Laporan Pendahuluan Kehilangan Dan Berduka 22

15
LAPORAN PENDAHULUAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Praktik Keperawatan Trauma dan Krisis Pengampu : Puji Lestari, S.Kep.,Ns M.Kes OLEH PIANIKE WIDIAWATI 010109a105 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

irma

Transcript of Laporan Pendahuluan Kehilangan Dan Berduka 22

Page 1: Laporan Pendahuluan Kehilangan Dan Berduka 22

LAPORAN PENDAHULUAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Praktik Keperawatan Trauma dan Krisis

Pengampu : Puji Lestari, S.Kep.,Ns M.Kes

OLEH

PIANIKE WIDIAWATI

010109a105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NGUDI WALUYO UNGARAN

2012/2013

Page 2: Laporan Pendahuluan Kehilangan Dan Berduka 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang

sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.Kehilangan dan

berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau

nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak

melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.Dalam perkembangan masyarakat

dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu

yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.

Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila

menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan

diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang

memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi

perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat berkerja sama dengan klien yang

mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk

memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan

mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita

setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi,

mental dan sosial yang serius.

Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan

keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang

mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan

dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi

ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,

penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi

seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan

kematian (Potter & Perry, 2005).

Page 3: Laporan Pendahuluan Kehilangan Dan Berduka 22

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan keperawatan dengan klien yang mengalami krisis

(situasional) sesuai dengan tahap dan kemampuan kontrol berduka.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan tentang definisi berduka dan kehilangan

b. Mamapu menjelaskan tentang tipe kehilangan

c. Mampu menjelaskan tentang jenis-jenis berduka

d. Mampu menjelaskan tentang tahap-tahap berduka

e. Mampu menerapkan intervensi berduka dalam memberikan asuhan

keperawatan pasien dengan krisis situasional.

Page 4: Laporan Pendahuluan Kehilangan Dan Berduka 22

3. DEFINISI

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan

(Lambert dan Lambert,1985,h.35).

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang

dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan

lain-lain.

Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubah-

ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun

perilaku seseorang.

Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau

bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : (1) menolak (denial);(2)

marah (anger); (3) tawar-menawar (bargaining); (4) depresi(depression); dan (5)

menerima (acceptance) (TLC, 2004)

4. TIPE KEHILANGAN

A. Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

a) Aktual atau nyata

Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,

kematian orang yang sangat berarti / di cintai.

b) Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,

misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan

perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

B. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA

merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka

disfungsional.

a) Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang

dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan

fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas

normal.

b) Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan

pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu

Page 5: Laporan Pendahuluan Kehilangan Dan Berduka 22

kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan

ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke

tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan

5. JENIS-JENIS KEHILANGAN

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

a) Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang

yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu

dari tipe-tipe kehilangan,yang mana harus ditanggung oleh

seseorang.Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang

dicintai.Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau

jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa

dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

b) Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan

tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap

keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam

kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara

atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang

dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi

tubuh.

c) Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau

bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang

dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan

kegunaan benda tersebut.

d) Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat

dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu

periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka

akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

Page 6: Laporan Pendahuluan Kehilangan Dan Berduka 22

e) Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan

respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang

sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

6. TAHAP-TAHAP BERDUKA

Teori Kubler-Ross kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross

(1969) adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai

berikut:

a) Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat

menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan

seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada

saya!” umum dilontarkan klien.

b) Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih”

pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan.

Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan

marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan

merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.

c) Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus

atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali

mencari pendapat orang lain.

d) Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari

makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk

berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

e) Penerimaan (Acceptance)

Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross

mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi

kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.

Page 7: Laporan Pendahuluan Kehilangan Dan Berduka 22

7. INTERVENSI

No Perencanaan Rasional

1. Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi.

Identifikasi perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap

ini.

Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk

perencanaan keperawatan yang efektif bagi pasien yang

berduka.

2. Bina hubungan saling percaya dengan klien.Perlihatkan sikap

empati dan perhatian kepada klien.

Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan

dasar terbina hubungan terapeutik.

3. Berikan motivasi dan anjurkan klien mengenali peristiwa

kehilangan yang dialaminya, untuk mendiskusikan pikiran dan

perasaannya.

Motivasi dan mengenali jenis kehilangan akan membuat klien

lebih terbuka mengenai pikiran dan perasaannya.

4. Dengarkan klien dengan penuh empati. Berikan respon dan

tidak menghakimi.

Hal ini menunjukkan rasa peduli terhadap perawatan klien,

tetapi tidak terlibat secara emosi. Klien akan merasa aman dan

nyaman saat bercerita kepada perawat.

5. Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku

yang berhubungan dengan setiap tahap. Bantu pasien untuk

mengerti bahwa perasaan seperti rasa sedih dan kesepian

terhadap konsep kehilangan dan berduka adalah perasaan yang

wajar dan dapat diterima selama proses berduka.

Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang

berhubungan dengan berduka yang normal dapat menolong

mengurangi beberapa perasaan bersedih menyebabkan

timbulnya respon-respon ini.

6. Anjurkan klien mengidentifikasi cara – cara mengatasi berduka Klien mampu memilih cara mengatasi kedukaan yang dirasa

Page 8: Laporan Pendahuluan Kehilangan Dan Berduka 22

yang dialaminya. membuat klien nyaman.

7. Libatkan klien dalam aktivitas kelompok sesuai

dengan aktivitas yang disenanginya.

Aktivitas fisik / memberikan suatu metode yang aman dan

efektif untuk mengeluarkan emosi dan kedukaan yang

terpendam.

8. Anjurkan klien memahami hubungan antara kehilangan yang

dialami dengan keadaan dirinya serta memanfaatkan faktor

pendukung .

Mampu menerima baik aspek positif maupun negatif dari

konsep kehilangan sebelum proses berduka selesai

seluruhnya.

9. Anjurkan kepada keluarga klien menjaga komunikasi dan

hubungan interpersonal

Selalu menjaga komunikasi dengan anak- anak dan

menjadikan anak- anak sebagai sahabat akan membuat

masing-masing pihak saling mengerti dan memahami situasi

yang dialami.

10. Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal

yang dapat diterima.Menggunakan sentuhan merupakan hal

yang terapeutik dan tepat untuk kebanyakan klien.

Mampu mengurangi ekspresi perasaan sedih.

11. Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual selama

waktu ini dalam bentuk apapun yang diinginkan untuknya.Kaji

kebutukan-kebutuhan spiritual pasien dan bantu sesuai

kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu

Merupakan salah satu metode untuk mengontrol perasaan dan

memperoleh kenyamanan

Page 9: Laporan Pendahuluan Kehilangan Dan Berduka 22

DAFTAR PUSTAKA

Tamher,dkk.2009.Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan.Jakarta :

Salemba medika.

Nugroho.2006.Gerontik dan geriatrik,Edisi 3. Jakarta : EGC