LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

35

description

LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS
Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

A. Pengertian

Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungand

engan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi kandung

empedu. (Doenges, Marilynn, E., 1999)

Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam kandung

empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu. Batu empedu memiliki

ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Smeltzer, Suzanne, C. 2001)

B. Etiologi

Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran,

disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada duktus

koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada

submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia

di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E. 1999)

C. Patofisiologi

Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang tersusun dari pigmen dan batu yang tersusun dari

kolesterol.

1. Batu pigmen : kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak terkonjugasi dalam

empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu-batu ini tidak dapat

dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

2. Batu kolesterol : kolesterol sebagai pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air,

kelarutannya tergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pasien

penderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan

sintesis kolesterol dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu

yang jenuh oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan

membentuk batu dan menjadi iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung

empedu (Smeltzer, Suzanne C., 2000)

D. Manifestasi Klinis

1. Aktifitas atau istirahat

Gejala : kelemahan

Tanda : gelisah

2. Sirkulasi

Tanda : takikardi, berkeringat

3. Eliminasi

Gejala : perubahan warnaa urin dan feses

Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urin gelap, pekat, feses

warna tanah liat, steaforea.

4. Makanan / cairan

Gejala : anoreksia, mual atau muntah, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat

makan, flatus, dispepsia

Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan

5. Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan, kolik

epigastrium tengah sehubungan dengan makan.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadaran kanan atas ditekan

6. Pernafasan

Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas pendek, dangkal

7. Keamanan

Tanda : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatal, perdarahan (kekurangan vitamin

K)

(Doenges, Marilynn E, 1999)

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan sinar X-Abdomen

2. Ultrasonografi (USG)

3. Pemeriksaan pencitraan radionukleida atau koleskintografi

4. Kolesistogragi

5. Kolanlopankreatogragi retrogad endoskopik CERCP : Endoscopic Retrograde

Cholangiopancreatography) : pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik yang

fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens.

6. Kolangiografi transhepatik perkutan : penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam

percabangan bilier.

(Smeltzer, Suzanne, C. 2001)

7. Darah lengkap : lekositosis sedang

8. Bilirubin dan amilase serum meningkat

9. Enzim hati serum –AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH meningkat

10. Kadar protrombin : menurun

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

11. CT-scan

(Doenges, Marlynn, E, 1999)

F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan non bedah

a. Penatalaksanaan pendukung dan diet

80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus,

pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang dianjurkan adalah tinggi

protein dan karbohidrat.

b. Farmakoterapi

Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial, chenofalk). Fungsinya

untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya dan tidak desaturasi

getah empedu.

c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan

Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin atau metil

tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.

Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk

memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus koleduktus.

d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut berulang yang

diarahkan kepada batu empedu yang gelombangnya dihasilkan dalam media cairan

oleh percikan listrik.

Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis

2. Penatalaksanaan bedah

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung empedu diangkat

setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.

b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.

c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui dinding

abdomen pada umbilikus.

d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian batu empedu.

(Smeltzer, Suzanne C, 2001)

Ekskresi kolesterol bilirubin

Kristalisasi kolesterol bilirubin

Terbentuk batu

Menyumbat choleduktusistikus

Aliran asam empedu

Kontriksi kantong empedu

Distensi kandung empedu

Sensitivitas syaraf nyeri

Nyeri

Akumulasi asamL

Mualambung

Iritasi mukosa lambung

Merangsang pusat muntah

Muntah

Pergerakan batu

Iritasi mukosa empedu

Aktivitas syaraf nyer organ

viseral dan aktivitas simpatis

Motilitas lambung menurun

Pengosongan lambung lambat

Perut terasa penuh

Nafsu makan menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

E. coli

Masak dalam empedu

Bilirubin glukoronis diubah jadi bilirubin bebas

Aliran bilirubin terkonjugasi

Penumpukan bilirubin

Masuk aliran darah

Menumpuk pada subkutis

Merangsang produksi

histamin

GatalResiko kerusakan integritas

kulit

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

G. Pathway dan Masalah Keperawatan

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

H. Komplikasi

1. Kolistitis obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koleduktus

2. Peritonitus

3. Ruptur dinding kandung kemih

(Arif Mansjoer, 2001)

I. Diagnosa Keperawatan Post Operasi

1. Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan bedah abdomen.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan insisi bedah abdomen.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan drainase bilier sesudah

dilakukan tindakan bedah.

4. Gangguan nutrisi berhubungan dengan sekresi getah empedu yang tidak adekuat.

5. Kurang pengetahuan tentang kegiatan merawat diri sendiri setelah pulang dari rumah

sakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

(Smeltzer, Suzanne, C, 2001)

J. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, obstruksi (spasme duktus)

Intervensi :

a. Observsai dan catat beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

Rasionalisasi : membedakan penyebab nyeri dan kemajuan atau perbaikan penyakit,

terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.

b. Catat respon terhadap obat

Rasionalisasi : nyeri berat tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan

terjadinya komplikasi.

c. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.

Rasionalisasi : posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen namun pasien

akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alami.

d. Gunakan spresi halus atau katun

Rasionalisasi : menurunkan iritasi atau kulit kering dan sensasi gatal.

e. Dorong menggunakan teknik relaksasi

Rasionalisasi : meningkatkan istirahat dapat meningkatkan koping

f. Kontrol suhu lingkungan

Rasionalisasi : udara dingin dapat meminimalkan ketidaknyamanan kulit.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui

penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi dan hipermotilitas gaster.

Intervensi :

a. Pertahankan masukan dan haluaran akurat, kaji membran mukosa, kulit, nadi perifer,

dan pengisian kapiler.

Rasionalisasi : memberikan informasi tentang status cairan atau volume sirkulasi dan

kebutuhan penggantian.

b. Awasi tanda atau gejala peningkatan atau berlanjutnya muntah atau mual dan kram

abdomen.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

Rasionalisasi : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral

dapat menimbulkan defisit natrium, kalium dan klorida.

c. Hindarkan dari lingkungan yang berbau

Rasionalisasi : menurunkan rangsangan pada pusat muntah.

d. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut, berikan minyak.

Rasionalisasi : menurunkan kekeringan membran mukosa.

e. Kaji perdarahan yang tak biasanya

Rasionalisasi : protrombin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran

empedu terhambat, meningkatkan resiko perdarahan.

3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

atau muntah, dispepsia, nyeri

Intervensi :

a. Kaji distensi abdomen, sering berdahak, berhati-hati menolak bergerak

Rasionalisasi : tanda non verbal ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan

pencernaan nyeri gas.

b. Hitung pemasukan nyeri

Rasionalisasi : mengindentifikasi kekurangan atau kebutuhan nutrisi

c. Timbang sesuai indikasi

Rasionalisasi : mengawasi keefektifan rencana diet

d. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan

Rasionalisasi : untuk meningkatkan nafsu makan atau menurunkan mual

e. Ambulasi dini dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi

Rasionalisasi : membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan

kurangnya informasi.

Intervensi :

a. Kaji ulang proses penyakti atau prognosis

Rasionalisasi : memberikan dasar pengetahuan dalam mengambil keputusan.

b. Berikan penjelasan atau alasan tes dan persiapannya

Rasionalisasi : informasi menurunkan cemas dan rangsangan simpati

c. Kaji ulang program obat:

Rasionalisasi : dosis harus sesuai indikasi pasien

d. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak

Rasionalisasi : mencegah terulangnya serangan kandung empedu

(Doenges, Marilynn, E, 1999)

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS

A. Pengkajian

Tanggal pengkajian : 22 April 2008

Jam pengkajian : 15. 00 WIB

Tanggal masuk : 10 April 2008

No. RM : 891767

1. Identitas

a. Identitas pasien

Nama : Tn. M

Tempat tanggal lahir : 08 April 1948

Umur : 60 th

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Sumodilagan, Joyosuran 04/09 Ps. Kliwon

Surakarta

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. M

Umur : 46 th

Jenis kelamin : Perempuan

Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Sumodilagan, Joyosuran 04/09 Ps. Kliwon

Surakarta

Hubungan dng pasien : Istri

2. Keluhan utama

Penurunan mengatakan nyeri pada perut kanan atas

3. Riwayat keperawawatan

a. Riwayat keperawatan sekarang

Pasien dengan keluhan perut nyeri pada kanan atas sejak 5 tahun yang lalu,

nyeri seperti ditusuk-tusuk menjalar sampai ke pinggang, nyeri dirasakan hilang

timbul kadang nyeri hilang sendiri, kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter di

USG dan di diagnosis batu empedu pasien menolak untuk operasi dan minta pulang,

selama 5 tahun nyeri sering kumat-kumatan, tiap kumat pasien memeriksakan diri ke

dokter dan diberi obat pengurang nyeri, dalam 1 tahun terakhir kumat 2 kali, terakhir

kumat 3 bulan yang lalu. ± 3 hari yang lalu sebelum masuk RS pasien mendadak

panas, panas hilang timbul di periksakan ke dokter pada 1 hari di RS di USG di

diagnosis batu empedu, diberi obat penurun panas dan pengurang nyeri, tetapi sakit

tidak berkurang lalu dibawa ke RSDM.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan belum pernah mondok di RS, bila pasien sakit sering dibawa ke

dokter dan setelah di diagnosis batu empedu pasien menolak untuk operasi.

c. Riwayat keperawatan keluarga

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang

diderita oleh pasien, keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan

dan menular.

4. Pola fungsional (Gordon)

a. Biologis

1) Pola oksigenasi

Pasien tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak terpasang O2, bernafas 20 x/menit,

sebelum sakit pasien juga tidak ada gangguan dalam bernafas.

2) Pola cairan dan elektrolit

Pasien mendapatkan cairan dari infus RL 20 tpm, sehari sebanyak 2000 cc/hari, dari

minum sebanyak ± 1000 cc per hari.

Sebelum sakit : pasien sehari minum ± 1500 cc air putih, dan ± 200 cc teh hangat tiap

pagi hari.

3) Pola nutrisi

Sebelum sakit : pasien makan 3 x sehari dengan porsi sedang dengan nasi, lauk dan

sayur.

Selama sakit : pasien makan 3 x sehari dengan ¼ porsi dari porsi rumah sakit ± 75 cc,

diit 1700 k.kalori, diit rendah lemak, pasien mengatakan mual

dan tidak nafsu makan

4) Pola eliminasi

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

Sebelum sakit : pasien BAB 1 x sehari, kebiasaan pada pagi hari dengan konsistensi

lembek, warna kuning dan berbau khas. BAK : ± 5-6 x/hari,

dengan warna kuning jernih dan berbau khas.

Selama sakit : pasien selama sakit BAB 3 kali, dengan konsistensi ± 1000 cc, lembek,

warna seperti dempul dan berbau khas.

BAK : ± 4-5 x/hari, warna gelap seperti teh ± 1000-1500 cc

5) Pola keamanan dan kenyamanan

Sebelum sakit : pasien tidak ada masalah dengan keamanan, pasien merasa tidak

nyaman bila sakitnya kambuh.

Selama sakit : selama di RS pasien merasa aman karena selalu ditunggui oleh

keluarganya, pasien kurang nyaman dengan keadaannya saat ini,

karena nyeri yang dirasakannya.

6) Pola personal hygiene

Sebelum sakit : pasien mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, keramas 2 x/minggu,

melakukan personal hygiene secara mandiri

Selama sakit : pasien mandi disibin oleh keluarga 1 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, selama

di RS belum pernah keramas.

7) Pola istirahat tidur

Sebelum sakit : pasien istirahat ± 2jam/hari, tidur malam ± 5 jam/hari, tidur siang ± 1

jam/hari.

Selama sakit : pasien istirahat ± 4 jam/hari, tidur malam ± 8 jam/hari, tetapi sering

terbangun, tidur siang ± 3 jam/hari.

8) Pola aktivitas dan latihan

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

Sebelum sakit : pasien beraktivitas secara mandiri.

Selama sakit : pasien beraktivitas dibantu oleh keluarga.

9) Konsep diri

Gambaran diri : pasien tidak merasa malu dengan keadaannya saat ini

Ideal diri : pasien menerima sakitnya saat ini dan akan berusaha semaksimal mungkin

untuk kesembuhannya.

Harga diri : pasien tidak merasa harga dirinya terganggu dengan keadaannya saat ini

Peran diri : pasien berperan sebagai seorang suami dan ayah dari 3 orang anak

Identitas diri : pasien mengakui sebagai seorang laki-laki sepenuhnya

b. Psikologis

Pasien cemas dengan keadaanya saat ini, karena sudah lama mondok di RS, dan pasien

selama di rS tidak dapat bekerja

c. Sosial

Pasien mengatakan bahwa hubungan dengan keluarga dan masyarakat sekitar baik,

interaksi antara anggota keluarga dan masyarakat sekitar terjalin baik.

d. Spiritual dan kultur

Pasien beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya, tidak ada

budaya yang bertentangan dengan kesehatan.

e. Pengetahuan

Pasien mengatakan mengetahui sedikit-sedikit tentang penyakitnya saat ini.

5. Pemeriksaan fisik

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

a. Keadaan umum : Baik

b. Tingkat kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital : TD : 140/80 mmHg N : 95 x/menit

S : 37°C Rr : 20 x/menit

BB sebelum : 63 kg

BB sekarang : 60 kg

d. Kepala : Tidak ada massa, kulit kepala kotor, rambut pendek, beruban.

e. Mata : Konjungtiva anemis, sklera an ikterik, fungsi penglihatan baik, simetris kanan

kiri

f. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada gangguan fungsi

g. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan fungsi pendengaran

h. Mulut : Tidak ada stomatitis, bersih, tidak terpasang NGT

i. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

j. Dada

Jantung : I : IC tidak tampak

P : IC tidak kuat angkat

P : Batas jantung tidak melebar

A : BJ I = BJ II

Paru : I : Pengembangan dada kanan = kiri

P : Fremitus raba kanan = kiri

P : Sonor

A : Vesikuler

k. Abdomen : P : Nyeri bertambah jiak beraktivitas banyak dan berkurang jika berbaring

Q : Ditusuk-tusuk,

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

R : Perut kanan atas

S : Skala nyeri sedang (5)

T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit

Abdomen I : Tidak ada lesi, ada asites

A : Peristaltik usus 12 x/menit

P : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas

P : Pekak kanan atas

l. Ekstremitas Atas : Terpasang infus pada tangan kanan

Bawah : Tidak mengalami gangguan pada ekstremitas bawah, tidak oedem

m. Genitourinaria : Bersih, tidak terpasang DC

n. Kulit : Sawo matang

o. BB sebelum : 63 kg

BB sekarang : 60 kg

6. Pemeriksaan penunjang 22 April 2008

a. Hasil laboratorium tanggal 11 April 2008

Pemeriksaan Hasil Normal

Hemoglobin Eritrosit Hematokirt Leukosit Trombosit

13,0 gr/dl4,62 100 ul38,3 %8,3 103 ul97 103 ul

13,5-18,0 gr/dl4,6-6,2 100 ul40-54 %4,5 – 11,0 103 ul150 – 440 103 ul

Hasil laboratorium tanggal 16 April 2008

Hemoglobine Eritrosit Hematokrit Leukosit Trombosit

12,5 gr/dl3,8 10° ul31,5 %7,8 103 ul408 103 ul

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

Hasil laboratorium tanggal 21 April 2008

Hemoglobine Eritrosit Hematokrit Leukosit Trombosit

11,6 gr/dl3,87 10° ul34,2 %5,1 103 ul529 103 ul

7. Program terapi

a. Parenteral :

1) Ceftazidine 1 gr/12 jam

2) Hexer 500 mg/12 jam

3) Antrain 500 mg/8 jam

4) Neurobion 500 mg/24 jam

5) Infus RL : 20 tpm (2000 cc/hari)

6) Infus albumin 25 % 100 cc

7) Tranfusi PRC 4 kolf

b. Enteral :

1) Diit nasi 1700 k kalori, rendah lemah

2) Noperten 1 x 1 tablet 350 mg (malam)

3) Gemfibrosil 1 x 300 mg

4) Diltiazen 3 x 30 mg

5) Curcuma 3 x 1 tablet

6) Urdofalk 3 x 1 tablet

8. Data fokus

a. Data subyektif :

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

1) Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan atas

P : Nyeri bertambah jika beraktivitas banyak dan berkurang jika berbaring

Q : Ditusuk-tusuk

R : Perut kanan atas

S : Skala nyeri sedang (5)

T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit

2) Pasien mengatakan mual jika habis makan

3) Pasien mengatakan nafsu makan menurun

4) Pasien mengatakan badan terasa lemes

5) Pasien mengatakan bahwa aktivitasnya dibantu oleh keluarga

6) Pasien mengatakan jika telalu lama duduk terasa pusing

b. Data obyektif :

1) Pasien tampak meringis kesakitan

2) TTV : TD : 140/80 mmHg, N : 95 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 37,1°C

3) BB sebelum 63 kg, BB sekarang 60 kg

4) Pem abdomen :

I : Tidak ada lesi, ada asites

A : Peristaltik usus 12 x/menit

P : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas

P : Pekak perut kanan atas

5) Makan habis ¼ porsi RS ± 75 cc

6) Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas

7) Pasien disibin oleh keluarga

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

B. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Problem

1. DS : - Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan atasP : Nyeri bertambah jika beraktivitas banyak dan

berkurang jika berbaringQ : Ditusuk-tusukR : Perut kanan atasS : Skala nyeri sedang (5)T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit

DO: - Pasien tampak meringis kesakitan- TTV : TD : 140/80 mmHg, N : 95 x/menit, RR : 20

x/menit, S : 37,1°C- Pem abdomen :

I : Tidak ada lesi, tidak ada asitesA : Peristaltik usus 12 x/menitP : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atasP : Tympani

Nyeri akut Proses inflamasi

2 DS : - Pasien mengatakan mual jika habis makan- Pasien mengatakan nafsu makan menurun DO: - BB sebelum 63 kg- BB sekarang 60 kg- Makan habis ¼ porsi RS (x241 75 cc)

Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Intake yang tidak adekuat

3. DS : - Pasien mengatakan badan terasa lemas- Pasien mengatakan bawah aktiviasnya dibantu oleh

keluarga- Pasien mengatakan jika terlalu lama duduk terasa pusingDO: - Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas- Pasien mandi disibin oleh keluarga

gangguan pemenuhan ADL

kelemahan fisik

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

2. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungand engan intake yang tidak

adekuat.

3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.

D. Intervensi

1. Dx. I. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x

24 jam

Kriteria hasil :

1. Skala nyeri berkurang atau skala nyeri 0

2. Pasien tampak rileks

Intervensi :

1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

2. Observasi dan catat tingkat atau skala nyeri

3. Lakukan teknik managemen nyeri

4. Ajarkan teknik managemen nyeri

5. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program (antrain 500 mg)

2. Dx. II. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam.

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

Kriteria hasil :

1. Nafsu makan bertambah

2. BB stabil atau tidak turun

3. Mual-muntah hilang

Intervensi :

1. Observasi atau timbang BB tiap hari

2. Kaji pola makan pasien

3. Berikan makan selagi hangat

4. Anjurkan makan sedikit tapi sering

5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit (diit nasi 1700 k kalori, diit rendah

lemak)

3. Dx. III. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam.

Kriteria hasil : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.

Intervensi :

1. Kaji tingkat ketergantungan pasien.

2. Bantu pasien dalam beraktivitas

3. Anjurkan pasien untuk beraktivitas secara betahap

4. Libatkan keluarga dalam aktivitas pasien

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

E. Implementasi

No Hari/tgl/jam Dx Implementasi Respon Ttd

1. Rabu,23-04-2008

08.30

I, II, III

Kaji dan catat keadaan umum dan TTV

KU : BaikTD : 130/80 mmHg, S : 37°C, RR : 20 x/menit, N : 80 x/menit

08.45 I Mengkaji tingkat nyeri Skala nyeri sedang (4)

09.30 Mengajarkan teknik bernafas dalam

Pasien dapat mendemontrasikan

09.45 Menganjurkan untuk melakukan nafas dalam jika nyeri

Pasien mau melakukan

11.00 Memberikan injeksi sesuai program (antrain 500 mg)

Obat masuk

09.00 II Mengkaji pola makan pasien Pasien makan habis ½ porsi RS ± 100 cc

Anjurkan makan sdikit tapi sering

Pasien mengatakan masih mual jika habis makan

12.00 Berikan makan selagi hangat sesuai program, diit nasi 1700 kkalori, diit rendah lemak

Pasien mau makan habis ¼ porsi RS ± 75 cc

13.30 III Mengkaji tingkat ketergantungan pasien

Anjurkan pasien untuk beraktivitas secara bertahap

Pasien hanya bisa tiduran dan duduk di tempat tidurPasien mengatakan masih lemas

Keluarga mengatakan membantu aktiviats pasien

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

No Hari/tgl/jam Dx Implementasi Respon Ttd

Melibatkan keluarga dalam aktivitas pasien

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

F. Evaluasi

Tgl/hari/jam Dx Evaluasi TTD

Rabu 24 April 2008

13.45

I S : Pasien mengatakan masih nyeri di perut kanan atas, nyeri hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk, durasi ± 3 menit, skala nyeri sedang (4)

O : Pasien tampak gelisahA : Masalah keperawatan nyeri teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan

Kolaborasi pemberian analgetik (antrain 500 mg)

II S : Pasien mengatakan belum nafsu makan, dan masih mualO : Pasien makan habis ¼ porsi RS ± 75 ccA : Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

sebagianP : Intervensi dilanjutkan

Sajikan makan selagi hangat Berikan obat oral curcuma 3 x 1 tablet

III S : Pasien mengatakan masih pusing jika duduk lama, dan nyeri jika banyak bergerak

O : Pasien terlihat hanya tiduranA : Masalah gangguan pemenuhan ADL teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan

- Libatkan keluarga dalam aktivitas pasien

http://dc184.4shared.com/doc/ZfO-EcsF/preview.html

Label: kawan-kawan seperjuangan, keperawatan, ocin oktin, stikes, tugas kuliah