LAPORAN PENDAHULUAN Hemoroid.docx

48
LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID A. DEFINISI Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50- an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2002) Hemoroid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran pembuluh (dilatasi) vena pada anus dan rektal. Pembuluh darah tersebut disebut sebagai venecsia atau varises di daerah anus atau perianus. Pelebaran pembuluh darah tersebut terjadi disebabkan karena bendungan darah dalam susunan pembuluh darah vena dan tidak hanya melibatkan pembuluh darah, tetapi juga melibatkan jaringan lunak dan otot sekitar anorektal (Smeltzer, 2001). B. ETIOLOGI Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua : 1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN Hemoroid.docx

LAPORAN PENDAHULUANHEMOROID

A.DEFINISIHemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2002)Hemoroid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran pembuluh (dilatasi) vena pada anus dan rektal. Pembuluh darah tersebut disebut sebagai venecsia atau varises di daerah anus atau perianus. Pelebaran pembuluh darah tersebut terjadi disebabkan karena bendungan darah dalam susunan pembuluh darah vena dan tidak hanya melibatkan pembuluh darah, tetapi juga melibatkan jaringan lunak dan otot sekitar anorektal (Smeltzer, 2001).

B.ETIOLOGIPenyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :a. Hepar sirosis hepatisFibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehinggaterjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.c. Tumor intra abdomen, terutama didaerahpelvis, yang menekan vena sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektaldan lain lain.2. Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya hemoroid. Faktor faktor yang mungkin berperan :a. Keturunan atau heriditerDalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah dan bukan hemoroidnya.b. AnatomiVena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain : Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid. Gangguan defekasidanmiksi. Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat. Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.3. Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.4. Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang. Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.

C.PATOFIOLOGIDistensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus, karena vena ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan beban. Namun apabila distensi terus menerus akan terjadi gangguan vena berupa pelebaran-pelebaran pembuluh darah vena. Distensi tersebut bisa disebabkan karena adanya sfingter anal akibat konstipasi, kehamilan, tumor rektum, pembesaran prostat. Penyakit hati kronik yang dihubungkan dengan hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam sistem portal. Selain itu portal tidak memiliki katub sehingga mudah terjadi aliran balik. Fibroma uteri juga bisa menyebabkan tekanan intra abdominal sehingga tekanan vena portal dan vena sistemik meningkat kemudian ditransmisi daerah anarektal. Aliran balik dan peningkatan tekanan vena tersebut di atas yang berulang-ulang akan mendorong vena terpisah dari otot sekitarnya sehingga vena prolap dan menjadi hemoroid.Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan terganggu aliran balik venanya. Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra abdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya (Price & Wilson, 2005).

D.PATHWAY1. Pre Hemoroidektomi

2. Post Hemoroidektomi

E.KLASIFIKASIMenurut Price & Wilson (2005), hemoroid dibagi menjadi beberapa klasifikasi diantaranya :1. Hemoroid internalPada hemoroid jenis ini terjadi pembengkakan pleksus hemorodialis interna yang kemudian terjadi peningkatan yang berhubungan dalam massa jaringan yang mendukungnya, lalu terjadi pembengkakan vena. Hemoroid interna dikelompokkan dalam derajat I, II, III dan IV sebagai berikut :a. Derajat IApabila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus dan hanya dapat dilihat dengan anorektoskopb. Derajat IIPembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontanc. Derajat IIIPembesaran hemoroid yang prolaps dan dapat masuk kembali ke dalam anus dengan bantuan dorongan jarid. Derajat IVProlaps hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung untuk mengalami trombosis dan infark2. Hemoroid eksternalBenjolan pada hemoroid ini terletak dibawah linea pectinea. Hemoroid eksterna dibagi menjadi :a. Hemoroid akutPembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.b. Hemoroid kronis atau skin tagHemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah.

F.MANIFESTASI KLINIS0. HemoroidTanda dan gejala yang muncul dari hemoroid internal maupun eksternal menurut Mansjoer (2000) diantaranya :0. Hemoroid internal Prolaps dan keluar mukus Perdarahan rektal Rasa tidak nyaman Gatal0. Hemoroid eksternal Rasa terbakar Nyeri (jika mengalami trombosis) Gatal0. Post Hemoroidektomi :a. Nyeri pada area luka operasi yang kemungkinan dapat menghambat Konstipasib. Kesulitan BAK, karena takut mengenai luka operasic. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.d. Ketidaktahuan klien dalam pemulihan pasca operasi.

G.PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hemoroid adalah :1. AnoskopiUntuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid1. SigmoidoskopiAnus dan rektum dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan rasa tidak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker 1. Pemeriksaan Barium Enema X-RayPemeriksaan ini dilakukan apda pasien dengan umur diatas 50 tahun dan pasa pasien dengan perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap hemoroid

H.PENATALAKSANAANPasien yang dirawat dengan diagnosa post operasi hemoroidektomi harus diperlakuakn langsung sebagai pasien, dan berikan pengobatan sebagai berikut :1. Konservatifa. Farmakoterapi, obat-obat farmakoterapi dibagi atas 4 yaitu : Obat memperbaiki defekasi : Suplemen serat (fiber supplement), pelincir atau pelicin tinja (stool softener) Obat simtomatik : Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, pengurangan keluhan sering dicampur pelumas (lubricant) vasokontriktor, dan antiseptik lemah. Anastesi lokal digunakan untuk menghilangkan nyeri serta diberikan kortikosteroid. Obat menghentikan perdarahan : Dapat diberikan psylium yang digunakan untuk menghentikan perdarahan pre dan post op hemoroidektomi. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid : Diberikan diosminthesperidin untuk memperbaiki gejala inflamasi, kongesti, edema dan prolaps.b. Non FarmakoterapiPenatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola / cara defekasi dengan mengusahakan buang air besar tiap hari (bowel manajemen program) terdiri dari diet atau pemberian diet tinggi serat jika di indikasikan (makanan berserat), cairan (minimal 30-40 ml/kgBB/hari), serat tambahan (suplemen serat ), pelicin feses serta perubahan perilaku buang air besar seperti mengejan yang berlebihan, rendam duduk dengan PK dapat dilakukan serta mobilisasi guna mempercepat penyembuhan.2. Operatifa. Sclero terapi dilakukan dengan agen sclerosing diantara sekitar vena yang akan memproduksi reaksi inflamasi dan menimbulkan fibrosis. Prosedur ini dapat dilakukan dengan pasien rawat jalan dengan anjuran 1-4 x injeksi pada pasien selama 5-7 hari , dan kemudian agen tersebut dapat menimbulakan jaringan parut pada kanal anus.b. Hemoroidektomi dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa vena hemoroidalis yang melebar yang terlihat dalam proses ini. Selama pembedahan, spingter rectal biasaya didilatasi secara digitaldan hemorid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi.c. Laser Nd : YAG digunakan dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid eksterna. Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan nyeri, hemoragi dan abses jaringanserta jarang menjadi komplikasi pada periode pasca-operatif.

I.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANa. PengkajianPengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data atau informasi dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan penderita tersebut.1. Pre OperasiSubjektif1. Pola makan dan minum Kebiasaan Keadaan saat ini1. Riwayat kehamilanKehamilan dengan frekwensi yang sering akan menyebabkan hemorrhoid berkembang cepat1. Riwayat penyakit hatiPada hypertensi portal, potensi berkembangnya hemorrhoid lebih besar.1. Gejala / keluhan yang berhubungan Perasaaan nyeri dan panas pada daerah anus Perdarahan dapat bersama feces atau perdarahan spontan (menetes) Prolaps (tanyakan pasien sudah berapa lama keluhan ini, faktor-faktor yang menyebabkannya dan upaya yang dapat menguranginya serta upaya atau obat-obatan yang sudah digunakan) Gatal dan pengeluaran sekret melalui anusObyektif1. Pemeriksaaan daerah anus Tampak prolaps hemorrhoid, atau pada hemorrhoid eksterna dapat dilihat dengan jelas. Rasakan konsistensinya, amati warna dan apakah ada tanda trombus juga amati apakah ada lesi. Pemeriksaan rabaan rektum (rectal toucher)1. Amati tanda-tanda kemungkinan anemia : Warna kulit Warna konjungtiva Waktu pengisian kembali kapiler Pemeriksaan Hb1. Post Operasia. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai pengetahuan tentang perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi.b. Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan klien dalam menjalani diit setelah operasi.c. Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya perdarahan. Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air kecil. Pemantauan klien saat mengejan setelah operasi, juga kebersihan setelah BAB dan buang air kecil.d. Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas klien yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang dialami klien.e. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang dialami klien akibat nyeri.f. Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan klien bila timbul nyeri.g. Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami klien setelah operasi.b. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan pada pasien dengan hemoroid meliputi :Pre operasi1. Nyeri b.d agen injuri biologis (pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus)2. Konstipasi b.d nyeri pada saat defekasi3. Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.4. Cemas b.d. rencana pembedahan5. Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.Post operasi0. Nyeri b.d agen injuri fisik (luka insisi post hemoroidektomi)0. Resiko konstipasi b.d hemoroidektomi0. Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri.0. Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidektomi0. Defisit perawatan diri b.d. kelemahan, nyeri.0. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.0. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan

DS:1. Laporan secara verbal DO:1. Posisi untuk menahan nyeri 1. Tingkah laku berhati-hati1. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)1. Terfokus pada diri sendiri 1. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) 1. Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)1. Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)1. Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) 1. Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) 1. Perubahan dalam nafsu makan dan minumNOC : 1. Pain Level, 1. pain control, 1. comfort level

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama . Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri1. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)1. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang1. Tanda vital dalam rentang normal1. Tidak mengalami gangguan tidur

NIC :1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi1. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan1. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan1. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan1. Kurangi faktor presipitasi nyeri1. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi1. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin1. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ...1. Tingkatkan istirahat1. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Konstipasi berhubungan dengan 1. Fungsi:kelemahan otot abdominal, Aktivitas fisik tidak mencukupi1. Perilaku defekasi tidak teratur1. Perubahan lingkungan1. Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, privasi1. Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan mental1. Farmakologi: antasid, antikolinergis, antikonvulsan, antidepresan, kalsium karbonat,diuretik, besi, overdosis laksatif, NSAID, opiat, sedatif.1. Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid, gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor1. Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis makanan, penurunan motilitas gastrointestnal, dehidrasi, intake serat dan cairan kurang, perilaku makan yang burukDS:1. Nyeri perut1. Ketegangan perut1. Anoreksia1. Perasaan tekanan pada rektum1. Nyeri kepala1. Peningkatan tekanan abdominal1. Mual1. Defekasi dengan nyeriDO:1. Feses dengan darah segar1. Perubahan pola BAB1. Feses berwarna gelap1. Penurunan frekuensi BAB1. Penurunan volume feses1. Distensi abdomen1. Feses keras1. Bising usus hipo/hiperaktif1. Teraba massa abdomen atau rektal1. Perkusi tumpul1. Sering flatus1. MuntahNOC:1. Bowl Elimination1. Hidration

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . konstipasi pasien teratasi dengan kriteria hasil:1. Pola BAB dalam batas normal1. Feses lunak1. Cairan dan serat adekuat1. Aktivitas adekuat1. Hidrasi adekuatNIC :Manajemen konstipasi1. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi1. Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis1. Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien1. Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising usus1. Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap1. Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi1. Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang lama1. Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan 1. Dorong peningkatan aktivitas yang optimal1. Sediakan privacy dan keamanan selama BAB

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Kecemasan berhubungan denganFaktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

DO/DS:1. Insomnia1. Kontak mata kurang1. Kurang istirahat1. Berfokus pada diri sendiri1. Iritabilitas1. Takut1. Nyeri perut1. Penurunan TD dan denyut nadi1. Diare, mual, kelelahan1. Gangguan tidur1. Gemetar1. Anoreksia, mulut kering1. Peningkatan TD, denyut nadi, RR1. Kesulitan bernafas1. Bingung1. Bloking dalam pembicaraan1. Sulit berkonsentrasiNOC :1. Kontrol kecemasan1. Koping

Setelah dilakukan asuhan selama klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas1. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas1. Vital sign dalam batas normal1. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 1. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien1. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur1. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut1. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis 1. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien1. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi1. Dengarkan dengan penuh perhatian1. Identifikasi tingkat kecemasan 1. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan1. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi1. Kelola pemberian obat anti cemas:........

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Kurang PengetahuanBerhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

DS: Menyatakan secara verbal adanya masalahDO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai

NOC:1. Kowlwdge : disease process1. Kowledge : health Behavior

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan1. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar1. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnyaNIC :1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga1. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. 1. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat 1. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 1. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat 1. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat 1. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat 1. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan1. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 1. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Gangguan mobilitas fisikBerhubungan dengan : 1. Gangguan metabolisme sel1. Keterlembatan perkembangan1. Pengobatan 1. Kurang support lingkungan1. Keterbatasan ketahan kardiovaskuler1. Kehilangan integritas struktur tulang1. Terapi pembatasan gerak 1. Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik 1. Indeks massa tubuh diatas 75 tahun percentil sesuai dengan usia 1. Kerusakan persepsi sensori 1. Tidak nyaman, nyeri 1. Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler 1. Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina1. Depresi mood atau cemas 1. Kerusakan kognitif 1. Penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau masa 1. Keengganan untuk memulai gerak 1. Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan, deconditioning 1. Malnutrisi selektif atau umum

DO:1. Penurunan waktu reaksi1. Kesulitan merubah posisi1. Perubahan gerakan (penurunan untuk berjalan, kecepatan, kesulitan memulai langkah pendek)1. Keterbatasan motorik kasar dan halus1. Keterbatasan ROM1. Gerakan disertai nafas pendek atau tremor1. Ketidak stabilan posisi selama melakukan ADL1. Gerakan sangat lambat dan tidak terkoordinasiNOC :1. Joint Movement : Active1. Mobility Level1. Self care : ADLs1. Transfer performance

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil:1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik1. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas1. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah1. Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

NIC :Exercise therapy : ambulation1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan1. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan1. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera1. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi1. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi1. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan1. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.1. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.1. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Defisit perawatan diriBerhubungan dengan : penurunan atau kurangnya motivasi, hambatan lingkungan, kerusakan muskuloskeletal, kerusakan neuromuskular, nyeri, kerusakan persepsi/ kognitif, kecemasan, kelemahan dan kelelahan.

DO :ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting

NOC :1. Self care : Activity of Daily Living (ADLs)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . Defisit perawatan diri teratas dengan kriteria hasil:1. Klien terbebas dari bau badan1. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs1. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

NIC :Self Care assistane : ADLs1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.1. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.1. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.1. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.1. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.1. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.1. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.1. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Risiko infeksi

Faktor-faktor risiko : 1. Prosedur Infasif1. Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan 1. Malnutrisi 1. Peningkatan paparan lingkungan patogen 1. Imonusupresi 1. Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)1. Penyakit kronik1. Imunosupresi1. Malnutrisi1. Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)NOC : 1. Immune Status1. Knowledge : Infection control1. Risk control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi1. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi1. Jumlah leukosit dalam batas normal1. Menunjukkan perilaku hidup sehat1. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

NIC :1. Pertahankan teknik aseptif1. Batasi pengunjung bila perlu1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan1. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung1. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum1. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing 1. Tingkatkan intake nutrisi1. Berikan terapi antibiotik:.................................1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal1. Pertahankan teknik isolasi k/p1. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase1. Monitor adanya luka1. Dorong masukan cairan1. Dorong istirahat1. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi1. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Defisit Volume CairanBerhubungan dengan: 1. Kehilangan volume cairan secara aktif 1. Kegagalan mekanisme pengaturan

DS : 1. Haus DO:1. Penurunan turgor kulit/lidah 1. Membran mukosa/kulit kering 1. Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi 1. Pengisian vena menurun 1. Perubahan status mental1. Konsentrasi urine meningkat 1. Temperatur tubuh meningkat 1. Kehilangan berat badan secara tiba-tiba1. Penurunan urine output1. HMT meningkat1. Kelemahan

NOC: 1. Fluid balance1. Hydration1. Nutritional Status : Food and Fluid Intake

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.. defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, 1. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal1. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan1. Orientasi terhadap waktu dan tempat baik1. Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal1. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal1. pH urin dalam batas normal1. Intake oral dan intravena adekuat

NIC :1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat1. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan1. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )1. Monitor vital sign setiap 15menit 1 jam1. Kolaborasi pemberian cairan IV 1. Monitor status nutrisi1. Berikan cairan oral1. Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 100cc/jam)1. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan1. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk 1. Atur kemungkinan tranfusi1. Persiapan untuk tranfusi1. Pasang kateter jika perlu1. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E. M., Moorhouse, F. M., & Geisser, C. A. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W. I., & Setiowulan, W. 2001. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculaplus.NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 - 2014. Jakarta: EGC.Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGCPrice, S. A., & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC Suddarth, B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.