LAPORAN PENDAHULUAN INVAGINASI.doc

download LAPORAN PENDAHULUAN INVAGINASI.doc

of 13

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN INVAGINASI.doc

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian1. Intususepsi atau invaginasi adalah suatu keadaan, sebagian usus masuk ke dalam usus berikutnya. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya. ( Arifin, 2007 )2. Intususepsi atau invaginasi adalah bagian usus masuk ke dalam usus di bagian belakangnya, terjadi jepitan usus, menyebabkan hambatan aliran usus dan mengganggu aliran darah yang melalui bagian usus yang mengalmi intususepsi. ( Hanifah, 2007 )3. Intususepsi terjadi bila salah satu bagian usus masuk kebagian usus lain yang mengakibatkan obstruksi di bagian atas defek (telescoping). (Dons L. Wong, 2004)4. Melipatnya bagian suatu alat ke dalam bagian yang lain alat itu. (Kamus kedokteran Edisi Revisi, 2002)5. Invaginasi adalah keadaan masuknya segmen usus ke segmen bagian distalnya yang umumnya akan berakhir dengan obstruksi usus. ( Mansjoer, 2000 )6. Invaginasi terjadi bila segmen usus masuk ke bagian distal. ( staff pengajar ilmu kesehatan anak FKUI, 2000 )7. Intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus bagian proksimal masuk ke bagian segmen usus yang lebih distal dan pada umumnya akan menimbulkan gejala obstruksi usus. (Markum, 1999)Penyumbatan dapat terjadi di mana saja di sepanjang usus. Bagian usus di sebelah atas penyumbatan tetap berfungsi. Pengisisan dengan makanan, cairan, sekresi enzim pencernaan dan gas, akan menyebabkan pembengkakan, peradangan dan berkurangnya aliran darah pada bagian usus yang terlibat. Bila penyumbatan yang terjadi memutuskan aliran darah ke usus, disebut strangulasi. Lalu timbul kematian jaringan, biasanya menyebabkan perforasi dan peritonitis serta infeksi. Invaginasi sering ditemukan pada anak berumur 3 bulan sampai 2 tahun, paling banyak 5 sampai 9 bulan. Anak laki-laki lebih banyak resikonya daripada perempuan dengan perbandingan 3:1.

B. KlasifikasiBagian usus yang masuk disebut intussusceptum dan bagian yang menerima intussusceptum dinamakan intussuscipiens. Pemberian nama invaginasi tergantung hubungan antara intussusceptum dan intussuscipiens, klasifikasinya adalah1. Ileocaecal : ileum berinvaginasi ke dalam kolon asenden pada katup ileocaecal.2. Ileo-colic : ileum berinvaginasi ke dalam kolon.3. colo-colic : kolon berinvaginasi ke dalam kolon.4. ileo-ileo : usus kecil berinvaginasi ke dalam usus kecil.Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileocolica dan appendical-colica. Kasus yang paling banyak ditemukan adalah ileo-colica (75%).

C. EtiologiPenyebab dari invaginasi belum diketahui secara pasti. Tapi banyak yang menyebutkan terkait dengan hal berikut ini:1. Pembesaran limfoid usus ( peyer patches ), akibat peningkatan paparan terhadap antigen baru.2. Cacat lahir.3. Massa yang keras dari isi usus ( mekonium ).4. Usus yang melintir ( volvulus ).5. Divertikel kelenjar Meckel ( suatu duktus yang timbul dari ileum yang menutup pada ujung tali pusat tetapi tetap terbuka pada ujung usus ).6. Infeksi saluran napas atas, karena umumnya intususepsi terjadi pada musim dingin atau hujan ketika banyak terjadi infeksi saluran napas atas.7. Infeksi saluran cerna ( diare ), karena pada pemeriksaan tinja dan kelenjar limfa mesenterium, terdapat adenovirus bersama-sama invaginasi.8. Pada umur 2 tahun ke atas, biasanya disebabkan polip usus, hemangioma dan limfosarkoma.Pada orang dewasa, penyumbatan usus dua belas jari mungkin disebabkan oleh :1. Kanker pankreas.2. Jaringan parut karena ulkus, pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn.3. Perlekatan, dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus.4. Penonjolan bagian usus melalui lubang yang abnormal ( hernia ), dan usus menjadi terjepit di dalamnya.5. Batu empedu.6. Massa makanan yang tidak tercena.7. Sekumpulan cacing.Pada usus besar, penyebab penyumbatannya adalah :1. Kanker.2. Usus yang melintir.3. Tinja yang keras.

D. PatofisiologiKebanyakan intususepsi adalah ileo-kolik dan jarang suatu intususepsi apendiks membentuk puncak dari lesi tersebut. Bagian intususeptum, berinvaginasi ke dalam usus di bawahnya, intususipiens sambil menarik mesenterium bersamanya ke dalam usus pembungkusnya. Pada mulanya terdapat suatu kontriksi mesenterium sehingga menghalangi aliran darah balik. Penyumbatan intususeptum terjadi akibat edema dan perdarahan mukosa yang menghasilkan tinja berdarah, kadang mengandung lendir. Puncak dari intususepsi dapat terbentang hingga kolon tranversum, desendens dan sigmoid bahkan ke anus pada kasus-kasu yang terlantar. Setelah suatu intususepsi idiopatis dilepaskan, maka bagian usus yang membentuk puncaknya tampak edema dan menebal, sering disertai suatu lekukan pada permukaan serosa yang menggambarkan asal dari kerusakan tersebut. Kebanyakan intususepsi tidak menimbulkan strangulasi usus dalam 24 jam pertama, tetapi selanjutnya dapat mengakibatkan gangren usus dan syok.

E. Pathway KeperawatanE. Manifestasi KlinisGejala yang dapat timbul adalah1. Nyeri kolik hebat yang timbul mendadak, hilang timbul, serangan tiap 15-30 menit dan lamanya 1-2 menit.2. Anak merasa tersiksa, gelisah dan menangis keras.3. Anak menjadi rewel, letargi intermiten atau progresif.4. Dehidrasi, nyeri tekan dan distensi abdomen ( penyakit lanjut ).5. Kembung, perut berbentuk scaphoid.6. Muntah, kadang ada cairan empedu.7. Pucat, lemas, berkeringat dan lesu.8. Nadi lemah dan cepat.9. Pernafasan dangkal dan cepat.10. Kentut jarang atau tidak ada.11. Diare, karena penyumbatan sebagian ( sedikit ).12. Sembelit, karena penyumbatan total.13. Palpasi abdomen teraba massa berbentuk sosis.14. Anoreksia, penurunan berat badan ( bila lebih lanjut ).15. Demam, terutama bila usus mengalami perforasi.16. Bila defekasi bercampur darah dan lendir ( curant jelly stool ).17. Kemudian berangsur-angsur defekasi bercampur jaringan nekrosis ( terry stool ).

F. KomplikasiBila intususepsi tidak segera ditangani, maka dapat terjadi komplikasi seperti :1. Perforasi ususApabila kondisi usus semakin memburuk dari obstruksi usus sampai nekrosis jaringan segmen usus. Awalnya aliran darah yang melewati usus mengalmi penurunan sehingga menyebabkan adanya pembengkakan dan peradangan. Pembengkakan dapat menyebabkan perforasi.2. SyokSebagai akibat dari kemajuan penyakit dengan gejala yang meliputi kelesuan, denyut jantung cepat, denyut nadi lemah, tekanan darah rendah, dan nafas cepat.

G. PemeriksaanPada pemeriksaan perut dapat teraba sausage shape pada 24 % penderita. Suatu massa dengan lekukan dan posisinya mengikuti garis usus colon ascendens sampai ke sigmoid dan rektum. Massa tumor sukar teraba bila berada di belakang hati atau pada dinding yang tegang. Perkusi pada tempat invaginasi terkesan suatu rongga kosong. Bising usus terdengar meninggi selama serangan kolik, menjadi normal kembali di luar serangan. Colok dubur memprlihatkan darah lendir dan kadang-kadang teraba pseudo-portio bila invaginasi sudah mencapai recto-sigmoid.Foto polos perut dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral dekubitus kiri. Posisi lateral dekubitus kiri ialah posis penderita yang dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi adanya perforasi. Pada foto abdomen tampak bagian proksimal invaginasi banyak darah sedangkan bagian kanan kosong.Pemeriksaan dengan barium enema didapatkan gambaran cuping dari intususepsi. ( kontra indikasi bila sudah terdapat tanda-tanda peritonitis ).Pada pemeriksaan ultrasonografi, intususepsi sering terlihat seperti mata sapi atau bull eye yang mencerminkan potongan transversal dari segmen usus yang terkena.

H. PenatalaksanaanPrinsip pengobatan dan managemen perawatan1. Tekanan hidrostatik barium enema.Penurunan intususepsi dapat dilakukan dengan suntikan salin, udara atau barium ke dalam kolon yang hasilnya dilihat dengan X-ray. Mula-mula tampak bayangan barium bergerak berbentuk cupping pada tempat invaginasi. Dengan tekanan hidrostatik sebesar meter air, barium didorong ke arah proksimal. Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum terminalis. Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat terlihat coiled spring appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium sepanjang bekas invaginasi. Tindakan ini boleh dilakukan bila belum ada dehidrasi, peritonitis, distensi abdomen yang berlebih, invaginasi lebih dari 48 jam dan invaginasi rekuren. Bila barium enema tidak berhasil dan dijumpai tanda di atas, maka diperlukan reposisi operatif.2. Reduksi bedah:a. Perawatan pra bedah:1) Rutin2) Tuba nasogastrik3) Koreksi dehidrasib. Reduksi intususepsi dengan penglihatan langsung, menjaga usus hangat dengan salin hangat. Ini juga membantu penurunan edema.c. Plasma intravena harus dapat diperoleh pada kasus kolaps.d. Jika intususepsi tidak dapat direduksi, maka diperlukan reseksi dan anastomosis primer.3. Penatalaksanaan pasca bedah:a. Rutinb. Perawatan inkubator untuk bayi yang kecilc. Pemberian oksigend. Dilanjutkannya cairan intravenae. Antibiotikf. Jika dilakukan suatu ileostomi, drainase penyedotan dikenakan pada tuba ileostomi hingga kelanjutan dari lambung dipulihkan.g. Observasi fungsi vitalh. Perawatan luka dan drain.4. Perawatan rutina. Pemberian makanan harus diberikan kembali sesegera mungkin, yaitu jika muntah hilang dan aktivitas peristaltik memuaskanb. Mandi dan penanganan.5. Dukungan bagi orang tua.Banyak dukungan yang diperlukan tergantung pada status umum dari anak dan tindakan pembedahan yang diambil. Kondisi anak harus dijelaskan secara lengkap dan diberikan keyakinan. Sekali kondisi umum anak mengalami perbaikan, orangtua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak.6. Persiapan untuk pulang ke rumah.Bila reduksi intususepsi berhasil dan luka sembuh, anak dapat pulang ke rumah. Harus ada masa tindak lanjut jika kasus intususepsi mengalami keadaan rekuren.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAKDENGAN KASUS INTUSUSEPSI

A. Pengkajian1. lakukan pengkajian jisik secara rutin2. dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama deskripsi keluarga tentang gejala3. Observasi pola defekasi dan perilaku praoperasi dan pasca operasi4. Observasi perilaku anak5. Observasi adanya manifestai intususepsi:a) Nyeri abdomen akut tiba-tiba1) Anak berteriak dan menarik lutut ke dada2) Anak tampak normal dan nyaman selama interval di antara episode nyerib) Muntahc) Letargid) Keluarnya feses seperti jeli merah ( feses bercampur darah dan mucus )e) Abdomen lunak ( pada awal penyakit )f) Nyeri tekan dan distensi abdomen ( penyakit lanjut )g) Massa berbentuk sosis yang dapat diraba dikuadran kanan atash) Kuadran kanan bawah kosong ( tanda dance )i) Demam, prostasi dan tanda-tanda lain peritonitis6. observasi adanya manifestasi intususepsi yang lebih kronis:a) diareb) anoreksiac) penurunan berat badand) muntah (kadang-kadang )e) nyeri periodikf) nyeri tanpa gejala lain ( pada anak yang lebih besar )

B. Diagnosa KeperawatanPre operasi1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.6. Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus.7. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelainan absorbsi cairan.8. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.9. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi berlebih.10. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan.Post operasi11. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif.12. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.13. Koping tidak efektif berhubungan dengan tingkat kontrol persepsi tidak adekuat, krisis situasional.14. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.15. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, nyeri.

C. IntervensiPre OperasiDx 1 : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.NOC : Tingkat nyeriTujuan : Pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anakKriteria hasil :a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyerib. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anakSkala : 1. Ekstream2. Berat3. Sedang4. Ringan5. Tidak AdaNIC : Menejemen nyeriIntervensi :1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi pengunkung).2. Berikan analgesia sesuai ketentuan3. Cegah adanya gerakan yang mengejutkan seperti membentur tempat tidur4. Cegah peningkatan TIK5. Kompreskan air hangat pada dahi

Dx 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.NOC : SleepTujuan : Kebutuhan tidur pasien adekuat (10 jam / hari).Kriteria hasil :a. Jam tidurb. Pola tidurc. Kualitas tidurd. Tidur tidak terganggue. Kebiasaan tidurSkala : 1. Ekstream2. Berat3. Sedang4. Ringan5. Tidak ada sama sekaliNIC : Sleep EnhancementIntervensi :1. Kaji pola tidur pasien.2. Kaji pengaruh tindakan pengobatan terhadap pola tidur.3. Seiakan barang-barang milik pasien yang dapat mendukung pasien untuk tidur (guling, boneka, dll).4. Ajarkan teknik relaksasi.5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

Dx 3 : Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasiNOC : ThermoregulationTujuan : Pasien tidak mengalami menunjukkan peningkatkan suhu badan secara berlebihan. Suhu badan pasien normal 36-37C.Kriteria hasil :a. Suhu tubuh dalam rentang normalb. Nadi dan RR dalam rentang normalc. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman.Skala : 1. Ekstream2. Berat3. Sedang4. Ringan5. Tidak AdaNIC : Temperature regulationIntervensi :1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam sekali.2. Monitor TD, N, RR.3. Monitor warna dan suhu kulit.4. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.5. Ajarkan pada pasien cara untuk mencegah keletihan akibat panas.

Dx 4: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.NOC : Fluid balanceTujuan : Diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.Kriteria hasil :a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuanb. BB ideal sesuai tinggi badanc. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisid. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.Skala : 1. Tidak pernah dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang-kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukanNIC : Manajemen nutrisi1. Berikan makanan yang terpilih2. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan3. Berikan makanan sedikit tapi sering4. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.

Dx 5 : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeriNOC : Mobility levelTujuan : Diharapkan pasien dapat melakukan mobilitas.Kriteria hasil :a. Klien meningkat dalam aktivitas fisikb. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitasc. Menverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindahd. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasie. Pergerakan tulangf. Keseimbangan posisi tubuhSkala :1 : dibantu total2 : memerlukan bantuan orang lain dan alat3 : memerlukan bantuan orang lain4 : dapat melakukan sendiri dengan bantuan5 : mandiriNIC: Perubahan Posisia. Pantau ketepatan pemasangan traksib. Letakkan matras / tempat tidur terapeutik dengan benarc. Atur posisi pasien dengan postur tubuh yang benard. Letakkan pada posisi terapeutik ( misal ; hindari penempatan puntung amputasi pada posisi fleksi, tinggikan baian tubh yang terkena, jika diperlukan, imobilisasi / sangga bagi tubuh yang terkena).e. Dukung latihan ROM aktif.

Dx 6 : Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus.NOC :Tujuan : Pasien tidak mengalami konstipasi.Kriteria hasil :a. Suhu tubuh dalam rentang normalb. Nadi dan RR dalam rentang normalc. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman.Skala : 1. Ekstream2. Berat3. Sedang4. Ringan5. Tidak AdaNIC : Temperature regulationIntervensi :6. Monitor suhu minimal tiap 2 jam sekali.7. Monitor TD, N, RR.8. Monitor warna dan suhu kulit.9. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.

Dx 7 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelainan absorbsi cairan.NOC: Keseimbangan cairanTujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuatKriteria hasil:a. Keseimbangan intake & output dalam batas normalb. Elektrolit serum dalam batas normalc. Tidak ada mata cekungd. Tidak ada hipertensi ortostatike. Tekanan darah dalam batas normalSkala :1. Tidak pernah menunjukkan2. Jarang menunjukkan3. Kadang menunjukkan4. Sering menunjukkan5. Selalu menunjukkanNIC: Manajemen Cairan1. Pertahankan intake & output yang adekuat2. Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)3. Monitor status hemodinamik4. Monitor intake & output yang akurat5. Monitor berat badanDx 8 : Keterlambatan tumbang berhubungan dengan malnutrisi.NOC : Physical Aging StatusTujuan : Pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal sesuai usianya.Kriteria hasil :a. Rata-rata berat badanb. Cardiat out putc. Elastisitas kulitd. Kekuatan ototSkala : 1. Ekstrem2. Berat3. Sedang4. Tingan5. Tidak adaNIC : Developmental Enhancement1. Bina hubungan saling percaya dengan anak2. Demonstrasikan aktivitas yang meninggkatkan perkembangan anak sesuai dengan umurnya (contoh bermain icik-icik)3. Bantu anak belajar ketrampilan4. Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktivitas motorik/verbal pasien5. Berikan reinforcement positif

Dx 9 : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi berlebih.NOC: Integritas KulitTujuan: Diharapkan integritas kulit pasien baik (lembab, tidak terjadi lesi).Kriteria hasil:a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.b. Tidak ada luka.c. Pefusi jaringan baik.d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.Skala :1. Tidak pernah menunjukkan2. Jarang menunjukkan3. Kadang menunjukkan4. Sering menunjukkan5. Selalu menunjukkanNIC: Pressure Management1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar.2. Jaga kebersiha kulit agar tetep bersih dan kering.3. Monitor adanya kemerahan.4. Oleskan lotion pada daerah yang tertekan.5. Monitor aktivitas pasien.

Dx 10 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevanNOC: Decision MakingTujuan: Diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga.Kriteria Hasil:a. Identifikasi informasi yang relevanb. Identifikasi alternatifc. Memilih berbagai alternatifSkala:1. Tidak pernah menunjukkan2. Jarang menunjukkan3. Kadang menunjukkan4. Sering menunjukkan5. Selalu menunjukkanNIC: Family Supporta. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusib. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lainc. Tawarkan informasi konsend. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga yang lain, jika diperlikane. Berikan dukungan secara penuh

Post OperasiDx 11 : Nyeri berhubungan dengan prosedur invasif.NOC : Tingkat NyeriTujuan : Pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anakKriteria hasil :a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyerib. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anakSkala : 1. Ekstream2. Berat3. Sedang4. Ringan5. Tidak AdaNIC : Menejemen NyeriIntervensi :1. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas nyeri).2. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi pengunkung).3. Berikan analgesia sesuai ketentuan4. Cegah adanya gerakan yang mengejutkan seperti membentur tempat tidur5. Ajarkan teknik relaksasi

Dx 12 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasiNOC: Knowledge: infection controlTujuan: Diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol)Kriteria hasil:a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksib. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksic. Jumlah leukosit dalam batas normald. Menunjukkan perilaku hidup sehatSkala :1. Tidak pernah menunjukkan2. Jarang menunjukkan3. Kadang menunjukkan4. Sering menunjukkan5. Selalu menunjukkanNIC: Infection control1. Pertahankan teknik isolasi2. Batasi pengunjung bila perlu3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan4. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain5. Tingkatkan intake nutrisi

Dx 13 : Koping tidak efektif berhubungan dengan tingkat kontrol persepsi tidak adekuat, krisis situasional.NOC: Family CopingTujuan: Diharapkan koping keluarga menguat.Kriteria Hasil:a. Mendemonstrasikan fleksibilitas peranb. Menyelesaikan permasalahan yang adac. Percaya dapat memenej masalahd. Melibatkan anggota keluarga dalam mengambil keputusane. Mengekspresikan perasanf. Menggunakan strategi menurunkan stress (devence mecanism)

Skala:1. Tidak pernah menunjukkan2. Jarang menunjukkan3. Kadang menunjukkan4. Sering menunjukkan5. Selalu menunjukkanNIC: Family Support1. Yakinkan keluarga akan memberikan perawatan terbaik pada pasien2. Hargai reaksi emosional keluarga terhadap kondisi pasien3. Selesaikan prognosis beban psikologis keluarga4. Berikan harapan yang realistik5. Dengarkan kecemasan keluarga, perasaan dan pertanyaan keluarga6. Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga pasien.

Dx 14 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.NOC : Knowledge: Proses PenyakitTujuan : Keluarganya dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit anaknya dan pengobatannya.Kriteria Hasil :a. Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anakb. Menjelaskan proses penyakitc. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhid. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknyaSkala : 1 : Tidak mengetahui2 : Terbatas pengetahuannya3 : Sedikit mengetahui4 : Banyak pengetahuannya5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleksNIC : Pengatahuan Proses Penyakit1. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan motivasi pengobatan anaknya.2. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya.3. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti4. Mengikiusertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan pengobatan/ terapi anaknya.5. Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman keluarga.

Dx 15: Cemas berhubungan dengan krisis situasional, nyeri.NOC : Kontrol CemasTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan hilang atau berkurang.Kriteria hasil :a. Monitor intensitas kecemasanb. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stressc. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasand. Kondisikan lingkungan nyamanSkala : 1. Tidak pernah dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang-kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukanNIC : Enhancement Family Copinga. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.b. Tetap damping pasien dan keluarga untuk menjaga keselamatan pasien dan mengurangi ansietas keluargac. Instruksikan kepada keluarga untuk melakukan ternik relaksasid. Bantu keluarga mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.Richard E, Behrman, dkk..1996.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2.Jakarta:EGC.Sacharin, Rosa.1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EGC.Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.Wong, Donna L.2003.Asuhan Keperawatan Pedoman Klinis Keperaatan Pediatrik.Jakarta:EGC.