LAPORAN PENELITIAN Efektivitas Vitamin C Pada Daun Kelor ...
Transcript of LAPORAN PENELITIAN Efektivitas Vitamin C Pada Daun Kelor ...
LAPORAN PENELITIAN
“Efektivitas Vitamin C Pada Daun Kelor Terhadap Bilangan Peroksida Dari
Minyak Jelantah”
Oleh:
Nastiti Kartikorini, S.T., M.Kes.
0731106602
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2018
ii
LAPORAN PENELITIAN
“Efektivitas Vitamin C Pada Daun Kelor Terhadap Bilangan Peroksida Dari
Minyak Jelantah”
Oleh:
Nastiti Kartikorini, S.T., M.Kes.
0731106602
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2018
iii
iv
DAFTAR ISI
COVER . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
LEMBAR PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BAB I
PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
BAB III
TUJUAN PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
MANFAAT PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
BAB IV
METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
BAB V
HASIL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
LUARAN YANG DICAPAI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA . . . . . . . . . . . . . . . . 34
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
LAMPIRAN
1. Lampiran Keuangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
2. Lampiran Jadwal Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
v
Efektivitas Vitamin C Pada Daun Kelor Terhadap Bilangan Peroksida Dari
Minyak Jelantah
Nastiti Kartikorini .ST,MKes.
ABSTRAK
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang sudah digunakan beberapa
kali pemakaian. Minyak jelantah mengalami reaksi oksidasi sehingga
menghasilkan senyawa peroksida yang tinggi. Senyawa fenolik adalah
antioksidan primer yang terkandung pada daun kelor yang memperlambat
terjadinya oksidasi pada minyak jelantah sehingga minyak goreng dapat disimpan
lebih lama.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat pemberian
serbuk daun kelor terhadap bilangan peoksida pada minyak jelantah. Jenis
penelitian ini adalah eksperimental yaitu untuk mengetahui apakah ada daya
hambat pemberian serbuk daun kelor terhadap bilangan peroksida pada minyak
jelantah. Sampel pada penelitian ini adalah 5 sampel dari 6 pedagang gorengan,
dan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali sehingga didapatkan jumlah sampel
keseluruhan sebanyak 25 sampel. Kadar bilangan peroksida dapat turun
disebabkan oleh kandungan antioksidan yang terdapat pada daun kelor.
Antioksidan yang terdapat pada daun kelor yaitu komponen fenolik.Komponen
fenolik dapat menghambat radikal bebas dan menghambat bilangan peroksida
menjadi turun. Kelor cocok untuk daerah-daerah di mana angin kencang dan
panjang, kekeringan terjadi secara bersamaan, dan menyebabkan erosi tanah yang
serius. Kandungan nutrisi dalam daunnya yang gugur, dapat menyuburkan dan
memperbaiki kualitas tanah yang marjinal (Dudi,2015). Oleh karena itu daun
kelor selain memiliki antioksidan yang tinggi juga mudah didapatkan di wilayah
Surabaya.
Dari hasil pemeriksaan kadar bilangan peroksida diketahui rata – rata
kadar bilangan peroksida pada minyak goreng jelantah tanpa penambahan daun
kelor sebesar 23,9957 mEq dan dengan penambahan daun kelor dengan variasi
lama perendaman (hari) yang berbeda yaitu 1 hari (14,3182 mEq), 2 hari (10,7987
mEq), 3 hari (6,1593 mEq), 4 hari (3,0397 mEq). Analisa secara statistik dengan
uji Anova menunjukkan adanya daya hambat penambahan serbuk daun kelor
terhadap penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah dengan nilai p(sig)=
0,000 dimana lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil uji tukey HSD menunjukan
perendaman serbuk daun kelor selama 4 hari paling efektif untuk menurunkan
kadar peroksida pada minyak jelantah dengan pemberian 5gr serbuk daun kelor
dengan 100ml minyak jelantah.
Kata Kunci :Kadar Bilangan Peroksida, Daun Kelor, Minyak Jelantah
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Vitamin merupakan suatu senyawa organik kompleks yang dibutuhkan
tubuh dalam jumlah yang sedikit. Meskipun kebutuhan akan vitamin sangat kecil,
tetapi vitamin sangat penting untuk proses pertumbuhan, mempertahankan
kesehatan, dan proses metabolisme normal tubuh. Di dalam makanan, vitamin
hanya terdapat dalam jumlah sedikit (Aulina, 2001).
Vitamin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : yang larut dalam lemak
(vitamin A, D, E, dan K) dan yang larut dalam air (kelompok vitamin – vitamin
C) (Isnaini, 2000).
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang penting bagi tubuh. Vitamin ini
mudah larut dalam air dan mudah rusak apabila dibiarkan lama terbuka di udara
(oksidasi). Vitamin C cukup stabil dalam larutan asam dan dengan adanya cahaya
akan mengalami kerusakan (Atmatsier, 2009).
Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayur dan buah – buahan,
salah satunya adalah daun kelor (Fuglie, 2001).
Pohon kelor sudah dikenal luas di Indonesia, khususnya di daerah
pedesaan, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal dalam kehidupan di
Indonesia, pohon kelor banyak ditanam sebagai pagar hidup, ditanam di sepanjang
ladang atau tepi sawah, berfungsi sebagai tanaman penghijau. Selain itu tanaman
kelor juga dikenal sebagai tanaman obat berkasiat dengan memanfaatkan seluruh
bagian dari tanaman kelor mulai dari daun, kulit batang, biji, hingga akarnya
(Nelly, 2007).
2
Daun kelor dikonsumsi sebagai sayuran dan teh dengan rasa yang khas,
yang memiliki rasa langu dan juga digunakan untuk pakan ternak karena dapat
meningkatkan perkembangbiakan ternak khususnya unggas. Selain dikomsumsi
daun kelor juga di jadikan obat-obatan dan penjernih air (Anonim, 2004).
Potensi yang terkandung dalam daun kelor diantaranya tinggi kandungan
protein, vitamin C, mineral terutama zat besi dan kalsium (Fuglie, 2001), di
Afrika dan Asia daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen yang kaya zat
gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa pertumbuhan. Produk-poduk yang
berasal dari daun kelor yang kini sudah beredar dipasaran diantaranya; teh
moringa, minyak , sayuran, dan minuman suplemen moringa (Anonim, 2007).
Daun kelor yang mempunyai potensi zat gizi seharusnya dimanfaatkan
menjadi minuman teh. Merupakan minuman ringan bentuk teh, umumnya
minuman teh diharapkan menjadi alternativ minuman sari buah. Keunggulan lain
dari minuman teh adalah adanya kandungan vitamin dan serat alami yang berguna
bagi metabolisme tubuh (Paranjaya, 2007).
Komsumsi daun kelor merupakan salah satu alternatif untuk
menanggulangi kasus kekurangan gizi di Indonesia. Kandungan gizi tersebut
diatas akan mengalami peningkatan kuantitas apa bila daun kelor dikomsumsi
setelah dikeringkan dan di jadikan teh daun kelor (Juni M.S dkk. 2008). Minuman
teh digunakan untuk meningkatkan nilai tambah daun kelor karena minuman yang
digemari masyarakat, mudah dibawa atau dikirim dan juga pembuatan yang
murah, baik diproduksi pada skala kecil maupun industri.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Minyak Goreng
2.1.1. Definisi Minyak goreng
Minyak merupakan sumber energi bagi manusia (9kal/g), wahana bagi
vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, dan K, meningkatkan citarasa dan
kelezatan makanan. Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan
dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng merupakan salah satu
dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat.
Konsumsi minyak goreng biasanya digunakan sebagai media menggoreng bahan
pangan, penambah cita rasa, ataupun shortening yang membentuk tekstur pada
pembuatan roti. Minyak goreng yang baik mempunyai sifat tahan panas, stabil
pada cahaya matahari, tidak merusak flavour hasil gorengan, menghasilkan
produk dengan tekstur dan rasa yang bagus, serta menghasilkan warna keemasan
pada produk (Aisyah,2010)
Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi
ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang
dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas
untuk membedakan minyak dan lemak ini. Dalam proses pembentukanya,
trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga
molekul asam-asam lemak (umumnya ketiga asam lemak berbeda-beda) yang
membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air (Anwar,2012).
4
2.1.2 Macam-Macam Minyak Goreng
Secara umum, dipasaran ditawarkan dua macam minyak goreng yaitu
minyak goreng yang berasal dari tumbuhan (minyak nabati), dan minyak goreng
yang berasal dari hewan yang terkenal tallow (minyak atau lemak berasal dari
sapi) dan lard (minyak atau lemak berasal dari babi). Minyak goreng nabati
contohnya minyak sawit, minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedelai, minyak
zaitun dll (Feri,2010)
2.1.2.1Sifat Fisik Minyak Goreng :
1. Minyak tidak mengering (non drying oil).
a. Tipe minyak zaitun, yaitu minyak zaitun, minyak buah persik, dan
minyak kacang.
b. Tipe minyak rape, yaitu minyak biji rape, dan minyak biji mustard.
c. Tipe minyak hewani, yaitu minyak babi, minyak ikan paus, salmon,
sarden, menhaden jap, herring, shark, dog fish, ikan lumba-lumba,
dan minyak purpoise.
2. Minyak nabati setengah mengering, misalnya minyak biji kapas,
minyak biji bunga matahari, gandum, croton, jagung, dan urgen.
3. Minyak nabati mengering, misalnya minyak kacang kedelai, biji karet,
safflower, argemone, hemp, walnut, biji karet, perilla, tung, linseed dan
candle nut.
5
2.1.2.2 Sifat Kimia Minyak Goreng
1. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak
bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan
kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air
dalam minyak tersebut.
2. Oksidasi
Faktor kedua sebagai parameter kualitas minyak adalah tingkat
oksidasi.Oksidasi terjadi karena terjadi kontak antara minyak dengan
oksigen.Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa
tengik yang disebut proses ketengikan (rancidity). Hal ini disebabkan
oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak karena
adanya ikatan rangkap dalam asam lemak tak jenuh.Otooksidasi
dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan
oleh faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas,
peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu,
Fe, Co dan Mn.
3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menumbuhkan ikatan rangkap dari
rantai karbon asam lemak pada minyak
4. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari
trigliserida dalam bentuk ester. Dengan menggunakan prinsip reaksi
ini hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak yang menyebabkan
bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yan bersifat tidak
menguap.
6
5. Pirolisis
Faktor ketiga yaitu pirolisis. Proses pemanasan minyak dalam suhu
tinggi akan menyebabkan minyak mengalami pirolisis yaitu reaksi
dekomposisi karena panas. Pirolisis menyebabkan terbentuknya
akrolein yaitu senyawa sejenis aldehid yang bersifat racun dan dapat
menyebakan iritasi tenggorokan dengan khas bau lemak terbakar
(Yusminah, 2013).
2.1.2.3 Sumber Minyak Goreng :
a. Minyak yang berasal dari hewan (minyak hewani) dan
b. Minyak yang berasal dari tumbuhan (minyak nabati), misalnya:
1. Biji-bijian palawija, yaitu minyak jagung, biji kapas, kacang, rape
seed, wijen, kedelai, dan bunga matahari.
2. Kulit buah tanaman tahunan, yaitu minyak zaitun dan kelapa
sawit.
3. Biji-bijian dari tanaman tahunan, yaitu kelapa, cokelat, inti sawit,
cohume.
Pada umumnya minyak lebih banyak terkandung dalam tumbuhan,
sedangkan hewan mengandung lemak dalam jumlah yang lebih banyak.Minyak
yang diperoleh dari berbagai sumber memiliki sifat fisika dan sifat kimia yang
berbeda.Sifat-sifat minyak antara lain yaitu,tidak larut dalam air karena adanya
asam lemak yang berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus polar,
viskositas bertambah dengan bertambahnya rantai karbon, titik cair minyak
ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu rantai hidrokarbon, yaitu
makin pendek rantai asam lemak penyusunnya, makin rendah titik cair suatu
minyak (Kusnandar,2010)
7
2.1.2.4 Pengujian Kulitas Minyak
Jenis minyak dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya
berdasarkan sifat-sifatnya meliputi uji penyabunan, uji ketidakjenuhan, uji
kelarutan, uji titik cair, indeks bias, BJ, dan lain-lain.Sedangkan penentuan
kualitas minyak antara lain angka asam, angka asam lemak bebas, bilangan
peroksida, TBA , dan kadar air.Angka peroksioda adalah suatu nilai terpenting
yang terdapat didalam minyak sebagai salah satu indikator untuk mengetahui
derajat ketengikan minyak goreng, yang di nyatakan sebagai miliequivalen
peroksida per kg minyak.Dimana senyawa peroksida terbentuk dari asam lemak
tidak jenuh yang berikatan dengan oksigen pada ikatan rangkapnya (Gunaryo,
2012).
a. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida merupakan ukuran banyaknya senyawa peroksida
dalam minyak atau lemak. Senyawa peroksida sendiri tidak berbau, dan terbentuk
karena proses oksidasi dan hidrolitik baik enzimatik atau non enzimatik dari asam
lemak tidak jenuh yang berikatan dengan oksigen pada ikatan rangkapnya yang
kemudian segera terurai menjadi senyawa alhehida dan keton dengan adanya
peningkatan suhu (Putra,2012).
Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat
kerusakan pada minyak atau lemak maka dengan mengetahui angka peroksidanya
sehingga dapat di ketahui ketahanan minyak atau lemak terhadap proses oksidasi.
Apabila kerusakan minyak dalam bentuk peningkatan nilai peroksida belum
menunjukan bau tengik, tetapi setelah peroksida berubah menjadi aldehid dan
keton barulah timbul bau tengik. Hubungan antara angka peroksida dan
ketengikan karena minyak yang angka peroksidanya tinggi berarti telah tengik dan
minyak yang angka peroksidanya rendah berarti minyak berada saat mulai tengik
(Rohman,2013).
Bilangan peroksida di tentukan berdasarkan jumlah iodine yang
terbentukdi tentukan dengan titrasi memakai thiosulfat. Bilangan peroksida
dinyatakan sebagai miliequivalen peroksida tiap 1000 g (1 kg) minyak atau
lemak.(Kusnandar, 2010).
2.1.3 Standart Mutu Minyak Goreng
Standar mutu minyak goreng telah dirumuskan dan ditetapkan oleh Badan
Standarisasi Nasional (BSN) yaitu SNI 01-3741-2013 & AOCAC Internasional
menetapkan bahwa standar mutu minyak goreng seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Syarat Nasional Indonesia (SNI) 01-3741-2013
No Kriteria uji Persyaratan uji
8
1. Bau Normal
2. Rasa Normal
3. Warna Muda, jernih
4. Citra rasa Hambar
5. Kadar air Max 0,15 % (b/b)
6. Berat jenis 0,900 g/L
7. Asam lemak bebas Max 0,6 mg KOH/g
8. Bilangan peroksida 10 meq O2/Kg
9. Bilangan iodium 45-46
10. Bilangan penyabunan 196-206
11. Titik asap Minimal 200 oC
12. Indeks bias 1,448-1,450
13. Cemaran logam:
a. Besi
b. Timbal
c. Tembaga
d. Seng
e. Raksa
f. Timah
g. Arsen
h. Kadmium
Max 1,5 mg/Kg
Max 0,1 mg/Kg
Max 40 mg/Kg
Max 0,05 mg/Kg
Max 0,1 mg/Kg
Max 0,1 mg/Kg
Max 0,1 mg/Kg
Max 0,2 mg/Kg
Sumber : Departemen Perindustrian (SNI 3741-2013)
2.1.4Kerusakan Minyak Goreng
Kerusakan utama minyak adalah timbulnya bau dan rasa tengik,
9
sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA),
bilangan iodium, angka peroksida, TBA, angka karbonil, timbulnya kekentalan
minyak, terbentuknya busa dan adanya kotoran dari bumbu bahan yang digoreng.
Semakin sering digunakan tingkat kerusakan minyak akan semakin
tinggi.Penggunaan minyak berkali-kali akan mengakibatkan minyak menjadi
cepat berasap atau berbusa dan meningkatkan warna coklat atau flavor yang tidak
disukai pada bahan makanan yang digoreng. Minyak goreng yang digunakan
berulang kali memiliki angka peroksida yang sangat tinggi sehingga terjadi
perubahan mutu pada bilangan peroksida. (Ibnu, 2015).
2.1.4.1 Faktor Penyebab Kerusakan Minyak Goreng
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan kerusakan minyak (Chairunisa,2013)
a. Lamanya kontak dengan panas
Berdasarkan penelitian terhadap minyak jagung, pada pemanasan 10-12 jam
pertama, bilangan iod berkurang dengan kecepatan konstan, sedangkan jumlah
oksigen dalam lemak bertambah dan selanjutnya menurun setelah pemanasan 4
jam kedua berikutnya. Kandungan persenyawaan karbonil bertambah dalam
minyak selama proses pemanasan, kemudian berkurang sesuai dengan
berkurangnya jumlah oksigen.
b. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kerusakan minyak telah diselidiki dengan
menggunakan minyak jagung yang dipanaskan selama 24 jam pada suhu 1200,
1600 dan 2000C. Minyak dialiri udara pada 150ml/menit/kilo.Minyak yang
10
dipanaskan pada suhu 1600 dan 2000C menghasilkan bilangan peroksida lebih
rendah dibandingkan dengan pemanasan pada suhu 1200C.Hal ini merupakan
indikasi bahwa persenyawan peroksida bersifat tidak stabil terhadap
panas.Kenaikan nilai kekentalan dan indek bias paling besar pada suhu 2000C,
karena pada suhu tersebut jumlah senyawa polimer yang terbentuk relatif
cukup besar.
c. Akselerator Oksidasi
Kecepatan aerasi juga memegang peranan penting dalam menentukan
perubahan-perubahan selama oksidasi thermal.Nilai 10 kekentalan naik secara
proporsional dengan kecepatan aerasi, sedangkanbilangan iod semakin
menurun dengan bertambahnya kecepatan aerasi.Konsentrasi persenyawaan
karbonil akan bertambah dengan penurunan kecepatan aerasi. Senyawa
karbonil dalam lemak-lemak yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai
pro-oksidan atau sebagai akselerator pada proses oksidasi.
2.1.4.2 Pencegahan Kerusakan Minyak
Menurut Winarno (2002), Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh
adanya prooksidan dan antioksidan. Prooksidan akan mempercepat terjadinya
oksidasi, sedangkan antioksidan akan menghambatnya. Fungsi utama antioksidan
yaitu dapat digunakan sebagi upaya untuk memperkecil tejadinya proses oksidasi
dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan,
memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan
stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan serta mencegah hilangnya
kualitas sensori dan nutrisi (Anwar,2012).
11
Penyimpanan minyak yang baik adalah dalam tempat tertutup yang gelap
dan dingin.Wadah lebih baik terbuat dari aluminium atau stainless steel, lemak
harus dihindarkan dari logam besi atau logam.Antioksidan terbagi menjadi tiga
macam berdasarkan mekanisme reaksinya, yaitu antioksidan primer,antioksidan
sekunder :
1. Antioksidan Primer:
Antioksidan primer adalah suatu zat atau senyawa yang dapat
menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas yang melepaskan
hidrogen.Zat-zat yang termasuk golongan ini dapat berasal dari alam disebut
antioksidan alami (Antioksidan hasil ekstraksi bahan alam). Antioksidan ini
mmpunyai banyak ikatan rangkap yang mudah dioksidasi sehingga akan
melindungi lemak dari oksidasi. Dan ada pula antioksidan buatan biasa
disebut antioksidan sintetik yang biasanya sering ditambahkan dalam minyak
atau bahan pangan untuk mencegah ketengikan. Proses reaksi antioksidan
primer terjadi pemutusan rantai radikal bebas yang sangat reaktif dan diubah
menjadi senyawa yang stabil atau tidak reaktif. Antioksidan ini dapat
berperan sebagai donor hidrogen atau CB-D (Chain breaking donor) dan
dapat berperan sebagai akseptor elektron atau CB-A (Chain breaking
acceptor).Senyawa flavonoid dengan sedikitnya dua gugus hidroksil pada
posisi orto dan para adalah antioksidan yang baik.
2. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder disebut juga dengan antioksidan eksogeneus atau
non enzimatis. Antioksidan ini menghambat pembentukan senyawa oksigen
reaktif dengan cara menjadikannya kelat metal, atau dirusak
pembentukannya. Prinsip kerja sistem antioksidan non enzimatis yaitu
dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau
12
dengan menangkap radikal tersebut sehingga radikal bebas tidak akan
bereaksi dengan komponen seluler. Antioksidan sekunder dintaranya adalah
vitamin E, vitamin C, beta karoten, flavonoid, asam lipoat, asam urat,
bilirubin, melatonin dan sebagainya (Triyem, 2010).
Gambar 2.1 Minyak goreng Jelantah Gambar 2.2 Minyak goreng segar
(sumber: Dokumentasi Pribadi)
2.2 Tinjauan Tentang Minyak Jelantah
2.2.1 Definisi Minyak Jelantah
Minyak jelantah merupakan sisa minyak goreng dari proses penggorengan
makanan. Sumber minyak jelantah berasal dari konsumen minyak goreng yaitu
rumah tangga, industry kecil, restoran, dan industri makanan. Kerusakan utama
pada minyak adalah timbulnya bau dan rasa tengik, sedangkan kerusakan lain
meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas/free fatty acid (FFA), angka
peroksida, angka karbonil, timbulnya kekentalan minyak, terbentuknya busa dan
adanya kotoran dari bumbu bahan penggoreng. Semakin sering digunakan
tingkat kerusakan minyak akan semakin tinggi. Penggunaan minyak berkali-kali
akan meningkatkan perubahan warna menjadi coklat sampai kehitam-hitaman
pada minyak tersebut (Chairinniza K, 2010).
Ketika minyak digunakan untuk menggoreng terjadi peristiwa oksidasi dan
hidrolisis yang memecah molekul minyak menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliserol. Proses ini bertambah besar dengan pemanasan yang tinggi dan waktu
yang lama selama penggorengan makanan. Dalam bahan pangan, asam lemak
dengan kadar 0,2 persen dari beratlemak akan mengakibatkan flavor yang tidak
diinginkan dan kadang-kadang dapatmeracuni tubuh. Minyak dengan kadar
asam lemak bebas yang lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa membentuk
filem pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun intensitasnya tidak
bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas. Asam lemak bebas
walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat,
13
menyebabkan karat dan warna gelap jika dipanaskan dalam wajan besi (Arpi,
2014).
2.2.2 Komposisi Minyak Jelantah
Minyak goreng bekas adalah minyak makan nabati yang telah digunakan
untuk menggoreng dan biasanya dibuang setelah warna minyak berubah menjadi
coklat tua. Proses pemanasan selama minyak digunakan merubah sifat fisika-
kimia minyak. Pemanasan dapat mempercepat hidrolisis trigliserida dan
meningkatkan kandungan asam lemak bebas (FFA) di dalam minyak. Dimana
ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh rusak, sehingga yang tersisa hanya
asam lemak jenuh (Ayu Citra,2012).
Kandungan FFA dan air di dalam minyak bekas berdampak negatif
terhadap reaksi transesterifikasi, karena metil ester dan gliserol menjadi susah
untuk dipisahkan. Minyak goreng bekas lebih kental dibandingkan dengan minyak
segar disebabkan oleh pembentukan dimer dan polimer asam dan gliserid di
dalam minyak goreng bekas karena pemanasan sewaktu digunakan. Berat molekul
dan angka iodin menurun sementara berat jenis dan angka penyabunan semakin
tinggi. Tabel 2.2 menunjukkan bahwa kandungan hampir semua asam yang ada di
dalam minyak goreng bekas lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam minyak
goreng segar (Rohman, 2013).
Tabel 2.2 Kandungan Minyak Goreng Bekas Pakai
Asam Lemak Minyak Bunga
Matahari
Minyak
Kedelai
Minyak
Bekas
Lauric (12:0) - - 9,95
Myristic (14:0) 0,06 0,07 0,19
14
Palmitic (16:0) 5,68 10,87 8,9
Palmitoleic
(16:0)
0,14 0,10 0,22
Searic (18:0) 3,61 3,66 3,85
Oleic (18:0) 34,27 23,59 30,71
Linoleic (18:3) 54,79 53,86 54,35
Linonelic
(18:3)
0,07 6,49 0,27
Arachidic
(20:0)
0,25 0,37 0,29
Gidoleic (20:1) 0,13 0,22 0,18
Bahenic (22:0) 0,69 0,45 0,61
Tabel 2.3 Mutu Minyak Jelantah
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Mutu I Mutu II
1 Keadan
15
1.1 Bau Normal Normal
1.2 Rasa Normal Normal
1.3 Warna Putih, Kuning Pucat
Sampai Kuning
2 Kadar air % b/b Mak 0,1 Maks 2
3 Bilangan Asam MgKOH/g Maks 0,6 Maks 2
4 Asam Linoleat
(C18:3) dalam
komposisi
asam lemak
minyak
% Maks 2 Maks 2
5 Cemaran Logam
5.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,1 Maks 0,1
5.2 Timah (Sn) mg/kg Maks
40,0/250*
Maks
40,0/250*
5.3 Raksa (Hg) mg/kg Maks
0,05
Maks
0,05
6 Cemaran Arsen
(As)
mg/kg Maks 0,1 Maks 0,1
7 Minysk
pelikan**
Negatif Negatif
*) Dalam Kemasan Kaleng
**) Minyak Pelikan adalah Minyak Mineral dan Tidak Bisa Disabunkan
16
Sumber : SNI 01-3741-2002
Bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung
senyawa-senyawa bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses
penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan
dapat merusak kesehatan manusia karena mengandung senyawa-senyawa
karsinogen dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi
berikutnya.Penggunaan minyak jelantah yang sudah berulang kali mengandung
zat radikal bebas yang bersifat karsinogenik seperti peroksida dan asam lemak
bebas (Siti,2010).
2.2.3 Efek Pemakaian Minyak Jelantah
Pemakaian minyak yang berulang-ulang menyebabkan perubahan pada
minyak karena teroksidasi, minyak menjadi kotor dan berwarna coklat, semakin
sering minyak goreng di gunakan tingkat kerusakan minyak akan semakin tinggi.
Selama penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan pada suhu
tinggi ± 170-180ºC dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya proses oksidasi, hidrolisis, dan polimerasasi yang menghasilkan
senyawa-senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang
merugikan kesehatan manusia (Chairunisa, 2013).
2.3 Tinjauan Tentang Daun Kelor
2.3.1 Sejarah Daun Kelor
Moringa oleifera Lam (sinonim: Moringa pterygosperma Gaertner) yang
kita kenal dengan nama Kelor adalah species yang paling terkenal dari tiga belas
spesies genus Moringacae. Diduga memiliki asal-usul di Agra dan Oudh, terletak
di barat laut India, wilayah pegunungan Himalaya bagian selatan.Nama "Shigon"
untuk Kelor telah disebutkan dalam kitab "Shushruta Sanhita" yang ditulis pada
awal abad pertama Masehi.Ada bukti bahwa Kelor ini telah dibudidayakan di
India sejak ribuan tahun yang lalu. Masyarakat kuno India tahu bahwa biji-bijian
mengandung minyak nabati dan mereka menggunakannya untuk tujuan
pengobatan. Sekarang, masyarakat India pada umumnya memanfaatkan Kelor
sebagai pakan ternak atau sayuran.(Anwar F,2015)
Meskipun merupakan tanaman asli kaki bukit selatan Himalaya, namun
Kelor hadir di semua negara-negara tropis.Saat ini Kelor dibudidayakan di seluruh
Timur Tengah, dan di hampir seluruh daerah tropis.Pertama kali diperkenalkan di
Afrika Timur dari India pada awal abad 20. Di Nikaragua, Kelor dikenal dengan
nama Marango dan diperkenalkan pada tahun 1920 sebagai tanaman hias dan
untuk digunakan sebagai pagar hidup. Pohon Kelor tumbuh sangat baik dan paling
sering ditemukan di bagian Pasifik Nikaragua, tetapi Kelor pun dapat ditemukan
di kawasan hutan di setiap negara bagiannya.(Dudi, 2015)
Sumber lain menyebutkan, Kelor merupakan tanaman asli dari wilayah
barat dan sekitar sub-Himalaya, India, Pakistan, Asia Kecil, Afrika dan Arabia
(Somalia et al, 1984; Mughal et al, 1999) dan sekarang didistribusikan di Filipina,
17
Kamboja, Amerika Tengah, Amerika Utara dan Selatan serta Kepulauan Karibia.
Kelor dikenal dengan banyak nama di berbagai negara dan dalam bahasa Dravida,
ada banyak nama lokal untuk Kelor, tetapi semua berasal dari akar kata
"Morunga". Dalam bahasa Inggris umumnya dikenal sebagai Horseradish tree,
Drumstick tree, Never Die tree, West Indian Ben tree, dan Radish tree
(Ramachandran et al., 1980). Kelor populer disebut 'drumstick' karena polongnya
yang menyerupai stik drum. Sementara di wilayah lembah Nil, Kelor dikenal
dengan nama'Shagara al Rauwaq', yang berarti 'pohon yang memurnikan' (Von
Maydell, 1986). Di Pakistan, Kelor secara lokal dikenal sebagai 'Sohanjna' serta
tumbuh dan dibudidayakan di seluruh negeri (Kurniasih,2013).
2.3.2 Klasifikasi Daun Kelor
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae Ordo: Capparales
Famili: Moringaceae
Genus: Moringa
Spesies: Moringa oleifera Lam
2.3.3 Morfologi Kelor
a. Akar (radix)
Akar tunggang, berwarna putih. Kulit akar berasa pedas dan berbau
tajam, dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus tapi terang dan
melintang. Tidak keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak
licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda,
atau krem berserabut, sebagian besar terpisah. Akar tunggang berwarna
putih, membesar seperti lobak.
Akar yang berasal dari biji, akan mengembang menjadi bonggol,
membengkak, akar tunggang berwarna putih dan memiliki bau tajam yang
18
khas. Pohon tumbuh dari biji akan memiliki perakaran yang dalam,
membentuk akar tunggang yang lebar dan serabut yang tebal. Akar
tunggang tidak terbentuk pada pohon yang diperbanyak dengan stek.(Dudi,
2015)
Gambar 2.3 Akar Kelor (Anonymous,2017)
b. Batang (caulis)
Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan
batang 7 - 12 meter.Merupakan tumbuhan yang berbatang dan termasuk
jenis batang berkayu, sehingga batangnya keras dan kuat.Bentuknya sendiri
adalah bulat (teres) danpermukaannya kasar.Arah tumbuhnya lurus ke atas
atau biasa yang disebut dengan tegak lurus (erectus). Percabangan pada
batangnya merupakan cara percabangan simpodial dimana batang pokok
sukar ditentukan, karena dalam perkembangan selanjutnya, batang pokok
menghentikan pertumbuhannya atau mungkin kalah besar dan kalah cepat
pertumbuhannya dibandingkan cabangnya. Arah percabangannya tegak
(fastigiatus) karena sudut antara batang dan cabang amat kecil, sehingga
arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit lebih serong ke
atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokoknya
(Ulqiya,2014).
19
Gambar 2.4 Batang Kelor (Anonymous,2017)
c. Daun (folium)
Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling (alternate),
beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau
muda - setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 - 2
cm, lebar 1 - 2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi
rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan bawah
halus. Merupakan jenis daun bertangkai karena hanya terdiri atas tangkai
dan helaian saja.Tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi atas agak
pipih, menebal pada pangkalnya dan permukaannya halus.Bangun daunnya
berbentuk bulat atau bundar (orbicularis), pangkal daunnya tidak bertoreh
dan termasuk ke dalam bentuk bangun bulat telur. Ujung dan pangkal
daunnya membulat (rotundatus) diamana ujungnya tumpul dan tidak
membentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam
suatu busur. Susunan tulang daunnya menyirip (penninervis), dimana daun
Kelor mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan
merupakan terusan tangkai daun. Selain itu, dari ibu tulang itu ke arah
samping keluar tulang–tulang cabang, sehingga susunannya seperti sirip–
sirip pada ikan.Kelor mempunyai tepi daun yang rata (integer) dan helaian
daunnya tipis dan lunak.Berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan,
permukaannya licin (laevis) dan berselaput lilin (pruinosus).Merupakan
daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna. (Dudi,2015)
Gambar 2.5 Daun Kelor (Anonymous,2017)
d. Bunga
20
Bunga muncul di ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak
berwarna putih agak krem, menebar aroma khas.Bunganya berwarna putih
kekuning-kuningan terkumpul dalam pucuk lembaga di bagian ketiak dan
tudung pelepah bunganya berwarna hijau.Malai terkulai 10 – 15 cm,
memiliki 5 kelopak yang mengelilingi 5 benang sari dan 5 staminodia.
Bunga Kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak.
(Dudi,2015)
Gambar 2.6 Bunga Kelor (Anonymous,2017)
e. Buah atau Polong
Kelor berbuah setelah berumur 12 - 18 bulan. Buah atau polong Kelor
berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa) dengan
panjang 20 - 60 cm, ketika muda berwarna hijau - setelah tua menjadi
cokelat, biji didalam polong berbentuk bulat, ketika muda berwarna hijau
terang dan berubah berwarna coklat kehitaman ketika polong matang dan
kering. Ketika kering polong membuka menjadi 3 bagian.Dalam setiap
polong rata-rata berisi antara 12 dan 35 biji. (Ulqiya,2014)
Gambar 2.7 Buah atau Polong Kelor (Anonymous,2017)
f. Biji
21
Biji berbentuk bulat dengan lambung semi-permeabel berwarna
kecoklatan.Lambung sendiri memiliki tiga sayap putih yang menjalar dari
atas ke bawah.Setiap pohon dapat menghasilkan antara 15.000 dan 25.000
biji/tahun. Berat rata-rata per biji adalah 0,3 g. (Dudi,2015).
Gambar 2.8 Biji Kelor (Anonymous,2017)
2.3.4 Kandungan Antioksidan dalam Kelor
Daun Kelor menjadi sumber antioksidan alami yang baik karena kandungan
dari berbagai jenis senyawa antioksidan seperti asam askorbat, flavonoid,
phenolic dan karotenoid (Anwar et al, 2015;. Makkar dan Becker, 1996). Kelor
mangandung 46 senyawa antioksidan kuat atau senyawa-senyawa dengan
karakteristik antioksidan. Senyawa antioksidan ini dapat menetralisir radikal
bebas yang merusak sel-sel dalam tubuh diantaranya yaitu : Vitamin A, Vitamin
C, Vitamin E, Vitamin K, Vitamin B (Kolin), Vitamin B1 (Thiamin), Vitamin B2
(Riboflavin), Vitamin B3 (Niacin), Vitamin B6, Alanin, Alpha-carotene, Arginine,
Beta-carotene , Beta-sitosterol, Caffeoylquinic Asam, Campesterol, Karotenoid,
Klorofil, Chromium, Delta-5-Avenasterol, Delta-7-Avenasterol, Glutathione,
Histidine, Asam Indole Acetic, Indoleacetonitrile, Kaempferal, Leusin, Lutein,
22
Metionin, miristat-Asam, palmitat-Asam, Prolamine, Proline, Quercetin, Rutin,
Selenium, Treonin, Triptofan, Xanthins, Xanthophyll, Zeatin, zeaxanthin, Zinc.
2.3.5 Kandungan Nutrisi dalam Kelor
Salah satu hal yang membuat Kelor menjadi perhatian dunia dan
memberikan harapan sebagai tanaman sumber nutrisi yang dapat menyelamatkan
jutaan manusia dari kekurangan gizi, adalah Kelor kaya serta padat dengan
kandungan nutrisi dan senyawa yang dibutuhkan tubuh untuk menjadi bugar.
Seluruh bagian tanaman Kelor dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan, menjaga
dan meningkatkan kualitas kesehatan manusia dan terutama sumber asupan gizi
keluarga. Bahkan, kandungan Kelor diketahui berkali lipat dibandingkan bahan
makanan sumber nutrisi lainnya. (D’Hiru,2013)
Kandungan senyawa Kelor telah diteliti dan dilaporkan oleh While Gopalan,
el al., dan dipublikasikan dalam All Thing Moringa (2010). Senyawa tersebut
meliputi Nutrisi, Mineral, Vitamin dan Asam Amino. Menurut penelitiannya,
kandungan senyawa dari Kelor dapat dilihat pada tabel di bawah ini
23
Tabel 2.4 Kandungan Nutrisi Polong, Daun Segar dan Serbuk Daun Kelor
24
Sumber : Hakim Bey, All Things Moringa, 2010
2.3.6 Manfaat Kelor
Melihat kandungan Nutrisi sebagaimana dipaparkan dalam bab sebelumnya,
maka sangat wajar bila tanaman Kelor merupakan tanaman yang sangat dihargai
dan didistribusikan di banyak negara, di daerah tropis dan subtropis. Pasalnya,
manfaat dan kandungan nutrisinya memang melebihi kandungan tanaman pada
25
umumnya. Seluruh bagian tanaman Kelor memiliki berbagai manfaat dan khasiat
penyembuhan yang mengesankan dengan nilai nutrisi yang tinggi. Bagian-bagian
yang berbeda dari tanaman Kelor, mengandung profil mineral penting dan
merupakan sumber protein yang baik, vitamin, β-karoten, fenolat dan berbagai
asam amino. Kelor menyediakan kombinasi yang langka dan berlimpah dari
zeatin, quercetin, β-sitosterol, asam caffeoylquinic dan kaempferol. (Siti A,2010)
Kelor sangat penting untuk penyembuhan berbagai penyakit. Berbagai
bagian dari tanaman seperti daun, akar, biji, kulit kayu, buah, bunga dan polong
matang, bertindak sebagai stimulan jantung dan peredaran darah, memiliki
antitumor, antipiretik, antiepilepsi, antiinflamasi, antiulcer, antispasmodic,
diuretik, antihipertensi, penurun kolesterol, antioksidan, antidiabetik, aktivitas
hepatoprotektif, antibakteri dan antijamur, dan saat ini sedang digunakan untuk
pengobatan penyakit yang berbeda dalam sistem dunia kedokteran, khususnya di
Asia Selatan (Dudi,2015).
2.3.7 Pengaruh penambahan antioksida daun kelor terhadap bilangan
peroksida
Kadar bilangan peroksida dapat turun disebabkan oleh kandungan
antioksidan yang terdapat pada daun kelor. Antioksidan yang terdapat pada daun
kelor yaitu komponen fenolik.Komponen fenolik dapat menghambat radikal bebas
dan menghambat bilangan peroksida meningkat.Daun kelor memiliki komponen
fenolik yang tinggi, menurut Larson (1998) komponen fenolik yang dikenal
sebagai antioksidan primer dari tanaman bersifat polar. Menurut chen and yen
(1995) senyawa fenolik dapat menghentikan reaksi berantai radikal bebas yang
dapat menurukan bilangan peroksida . (Yuliarti, 2011)
26
2.3.8 Mengapa harus Daun Kelor ?
Kelor merupakan tanaman lahan marjinal dan tumbuh terbaik di tempat
yang panas, tropis semi kering dan sub tropis. Tanaman Kelor dikenal sebagai
tanaman yang ramah bagi para petani dan berguna dari pucuk sampai
keakarnya.Kelor cocok untuk daerah-daerah di mana angin kencang dan panjang,
kekeringan terjadi secara bersamaan, dan menyebabkan erosi tanah yang serius.
Kandungan nutrisi dalam daunnya yang gugur, dapat menyuburkan dan
memperbaiki kualitas tanah yang marjinal (Dudi,2015). Oleh karena itu daun
kelor selain memiliki antioksidan yang tinggi juga mudah didapatkan di wilayah
Surabaya.
27
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
2.1. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Bagaimana uji daya hambat perendaman serbuk Daun Kelor (Moringa
oleifera) terhadap bilangan peroksida pada minyak jelantah ?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi bilangan peroksida pada minyak jelantah tanpa
penambahan serbuk daun kelor.
2. Mengidentifikasi bilangan peroksida pada minyak jelantah yang
ditambahkan serbuk daun kelor.
2.2. Manfaat Penelitian
Memperluas wawasan serta ilmu pengetahuan tentang daun kelor dan
manfaatnya sebagai antioksidan yang dapat menurunkan kadar bilangan peroksida
pada minyak jelantah.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberitahukan kepada masyarakat bahwa minyak jelantah yang sudah
berwarna coklat dan berbau tengik dapat digunakan kembali dengan cara
menambahkan daun kelor sebanyak 5gr kedalam 100ml minyak jelantah dengan
maksimal penggunaan minyak jelantah sebanyak 2 kali.
28
BAB 4
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental yaitu untuk mengetahui uji daya
hambat perendaman serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap bilangan
peroksida minyak jelantah Dengan rancangan penelitian sebagai berikut :
R P0 K0
P1 K1
P2 K2
P3 K3
P4 K4
(Sumber : Notoadmojo, 2010)
Keterangan :
R : Random.
P0 : Tanpa pemberian serbuk Daun kelor.
P1 : Perlakuan perendaman serbuk daun kelor selama 1 hari.
P2 : Perlakuan perendaman serbuk daun kelor selama 2 hari.
P3 : Perlakuan perendamann serbuk daun kelor selama 3 hari.
P4 : Perlakuan perendamann serbuk daun kelor selama 4 hari.
K0 : Observasi kadar peroksida minyak jelantah tanpa pemberian serbuk daun
kelor.
K1 : Observasi kadar peroksida minyak jelantah dengan pemberian serbuk
daun kelor selama 1 hari.
K2 : Observasi kadar peroksida minyak jelantah dengan pemberian serbuk
daun kelor selama 2 hari.
K3 : Observasi kadar peroksida minyak jelantah dengan pemberian serbuk
daun kelor selama 3 hari.
K4 : Observasi kadar peroksida minyak jelantah dengan pemberian serbuk
daun kelor selama 4 hari.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah minyak jelantah dari 6 pedagang
gorengan di daerah Mulyosari, Surabaya.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah minyak jelantah yang diambil secara acak dari
pedagang gorengan di daerah Mulyosari Kota Surabaya sejumlah 5 sampel dari 6
29
pedagang gorengan di Mulyosari dengan perlakuan sebanyak 5 kali dan tiap
kelompok perlakuan terdiri dari 5 replikasi yang diperoleh dari rumus berikut :
( n-1 ) ( k-1 ) ≥ 15
( n-1 ) ( 5-1 ) ≥ 15
(n-1) (4) ≥15
4n-4 ≥ 15
4n ≥ 15 + 4
4n ≥ 19
n ≥ 19 / 4
n ≥ 4,75
(Hidayat A,2010)
Ket :
k = jumlah replikasi atau pengulangan
n = banyak kelompok perlakuan
3.2.3 Teknik sampling
Pengambilan sampel dilakukan di pedagang gorengan di Daerah
Mulyosari,Surabaya secara acak dengan cara memberikan kode pada setiap lokasi
pedagang gorengan kemudian dilakukan pengambilan kertas kode secara acak
sebanyak 5 kertas kode.
3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
1. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Wilayah Mulyosari,
Surabaya.
2. Lokasi pemeriksaan sampel penelitian di lakukan di Laboratorium
Kimia Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jawa Timur.
3.3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian di laksanakan pada bulan Desember - Juli 2017,
sedangkan waktu pemeriksaan dilakukan pada bulan Mei - Juni 2017.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel penelitian
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar bilangan peroksida
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian serbuk daun kelor.
3.4.2 Definisi Operasional
Pembuatan serbuk daun kelor, daun kelor dikeringkan pada suhu 50oC –
80oC selama 90 menit sampai benar-benar kering dan dihaluskan.
30
Pemberian serbuk daun kelor sebanyak masing-masing 5 gram pada tiap
perlakuan kecuali pada kontrol yang kemudian dimasukkan dalam 100 ml sampel
minyak jelantah.
Lama perendaman serbuk daun kelor pada tiap perlakuan didiamkan
selama satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari.
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi dan di ukur dengan cara titrasi iodometri dan dinyatakan
dalam miliequivalen.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa metode
observasi dengan instrumen uji laboratorium sehingga di peroleh data kuantitatif
dengan langkah sebagai berikut :
3.5.1 Prinsip Pemeriksaan
Pengukuran sejumlah iod yang di bebaskan dari KI 10% melalui oksidasi
oleh peroksida dalam lemak atau minyak pada suhu ruangan dalam pelarut
Alkohol Benzene (Sudarmadji,2007).
3.5.2 Alat Penelitian
1. Erlemeyer bertutup asa 250 ml
2. Buret 50 ml
3. Labu Ukur
4. Beaker glass 250 ml
5. Pipet Volume 10 ml
6. Pipet ukur 1 ml
7. Waterbath
8. Termometer
9. Mortal
10. Batang pengaduk
11. Oven
12. Timbangan Analitik
3.5.3 Bahan Penelitian
1. Asam asetat
2. Kloroform
31
3. KI jenuh
4. Natrium Thiosulfat 0,1 N
5. KIO3 0,1 N
6. KI 10%
7. H2SO4 2N
8. Indikator Amylum 1%
9. Aquades
10. Minyak Jelantah
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Prosedur Pembuatan serbuk daun kelor
a. Daun Kelor dicuci terlebih dahulu dan dibersihkan.
b. Kemudian dikeringkan.
c. Setelah itu daun kelor dioven pada suhu 50ºC - 90ºC sampai benar-
benar kering. Kemudian daun kelor di haluskan hingga menjadi serbuk
daun kelor
3.6.2 Perlakuan Sampel
Minyak jelantah dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Untuk perlakuan dengan penambahan serbuk daun kelor sebanyak
5gram.
2. Untuk kontrol perlakuan tanpa penambahan serbuk daun kelor.
Untuk kontrol langsung diperiksa kadar Bilangan Peroksidanya,
sedangkan untuk sampel yang ditambahkan serbuk daun kelor dibiarkan
sehari, dua hari, tiga hari, dan empat hari. Setelah proses selesai, minyak
yang direndam dengan serbuk daun kelor kemudian disaring. Dilanjutkan
dengan uji penetapan bilangan peroksida.
3.6.3 Penentuan Bilangan Peroksida ( SNI, 1992 )
3.6.3.1 Standarisasi Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 0,1 N
1. Dipipet 10 ml larutan standar KIO3 0,1 N kemudian di masukkan ke
dalam labu iod 250 ml
2. Lalu ditambahkan 10 ml KI 10% dan 10 ml H2SO4 2N
32
3. Ditutup,diamkan ditempat gelap lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N
sampai kuning muda
4. Ditambahkan indikator amylum 1 % 0,5ml lalu dititrasi lagi sampai
warna biru tepat hilang
3.6.3.2 Penetapan Kadar
1. Ditimbang dengan seksama ±25 gram bahan dalam erlenmeyer tutup
asah 250 ml
2. Ditambahkan 30 ml larutan asam asetat – klorofom (perbandingan
3:2)
3. Goyangkan bahan sampai bahan terlarut sempurna
4. Ditambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh
5. Diamkan selama 1 menit dengan kadang-kadang digoyang kemudian
ditambahkan 30 ml aquadest
6. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning muda lalu
tambahkan dengan indikator amylum 1% sebanyak 0,5 ml titrasi lagi
sampai warna biru tepat hilang.
Bilangan Peroksida =
(Sudarmadji,2007)
3.7 Tabulasi Data
Data tentang kadar bilangan peroksida yang telah dikumpulkan, selanjutnya
ditabulasi seperti contoh berikut ini :
Tabel 3.1 : Contoh Tabulasi Data
Replikasi Kadar Bilangan Peroksida
P0 P1 P2 P3 P4
1
2
3
4
5
Jumlah
33
Rata-rata
Std.Deviasi
Keterangan :
P0 : Tanpa perendaman serbuk daun kelor
P1 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 1 hari
P2 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 2 hari
P3 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 3 hari
P4 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 4 hari
3.8 Teknik Analisa data
Untuk mengetahui Uji Daya Hambat pemberian serbuk daun kelor
terhadap kadar bilangan peroksida pada minyak goreng bekas pakai, maka
digunakan uji statistik dengan uji ANOVA dengan tingkat kesalahan 0,05%.
34
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan uji daya hambat perendaman serbuk daun kelor (Moringa
oleifera) terhadap bilangan peroksida secara kuantitatif dengan menggunakan
metode titrasi iodometri di Laboratorium Kimia Prodi D3 Analis Kesehatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya, maka diperoleh
hasil penelitian sebagai berikut:
Tabel 4.1 Bilangan Peroksida pada Minyak Jelantah
Replikasi Kadar Bilangan Peroksida
P0 P1 P2 P3 P4
1 23,1921 13,9977 11,1981 7,5988 3,1997
2 24,7936 15,5991 11,5992 6,3995 4,7998
3 23,5970 11,9982 9,9983 5,1992 2,3997
4 23,9973 14,7974 10,3989 5,5995 2,7998
5 24,3986 15,1997 10,7992 5,9996 1,9998
Jumlah 119,9786 71,5914 53,9937 30,7966 15,1988
Rata-rata 23,9957 14,3182 10,7987 6,1593 3,0397
Std.Deviasi 0,6331 1,4257 0,6326 0,9206 1,0807
Sumber (Lab. Kimia, 2017)
Keterangan :
P0 : Tanpa perendaman serbuk daun kelor
P1 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 1 hari
P2 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 2 hari
P3 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 3 hari
P4 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 4 hari
Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa pada minyak jelantah sebelum
perendaman serbuk daun kelor memiliki rata-rata bilangan peroksida sebesar
23,9957 mEq. Setelah direndam serbuk daun kelor selama 1 hari,rata-rata
bilangan peroksida minyak jelantah sebesar 14,3182,sedangkan minyak jelantah
yang direndam dengan serbuk daun kelor selama 2 hari memiliki rata-rata kadar
bilangan peroksida sebesar 10,7987. Rata-rata kadar bilangan peroksida pada
35
perendaman serbuk daun kelor selama 3 hari pada minyak jelantah sebesar 6,1593
dan rata-rata kadar bilangan peroksida pada perendaman serbuk daun kelor selama
4 hari pada minyak jelantah sebesar 3,0397.
Data rata-rata bilangan peroksida minyak jelantah disajikan pada diagram
berikut :
Gambar 4.1 Diagram Hasil Bilangan Peroksida pada Minyak Jelantah
Keterangan :
P0 : Tanpa perendaman serbuk daun kelor
P1 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 1 hari
P2 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 2 hari
P3 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 3 hari
P4 : Dengan perendaman serbuk daun kelor selama 4 hari
4.2 Analisa Data
Data bilangan peroksidaselanjutnya diuji normalitas data One-Sample
Kolmogorov-Smirnov dan diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0
(Statistical Program social Saince).
TestUji normalitas data tersirat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
23,9957
14,3182
10,7987
6,1593
3,0397
0
5
10
15
20
25
30
p0 p1 p2 p3 p4
Rata-rata kadar bilangan peroksida minyak jelantah (mEq/Kg)
kadar bilangan peroksida minyak jelantah
36
Tabel 4.2 Hasil uji normalitas data bilangan peroksida pada minyak jelantah
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Perlakuan
N 25
Normal Parametersa Mean 2.00
Std. Deviation 1.443
Most Extreme Differences Absolute .156
Positive .156
Negative -.156
Kolmogorov-Smirnov Z .779
Asymp. Sig. (2-tailed) .579
Dari hasil uji normalitas diatas didapatkan data berdistribusi normal (sig. > 0,05)
kemudian data diuji homogenitas didapatkan data homogen (sig. > 0,05). Untuk
mengetahui uji daya hambat perendaman serbuk daun kelor (Moringa oleifera)
terhadap bilangan peroksida Minyak Jelantah data pengukuran bilangan peroksida
minyak jelantah diuji dengan ANOVA dengan hasil yang disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 4.3 Hasil uji ANOVA uji daya hambat perendaman serbuk daun kelor
(Moringa oleifera) terhadap bilangan peroksida Minyak Jelantah
ANOVA
Bilangan_Peroksida
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1322.725 4 330.681 340.915 .000
Within Groups 19.400 20 .970
Total 1342.124 24
37
Setelah diuji dengan ANOVA menunjukkan nilai sebesar 340.915 dengan
taraf signifikan (P) 0,000 dimana lebih kecil dari 0,05. Sehingga Ho ditolak dan
Ha diterima dengan demikian ada pengaruh perendaman dan uji daya hambat
serbuk daun kelor (Moringa oleifera) terhadap bilangan peroksida Minyak
Jelantah. Kemudian data tersebut dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan
menggunakan program SPSS (Statistical Program social Saince) 16.0 untuk
mengetahui perlakuan atau lama perendaman serbuk daun kelor yang efektif
untuk menurunkan bilangan peroksida pada minyak jelantah. Setelah dilakukan
uji Tukey HSD didapatkan bahwa lama perendaman serbuk daun kelor paling
efektif adalah pada hari ke-4 dengan rata-rata kadar bilangan peroksida sebesar
3,0397 mEq.
4.3 Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sudah dilakukan uji
pendahuluan dengan pemanasan daun kelor 60oC-80
oC selama satu jam namun
tidak terjadi pengeringan sempurna pada daun kelor, kemudian ditambahkan yang
signifikan pada suhu 90 o
C didapatkan pengeringan yang merata pada daun kelor.
Diuji kembali pada pemanasan 100 o
C namun daun kelor menjadi terlalu kering
dan rusak. Pada pemeriksaan bilangan peroksida diketahui bahwa rata-rata
bilangan peroksida tertinggi pada minyak jelantah yaitu rata - ratanya sebesar
23,9957 mEq. Hal ini disebabkan karena minyak jelantah telah mengalami reaksi
oksidasi yaitumolekul oksigen akan bergabung pada ikatan ganda molekul
trigliserida dan menyebabkan pembentukan hidroperoksida secara spontan dari
asam lemak tak jenuh dan terjadi pengurangan ikatan asam lemak jenuh sehingga
menyebabkan lemak teroksidasi dan menyebabkan bilangan peroksida tinggi.
Bilangan peroksida terendah pada minyak jelantah yaitu rata –ratanya
sebesar 3,0397 mEq. Hal ini disebabkan karena adanya daun kelor yang memiliki
kandungan asam askorbat, flavonoid, phenolic dan karotenoid yang berperan
sebagai antioksidan yang dapat menghambat proses oksidasi selama
penyimpanan, walaupun penurunan bilangan peroksidanya belum sesuai dengan
syarat Standart Nasional Indonesia.
38
Setelah diuji normalitas (uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) data
tersebut berdistribusi normal. Maka dilanjutkan dengan melakukan uji ANOVA
diperoleh nilai F = 340.915dengan nilai signifikan 0,000 yang dimana nilainya
<0,05 yang berarti adadaya hambatperendaman serbuk daun kelor (Moringa
oleifera) terhadap bilangan peroksida Minyak Jelantah.Berdasarkan uji Tukey
HSD yang paling signifikan adalahpada 4 hari perendaman dengan rata-rata kadar
bilangan peroksida sebesar 3,0397 mEq (87%).Menurut Siti Aisyah (2010),
semakin lama perendaman serbuk daun kelor pada minyak jelantah maka semakin
tinngi antioksidan bereaksi pada minyak jelantah, sehingga bilangan peroksida
pada minyak jelantah akan semakin kecil.
Bilangan peroksida pada minyak dapat diturunkan dengan memberikan
antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang
dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu
sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas.Hal ini
dikarenakan antioksidan tersebut mampu memberikan atom hidrogen secara cepat
ke radikal lemak atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan
radikal antioksidan tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal
lemak.(Meiske,2011)
Antioksidan primer dapat memberikan atom hydrogen secara cepat ke radikal
bebas dan mengubah ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan
tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibandingkan radikal lipida. Penambahan
antioksidan primer dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak
dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap
inisiasi maupun propagasi. Radikal – radikal antioksidan yang terbentuk pada
reaksi tersebut relative stabil dan tidak mempunyai cukup energy untuk bereaksi
dengan molekul lipida lain membentuk radikal baru. (Ayucitra,2011)
Menurut Muhammad Ulqiya dkk (2014), zat antioksidan dimiliki oleh
kelor(Moringa oleifera) yang terbesar terdapat pada daunnya. Daun kelor juga
baik untuk mencegah radikal bebas disebabkan kandungan senyawa fenolik yang
cukup tinggi.Jadi, Antioksidan primer yang terdapat pada daun kelor tersebut
mampu menyumbangkan atom hidrogen secara cepat ke radikal lemak dan
mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil, sehingga mencegah terjadinya reaksi
39
radikal bebas yang terjadi lagi pada minyak jelantah sehingga bilangan peroksida
bias menurun.
3.2. Luaran Yang Dicapai
Publikasi ilmiah pada jurnal Nasional ber-ISSN dan ESSN.
40
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
4.1. Rencana Jangka Pendek
1. Publikasi ilmiah pada jurnal nasional ber-ISSN dan ESSN.
4.2. Rencana Jangka Panjang
1. Dapat dijadikan informasi dan pengetahuan dalam bidang kimia
kesehatan tentang Efektivitas Vitamin C Pada Daun Kelor Terhadap
Bilangan Peroksida Dari Minyak Jelantah
41
BAB VII
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian uji daya hambat perendaman serbuk daun kelor (Moringa
oleifera) terhadap kadar bilangan peroksida pada minyak goreng jelantah dapat
diambil kesimpulan bahwa :
1. Ada daya hambat serbuk daun kelor(Moringa oleifera) terhadap kadar
bilangan peroksida pada minyak goreng jelantah
2. Angka rata-rata Bilangan Peroksida sebelum perendaman serbuk daun
kelor yaitu 23,9957
3. Angka rata-rata Bilangan Peroksida sesudah perendaman serbuk daun
kelor hari 1 (14,3182), hari 2 (10,7987), hari 3 (6,1593), hari 4 (3,0397)
5.2. Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat
1. Apabila ingin memperbaiki kualitas minyak jelantah dapat
memanfaatkan daun kelor sebagai sumber antioksidan
2. Untuk ibu rumah tangga supaya lebih berhati-hati dalam pemakaian
minyak goreng jelantah
5.2.2 Bagi Peneliti
a. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan parameter minyakyang
lain dengan bahan yang sama.
b. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu
pemeriksaan bilangan peroksida dengan konsentrasi yang berbeda.
42
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Farooq., Sajid Latif., Muhammad Ashraf and Anwarul Hassan Gilani.
2015. Moringa oleifera: A Food Plant with Multiple Medicinal Uses.
Phytother. Res. 21, 17-25.
Arpi Normalina, 2014. “Kombinasi Antioksidan Alami Α-Tokoferol Dengan Asam
Askorbat Dan Antioksidan Sintetis Bha Dengan Bht Dalam Menghambat
Ketengikan Kelapa Gongseng Giling (U Neulheu) Selama
Penyimpanan”. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia. Vol.
6 No. 2 hal.34-38.
Ayucitra,Aning Dkk. 2011. Potensi senyawa fenolik bahan alam sebagai
antioksidan alami minyak goring nabati :.Jakarta
Chairunisa. 2013. Uji Kualitas Minyak Goreng pada Pedagang Gorengan di
Sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
D’Hiru, 2013. Live Blood Analysis. Jakarta: Penerbit PT Gramedia PustakaUtama.
Gunaryo. 2012. Indonesia Bebas Minyak Curah Tahun 2015. Kementrian
Perdagangan Republik Indonesia. 13 Agustus 2012 08:26 WIB.
Hala, Yusminah. 2013. Penentuan Bilangan Peroksida dan Asam Lemak Bebas
pada Minyak Goreng Asal Sulawesi dengan Penambahan Antioksidan
Alami. Makassar: Universitas Negeri Makassar
Hidayat, Aziz.A.2010.Metode Penelitian Kesehatan ParadikmaKuantitaif.
Surabaya: Health book publishing
Koensoemardiyah. 2010. A to Z Minyak Atsiri untuk Industri Makanan, Kosmetik
dan Terapi. Yogyakarta : Andi
Krisnadi, dudi. 2015. Kelor Super Nutrisi. Yogyakarta : Morindo
Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen Mikro. Jakarta: Penerbit DIAN
RAKYAT.
Meiske,dandewa. 2011. Aktivitas antioksidan pada beberapa rempah rempah
masakan minahasa Manado: Universitas Sam Ratulangi Manado
Notoatmodjo, Soekidjo.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.PT RINEKA
CIPTA.Jakarta
Siti, Aisyah. 2010. “Penurunan angka peroksida dan asam lemak bebas (FFA)
pada proses bleaching minyak goreng bekas oleh karbon aktif polong
43
buah kelor dengan aktifasi NaCl”. Jurnal ALCHEMY. Vol. 1 No. 2 hal
53-103.
Supriyanto, E, dkk.2013. SNI MinyakGoreng. BSN (BadanStandarisasiNasional).
Jakarta.
Sudarmadj, Slamet., 2007, AnalisaBahanMakanan Dan Pertnian, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
Ulqiya, Muhammad. 2014. “Potensi serbuk daun kelor sebagai anthelmintic
terhadap infeksi Ascaris suum dan Feed supplement pada babi”.Jurnal
ilmu dan kesehatan hewan. Vol.2 No.2 hal 89-96.
44
LAMPIRAN
Lampiran 1. Anggaran Biaya
1. Jenis Perlengkapan Volume Harga Satuan
(Rp) Nilai (Rp)
Tabung Reaksi 35 pcs Rp. 10.000,00 Rp. 350.000,00
Kloroform 1L
Rp. 1.470.000,00
Pipet Pastuer 5 pcs Rp. 2.000,00 Rp. 10.000,00
Erlenmayer 5 pcs Rp. 40.000,00 Rp. 200.000,00
Pipet Ukur 5 pcs Rp. 40.000,00 Rp. 200.000,00
Gleas Arloji 3 pcs Rp. 10.000,00 Rp. 30.000,00
Gelas Ukur 1 pcs Rp. 40.000,00 Rp. 40.000,00
Filler 1 pcs Rp. 55.000,00 Rp. 55.000,00
Ose bulat dan Ose Jarum 3 pcs Rp. 5000,00 Rp. 15.000,00
Pipet Volume 1 pcs Rp. 70.000,00 Rp. 70.000,00
SUB TOTAL Rp. 2.440.000,00
2. Bahan Habis Volume Harga Satuan
(Rp) Nilai (Rp)
Labu ukur 2 pcs Rp. 250.000,00 Rp. 500.000,00
Handscoon 2 pack Rp. 60.000,00 Rp. 120.000,00
Masker 2 pack Rp. 30.000,00 Rp. 60.000,00
Label (kertas identitas) 2 Pcs Rp. 10.000,00 Rp. 20.000,00
SUB TOTAL Rp. 700.000,00
3. Biaya Lain – lain Volume Harga Satuan
(Rp) Nilai (Rp)
Biaya sewa laboratorium 7 hari
Rp. 700.000,00/ 7
hari Rp.700.000,00
Biaya Pembantu Peneliti
4 hari,
sebanyak 3
orang
Rp. 300.000,00/
orang/4 hari Rp. 900.000,00
Penggadaan Proposal
dan Laporan, literatur 5 kali Rp. 10.000,00 Rp. 50.000,00
Biaya Internet 6 bulan Rp. 35.000,00 Rp. 210.000,00
SUB TOTAL Rp. 1.860.000,00
TOTAL 1+2+3 Rp. 5.000.000,00
Terbilang : Lima Juta Rupiah
Lampiran 2. Jadwal Penelitian
45
No Kegiatan Bulan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1
Menetapkan desain
penelitian dan
Menentukan instrument
penelitian
2
Menyusun proposal dan
Mengurus perijinan
penelitian
3
Mempersiapkan,
menyediakan bahan dan
peralatan penelitian
4 Melakukan Penelitian
5
Melakukan pemantauan
atas pengumpulan data,
Menyusun dan mengisi
format tabulasi,
Melakukan analisis data,
Menyimpulkan hasil
analisis, Membuat tafsiran
dan kesimpulan hasil serta
membahasnya
6 Menyusun laporan
penelitian