LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT - fsh.unsiq.ac.id · KDRT. Oleh karena itu, diperlukan penyuluhan UU...
Transcript of LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT - fsh.unsiq.ac.id · KDRT. Oleh karena itu, diperlukan penyuluhan UU...
1
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
PENYULUHAN
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT) Di Desa Linggasari
Kec. Wanadadi, Kab. Banjarnegara
Oleh :
Hary Mulyadi, S.H., M.H
NIDN. 0623117001
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS SAINS ALQURAN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2017
2
3
ABSTRAK
Kegiatan ini dilatar belakangi oleh masih belum melek-nya pemahaman masyarakat
desa Linggasari kec. Wanadadi dalam RI nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Hal itu dapat dilihat pada banyaknya kasus
KDRT. Oleh karena itu, diperlukan penyuluhan UU tersebut. Pada Pasal 4 UU No. 23 Tahun
2004 Tentang Panghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga mempunyai tujuan : (1)
Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga. (2) Melindungi korban kekerasan
dalam rumah tangga. (3) Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga. (4) Memelihara
keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.
Pemahaman masyarakat terhadap hukum dianggap kurang tegas dan kurang
menitikberatkan pada sistem keadilan, apakah yang terjadi ini peraturan perundang-
undangannya atau apakah alat atau birokrasi hukumnya terutama setelah masa reformasi,
seolah-olah peras hukum dikalangan masyarakat melemah, sehingga menimbulkan rasa krisis
kepercayaan. Oleh karena itu sangat diharapkan sekali kepedulian peran pemerintah untuk
kerjasama dengan perguruan tinggi hukum, lembaga-lembaga hukum, lembaga pemerintah,
tokoh masyarakat perlu sekali dan sangat penting untuk dilakukan sosialisasi pengenalan
pengetahuan hukum di masyarakat agar dapat diberdayakan.
Sebetulnya banyak sekali perihal yang justru dipertanyakan oleh masyarakat yang
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka sudah sepantasnya kepedulian akan sosialisasi
pemahaman masyarakat terhadap hukum yaitu mengenai Undang-undang RI no 23 Tahun
2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), sehingga untuk
menanamkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap hukum perlu sekali untuk mengadakan
sosialisasi.
Adapun Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bisa berwujud kekerasan fisik
maupun psikologis : (1) Kekerasan fisik bisa berupa penganiayaan, seperti menampar,
memukul atau jenis lain yang bisa melukai korban secara fisik, apalagi sasaran kekerasan
terkena di bagian-bagian yang sangat sensitif seperti organ bagian kepala atau anggota badan
yang bisa berakibat menimbulkan penderitaan dan bahkan bisa berakibat fatal yang
disebabkan kekerasan fisik, baik bagi kepala rumah tangga, ibu rumah tangga maupun anak.
(2) Demikian juga kekerasan psikologis juga bisa berupa penganiayaan, seperti halnya
membentak, menelantarkan nafkah baik yang berwujud kebutuhan biaya hidup maupun
kebutuhan biologis bagi pasangan suami istri, dan terkhusus nafkah biaya hidup dan
pendidikan untuk anak.
Dalam kegiatan ini dilakukan beberapa tahapan mulai dari observasi, penjajakan awal
guna mengenali permasalahan, sampai tahap pelaksaan, dan monotoring untuk mengukur
keberhasilan sosialisasi UU tersebut.
4
PRAKATA
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya,
sehingga pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berjudul “penyuluhan
peran Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga dan Implikasinya Terhadap Masyarakat” telah dapat dilaksanakan dengan
baik dan lancar. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat merupakan pelaksanaan tugas dari
tri drma perguruan tinggi ketiga bagi dosen.
Terlaksananya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tidak terlepas dari bantuan
bebagai pihak, secara khusus disampaikan kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sains AlQuran (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo yang telah
memberi kesepakatan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
2. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo yang
telah memberi pengarah dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat.
3. Kepala Desa Linggasari, yang telah membantu kelancaran pelaksanaan pengabdian
kepada masyarakat.
4. Semua peserta pelatihan yang telah bersungguh-sungguh dan telah berpatisipasi aktif
dalam kegiatan ini.
Kami menyadari bahwa pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini masih jauh
dari sempurna, oleh karenanya kami mengharap sumbangan pemikiran dan saran untuk
perbaikan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dimasa yang akan datang. Semogo
kegiatan ini bermanfaant bagi semua peserta kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Wonosobo, 18 Januari 2017
Pelaksana
5
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL _______1
HALAMN PENGESAHAN _________ 1
ABSTRAK __________ 3
PRAKATA _________ 4
DAFTAR ISI _____________ 5
DAFTAR LAMPIRAN ___________ 6
BAB 1 PENDAHULUAN _______________ 7-8
BAB 11 WAKTU, TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN _________ 9
A. Waktu ________ 9
B. Tujuan ___________ 9
C. B. Manfaat _______________9
BAB 111 METODE PELAKSANAAN ___________9
A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH ______________9
B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH ____________9
C. KHALAYAK SASARAN __________________10
D. METODE YANG DIGUNAKAN _______________10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ____________ 12
A. HASIL __________ 12
B. PEMBAHASAN ___________12
BAB V PENUTUP ________ 14
A. KESIMPULAN _________ 14
B. SARAN __________14
6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : SURAT TUGAS _______ 15
Lampiran 2 : SUSUNAN ACARA __________ 16
Lampiran 3 : SURAT PERMOHONAN PEMBICARA ______ 17
Lampiran 4 : FOTO KEGIATAN ____________ 18
Lampiran 3 : DAFTAR HADIR PESERTA _____________ 19
Lampiran 5 : MATERI PENYULUHAN _____________ 20
7
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak masa era Orde Baru hingga Era Reformasi. Peran hukum di kalangan masyarakat
kurang begitu dominan diperhatikan, mereka bertanya-tanya bagaimana cara bekerjanya
hukum yang sebenarnya. Seolah-olah peran hukum dianggap remeh, mereka masih
beranggapan bahwa pengetahuan hukum dimata masyarakat, kurang bisa menerapkan pada
tingkat keadilan, dan timbulnya krisis kepercayaan terhadap birokrasi hukum, disebabkan
karena pengetahuan akan pengertian hukum di dalam masyarakatyang sebenarnya belum
dipahami secara benar.
Padahal dengan pengenalan pengetahuan hukum melalui sosialisasi yang disampaikan
sejak dini pada kalangan masyarakat sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat,
terutama ketika seseorang memasuki perkawinan masih dini meskipun sudah cukup umur,
dan tidak disadari bahwa dilematis pada birokarasi hukum yang melakukan tindakan-tindakan
kurang terpuji dipandang oleh masyarakat hal tersebut adalah tindakan birokrasi yang tidak
berdasarkan atas hukum, meskipun ada sebagaian kecil tindakan yang negatif dikalukan oleh
oknum birokrasi hukum, birokrasi-birokrasi lain, lembaga-lembaga negara yang sifatnya
minoritas.
Maka untuk untuk meningkatkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi-
birokrasi hukum, birokrasi-birokrasi pemerintah maupun lembaga-lembaga negara atau
birokrasi yang lain, perlunya ada sosialisasi melalui lembaga pengabdian masyarakat dari
berbagai elemen, yaitu seperti perguruan tinggi, kejaksaan ,advokat dan yang lain.
Sosialisasi tersebut dengan maksud untuk mengenalkan pengetahuan tentang berbagai
pengertian hukum di jiwa masyarakat bisa dengan mudah untuk dipahami meskipun baru dari
segi garis besarnya, namun justru yang lebih sensitif adalah sifatnya untuk meyakinkan rasa
kepercayaan terhadap masyarakat, terutama masyarakat yang sumber daya manusia (SDM),
pendidikan yang masih minimum (masih rendah) dan menjadi tahu membedakan perbuatan
mana yang berdampak positif dan negatif.
Harapannya dengan kegiatan seperti sosialiasasi ini mampu mengubah pola pikir pada
masyarakat yang masih sempit wawasannya. Sebetulnya di kalangan masyarakat, terutama
generasi-generasi muda saat ini, apalagi yang sudah melaksanakan perkawinan (rumah
tangga) cukup kritis dari segi pertanyaan, pengetahuan dan tingkah laku, karana masyarakat
memiliki rasa keingintahuan yang besar dan yang sebenarnya.
Sementara dari pihak masyarakat, hasil dari temuan penulis, masyarakat yang pernah
mengalami peristiwa perlakuan kekerasan yaitu dari pihak ibu rumah tangga, enggan untuk
mengadukan pada pihak yang mana kami harus mengadu. Sementara tekanan batin, fisik
selalu membuat rasa tidak nyaman, karena sudah terbiasa berjalan akhirnya dibiarkan, yang
terkadang kambuh terkadang sadar, karena keengganan inilah yang pada akhirnya, menutup
semua peristiwa yang baru terjadi dialami bagi korban kekerasan terutama ibu rumah tangga.
Dengan memiliki rasa ingin tahu tahu yang besar, maka perlunya disalurkan adanya
kiat-kiat khusus yaitu dengan mudah melalui baebagai informasi dari media, seperti :
Televisi, Internetn buku, koran, majalah dan sebagainya, namun tidak cukup disitu, karena
8
informasi yang didapatkan dari media elektronik maupun media cetak sifatnya belum
sepenuhnya jelas dalam menafsirkannya. Karena mereka beranggapan yang bersalah kenapa
malah dibela dan menang yang akhirnya dibebaskan dari dakwaan atau sanksi hukuman,
sebab mereka cara menafsirkannya hanya sepintas lalu dan terlalu sempit cara pandang
berfikirnya. Tidak disadari bahwa peran hukum adalah berdasarkan pembuktian yang riil
dinyatakan tidak bersalah karena tidak terbukti yang kuat untuk memperoleh kekuatan hukum
yang tetap.
9
BAB II
WAKTU, TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN
A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Februari 2017
Waktu : 08.00-Selesai
Jumlah Peserta : 30 Peserta
Tempat : Desa Linggasari Kec. Wanadadi Kab. Banjarnegara
B. TUJUAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk :
1. Mengubah pola pikir masyarakat tentang hukum menjadi kebutuhan bagi masyarakat.
2. Mengajak masyarakat untuk selalu melakukan proses komunikasi yang baik terhadap
masyarakat dengan perguruan-perguruan tinggi pada fakultas hukum, lembaga-
lembaga hukum dan birokrasi-birokrasi hukum, seperti Kejaksaan, Pengadilan Negeri,
Kepolisian.
3. Memberikan gambaran cara melakukan kehidupan berumah tangga dengan baik, dan
menjaga keharmonisannya agar terhindar dari perbuatan negatif seperti halnya
kekerasan dalam rumah tangga.
C. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan setelah kegiatan ini dilaksanakan, yaitu :
1. Masyarakat memiliki pandangan yang positif tentang hukum terutama Undang-
undang RI nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga.
2. Masyarakat memiliki cara berkomunikasi yang baik, dan gambaran yang jelas tentang
bagaimana cara memahami melalui pengenalan peran hukum terutama dampak akibat
kekerasan dalam rumah tangga dan jelas bagaimana sanksinya.
3. Setelah dilaksanakan sosialisasi hukum, masyarakat menjadi lebih mengenal serta
bisa megetahui peran hukum pada masyarakat dan bisa mencegah perbuatan negatif,
dan mengarahkannya pada kegiatan yang blebih positif, dan lebih bermakna.
10
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi dan analisis situasi yang telah dilakukan didepan,
terdapat beberapa masalah pokok dalam masalah ini, yaitu :
1. Banyak diantara masyarakat yang masih memiliki pandangan apanila ada pengaduan
penyelesaian hukum kurang jelas.
2. Banyak masyarakat tidak tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan institusi mana
dalam rangka melakukan pengetahuan hukum yang sebenarnya jelas dan tegas.
3. Banyak masyarakat yang belum memahami batasan peraturan hukum terutama
tentang Undang-undang nomor 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Untuk mengatasi masalah tersebut diajukan alternatif pemecahan masalah yakni
dengan penyuluhan terhadap orang tua, terutama kepala dan ibu rumah tangga dalam
tema “Peran Undang-Undang RI nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga dan Implikasinya Terhadap Masyarakat”.
B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH
Untuk memecahkan masalah tersebut dilakukan melalui kegiatan penyuluhan
kepada masyarakat yang memiliki keluarga terutama yang melangsungkan pernikahan
dini, dan keluarga yang dipandang dari segi rumah tangganya kurang harmonis, yang
disebabkan tingkat ekonomi dan pendidikannya masih rendah.
Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dengan langkah-langkah sebagi
berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, penyuluh melakukan koordinasi awal dengan lembaga-
lembaga masyarakat, kepala desa, tokoh masyarakat, dalam hal ini adalah untuk
memudahkan terselenggaranya pelaksanaan kegiatan ini. Karena kegiatan ini sifatnya
penyuluhan kepada masyarakat yang terdiri dari orang-orang tua, orang yang sudah
dewasa dan sudah berumah tangga, orang yang menginjak dewasa tapi sudah
melangsungkan perkawinan namun masih tergolong dini, pelaksanaan kegiatan ini
dilaksanakan setelah pengajian.
2. Tahap Pelaksanaan
Penyuluhan pada masyarakat tentang pengenalan dan pengetahuan
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dilaksanakan tanggal 11 Februari
11
2017 di Desa Linggasari Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara, dengan
rincian kegaiatan sebagai berikut :
a. Penyampaian materi berupa : pentingya pengenalan peran hukum
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, dan cara melakukannya keluarga
yang harmonis dengan baik.
b. Diskusi dan Tanya jawab untuk memperjelas materi.
c. Menyimpulkan
Peserta diberi penekanan bagaimana cara melakukan hubungan keluarga yang
harmonis dan lebih efektif.
C. SASARAN
Khalayak sasaran kegiatan pengabdian ini adalah kepala keluarga (Bapak-bapak),
ibu rumah tangga yang pernah mengalami peristiwa kekerasan dalam rumah tangga,
khususnya ibu rumah tangga dan kepala rumah tangga yang pernah megadukan peristiwa
kekerasan dalam rumah tangga, baik yang sudah mengarah pada kekerasan fisik maupun
psikologis, namun meskipun baru secara psikologis atau kekerasan lisan kalau dibiarkan
secara terus menerus karena terlalu sering maka akan menimbulkan beban mental
(psikologis) bagi si penderita.
D. METODE YANG DIGUNAKAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah :
1. Penyuluhan, metode ini digunakan untuk menyampaikan / materi tentang
Undang-undang RI nomor 23 Tahaun 2004 Tentang Pengapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga dan bagaimana cara melakukannya dengan baik.
2. Diskusi / Tanya jawab, hal ini bertujuan agar para peserta memahami dengan
jelas akan pentingnya pengetahuan hukum pada masyarakat terutama Undang-
undang RI nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pengapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga dan bagaimanabatasan-batasan sikap dan perbuatan yang tidak
menimbulkan kekerasan baik fisik maupun psikologis, serta megarahkan pada
sikap rumah tangga yang lebih harmonis.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diikuti oleh 30 peserta telah memberikan
kesadaran yeng hangat, adapaun kesadaran dan daya semangat luar biasa akan
pentingnya pengenalan pengetahuan hukum terutama mengenai Undang-Undang RI
nomor 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Dalam hal ini setelah diadakan sosialisasi tentang bagaimana untuk menyikapi kesadaran
hukum di masyarakat, akan menyadari bahwa mereka punya andil yang besar dalam
mencegah kekerasan.
Adapun Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bisa berwujud kekerasan fisik
maupun psikologis :
1. Kekerasan fisik bisa berupa penganiayaan, seperti menampar, memukul atau jenis lain
yang bisa melukai korban secara fisik, apalagi sasaran kekerasan terkena di bagian-
bagian yang sangat sensitif seperti organ bagian kepala atau anggota badan yang bisa
berakibat menimbulkan penderitaan dan bahkan bisa berakibat fatal yang disebabkan
kekerasan fisik, baik bagi kepala rumah tangga, ibu rumah tangga maupun anak.
2. Demikian juga kekerasan psikologis juga bisa berupa penganiayaan, seperti halnya
membentak, menelantarkan nafkah baik yang berwujud kebutuhan biaya hidup
maupun kebutuhan biologis bagi pasangan suami istri, dan terkhusus nafkah biaya
hidup dan pendidikan untuk anak.
Penderitaan bathin maupun mental terus menerus yang diakibatkan penganiayaan
dari kekerasan itu bisa berakibat stres apalagi kekerasan pertengkaran suami dan istri
dilakukan di depan anak, ini juga akan menimbulkan beban psikologis bagi anak,
terutama anak yang masih dibawah umur yang tentunya dari segi kejiwaan masih sangat
sensitif mental atau psikologisnya. Sehingga dengan kesadaran masyarakat dalam
mencegah kekerasan dalam rumah tangga, mampu mengendalikan sikap emosional serta
mengarahkannya dalam kegiatan yang lebih positif lagi.
Harapannya terjadi kerjasama yang baik antara masyarakat, dengan kepala desa,
lembaga kemasyarakatan, perguruan tinggi hukum dalam mengarahkan bagimana cara
menyikapi dalam kehidupan rumah tangga, dan batasan-batasan sikap perbuatan-
perbuatan yang mengandung unsur positif dan negatifnya dan bagaimana peran hukum
tentang Undang-Undang nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekersan Dalam
Rumah Tangga.
13
B. PEMBAHASAN
Sejak era orde baru hingga era reformasi, pemahaman masyarakat terhadap
hukum dianggap kurang tegas, dan kurang menitik beratkan pada sistem keadilan
terutama setelah reformasi. Mengenai Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Mereka beranggapan
bahwa pengetahuan hukum di kalangan masyarakat kurang begitu jelas, tegas dan adil,
dan selalu adanya krisis kepercayaan terutama di lingkungan birokrasi hukum lembaga-
lembaga hukum, konsultan hukum maupun peraturan-peraturan perundangannya.
Padahal dengen pengenalan pengetahuan hukum di masyarakat yang disampaikan
sejak dini, ketika masyarakat yang sudah menginjak usia dewasa atau cukup umur
dengan melalui kiat-kiat khusus dari sistem pengenalan pengetahuan hukum, mereka
menjadi penasaran dan banyak yang mempertanyakan dari sistem tekhnis cara
pengaduannya serta menanyakan bagaimana perbuatan yang mengandung unsur positif
maupun negatif baik dari segi dampak akibatnya.
Adapun rasa kurang kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi hukum dan
timbulnya krisis kepercayaan hal tersebut dari apa yang penulis cermati ternyata banyak
sekali masyarakat benar-benar belum memahami / mengerti bagaimana cara sistem
bekerjanya hukum dan bagaimana cara sistem penafsirannya, dan cara menelaah padahal
bekerjanya hukum adalah untuk menyelesaikan suatu perkara adalah membutuhkan
waktu dan pembuktian baik dari kronologis peristiwa, barang bukti, saksi, pengakuan
dan sumpah yang merupakan bukti.
14
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kegiatan ini mampu memberikan pemahaman baru akan pentingnya pengenalan
tentang pengetahuan hukum pada masyarakat, dengan melalui sosialisasi yaitu Undang-
undang RI nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga dan Implikasiny Terhadap Masyarakat.
Pengetahuan hukum dimasyarakat sangat pening karena berpengaruh untuk
kehidupan setiap orang ketika mereka memasuki dewasa dan dilanjut dengan
membangun rumah tangga, sehingga perlunya pengenalan pengetahuan hukum yang
memuat peraturan tentang bagaimana batasan-batasan setiap perbuatan yang
mengandung unsur positif atau negatifnya, karena nantinya mereka bisa berhari-hari
dengan perlakuan yang membahayakan bagi jiwa seseorang yang bisa diterimanya,
seperti peristiwa kekerasan dalam rumah tangga yang diawali dengan pertengkaran,
percekcokan dan akhirnya emosi yang kurang kontrol sampai dengan perbuatan fisik
yang bisa menimbulkan beban psikologis, penderitaan fisik atau merampas kemerdekaan
seseorang.
B. SARAN
Pengetahuan hukum melalui UU RI nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Implikasiny Terhadap Masyarakat, maupun
pengetahuan hukum yang lain, sebaiknya dilakukan oleh perguruan tinggi hukum dengan
cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Dengan melalui penyuluhan inilah
peran hukum akan berfungsi. Mengenalkan pada masyarakat, meskipun dari segi garis
besarnya akan memberikan pengalaman dan wawasan yang luas karena pengetahuan
awal merupakan basic soko guru.
Sebetulnya masayarakat sangatlah membutuhkan sentuhan pengenalan
pengetahuan hukum yang nantinya menjadi pegangan tentang perilaku sehari-hari agar
ebih berhati-hati dalam tindakan dalam suatu perbuatan.
15
Lampiran 1. SURAT TUGAS
16
Lampiran 2. SUSUNAN ACARA
SUSUNAN ACARA
PENYULUHAN “PERAN UNDANG-UNDANG RI NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG
PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP MASYARAKAT”
NO WAKTU ACARA KETERANGAN
1 09.00 – 09.30 Registrasi peserta Masyarakat Desa
Linggasari
2 09.30 – 10.00 Pembukaan
Sambutan Kepala Desa
Linggasari
Do’a
Pembawa acara
Hj. Siti Haernam
3 10.00 – 11.30 Season I “materi” Hary Mulyadi, SH., MH
4 11.30 – 12.45 FGD Panitia
5 12.45 – 13.00 Penutup Pembawa acara
17
Lampiran 3. SURAT PERMOHONAN
18
Lampiran 4. FOTO KEGIATAN
Gb. 1. Suasana Penyuluhan Gb. 2 Suasana FGD
19
Lampiran 4. Daftar Hadir
20
Lampiran 5. Materi Penyuluhan
Penyuluhan
UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) (Aspek Pencegahan dan Penanganan)
Oleh: Hary Mulyadi, S.H., M.H
Pendahuluan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi tren kehidupan masyarakat
sejak dahulu sampai sekarang. KDRT terjadi pada seluruh lapisan masyarakat, kelas bawah
dan paling. Bawah (lower and lower-lower class), kelas menengah (middle class) dan kelas
atas (high class).
Hasil survei Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak tahun 2006 oleh BPS dan
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan menyebutkan bahwa sebanyak 51,1 persen
pelaku KDRT adalah suami, 11,7 persen orang tua/mertua, anak/cucu, dan famili); 19,6
persen tetangga, 2,5 persen atasan/majikan, 2,9 persen rekan kerja, 0,2 persen guru, dan 8,0
persen pelaku lainnya (sumber BPS, 2000: 24).
Kekerasan Rumah Tangga menurut pasal 1 butir 1 UU No 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengseraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
Pengertian KDRT tersebut sangat luas tetapi pada intinya menyebabkan timbul
penderitaan pisik dan non pisik terhadap isteri dan anak. Penderitaan akan menimbulkan
kesengsaraan yang lama, dan hal ini dialami oleh perempuan yang berstatus isteri dan anak-
anak serta keluarga.
Korban KDRT selain perempuan (isteri), juga anak. Untuk memberi perlindungan
pada anak, maka DPR dan Pemerintah mengeluarkan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Dalam UU ini yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Pasal 1).
Adapun yang dimaksud perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindung anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi, secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 2).
Penyebab KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) penyebabnya banyak faktor.
Pertama, bisa kombinasi dari banyak persoalan, seperti faktor ekonomi, sosial, anak, dan
lain sebagainya. Kedua, ekonomi. Ketiga, pendidikan dan iman. Keempat, politik.
Kelima, konflik bersenjata.
21
Faktor dominan yang menjadi penyebab KDRT ialah ekonomi. Dalam masalah ini,
setidaknya terbagi dua kelompok yang menjadi pelaku dan korban KDRT .
Pertama, mereka sudah mapan ekonominya. Kedua, masyarakat miskin.
Mereka yang sudah mapan ekonominya, juga bisa melakukan KDRT. Penyebabnya bisa
berbagai macam seperti sudah mempunyai pacar atau isteri simpanan. Selain itu, suami-
isteri sibuk, anak kemudian tidak mendapat perhatian, sehingga terlibat bergaulan bebas
serta Narkoba. Akibatnya, suami melakukan KDRT ke isteri sebagai pelampiasan kekesalan.
Pada masyarakat bawah, KDRT dilakukan pada umumnya karena kesulitan ekonomi.
Suami atau isteri melakukan KDRT untuk melampiaskan depresi atau stres akibat tekanan
ekonomi. Kekerasan rumah tangga karena tekanan ekonomi, banyak yang berujung dengan
kematian. Bapak membunuh anak dan isteri, kemudian bunuh diri.
Akibat KDRT
Korban KDRT pada umumnya mengalami stres, dan depresi. Selain itu, korban
KDRT juga ketakutan, dan trauma. Tidak hanya itu, korban KDRT biasanya takut bertemu
pelaku sehingga putus komunikasi antara korban dan pelaku. cacat fisik, atau berakhir pada
perceraian. Pelaku KDRT apabila kasusnya terungkap dan dilaporkan, biasanya timbul rasa
menyesal, malu, rasa dihukum. Ada yang meminta maaf dan tobat, tapi juga tidak jarang
memilih dengan jalan perceraian.
Pencegahan
Ada ungkapan, mencegah lebih baik daripada mengobati. Maka dalam masalah
KDRT, sangat penting dilakukan pencegahan sebelum terjadi KDRT.
Adapun kiat mencegah terjadinya KDRT antara lain:
a. Keluarga wajib mengamalkan ajaran agama. Bapak harus menjadi imam bagi
isteri, anak-anak serta keluarga, dan Ibu imam bagi anak-anak dan dalam
mengatur urusan rumah tangga.
b. Harus dikembangkan komunikasi timbal balik antara suami, isteri dan anak-anak.
c. Isteri wajib mendidik anak sejak kecil, kalau marah jangan memukul dan berkata kasar.
d. Kalau ada masalah harus diselesaikan dengan dialog.
e. Jika terjadi pertengkaran serius, salah satu atau kedua-duanya harus meminta kepada
orang yang dituakan untuk memediasi.
Dalam hal pencegahan KDRT secara dini, Ibu sebagai isteri dan ibu dari anak-anak,
secara dini bisa berperan dalam mencegah KDRT melalui pencerahan dan penyadaran kepada
putra-putrinya. Selain itu, organisasi massa seperti PKK dapat berperan dalam sosialisasi
pentingnya dibangun rumah tangga yg baik, mawaddah (penuh cinta kasih) wa rahmah
(penuh kasih sayang).
Penanganan KDRT
Dalam hidup ini, tidak jarang dialami yang sama sekali tidak diinginkan. Ada pepatah
“untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak”, yang artinya kehidupan didepqan kita
adalah rahasia Allah, untung maupun malang sering datang tiba-tiba tanpa disangka.
Menghadapi masalah KDRT, maka ada pepatah yang penting kita hayati “Sebelum ajal
22
berpantang mati”. Maksudnya, kehidupan dan kematian ditentukan oleh Tuhan, maka jangan
terlalu takut menghadapi masalah karena orang tidak akan mati seblum tiba ajalnya. Oleh
karena itu, teruslah berusaha sampai titik darah penghabisan. Jika KDRT terjadi, maka hadapi
dan tangani:
a. Isteri dan suami lakukan dialog. Keduanya harus cari solusi atas masalah yang
dihadapi untuk memecahkan masalah yang menjadi penyebab terjadinya KDRT. Jika
anak-anak sudah mulai besar, ajak mereka supaya berbicara kepada bapak, kalau
KDRT dilakukan bapak (suami).
b. Selesaikan masalah KDRT dengan kepala dingin. Cari waktu yang tepat untuk
sampaikan bahwa KDRT bertentangan hukum negara, hukum agama, budaya dan
adat-istiadat masyarakat.
c. Laporkan kepada keluarga yang dianggap berpengaruh yang bisa memberi jalan
keluar terhadap penyelesaian masalah KDRT supaya tidak terus terulang.
d. Kalau sudah parah KDRT seperti korban sudah luka-luka, maka dilakukan visum.
e. Laporkan kepada yang berwajib telah terjadi KDRT. Melapor ke polisi
merupakan tindakan paling terakhir karena bisa berujung kepada perceraian.
Kesimpulan
KDRT merupakan permasalahan yang sering terjadi didalam rumah tangga. Oleh karena
itu harus dilakukan pencegahan secara dini. Pendidikan agama dan pengamalan ajaran
agama di rumah tangga merupakan kunci sukses untuk mencegah terjadinya KDRT. Untuk
mencegah KDRT di rumah tangga, harus dikembangkan cinta kasih dan kasih saying. Sejak
dini. Ibu bisa berperan besar dalam hal mengajarkan kepada anak-anak dirumah untuk saling
mencintai dan saling menyayangi. Demikian juga PKK sebagai organisasi dapat memberi
terus-menerus pencerahan dan penyadaran kepada kaum perempuan.
Oleh karena pelaku utama KDRT pada umumnya adalah suami, maka peranan para
pemuka agama, pendidik, sosiolog dan cendekiawan, harus berada digarda terdepan
untuk terus menyuarakan pentingnya rumah tangga sebagai unit terkecil dalam masyarakat
untuk dibangun secara baik dan jauh dari KDRT. Supaya terkomunikasikan hal tersebut
kepada masyarakat luas, maka peranan dan partisipasi media sangat penting dan menentukan.
Amalkan sebuah pepatah “Rumahku Istanaku”. Betapapun keadaannya sebuah rumah, maka
rumah harus menjadi tempat yang memberi kehangatan, ketenangan,
kedamaian, perlindungan, dan kebahagian kepada seluruh anggota keluarga.