Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

64
Laporan Penelitian PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIK LAPANGAN DALAM PEMBELAJARAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP PADA MATA PELAJARAN IPA DIBANDINGKAN DENGAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB PADA KELAS V SD NEGERI 1 SUKABUMI Disusun oleh : ……………….. NIP. …………

Transcript of Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

Page 1: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

Laporan Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIK LAPANGAN DALAM PEMBELAJARAN KLASIFIKASI

MAKHLUK HIDUP PADA MATA PELAJARAN IPA DIBANDINGKAN DENGAN METODE CERAMAH DAN

TANYA JAWAB PADA KELAS V SD NEGERI 1 SUKABUMI

Disusun oleh :

………………..NIP. …………

SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI I SUKABUMI2007

BAB I

Page 2: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Salah satu kesulitan paling besar yang dialami para siswa

dalam mengikuti pembelajaran IPA pada topik ¡°Klasifikasi

Makhluk Hidup¡± adalah kemauan dan kemampuan mereka

dalam mengingat klasifikasi spesies makluk hidup yang sangat

beraneka ragam. Kesulitan ini muncul karena kompetensi dasar

yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran topik

ini adalah siswa mampu menyusun klasifikasi keanekaragaman

hayati (makhluk hidup) yang terdapat pada lingkungan sekitar

mereka. Kemampuan ini harus dimiliki siswa baik menyangkut

klasifikasi tumbuhan maupun hewan.

Kemampuan menyusun klasifikasi makhluk hidup diawali

dengan pemahaman siswa tentang dasar dan macam klasifikasi

dan macam klasifikasi beserta kunci determinasi untuk

mengklasifikasikan keanekaragaman hayati tersebut.

Selanjutnya, para siswa perlu mendapatkan contoh nyata

klasifikasi makhluk hidup yang sudah tersusun. Berdasarkan

pemahaman dan contoh nyata tentang klasifikasi, para siswa

mengikuti praktik lapangan untuk menyusun sendiri klasifikasi

Page 3: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

makhluk hidup yang mereka temui di lapangan berdasarkan

kunci determinasi sederhana.

Pelaksanaan praktik lapangan, di samping memberikan

pengalaman nyata dalam menyusun klasifikasi makhluk hidup,

juga dapat menghilangkan kejenuhan yang terjadi pada

pembelajaran yang hanya bertumpu pada metode ceramah atau

praktik di laboratorium. Melalui pelaksanaan praktik lapangan,

para siswa diperkenalkan pada keragaman hayati yang

sesungguhnya yang terdapat dalam suatu habitat makhluk

hidup. Pemahaman tentang klasifikasi makhluk hidup yang

didapatkan dari teori secara langsung dapat diterapkan untk

menyusun klasifikasi keragaman hayati yang ditemui para siswa

ketika mereka melakukan praktik lapangan. Dengan demikian,

kemauan dan kemampuan mengingat para siswa tentang

klasifikasi makhluk hidup dapat ditingkatkan melalui

pelaksanaan praktik lapangan ini.

B.  Perumusan Masalah

Selama ini, pembelajaran mata pelajaran IPA memang

telah mengkombinasikan beberapa metode pengajaran,

misalnya: ceramah, tanya jawab, diskusi, dan praktik di

laboratorium. Namun demikian, beberapa topik pelajaran

Page 4: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

tertentu dirasakan kurang memadai bila hanya menggunakan 

kombinasi metode-metode pengajaran tersebut. Salah satu topik

yang membutuhkan metode di samping metode-metode

pengajaran yang secara konvensional telah digunakan adalah

topik klasifikasi makhluk hidup. Di samping ceramahm, tanya

jawab, dan praktik di laboratorium, pembelajaran topik klasifikasi

makhluk hidup membutuhkan metode tambahan, yaitu praktik

lapangan.

Rumusan masalah yang dihadapi dalam penggunaan

metode ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah pengaruh pelaksanaan praktik lapangan

terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran

dengan pelaksanaan simulasi di kelas”.

C.  Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian eksperimen dengan menggunakan

metode praktik  lapangan adalah untuk mengetahui perbedaan

hasil belajar antara pembelajaran dengan menggunakan praktek

lapangan dibanding dengan pelaksanaan simulasi di kelas.

Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Page 5: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

1. Meningkatnya kemampuan guru dalam mendesain,

merencanakan, dan melaksanakan pembelajaran yang

menarik serta mengevaluasi dan menganalis hasil belajar

yang diraih siswa.

2. Meningkatnya kemampuan siswa dalam pencapaian

kompetensi dasar dalam topik Klasifikasi Makhluk Hidup.

3. Menambah khasanah desain, perencanaan, dan

pelaksanaan metode pengajaran, khususnya untu pengajaran

mata pelajaran IPA.

D.  Ruang Lingkup dan Keterbatasan

Penelitian tindakan kelas ini mempunyai ruang lingkup

pada pembelajaran mata pelajaran IPA yang meliputi

perencanaan, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan

analisis hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada

pembelajaran satu topik mata pelajaran IPA yang diajarkan pada

Kelas V, yaitu: topik Klasifikasi Makhluk Hidup. Kompetensi dasar

yang diharapkan dicapai oleh siswa juga dibatasi pada

penyusunan klasifikasi makhluk hidup yang terdapat pada

lingkungan sekitar.

Page 6: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

BAB IIKAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1.  Pengertian Pengajaran

Pengajaran adalah suatu aktivitas atau proses belajar-

mengajar. Pengajaran berkaitan erat dengan pengembangan

potensi manusia (peserta didik), perubahan, dan pembinaan

dimensi-dimensi kepribadian peserta didik. Karena itu,

melaksanakan pengajaran tidak seperti menyuapi makanan kepada

seorang bayi. Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan

sistemik yang terdiri dari banyak komponen yang berjalan secara

teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan.

Oleh karena itu, dalam pengajaran dibutuhkan suatu pengelolaan

yang disebut pengelolaan pengajaran. Pengelolaan pengajaran

merupakan aktivitas untuk mengatur, melaksanakan, dan

mengendalikan aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep

dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan

Page 7: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

pengajaran agar tercapai dengan cara yang lebih efektif, efisien,

dan produktif.

Rohani mengemukakan bahwa pengajaran merupakan

perpaduan dua aktivitas, yaitu mengajar dan belajar. Aktivitas

belajar telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Aktivitas

mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam mengupayakan

terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar dan

peserta didik. Agar lalu lintas pengajaran dapat berjalan lancar,

teratur, dan terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat pada

stagnasi pengajaran maka seorang guru harus mengerti,

memahami, dan menghayati prinsip-prinsip pengajaran, serta

menerapkannya dalam proses pengajaran. Prinsip-prinsip

pengajaran tersebut adalah:

a.      Prinsip Aktivitas.

Risk, sebagaimana dikutip Rohani, mengemukakan bahwa mengajar

adalah membimbing pengalaman belajar. Pengalaman akan

diperoleh apabila terdapat keaktifan peserta didik dalam bereaksi

dengan lingkungannya. Guru dapat membantu peserta didik belajar

tetapi tidak dapat belajar untuk peserta didik. Dalam hal ini, guru

hanyalah merangsang keaktifan siswa dengan jalan menyajikan

bahan pelajaran dengan cara memberikan pertanyaan,

Page 8: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

membimbing diskusi, memberikan tugas untuk memecahkan

masalah, menyelenggarakan berbagai percobaan,

menyelenggarakan praktek, karyawisata, dan sebagainya.

b.      Prinsip Motivasi

Pengajaran sangat erat berhubungan dengan pemberian motivasi.

Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam pengajaran adalah

bagaimana menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara

efektif. Padahal, motif siswa belajar adalah karena terdorong untuk

mengetahui atau ingin mendapatkan nilai yang baik dalam mata

pelajaran tertentu.

c.      Prinsip Individualitas

Sama halnya dengan prinsip belajar, pengajar harus menyadari

bahwa sebagai manusia, tidak dua peserta didik yang sama persis.

Pengajar harus memahami bahwa setiap peserta didik mempunyai:

(a) sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda; (b) cara belajar

yang berbeda; (c) minat khusus yang berbeda; (d) latar belakang

(keluarga) yang berbeda; (e) membutuhkan bimbingan khusus

Page 9: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

dalam menerima pelajaran; dan (f) irama pertumbuhan dan

perkembangan yang berbeda.

d.      Prinsip Lingkungan

Lingkungan pengajaran adalah segala sesuatu yang ada di luar diri

individu yang dapat mendukung pengajaran dan dapat difungsikan

sebagai sumber pengajaran dan sumber belajar. Pengajaran yang

tidak memperhatikan prinsip lingkungan akan mengakibatkan

peserta didik tidak dapat beradaptasi dengan kehidupan tempat ia

hidup. Cara menggunakan lingkungan sebagai sumber pengajaran

adalah: (a) membawa peserta didik dalam lingkungan dan

masyarakat untuk keperluan pelajaran, misalnya melalui

karyawisata atau survei; dan (b) membawa sumber-sumber dari

masyarakat ke dalam kelas pengajaran, misalnya mengundang

praktisi atau mengadakan pameran.

e.      Prinsip Konsentrasi

Pada saat proses pengajaran berlangsung, guru harus berupaya

agar peserta didik memusatkan perhatian pada bahan pelajaran. Ini

berarti bahwa guru harus dapat: (a) membuat bahan pelajaran agar

mengandung masalah yang menarik peserta didik; (b)

menghubungkan bahan pelajaran dengan masalah dan tugas nyata

yang dapat dikerjakan peserta didik; dan (c) menghubungkan

Page 10: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

bahan pelajaran dengan bidang kegiatan tertentu dalam kehidupan

sehari-hari.

f.        Prinsip Kebebasan

Kebebasan di sini bukanlah kebebasan anarkis atau

totalitarianisme, melainkan kebebasan yang demokratis. Kebebasan

ini menurut Linskie, sebagaimana dikutip Rohani, mempunyai tiga

dimensi, yaitu self directedness, self discipline, dan self control.

Pengajar harus menyadari bahwa tanggungjawabnya dalam

pengajaran adalah mengantarkan perkembangan dan perubahan

lebih maju pada peserta didik. Oleh karena itu, guru dituntut untuk

menerapkan metode pengajaran yang dapat mengembangkan

dimensi-dimensi kebebasan tersebut.

g.      Prinsip Peragaan

Menurut Ghazali, sebagaimana dikutip Rohani,  agar peserta didik

mudah mengingat, menceritakan, dan melaksanakan materi

pelajaran yang pernah diterima di kelas maka harus didukung

dengan peragaan-peragaan (media pengajaran) yang nyata. Melalui

peragaan, peserta didik dapat mengamati bahan pelajaran dengan

teliti dan penuh perhatian. Terdapat dua macam peragaan yang

dapat digunakan pengajar, yaitu: (a) peragaan langsung, pengajar

memperlihatkan obyek yang sesungguhnya dan (b) peragaan tidak

Page 11: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

langsung, pengajar menunjukkan benda atau obyek tiruan seperti:

gambar, foto, film, dan sebagainya.

h.      Prinsip Kerjasama dan Persaingan

Baik kerjasama maupun persaingan sama pentingnya dalam

pengajaran yang demokratis. Kerjasama dalam kelompok yang

demokratis memungkin setiap individu berperan secara aktif yang

di dalamnya terdapat baik proses kerjasama maupun persaingan

yang sehat. Kerjasama dapat dilakukan untuk memecahkan suatu

masalah atau proyek tertentu yang melibatkan seluruh individu

dalam kelompok.

i.        Prinsip Apersepsi

Apersepsi adalah penafsiran terhadap suatu pendapat, yaitu

menyatupadukan dan mengasimilasi sesuatu pengamatan dan

pengalaman yang telah dimiliki. Apersepsi merupakan batu

loncatan sebelum pengajaran dimulai untuk menyajikan bahan

pelajaran baru. Dalam hal ini guru harus dapat menghubungkan

terlebih dahulu peserta didik dengan bahan pelajaran yang

sebelumnya yang dianggap telah dikuasai siswa. Apersepsi dapat

disajikan melalui pertanyaan untuk mengetahui apakah peserta

Page 12: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

didik masih ingat atau sudah menguasai bahan pelajaran yang

sudah berlalu.

j.         Prinsip Korelasi

Korelasi akan melahirkan asosiasi dan apersepsi sehingga akan

tumbuh minat peserta didik terhadap pelajaran. Pengajaran yang

dihubungkan dengan masalah-masalah kehidupan keseharian

individu maupun dihubungkan dengan bidang-bidang lain yang

memang berkaitan akan menghasilkan sesuatu yang baru dan

bermanfaat dari peserta didik. Oleh karena itu, selain

menghubungkan bahan pengajaran dengan kegidupan keseharian

peserta didik, guru juga harus dapat menghubungkannya bahan

pelajaran lain.

k.      Prinsip Efisiensi dan Efektivitas

Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang menggunakan waktu

yang cukup dan sekaligus dapat mencapai tujuan pengajaran

secara lebih tepat dan cermat. Waktu pengajaran yang sudah

ditentukan berdasarkan bobot materi pelajaran maupun target

pencapaian tujuan instruksional diharapkan dapat memberikan

sesuatu yang berharga dan berhasil guna bagi peserta didik. Dalam

Page 13: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

hal ini, metode dan media pengajaran mempunyai peranan yang

penting.

l.         Prinsip Globalitas

Menurut prinsip ini, keseluruhan adalah menjadi titik awal

pengajaran. Pesrta didik selalu mengamati keseluruhan lebih dulu

baru bagian-bagiannya. Dalam hal ini diperlukan pendekatan

deduktif, yaitu: mengenalkan kepada peserta didik dari pengertian

yang umum kepada yang khusus, dari kaidah-kaidah umum kepada

kaidah-kaidah khusus, dari yang global kepada yang spesifik, dan

dari pengenalan sistem kepada elemen-elemennya.

m.    Permainan dan Hiburan

Pada dasarnya setiap individu, termasuk peserta didik, sangat

membutuhkan permainan dan hiburan setelah selesai belajar. Kelas

pengajaran yang diliputi suasana hening, serius, dan penuh

konsentrasi terhadap mata pelajaran akan menghasilkan efek

samping, yaitu peserta didik yang merasa kelelahan dan

kebosanan. Peserta didik hendaknya diizinkan bermain, refreshing,

menghibur diri, bersuka ria, berbicara bebas, atau bergerak-gerak

untuk mengendorkan saraf-saraf yang tegang, menghindarkan

kebosanan, dan menghilangkan kelelahan. Tentu saja, asalkan

semua hal tersebut memiliki nilai manfaat bagi peserta didik dan

Page 14: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

bagi kelangsungan atau kelancaran aktivitas pengajaran serta

berada pada batas kewajaran.

2.  Hakekat Metode dan Media Pengajaran

Sebagaimana telah dikemukakan, satu hal yang tidak boleh

dipandang remeh dalam pengajaran adalah metode dan media

pengajaran. Menurut Suparman, metode dan media pengajaran

berhubungan dengan strategi pengajaran atau strategi

instruksional.[2][2] Strategi ini berkenaan dengan urutan

penyampaian materi, metode, media, dan waktu yang digunakan

pengajar dalam proses pengajaran. Dengan demikian, metode dan

media pengajaran merupakan dua dari empat komponen dalam

strategi instruksional sebagaimana telah disebutkan.

a.      Hakekat Metode Pengajaran

Metode pengajaran adalah cara pengajar mengorganisasikan

materi pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses belajar

secara efektif dan efisien. Metode pengajaran berfungsi sebagai

cara dalam menyajikan isi pelajaran kepada peserta didik untuk

mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya, Suparman menyebutkan 20

macam metode yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi

pelajaran, yaitu: ceramah, demosntrasi, penampilan, diskusi, studi

mandiri, kegiatan instruksional terprogram, latihan dengan teman,

Page 15: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

simulasi, sumbang saran, studi kasus, computer assisted learning

(CAL), insiden, praktikum, proyek, bermain peran, seminar,

simposium, tutorial, deduktif, dan induktif.[3][3]

Tabel 1. Kemampuan Metode Pengajaran dalam Mencapai TIK

Metode Pengajaran Kemampuan dalam Mencapai TIK

CeramahDemonstrasi

PenampilanDiskusiStudi Mandiri

Kegiatan Instruksional TerprogramLatihan dengan TemanSimulasiSumbang Saran

Studi KasusComputer Assisted Learning

InsidenPraktikumProyekBermain PeranSeminarSimposiumTutorial

Deduktif

Induktif

Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedurMelakukan suatu ketrampilan dengan standar prosedur tertentuMelakukan suatu ketrampilanMenganalisis/memecahkan masalahMenjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/mengeva-luasi/melakukan/melakukan sesuatu baik yang bersifat kognitif maupun psikomotorikMenjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur

Melakukan suatu ketrampilanMenjelaskan, menerapkan, dan menganalisis konsep/prinsipMenjelaskan/menerapkan/menganalisis konsep, prinsip, dan prosedur tertentuMenganalisis/memecahkan masalahMenjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/mengeva-luasi sesuatuMenganalisis/memecahkan masalahMelakukan suatu ketrampilanMelakukan sesuatu/menyusun laporan suatu kegiatanMenerapkan suatu konsep, prinsip, atau prosedurMenganalisis/memecahkan masalahMenganalisis masalahMenjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep, prinsip, atau prosedurMenjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep, prinsip, atau prosedurMensintesis suatu konsep, prinsip, atau perilaku

Sumber: Suparman, 2001

Page 16: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

Hal yang perlu diperhatikan guru dalam pemilihan metode

pengajaran adalah bahwa tidak setiap metode pengajaran sesuai

untuk digunakan dalam mencapai tujuan instruksional tertentu.

Setiap metode mempunyai kemampuan yang berbeda dalam

mencapai tujuan instruksional khusus (TIK) pada proses pengajaran.

Tabel 1 mencantumkan kemampuan masing-masing metode

pengajaran dalam mencapai TIK. Dalam Tabel 1 dapat dilihat

dengan jelas bahwa setiap metode mempunyai kemampuan yang

spesifik dalam mencapai TIK. Ini berarti bahwa tidak sembarang

metode dapat dipilih oleh pengajar untuk digunakan dalam

menyampaikan seluruh materi pelajaran.

b.     Hakekat Media Pengajaran

Setelah metode pengajaran, hal lain yang turut

mempengaruhi keberhasilan pengajaran adalah media pengajaran.

Media pengajaran adalah alat atau wahana yang digunakan untuk

menyampaikan atau menyalurkan pesan, yaitu materi pengajaran,

dari pengajar kepada peserta didik. Media pengajaran dapat berupa

alat-alat elektronik, gambar, buku, dan sebagainya yang secara

umum dikelompokkan menjadi media audio, visual, atau audio-

visual. Suparman menyebutkan keunggulan media pengajaran yang

merupakan alasan penggunaannya dalam proses pengajaran, yaitu:

Page 17: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

1)    Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh

mata menjadi lebih besar, misalnya pada penggunaan film

tentang perkembangan sel.

2)    Menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh dari

peserta didik ke hadapan mereka, misalnya melalui

penggunaan gambar atau video tentang salju, bintang, atau

perut bumi.

3)    Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung

dengan sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih

sistematis dan sederhana, misalnya pada penggunaan film atau

video tentang bekerjanya suatu mesin atau terjadinya gol dalam

pertandingan sepak bola.

4)     Menampung sejumlah besar peserta didik untuk mempelajari

materi pelajaran dalam waktu yang SD, misalnya melalui

penggunaan siaran televisi, radio, buku, atau modul.

5)     Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya ke hadapan

peserta didik, misalnya penggunaan film bingkai (slide) tentang

gelombang tsunami.

6)    Meningkatkan daya tarik pelajaran, misalnya melalui

penggunaan gambar berwarna tentang keindahan alam atau

pemutaran kaset audio tentang musik klasik.

Page 18: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

7)    Meningkatkan sistematika pengajaran, misalnya pada

penggunaan transparansi, kaset audio, atau grafik.

Tabel 2.  Kemampuan Setiap Jenis Media Pengajaran dalam Mempengaruhi Berbagai Macam Belajar

Jenis MediaMacam Belajar

1 2 3 4 5 6Gambar diam Sedan

gTinggi Sedan

gSedang

Rendah

Rendah

Gambar hidup Sedang

Tinggi Tinggi Tinggi Sedang

Sedang

Televisi Sedang

Sedang

Tinggi Sedang

Rendah

Sedang

Obyek tiga dimensi

Rendah

Tinggi Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

Rekaman audio Sedang

Rendah

Rendah

Sedang

Rendah

Sedang

Programmed instruction

Sedang

Sedang

Sedang

Tinggi Rendah

Sedang

Demonstrasi Rendah

Sedang

Rendah

Tinggi Sedang

Sedang

Buku teks tercetak

Sedang

Rendah

Sedang

Sedang

Rendah

Sedang

Sajian oral (lisan)

Sedang

Rendah

Sedang

Sedang

Rendah

Sedang

Keterangan Macam Belajar:

1.      Belajar informasi faktual2.      Belajar pengenalan visual3.      Belajar konsep, prinsip, dan aturan4.      Belajar prosedur5.      Belajar menyajikan keterampilan persepsi gerak6.      Belajar mengembangkan sikap, opini, dan motivasi

Sumber: Suparman, 2001

Page 19: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

Terdapat banyak ragam media pengajaran yang dapat

digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran. Namun demikian,

sama halnya dengan metode pengajaran, masing-masing media

pengajaran hanya sesuai digunakan untuk mencapai tujuan belajar

tertentu. Tabel 2 menyajikan kemampuan setiap jenis media

pengajaran dalam mencapai tujuan atau macam belajar.

3.  Hakekat Prestasi belajar

Arti prestasi yaitu suatu hasil yang di capai atau hasil yang

sebenarnya dicapai. Dengan demikian, prestasi belajar peserta

didik adalah hasil konkrit yang telah diperoleh dalam usaha

mencapai kecakapan jaSDniah atau kecakapan rohaniah dengan

jalan menggunakan pengalaman yang diperoleh maupun yang telah

dipelajari sehingga menjadi miliknya. Dalam menjalani proses

belajar, maka peserta didik akan menjadi pandai atau bodoh itu

hanyalah ditentukan  prestasi belajar yang diperoleh.

Untuk dapat mempertahankan atau membina prestasi belajar

yang efisien dan dapat meningkatkan daya pikir peserta didik yang

lebih baik maka ada beberapa pedoman antara lain:

a.    Keteraturan dalam belajar. Pengetahuan cara belajar yang

efisien pada umumnya berupa rumus-rumus untuk belajar harus

diatur dengan waktu secara tepat seperti mengikuti pelajaran,

Page 20: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

membaca buku pelajaran catatan, dan alat-alat perlengkapan

belajar yang harus pula di simpan dan di pelihara secara teratur

sehingga dapat benar-benar dihayati kebiasan belajar.

b.     Pengertian belajar. Melalui disiplin untuk melakukan pedoman

yang baik di dalam usaha belajar, barulah seorang peserta didik

dapat mempunyai cara belajar yang baik. Segala sifat bermalas-

malasan, seperti keinginan untuk mencari mudahnya

keengganan untuk bersusah payah, memutuskan pikiran,

kebiasaan untuk melamun, dan gangguan-gangguan lain dapat

diatasi kalau seorang pelajar itu mempunyai disiplin yang tinggi.

c.     Konsentrasi. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran kepada

suatu hal dengan mengesampingkan hal-hal lainya yang tidak

berhubungan dengan konsentrasi dalam belajar. Konsentrasi

berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran

dengan membuang jauh segala hal yang tidak ada hubungan.

d.    Pemakaian perpustakaan. Selain keteraturan serta disiplin

konsentrasi, masih ada satu hal yang perlu dijadikan pedoman

oleh setiap penyampaian mata pelajaran yaitu belajar dengan

menggunakan perpustakaan. Dengan seringnya membaca di

perpustakaan akan lebih banyak menambah pengalaman

ataupun ilmu-ilmu pengetahuan yang banyak. Ini karena pada

Page 21: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

dasarnya membaca adalah merupakan kunci kesuksesan.

Demikian juga perpustakaan adalah merupakan gudang bacaan

yang dapat membantu sukses para pelajar maupun mahasiswa

yang mau memanfaatkan.

Sebagai seorang pendidik senantiasa ingin mengetahui

sampai di manakah tujuan yang telah ditetapkan telah dapat

dicapai. Oleh karena itu, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa

yang hendak akan dinilai, misalnya keterampilan pengetahuan,

budi pekerti, kecakapan kerja ketelitian, dan lain sebagainya.

Penilaian prestasi belajar dapat ditempuh dengan jalan evaluasi

sebagai berikut:

a.      Evaluasi Formatif

Adalah evaluasi yang dilakspeserta didikan oleh guru untuk

mengetahui kemampuan murid dalam suatu sub bidang

pekerjaan.

b.      Uangan harian, mid semester, dan semester.

c.      Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakspeserta didikan

untuk mengetahui prestasi dalam bidang studi tertentu. Dalam hal

ini biasanya untuk mengetahui prestasi belajar tahap akhir misal

suatu: Ujian Nasional (UN). Hasil-hasil tes ini kemudian dicerminkan

ke dalam nilai rapor semester. Di dalam pelaksanaan penilaian

Page 22: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

untuk dapat mengetahui prestasi belajar peserta didik, maka setiap

akhir bidang studi diadakan evaluasi.

4.            Hakekat Belajar

Istilah belajar sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Belajar

proses yang dialami setiap orang dalam perkembangannya menuju

perubahan pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan. Belajar

dapat berlangsung secara otodidak atau melalui proses pendidikan.

Belajar otodidak adalah proses perubahan pengetahuan, sikap

mental, dan keterampilan yang dicapai seseorang secara alamiah

atau upaya mandiri. Sementara, menurut Undang-undang RI Nomor

20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya

beberapa pengertian belajar menurut para ahli adalah:

a.      Belajar adalah perubahan sistem urat saraf dengan maksud

untuk pembentukan hasil respon terhadap stimulus atau hasil

reaksi terhadap aksi sebagian urat saraf.

Page 23: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

b.      Belajar adalah penambahan pengalaman. Belajar sering

disamakan dengan menghafalkan, karena peserta didik belajar

ternyata dari hal-hal yang telah diajarkan, seorang peserta

didik  menghapal ilmu-ilmunya yang dikumpulkan kepadanya.

c.      Belajar adalah perubahan tingkah laku berkat pengalaman

latihan.

Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan dan

berbeda dari kondisi yang sebelumnya. Bagi peserta didik yang

sudah belajar akan tampak adanya perubahan misalnya dapat

menyesuaikan diri dengan pribadi seseorang, bertingkah laku baik,

dan lain sebagainya. Surahmad mengemukakan bahwa belajar

adalah proses tingkah laku yang terjadi karena reaksi terhadap

situasi yang dialami. Berdasarkan batasan-batasan belajar dapat

dikemukakan bahwa belajar adalah perubahan pribadi seorang

peserta didik berkat pengalaman dan latihan serta bertambahnya

pengetahuan dari luar atau dari orang lain. Oleh kerana itu, belajar

dianggap sangat penting bagi kehidupan, suatu misal, belajar ilmu

alam, ilmu ekonomi, ilmu kimia, ilmu sosial, ilmu agama, ilmu

kependidikan, dan ilmu-ilmu yang lain. Melalui belajar berbagai ilmu

itulah akan dapat dipergunakan sebagai bekal kehidupan di dunia.

Lebih penting lagi, seperti ilmu agama, merupakan ilmu yang

Page 24: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

benar-benar bermanfaat dan menjamin keselamatan di dunia dan

akhirat kelak bagi yang mematuhi dan melaksanakan perintahNya

dan menjauhi laranganNya.

Belajar sebagai proses psikologi yang terjadi pada diri

seseorang dan sukar diketahui dengan pasti. Ada beberapa teori

belajar, yaitu:

a.      Teori belajar menurut ilmu jiwa daya.

Teori ini mengatakan bahwa manusia mempunyai otak dan

berbagai daya. Masing-masing berfungsi dengan baik apabila

dilatih dan makin sering mengadakan latihan atau menghapal

maka akan semakin tajamlah daya ingatan seseorang.

b.      Teori belajar menurut ilmu jiwa assosiasi (The Liang Gie).

Bahwa semua ini terjadi atas penjumlahan-penjumlahan bagian

atau unsur dasarnya. Dalam lapangan pengetahuan aliran ini

ada dua macam teori yang terkenal yaitu teori  connectionisme

(Torndike) dan conditioning (Pavlov). Menurut teori ini belajar

merupakan pembutuhan atau pembentukan atau pengetahuan

hubungan antara stimulasi dan respons. Kedua hal ini terjadi

suatu hubungan erat bila dilatih.

Adanya bermacam-macam teori itu menunjukkan bahwa

proses belajar itu sangat erat dan komplek sekali. Mungkin tidak

Page 25: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

ada teori yang dapat dipertanggungjawabkan atas kebenaran

seluruhnya, tetapi pada umumnya ada perbedaan antara teori ini

dan banyak pula persamaanya. Di antara persamaan tersebut ialah:

a.   Di dalam segala kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor

yang penting.

b.   Tiap-tiap peserta didik belajar selalu ada suatu halangan serta

kesulitan.

c.   Belajar memerlukan kegiatan atau aktivitas pada pihak peserta

didik yang belajar.

d.   Dalam menghadapi beberapa kesulitan sering terdapat adanya

beberapa respon.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam belajar 

adalah:

a. Syarat Belajar

Agar segala usaha dapat berhasil dengan baik termasuk

dalam usaha belajar peserta didik, terdapat beberapa prinsip yang

harus ditaati agar belajarnya dapat berhasil dengan baik. Prinsip-

prinsip itu antara lain:

1)     Pedoman untuk belajar

2)     Cara mengatur waktu belajar

3)     Cara mengikuti pelajaran

Page 26: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

4)     Cara membaca dan memahami buku

5)     Cara membuatkan ringkasan

6)     Cara menghapal pelajaran

b.   Motivasi belajar

Maksud motivasi belajar yaitu uapaya-upaya untuk

menyediakan dan mengadakan kondisi agar peserta didik mau

melakukan apa saja yang dapat dilakukan bila peserta didik itu

suka. Memberi motivasi bukanlah pekerjaan yang mudah.

Kemungkinan memberi motivasi pada seseorang peserta didik yang

pertama berhasil, tetapi yang kedua dan seterusnya belum tentu

berhasil. Oleh karena itu, memberi motivasi kepada peserta didik

itu adalah sukar karena kemauan setiap peserta didik berbeda-

beda. Motivasi berfungsi antara lain sebagai berikut:

1)     Setiap motivasi bertalian erat dengan satu tujuan.

2)     Makin tepat memberi motivasi pada peserta didik semakin

berhasilah pelajaran yang diberikan kepada mereka.

3)     Motivasi sebagai dorongan pada peserta didik untuk

melakukan sesuatu, misalnya peserta didik lebih giat

melakukan latihan sepak bola. Dengan giatnya latihan tersebut

Page 27: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

peserta didik bertujuan untuk memenangkan pertandingan.

Jadi, dapatlah dikemukakan bahwa motivasi sebagai hasrat

atau dorongan atau kehendak atau untuk suatu yang akan

diperbuat guna mencapai tujuan ataupun cita-cita.

c.   Tujuan belajar

            Peserta didik mencari pengetahuan itu sebenarnya tidak

terbatas pada lingkup sekolah saja, tetapi selama manusia masih

hidup dan bergaul dengan keluarga atau dengan masyarakat, tentu

masih memerlukan pengetahuan. Sekolah adalah merupakan

lembaga pendidikan yang menjadi tumpuhan harapan pemuda dan

orang tua untuk menaikan jenjang karir dalam kehidupan

kemasyarakatan.[4][4] Sekolah adalah tempat peserta didik

menerima pendidikan yang dapat mempengaruhi perkembangan

pribadi peserta didik, karena di sekolah merupakan kumpulan

peserta didik yang beraneka ragam tata cara kehidupanya,

pergaulanya, perkembanganya pribadi peserta didik dan lain

sebagainya.

Kita menyadari bahwa pendidikan dalam arti luas adalah

wahana yang paling ampuh dalam membina disiplin masyarakat,

Page 28: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

dalam melaksanakan undang-undang dasar dan ketentuan-

ketentuan yang lain. Ada beberapa macam tujuan pendidikan yang

dapat diuraikan di sini yaitu:

1)     Mengadakan aturan atau menjadikan peserta didik dapat

berdiri sendiri mempersiapkan

2)     mereka untuk mencari kebahagiannya sendiri.

3)     Mengajak peserta didik untuk mempergunakan kepandaianya.

4)     Bahwa yang mudah itu selalu menguasai pusaka yang berupa

pikir dan berbuat dengan kesadaran dan perasaan serta

bertanggung jawab.

5)     Menyesuaikan kelakuan dengan persekutuan.

6)     Membuat kelakuan yang dapat tepat dalam pergaulan hidup.

7)     Memberikan pengetahuan ataau menetapkan apa yang di

katakan dengan kelakuan tepat itu.

8)     Memperbesar persekutuan dengan melalui peserta didik-

peserta didik.

Menurut Gagne dan Berliner, sebagaimana dikutip Dimyati

dan Mdjiono, Dalam belajar terdapat prinsip-prinsip belajar.[5][5]

Prinsip-prinsip belajar tersebut adalah:

1)   Perhatian dan Motivasi. Perhatian memegang peranan

penting dalam belajar. Tanpa perhatian tidak mungkin terjadi

Page 29: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa

apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Selain

perhatian, sebagaimana telah dikemukakan, motivasi juga

memegang peranan penting dalam kelangsungan belajar.

Motivasi dapat menjadi tujuan atau alat dalam pembelajaran.

Sebagai tujuan, guru berharap siswa tertarik dalam kegiatan

intelektual dan estetika sampai kegiatan belajar berakhir.

Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat

menentukan keberhasilan belajar siswa.

2)   Keaktifan. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan

adanya jiwa yang sangat aktif; jiwa mengolah informasi yang

diterima. Dalam proses belajar-mengajar, peserta didik mampu

mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan

menemukan fakta, menganalisis, dan menarik kesimpulan. Ini

menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar peserta didik

menunjukkan keaktifan.

3)   Pengulangan. Sebagai mana telah dikemukakan, dalam

Psikologi Daya, belajar menekankan perlunya pengulangan.

Menurut teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada

pada manusia, yaitu daya mengamati, menanggapi, mengingat,

mengkhayal, merasakan, dan berpikir.

Page 30: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

4)   Keterlibatan Langsung/Berpengalaman. Belajar harus

dilakukan sendiri oleh peserta didik. Belajar adalah mengalami

dan tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.

5)   Tantangan. Teori Medan dari Kurt Lewin mengemukakan

bahwa siswa yang sedang belajar berada dalam suatu medan

atau lapangan psikologis. Pada kondisi tersebut siswa

menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, dan pada saat

tersebut selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan

belajar. Oleh karena itu, timbullah motif untuk mengatasi

hambatan itu dengan mempelajari bahan pelajaran.

6)   Balikan dan Penguatan. Dalam teori Operant Conditioning dari

B.F. Skinner dikemukakan bahwa siswa akan belajar lebih

bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil

belajar yang baik. Hasil yang baik akan menjadi balikan yang

menyenangkan dan berpengaruh positif bagi usaha belajar

selanjutnya. Di samping itu, adanya penguatan baik yang

menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan juga dapat

memperkuat belajar.

7)   Perbedaan Individual. Harus disadari bahwa seorang siswa

merupakan individu yang unik. Artinya, tidak ada dua orang

siswa yang sama persis. Perbedaan itu terdapat pada

Page 31: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan

individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.

Oleh karena itu, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh

guru dalam upaya pembelajaran.

B.  Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dikemukakan,

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut: Metode praktik lapangan tidak efektif digunakan dalam

pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk Hidup pada mata pelajaran

IPA.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.     Tempat, Waktu, dan Desain Penelitian

Penelitian direncanakan berlangsung di tiga tempat, yaitu: (1)

ruang kelas, (2) Hutan Jati, dan (3) Hutan Pinus. Pelaksanaan

penelitian direncanakan berlangsung selama satu bulan, yaitu dari

tanggal 26 Nopember sampai dengan 22 Desember 2007.

Page 32: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

Penelitian ini menggunakan desain Randomized Group Pretest-

Posttest (Treatment by Levels Design). Skema desain ini disajikan

pada Gambar 1.

Pretest Perlakuan PosttestKelompok Perlakuan

TO1 Pembelajaran dengan praktik lapangan

T11

Kelompok Pembanding

TO2 Pembelajaran dengan simulasi di kelas

T12

Keterangan:1. Pembelajaran Kelompok Perlakuan dilakukan pertama kali di dalam kelas

dengan metode ceramah, tanya jawab dan dilanjutkan dengan praktik lapangan di dua tempat, yaitu hutan jati dan hutan pinus.

2. Pembelajaran kelompok pembanding dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan simulasi di kelas.

Gambar 1. Skema Desain Penelitian Efektifitas Metode Praktik Lapangan dalam Pengajaran IPA

B.    Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian untuk mengetahui efektifitas metode

praktik lapangan dalam pengajaran topik klasifikasi makhluk hidup

pada mata pelajaran IPA dilakukan melalui prosedur berikut:

1.    Memilih obyek penelitian, yaitu siswa Kelas V sebanyak dua

kelas, secara acak.

Page 33: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

2.   Mengelompokkan obyek penelitian menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok perlakuan sebanyak satu kelas dan kelompok

pembanding sebanyak satu kelas.

3.     Melakukan pretest terhadap kedua kelompok tentang

keanekaragaman hayati beserta pengklarifikasiannya.

4.     Menghitung nilai rata-rata hasil pretest masing-masing

kelompok, kemudian membandingkannya.

5.    Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perlakuan yang

telah ditetapkan.

6.     Melakukan posttest terhadap kedua kelompok tentang

keanekaragaman hayati beserta klasifikasinya.

7.     Menghitung nilai rata-rata hasil posttest masing-masing

kelompok kemudian membandingkannya.

C.    Metode Analisis Data

Pembuktian hipotesis sebagaimana telah dirumuskan pada

Bab II dilakukan dengan membandingkan mean kedua

kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok

pembanding. Jika mean kelompok perlakuan adalah μ1 dan

mean kelompok pembanding adalah μ2, maka secara hipotesis

dirumuskan ulang sebagai berikut:

Ho        : μ1 < μ2

Page 34: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

(Nilai rata-rata posttest kelompok perlakuan lebih kecil dari kelompok pembanding)

H1        : μ1 > μ2

(Nilai rata-rata posttest kelompok perlakuan sama dengan atau lebih dari kelompok pembanding)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t one-tail.

Langkah-langkah melakukan uji-t ini adalah:

1. Menghitung standar error dari beda kedua data:

SX1 – X2 = ................................................ (1)

Dengan ketentuan:

       SX1 – X2 = Standar error dari beda kedua data

      SS1  = Sumsquare sampel 1 (kelompok perlakuan)

SS1 = …………………………………... (2)

       SS2    = Sumsquare sampel 2 (kelompok

pembanding)

= ………………………(3)

n1     = Jumlah sampel 1

n2      = Jumlah sampel 2

2. Menghitung statistik t dengan rumus:

Page 35: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

  t Hitung = ................................................................

(4)

Dengan ketentuan:

t (thitung) = Nilai statistik t hasil perhitungan

    = Rata-rata hitung (mean) sampel 1 (kelompok

perlakuan)

           = Rata-rata hitung (mean) sampel 2 (kelompok

pembanding)

      SX1 – X2 = Standar error dari beda data kedua sampel

3. Membandingkan thitung dengan ttabel = t ∝ = 0,05; df = n1 + n2 -2

4. Menarik kesimpulan hasil pengujian, yaitu:

a.     Ho diterima dan H1 ditolak jika thitung < ttabel.

b.     Ho ditolak dan H1 di terima jika thitung > ttabel.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Pemilihan Obyek Penelitian dan Penentuan Kelompok

Perlakuan

Dalam prosedur penelitian telah dikemukakan bahwa

kegiatan pertama yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas

Page 36: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

ini adalah memilih dan menentukan obyek penelitian. Obyek

penelitian yang dipilih sebagai sampel adalah siswa Kelas V.

Pengelompokan obyek penelitian, demi kemudahannya, dilakukan

berdasarkan kelas. Kelas V3 dengan jumlah siswa sebanyak 40

orang ditetapkan sebagai kelompok perlakuan; sementara Kelas V

dengan 38 siswa ditetapkan sebagai kelompok pembanding.

Terhadap kedua kelompok ini, selanjutnya, diberikan penjelasan

tentang kegiatan pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk Hidup

sebagai berikut. Pembelajaran topik ini dimulai dengan pre-test

untuk kedua kelompok. Selanjutnya, pelaksanaan pembelajaran,

dan diakhiri dengan ulangan harian yang dalam penelitian ini

disebut post-test.

B. Pelaksanaan Pre-Test

Pelaksanaan pre-test, sebagaimana telah dikemukakan,

dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan dengan jenis soal yang

sama. Soal pre-test ini berbentuk tes terulis pilihan ganda dengan

lima opsi. Jumlah soal sebanyak 20 butir dengan durasi waktu

mengerjakan 45 menit. Bobot tiap butir soal sama, yaitu 5 (lima).

Dengan demikian, nilai maksimum yang didapatkan siswa adalah

100. Hasil pre-test selanjutnya diperiksa dan berdasarkan hasil

pemeriksaan tersebut dilakukan perbandingan: nilai terendah, nilai

Page 37: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

tertinggi, nilai rata-rata, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

(lulus melampaui KKM sebesar 66), dan jumlah siswa yang tidak

berhasil mencapai ketuntasan (tidak dapat melampaui KKM sebesar

66). Lebih jauh, untuk nilai rata-rata selanjutnya dilakukan uji

perbedaan nilai rata-rata untuk mendapatkan kepastian siswa-siswa

dari kedua kelompok tersebut memiliki kompetensi awal yang tidak

berbeda dalam topik Klasifikasi Makhluk Hidup.

C. Pelaksanaan Pembelajaran

Setelah pelaksanaan pre-test, selanjutnya, dilaksanakan

pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk Hidup untuk kedua

kelompok perlakuan. Berbeda dengan pre-test yang menggunakan

jenis dan jumlah soal yang sama, pelaksanaan pembelajaran untuk

kedua kelompok menggunakan metode yang berbeda.

Pembelajaran pada kelompok perlakuan menggunakan metode

praktik lapangan, selain ceramah dan tanya jawab di kelas;

sementara pembelajaran pada kelompok pembanding hanya

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab di kelas. Durasi

waktu pembelajaran untuk kedua kelompok sama, yaitu 4 kali 45

menit. Praktik lapangan untuk kelompok perlakuan dilaksanakan

dua macam ekosistem, yaitu hutan jati dan pinus. Dalam

pembelajaran ini seluruh siswa dari dua kelompok perlakuan

Page 38: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

ternyata dapat menghadirinya. Hal penting yang dapat

dikemukakan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah antusiasme

dan kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada

kelompok perlakuan jauh lebih tinggi dibandingkan pada kelompok

control.

D. Pelaksanaan Post-Test

Sama halnya dengan pre-test, post-test juga dilakukan

terhadap dua kelompok perlakuan dengan jenis dan jumlah soal

yang sama. Soal post-test juga berbentuk tes terulis pilihan ganda

dengan lima opsi. Jumlah soal sebanyak 20 butir dengan durasi

waktu mengerjakan 45 menit. Bobot tiap butir soal sama, yaitu 5

(lima). Dengan demikian, nilai maksimum yang didapatkan siswa

adalah 100. Hasil post-test selanjutnya diperiksa dan berdasarkan

hasil pemeriksaan tersebut dilakukan perbandingan: nilai terendah,

nilai tertinggi, nilai rata-rata, jumlah siswa yang mencapai

ketuntasan (lulus melampaui KKM sebesar 66), dan jumlah siswa

yang tidak berhasil mencapai ketuntasan (tidak dapat melampaui

KKM sebesar 66). Lebih jauh, untuk nilai rata-rata selanjutnya

dilakukan uji hipotesis untuk menarik kesimpulan apakah metode

praktik lapang dapat meningkatkan ketuntasan dalam

pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk Hidup.

Page 39: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

D. Analisis Data

1. Analisis Hasil Pre-Test

Tujuan pelaksanaan pre-test biasanya adalah untuk

mengetahui kompetensi awal yang dimiliki peserta didik berkaitan

dengan topik Klasifikasi Makhluk Hidup. Namun, dalam penelitian

ini, tujuan utama pelaksanaan pre-test adalah untuk mendapatkan

kepastian bahwa siswa-siswa pada kedua kelompok perlakuan

mempunyai kompetensi yang tidak berbeda dalam topik Klasifikasi

Makhluk Hidup. Rangkuman hasil analisis terhadap nilai pre-test

disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Rangkuman Hasil Analisis terhadap Nilai Pre-Test

Ukuran Klp. Perlakuan Klp. Pembanding

  Pre-Test Pre-Test

Jumlah Siswa 40 38

Tuntas (%) 2,50 2,63

Tidak Tuntas (%) 97,50 97,37

Nilai Terendah 25,00 35,00

Nilai Tertinggi 75,00 70,00

Nilai Rata-rata 43,50 47,24

Dalam Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada saat pre-test,

jumlah siswa yang lulus hanya satu orang untuk masing-masing

kelompok, atau sebesar 2,50% untuk kelompok perlakuan dan

Page 40: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

2,63% untuk kelompok pembanding. Nilai terendah kelompok

perlakuan sebesar 25 dan kelompok pembanding sebesar 35. Nilai

tertinggi yang dapat dicapai siswa adalah 75 untuk kelompok

perlakuan dan 70 untuk kelompok pembanding.

Sementara, nilai rata-rata yang didapatkan siswa pada

kelompok perlakuan adalah 43,50 lebih rendah dari nilai rata-rata

yang diperoleh siswa kelompok pembanding, yaitu sebesar 47,24.

Namun demikian, pada perhitungan Uji t (Lampiran 5.5) didapatkan

nilai statistik tHitung = 1,958; sedangkan tTabel, yaitu tdf=76; ∝=0,05 =

2,000. Hal ini berarti bahwa tHitung < tdf=76; ∝=0,05. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa secara statistik kedua nilai rata-rata

tersebut tidak berbeda nyata. Ini berarti bahwa, sebelum

pembelajaran, kompetensi siswa dalam topik Klasifikasi Makhluk

Hidup pada kedua kelompok tidak berbeda secara nyata.

2. Analisis Hasil Post-Test

Sebagaimana telah dikemukakan, setelah pelaksanaan

pembelajaran, terhadap masing-masing kelompok dilakukan

ulangan harian yang sekaligus merupakan post-test dalam

penelitian. Ulangan harian atau post-test mempunyai dua tujuan,

pertama, untuk mengukur kompetensi siswa dalam topik Klasifikasi

Makhluk Hidup setelah mereka menyelesaikan proses

Page 41: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

pembelajaran. Tujuan kedua, khusus untuk mencapai tujuan

penelitian, adalah membandingkan hasil belajar siswa setelah

mengikuti dua proses pembelajaran yang berbeda. Oleh karena itu,

sama halnya dengan pre-test, setelah pelaksanaan post-test

dilakukan analisis terhadap hasil post-test. Perhitungan lengkap

analisis hasil post-test dapat dilihat pada Lampiran 5.4 dan 5.6.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dibuat rangkuman

hasil analisis terhadap nilai post-test sebagaimana dapat dilihat

pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rangkuman Hasil Analisis terhadap Nilai Post-Test

Ukuran 

Klp. PerlakuanPost-Test

Klp. PembandingPost-Test

Jumlah Siswa 40 38

Tuntas (%) 80,00 47,37

Tidak Tuntas (%) 20,00 52,63

Nilai Terendah 55,00 50,00

Nilai Tertinggi 90,00 80,00

Nilai Rata-rata 69,25 63,82

Dalam Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa pada post-test, jumlah

siswa yang tuntas dalam pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk

Hidup sebanyak 80,00% pada kelompok perlakuan lebih tinggi dari

ketuntasan kelompok pembanding yang hanya sebesar 47,37%. Ini

menunjukkan bahwa metode praktik lapangan untuk pembelajaran

Page 42: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

topik Klasifikasi Makhluk Hidup dapat meningkatkan ketuntasan

belajar siswa. Nilai terendah yang diperoleh siswa kelompok

perlakuan sebesar 55 juga lebih tinggi dari nilai terendah yang

didapatkan siswa kelompok pembanding, yaitu sebesar 50.

Demikian halnya, nilai tertinggi yang didapatkan oleh siswa pada

kelompok perlakuan sebesar 90 juga lebih tinggi dibandingkan

dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada kelompok

pembanding, yaitu 80.

Selanjutnya, nilai rata-rata yang didapatkan siswa pada

kelompok perlakuan adalah 69,25 lebih tinggi dari nilai rata-rata

yang diperoleh siswa kelompok pembanding, yaitu sebesar 63,82.

Lebih jauh, pada perhitungan Uji t (Lampiran 5.6) didapatkan nilai

statistik tHitung = 13,628; sedangkan tTabel, yaitu tdf=76; ∝=0,05 = 2,000.

Hal ini berarti bahwa tHitung > tdf=76; ∝=0,05. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa secara statistik kedua nilai rata-rata tersebut

adalah berbeda nyata. Ini berarti bahwa, pada post-test, nilai rata-

rata yang didapatkan siswa pada kelompok perlakuan secara nyata

lebih tinggi dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kelompok

pembanding. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa selain

dapat meningkatkan ketuntasan belajar, metode praktik lapangan

pada topik Klasifikasi Makhluk Hidup juga menghasilkan nilai rata-

Page 43: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

rata hasil belajar siswa yang secara nyata lebih tinggi dari nilai rata-

rata hasil belajar siswa yang dalam proses pembelajarannya hanya

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab di dalam kelas.

E. Perbandingan Hasil Pre Test dan Post Test

Demi melengkapi pembahasan, selain perbandingan hasil

post-test pada kedua kelompok perlakuan, juga dilakukan

perbandingan hasil pre-test dan post-test pada masing-masing

kelompok siswa. Perhitungan lengkap analisis perbandingan hasil

kedua tes untuk setiap kelompok dapat dilihat pada Lampiran 5.3

dan 5.4 serta Lampiran 5.7 dan 5.8. Rangkuman hasil perhitungan

tersebut disajikan pada Tabel 5.3 dan 5.4.

Tabel 5.3. Rangkuman Hasil Analisis terhadap Nilai Pre-Test dan Post-Test

Kelompok Pembanding

Ukuran Pre-Test Post-Test

Jumlah Siswa 38 38

Tuntas (%) 2,63 47,37

Tidak Tuntas (%) 97,37 52,63

Nilai Terendah 35,00 50,00

Nilai Tertinggi 70,00 80,00

Nilai Rata-rata 47,24 63,82

Setelah mengikuti pembelajaran, ketuntasan siswa pada

kedua kelompok dalam topik Klasifikasi Makhluk Hidup mengalami

Page 44: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

peningkatan. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.3, ketuntasan

siswa pada kelompok pembanding naik dari 2,63% pada saat pre-

test menjadi 47,37% pada saat post-test. Kenaikan ketuntasan

belajar ini, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.4, ternyata lebih

tinggi terjadi pada siswa yang berada dalam kelompok perlakuan,

yaitu dari 2,50% pada saat pre-test menjadi 80% pada saat post-

test.

Tabel 5.4. Rangkuman Hasil Analisis terhadap Nilai Pre-Test dan Post-Test

Kelompok Perlakuan

Ukuran Pre-Test Post-Test

Jumlah Siswa 40 40

Tuntas (%) 2,50 80,00

Tidak Tuntas (%) 97,50 20,00

Nilai Terendah 25,00 55,00

Nilai Tertinggi 75,00 90,00

Nilai Rata-rata 43,50 69,25

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa setelah pembelajaran

juga mengalami kenaikan. Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai

rata-rata yang diperoleh siswa pada kelompok pembanding

meningkat dari 47,24 pada saat pre-test menjadi 63,82 pada saat

post-test. Kenaikan lebih tinggi pada nilai rata-rata juga didapatkan

siswa pada kelompok perlakuan. Nilai rata-rata siswa pada

Page 45: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

kelompok perlakuan adalah 43,50 pada saat pre-test naik menjadi

69,25 pada saat post-test. Berdasarkan uji statistik, perbedaan nilai

rata-rata pre-test dan post-test yang terjadi pada kedua kelompok

siswa adalah nyata atau signifikan. Hal ini berarti bahwa

pembelajaran pada kedua kelompok siswa dapat meningkatkan

ketuntasan dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Lebih jauh

dapat dikemukakan bahwa peningkatan ketuntasan dan nilai rata-

rata hasil pembelajaran dengan metode praktik lapangan lebih

tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran hanya dengan

metode ceramah dan tanya jawab di kelas.

Page 46: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan pada pelaksanaan pembelajaran dan

analisis terhadap kompetensi siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran topik Klasifikasi Makhluk Hidup dapat dikemukakan

beberapa kesimpulan:

1. Kompetensi siswa dalam topik Klasifikasi Makhluk Hidup sebelum

pembelajaran tidak berbeda secara nyata.

2. Antusiasme dan kesungguhan siswa dalam mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan metode praktik lapangan

yang dikombinasikan dengan ceramah dan tanya jawab lebih

tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

hanya dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab

di kelas.

3. Ketuntasan belajar dan nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode praktik

lapangan yang dikombinasikan dengan ceramah dan tanya

jawab, secara nyata, lebih tinggi dibandingkan dengan siswa

Page 47: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

yang mengikuti pembelajaran hanya dengan menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab di kelas.

4. Peningkatan hasil belajar siswa, yaitu ketuntasan belajar dan

nilai rata-rata, pada kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan metode praktik lapangan

yang dikombinasikan dengan ceramah dan tanya jawab lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran hanya dengan menggunakan metode ceramah

dan tanya jawab di kelas

Page 48: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Muchtar Buchori. Teknik-teknik Evaluasi Dalam Pendidikan. Bandung: Jemmars, 1990

Nasution. Didaktik Azas-azas Mengajar. Bandung: Jemmars, 1990

Nazir, Mohammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Jakarta. 1988.

Purbokawotjo, R. Suganda, A. Gazoli, dan D.H. Dequitjo. Pengantar Paedagogik.. Jakarta: Penerbit Geneca, 1990.

Rohani H.M., Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.

Sudjana. Metode Statistik.  Bandung: Penerbit Tarsito 1986.

_______.  Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Penerbit Tarsito, 1997.

Suparman, M. Atwi. Desain Instruksional: Pekerti Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2001.

Surahmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. 1990

The Liang Gie. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Penerbit Universitas Gajah Mada,

 

Page 49: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

[1][1] Ahmad Rohani H.M., Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2004), p. 65.

[2][2] M. Atwi  Suparman, Desain Instruksional: Pekerti Mengajar di

Perguruan Tinggi (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), p. 87.

[3][3] Ibid., p. 89.

[4][4] R. Suganda Purbokawotjo, A. Gazoli, dan D.H. Dequitjo,

Pengantar Paedagogik (Jakarta: Penerbit Geneca, 1990), p. 10.

[5][5] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2002), p. 26.

Page 50: Laporan Penelitian Eksperimen Ipa Sd

Lampiran 5.9.    Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. KegiatanPelaksanaan, Minggu Ke-1 2 3 4

1.Mengurus izin penggunaan tempat penelitian.

       

2.

Memilih sampel untuk obyek penelitian dan membentuk kelompok perlakuan.

       

3.Melaksanakan pretest untuk kelompok pembanding dan perlakuan.

       

4.Menghitung nilai hasil pretest.

       

5.Melaksanakan pembelajaran sesuai perlakuan.

       

6.Melakukan postest untuk masing-masing kelompok perlakuan.

       

7.Menganalisis nilai hasil postest.

       

8.Menyusun laporan penelitian.