LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

15
LAPORAN PENDAHULUAN HIL ( HERNIA INGUINALIS LATERAL ) A. Pengertian Hernia adalah suatu protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004). Hernia adalah suatu protusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi bagian lemah (Black, 2006). Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus ( Sjamsuhidayat, 2004). Hernia inguinalis lateral adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus ( Mansjoer, 2002 ). Hernia ditinjau dari letaknya dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu : 1. Hernia eksterna Hernia yang menonjol namun tonjolan tersebut tampak dari luar yaitu hernia inguinalis lateralis (indirek), hernia inguinalis medialis (direk), hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia supra umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan lain – lain. 2. Hernia interna Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia ligamen treitz (Oswari, 2005).

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

HIL ( HERNIA INGUINALIS LATERAL )

A. Pengertian

Hernia adalah suatu protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut

menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut

(Sjamsuhidayat, 2004). Hernia adalah suatu protusi abnormal organ, jaringan, atau

bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi bagian lemah (Black, 2006).

Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum

melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,

kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol

keluar dari anulus inguinalis eksternus ( Sjamsuhidayat, 2004). Hernia inguinalis lateral

adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa

epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui

anulus inguinalis eksternus ( Mansjoer, 2002 ).

Hernia ditinjau dari letaknya dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :

1. Hernia eksterna

Hernia yang menonjol namun tonjolan tersebut tampak dari luar yaitu hernia inguinalis

lateralis (indirek), hernia inguinalis medialis (direk), hernia femoralis, hernia umbilikalis,

hernia supra umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan lain – lain.

2. Hernia interna

Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia obturatorika, hernia

diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia ligamen treitz (Oswari, 2005).

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi hernia Inguinal

Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang

merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-tranversus

abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis

eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus. Atapnya adalah

aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinal.

Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan. Hernia

inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium

melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,

kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol

keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai

ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).

2. Fisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan

menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang

disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi

sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa

hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka

kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang

kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada

usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).

C. Etiologi

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang

didapat. Pada bayi dan anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan

berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses

penurunan testis ke skrotum. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur

mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan

berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Faktor yang dipandang berperan kausal

adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga

perut, kelemahan otot dinding perut karena usia (Sjamsuhidayat, 2004). Keadaan yang

dapat menyebabkan peningkatan intraabdominal adalah kehamilan, obesitas,

peningkatan berat badan, dan tumor. Selain itu, batuk kronis, pekerjaan mengangkat

benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi, misalnya

hipertrofi prostat dapat pula meningkatkan tekanan intra abdomen yang bisa

menyebabkan hernia (Mansjoer, 2002).

D. Patofisiologi

Aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat

defekasi dapat memacu meningkatnya tekanan intraabdominal yang menyebabkan defek

pada dinding otot ligament inguinal akan melemah sehingga akan terjadi penonjolan isi

perut pada daerah lateral pembuluh epigastrika inferior fenikulus spermatikus. Hal ini

yang menyebabkan terjadinya hernia. Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan

tekanan, seperti pada batuk dan cedera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari

faktor ini ada disertai dengan kelemahan otot, maka individu akan mengalami hernia. Bila

isi kantung hernia dapat dipindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi, hernia

disebut redusibel ( Doenges, 2000). Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi

perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi

hubungandengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik

usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala

ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih

berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat 2004).

E. Manifestasi Klinik

Beberapa pasien mengatakan hernia adalah turun berok, burut, atau klingsir, atau

mengatakan adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan. Benjolan bisa mengecil

atau menghilang pada waktu tidur dan jika menangis sambil mengejan, atau mengangkat

beban yang berat dan bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali. Bila telah terjadi

komplikasi dapat ditemukan nyeri. Keadaan umum pasien biasanya terlihat baik, saat

benjolan tidak nampak dan saat pasien disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah

tampak benjolan, harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali

atau tidak pasien diminta berbaring bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan

intra abdominal, lalu skrotum diangkat perlahan-lahan. Diagnosa pasti hernia pada

umumnya sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan cincin

hernia juga perlu diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari

tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus spermatikus sampai ke annulus inguinalis internus.

Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan

merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut

menyentuh ujung jari maka itu dinamakan hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila

menyentuh sisi jari maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis (Mansjoer,

2002).

F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medical

Hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang.

Suatu penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang.

Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan

ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk

mencegah hernia dari kekambuhan. Klien harus secara cermat memperhatikan kulit di

bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan ( Ester, 2002).

2. Penatalaksanaan Bedah

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang

rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi

hernia terdiri dari herniotomy, hernioplastik, dan herniorafi. Pada herniotomy, dilakukan

pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia

dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat

setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik, dilakukan tindakan memperkecil

annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis

(Sjamsuhidayat, 2004). Herniorafi dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara

langsung di atas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga

perineal, kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area

tersebut. Laparoscopic Extraperitoneal (LEP) herniorafi merupakan tehknik terbaru

yang angka keberhasilannya lebih tinggi dengan meminimalisasi kekambuhan, nyeri,

dan periode recovery post operasi lebih pendek (Black, 2006).

G. Komplikasi

Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara lain :

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia sehingga isi kantung

hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis

ireponibilis. Pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang

tersering menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah omentum, karena mudah melekat

pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus

besar lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.

2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyaknya usus yang masuk.

Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan vascular

(proses strangulasi). Keadaan ini di sebut hernia inguinalis strangulata ( Mansjoer,

2002).

H. Pengkajian Fokus

Pengkajian merupakan dasar utama dan yang penting didalam melakukan asuhan

keperawatan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit ataupun selama pasien

dirawat di rumah sakit.

1. Pengkajian demografi sangat berekaitan dengan masalah kesehatan klien dengan

hernia inguinalis meliputi :

a. Umur

Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Untuk hernia inguinalis lateralis, insiden

tertinggi pada anak muda. Insiden tinggi pula terjadi pada klien dengan usia 50 – 60

tahun dan berangsur-angsur menurun pada kelompok lansia (Black, 2006).

b. Jenis kelamin

Laki-laki lebih banyak menderita hernia inguinalis lateral daripada perempuan. Hal

ini disebabkan pada laki - laki saat perkembangan janin terjadi penurunan testis dari

rongga perut. Sehingga jika saluran testis ini tidak menutup dengan sempurna,

maka akan menjadi jalan lewatnya hernia inguinalis (Oswari, 2005)

c. Pekerjaan

Pekerjaan mengangkat berat dalam jangka waktu yang lama dapat melemahkan

dinding perut (Oswari, 2005). Aktivitas mengejan dan sering mengangkat beban

berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama bisa memicu timbulnya hernia.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Keluhan utama klien post herniotomi adalah merasakan nyeri daerah operasi diarea

inguinal.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit yang menjadi faktor

predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat benda-benda berat, riwayat

penyakit menular dan atau penyakit keturunan, serta riwayat operasi sebelumnya

pada daerah abdomen atau operasi hernia yang pernah dialami klien sebelumnya.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Dimulai sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi, bagaimana

sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul, keadaan apa yang

memperberat dan memperingan keluhan pada pasien hernia inguinalis.

3. Pemeriksaaan fisik

a. Keadaan umum

Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan, dan periksa status

gizinya serta tingkat kesadaran composmentis.

b. Tanda-tanda vital

Pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan vital sign. Biasanya pada pasien

dengan post herniotomy terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan suhu dan

demam, pernapasan cepat dan dangkal.

c. Inspeksi

Pada kondisi post operasi luka tertutup balutan steril untuk mencegah masuknya

mikroorganisme yang bisa menyebabkan infeksi. Tanda infeksi perlu diperhatikan

seperti ada lesi/ kemerahan pada luka insisi.Pada hernia inguinalis tampak adanya

benjolan di lipat paha. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu

tidur dan bila menangis, mengejan, batuk, mengangkat benda berat atau bila posisi

pasien berdiri dapat timbul kembali ( Sjamsuhidayat, 2004).

d. Perubahan pola fungsi

1) Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, gagal jantung kongestif (GJK), edema pulmonal,

penyakit vaskular perifer, atau stasis vaskular (peningkatan risiko pembentukan

trombus).

2) Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

3) Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stress multiple,

misalnya finansial, hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan/ peka rangsang,

stimulasi simpatis.

4) Makanan / cairan

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

Gejala: insufisiensi pankreas/ diabetes mellitus (DM), (predisposisi untuk

/ketoasidosis), malnutrisi (termasuk obesitas), membran mukosa yang kering

(pembatasan pemasukkan / periode puasa hipoglikemia pra operasi).

5) Aktivitas atau istirahat

Tanda : mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama,

membutuhkan papan matras untuk tidur, penurunan rentang gerak, tidak mampu

melakukan aktivitas seperti biasa, atrofi otot, gangguan dalam berjalan.

6) Keamanan

Gejala : alergi terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi imun

(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan), Riwayat

transfusi darah/ reaksi transfusi.

7) Neurosensori

Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan tangan atau kaki, penurunan reflek

tendon dalam, nyeri tekan atau nyeri abdomen.

Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

8) Kenyamanan

Gejala: nyeri seperti di tusuk-tusuk, fleksi pada kaki, keterbatasan mobilisasi.

9) Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala: penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotik, antihipertensi, kardiotonik

glikosid, antidisritmia, bronkodilator, diuretik, dekongestan, analgesik,

antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau

obat-obatan rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang

mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan

diri pasca operasi).

10) Pemeriksaan penunjang

a) Darah lengkap : peningkatan darah lengkap adalah indikasi indikasi dari

proses inflamasi, penurunan darah lengkap dapat mengarah pada proses-

proses viral (membutuhkan evaluasi karena sistem imun mungkin tidak

berfungsi).

b) Elektrolit : ketidakseimbangan akan mengganggu fungsi organ, misalnya

penurunan kalium akan mempengaruhi kontraktilitas otot jantung, mengarah

kepada penurunan curah jantung.

c) Urinalisis : Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengindikasikan

infeksi.

d) Gas Darah Arteri : mengevaluasi status pernafasan terakhir.

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

e) Elektrokardiografi (EKG) : penemuan akan sesuatu yang tidak normal

membutuhkan prioritas perhatian untuk memberikan anestesi ( Doenges,

2000).

I. Intervensi Dan Rasional

1. Gangguan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder akibat

perdarahan dan menurunnya intake.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam keseimbangan

kebutuhan cairan dapat dipertahankan dengan

Kriteria Hasil : Keseimbangan cairan menjadi adekuat, ditunjukkan dengan tanda-

tanda vital stabil, turgor kulit normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran

urin yang sesuai.

Intervensi :

a. Ukur dan catat intake dan output dan tinjau ulang catatan intra operasi.

Rasional:dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi

pengeluaran cairan atau kebutuhan penggantian.

b. Pantau tanda-tanda vital.

Rasional:hipertensi, takhikardi, peningkatan pernafasan, mengidentifikasi kekurangan

cairan.

c. Catat munculnya mual dan muntah.

Rasional : mual selama 12-24 jam post operasi umumnya dihubungkan dengan

anestesi. Mual berlebihan lebih dari 3 hari mungkin dihubungkan dengan pilihan

narkotik pengontrol sakit atau terapi obat lain.

d. Pantau suhu kulit

e. Beri cairan parentral, produksi darah atau plasma sesuai petunjuk.

f. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium Hb, Ht

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang setelah perawatan 2X24 jam

Kriteria Hasil : Skala nyeri 0-1, Klien tampak rileks.

Intervensi :

a. Kaji skala nyeri

Rasional : menentukan tingkat nyeri 1- 10, untuk menentukan tindakan yang tepat.

b. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.

c. Beri posisi tidur yang nyaman.

Rasional : untuk meningkatkan rasa nyaman.

d. Observasi tanda-tanda vital.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

Rasional : identifikasi dini komplikasi nyeri.

e. Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.

Rasional : mengurangi nyeri

3. Resiko infeksi masuknya mikroorganisme berhubungan dengan adanya luka operasi

pada daerah inguinal.

Tujuan : tidak terjadi infeksi setelah dilakukan perawatan 2X24 jam.

Kriteria Hasil : Luka operasi sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas

normal

Intervensi :

a. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan indikator dini proses infeksi.

b. Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus.

Rasional : Merupakan tanda-tanda infeksi.

c. Menjaga kebersihan di sekitar luka operasi

Rasional : mencegah kontaminasi silang oleh penyebaran organisme infeksius.

d. Mengganti balutan pada luka operasi

Rasional : menjaga agar luka tetap bersih

e. Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotik.

Rasional : membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan dan nyeri.

Tujuan : setelah dilakuka tindakan keperawatan 2 X 24 jam pasien dapat

meningkatkan dan melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan tanpa rasa

nyeri.

Krteria hasil : dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang menurunkan aktifitas, dapat

melakukan aktifitas secara mandiri.

Intervensi :

a. Mengkaji respon pasien terhadap aktifitas

Rasional : mengetahui perubahan keadaan yang berkenaan dengan kelemahan,

keletihan, dalam aktifitas.

b. Menganjurkan untuk istirahat yang cukup

Rasional : mempercepat pemulihan tenaga untuk beraktifitas

c. Bantu dalam pemenuhan aktifitas sehari - hari

Rasional : memberikan rasa tenang dan aman dan meminimalkan terjadinya resiko

injuri.

d. Tingkatkan aktifitas secara bertahap

Rasional : meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN HIL.docx

Pathway Keperawatan

Batuk kronis, mengangkat benda berat,

mengejan pada saat defekasi,

peningkatan tekanan intra abdomen

defek pada dinding otot ligament

inguinal melemah

penonjolan isi perut di lateral pembuluh

epigastrika inferior fenikulus spermatikus

Hernia inguinalis

Herniorafi/ herniotomi

Perdarahan Insisi bedah

Proses

Inflamasi

Spasme otot takut gerak

Nyeri

Resiko infeksi masuknya

mikroorganisme

Gangguan rasa

nyaman : nyeri

Intoleransi

aktivitas

Gangguan

volume cairan