LAPORAN PENDAHULUAN SC.doc

30
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. I YANG DILAKUKAN SECTIO CAESARIA DENGAN PRIMITUA ATAS INDIKASI LETAK LINTANG DI RUANG VK RS BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA Oleh : Marita Kumala Dewi 0801090 Pembimbing Klinik Pendidikan Pembimbing Klinik VK (Widyastuti ER, APP., S.Pd) (Asri Kusumastuti, A.Md. Keb) Saran pembimbing : Baik ( ) Cukup ( ) Dilengkapi ( )

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN SC.doc

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. I YANG DILAKUKAN SECTIO

CAESARIA DENGAN PRIMITUA ATAS INDIKASI LETAK LINTANG

DI RUANG VK RS BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

Oleh :

Marita Kumala Dewi

0801090

Pembimbing Klinik Pendidikan Pembimbing Klinik VK

(Widyastuti ER, APP., S.Pd) (Asri Kusumastuti, A.Md. Keb)

Saran pembimbing :

Baik ( )

Cukup ( )

Dilengkapi ( )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu dari penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi adalah penyakit dalam

kehamilan, lambatnya penatalaksanaan serta komplikasi yang timbul saat persalinan dan

nifas. Letak lintang merupakan gestose kehamilan yang merupakan penyebab kematian

ibu dan anak dalam kebidanan, oleh karena itu diagnosa dini letak lintang serta

penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan

anak, salah satunya dengan therapi aktif yaitu tindakan sectio caesarea

(http://akperkaltara.ac.id, 2009).

Klien dengan Sectio Caesarea atas indikasi Janin Letak Lintang apabila tidak diberikan

pertolongan akan berdampak terhadap masalah kesehatan sehingga memperburuk kondisi

ibu dan bayi. Komplikasi pada ibu dengan letak lintang tidak dilakukan sectio caesarea

bila tidak ditangani secara komprehensif berdampak ruptur uteri pada kehamilan

berikutnya dan peritonitis, sedangkan dampak terhadap KDM yang muncul pada klien

sectio caesarea yaitu: cemas, kurang pengetahuan, dan selain itu juga berdampak pada

masalah keperawatan yaitu: perubahan proses keluarga, gangguan rasa nyaman nyeri,

gangguan rasa aman cemas, harga diri rendah, resiko tinggi terhadap cedera, resiko tinggi

terhadap infeksi, konstipasi, kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis,

perubahan eliminasi urine, dan kurang perawatan diri. Sehingga sangat diperlukan

pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan dan memperoleh pengalaman dalam memberikan

asuhan keperawatan secara komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan

pada Ny. I Dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi Janin Letak Lintang.

2. Tujuan Khusus, penulis dapat:

a. Melaksanakan pengkajian dan menganalisa data pada Ny. I dengan Pasca Sectio

Caesarea Atas Indikasi Janin Letak Lintang.

b. Menentukan diagnosa keperawatan pada Ny. I Pasca Sectio Caesarea Atas Indikasi

Janin Letak Lintang

c. Menyusun perencanaan pada Ny. I Pasca Sectio Caesarea Atas Indikasi Janin

Letak Lintang sesuai dengan prioritas masalah dan tujuan yang ingin dicapai.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny. I Pasca Sectio Caesarea Atas

Indikasi Janin Letak Lintang sesuai dengan perencanaan keperawatan.

e. Hasil evaluasi asuhan keperawatan pada Ny. I Pasca Sectio Caesarea Atas Indikasi

Janin Letak Lintang dengan pendekatan proses keperawatan.

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny. L Pasca Sectio Caesarea Atas

Indikasi Janin Letak Lintang dalam bentuk karya tulis.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara pada klien dan keluarga, untuk mendapatkan data subyektif yang

berkaitan dengan masalah kesehatan.

2. Observasi, yaitu mengamati prilaku dan keadaan status kesehatan klien untuk

memperoleh data obyektif tentang masalah kesehatan.

3. Pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan data obyektif melalui cara inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi.

4. Study dokumentasi, didapat dari status kesehatan klien meliputi catatan perawat dan

catatan medik yang berhubungan dengan klien.

5. Studi kepustakaan, yaitu dari referensi, yang berhubungan dengan sectio caesarea atas

indikasi janin letak lintang.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Aspek Medis

1. Primitua

a. Pengertian Primitua

Wanita yang hamil untuk pertama kali dengan usia diatas 30 tahun disebut primi

gravida tua (elederly primigravida). Terbagi lagi menjadi dua yg pertama adalah

nikah lambat tetapi cepat hamil yang kedua nikah cepat tetapi lambat hamil, yang

terakhir ini lebih kurang menguntungkan dari segi obstetrinya dan mendapat

perhatian ekstra.

Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu hamil pertama pada usia ≥ 35 tahun. Pada usia

ini organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan besar ibu

hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan (Rochjati,

2003. hlm 51).

Selama kehamilan terdapat/terjadi insiden yang lebih tinggi dari: abortus,

Preeklampsia, Solutio Plasenta, mioma uteri, kecendrungan prematuritas, serta

gangguan pertumbuhan janin.

Mengingat banyaknya komplikasi yg mungkin terjadi maka kelompok ini

dimasukkan kedalam kehamilan risiko tinggi. Sejak antenatal diperlukan supervisi

terhadap kehamilannya. Berikut prinsip-prinsipnya yag sebaiknya diikuti:

pertama, induksi sering kurang memuaskan maka sebaiknya pertimbangkan cesar.

Kedua, USG dan Rontgen harus dilakukan sebelum cesar untuk memastikan

kelainan congenital tulang pada bayi. Ketiga, pertimbangkan adanya komplikasi

lain dari kehamilannya.

b. Faktor Risiko

1) Pada usia ini kondisi kesehatan ibu mulai menurun

2) Fungsi rahim menurun

3) Kualitas sel telur berkurang

4) Meningkatnya komplikasi medis dan persalian

c. Komplikasi Kehamilan Pada Primitua

Komplikasi persalinan lebih tinggi, berupa : persalinan kurang bulan, persalinan

yg memanjang (prolonged labor), maternal dan fetal distress, meningkatnya

persalinan dengan tindakan, dan retensi plasenta. Sedangkan pada masa nifas

terjadi infeksi serta kegagalan laktasi.

2. Letak Lintang

a. Pengertian Letak Lintang

Menurut Rustam Mochtar (1991 : 366) letak lintang janin apabila sumbu

memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau

mendekati 90 derajat.

Letak lintang (presentasi bahu) ialah keadaan dimana janin melintang di dalam uterus

dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.

Umumnya, bokong sedikit lebih tinggi daripada kepala janin sehingga bahu berada pada

pintu atas panggul (Prawirohardjo, 2002).

Dari kedua pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa letak lintang adalah

keadaan dimana janin melintang di dalam uterus atau sumbu memanjang janin

menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus, dengan kepala berada pada

sisi yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.

Sectio caesarea atas indikasi letak lintang adalah masa melahirkan dimana proses

persalinan tersebut melalui pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding rahim atas indikasi letak lintang yaitu mal presentasi

pada janin dimana sumbu panjang janin terletak melintang.

b. Klasifikasi

1) Menurut letak kepala terbagi atas:

a) L Li I : Kepala di kiri

b) L Li II : Kepala di kanan

2) Menurut posisi punggung terbagi atas:

a) Dorso anterior : di depan

b) Dorso posterior : di belakang

c) Dorso superior : di atas

d) Dorso inferior : di bawah

c. Anatomi Fisiologi Terkait

Alat kandungan dibagi atas 2 bagian:

1) Alat kandungan luar (genetalia eksterna)

Alat kandungan luar dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat

dilihat dari luar bila wanita dalam posisi litotomi. Fungsi alat kandungan luar

dikhususkan untuk kopulasi (koitus)

Genetalia Eksterna terdiri dari :

a) Mons Veneris

Merupakan daerah yang menggunung diatas simfisis, yang akan ditumbuhi

rambut kemaluan (pubes) apabila wanita beranjak dewasa.

b) Labia Mayora

Letaknya pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, pada wanita

menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris.

c) Labia Minora

Merupakan bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu. Di

dalamnya terdapat frenulum klitoris, preptium, dan fenelum pudenti.

d) Klitoris

Ukuran kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit dan ditutupi oleh

frenulum klitoris. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat berereksi,

sifatnya amat sensitif karena banyak memiliki serabut saraf.

e) Vulva

Merupakan bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran

panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke

belakang dibatasi perineum.

f) Vestibulum

Terletak di bawah selaput lendir vulva , terdiri dari bulbus vestibuli kanan

dan kiri. Di sini dijumpai kelenjar vestibuli major (kelenja Bartholini) dan

kelenjar vestibulum minor.

g) Introitus Vagina

Merupakan pintu masuk ke vagina.

h) Selaput Dara (Hymen)

Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya berlubang

membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak

berlubang disebut atresia himenalis atau himen imperforata. Himen akan

robek pada koitus apalagi setelah bersalin. Sisanya disebut kurunkula

himen atau sisa himen.

i) Lubang Kemih (orifisium uretra eksterna)

Merupakan tempat keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris. Di

sekitar lubang kemih bagian kiri dan kanan didapati lubang kelenjar

Skene.

j) Perineum

Terletak diantara vulva dan anus.

2) Alat kandungan dalam (genetalia interna)

a) Vagina (liang sanggama)

adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim,

terletak di antara saluran kemih dan liang dubur. Di bagian ujung atas

terletak mulut rahim. Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding

belakang 10 cm. Bentuk dinding dalam berlipat-lipat disebut rugrae,

sedangkan di tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna

rugarum.

Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan

jaringan ikat. Fungsi penting vagina yaitu:

− Sebagai saluran keluar untuk mengalirkan darah dan sekret lain dari

rahim.

− Sebagai alat untuk bersenggama.

− Sebagai jalan lahir pada waktu bersalin.

b) Uterus (rahim)

adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luar ditutupi

peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim.

Dalam keadaan tidak hamil rahim terletak dalam rongga panggul keci

diantara kandung kemih dan dubur. Rahim berbentuk seperti bola lampu

pijar atau buah pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tida bagian

besar, yaitu:

− badan rahim (korpus uteri) berbentuk segitiga

− leher rahim (serviks uteri) berbentuk silinder

− rongga rahim (kavum uteri)

c) Tuba falopi (saluran telur)

Adalah saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, panjangnya

12-13 cm, diameter 3-8 mm. Bagian luar diliputi oleh peritoneum viseral

yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran

dilapisi silia, yaitu rambut getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur

dan hasil konsepsi.

Saluran telur dibagi menjadi 4 bagian yaitu:

− Pars intertsialis

− Pars ismika, merupakan bagian tengah saluran telur yang sempit

− Pars ampularis, dimana biasanya pembuahan (konsepsi) terjadi

− Infundibulum, merupakan ujung tuba yang terbuka ke rongga perut. Di

ujung Infundibulum terdapat fimbrae yang berguna untuk menangkap

sel telur, yang kemudian akan disalurkan ke dalam tuba.

Fungsi Tuba Falopi yaitu:

− Sebagai saluran telur yang membawa dan menangkap ovum yang

dilepaskan oleh indung telur.

− Sebagai tempat terjadinya pembuahan (konsepsi=fertlisasi).

d) Ovarium (indung telur)

Terdapat 2 indung telur, masing-masing di kanan dan di kiri rahim, dilapisi

mesovarium dan tergantung dibelakang lig.latum. bentuk seperti buah

almon, sebesar ibu jari berukuran 2,5 – 5 cm x 1,5 – 2 cm x 0,6 – 1 cm.

Fungsi indung telur yaitu:

− Menghasilkan sel telur.

− Menghasilkan hormon-hormon. (progesteron dan estrogen)

− Ikut serta mengatur haid

c. Etiologi Letak Lintang

1) Multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek

Ini bisa menjadi etiologi letak lintang. Karena otomatis otot-otot pada dinding

uterus dan perut yang sudah tidak kuat atau sudah longgar sehingga tidak akan

bisa mempertahankan posisi/persentasi yang seharusnya yaitu posisi/persentasi

kepala oleh karena itu, dinding uterus dan perut yang sudah lembek hanya

akan bisa memepertahankan posisi /persentasi yang lebih besar daripada

posisi/persentasi kepala, salah satunya posisi/persentasi bahu (letak lintang)

karena menyesuaikan dengan kemampuan otot-otot dinding uterus dan perut.

2) Keadaaan-keadaan yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga

panggul misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul, hidrosepalus, dan

placenta previa.

3) Kelainan bentuk rahim seperti misalnya uterus arkuatus atau uterus subseptus.

4) Janin sudah bergerak pada hidramnion, anak kecil (prematur) janin sudah

mati, dan gamely (kehamilan kembar).

Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat :

1) Bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea adalah cara yang terbaik

dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.

2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio

sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul sempit.

3) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara

lain.

d. Komplikasi Pada Janin Letak Lintang

Menyebabkan kematian janin dan ibu, hal ini pada ibu bisa diakibatkan karena

ruptur uteri dan perdarahan yang diakibatkannya. Bahu masuk ke dalam panggul

sehingga rongga panggul seluruhnya terisi oleh bahu dan bagian-bagian jannin

lainnya, karena janin tidak bisa turun lebih lanjut maka terjepit dalam rongga

panggul, karena keadaan itu segmen atas uterus terus berkontraksi untuk

mngeluarkan janin, sedangkan segmen bawah terus menjadi melebar serta menipis

sehingga batas antara bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran

retraksi patologis keadaan ini disebut letak lintang kasep. Karena kotraksi uterus

terus menerus akan mengakibatkan janin meninggal dan juga bisa menyebabkan

ruptur uteri yang mengakibatkan perdarahan.

e. Pemeriksaan Diagnostik Letak Lintang

1) Inspeksi

Perut membncit ke samping karena janin melintang dalam uterus dengan

kepala di sisi yang satu, sedangkan bokong berada di sisi yang lain sehingga

fundus uteri dan bagian bawah kosong.

2) Palpasi

a) Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan

b) Fungdus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah

masuk ke dalam puntu atas panggul.

c) Kepala (ballottement) teraba di kanan atau di kiri.

3) Auskultasi

Detak jantung janin stinggi pusat kanan atau kiri.

4) Pemeriksaan dalam

a) Teraba tulang iga, scapula dan kalau tangan menumbung teraba tangan

untuk menentukan tangan kanan dan tangan kiri lakukan dengan cara

bersalaman.

b) Teraba bahu atau ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri bila

kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.

c) Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan

klavikula.

d) Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan

ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.

5) Photo rontgen

Tampak janin dalam letak lintang.

f. Penatalaksanaan Pada Letak Lintang

1) Sewaktu hamil

Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya

diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar tetapi

sebelum melakukan versi luar sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan

secara teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul atau plasenta

previa, karena keadaan tersebut membahayakan janin dan ibu, dan meskipun

versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali ke posisi semula dan

untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan korset,

dan harus dilakukan pemeriksaan antenatal ulang untuk menilai letak janin

(Prawirohardjo, 2002).

2) Sewaktu partus

Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan,

sehingga bila terjadi perubahan letak janin dapat segera ditentukan diagnosis

dan penanganannya, pada permulaan persalinan masih dapat diusahakan

mengubah letak lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan

masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida

bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio caesarea

sedangkan pada pertolongan persalinan letak lintang pada multipara

tergantung kepada beberapa faktor, apabila riwayat obstretrik wanita yang

bersangkutan baik, tidak terdapat panggul sempit, dan janin tidak seberapa

besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan servik lengkap

kemudian melakukan versi ekstraksi, selama menunggu harus diusahakan

spaya ketubah tetap utuh. Bila ketubah pecah sebelum pembukaan lengkap

dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio caesarea namun

jka ketuban sudah pecah tetapi tidak disertai prolapsus funikuli, maka

tergantung pada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap

kemudian diakukan versi eksternal atau mengakhiri persalinan dengan seksio

caesarea (Prawirohardjo, 2002).

3) Tingkat pertolongan

a) Bila ketuban belum pecah

Pembukaan 5 cm tunggu sampai pembukaan lengkap kemudian ketuban

dipecahkan dan dapat dilakukan versi dan ekstraksi.

b) Bila ketuban sudah pecah

Bila ketuban belum lama pecah, dan pembukaan lengkap bisa dilakukan

versi dan ekstraksi. Bila ketuban sudah lama pecah dilakukan seksio

caesarea.

c) Bila letak lintang anak hidup dilakukan seksio caesarea

Bila letak lintang anak mati dilakukan laparatomi atau fasilitasi kurang

embriotomi secara hati-hati (Mochtar, 1999).

3. Sectio Caesarea

a. Pengertian Sectio Caesarea

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding

uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui

suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

Section caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi didinding abdomen

(laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). (cuningham, F garry, 2005 ; 592).

b. Tipe-Tipe Bedah Caesar :

1) Berdasarkan Teknik Insisi

Ada dua tipe utama operasi sesaria yaitu sesaria klasik dan sesaria segmen

bawah. Kelahiran sesaria klasik kini jarang dilakukan, tetapi dapat dilakukan

bila diperlukan kelahiran yang cepat dan pada beberapa kasus presentasi bahu

dan placenta privea. Insisi vertical dilakukan kedalam bagian tubuh atas

uterus. Prosedur ini terkait dengan jumlah insiden kehilangan darah, infeksi,

dan ruptur uterus yang lebih tinggi pada kehamilan selanjutnya daripada

kelahiran dengan prosedur sesaria segmen bawah.

Kelahiran sesaria segmen bawah dapat dilakukan melalui insisi vertikal

(Sellheim) atau insisi transversal (Kerr). Insisi vertikal memberiikan ruang

yang lebih luas untuk menlahirkan bayi, tetapi saat ini lebih jarang dilakukan

karena lebih memungkinkan untuk terjadinya komplikasi. Insisi transversal

lebih popular karena lebih mudah dilakukan, kehilangan darah relatif lebih

sedikit, dan infeksi pasca operasi lebih kecil, serta kemungkinan ruptur pada

kehamilan selanjutnya lebih kecil. Kelahiran per vaginam seksio sesaria

dengan insisi klasik dikontraindikasikan.

Keuntungan, Permasalahan Dan Bahaya Spesifik Insisi Melintang :

a) Insisi terletak di segmen bawah

b) Area insisi lebih sedikit vaskularisasinya dibanding segmen atas

c) Segmen bawah lebih mudah dijahit

d) Lebih mudah untuk menutup insisi dengan bladder peritoneum

e) Daerah insisi sangat terbatas pada bagian lateralnya

f) Posisi menyulitkan untuk dilakukan penutupan

g) Injury pembuluh darah pada daerah lateral uterus

h) Hemoragi dan hematom pada daerah insisi.

2) Berdasarkan Indikasi pada Pasien

a) Kelahiran Caesaria Terjadwal

Seksio sesaria ini direncanakan lebih dahulu karena sudah diketahui bahwa

kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan itu. Wanita yang

mengalami kelahiran sesaria terjadwal atau terencana yaitu jika persalinan

dikontraindikasikan, sedangkan kelahiran harus dilakukan, tetapi persalinan

tidak dapat diinduksi atau bila ada statu keputusan yang dibuat antara petugas

kesehatan dan wanita yang akan melahirkan.

Keuntungan dari kelahiran seksio sesaria terjadwal ialah waktu pembedahan

dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan bahwa segala

persiapan dapat dilakukan dengan baik. Kerugiannya adalah oleh karena

persalinan belum dimulai, segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik

sehingga menyulitkan pembedahan, dan lebih mudah terjadi atonia uteri

dengan perdarahan karena uterus belum mulai dengan kontraksinya. Akan

tetapi dapat dikatakan bahwa umumnya keuntungan lebih besar daripada

kerugian.

b) Kelahiran Caesaria Darurat

Wanita yang mengalami kelahiran sesaria darurat atau tidak terencana akan

mengalami duka karena perubahan mendadak yang terjadi pada harapan

mereka terhadap kelahiran, perawatan estela melahirkan, dan perawatan bayi.

Hal ini bisa menjadi pengalaman yang sangat traumatik. Wanita tersebut

biasanya menghadapi pembedahan dengan letih dan tidak bersemangat bila

ternyata persalinan tidak memberikan hasil. Ia akan cemas terhadap

kondisinya dan kondisi janinnya. Ia juga dapat mengalami dehidrasi dan

memiliki cadangan glikogen yang rendah. Seluruh prosedur praoperasi harus

dilakukan dengan cepat dan kompeten.Waktu untuk menjelaskan prosedur

harus singkat. Karena kecemasan ibu dan keluarganya sangat tinggi, banyak

ibu yang telah diinformasikan secara verbal tidak dapat mengingat atau salah

mempersepsikan informasi tersebut. Wanita ini seringkali mengalami

keletihan sehingga mereka memerlukan lebih banyak perawatan pendukung.

Ada beberapa indikasi pasti kelahiran sesaria. Dewasa ini sebagian besar

kelahiran sesaria dilakukan untuk keuntungan janin. Empat kategori

diagnostik merupakan alasan terhadap 75% sampai 90% kelahiran sesaria,

yaitu: distosia, sesaria ulang, presentasi bokong, dan gawat janin (Marieskind,

1989).

c. Indikasi Pelaksanaan Sectio Caesaria

Sectio Caesaria biasanya dilakukan jika ada gangguan pada salah satu dari tiga

faktor yang terlibat dalam proses persalinan yang menyebabkan persalinan tidak

dapat berjalan lancar dan bila dibiarkan maka dapat terjadi komplikasi yang dapat

membahayakan ibu dan janin. 3 faktor tersebut adalah :

1) Jalan lahir (passage)

2) Janin (passanger)

3) Kekuatan yang ada pada ibu (power)

Dalam kasus ini yang menyebabkan harus dilakukan Sectio Caesaria yaitu karena

faktor janin, yaitu posisi janin dalam letak lintang.

Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir, panggul

sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa, cairan

ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan tersebut

menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan presentasi tubuh janin di

dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu lama, mengakibatkan janin kekurangan

oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.

Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat :

a) Bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea adalah cara yang terbaik

dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.

b) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio

sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul sempit.

c) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara

lain.

d. Kontraindikasi Sectio Caesaria

Pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi

berat  sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (Sarwono, 1991).

e. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

a) Pemantauan CTG

b) Elektrolit

c) Hemoglobin/Hematokrit

d) Golongan dan pencocokan silang darah

e) Urinalisis

f) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

g) Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.

h) Ultrasound sesuai pesanan

(Tucker, Susan Martin, 1998)

2) Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, ukur jumlah urin yang

tertampung dikantong urin, periksa/kultur jumlah perdarahan selama operasi.

Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar

laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai APGAR dan kondisi bayi saat

lahir, lembar operasi ditandatangani oleh operator.

f. Penatalaksanaan Medis

1) Persiapan Pre-Operasia) Persiapan penderita :

- Menerangkan kepada penderita dan keluarganya alasan dilakukan

operasi untuk melahirkan janin dan memberikan pengertian serta

kekuatan mental kepada mereka dalam menghadapi keadaan ini, dan

diperlukan juga izin/persetujuan penderita dan keluarga ( Informed

Consent )

- Penjelaan tentang prosedur operasi yang akan dijalani, misal : jenis

anestesi, persiapan dan tindakan setelah operasi.

- Melakukan pengosongan kandung kencing. Pada sectio caesaria

dipasang kateter menetap.

- Mengosongkan isi rectum. Pada plasenta privea tidak dianjurkan

karena dapat menyebabkan perdarahan

- Mencukur rambut pubis dan daerah dinding perut pada operasi per

abdominan

- Memasang cairan infus

- Melakukan pemeriksaan fisik penderita, laborat darah, dan USG

b) Persiapan kamar dan alat-alat operasi

Memberitahukan kepada tim operasi yang bertugas bahwa ada operasi

supaya menyiapkan kamar operasi dan peralatannya.

c) Persiapan tim operasi

2) Penatalaksanaan Post Operasi menurut Cunningham, 1995 :

a) Tanda Vital, dievaluasi setiap 4 jam selama 24 jam pertama

b) Masukan makanan.

Ini bervariasi di antara dokter. Banyak yang membatasi sampai bising usus

aktif dan mengeluarkan gas. Sebaliknya beberapa dokter ahli kebidanan

segera memberikan diet umum atau cairan jernih pada hari pertama dan

diet umum pada hari kedua.

c) Aktifitas

Pada hari pertama pasca bedah, penderita harus dimobilisasi dengan

bantuan perawat untuk miring kanan atau kiri, batuk efektif, bernafas

dalam tiap 1-2 jam setiap bangun.

d) Cairan

Untuk pemberian cairan 3 liter termasuk RL sudah cukup untuk

pembedahan.

e) Kateter

Kateter dapat dilepas setelah 12 jam pasca operasi atau setelah efek

anestesi hilang, untuk mencegah ditensi pada kandung kemih.

f) Obat untuk Nyeri dan Mual

Untuk mengatasi rasa nyeri dan mual dapat diberikan secara intravena atau

intramuscular.

g) Antibiotik

Pastikan untuk melanjutkan antibiotik profilaktik atau teraputik sesuai

indikasi. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi.

h) Laboratorium

Pemeriksaan darah rutin pasca operasi perlu dilakukan. Bila Hb dibawah 8

gr% dianjurkan untuk transfusi.

g. Nasihat Pasca Operasi

− Dianjurkan jangan hamil selama kurang 1 tahun, dengan memakai kontrasepsi

− Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik

− Dianjurkan untuk bersalin di RS yang besar

− Apakah untuk persalinan berikutnya harus dengan seksio sesarea bergantung

dari indikasi seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya

− Hampir di seluruh institute di Indonesia tidak di anut dictum “ once a cesarean

always a cesarean “. Yang dianut adalah “ once a cesarean not always a

cesarean “ kecuali pada panggul sempit atau disproporsi sefalo-pelvik.