Laporan Penelitian Koennen -...

40
LAPORAN PENELITIAN MODALITAS KÖNNEN DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN Oleh: Sulis Triyono, M.Pd. FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Penelitian ini Dibiayai dari Swadana Penelitian Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2006

Transcript of Laporan Penelitian Koennen -...

LAPORAN PENELITIAN

MODALITAS KÖNNEN DALAM KALIMATBAHASA JERMAN

Oleh:

Sulis Triyono, M.Pd.

FAKULTAS BAHASA DAN SENIUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Penelitian ini Dibiayai dari Swadana PenelitianFakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Tahun 2006

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS BAHASA DAN SENIKampus Karangmalang Yogyakarta Telp. 0274-55043

PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN

1. Judul Penelitian : Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman

2. Kepala Proyek Penelitiana. Nama lengkap dengan gelar : Sulis Triyono, M.Pd.b. N I P : 131568310c. Pangkat/Golongan : Pembina/IV/ad. Jabatan Fungsional : Lektor Kepalae. Pengalaman penelitian : (periksa biodata)f. Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa Jerman

3. Jumlah Tim Peneliti : 1 (satu) orang

4. Lokasi Penelitian : FBS Universitas Negeri Yogyakarta

5. Kerjasamaa. Nama Instansi : Fakultas Bahasa dan Senib. Alamat : Kampus Karangmalang FBS UNY Yogyakarta

6. Jangka Waktu Penelitian : 6 Bulan

7. Biaya yang diperlukan : Swadana

Yogyakarta,Ketua BPP FBS, Pelaksana Penelitian,

Dr. Zamzani Sulis Triyono, M.Pd.NIP. 130891328 NIP. 131568310

Dekan FBS,

Prof. Dr. Suminto A. SayutiNIP. 130814609

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas rakhmat-Nya yang telah

dilimpahkan, sehingga penelitian mandiri Lektor Kepala ini telah dapat diselesaikan

sesuai dengan rencana.

Di samping itu, atas bantuan berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Suminto A. Sayuti, selaku Dekan FBS UNY beserta jajarannya,

yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melaksanakan

Penelitian Mandiri Lektor Kepala.

2. Bapak Dr. Zamzani selaku Kordinator Badan Penelitian Fakultas (BPF) yang telah

memberikan bimbingan dan masukan-masukannya demi perbaikan penelitian ini.

3. Bapak Subur, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman yang telah

memberikan kesempatan, dukungan, dan arahannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitiannya.

4. Segenap rekan sejawat, yang telah memberikan bantuan terhadap penelitian

dengan judul „Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman”.

Mudah-mudahan bantuan dari berbagai pihak tersebut, dapat menjadi amal

kebajikan dan akhirnya mendapatkan balasan dari Allah SWT, amin.

Yogyakarta, Nopember 2006

Peneliti,

iii

Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman

oleh Sulis Triyono

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi dan penggunaanmodalitas können ‘dapat’ dalam kalimat bahasa Jerman.

Subjek penelitian ini adalah semua unsur satuan lingual modalitasKönnen dalam kalimat bahasa Jerman. Penelitian ini menggunakanpendekatan kualitatif. Data dijaring melalui teknik simak dan catat. Penelitiandilakukan pada bulan April s.d. September 2006. Langkah penelitian meliputipengamatan, pencatatan, pemilihan, pengelompokan, pengklasifikasian data,dan uji kebenaran data. Data dianalisis menggunakan analisis komponensialdan referensial. Analisis komponensial digunakan untuk menemukankomponen-komponen lingual yang memiliki keterkaitan dengan fungsimodalitas. Sedangkan analisis referensial digunakan untuk mencari referensilingual yang sama sehingga ditemukan sistem penggunaan modalitas dalamkalimat. Satuan modalitas können berfungsi untuk mengungkapkan sikappembicara dan mempunyai status sebagai pewatas verba. Modalitas itumemiliki wadah yang berbeda-beda, seperti modalitas epistemik, pendesakpotensial, adverbia penanda modalitas, dan alat modus desideratif dan optatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa satuan modalitas können dalam suatukalimat bahasa Jerman mempunyai ciri-ciri: (1) bukan sebagai unsur inti,hanya sebagai atribut dalam frase verba sehingga jika dilesapkan kalimatnyatetap gramatikal; (2) hubungan unsur modalitas können dengan unsur-unsurlain bersifat longgar; (3) ketegaran letak modalitas können ’dapat’ itu sangatkuat karena tidak bisa dipermutasikan dengan unsur-unsur lain dalam suatukalimat. Di samping itu, modalitas können dalam suatu kalimat mempunyaimakna yang berbeda-beda bergantung pada konteks kalimatnya. Makna yangdinyatakan oleh modalitas können bisa berupa makna kemungkinan, maknakemampuan, dan makna izin.

Kata kunci: modalitas können

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i

Lembar Pengesahan .............................................................................................

Kata Pengantar .................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................. iii

Abstrak ................................................................................................................. iv

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Fokus Masalah ......................................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2

D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 3

E. Definisi Istilah ......................................................................................... 3

BAB II Kajian Teori

A. Deskripsi Teoretik .................................................................................... 4

BAB III Cara Penelitian

A. Pendekatan Penelitian .............................................................................. 9

B. Subjek Penelitian ...................................................................................... 9

C. Data Penelitian ......................................................................................... 10

D. Sumber Data Penelitian ............................................................................ 10

E. Teknik Penentuan Kehandalan dan Keabsahan Data ............................... 10

F. Analisis Data Penelitian ............................................................................ 11

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman ................................. 12

B. Kadar Keintian Modalitas Können ........................................................... 14

C. Hubungan antara Modalitas Können dan Bagian Lain ............................. 16

v

D. Ketegaran Letak Modalitas Können ......................................................... 18

E. Makna Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman ....................... 20

F. Makna Kemungkinan ................................................................................ 20

G. Makna Kemampuan ................................................................................. 23

H. Makna Izin ............................................................................................... 24

BAB V Penutup

A. Simpulan .................................................................................................. 26

B. Implikasi ................................................................................................... 26

C. Saran ......................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 29

LAMPIRAN ........................................................................................................ 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada prinsipnya, bahasa terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan

lapisan arti yang dinyatakan oleh bentuk itu (Ramlan, 1986: 25). Bentuk bahasa

terdiri atas satuan-satuan gramatikal yang berupa wacana, kalimat, klausa, frasa,

kata, dan morfem. Bentuk-bentuk itulah yang digunakan oleh para penutur bahasa

dalam suatu komunikasi verbal.

Dalam kalimat bahasa Indonesia, kita sering mendengar atau bahkan

menggunakan modalitas dapat dan konstruksi lain yang mengandung modalitas itu

seperti terdapat, mendapat, dapat saja, dan lain sebagainya. Satuan-satuan itu ada

yang menggambarkan sikap pembicara, yang kemudian dikenal dengan modalitas,

seperti modalitas dapat dalam kalimat bahasa Indonesia berikut ini.

(1) Dia dapat menyelesaikan tugas itu dalam dua hari.

(2) Saya dapat mengemudikan mobil.

Namun dalam kalimat bahasa Jerman fungsi modalitas dapat dan konstruksi-

konstruksi lain yang mengandung modalitas memiliki bentuk yang berbeda

dibandingkan dengan modalitas dapat dalam kalimat bahasa Indonesia. Kedua

kalimat dalam bahasa Indonesia pada data (1) dan (2), apabila dialihbahasakan ke

dalam kalimat bahasa Jerman akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(3) Er kann seine Aufgabe in zwei Tagen machen.

‘Dia dapat menyelesaikan tugas itu dalam dua hari’.

(4) Ich kann das Auto steuern.

2

‘Saya dapat mengemudikan mobil’.

Dalam kalimat bahasa Jerman, modalitas dapat ditandai dengan kata können.

Bentuk können dalam kalimat bahasa Jerman akan mengalami berbagai perubahan

bentuk bergantung dari slot nominatif dalam kalimat yang mengisi fungsi subjek

dalam kalimat bahasa Jerman itu. Perubahan modalitas können ’dapat’ sebagai akibat

adanya pengaruh subjek dalam kalimat bahasa Jerman disebut konjugasi.

B. Fokus Masalah

Permasalahan dalam tulisan ini adalah penggunaan modalitas können ‘dapat’

dalam kalimat bahasa Jerman sebagai pewatas verba. Permasalahan tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana ciri-ciri sintaksis modalitas können ‘dapat’ dalam bahasa Jerman?

2. Apa makna modalitas können ‘dapat’dalam kalimat bahasa Jerman?

C. Tujuan Penelitian

Secara garis besar tulisan ini bertujuan untuk mengamati modalitas können

‘dapat’ dalam kalimat bahasa Jerman. Berdasarkan ancangan di atas, tulisan ini

diharapkan dapat mengungkap hal-hal sebagai berikut.

1. ciri sintaksis modalitas können ‘dapat’ dalam kalimat bahasa Jerman, dan

2. makna modalitas können ‘dapat’ dalam kalimat bahasa Jerman.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi

3

1. dosen pengampu mata kuliah Linguistik, karena dapat dijadikan masukan bahan

masukan,

2. mahasiswa sebagai bahan yang dapat dijadikan sebagai materi tambahan mata

kuliah Linguistik, terutama di Jurusan Pendidikan Bahasa Asing.

C. Definisi Istilah

Untuk memudahkan pemahaman terhadap tulisan ini, maka disajikan definisi

istilah. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak kesalahpahaman dalam

memahami isi bacaan tulisan ini. Oleh karena itu, maka istilah yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Modalitas adalah kata yang berfungsi sebagai pewatas verba.

2. Modalitas können yaitu modalitas yang merujuk kepada kemampuan seseorang,

dapat atau bisa melakukan sesuatu.

4

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoretik

Modalitas können ‘dapat’ sebagai modalitas seperti halnya modalitas lainnya

tidak mempunyai arti tersendiri, tetapi bertugas menunjukkan cara (modus) yang

digunakan untuk menyatakan makna pikiran atau untuk mengubah arti suatu ungkap-

an (Hollander dalam Alwi, 1992: 7)

Pembicaraan mengenai satuan pewatas verba yang menggambarkan sikap

pembicara ini memang sudah banyak dilakukan. Akan tetapi umumnya pembicaraan

itu menyangkut hal-hal yang umum, seperti oleh Alwi (1992) dan Sudaryanto (1983),

sedang pembicaraan yang hanya sepintas dilakukan oleh Kridalaksana (1986) dan

Verhaar (1996).

Tulisan ini mengkaji modalitas können ‘dapat’ dalam kalimat bahasa Jerman

yang berstatus sebagai pewatas verba, yakni yang oleh Sudaryanto (1983) disebut

pendesak potensial, oleh Alwi (1992) disebut modalitas epistemik, oleh Kridalaksana

(1986) disebut adverbia penanda modalitas, dan oleh Verhaar (1996) dinamakan alat

modus desideratif atau optatif, seperti pada contoh data (1) dan (2). Dengan

demikian, satuan dapat yang berstatus di luar contoh data nomor (3) dan (4) untuk

sementara dikesampingkan.

5

Variasi bentuk konjugasi modalitas können sebagai berikut.

Singular Konjugasi Glos

1. Person: ich kann .. ’saya dapat ..’

2. Person: du kannst .. ’kamu dapat ..’

3. Person: er (sie/es) kann .. ’dia dapat ..’

Plural

1. Person: wir können .. ’kami dapat ..’

2. Person: ihr

Sie

könnt ..

können..

’kalian dapat ..’

’Anda dapat ..’

3. Person: sie können .. ’mereka dapat ..’

Kalau kita cermati data (3) dan (4) pada kedua kalimat bahasa Jerman tersebut

di atas, bentuk modal können berubah menjadi bentuk kann disebabkan oleh akibat

adanya proses konjugasi penyesuaian bentuk kata ganti orang kedua tunggal pada

data (3) dan kata ganti orang pertama tunggal pada data (4).

Data nomor (3) Er kann seine Aufgabe in zwei Tagen machen ‘Dia dapat

menyelesaikan tugas itu dalam dua hari’. Kata er sebagai kata ganti orang kedua

tunggal mempengaruhi bentuk modal können menjadi bentuk kann. Sedangkan verba

inti machen ’menyelesaikan’ yang mengikuti modalitas können, letaknya berubah

menjadi di akhir kalimat. Kalimat pada data (3) tersebut sebelumnya adalah Er macht

seine Aufgabe in zwei Tagen ’Dia menyelesaikan tugas itu dalam dua hari’.

Demikian pula pada data (4) Ich kann das Auto steuern ‘Saya dapat

mengemudikan mobil’. Bentuk modal können berubah menjadi bentuk kann sebagai

akibat adanya peran ich sebagai kata ganti orang pertama tunggal. Sedangkan

6

kedudukan verba inti steuern ’mengemudikan’ yang terikat fungsinya dengan modal

können letaknya juga berada dibelakang kalimat bahasa Jerman.

Kedudukan modalitas können ’dapat’ dalam kalimat bahasa Jerman seperti

tersebut di atas, mempunyai status sebagai pewatas verba, sehingga satuan itu tidak

dapat digunakan sebagai verba utama (Alwi, 1992: 96). Modalitas können ’dapat’

apabila berfungsi sebagai verba utama, maka dalam kalimat bahasa Jerman tidak

diikuti oleh verba lain yang terletak di akhir kalimat. Dalam ragam lain, modalitas

können ‘dapat’ dalam kalimat bahasa Indonesia digunakan sebagai bentuk lain dari

mendapat yang menyatakan memperoleh, sehingga dapat digunakan sebagai verba

utama. Fungsi modalitas können ‘dapat’ dalam kalimat bahasa Indonesia tidak selalu

berterima dalam kalimat bahasa Jerman. Hal ini disebabkan oleh adanya fitur

keluwesan modalitas können ‘dapat’ dalam bahasa Indonesia yang sangat longgar.

Sedangkan modalitas können ‘dapat’ dalam bahasa Jerman bersifat tak longgar.

Kata dapat yang dimaksudkan dalam uraian di atas, misalnya:

(5) Jangan bicara terlalu keras jika kamu tidak ingin dapat teguran dari guru.

(6) Tadi adik dapat uang dari ibu.

Akan tetapi modalitas können ‘dapat’ tersebut tidak selalu dapat

dialihbahasakan ke dalam bahasa Jerman dengan bentuk kalimat yang sama. Kalimat

pada data (5) dalam bahasa Jerman akan menjadi ’Wenn der Lehrer dich nicht

schlestes Gelaun hätte, spreche bitte nicht zu laut!’ dan kalimat pada data (4)

menjadi Die Mutter hat dem jungeren Bruder das Geld gerade abgegeben.

Dalam bahasa Indonesia, pengungkapan sikap pembicara itu lazim diwujudkan

dengan unsur leksikal. Meskipun tidak menutup kemungkinan muncul pula dalam

7

unsur gramatikal, seperti pemakaian di dalam kalimat bahasa Indonesia diminum

(esnya)! Dimakan (kuenya)! Unsur leksikal yang biasa digunakan untuk

mengungkapkan modalitas, antara lain dapat, boleh, bisa, mau, mampu, akan, harus,

dan sudah. Hal inilah yang dikategorikan sebagai kelonggaran unsur leksikal

modalitas können ‘dapat’ dalam kalimat bahasa Indonesia. Sedangkan dalam bahasa

Jerman bersifat tidak longgar karena fungsi modalitas können ‘dapat’ hanya memiliki

dua makna, yaitu sebagai subjektiv dan objektiv. Makna subjektiv modalitas können

‘dapat’ yaitu kemungkinan, kemampuan, dan izin. Makna objektiv yaitu ‘dapat’ dan

bukan berarti bersifat longgar menjadi bentuk leksikal *mendapat atau dalam bahasa

Jerman disebut ‘bekommen’. Modalitas können ’dapat’ menurut Engel (1991: 477)

dan Buscha (1992: 32) tidak berdiri sebagai verba inti, melainkan sebagai verba

bantu yang menjelaskan verba intinya dalam kalimat bahasa Jerman.

Secara jelas, Kridalaksana (1984: 125) memberi batasan modalitas sebagai cara

pembicara menyatakan sikap terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi antar

pribadi atau makna kemungkinan, keharusan, kenyataan dan sebagainya yang

dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia keluwesan modalitas können

‘dapat’ dinyatakan dengan kata-kata seperti barangkali, harus, akan, dan sebagainya

atau dengan adverbia kalimat seperti pada hakekatnya, menurut hemat saya, dan

sebagainya.

Senada dengan hal itu, Alwi (1992: 5) setuju bahwa modalitas lebih banyak

berhubungan dengan sikap pembicara terhadap apa yang dikemukakan dalam

tuturannya. Meskipun demikian, sikap pembicara itu masih memerlukan penelasan

lebih lanjut. Dalam penjelasannya Alwi (Ibid, 36-252) membedakan modalitas

8

menjadi 4 (empat) macam, yaitu modalitas intensional (keingingan, harapan, ajakan,

permintaan), modalitas epistemik (kemungkinan, keteramalan, keharusan, kepastian),

modalitas deontik (izin, perintah) dan modalitas dinamik (kemampuan).

Dengan menggunakan istilah pendesak yang dirumuskan sebagai pewatas

verba yang mengisi fungsi predikat, Sudaryanto (1983: 177) mengungkapkan bahwa

apa yang disebut modalitas itu identik dengan pendesak, yang berupa pendesak

interogatif (apa, apakah, -kah, dsb), pendesak potensial (dapat, bisa, mampu),

pendesak desideratif (mau, hendak, perlu, harus), pendesak habitual (suka, senang,

biasa, takut, mudah, sulit), dan pendesak dubitatif (mungkin, barangkali).

Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, terlihat bahwa satuan modalitas können

‘dapat’ sejajar dengan satuan bisa, mampu dan boleh sebagai pendesak potensial.

Pendesak potensial merupakan pendesak sekunder, dalam arti bahwa identitasnya

sebagai pendesak ditentukan oleh ada tidaknya kesamaan watak dengan negatif dan

interogatif dalam hal ketentuan letaknya (Sudaryanto, 1983: 73). Pendesak di sini

mempunyai status sebagai pembatas verba dan dalam bahasa Indonesia cenderung

dihipotesiskan terdapat mengawali verba dalam struktur P O. Sedangkan dalam

bahasa Jerman sering disebut adanya unsur inti yang bersifat objektiv dan bersifat

subjektiv ditinjau dari sikap pembicara.

9

BAB III

CARA PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (Taylor & Bogdan, 1984;

Kirk & Miller, 1986). Untuk membuktikan adanya data lingual yang dapat dijadikan

sebagai objek kajian dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan sejumlah

teknik analisis. Sedangkan objek kajian dalam penelitian ini adalah satuan modalitas

können dalam suatu kalimat bahasa Jerman. Kajian modalitas ini menggunakan

penjelasan linguistik yang didasarkan pada aspek kebahasaan yang digunakan sehari-

hari. Berdasarkan pada karakteristik modalitas können dalam kalimat bahasa

Jerman, dapat dihipotesiskan bahwa satuan modalitas können ‘dapat’ sejajar dengan

satuan bisa , mampu dan boleh sebagai pendesak potensial. Pendesak potensial

merupakan pendesak sekunder, dalam arti bahwa identitasnya sebagai pendesak

ditentukan oleh ada tidaknya kesamaan watak dengan negatif dan interogatif dalam

hal ketentuan letaknya (Sudaryanto, 1983: 73).

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua unsur satuan lingual modalitas können dalam

kalimat bahasa Jerman. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data

dijaring melalui teknik simak dan catat. Penelitian dilakukan pada bulan April s.d.

September 2006.

10

C. Data Penelitian

Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber, baik yang berasal dari

wacana lisan maupun tulis. Data yang telah terkumpul, selanjutnya dikelompokan

menjadi 3 bagian. Bagian pertama berisi modalitas können yang memiliki unsur inti

dalam suatu kalimat bahasa Jerman. Bagian kedua berisi fungsi modalitas können

dalam kalimat bahasa Jerman. Dan bagian ketiga berisi letak dan kedudukan

modalitas können dalam kalimat bahasa Jerman.

D. Sumber Data Penelitian

Data penelitian bersumber dari buku ajar Themen Neu I, II, dan III baik

Kursbuch maupun Arbeitsbuch . Buku ajar tersebut merupakan buku wajib yang

digunakan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FBS Universitas Negeri

Yogyakarta. Di samping itu, sumber data berasal dari buku-buku penunjang

(Zusatzmaterial) pembelajaran keterampilan bahasa Jerman, serta dari majalah-

majalah Jerman seperti Deutschland, Letter DAAD, dan Juma.

E. Teknik Penentuan Kehandalan dan Keabsahan Data

Data penelitian yang diperoleh dari buku ajar dan buku penunjang sudah dapat

dipastikan memiliki kehandalan dan keabsahan data yang cukup tinggi. Hal ini

disebabkan oleh berbagai pertimbangan yang masak, bahwa sebelum buku-buku

tersebut digunakan oleh di berbagai negara, buku-buku tersebut dinyatakan baik.

Perlu mendapat perhatian bahwa sebelum buku-buku tersebut digunakan oleh

mahasiswa di luar negara Jerman, sebelumnya telah diujicobakan dan telah dikaji

11

berulang-ulang oleh berbagai tim ahli bahasa Jerman. Oleh sebab itu, data yang

diambil dari buku ajar tersebut dinyatakan telah memenuhi unsur kehandalan dan

keabsahan.

F. Analisis Data Penelitian

Data penelitian dianalisis menggunakan analisis komponensial (Nida, 1975; Di

Pietro, 1976; Brinker, 1992; Sudaryanto, 1996) dan referensial (Sudaryanto, 1993).

Analisis komponensial digunakan untuk menemukan komponen-komponen lingual

yang memiliki keterkaitan dengan fungsi modalitas. Sedangkan analisis referensial

digunakan untuk mencari referensi lingual yang sama sehingga ditemukan sistem

penggunaan modalitas dalam kalimat.

Di samping itu, analisis data penelitian ini juga menggunakan teknik analisis

substitusi, permutasi, ekspansi, dan delesi dalam kalimat bahasa Jerman. Analisis ini

digunakan untuk menguji letak ketegaran, unsur inti, fungsi, dan makna modalitas

können dalam kalimat bahasa Jerman.

Adapun langkah-langkah penelitian ini meliputi pengamatan, pencatatan,

pemilihan, pengelompokan, pengklasifikasian data, dan uji kebenaran data.

12

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pendapat para ahli yang satu dengan ahli yang lain mengenai modalitas sampai

saat ini masih sering berbeda-beda. Akan tetapi, mereka umumnya sepakat bahwa

modalitas merupakan gambaran sikap pembicara dan statusnya sebagai pewatas

verba. Bentuk yang menggambarkan sikap pembicara itu, ada yang berapa unsur

gramatikal dan ada pula yang berupa unsur leksikal.

A. Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman

Seperti telah diuraikan di atas, modalitas können ’dapat’ dalam bahasa Jerman

dan bahasa Indonesia memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mengungkapkan sikap

pembicara dan mempunyai status sebagai pewatas verba. Satuan modalitas können

’dapat’ itu oleh beberapa linguis digolongkan dalam wadah yang berbeda-beda,

seperti modalitas epistemik pendesak potensial dan adveria penanda modalitas.

Dalam bahasa Jerman, bentuk modalitas können ’dapat’ muncul sebagai

pewatas verba seperti dalam bahasa Indonesia. Modalitas ini sering disejajarkan

dengan modalitas bisa, boleh, dan mampu. Modalitas können ’dapat’ tidak berdiri

sebagai verba inti, melainkan sebagai verba bantu yang menjelaskan verba intinya

dalam kalimat bahasa Jerman. Berikut disajikan datanya:

(1) Ursula kann charmant plaudern ’Ursula bisa bercakap-cakap dengan amat

menarik’.

(2) Der Turm könnte einstürzen ’Menara itu bisa melindunginya’.

(3) So kann man das nicht machen ’orang itu tidak bisa membuatnya’.

13

Modalitas können ’dapat’ pada kalimat Ursula kann charmant plaudern akan

menjelaskan bahwa Ursula dapat menjadi charmant. Letak kann dalam kalimat

berada pada posisi kedua, sedangkan plaudern berada di akhir suatu kalimat. Untuk

mempermudah penjelasan di atas berikut digambarkan posisi modalitas können

’dapat’ pada kalimat bahasa Jerman sebagai berikut.

Ursula kann charmant plaudern1 2 3 E

Pada posisi nomor 1 ditempati Ursula yang berfungsi sebagai Subjek (S) dalam

kalimat. Posisi kedua kann berfungsi sebagai modalitas (M). Posisi ketiga diduduki

charmant. Posisi ketiga ini sifatnya sangat longgar, dapat ditempati oleh Ergäzung

(E) ’keterangan’ atau oleh objek Dativ (D) dan/atau Akkusativ (A) dan bahkan oleh

S. Akan tetapi tidak mungkin ditempat oleh M. Posisi terakhir dalam kalimat bahasa

Jerman di atas selalu ditempati oleh verba inti. Oleh karena itu, kalimat Ursula kann

charmant plaudern dapat menjadi Charmant kann Ursula plaudern tanpa

mempengaruhi makna dalam kalimat. Untuk memudahkan pengertian ini, disajikan

struktur gramatikal kalimatnya sebagai berikut.

Ursula kann charmant plaudern1 2 3 E

Charmant kann Ursula plaudern1 2 3 E

*Plaudern kann Ursula charmant1 2 3 E

* Ursula kann plaudern charmant1 2 3 E

14

Kalimat bertanda * (bintang) tersebut di atas, tidak berterima karena tidak

gramatikal dan tidak bermakna.

Der Turm könnte einstürzen ’Menara itu bisa melindunginya’, tidak dapat

dibalik seperti pada kalimat Ursula kann charmant plaudern yang menjadi Charmant

kann Ursula plaudern. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya unsur E atau D atau A

dalam kalimat.

Sedangkan pada kalimat pada data (3) So kann man das nicht machen ’orang

itu tidak bisa membuatnya’ dapat menjadi Man kann so das nicht machen seperti

tersebut di atas, tanda mempengaruhi makna dalam kalimat. Dengan demikian,

konstruksi kalimat yang mengandung modalitas können ’dapat’ dalam bahasa Jerman

selalu tetap dan tidak dapat digantikan posisinya oleh kata lain. Jadi, kesimpulannya

adalah posisi modalitas können ’dapat’ pada kalimat bahasa Jerman selalu berada

pada slot kedua dan verba inti selalu berada pada akhir suatu kalimat.

1. Kadar Keintian Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman

Sebagai pewatas verba, kehadiran modalitas können ’dapat’ merupakan atribut

dari verba dalam konstruksi frase verbal. Sedangkan yang dimaksud frase verbal

adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata golongan verba

(Ramlan, 1986: 159). Persamaan distribusi itu bisa diketahui dengan jelas dari data

berikut ini.

(4) Die Groβmutter kann den Brief nicht lesen, sie sieht ohne Brille schlecht.

’Nenek itu tidak dapat membaca surat karena tidak memakai kacamata’.

15

(5) Die Kinder können ihre Hausaufgabe gut machen.

’Anak-anak itu dapat mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik’.

(6). Ich kann mir das Leben im 21. Jahrhundert nicht vorstellen, dazu fehlt mir die

nötige Phantasie. ’Saya tidak dapat membayangkan bisa hidup pada abad ke-21,

walau masih ada kekurangannya’.

Kalimat (4), (5), dan (6) di atas, mengandung frase verbal dapat membaca,

dapat mengerjakan, dan dapat membayangkan yang distribusinya sama dengan

verba membaca, mengerjakan dan membayangkan. Dengan demikian, modalitas

dapat dalam kalimat tersebut sebagai atribut. Atribut pada kalimat (4), (5), dan (6)

bisa dilesapkan menjadi kalimat (4a), (5a), dan (6a). Akan tetapi, setelah dikaji ulang

mempengaruhi keutuhan makna dalam kalimat dan hubungan semantis gramatikal

antarbagiannya menjadi berubah. Atribut yang dilesapkan pada kalimat (4), (5), dan

(6) tersebut menjadi kalimat dengan makna baru sebagai berikut.

(4a) Die Groβmutter liest den Brief nicht, sie sieht ohne Brille schlecht.

(5a) Die Kinder machen ihre Hausaufgabe gut.

(6a). Ich stelle mir das Leben im 21. Jahrhundert nicht vor, dazu fehlt mir die nötige

Phantasie.

Suatu bukti bahwa kalimat dengan menggunakan modalitas können ’dapat’

sebagai atribut dari verba dalam konstruksi frase verbal memiliki tingkat tinggi atau

rendah kadar keintian modalitasnya digunakanlah teknik lesap. Apabila kalimat yang

16

salah satu unsurnya dilesapkan tetap gramtikal berarti kadar keintian unsur itu

rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila salah satu unsur dalam kalimat tersebut tidak

dapat dilesapkan berarti kadar keintian unsur itu tinggi. Hal itu tentunya perlu

mendapat perhatian bahwa dari proses pelesapan itu, memunculkan suatu kalimat

yang tidak mengambarkan secara jelas tentang sikap pembicara atau tidak. Apabila

unsur dalam kalimat yang dilesapkan tersebut tetap memiliki makna yang sesuai

dengan sikap pembicara, maka kadar keintiannya rendah. Dan sebaliknya, apabila

tidak sesuai dengan makna sikap pembicara, maka kadar keintian modalitas können

‘dapat’ dalam kalimat tinggi. Berdasarkan teknik lesap pada kalimat (4a), (5a), dan

(6a) tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga kalimat itu tetap gramatikal dan

hubungan antar unsur-unsurnya tidak berubah. Akan tetapi, makna yang terkadung di

dalamnya tidak sesuai dengan sikap pembicara. Dengan demikian, kadar keintian

modalitas können ’dapat’ dalam kalimat bahasa Jerman tinggi.

2. Hubungan antara Modalitas Können dan Bagian Lain dalam Kalimat

Bentuk bahasa yang digunakan oleh masyarakat penuturnya terdiri atas satuan-

satuan yang sering disebut satuan gramatik. Satuan-satuan itu meliputi wacana,

kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem (Ramlan, 1986: 25). Dalam suatu tuturan,

satuan-satuan itu akan selalu terdiri atas satuan-satuan yang lain sesuai dengan

tingkat keluasan satuan itu. Satuan gramatikal kalimat misalnya, terbentuk atas

satuan lain yang lebih kecil seperti klausa, frase, kata, dan satuan lainnya. Hubungan

antarsatuan gramatik itu ada yang erat, tetapi ada pula yang longgar. Hubungan yang

erat artinya antarsatuan itu tidak dapat disisipi satuan lain, sebaliknya hubungan yang

17

longgar mengindikasikan bahwa antara satuan gramtik yang diwatasi dengan satuan

yang mewatasi bisa disisipi oleh satuan gramatik lain.

Hubungan antara modalitas können ‘dapat’ dengan satuan gramatik lain dalam

suatu kalimat ternyata bersifat longgar karena antara modalitas können ‘dapat’

dengan satuan lain itu bisa disisipi satuan lain. Data yang bisa diamati:

(7) Die Schüler können ihre Haufaufgabe machen.

’Murid-murid dapat mengerjakan pekerjaan rumah’.

(8) Die Schüler können ihre Haufaufgabe in einer Stunde machen.

’Murid-murid dapat mengerjakan pekerjaan rumah dalam waktu satu jam’.

(9) Die Schüler können ihre Haufaufgabe in einer Stunde fertig machen.

’Murid-murid dapat mengerjakan pekerjaan rumah dalam waktu satu jam selesai’.

Hubungan modalitas können ‘dapat’ dengan satuan lain pada kalimat (7), (8),

dan (9) tersebut bersifat longgar ditinjau dari unsur gramatikalnya. Hal ini bisa

dibuktikan dengan menggunakan teknik sisip. Kalimat (8) merupakan hasil dari

teknik sisip pada kalimat (7) yang telah disisipi dengan satuan gramatikal in einer

Stunde ’dalam waktu satu jam’. Pada kalimat (8), penyisipan dilakukan setelah

satuan modalitas können dengan satuan lain. Sedang pada kalimat (9) telah disisipi

dengan satuan gramatikal in einer Stunde fertig ’dalam waktu satu jam selesai’.

Penyisipan dilakukan setelah satuan modalitas können dengan satuan lain. Secara

gramatikal letak modalitas können selalu berada di slot kedua atau sebagai pengisi

predikat dan verba inti di akhir kalimat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

18

secara gramatikal hubungan modalitas können dengan satuan unsur lainnya bersifat

longgar.

3. Ketegaran Letak Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman

Salah satu sifat kata adalah mempunyai mobilitias luar. Di dalam suatu satuan

gramatik yang lebih luas, kata mempunyai kebebasan untuk berpindah tempat.

Meskipun demikian, kebebasan itu juga bergantung pada valensi sintaksis dalam

satuan itu, sehingga ada kata yang letak ketegarannya rendah dan kata yang letak

ketegarannya kuat.

Modalitas können yang merupakan pewatas verba mempunyai ketegaran letak

yang cukup kuat (Sudaryanto, 1983: 186). Hal ini bisa dilihat dari ketidak-

kemungkinan satuan modalitas können ditempatkan selain di posisi kedua atau

berada pada fungsi predikat. Sedangkan letak verba inti berada di akhir suatu

kalimat. Dengan demikian, modalitas können mengisi fungsi predikat dalam kalimat

bahasa Jerman sebagai berikut.

(10) Der Fünfjährige kann bereits lesen, seine Mutter hat es ihm beigebracht.

’Anak berusia 5 tahun mulai bisa membaca, ibu yang mengajarinya’.

(11) *Der Fünfjährige bereits kann lesen, seine Mutter hat es ihm beigebracht.

(12) *Der Fünfjährige bereits lesen kann, seine Mutter hat es ihm beigebracht.

Kalimat (11) dan (12) setelah dilakukan teknik permutasi menjadi tidak

gramatikal (bertanda *). Teknik permutasi modalitas pada kalimat bahasa Jerman

19

tersebut digunakan untuk menguji tingkat ketegaran letak modalitas können dalam

suatu kalimat. Di dalam pengujian ketegaran letak modalitas können dengan

menggunakan teknik permutasi dihipotesiskan bahwa apabila modalitas können

dapat dipindah-pindah letaknya dalam suatu kalimat, maka tingkat ketegaran letak

modalitas können rendah. Dan sebaliknya, apabila tidak bisa dipindah-pindah, maka

tingkat ketegaran letak modalitas menjadi kuat.

Berdasarkan pengujian dengan teknik permutasi pada kalimat (11) dan (12)

dinyatakan bahwa kedua kalimat tersebut tidak berterima secara gramatikal. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa ketegaran letak modalitas können dalam kalimat

bahasa Jerman bersifat kuat. Ketegaran itu bersifat mutlak karena letak modalitas

bahasa Jerman tidak dapat dipindah-pindahkan, tidak seperti kalimat dalam bahasa

Indonesia yang dapat dipindah-pindah tanpa mempengaruhi makna, misalnya:

(13) Pemeriksaan Imam Samudra dapat saja dipercepat dari jadwal semula.

(13a) Dapat saja pemeriksaan Imam Samudra dipercepat dari jadwal semula.

(13b) Pemeriksaan Imam Samudra dipercepat dari jadwal semula dapat saja.

Berdasarkan data (13) dalam bahasa Indonesia, kalimat yang mengandung

modalitas können yang sudah disisipi satuan lain seperti saja, menjadi bentuk

dapat+saja dimungkinkan berada di depan subjek. Hal ini bisa dibuktikan dengan

menggunakan teknik permutasi, sehingga menjadi kalimat (13a) dan (13b) tetap

gramatikal dan berterima.

20

4. Makna Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman

Sebagai alat komunikasi verbal, bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi

yang bersifat arbitrer (Cheer, 1990: 1). Demikian pula hubungan antara kata dengan

maknanya juga bersifat arbitrer. Artinya tidak ada hubungan wajib antara deretan

fonem pembentuk kata itu dengan maknanya. Akan tetapi, hubungan itu bersifat

konvensional, artinya disepakati setiap anggota masyarakat suatu bahasa untuk

memaknai hubungan itu.

Sebagai bentuk alat komunikasi verbal, modalitas dapat juga mempunyai

makna. Makna modalitas können yang mengungkapkan sikap pembicara, erat

katiannya dengan makna epistemik dan makna muasal, yaitu kemungkinan,

kemampuan, dan izin. Makna epistemik dan makna muasal dalam kalimat bahasa

Jerman diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut.

a. Makna Kemungkinan

Modalitas können dalam suatu kalimat bahasa Jerman bisa memunculkan

Möglichkeitsbedeutung ‘makna kemungkinan’. Data yang dapat ditunjukan adalah:

(14) Sie kann auch daran gedacht haben ’Dia mungkin juga sudah memikirkannya’

(14a) *Sie hat auch daran gedacht können ’*Dia dapat juga sudah memikirkannya’

(14b) *Sie darf auch daran gedacht haben ’*Dia boleh juga sudah memikirkannya’

(14c) *Sie ist auch in der Lage, daran gedacht zu haben ’*Dia mampu juga sudah

memikirkannya’

21

Berdasarkan paparan data (14) di atas dapat kita cermati bahwa untuk opsi verba

infinitif *können ’dapat’, *darf ’boleh’, dan *in der Lage sein ’mampu’ tidak dapat

dipasangkan, karena dalam konteks kalimat bahasa Jerman tersebut di atas hanya

memiliki satu opsi können yang berarti mungkin. Pada data (14a) dalam bentuk

kalimat Perfekt posisi kedua dalam kalimat itu diisi oleh verba bantu hat. Padahal,

seharusnya diisi oleh modalitas können ’dapat’. Sedangkan verba bantu haben berada

pada akhir kalimat, sehingga kalimat (14a) secara gramatikal tidak berterima. Pada

data (14b) dan (14c) secara gramatikal dapat dibenarkan, tetapi secara semantik

terdapat kesalahan, karena penggunaan modalitas können memiliki makna

kemungkinan. Sedangkan penggunaan leksikon yang langsung mengacu pada makna

*dapat, *boleh, dan *mampu seperti pada data (14b) dan (14c) menjadi tidak sesuai

dengan konteks kalimat. Dengan demikian, makna kalimat Sie kann auch daran

gedacht haben berarti ’Dia mungkin juga sudah memikirkannya.’ Demikian pula

terjadi pada kalimat yang terdapat pada data sebagai berikut.

(15) Er kann nicht gekommen sein ’Dia mungkin tidak bisa datang’

(15a) *Er ist nicht gekommen können ’Dia tidak dapat datang’

(15b) *Er darft nicht gekommen sein ’Dia boleh tidak datang’

(15c) *Er ist in der Lage zu kommen ’Dia mampu datang’

Akan tetapi, kalimat Er kann nicht gekommen sein mimiliki dua kemungkinan.

Kemungkinan pertama adalah es ist unmöglich, dass er gekommen ist ’dia tidak

mungkin bisa datang’ dan kemungkinan kedua es ist möglich, dass er nicht

22

gekommen ist ’dia mungkin tidak bisa datang’. Oleh karena itu, opsi yang dipilih

dapat berupa dua kemungkinan itu.

Er kann nicht gekommen sein dalam bahasa Jerman dipengaruhi oleh peran

modalitas können dalam konteks yang dimaksud oleh pembicara dan sikap

pembicara. Oleh karena itu, disebut sebagai makna subjektiv pembicara. Hal ini

dapat dijelaskan bahwa argumen pertama Er kann nicht gekommen sein yang berarti

’dia tidak mungkin bisa datang’ disebut sebagai Negation des Modalverben ’makna

negativ modalitas’. Sedangkan untuk argumen kedua Er kann nicht gekommen sein

yang berarti ’dia mungkin tidak bisa datang’ disebut sebagai Negation des

Hauptverbs ’makna negativ verba inti’.

(16) Ich kann nur schreiben, wenn du mir Papier gibst. ’Saya mungkin hanya bisa

menulis saja, apabila kamu memberiku kertas’.

(16a) *Ich schreibe nur, wenn du mir Papier gibst.

(16b) *Ich darf nur schreiben, wenn du mir Papier gibst.

(16c) *Ich bin in der Lage, nur zu schreiben, wenn du mir Papier gibst.

Seperti pada data (14) dan (15) tersebut di atas, bahwa keberterimaan secara

gramatikal berpengaruh terhadap keberterimaan secara semantik. Makna semantik

tidak terlepas dari konteks dalam kalimat dan bentuk gramatikalnya. Modalitas

können ‘dapat’ pada kalimat di atas, ternyata hanya dapat diganti dengan satuan

23

mungkin yang menggambarkan makna ‘kemungkinan’, sehingga bisa diidentifikasi

bahwa modalitas können di atas mempunyai makna ‘kemungkinan’.

b. Makna Kemampuan

Modalitas können ‘dapat’ juga mempunyai Fähigkeitsbedeutung ’makna

kemampuan’. Data yang bisa diamati:

(17) Man kann dort schon schwimmen, das Wasser ist warm genug.

’Orang itu sudah bisa (mampu) berenang karena airnya cukup hangat’.

(18) Martin kann jetzt schon schwimmen, seine Tante hat es ihm beigebracht.

’Martin sekarang sudah bisa (mampu) berenang, tantenya yang mengajarinya’.

(19) Sie konnte nicht sehen, weil es zu dunkle war.

’Dia tidak mampu melihat karena terlalu gelap’.

Pada ketiga kalimat bahasa Jerman tersebut, makna können memiliki arti

kemampuan. Hal ini dapat diuji dari kalimat Man kann dort schon schwimmen ’orang

itu bisa berenang’. Makna kann schwimmen ’bisa berenang’ pada kalimat tersebut

berarti mampu berenang. Demikian pula pada kalimat (18) dan (19) memiliki makna

mampu. Modalitas können pada kalimat (18) dan (19) hanya bisa diganti dengan

satuan mampu yang menyatakan makna ‘kemampuan’, sehingga bisa diidentifikasi

bahwa satuan modalitas können itu mempunyai makna ‘kemampuan’.

24

c. Makna Izin

Selain mempunyai makna kemungkinan (Möglichkeitsbedeutung) dan makna

kemampuan (Fähigkeitsbedeutung), modalitas können dalam bahasa Jerman

memiliki Erlaubnisbedeutung ‘makna izin’. Data dapat diamati pada paparan di

bawah ini.

(20) Meinetwegen kann er machen, was er will.

’Tak apalah, dia boleh mengerjakan, sesuai keinginannya’.

(21) Wer mit dem Sprachtest fertig ist, kann nach Hause gehen.

’Siapa yang telah selesai mengerjakan ujian, boleh pulang’.

Untuk memudahkan kita mencermati gejala kebahasaan yang mengandung

makna izin adalah data pada kalimat (21) sebagai berikut.

(21) Wer mit dem Sprachtest fertig ist, kann nach Hause gehen. ’ Siapa yang telah

selesai mengerjakan ujian, boleh pulang’.

(21a) *Wer mit dem Sprachtest fertig ist, darf nach Hause gehen.

(21b) *Wer mit dem Sprachtest fertig ist, ist nach Hause gegangen.

(21c) *Wer mit dem Sprachtest fertig ist, ist nach Hause.

Data (21) menunjukan bahwa penggunaan modalitas können pada kalimat

bahasa Jerman hanya bisa diganti dengan modalitas können dalam bahasa Indonesia

artinya ’boleh’ yang menyatakan makna ‘izin’. Dengan demikian, dapat disimpulkan

25

bahwa modalitas können dalam kalimat bahasa Jerman mempunyai makna ‘izin’.

Untuk mengungkap makna izin dalam kalimat bahasa Jerman tersebut menggunakan

makna subjektiv modalitas können karena ditinjau dari sikap pembicara. Dengan

demikian, data (21a), (21b), dan (21c) secara semantik tidak berterima.

26

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Modalitas dalam bahasa Jerman mempunyai fungsi dan makna sesuai dengan

konteksnya masing-masing. Modalitas atau pendesak potensial dalam bahasa Jerman

menggambarkan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Pengungkapan itu

bisa dengan unsur gramatikal dan bisa pula dengan unsur leksikal. Kajian modalitas

ini termasuk kajian pada modalitas epistemik atau pendesak potensial.

Berdasarkan perilaku sintaksisnya modalitas können dalam kalimat bahasa

Jerman mempunyai ciri-ciri: (1) bukan sebagai unsur inti, hanya sebagai atribut

dalam frase verba, sehingga jika dilesapkan kalimatnya tetap gramatikal, (2)

hubungan unsur modalitas können dengan unsur-unsur lain bersifat longgar, (3)

ketegaran letak modalitas können sangat kuat dan bersifat mutlak sehingga tidak bisa

dipermutasikan dengan unsur lain dalam suatu kalimat.

Selain itu, modalitas können dalam kalimat bahasa Jerman mempunyai makna

yang berbeda-beda bergantung pada konteks kalimatnya. Makna yang dinyatakan

oleh modalitas können berupa makna ‘kemungkinan’, ‘kemampuan’, dan ‘izin’.

B. Implikasi

Berdasarkan pengkajan tersebut di atas, dapat dikemukakan implikasinya

dalam pengajaran bahasa Jerman sebagai berikut. Modalitas können dalam kalimat

bahasa Jerman berfungsi untuk menyatakan sikap pembicara. Dalam merealisasikan

27

sikap pembicara untuk mengungkapkan makna kemungkinan, makna mampu, dan

makna izin dapat digunakan modalitas können. Kadar keintian modalitas können

tersebut sangat tinggi. Sebagai pewatas verba, kehadiran modalitas können ’dapat’

merupakan atribut dari verba dalam konstruksi frase verbal. Secara gramatikal

hubungan antara modalitas können dan unsur lainnya dalam kalimat bahasa Jerman

bersifat longgar. Modalitas können memiliki ketegaran yang bersifat mutlak karena

letak modalitas können dalam kalimat bahasa Jerman tidak dapat dipindah-

pindahkan. Letak modalitas können dalam kalimat pada posisi kedua dan pasangan

verba inti yang terkait dengan modalitas berada pada akhir kalimat, seperti berikut:

Die Kinder können ihre Hausaufgabe gut machen. Posisi pertama diduduki die

Kinder ’anak-anak’. Pada posisi kedua diisi oleh modalitas können ’dapat’. Posisi

ketiga diisi oleh ihre Hausaufgabe ’pekerjaan rumahnya’. Posisi keempat diisi

Ergänzung (E) gut ’baik’. Posisi terakhir dalam kalimat itu diisi oleh verba inti

machen ’mengerjakan’. Dengan demikian, kalimat Die Kinder können ihre

Hausaufgabe gut machen berarti ’anak-anak itu dapat mengerjakan pekerjaan

rumahnya dengan baik’.

C. Saran

Para peneliti lain yang berminat memperdalam kajian mengenai modalitas

können dalam kalimat bahasa Jerman, disarankan untuk meneliti lagi modalitas yang

tidak terbatas pada modalitas können saja, melainkan juga keseluruhan modalitas

dalam bahasa Jerman, seperti: modalitas müssen, wollen, dürfen, sollen, mögen dan

28

sebagainya, agar permasalahan dalam penggunaan modalitas oleh penutur Indonesia

dapat terjawab.

29

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, et. al. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

__________. 1992. Modalitas dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Brinker, Klaus. 1992. Linguistische Textanalyse. Eine Einführung in Grundbegriffeund Methoden. Berlin: Ericht Schmidt Verlag GmbH & Co.

Buscha, Joachim & Irene Zoch. 1992. Der Infinitiv. Zur Theorie und Praxis desDeutschunterrichts für Ausländer. Leipzig: Langenscheidt VerlagEnzyklopädie.

Buscha, Joachim dan Zoch, Irene. 1992. Der Infinitiv. Leipzig: Interdruck LeipzigGmbH.

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineha Cipta.

Di Pietro, Robert J. 1978. Language in Contrast. Newbury: Newbury HousePublisher, Inc.

Eisenberg, Peter. 1994. Grundriβder deutschen Grammatik. Stuttgart: Verlag J.B.Metzler.

Engel, Ulrich. 1977. Grundlagen der Germanistik. Syntax der deutschenGegenwartssprache. Berlin: Erich Schmidt Verlag, GmbH.

___________. 1991. Deutsche Grammatik. Heidelberg: Julius Groos Verlag.

Grebe, Paul. 1973. Duden. Die Grammatik. Mannheim: Duden Verlag.

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

______________. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Ramlan, M. 1986. Ilmu Bahasa Indonesia, Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.

_________. 1996. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

Sudaryanto. 1983. Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia, Keselarasan PolaUmum. Jakarta: Djambatan.

30

_________. 1986. Metode Linguistik Bagian Kedua, Metode dan Aneka TeknikPengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

_________. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik. Yogyakarta:Duta Wacana University Press.

_________. 1990. Menguak Fungsi Hakiki Bahasa. Yogyakarta: Duta WacanaUniversity Press.

_________. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Pengantar PenelitianWahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta WacanaUniversity Press.

_________. 1996. Linguistik. Identitasnya, Cara Penanganan Objeknya, dan HasilKajiannya. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

_________.1984. Metode Linguistik Bagian Pertama, ke Arah Memahami MetodeLinguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Verhaar, J.W.M. 1986. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

31

BIODATA PENELITI

A. Identitas

1. Nama dan Gelar : Drs. Sulis Triyono, M.Pd.

2. N I P : 131568310

3. Pangkat/Gol./Ruang : Pembina/IV/a

4. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

5. Mata Kuliah :

a. Hörverstehen II dan IV (Website: hoerverstehen.wordpress.com)

b. Leseverstehen II dan IV (Website: leseverstehen.wordpress.com)

c. Freier Vortrag I dan II (Website: freiervortrag.wordpress.com)

d. Sprechfertigkeit I dan III (Website: sprechfertigkeit.wordpress.com)

e. Tiga mata kuliah (No. 1, 2, dan 3) masuk website E-Learning UNY.

6. Jurusan : Pendidikan Bahasa Jerman

7. Fakultas/Universitas : Bahasa dan Seni/Universitas Negeri Yogyakarta

8. Alamat Kantor : Kampus Karangmalang Yogyakarta 55281

Telp. (0274) 550843 Psw. 14. Faksimili (0274) 548207

HP. 0812 295 7876

Email: [email protected], [email protected], dan

[email protected]

B. Training, Short Visit, dan sejenisnya

1. Sprachkurs Mittelstufe II di GI Rothenburg ob der Tauber, Jerman 1987

2. Program Sandwich S2 di Katholische Universität Eichstätt, Bayern,Jerman (1 Semester) 1992

3. Fortbildungslehrgang Didaktik Metodik Goethe Institut München 1993

4. Program Sandwich Pra S3 Linguistik di Universitas JW von GoetheFrankfurt Jerman memperdalam kajian Sosiolinguistik 1999/2000

5. Menyelesaikan Matrikulasi Program S3 Linguistik di UGM 2002

6. Lulus ujian komprehensif program Doktor Linguistik UGM 2005

32

C. Riwayat Pekerjaan

1 Dosen UNY sejak 1986 –sekarang.

2 Perwakilan Fakultas Koordinator Micro Teaching 1988 – 1991 Universitas NegeriYogyakarta

3 Tim Student Support Services (3S) PGSM Ditjen Dikti 1988 – 2000.

4 Dewan Redaksi Jurnal Ilmiah Diksi FBS UNY 1993 – sekarang.

5 Bendahara PPKP Universitas Negeri Yogyakarta 1997 – 2003.

6 Tim Pengembang Local Area Network (LAN) UNY 1999 – 2002.

7 Pembantu Direktur II Bidang Adum dan Keungan Politeknik PPKP 2000 – 2004

8 Tim Website Universitas Negeri Yogyakarta 2000 – 2002.

9 Tim Information Technology Center UNY 2002 – 2004.

10 Ketua Laboratorium Komputer FBS UNY 2000 – 2002.

11 Tim Pengembang Fakultas Bahasa dan Seni UNY 2001 – 2002.

12 Tim Penetapan Angka Kredit (PAK) Jurusan 2002 – sekarang.

13 Pjs. Pembantu Rektor II Bidang Adum, Keu, dan Kepeg. UDI 2002 – 2004.

14 Tim Monitoring & Evaluasi MPMBS Direktorat PLP Dikdasmen DepdiknasJakarta tahun 2002 Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat.

15 Tim Monitoring & Evaluasi MPMBS Direktorat PLP Dikdasmen DepdiknasJakarta tahun 2003 Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

16 Tim Monitoring & Evaluasi Widya Direktorat PLP Dikdasmen Depdiknas Jakartatahun 2003 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.

17 Tim Monitoring & Evaluasi Direktorat PLP Dikdasmen Depdiknas Jakarta tahun2003 Deli Serdang, Sumatera Utara.

18 Tim Pengembang Data Base Jurusan 2004 - sekarang FBS UNY.

19. Tim Monev Sekolah Standard Nasional Direktorat PLP Dikdasmen DepdiknasJakarta di Kabupaten Mojokerto 2006.

19. Tim Klarifikasi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Direktorat PLP DikdasmenDepdiknas Jakarta di Kabupaten Karangasem, Buleleng, Jembrana, dan GianyarBali tahun 2006.

20. Tim Klarifikasi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Direktorat PLP DikdasmenDepdiknas Jakarta di Kabupaten Kudus tahun 2007.

33

D. Melaksanakan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

1. Program Magang Kewirausahaan untuk Jasa Pemandu Wisata di Objek WisataDIY dan Sekitarnya (Ketua KWU Dikti 2001).

2. Program Magang Kewirausahaan bagi Pengrajin Tas dan Placemate di DesaArgomulyo, Kecamantan Pengasih Kab. Kulonprogo (Dikti 2002).

3. Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Bahasa Jerman Tingkat Dasar untukPemandu Wisata di Monumen Yogya Kembali (Ketua PPM 2002).

4. Pelatihan Komunikasi Bahasa Jerman di Monumen Yogya Kembali (KetuaPPM 2003).

5. Juri Cerdas Cermat Bahasa Jerman dalam Rangka Pekan Jerman BersatuDeutschland Wiedervereinigung (2003).

6. Pelatihan Penyusunan Silabi dan Satuan Pelajaran Bahasa Jerman BerbasisKompetensi bagi Guru Bahasa Jerman di SMU 2 Wonosari (2004).

7. Pelatihan Internet sebagai Media dan Sumber Belajar Bahasa Jerman bagiGuru-guru se Wilayah DIY dan Jawa Tengah (Ketua PPM 2004).

8. Pameran Media Belajar dalam Rangka Open House Wisata Kampus FBS UNY(Ketua PPM 2005).

9. Pelatihan Multimedia bagi Karyawan Lembaga Pengabdian Masyarakat (KetuaPPM 2005).

10. Pelatihan Komputer bagi Perangkat Desa Wedomartani Ngemplak Slemandalam Rangka Pengembangan Wilayah Terpadu (Ketua PPM 2005).

11. Workshop Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Jerman Berdasarkan KTSPuntuk Guru-guru Bahasa Jerman Se DIY dan Jateng (Ketua PPM 2006).

E. Penulisan karya ilmiah, penelitian, dan Publikasi (3 tahun terakhir)

1. Morfofonemik Morfem Afiks {Men-} dengan Bentuk Dasar Serapan (JurnalPenelitian LITERA, 2003).

2. Satuan Lingual Penanda Gender (Jurnal Humaniora UGM, 2003 -Terakreditasi).

3. Sumbangan Pendekatan Komunikatif pada Pengajaran Bahasa Asing BerbasisKompetensi (Memberikan Ceramah pada Seminar Nasional dalam RangkaDies Natalis UNY ke 39 di FBS, Tahun 2003).

4. Bahasa dan Masyarakat Tutur dalam Pluralisme Budaya (memberikanceramah pada Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis UNY ke 40 diFBS, tahun 2004).

34

5. Peningkatan Kemampuan Freier Vortrag Mahasiswa melalui PengembanganSchlüsselwörter (Jurnal Poltek, 2004).

6. Upaya Peningkatan Pembelajaran Freier Vortrag I (Ketua Penelitian, tahun2004).

7. Uji Kebermanfaatan Research Base Teaching pada Mata Kuliah FreierVortrag II (Ketua Penelitian, tahun 2005).

8. Upaya Peningkatan Pembelajaran Hörverstehen III secara Interaktif melaluiProgram Multi-Media Internet (Ketua Penelitian, tahun 2006).

9. Pembahas Hasil Penelitian: Pergeseran Bahasa Daerah Akibat Kontak Bahasamelalui Prembauran (Jurnal Litera, 1006)

Yogyakarta, Oktober 2006

Yang membuat,

Drs. Sulis Triyono, M.Pd.NIP. 131 568 310