LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMIELITIS.docx

27
LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMIELITIS A. PENGERTIAN Osteomielitis (osteo – berasal dari bahasa yunani, yang berarti tulang, mielo-yang berarti sum-sum tulang, dan –it is adalah inflamasi) yang berarti suatu infeksi dari tulang dan sumsum tulang. Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne C, 2002). Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000). Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001). B. ETIOLOGI Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMIELITIS.docx

LAPORAN PENDAHULUANOSTEOMIELITIS

A. PENGERTIAN Osteomielitis (osteo berasal dari bahasa yunani, yang berarti tulang, mielo-yang berarti sum-sum tulang, dan it is adalah inflamasi) yang berarti suatu infeksi dari tulang dan sumsum tulang. Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne C,2002). Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000). Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).

B. ETIOLOGIAdapun penyebab penyebab osteomielitis ini adalah:1. BakteriMenurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalahStaphylococcus aureus(70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan olehEscherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella,danProteus.2. Virus3. Jamur4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C,2002).Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:1. Aliran darahInfeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi).Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul.Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.2. Penyebaran langsungOrganisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnyaOsteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunakInfeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah(misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi). Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain. Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalanipembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.C. PATOFISIOLOGIStaphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksiawitan lambat (stadium 2)terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitisawitan lama(stadium 3)biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati(sequestrum)tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum)dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis(Smeltzer, Suzanne C,2002).

D. KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS1. Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :a. Osteomyelitis primer penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.b. Osteomyelitis Sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka, fraktur, dan sebagainya (Mansjoer, 2000).2. Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :1) Osteomyelitis akuta. Nyeri daerah lesib. Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regionalc. Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada lukad. Pembengkakan lokale. Kemerahanf. Suhu raba hangatg. Gangguan fungsih. Lab = anemia, leukositosis2) Osteomyelitis kronisa. Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyerib. Gejala-gejala umum tidak adac. Gangguan fungsi kadang-kadang kontrakturd. Lab = LED meningkat

E. MANIFESTASI KLINISa. Infeksi Hematogen :a) Awitan mendadak, terjadi dengan menifestasi klinis septikemiab) Menggigil, demam tinggi, nadi cepat, dan malaise umumc) Ekstremitas menjadi sangat sakit, enggan menggerakkan anggota badan yangsakit, bengkak dan nyeri tekand) Pasien mungkin menggambarkan nyeri berdenyut yang konstan yang menguatdengan gerakan (akibat tekanan pus yang tertumpuk)e) Infeksi saluran nafas, saluran kemih, telinga atau kulit sering mendahului osteomyelitis hematogenb. Infeksi Berbatasan atau Kontaminasi Langsung :a) Tidak terdapat gejala septikemiab) Area tampak bengkak, hangat, sangat nyeri, dan nyeri tekan saat disentuhc) Biasanya disertai tanda-tanda cedera dan peradangan ditempat nyeri.d) Terjadi demam dan pembesaran kelenjar getah bening regional.c. Fase Akut Fase akut ialah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari. Pada stadium akut dimana daya peradangan belum tertahan oleh daya tahan tubuh maka anakyang terserang osteomyelitis akan merasa sangat nyeri pada tulang-tulang yang terkena dan selanjutnya akan terdapat pula gejala-gejala panas tinggi dan syndroma yang menunjukkan bahwa anak sakit keras, seperti gelisah, polstinggi dan cepat, leucocytosis yang hebat, dan mungkin anak tersebut tidaksadar.Anggota tubuh yang terdapat osteomyelitis tidak akan dapat digunakan/digerakkan karena sakit, nyeri tekan, kulit berwarna merah, bengkaklokal dan juga panas.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. RontgenMenunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua minggu kemudian tampak bintik-bintik dekalsifikasi pada batang tulang, yang kemudian dapat meluas dan diikuti oleh tanda-tanda pembentukan involukrom (Overdoff, 2002:572).b. Pemeriksaan darahSel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darahc. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcusPemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitasd. Pemeriksaan fesesPemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonellae. Pemeriksaan biopsy tulangMerupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.f. Pemeriksaan ultra soundYaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.g. Pemeriksaan radiologisPemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru. Pemeriksaan tambahan :a. Bone scan: dapat dilakukan pada minggu pertamb. MRI: jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajiana) Identitas KlienNama:Tempat dan tanggal lahir:Umur:Jenis kelamin:Alamat:No. Rekam medik:Status perkawinan:Agama:Pendidikan terakhir:Pekerjaan:Tanggal masuk RS:b) Riwayat kesehatan1. Riwayat kesehatan masa laluIdentifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.2. Riwayat kesehatan sekarangApakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.3. Riwayat kesehatan keluargaAdakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.4. Riwayat psikososialAdakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.B. PEMERIKSAAN FISIK1. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.2. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.3. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada osteomielitis akut)4. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.5. Identisikasi peningkatan suhu tubuh6. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.7. Persepsi dan Penanganan KesehatanKaji sehat-sejahtera yang di rasakan klien dan bagaiman pengetahuan tentang gaya hidup pasien yang berhubungan dengan sehat. Dan bagaimana ketaatan klien pada ketentuan pengobatan.Biasanyapenderita penyakit ini tidak memiliki pengetahuan mengenai penyakit yang dideritanya.8. Nutrisi dan MetabolikBagaimana pola makan biasa dan masukan cairan klien. Apakah ada peningkatan/ penurunan berat badan.Biasanya klien mengalami penurunan nafsu makan karena demam yang terjadi pada penderita osteomielitis.9. EliminasiPada umumnya, penderita tidak mengalami perubahan pada frekuensi BAB dan BAK.10. Aktifitas dan LatihanBiasanya Penderita penyakit ini mengalami keterbatasan dalam bergerak, karena nyeri yang dirasakanya dan tingkat ketergantungan penderita terhadap orang lain meningkat.11. Istirahat dan TidurPenderita penyakit ini, pada umumnya mengalami gangguan saat tidur yang di akibatkan oleh rasa nyeri akibat infeksi tulang.12. Kognitif dan PersepsiBiasanya penderita penyakit ini tidak mengalami gangguan dalam penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan. Pola kognitif juga normal.13. Persepsi / Konsep DiriBiasanya penderita penyakit ini, mengalami gangguan pada konsep diri. Penderita penyakit ini juga mengalami kecemasan yang di akibatkan penyakit yang di deritanya.

14. Peran dan HubunganBiasanya pola hubungan penderita penyakit ini tidak terganggu, hanya saja peran penderita akan sedikit terganggu karena sakit.dan tidak bisa menjalankan perannya sebagaimana mestinya.15. Seksual dan ReproduksiBiasanya penderita penyakit ini mengalami gangguan dalam hubungan seksualnya. Karena nyeri yang dirasakannya.16. Koping daaan Toleransi StresBiasanya penderita penyakit ini akan mengalami stress akibat penyakit yang di deritanya.17. Nilai dan KepercayaanKalau dalam beribadah biasanya agak sedikit terganggu karena biasanya pada penderita penyakit ini akan mengalami gangguan mobilitas dan nyeri.

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.NANDANOCNIC

1.Nyeri berhubungan dengan pembentukanabses tulangTingkatan nyeria.Melaporkan Nyerib.Persen respon tubuhc.Frekuensi nyerid.Panjangnya episode nyerie.Ekspresinyeri lisanf.Ekspresi wajahsaat nyerig.Kegelisahanh.Berkeringati.Perubahan frekuensi pernapasanj.Perubahan frekuensi nadik.Perubahan Tekanan darahl.Perubahan ukuran pupilm.Ketegangan Otot

kontrol nyeria.Menilai factor penyebabb.Recognize lamanya Nyeric.Gunakan ukuran pencegahand.Penggunaan mengurangi nyeri dengan non analgesice.Penggunaan analgesic yang tepatf.Gunakan tanda tanda vital memantau perawatang.Laporkan tanda / gejala nyeri pada tenaga kesehatan professionalh.Menilai gejala dari nyerii.Laporkan bila nyeri terkontrol

Manajemen nyeria. Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.b. Pastikan Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.c. Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu makan, aktivitas, kesadaran, mood, hubungan sosial, performance kerja dan melakukan tanggung jawab sehari-hari)d. Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien dan rencana keperawatane. Menyediakan informasi tentang nyeri, contohnya penyebab nyeri, bagaimana kejadiannya, mengantisipasi ketidaknyamanan terhadap prosedurf. Kontrol faktor lingkunganyang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien (suhu ruangan, pencahayaan, keributan)g. Menyediakan analgesic yang dibutuhkan dalam mengatasi nyerih. Gunakan cara mengontrol nyeri sebelum menjadi menyakitkan (puncak nyeri)i. Evaluasi efektifitas metoda yang digunakan dalam mengontrol nyeri secara berkelanjutanj. Modifikasi metode kontrol nyeri sesuai dengan respon pasienk. Anjurkan untuk istirahat/tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeril.Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri ynag diberikan dalam interval yang ditetapkan

Pemberian Analgesic

a. Menentukan lokasi , karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasienb. Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis, dan frekuensi yang ditentukan analgesikc. Cek riwayat alergi obatd. Dokumentasikan respon pasien tentang analgesik, catat efek yang merugikane. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik dengan dosis pertama atau jika ada catatan luar biasa.f. Cek pemberian analgesik selama 24 jam untuk mencegah terjadinya puncak nyeri tanpa rasa sakit, terutama dengan nyeri yang menjengkelkang. Tentukan jenis analgesik yang digunakan (narkotik, non narkotik atau NSAID) berdasarkan tipe dan tingkat nyeri.h. Tentukan analgesik yang cocok, rute pemberian dan dosis optimal.

2.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan-TingkatMobilitasa. Keseimbangan penampilanb. Posisi tubuhc. Perpindahan ototd. Perpindahan sendie. Perpindahan penampilanf. Ambulansi : berjalang. Ambulansi dengan kursi roda

-Posisi badan : inisiatif sendiria. Telentang ke telentangb. Telentang ke dudukc. Duduk ke telentangd. Duduk ke berdirie. Berdiri ke dudukf. Berdiri ke berlututg. Berlutut ke berdirih. Berdiri ke jongkoki. Jongkok ke berdirij. Melengkungkan punggungk. Sisi ke sisi

Terapi latihan:Mobilitas Sendia.Tentukan batasan dari perpindahan sendi dan dampak dari fungsinyab.Tentukan tingkat motifasi pasien untuk perawatan dan pemulihan perpindahan sendic.lindungi pasien dari trauma selama latihand.bantu pasien untuk posisi tubuh yang optimal baik itu berpindah pasif/aktife.Aktifitas pasif (PROM) atau membantu latihan (AROM), sebagai indikasif.bantu peningkatan sendi secara berkala dengan batasan nyeri, kesabaran dan mobilitas sendig.bantu untuk bangun dari tempat tidur atau dari kursi rodah.kontrol lokasi dan ketidaknyamanan dan nyeri selama beraktifitas/berpindahi.mulai pengontrolan ukuran nyeri sebelum memulai latihan sendiPosisia.sediakan tempat tidur yang terapeutikb.Posisi dalam mempersiapkan kesajajaran tubuhc.instruksikan kepada pasien bagaimana menggunakan posisi yang bagus dan gerak tubuh yang bagus dalam beraktifitasd.posisikan untuk mengurangi dyspnea (mis. posisi semi melayang), jika diperlukane.pelihara posisi akan integritas dari sistemf.bantu imobilisasi setiap 2 jam, sesuai jadwalg.tempatkan posisi tempat tidur yang nyaman agar mudah dalam perpindahan posisih.Tempatkan dalam posisi yang terapeutik

2.Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasiTermoregulasia.Temperatur kulitb.Temperatur tubuhc.Tidak adanya sakit kepalad.Melaporkan kenyamanan tingkat panase.Tidak adanya iritabilitasf.Tidak adanya perasaan mengantukg.Tidak adanya perubahan warna kulith.Tidak adanya kejang pada ototi.Berkeringat ketika panasj.Menggigil ketika dingink.Kecukupan hidrasil.Tidak adanya ngilu pada otot

Pemantauan tanda-tanda vitalMengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status pernafasan, jika diperlukanMencatat gejala dan turun naiknya tekanandarahMempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukanMemantau dan mencatat tnda-tanda dan syimptom hypothermia dan hyperthermiaMengukur warna kulit, temperature, dan kelembabanMeneliti kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vitalMemeriksa keakuratan alat yang digunakan untuk mendapatkan data pasien secara periodicPengobatan demamPantau suhu berkali-kali jika diperlukanPantau kehilangan cairan yang tidak sadarAdakan pemantauan suhu secara berkelanjutan, jikadiperlukanPantau warna kulit dan suhuPantau aktivitas berlebihanTempatkan pasien pada bagian hipotermiaPantau adanya abnormalitas elektrolitAtur cairan IV, jika diperlukanAnjurkan peningkatkan asupan cairan oralAtur oksigenPantau intake dan output

3.Resiko penyebaran infeksi berhubungan denganpembentukan pus dan nekrosis jaringanPenyembuhan luka : sekunderPenyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangana.Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitasb.Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedapc.Berikan perawatan lukad.Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asame.Kaji tonus otot, reflek tendonf.Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas cederag.Kolaborasi :a.Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokterb.Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, heather.2009.Nursing Diagnosis definition and classification.USA: wiley Blackwell

Moorhead, sue dkk.2008.Nursing Outcomes Classification (NOC).USA: Mosby Elsevier

Bulechek,gloria dkk.2008.Nursing Interventions Classification (NIC).USA: Evolve Elsevier

Brunner & Suddarth. 2002.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Doenges, E. Marilynn. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Rasjad, Chairuddin.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit Yarsif Watampone. 2003. Halaman 132-141.

Sjamsuhidajat.R; De Jong.W, Editor.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi Revisi, Cetakan Pertama.Jakarta: EGC

Schwartz.SI; Shires.GT; Spencer.FC.2000.Intisari Prinsip Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMIELITISPADA KLIEN NY. D DI RUANGAN 17RUMAH SAKIT UMUM SAIFUL ANWARMALANG

NAMA: Febby MokodompitNIM: 201410461011030

PRAKTIK KLINIK PENDIDIKAN PROFESI NERSPROGRAM STUDI PROFESI NERSUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2014

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dalam rangka PRAKTIK PROFESI Ners mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang di Ruang 17, RSUD dr. Saiful Anwar mulai tanggal 10 November 15 November 2014.

Malang, November 2014Nama Mahasiswa (Ners Muda)

Febby MokodompitNIM.201410461011030

Mengetahui,

Pembimbing InstitusiPembimbing Lahan (RS)

( )( )

PATHWAY OSTEOMIELITIS