bangsa ini ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Sudah
saatnya dibangun kembali kesadaran akan pentingnya pembinaan karakter bagi insan
Indonesia melalui pendidikan yang bermutu. Sesuai dengan pendapatnya Elmubarok (2008)
yaitu, mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus, dan menyatukan yang
tercerai.
2. Tujuan dan Manfaat
2.1 Tujuan
Secara umum tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini
adalah memberdayakan kepala sekolah, guru, dan pegawai SD 1 dan SD 2 Tojan Klungkung
agar mampu mengembangkan pendidikan karakter di sekolahnya sehingga menjadi sekolah
rujukan di kabupaten Klungkung khususnya atau di Bali pada umumnya. Dengan demikian,
pada akhirnya muaranya adalah mampu mengembangkan lulusan SD yang tidak hanya
cerdas, tetapi juga berkarakter bangsa yang kuat. Secara khusus tujuan P2M ini adalah
sebagai berikut.
5
1) Memberdayakan kepala sekolah agar mampu mengelola sekolah yang berkarakter di
SD 1 dan SD 2 Tojan Klungkung.
2) Memberdayakan guru agar mampu merancang dan mengimplementasikan kurikulum
2013 yang bermuatan karakter berbasis budaya lokal secara benar di kelasnya masing-
masing.
3) Memberdayakan pengawas SD di UPT kecamatan Klungkung dalam memonitor dan
mengevaluasi serta membimbing sekolah-sekolah lainnya dalam mengembangkan
pendidikan berkarakter di Klungkung.
4) Memberdayakan pegawai dan para dagang di sekolah tersebut mampu membuat
situasi atau kondisi yang mendukung terciptanya sekolah yang berkarakter.
2.2 Manfaat
Secara umum kegiatan P2M ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
langsung kepada kepala sekolah, guru-guru, pegawai dan para pedagang di kantin sekolah di
SD 1 Tojan Klungkung mengembangkan sekolah yang berkarakter sesuai harapan kepala
sekolah dan para guru. Manfaat tidak langsungnya adalah dapat membantu peserta didik
meningkatkan prestasinya dalam bentuk kompetensi dari aspek pengetahuan, keterampilan,
dan sikap serta dengan sendirinya menguatkan karakter bangsanya. Manfaat lainnya adalah
dapat digunakan sebagai pijakan dalam mengambil kebijakan oleh pemerintah daerah dalam
hal ini dinas pendidikan dan kebudayaan untuk membina guru-guru SD dan mengembangkan
sekolah berkarakter di sekolah lainnya.
3. Target Luaran
Target luaran dari P2M ini adalah berupa model pengembangan karakter di sekolah
yang berupa model pendidikan karakter yang berbasis kearifan lokal yang berisi langkah-
langkah dari perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi, serta refleksinya dalam
bentuk buku panduan. Luaran lainnya adalah berupa artikel ilmiah yang akan dipublikasikan
pada Jurnal P2M nasional.
4. Metode dan Rencana Kegiatan
Metode pelaksanaan P2M ini adalah menggunakan disain pengembangan model
Gall&Borg (2003) yang dimodifikasi. Tahapannya meliputi 5 langkah kegiatan yaitu: 1)
analisis kebutuhan pengembangan pendidikan karakter di SD, disain model pengembangan
6
sekolah berkarakter, implementasi disain model di sekolah, monitoring dan evaluasi, dan
desiminasi hasil pengembangan. Langkah-langkahnya secara diagram sebagai berikut.
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN
ANALISIS KEBUTUHAN
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KARAKTER DI SD
DESKRIPSI SWOT
(KEKUATAN, KELEMAHAN,
TANTANGAN, DAN PELUANG)
DESKRIPSI KARAKTER YANG
AKAN DIKEMBANGKAN
PENYUSUNAN RANCANGAN/DISAIN
PELAKSANAAN PENDIDIKAN
KARAKTER DI SD DAN PELATIHAN
BAGI KEPALA SEKOLAH, GURU,
PEGAWAI DAN PENDUKUNG
LAINNYA
KEPALA SEKOLAH, GURU,
PEGAWAI DAN PENDUKUNG
LAINNYA YANG SIAP
MENGIMPLEMENTASIKAN
PERANGKAT IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI MODEL YANG
DISUSUN DI SEKOLAH PELAKSANAAN PENDIDIKAN
KARAKTER DI KELAS MAUPUN DI
LINGKUNGAN SEKOLAH: DOKUMEN
PELAKSNAAN DALAM BENTUK
VIDEO, FOTO, DAN DOKUMEN
LAINNYA
MONITORING DAN EVALUASI
PROGRAM DOKUMEN DALAM BENTUK VIDEO,
FOTO, PERANGKAT LAINNYA,
SERTA DATA HASIL MONITORING,
DAN REFLEKSI
DESIMINASI HASIL PENGEMBANGAN
DENGAN MENGUNDANG STAKE
HOLDER (BUPATI, DINAS
PENDIDIKAN, KEPALA SEKOLAH
LAIN, GURU, PENGAWAS)
MODEL PENDIDKAN
KARAKTER BERBASIS
KEARIFAN LOKAL YANG
EFEKTIF
ARTIKEL SIAP DIPUBLIKASI
7
BAB II
HASIL YANG TELAH DICAPAI
Sesuai dengan rencana yang telah disajikan pada bab I di depan, maka kegiatan yang
telah dilakukan sebagai berikut.
1. Sosialisasi rencana kegiatan IbM pengembangan pendidikan karakter berbasis
kearifan lokal di SD 1 dan SD 2 Tojan telah dilakukan pada tanggal 14 Juli 2017.
2. Laporan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung untuk melaksanakan
kegiatan IbM di dua SD mitra telah dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2017. Namun,
karena ada berbagai kegiatan dan belum adanya Kepala Dinas yang definitif maka
kegiatan diijinkan dilakukan setelah kegiatan memperingati 17 Agustus 2017.
3. Penyusunan instrumen kegiatan P2M yang meliputi: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Kurikulum 2013 yang bermuatan karakter, instrumen penilaian karakter
siswa, pedoman observasi.
4. Pelatihan pengembangan pendidikan karakter diu sekolah dasar telah dilaksanakan
pada tanggal 20 Agustus 2017 yang dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Olahraga
Kabupaten Klungkung, dihadiri Ka UPT.Pendidikan Dasar, Kabid PMPTK, Pengawas
SD/MI, Ka.Humas Pemda Klungkung, dan 23 orang guru dan 7 kepala sekolah.
5. Pembinaan dilakukan selama 1,5 bulan sehingga berakhir sampai awal Oktober 2017.
6. Pemantauan pelaksanaak kegiatan IbM dilakukan secara berkala setiap seminggu
sekali selama kegiatan pembinaan dan setelah pembinaan.
7. Penyusunan draf buku Pedoman Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis
Karakter Budaya Lokal.
8. Pelaporan hasil IbM dalam bentuk draf laporan dan draf artikel untuk publikasi pada
jurnal P2M.
Beberapa hasil kegiatan dapat buku pedoman pengembangan pendidikan karakter dui SD 1
dan 2 Tojan dan rekaman dokumentasi foto-foto berikut ini.
8
.
Foto : Gerbang SD 1 Tojan Klungkung (Sekolah Pengimbas)
Foto : Kepala SD 1 Tojan (Ngakan Ketut Astika, S.Pd) dengan administrasi sekolah yang
tertata rapi (Sekolah Percontohan)
9
Foto: Kepala Sekolah, para guru SD 1 Tojan bersama Prof. Suastra (Dosen Undiksha) bentuk
kebersamaan mengembangkan karakter
Program Pendidikan Karakter di SD N 1 (Pengimbas)
Visi Sekolah : Menjadi Sekolah Dasar yang unggul dalam mutu dan berkarakter dalam
sikap dan perilaku.
Misi Sekolah :
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dasar melalui
pendekatan humanis, demokratis, dan ilmiah.
b. Membentuk dan mengembangkan karakter bangsa siswa melalui proses pendidikan
karakter yang berbasis pada kearifan lokal Bali.
c. Mengembangkan profesionalisme guru secara berkesinambungan.
d. Menjaga hubungan harmonis dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Metode Pengembangan
Metode pengembangan pendidikan karakter di SD dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu intervensi dan pembiasaan dalam pengalaman praktis. Intervensi dilakukan pada
kegiatan belaar mengajar dan budaya sekolah, sedangkan pembiasaan melalui kegiatan
ekstra kurikuler dan pembiasaan keseharian di rumah dan masyarakat. Empat cara
pengembangannya sebagai berikut. (1) Kegiatan Belajar Mengajar: integrasi ke dalam
kegiatan belajar mengajar pada setiap mata pelajaran, (2) Budaya Sekolah: melalui
kegiatan keseharian di sekolah, (3) Kegiatan Ekstra Kurikuler: integrasi ke dalam
kegiatan ekstra kurikuler, pramuka, PMR, seni tari dan tabuh, dsb, dan (4) Kegiatan
Keseharian di Rumah dan Masyarakat: kegiatan pembiasaan keseharian di rumah yang
selaras dengan di sekolah. Kepala Sekolah, guru, pemimpin, dan tokoh masyarakat
dijadikan role model dari nilai-nilai karakter yang diharapkan. Gambaran ringkasnya
seperti pada gambar beriut.
10
INTERVENSI
PENGALAMAN PRAKTIS (HABITUASI)
R
E
V
I
T
A
L
I
S
A
S
I
14
Program Pendidikan Karakter yang Dikembangkan
Program pendidikan karakter berbasis kearifan lokal yang dikembangkan didasarkan
empat ranah pendidikan karakter yaitu: olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa
dan karsa. Rangkuman keempat ranah pendidikan karakter seperti pada gambar
berikut.
Gambar. Empat ranah pendidikan karakter nasional
Berikut program pendidikan karakter berbasis kearifan lokal yang telah dikembangkan di SD 1 Tojan.
1. Religius (Srada Bhakti) dalam keseharian
a. Eling dan bhakti pada Tuhan melalui persembahyangan bersama siswa dan guru setiap
pagi pukul 07.15 wita.
11
b. Doa sebelum memulai dan mengakhiri pembelajaran.
c. Persembahyangan pada hari tertentu: purnama, tilem, saraswati, dsb.
d. Hormat pada orang tua, guru, dan pemimpin pemerintahan.
2. Kedisiplinan/Taat Aturan (Rta) dalam perilaku
a. Disiplin dalam berlalu lintas di jalan dan anak-anak kelas V dan VI bergilir mengatur lalu
lintas di depan sekolah.
b. Disiplin dalam berpakaian.
c. Berbaris ketika mau memasuki kelas dan memberi salam kepada guru secara bergilir
ketika mau pulang.
d. Antre dalam berbelanja di kantin sekolah.
3. Berbuat jujur dan berkata benar (Satya) dalam keseharian
a. Tidak mencontek ketika ulangan/ujian.
b. Kantin kejujuran.
c. Jujur dalam mengakui kesalahan/ perbuatan yang tidak baik.
d. Sopan santun dalam pergaulan.
4. Peduli dan bersahabat dengan alam (rungu palemahan)
a. Penataan lingkungan sekolah yang rindang dan asri.
b. Menjaga lingkungan sekolah tetap aman, bersih dan rapi.
5. Tanggung jawab (Sesana)
a. Setiap kelas bertanggung jawab mengurus kebersihan dan keindahan kelasnya dan setiap
akhir setengah semester dilomba-kan, serta diberikan hadiah bagi juara 1,2, dan 3.
b. Setiap barung pramuka bertanggung jawab mengurus kebun sekolah dan setiap akhir
setengah semester dilombakan, serta diberikan hadiah bagi juara 1,2, dan 3.
6. Mandiri/percaya diri (tama)
a. Setiap anak dibiasakan memimpin Doa/Tri Sandya di kelas maupun untuk seluruh siswa.
b. Setiap anak dibiasakan tampil di depan kelas untuk menyampaikan ide/ gagasannya atau
karyanya.
c. Dilakukan berbagai kompetisi/lomba untuk memupuk rasa percaya diri siswa serta
menampilkan kemampuannya dalam bidang olah raga, seni, maupun akademik.
7. Kreatif (Ulik)
a. Dalam proses pembelajaran, guru selalu menghargai ide/gagasan/karya siswa yang unik
atau berbeda dari biasanya.
b. Prestasi dan karya siswa yang terbaik diberikan apresiasi dan dipajang dalam pameran
karya siswa, dipajang pada papan pengumuman, dan diumumkan di depan siswa-siswa
lainnya.
c. Dalam kegiatan ekstra kurikuler bidang seni-budaya, siswa diberikan kebebasan
mengekspresikan bakat dan kemampuannya, seperti membuat kreasi tabuh, mesatua,
berpuisi, tari, menggambar/melukis, dan kerajinan tangan.
8. Ingin tahu (Sekadi nyampat, ilang luhu ebuke katah)
a. Dalam poses pembelajaran, guru selalu membuka diri untuk selalu siap bila ditanya oleh
siswanya dan bahkan memberikan penghargaan/apresiasi kepada siswa yang sering
bertanya.
b. Bila tidak ada guru, maka siswa dibiasakan membaca dan berdiskusi secara bebas dengan
temannya.
c. Menyediakan buku bacaan yang menggugah keingintahuan siswa.
12
9. Cinta tanah air (jele melah gumi gelah)
a. Melakukan apel bendera setiap hari senin dan hari-hari penting nasional.
b. Menyanyikan lagu-lagu wajib nasional setiap hari dan memberikan makna nyanyiannya.
c. Mengajak siswa merasakan kebanggan sebagai warga sekolah SD 1 Tojan, warga desa
Tojan, warga Klungkung, orang Bali, dan orang Indonesia.
10. Bersahabat (menyama braya, segilik seguluk sebayan taka).
a. Dalam proses pembelajaran, dilakukan dengan belajar kooperatif dengan anggota
kelompok yang heterogen (agama, suku, sosial ekonomi, gender).
b. Siswa diajak mengunjungi jika ada teman/kerabat, guru, pegawai yang sakit atau ketimpa
musibah/duka maupun jika diundang dalam kegiatan suka.
11. Suka bekerja keras dan dermawan (anteng)
a. Dalam proses pembelajaran, siswa dibiasakan mengerjakan tugas-tugas yang menuntut
kerja keras baik dilakukan secara individu maupun kelompok.
b. Guru dan siswa memberikan sumbangan dalam bentuk uang atau barang untuk
membantu teman atau masyarakat yang kurang beruntung/memerlukan bantuan (sakit,
miskin, bencana).
12. Motivasi berprestasi (jengah)
a. Pada setiap kesempatan, guru selalu memberikan arahan agar menjadi orang yang lebih
baik/sukses di masa depan (punya rasa jengah).
b. Sekolah selalu memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dalam bidang
akademik maupun non-akademik baik tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, nasional.
13. Cinta damai (shanti)
a. Sekolah bebas dari kekerasan dan pertengkaran.
b. Sekolah dalam menyelesaikan masalah mengutamakan musyawarah dan kedamaian.
14. Refleksi diri (mulat sarira)
a. Dalam proses pembelajaran, ketika akan menutup pelajaran siswa diajak melakukan
refleksi diri tentang proses belajarnya dan juga tentang perilaku yang dilakukannya
yang telah lewat serta memperbaikinya jika ada kesalahan.
b. Guru pada setiap kesempatan mengajak siswa untuk selalu bersyukur pada Tuhan atas
kehidupan ini.
13
Berbagai Kegiatan SD 1 Tojan dalam Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Foto 2: Pertemuan pertama Prof. Suastra di SD N 1 Tojan untuk membicarakan penyiapan
kegiatan P2M.
Foto: SD N 2 Tojan (sekolah yang dikembangkan pendidikan karakternya)
14
15
Foto: Kegiatan pembukaan pelatihan dibuka oleh Kadisdik Klungkung Drs. Dewa
Darmawan, M.Pd, Kepala Desa Tojan, Ka.UPT Pendidikan Dasar, Kabid PMPTK,
Pengawas SD yang berlangsung di SD N 2 Tojan
Foto : Pengawas SD/MI ikut terlibat dalam kegiatan pelatihan
16
Foto : Kepala Sekolah dan guru antusias mengikuti pelatiahan pendidikan karakter
(komitmen kasek).
Foto: Narasumber Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd menyampaikan paparan
pengembangan pendidikan karakter di sekolah
17
Foto: peserta pelatihan menyimak dengan serus paparan narasumber (pengembangan
profesionalisme guru)
18
Foto: Nara sumber Dr. A.A Istri Sudiatmika, M.Pd bersama peserta pelatihan
Foto: Sembahyang bersama di halaman sekolah setiap hari Pukul 07.15 mohon
keselamatan bersama (religius)
19
Kepala SD 2 Tojan Ida Bagus Raka Pujawan, S.Pd memberi arahan sebelum siswa memasuki kelas masing-
masing.
20
Foto: Jam istirahat digunakan untuk latihan bemain catur
Foto: Siswa bergerak menuju kelas masing-masing secara beraturan tanpa ada yang
saling mendahului setelah diberi pengarahan oleh Kepala Sekolah
21
Foto: Siswa belajar mandiri ketika guru sedang ada kegiatan/rapat (karakter ingin tahu).
Foto: guru sedang mempersiapkan pembelajaran di depan
kelas
22
Foto : siswa belajar dengan wajah menyenangkan di kelas
Foto : siswa diajarkan tangung jawab dan kepeduliannya dalam menjaga dan
memelihara lingkungan sekolahnya.
23
Foto : siswa diajarkan tanggung jawab dan secara gotong royong menjaga dan
memelihara kebersihan lingkungan sekolahnya
Foto : Ibu guru turut terlibat aktif bersama siswa memelihara kebersihan sekolahnya.
24
Foto : siswa secara bergotong royong membersihkan dan menata kelasnya agar
dapat memperoleh juara.
Foto: kegiatan kepramukaan adalah salah satu bentuk pendidikan karakter
(tanggung jawab, disiplin, kreativitas, kepercayaan diri, bela negara)
25
Foto: kegiatan kepramukaan adalah salah satu bentuk pendidikan karakter
(tanggung jawab, disiplin, kreativitas, kepercayaan diri, bela negara)
Foto : siswa berlatih bale ganjur seni tradisioanal Bali didampingi guru pembina
(melestarikan seni tradisional/ kearifan lokal)
26
Foto : siswa dengan rasa percara diri berlatih menampilkan kebolehannya dalam
Mesatua Bali (pelestarian kearifan lokal)
Foto : siswa dengan rasa percaya dirinya berlatih menampilkan kemampuannya dalam
Macepat (kearifan lokal Bali)
27
Foto : seorang siswa dengan rasa percaya dirinya memimpin teman-temannya
menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
Foto : Para guru menyiapkan pembagian hadiah lomba-lomba pada tengah semester.
28
Foto : Kepala Sekolah mengawali menyerahkan hadiah lomba-lomba kegiatan karakter
Foto : Prof. Suastra juga diminta untuk menyerahkan hadiah.
29
Foto : siswa menyalami guru ketika akan pulang sekolah (hormat pada guru dan
disiplin dalam antre)
Foto : Kepala Sekolah memanggil orang tua siswa untuk membicarakan secara
kekeluargaan persoalan anaknya di sekolah (Peran orang tua dalam ikut mendidik
putranya).
30
Foto : Prof. Suastra (putra Desa Tojan/Klungkung) memberikan motivasi kepada siswa agar
selalu eling dan bersyukur pada Tuhan/Hyang Widhi Wasa, hormatdan patuh pada orang tua
dan guru, rajin belajar agar berguna bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa (bentuk
keteladanan dalam pendidikan karakter).
Foto : Siswakelas V atas nama Dananji yang mampu masuk dalam olimpiade
matematika SD tingkat provinsi diberikan apresiasi di depan teman-temannya
(menghargai prestasi).
31
Foto : Kantin Sehat SD 1 Tojan (menjaga kesehatan siswa)
32
Foto: Kadisdik meninjau lingkungan sekolah dan siap memberikan bantuan pengembangannya
khususnya perbaikan kelas.
33
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis masalah dan implementasi kegiatan pengabdian masyarakat
pengembangan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Bali di SD 1 dan 2 Tojan
Klungkung dapat disimpulkan dan disarankan sebagai berikut.
3.1 Simpulan
a. Pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di SD dan 2
Tojan Klungkung telah berlangsung dengan baik dan lancar karena komitman semua
pihak yang terlibat Kepala Sekolah, Para Guru, Pegawai, dan Siswa sangat tinggi. Di
samping itu, ada 5 kepala sekolah dengan 24 guru yang ikut terlibat dalam kegiatan
ini.
b. Hasil kegiatan pengembangan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di SD 2
Tojan Klungkung menghasilkan buku Panduan Pengembangan Pendidikan Karakter
di Sekolah Dasar (SD) dan telah disosialisasikan ke sekolah lain di Klnungkung (buku
pedoman terlampir).
3.2 Saran
a. Disarankan kepada Dinas Pendidikan untuk menindaklanjuti kegiatan ini dengan
memberikan dukungan dana dan pemantauan sehingga sekolah-sekolah di Klungkung
dan di Bali umumnya dapat menghasilkan lulusan yang cakap dan berkarakter budaya
lokal yang kuat.
b. Kepada Pihak Undiksha melalui Ka.LPPM disarankan terus memberikan dukungan
dana untuk sekolah-sekolah yang lain dan kabupaten lain sehingga pemerataan
kualitas pendidikan tercapai di Bali.
34
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, B. Dkk. (2011). Ajeg Bali dalam Perspektif Pendidikan. Singaraja: Undiksha Press.
Ainley, Mary&John Ainley. (2011). A Cultural Perspective on the Structure pf Student
Interest in Science. International Journal of Science Education. Vol 33 No.1m
January 2011, pp51-71.
Bali Post. (2006). Siswa Jadi Malas Berpikir Kreatif. Kolom Pendidikan. 18 Maret 2006.
Borg,W.R & Gall,M.D (1989). Educational Research. New York: Longman.
Costa,V.B.(1995). When science is “Another World”: Relationships between Worlds
of Family, Friends, School,and Science. Science Education. 79(3). 313-333.
Depdiknas (2005). Mutu Pendidikan Indonesia Tahun 2003 “ Laporan Trends in International
Mathematics and Science Study . Warta Balitbang Depdiknas Vol II No. 1Januari
2005.
Depdiknas. 2010. Pendidikan Karakter:Kumpulan Pengalaman Inspiratif. Jakarta: Penerbit
Depdiknas.
Elmubarok Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Penerbit Alpabeta.
----------- 2010. Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta: Pemerintah RI.
Geertz.C. (1973). The Interpretation of Culture. New York: Basic Books.
George,J. (1999). Wordview Analysis of Knowledge in Rural Village: Implication
for Science Education. Science Education. 83 : 77-95.
George.J. (2001). Culture and Science Education: Developing World.
http://www.id21.org/education/e3jg1g2.html.
Gunawan, I. 2014. Mengembangkan Karakter Bangsa Berdasarkan Kearifan Lokal.
Jegede,O.J & P.A.Okebukola (1989). Influence of Socio-Cultural Factor on
Secondary Students’ Attitude toward Science. Research in Science
Education. 19. 155-164.
Jegede,O.J & Aikenhead,G.S (2000). Transcending Cultural Border: Implications
for Science Teaching. http://www. [email protected].
Johnson,E.B. (2002). Contextual Teaching Learning. California: Corwin Press.
Koesoema A. D. 2009. Pendidikan Karakter di Zaman Keblinger Mengembangkan Visi Guru
sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Munandar, S.C.U (1999). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi
Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
35
Prasad. R. 2010. Intisari Bhagavad Gita (Untuk Siswa dan Pemula). (Penerjemah Luh
Resiki). Denpasar: Media Hindu.
Radhakrishnan. S. 2008. Upanisad-Upanisad Utama. (Penerjemah Agus S. Mantik).
Surabaya: Paramita.
Said, M.I. (1992). Globalisasi dan Pelestarian serta Pengembangan Nilai-nilai Luhur
Budaya Bangsa dalam Berbagai Program Pendidikan. Makalah pada Konvensi
Nasional Pendidikan Indonesia II. Medan.
Suastra,I W. (2005). Merekonstruksi Sains Asli (Indigenous Science) Dalam Rangka
Mengembangkan Pendidikan Sains Berbasis Budaya Lokal di Sekolah (Studi
Etnosains pada Masyarakat Penglipuran Bali). Disertasi. Tidak Dipublikasikan.
Suastra, I.W, dkk (2007). Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi Pengembangan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian Hibah
Bersaing.
Suastra, I.W dkk (2008). Pengambangan Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Fisika di
SMU. Laporan Penelitian PHK A2.
Suastra, I.W, dkk (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Laporan
Penelitian HB Dikti Tahun I.
Suastra, I.W. (2009). Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Penerbit Undiksha.
Suastra, I.W, dkk (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Laporan
Penelitian HB Dikti Tahun II.
Suastra, I.W. 2010. Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran Jilid 43, No.1, April 2010
Suastra,I.W. Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Sains Berbasis Budaya
Lokal. Makalah Disajikan pada Seminar dengan tema Mengembangkan Pendidikan
Karakter di Sekolah Melalui Budaya Lokal, Undiksha 14 September 2011. .
Sumaji, dkk. 1998. Pendidikan Sains yang Humanis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Titib, I Md. 1994. Untaian Ratna Sari Upanisad. Denpasar: Yayasan Dharma Narada.
Titib, I Md. 2003. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budhi Pekerti pada Anak (Perspektif
Agama Hindu). Jakarta: Ganesha.
Tilaar, H.A.R. 2010. Agama, Budaya, dan Pendidikan Karakter Bangsa. Jakarta: Lembaga
Manajemen UNJ.
Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf
Publishing.
36
Lampiran
Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Bali
di Sekolah Dasar
Oleh:
I Wayan Suastra
Ida Bagus Putu Arnyana
A.A.I.Rai Sudiatmika
ABSTRAK
Pengabdian pada Masyarakat (P2M) ini bertujuan untuk mengembangkan model
program pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Bali di SD 1 Tojan dan SD 2 Tojan
Klungkung. Kalayak sasaran program ini adalah Kepala Sekolah dan guru SD no.1 dan SD
No.2 Tojan Klungkung yang berjumlah 24 orang. Kedua SD berada di wilayah Desa Tojan,
namun SD 1 Tojan letaknya lebih strategis karena di pinggir jalan dibandingkan SD 2Tojan
yang masuk ke dalam. Di samping itu, SD 1 Tojan merupakan SD inti yang jumlah siswanya
cukup banyak yaitu 134 orang siswa, sedangnya SD 2 Tojan jumlah siswanya 52 orang.
Masalah yang dihadapi kedua sekolah sasaran adalah 1) belum adanya pengelolaan sekolah
yang menerapkan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dan 2) belum adanya muatan
pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dalam perencanaan dan implementasi kurikulum
2013. Program yang dikembangkan meliputi: 1) pelatihan pengelolaan sekolah yang
menerapkan pendidikan karakter dan penyusunan perangkat pembelajaran kurikulum 2013
bermuatan karakter kearifan lokal. Hasil impmenetasi menunjukkan bahwa 1) kepala sekolah
dan guru memahami pengelolaan pendidikan karakter baik dalam kelas maupun dalam
kegiatan ekstra dan intra kurikuler, 2) siswa menunjukkan perilaku yang baik sesuai dengan
karakter berbasis kearifan lokal yang dikembangkan seperti: taat dan khusuk dalam
sembahyang, semangat dan ceria, bersih, rajin, tekun belajar, peduli terhadap sesama, taat
aturan, hormat terhadap guru, jenggah, dan bertanggung jawab terhadap diri dan sekolahnya.
Kata-kata Kunci: Pendidikan karakter, kearifan lokal, sekolah dasar
A. Latar Belakang
Pada era industrialisasi dan globalisasi ini dengan persaingan yang semakin ketat
maka penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memegang peranan penting.
Tantangan ini mengharuskan kesiapan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang
handal dan berkualitas yang tidak saja mampu menguasai IPTEK, tetapi juga mampu
berkarakter bangsa yang kuat. Gardner (2007) mengatakan bahwa untuk menghadapi
tantangan masa depan yang semakin kompleks dibutuhkan lima pikiran untuk masa depan
(five mind for the future) yang meliputi: pikiran terdisiplin, pikiran menyintesis, pikiran
mencipta, pikiran merespek, dan pikiran etis. Lebih lanjut, Tilaar (2012) mengatakan bahwa
globalisasi harus dilawan dengan mengembangkan kreativitas dan entrepreneurship melalui
pedagogik kristis transformatif dalam pendidikan nasional.
37
Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah berat yang harus dilalui, yaitu
terjadinya krisis multidimensi yang berkepanjangan. Masalah ini sebetulnya mengakar pada
menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan oleh membudayanya praktek Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (KKN), narkoba, konflik (antar etnis, agama, politisi, remaja, RW,
banjar, desa), meningkatnya kriminalitas, menurunnya etos kerja, makin memudarnya
kejujuran, serta hilangnya budaya malu jika telah melakukan hal-hal yang kurang baik di
masyarakat. Budaya-budaya tersebut adalah penyebab utama negara kita sulit untuk bangkit
dari krisis ini. Lebih lanjut, Gunawan (2014) mengatakan bahwa ada beberapa karakter
bangsa Indonesia akhir-akhir ini yang mulai berubah ke arah yang memprihatinkan. Misalnya
terjadinya penurunan sikap religius, santun, sabar, saling menghormati, dan mengutamakan
musyawarah. Sekarang cenderung ke arah yang destruktif. Di sisi lain kita memiliki budaya
dalam bentuk sikap dan perilaku yang “adiluhung” (baik) yang diwariskan oleh para leluhur
kita secara turun menurun yang sering disebut sebagai nilai kearifan lokal (local genous),
seperti srada bhakti, satya, gotong royong, seluluk sebayantaka, menyamabraya, jengah,
mulat sarira, peduli (rungu) dan arif terhadap lingkungan alam. Tampaknya diperlukan
upaya untuk merajut kembali nilai-nilai budaya lokal bangsa kita sendiri yang telah hilang
atau menurun tersebut melalui proses pendidikan. Bahkan presiden terpilih Joko Widodo
telah mencanangkan program revolusi mental untuk mengembalikan karakter bangsa
Indonesia yang mulai tercerabut tersebut. Suprapto (2014) mengatakan bahwa revolusi
mental harus dimulai dari pendidikan, mengingat peran pendidikan sangat strategis dalam
membentuk mental anak bangsa (Jawa Pos, 5 September 2014, halaman 4).
Pendidikan merupakan faktor dominan dalam mengembangkan pendidikan karakter
bangsa. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya merupakan kegiatan pewarisan
budaya dari satu generasi ke generasi lain. Pendidikan merupakan proses pemanusiaan untuk
menjadikan manusia memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, dan manusia
seutuhnya agar mampu menjalankan dan mengembangkan budaya bangsa dalam bentuk
kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat.
Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat,
tumbuh dan berkembang secara terus menerus dalam kesadaran masyarakat dari yang
sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai dengan yang profan (bagian
keseharian dari hidup dan bersifat biasan-biasa saja). Keberagaman budaya Indonesia
merupakan modal besar membangun bangsa. Bali khususnya memiliki nilai-nilai kearifan
lokal (local genous) yang adiluhung dan perlu dibudayakan/transformasikan kepada anak
38
didik kita untuk pelestarian dan keberlanjutan kehidupan yang lebih baik di masa datang
(Suastra, 2010).
Pendidikan karakter memiliki makna yang luas daripada pendidikan moral, karena
bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi lebih dari itu.
Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik, sehingga peserta didik
menjadi paham (domain kognitif), tentang mana yang baik dan mana yang buruk, mampu
merasakan dan menghayati (domain afektif) nilai baik, dan biasa melakukannya (domain
psikomotorik).
Sekolah Dasar (SD) 1 dan SD 2 Tojan dipilih sebagai tempat/pusat pengembangan
pendidikan karakter berbasis kearifan lokal pada jenjang Sekolah Dasar di Klungkung
didasarkan pada berbagai pertimbangan sebagai berikut. 1) SD 1 Tojan merupakan sekolah
inti di UPP Semarapura, lokasinya cukup strategis, prestasinya sangat bagus, serta sangat
diminati oleh masyarakat. SD 2 Tojan lokasinya agak ke dalam, kurang memiliki prestasi,
dan kurang diminati oleh masyarakat. 2) Komitmen kedua Kepala Sekolah beserta para guru
dalam mengembangkan pendidikan karakter sangat tinggi. 3) Dukungan masyarakat dan
khususnya Kepala Desa Tojan sangat tinggi terutama dalam memajukan pendidikan di desa
Tojan.
Berdasarkan analisis persoalan tersebut, maka kedua sekolah menjadi sasaran
kegiatan IbM pengembangan pendidikan karakter berbasis budaya lokal Bali sebagai upaya
mengembangkan karakter siswa yang kuat sehingga kelak menjadi tumpuan dan harapan
orang tua, masyarakat, bangsa dan negara.
B. Metode Pengembangan
Metode pengembangan ini menggunakan model pengembangan Gall&Borg (2003)
yang dimodifikasi. Tahapannya meliputi 5 langkah kegiatan yaitu: 1) analisis kebutuhan
pengembangan pendidikan karakter di SD, disain model pengembangan sekolah berkarakter,
implementasi disain model di sekolah, monitoring dan evaluasi, dan desiminasi hasil
pengembangan. Kegiatan ini diawali dari kunjungan ke sekolah sasaran untuk
mengidentifikasi kebutuhan apa yang diperlukan terkait pendidikan karakter. Kepala sekolah,
guru, dan tim melakukan diskusi untuk merancang program dan kegiatan. Berdasarkan hasil
diskusi, maka kegiatannya meliputi: 1) pelatihan bagi guru dalam mengembangkan
pendidikan karakter berbasis kearifan lokal, baik di dalam kelas maupun dalam kegiatan
ekstra maupun ingtra kurikuler, 2) mengimplementasikan pendidikan karakter berbasis
39
kearifan lokal di dalam kelas dan dalam kegiatan ekstra dan intra kurikuler, 3) pementauan
kegiatan, baik di dalam kelas maupun kegiatan ekstra dan intra kulikuler, 4) pelaporan hasil
kegiatan, dan 5) desiminasi. Data dianalisis secara deskriptif dan dilaporkan secara naratif.
C. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pemantauan kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas
diperoleh data sebagai berikut.
(1) Hasil kegiatan pelatihan
Pelatihan pengembangan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal telah terselenggara
tanggal 20 Agustus 2017 dengan dihadiri dan dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Klungkung bapak Drs. Dewa Darmawan, M.Pd serta dihadiri oleh Kabid
PMPTK, Ka.UPT SD, Pengawas SD/MI, Ka.Humas Pemda Klungkung, Kepala Desa
Tojan, 7 kepala sekolah (2 mitra dan 5 imbas), serta 24 orang guru SD. Kepa aDinas
maupun Kepala Desa Tojan menyambut baik kegiatan ini dan diharapkan diteruskan
pada masa yang akan datang karena akan bermanfaat bagi siswa, sekolah, desa, dan
daerah dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar menjadi unggul
dalam prestasi maupun karakter. Kadis meminta agar para guru mengikuti kegiatan
dengan sebaik-baiknya dan yang lebih penting lagi adalah mengimplementasikan di
sekolah masing-masing. Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru sangat antusias
mengikuti kegiatan pelatihan ini sampai sore hari, tanpa satupun yang meninggalkan
tempat kegiatan.
(2) Hasil pemantauan aktivitas siswa selama pengembangan pendidikan karakter di sekolah
masing-masing menunjukkan bahwa (1) siswa dan guru selalu memulai sembahyang
tepat waktu dan lebih khusuk dibandingkan sebelumnya, (2) siswa lebih rajian datang ke
sekolah dan hampir tidak ada yang terlambat, (3) kepedulian dan tanggung jawab mereka
terhadap kebersihan sekolah dan terhadap tugas-tugasnya menunjukkan hasil yang lebih
baik, (4) kerjasama siswa (gotong-royong) dalam berbagai kegiatan tampak semakin
baik, (5) disiplin siswa terutama dalam mengantre saat masuk kelas maupun berbelanja
ke kantin saat isitirahat tampak lebih tertib, (6) aktivitas budaya seperti megambel,
mekidung, mewirama, mesatua Bali berkembang baik, (7) jumlah siswa yang menyontek
saat ulangan semakin berkurang, serta (8) rasa hormat siswa terhadap guru semakin
bertambah baik.
Berdasarkan temuan tersebut, jelas tampak bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan
karakter bagi pendidik maupun siswa sudah ada dan bahkan sudah menunjukkan
40
perubahan pada perilaku, baik guru maupun siswa. Komitmen bersama antara
pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan, kepala sekolah, pengawas, tokoh masyarakat
(kepala desa), dan orang tua siswa sangat penting untuk mewujudkan tercapainya
kualitas output maupun outcome pendidikan. Hal ini tampak dari kegiatan ini yang
mampu mengumpulkan seluruh komponen tersebut dalam satu ruang dan menyatakan
komitmennya bersama melaksanakan proses pendidikan yang lebih baik. Hal ini sesuai
dengan simpulan sejumlah riset di Amerika Serikat, di mana dampak dari pendidikan
karakter yang efektif adalah terjadinya perbaikan iklim sekolah dan iklim pembelajaran,
siswa dan guru menganggap sekolah sebagai tempat yang peduli, nyaman, dan cocok
bagi anak-anak, siswa lebih santun dan pantas serta pro-sosial, tindakan tidak terpuji
seperti kekerasan turun secara drastis, motivasi akademik dan prestasi siswa naik secara
signifikan, siswa selain meningkat kecerdasan akademiknya, juga tampak peningkatan
kecerdasan emosional dan sosialnya (Berkowitz, 2002). Thomson (2002) menyatakan
bahwa program pendidikan karakter ternyata memiliki pengaruh positif terhadap perilaku
siswa. Lebih lanjut, dia merekomendasikan agar implementasi pendidikan karakter
disekolah tidak dipisahkan dengan pembelajaran, melainkan terintegrasi dalam
kurikulum. Senada dengan Thomson, Suastra (2010) juga menemukan bahwa
pembelajaran berbasis budaya lokal juga dapat meningkatkan kompetensi siswa
termasuk di dalamnya sikap ilmiah siswa. Dengan demikian, penerapan pendidikan
karakter berbasis kearifan lokal di sekolah dasar mampu meningkatkan berbagai
kecerdasan siswa yaitu kecerdasan otak, hati, rasa, dan karsa.
D. Penutup
Pengembangan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Bali di SD mampu
meningkatkan iklim sekolah dan iklim pembelajaran menjadi lebih baik, serta kecerdasan
emosional, sosial, dan spiritual menjadi berkembang baik. Sinergi pengambil kebijakan
dalam bidang pendidikan, tokoh masyarakat, pengawas, kelapa sekolah, guru, dan orang
tua murid dalam mengembangkan pendidikan karakter akan menghasilkan kualitas
pendidan karakter yang efektif.
REFERENSI
Atmaja, B. Dkk. (2011). Ajeg Bali dalam Perspektif Pendidikan. Singaraja: Undiksha Press.
41
Ainley, Mary&John Ainley. (2011). A Cultural Perspective on the Structure pf Student
Interest in Science. International Journal of Science Education. Vol 33 No.1m
January 2011, pp51-71.
Bali Post. (2006). Siswa Jadi Malas Berpikir Kreatif. Kolom Pendidikan. 18 Maret 2006.
Berkowitz,M.(2002). Understanding Effective Character Education. Ontario: The Literacy
and Numeracy Secretariat Capasity Building Series.
Borg,W.R & Gall,M.D (1989). Educational Research. New York: Longman.
Costa,V.B.(1995). When science is “Another World”: Relationships between Worlds
of Family, Friends, School,and Science. Science Education. 79(3). 313-333.
Depdiknas (2005). Mutu Pendidikan Indonesia Tahun 2003 “ Laporan Trends in International
Mathematics and Science Study . Warta Balitbang Depdiknas Vol II No. 1Januari
2005.
Depdiknas. 2010. Pendidikan Karakter:Kumpulan Pengalaman Inspiratif. Jakarta: Penerbit
Depdiknas.
Elmubarok Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Penerbit Alpabeta.
----------- 2010. Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta: Pemerintah RI.
Geertz.C. (1973). The Interpretation of Culture. New York: Basic Books.
George,J. (1999). Wordview Analysis of Knowledge in Rural Village: Implication
for Science Education. Science Education. 83 : 77-95.
George.J. (2001). Culture and Science Education: Developing World.
http://www.id21.org/education/e3jg1g2.html.
Gunawan, I. 2014. Mengembangkan Karakter Bangsa Berdasarkan Kearifan Lokal.
Jegede,O.J & P.A.Okebukola (1989). Influence of Socio-Cultural Factor on
Secondary Students’ Attitude toward Science. Research in Science
Education. 19. 155-164.
Jegede,O.J & Aikenhead,G.S (2000). Transcending Cultural Border: Implications
for Science Teaching. http://www. [email protected].
Johnson,E.B. (2002). Contextual Teaching Learning. California: Corwin Press.
Koesoema A. D. 2009. Pendidikan Karakter di Zaman Keblinger Mengembangkan Visi Guru
sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Munandar, S.C.U (1999). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi
Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Prasad. R. 2010. Intisari Bhagavad Gita (Untuk Siswa dan Pemula). (Penerjemah Luh
Resiki). Denpasar: Media Hindu.
Radhakrishnan. S. 2008. Upanisad-Upanisad Utama. (Penerjemah Agus S. Mantik).
Surabaya: Paramita.
Said, M.I. (1992). Globalisasi dan Pelestarian serta Pengembangan Nilai-nilai Luhur
Budaya Bangsa dalam Berbagai Program Pendidikan. Makalah pada Konvensi
Nasional Pendidikan Indonesia II. Medan.
Suastra,I W. (2005). Merekonstruksi Sains Asli (Indigenous Science) Dalam Rangka
Mengembangkan Pendidikan Sains Berbasis Budaya Lokal di Sekolah (Studi
Etnosains pada Masyarakat Penglipuran Bali). Disertasi. Tidak Dipublikasikan.
42
Suastra, I.W, dkk (2007). Pengembangan Model Pembelajaran IPA Bagi Pengembangan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian Hibah
Bersaing.
Suastra, I.W dkk (2008). Pengambangan Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Fisika di
SMU. Laporan Penelitian PHK A2.
Suastra, I.W, dkk (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Laporan
Penelitian HB Dikti Tahun I.
Suastra, I.W. (2009). Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Penerbit Undiksha.
Suastra, I.W, dkk (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Laporan
Penelitian HB Dikti Tahun II.
Suastra, I.W. 2010. Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran Jilid 43, No.1, April 2010
Suastra,I.W. Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Sains Berbasis Budaya
Lokal. Makalah Disajikan pada Seminar dengan tema Mengembangkan Pendidikan
Karakter di Sekolah Melalui Budaya Lokal, Undiksha 14 September 2011. .
Sumaji, dkk. 1998. Pendidikan Sains yang Humanis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Thomson, W.G. (2002). The Effects of Character Education on Student Behavior. Electronic
Thesis and Disertation. East Tennessee State University Digital Commons @ East
Tennessee State University.
Titib, I Md. 1994. Untaian Ratna Sari Upanisad. Denpasar: Yayasan Dharma Narada.
Titib, I Md. 2003. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budhi Pekerti pada Anak (Perspektif
Agama Hindu). Jakarta: Ganesha.
Tilaar, H.A.R. 2010. Agama, Budaya, dan Pendidikan Karakter Bangsa. Jakarta: Lembaga
Manajemen UNJ.
Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf
Publishing.
43