LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

93
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) HALUSINASI A. Pengertian Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Menurut Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan sebagai terganggunya proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. B. Penyebab 1. Faktor Predisposisi Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: a. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut: 1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

 LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HALUSINASI

A.    Pengertian

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,

2002).

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa

ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra

tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

Menurut Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan sebagai terganggunya

proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus.

B.     Penyebab

1.      Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

a.       Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon

neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-

penelitian yang berikut:

1)                  Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam

perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan

dengan perilaku psikotik.

2)                  Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan

masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

3)                  Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi

yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,

ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil

(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

b.      Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi

psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi

realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

c.       Sosial Budaya

            Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,

konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi

disertai stress.

2.      Faktor Presipitasi

      Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

a.       Biologis

            Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi

serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk

diinterpretasikan.

b.      Stress lingkungan

            Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan

untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c.       Sumber koping

            Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C.    Manifestasi Klinis

1.      Bicara, senyum dan tertawa sendiri

2.      Menarik diri dan menghindar dari orang lain

3.      Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata

4.      Tidak dapat memusatkan perhatian

5.      Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut

6.      Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung

(Budi Anna Keliat, 2005)

D.    Akibat

            Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan

dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik

pada diri sendiri maupuan orang lain.

            Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan

orang lain dapat menunjukkan perilaku :

            Data subjektif :

a.       Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam

b.      Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Data objektif :

a.       Wajah tegang, merah

b.      Mondar-mandir

c.       Mata melotot rahang mengatup

d.      Tangan mengepal

e.       Keluar keringat banyak

f.       Mata merah

E.     Penatalaksanaan

            Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

1.        Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat

halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan

agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi

baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,

bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di

beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.

Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan

mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau

hiasan dinding, majalah dan permainan

2.        Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan

halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat

harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di

berikan.

3.        Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah

pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah

yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang

lain yang dekat dengan pasien.

4.        Memberi aktivitas pada pasien

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah

raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien

ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun

jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

5.        Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada

kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan

dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek.

Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat

menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau

aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan

petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak

bertentangan.

F.     Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Harga Diri Rendah

Perubahan sensori perseptual: halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

 

                                                                                 

G.    Asuhan Keperawatan

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS

(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.

2.      Keluhan utama

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke

rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan

yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada

masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi

psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan

keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b)                  Konsep diri

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang

diikuti dalam masyarakat

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek

klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,

memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

a)                     Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

b)                     Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan

dan merapikan pakaian.

c)                     Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                    Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                     Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada

orang lain.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,

pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,

okopasional, TAK dan rehabilitas.

12.  Daftar masalah keperawatan

a)                  Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b)                  Perubahan sensori perseptual : halusinasi

c)                  Isolasi sosial : menarik diri

H.    Analisa data

No Data Subyektif Data Obyektif

1.

2.

3.

Klien mengatakan melihat atau mendengar sesuatu.

Klien tidak mampu mengenal tempat, waktu, orang.

Klien mengatakan merasa kesepian.

Klien mengatakan tidak dapat berhubungan sosial.

Klien mengatakan tidak berguna.

Klien mengungkapkan takut.

Klien mengungkapkan apa yang dilihat dan

didengar mengancam dan membuatnya takut.

Tampak bicara dan ketawa sendiri.

Mulut seperti bicara tapi tidak keluar suara.

Berhenti bicara seolah mendengar atau melihat

sesuatu. Gerakan mata yang cepat.

Tidak tahan terhadap kontak yang lama.

Tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat

bicara.

Tidak ada kontak mata.

Ekspresi wajah murung, sedih.

Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri.

Kurang aktivitas.

Tidak komunikatif.

Wajah klien tampak tegang, merah.

Mata merah dan melotot.

Rahang mengatup.

Tangan mengepal.

Mondar mandir.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

I.       Diagnosa

            Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :

1.                  Gangguan persepsi sosial: Halusinasi

2.                  Isolasi sosial: Menarik Diri

3.                  Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

J.      Intervensi

K.    Daftar Pustaka

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University

Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga,

Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta:

EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A.    Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang

dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering di

sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu

stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007).

Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk  melukai atau

mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba

dkk, 2008).

B.     Penyebab

1.      Faktor Predisposisi

a.       Psikologis

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul

agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang mendapat perilaku

kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan

b.      Perilaku

Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang diterima

sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar

c.       Sosial Budaya

Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku

kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar

d.      Bioneurologis

Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal, lobus

temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku

kekerasan

2.      Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan  dengan

(Yosep, 2009):

a.       Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam

sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.

b.      Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.

c.       Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan

dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan

konflik.

d.      Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai

seorang yang dewasa.

e.       Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan

tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.

f.       Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap

perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

C.    Manifestasi Klinis

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah

sebagai berikut:

1.                  Fisik

a.       Muka merah dan tegang

b.      Mata melotot/ pandangan tajam

c.       Tangan mengepal

d.      Rahang mengatup

e.       Postur tubuh kaku

2.                  Verbal

a.       Bicara kasar

b.      Suara tinggi, membentak atau berteriak

c.       Mengancam secara verbal atau fisik

d.      Mengumpat dengan kata-kata kotor

e.       Suara keras

3.                  Perilaku

a.       Melempar atau memukul benda/orang lain

b.      Menyerang orang lain

c.       Melukai diri sendiri/orang lain

d.      Merusak lingkungan

e.       Amuk/agresif

4.                  Emosi

a.       Tidak adekuat

b.      Tidak aman dan nyaman

c.       Rasa terganggu, dendam dan jengkel

d.      Tidak berdaya

e.       Bermusuhan

5.                  Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

6.                  Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, 

menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

7.                  Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

8.                  Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

D.    Akibat

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,

orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan

dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

E.     Penatalaksanaan

1.      Farmakologi

a.       Obat anti psikosis        : Phenotizin

b.      Obat anti depresi         : Amitriptyline

c.       Obat anti ansietas        : Diazepam, Bromozepam, Clobozam

d.      Obat anti insomnia      : Phneobarbital

2.      Terapi modalitas

a.       Terapi keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan

memberikan perhatian :

1)                  BHSP

2)                  Jangan memancing emosi klien

3)                  Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga

4)                  Beri kesempatan pasien mengemukakan pendapat

5)                  Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang dialami

b.      Terapi kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan social atau aktivitas lain

dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena masalah

sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.

c.       Terapi musik

Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan kesadaran

klien.

F.      Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku kekerasan

 

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

                                                                                           PPS: Halusinasi

 

Regimen terapeutik

inefektif

Harga Diri Rendah

Kronis

Isolasi Sosial

Koping keluarga tidak

efektif

Berduka disfungsional

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS

(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke

rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan

yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada

masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi

psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan

keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b)                  Konsep diri

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang

diikuti dalam masyarakat

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek

klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,

memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

a)                  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

b)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan

dan merapikan pakaian.

c)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

a)                  Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat

untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya

seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas

adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi

ketegangan akibat rasa marah.

b)                  Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang

tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai

perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut

mencoba merayu, mencumbunya.

c)                  Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam

sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya.

Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang

tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu

ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

d)                 Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan

melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai

rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang

tersebut dengan kasar.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

e)                  Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek

yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.

Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya

karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan

temannya.

13.  Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,

pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

14.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

15.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,

okopasional, TAK dan rehabilitas.

16.  Daftar masalah keperawatan

a)      Perilaku kekerasan

b)      Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

c)      Perubahan persepsi sensori: halusinasi

d)     Harga diri rendah kronis

e)      Isolasi social

f)       Berduka disfungsional

g)      Penatalaksanaan regimen teurapeutik inefektif

h)      Koping keluarga inefektif

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (terjemahan), Widya

Medika, Jakarta

Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Stuart dan sundeen. 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa : Jakarta. EGC

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University

Press.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

ISOLASI SOSIAL

A.    Pengertian

Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau

merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain

tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2008).

Isolasi social adalah suatu sikap individu menghindari diri dari interaksi dengan orang

lain. Individu merasa bahwa ia kehilanngan hubungan akrab dan tidak mempunyai

kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan (Yosep, 2009,

hlm.229).

Isolasi social adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau

bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. (Keliat dan

Kemat, 2009, hlm. 93).

B.     Penyebab

1.      Faktor Predis Posisi

Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :

a.       Faktor Perkembangan

Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu / pengasuh

kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa

percaya.

b.      Faktor komunikasi dalam keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan

gangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan / hostilitas. Sikap mengancam dan menjelek –

jelekkan anak. Ekspresi emosi yang tinggi. Orang tua atau anggota keluarga sering berteriak,

marah untuk persoalan kecil / spele, sering menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasi

masalah, selalu mengkritik, mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya tidak memberi pujian atas keberhasilan anak .

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

c.       Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor pendukung

terjadinya gangguan berhubungan. Contoh : Individu yang berpenyakit kronis, terminal,

menyandang cacat atau lanjut usia. Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan seseorang

untuk tidak keluar ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi sosial.

d.      Faktor biologi

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden tertinggi

skizofrenia di temukan pada keluarganya yang anggota keluarga menderita skizofrenia.

2.      Faktor Presipitasi

Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor Internal maupun

eksternal meliputi.

a.       Stressor sosial budaya

Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya

penurunan stabilitas keluarga seperti : perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai

kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit

atau dipenjara . 

b.      Stressor Giokimic

Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf dapat

merupakan indikasi terjadinya skizofrenia

c.       Stressor biologic dan lingkungan sosial

Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat

interaksi antara individu, lingkungan, maupun biologis.

d.      Stressor psikologis

Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya kemampuan individu untuk

berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas

untuk mengatasi stres. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu

dan anak pada fase sinibiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.

1)                  Hubungan ibu dan anak

Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan kecemasannya pada anak,

misalnya dengan tekanan suara yang tinggi, hal ini membuat anak bingung, karena belum

dapat mengklasifikasikan dan mengartikan pasien tersebut.

2)                  Dependen versus Interdependen

Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat menimbulkan konflik, di satu sisi

anak ingin mengembangkan kemandiriannya.

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

C.    Manifestasi Klinis

1.      Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

2.      Menghidar dari orang lain (menyendiri)

3.      Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat makan.

4.      Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.

5.      Komunikasi kurang / tidak ada.

6.      Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.

7.      Tidak ada kontak mata : klienlebih sering menunduk.

8.      Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam mobilitas.

9.      Menolak berhubungan dengan orang lain.

10.  Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga

sehari-hari tidak dilakukan.

D.    Akibat

Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi

sensori halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Perubahan persepsi sensori halusinasi

adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori

yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan

suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421). Menurut Maramis

(1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di

mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh

psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.

E.     Penatalaksanaan

1.      Farmakoterapi

2.      Terapi fisik ECT (Elektro Compution Teraphy)

3.      Terapi psikologi

4.      Terapi social

5.      Bila serangan pertama

a)      Membangkitkan dan diagnosis

b)     Pemeriksaan psikologi

c)    Pemeriksaan kimia rutin, skrinning, roksikologi, VDRL dan uji fungsi tiroid

d)    Elektroensefologram (untuk menyingkirkan epilepsy logus temperralit, neoplasma)

(Buku saku psiatri, penerbit buku kedokteran EGC)

F.     Pohon Masalah

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

                        Gangguan sensori persepsi :Halusinasi

                                                 Isolasi Sosial

 

                        Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS

(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke

rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan

yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada

masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi

psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan

keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

e)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

f)                   Konsep diri

g)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang

diikuti dalam masyarakat

h)                  Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek

klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,

memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

f)                   Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

g)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan

dan merapikan pakaian.

h)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

i)                    Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

j)                    Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada

orang lain.

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,

pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,

okopasional, TAK dan rehabilitas.

12.  Daftar masalah keperawatan

a)      Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

b)      Isolasi sosial

c)      Gangguan konsep diri : harga diri rendah

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Marlindawani, Jeney, 2002, Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Psikososial

dengan gangguan jiwa

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa.

Edisi 5. Jakarta: EGC.

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A.    Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak

dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Deficit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan deficit peraatan

diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir  sehingga kemampuan untuk

melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan akemat 2007).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

B.     Penyebab

1.      Faktor prediposisi

a.       Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif

terganggu.

b.      Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c.       Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan

ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d.      Sosial

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi

lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2.      Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan

motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu

sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

a.       Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya

dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b.      Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.

c.       Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d.      Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga

kebersihan kakinya.

e.       Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

f.       Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti

penggunaan sabun, sampo dan lain- lain.

g.      Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu

bantuan untuk melakukannya

C.    Manifestasi Klinis

1.      Fisik:

-          Badan bau, pakaian kotor

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

-          Rambut dan kulit kotor

-          Kuku panjang dan kotor

-          Gigi kotor disertai mulut yang bau

-          Penampilan tidak rapi

2.      Psikologis

-          Malas, tidak ada inisiatif

-          Menarik diri, isolasi diri

-          Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa hina

3.      Social

-          Interaksi kurang

-          Kegiatan kurang

-          Tidak mampu berprilaku sesuai norma

-          Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat , gosok gigi dan mandi

tidak mampu mandiri

D.    Akibat

Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri seperti  pasien

dikucilkan di dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi isolasi sosial dan bahkan

kehilangan kemampuan dan motivasi dalam melakukan perawatan terhadap tubuhnya.

E.     Penatalaksanaan

1.      Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

-          Bina hubungan saling percaya

-          Bicarakan tentang pentingnya kebersihan

-          Kuatkan kemampuan klien merawat diri

2.      Membimbing dan menolong klien merawat diri

-          Bantu klien merawat diri

-          Ajarkan keterampilan secara bertahap

-          Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

3.      Ciptakan lingkungan yang mendukung

-          Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan diri

-          Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien

-          Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman

F.     Pohon Masalah

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Defisit perawatan diri

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial

Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan berdandan)

 

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS

(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke

rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan

yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada

masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi

psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan

keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b)                  Konsep diri

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang

diikuti dalam masyarakat

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek

klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,

memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

a)                  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

b)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan

dan merapikan pakaian.

c)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada

orang lain.

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,

pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,

okopasional, TAK dan rehabilitas.

12.  Daftar masalah keperawatan

a)      Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

b)      Isolasi Sosial

c)      Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima

Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HARGA DIRI RENDAH

A.    Pengertian

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

menganalisis seberapa sesuai perilaku dengan ideal diri (Stuart, 2005)

Harga diri rendah adalah cenderung untuk memilih dirinya negative dan merasa lebih

rendah dari orang lain (Hamid Achir Yani, 2005)

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak

dapat bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri (Yoeddhas, 2010)

B.     Penyebab

1.      Faktor Predisposisi

a.       Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain, harapan orang tua yang

tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

b.      Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan peran kerja,

harapan peran kultural.

c.       Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak percayaan orang tua

tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam stuktural sosial.

2.      Faktor Presipitasi 

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

a.       Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang

mengancam kehidupannya.

b.      Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu 

mengalaminya sebagai frustasi

c.       Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga

melalui kelahiran dan kematian

d.      Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit dicetuskan oleh

kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk, penampilan, fungsi tubuh, perubahan

fisik berhubungan dengan tumbang normal moral dan prosedur medis keperawatan

C.    Manifestasi Klinis

Menurut Suliswati, 2005 tanda dan gejala harga diri rendah yaitu :

1.       Merasa dirinya lebih rendah dari orang lain

2.       Mengkritik diri sendiri dan orang lain

3.       Gangguan dalam berhubungan

4.       Rasa diri penting yang berlebihan

5.       Perasaan tidak mampu

6.       Rasa bersalah

7.       Pandangan hidup yang pesimis

8.       Penolakan terhadap kemampuan personal

9.       Menarik diri secara social

10.   Khawatir dan menarik diri dari realitas

D.    Akibat

Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu

bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik

diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive,

mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).

E.     Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi:

a.       Farmakologi.

b.      Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi keluarga,

terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang tujuannya adalah

memperbaiki perilaku klien dengan harga diri rendah.

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

c.       Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan perkembangan

klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) penatalaksanaan pada klien dengan gangguan

konsep diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan yang terdiri dari :

1.      Persepsi

2.      Kesadaran klien akan emosi dan perasaan

3.      Menyadari masalah dan perubahan sikap

Prinsip asuhan keperawatan yang diberikan terlihat dari kemajuan klien meningkatkan

dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yaitu :

1.      Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan keterbukaan dan saling

percaya.

2.      Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu membantu klien untuk

menerima perasaan dan pikirannya.

3.      Perencanaan realita  (realita planing) membantu klien bahwa hanya saja di yang dapat

merubah bukan rang lain.

4.      Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu klien melakukan tindakan

yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan respon adaptif.

F.     Pohon Masalah

Defisit Perawatan Diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Gangguan interaksi sosial

Isolasi sosial : menarik diri

Penurunan motivasi merawat diri

 

                                                                                                    Core Problem

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Gangguan citra tubuh

 

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS

(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke

rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan

yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada

masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi

psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan

keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b)                  Konsep diri

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang

diikuti dalam masyarakat

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek

klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,

memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

a)                  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

b)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan

dan merapikan pakaian.

c)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada

orang lain.

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,

pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,

okopasional, TAK dan rehabilitas.

12.  Daftar masalah keperawatan

a)      Isolasi social: Menarik Diri

b)      Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

c)      Perilaku Kekerasan

d)     Koping Individu Tidak Efektif

e)      Perubahan Persepsi Sensori

f)       Tidak Efektifnya Penatalaksanaan regimen terapeutik

g)      Koping Keluarga Tidak Efektif

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Keliat,Budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha

Medika Press.

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar & Aplikasi Laporan Pendahuluan & Strategi Pelaksanaan

Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosa. Jakarta : Salemba Medika

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Page 29: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

WAHAM

A.    Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi

tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)

Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun

tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal. (Stuart dan sundeen,

2004)

Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam

kenyataan. (Harold K, 2004)

B.     Penyebab

1.      Faktor Predisposisi

·         Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berhubungan

dengan respon biologis yang maladaptif.

·         Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan korteks limbic.

·         Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan glutamat.

·         Virus : paparan virus influensa pada trimester III

·         Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

2.      Faktor Presipitasi

·         Proses pengolahan informasi yang berlebihan

·         Mekanisme penghantaran listrik abnormal

·         adanya gejala pemicu

C.    Klasifikasi Waham

1.      Waham Agama

Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkjan secra berulang

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

2.      Waham Kebesaran

      Keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuan yang disampaikan secara berulang

yang tidak sesuai kenyataan

3.      Waham Somatik

Page 30: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang disampaikan secara berulang yang

tidak sesuai kenyataan

4.      Waham Curiga

Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha

merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai

kenyataan

5.      Waham Sisip Fikir

Klien yakin bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan/dimasukkan kedalam fikiran

yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan

6.      Waham Nihilistik

Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak didunia/meninngal yang disampaikan secara

berulang yang tidak sesuai kenyataan

7.      Waham Siar Fikir

Klien yakin bahwa ada orang lain mengetahui apa yang dia butuhkan walaupun dia tidak

menyatakan pada orang tersebut apa yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai

kenyataan

D.    Manifestasi Klinis

Menurut Azis (2003), tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham,

yaitu:

1.                  Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,

kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan

2.                  Klien tampak tidak mempunyai orang lain

3.                  Curiga

4.                  Bermusuhan

5.                  Merusak (diri, orang lain, lingkungan)

6.                  Takut, sangat waspada

7.                  Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas

8.                  Ekspresi wajah tegang

9.                  Mudah tersinggung

E.     Akibat

Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan

lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/

membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Page 31: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

F.     Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkunganResiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Kerusakan komunikasi verbalKerusakan komunikasi verbal

                                                                                                  

Perubahan isi pikir: wahamPerubahan isi pikir: waham

Gangguan konsep diri: harga diri rendahGangguan konsep diri: harga diri rendah

Core problemCore problem

 

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS

(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke

rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan

yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada

masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi

psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan

keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

Page 32: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

b)                  Konsep diri

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang

diikuti dalam masyarakat

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek

klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,

memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

a)                  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

b)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan

dan merapikan pakaian.

c)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada

orang lain.

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,

pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,

okopasional, TAK dan rehabilitas.

12.  Daftar masalah keperawatan

a)      Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b)      Kerusakan komunikasi : verbal

c)      Perubahan isi pikir : waham

Page 33: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

d)     Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Santoso, Budi. 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Nanda. Jakarta : Prima Medika.

Stuart, G.W. dan Sundden, S.J. ( 2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :

EGC

Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 2006

Yosep Iyus, 2009, Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung : Refika Aditama

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

RESIKO BUNUH DIRI

A.    Pengertian

Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti

diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam

Fitria, 2009).

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri

kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan hasratnya untuk

mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang

akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep,

2010).

Page 34: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada

kematian (Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009.)

Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk

mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk

memecahkan masalah yang dihadapi. (Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien

Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa ).

B.     Penyebab

1.      Faktor predisposisi

Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang

siklus kehidupan (Fitria, 2009):

a.       Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan

bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (ganggan afektif, penyalagunaan zat, dan

skizofrenia).

b.      Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan risiko bunuh diri

adalah antipasti, impulsive, dan depresi.

c.       Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan

social, kejadian-kkejadian negative dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan

perceraian.

d.      Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor

penting yang dpaat menyebabkan seseorang melakukan tinfdakan bunuh diri.

e.       Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terdapat

peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan

dopamine yang dapat dilihat dengan EEG.

Menurut Iyus Yosep (2010), terdapat beberapa factor yang berpengaruh dalam bunuh diri,

anatara lain:

a.       Faktor mood dan biokimia otak.

b.      Faktor riwayat gangguan mental.

c.       Faktor meniru, imitasi, dan factor pembelajaran.

d.      Faktor isolasi sosial dan human relations.

e.       Faktor hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasar.

f.       Faktor religiusitas.

2.      Faktor Presipitasi

Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang dialami oleh

individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang memalukan, melihat atau membaca

Page 35: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

melalui media tentang orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri

(Fitria, 2009).

C.    Manifestasi Klinis

Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :

1.      Mempunyai ide untuk bunuh diri.

2.      Mengungkapkan keinginan untuk mati.

3.      Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

4.      Impulsif.

5.      Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

6.      Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

7.      Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis

mematikan).

8.      Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan

diri).

9.      Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan

menyalahgunakan alcohol).

10.  Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).

11.  Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam

karier).

12.  Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.

13.  Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

14.  Pekerjaan.

15.  Konflik interpersonal.

16.  Latar belakang keluarga.

17.  Orientasi seksual.

18.  Sumber-sumber personal.

19.  Sumber-sumber social.

20.  Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

D.    Akibat

Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri adalah

mencederai diri dan lingkungan dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku yang muncul

meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan tindakan yang

mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri.

Page 36: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

E.     Penatalaksanaan

Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan

darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap

luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu

tindakan medis. Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan

erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan

keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak

adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik. Penting sekali

dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan

depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan

psikoterapi.

F.     Pohon Masalah

BUNUH DIRI

RISIKO BUNUH DIRI

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS

(Fitria, 2009)

G.    Askep

1.      Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS

(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.

2.      Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke

rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan

yang dicapai.

3.      Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada

masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

Page 37: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi

psikologis, biologis, dan social budaya.

4.      Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan

keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5.      Aspek psikososial

a)                  Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b)                  Konsep diri

c)                  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang

diikuti dalam masyarakat

d)                 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6.      Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek

klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,

memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7.      Kebutuhan persiapan pulang

a)                  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.

b)                  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan

dan merapikan pakaian.

c)                  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

d)                 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

e)                  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8.      Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus

internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada

orang lain.

9.      Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,

pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10.  Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11.  Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,

okopasional, TAK dan rehabilitas.

Page 38: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

12.  Daftar masalah keperawatan

a)      Risiko bunuh diri.

b)      Bunuh diri.

c)      Isolasi sosial.

d)     Harga diri rendah.

(Fitria, 2009).

H.    Intervensi

I.       Daftar Pustaka

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa

Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan

Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Sujono & Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Diposkan oleh allwhy yoechy di 10.43

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke

Pinterest Buat sebuah LinkPosting LamaBerandaPoskan Komentar (Atom)

Definisi Halusinasi

1.      Pengertian

Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya

penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara

bisikan itu (Hawari, 2001).

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002).

Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan yang datang dari luar, dimana

rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan penglihatan, penciuman, pendengaran,

pengecapan dan perabaan. Interpretasi (tafsir) terhadap rangsangan yang datang dari luar itu

Page 39: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

dapat mengalami gangguan sehingga terjadilah salah tafsir (missinterpretation). Salah tafsir

tersebut terjadi antara lain karena adanya keadaan afek yang luar biasa, seperti marah, takut,

excited (tercengang), sedih dan nafsu yang memuncak sehingga terjadi gangguan atau

perubahan persepsi (Triwahono, 2004).

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan

dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran

individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn, 1998).

Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang

pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119)

2. Tanda dan Gejala Halusinasi

Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut:

         Bicara sendiri.

         Senyum sendiri.

         Ketawa sendiri.

         Menggerakkan bibir tanpa suara.

         Pergerakan mata yang cepat

         Respon verbal yang lambat

         Menarik diri dari orang lain.

         Berusaha untuk menghindari orang lain.

         Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.

         Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.

         Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.

         Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.

         Sulit berhubungan dengan orang lain.

         Ekspresi muka tegang.

         Mudah tersinggung, jengkel dan marah.

         Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.

          Tampak tremor dan berkeringat.

         Perilaku panik.

         Agitasi dan kataton.

         Curiga dan bermusuhan.

         Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.

         Ketakutan.

Page 40: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

         Tidak dapat mengurus diri.

         Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

3. Tahapan/Tingkatan Halusinasi

Menurut Stuart dan Laraia (2001), terdiri dari 4 fase :

Fase I :

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta

mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini

klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan

mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.

Fase II :

Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin

mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi

peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda

vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan

kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.

Fase III :

Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi

tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak

mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat

menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

Fase IV :

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini

terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah

yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat

membahayakan.

4. Klasifikasi Halusinasi

a. Halusinasi pendengaran :

karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien

mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan

Page 41: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b.Halusinasi penglihatan  :

karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran

geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa

menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi penciuman:

karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti :

darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan

stroke, tumor, kejang dan dementia.

d. Halusinasi peraba :

karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.

Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap :

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.

f. Halusinasi sinestetik :

karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena

atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. (Menurut Stuart, 2007)

B. Rentang Respon

Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif

individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.

-         Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.

-         Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului

oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun

di luar dirinya.

-         Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai

banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.

-         Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah

masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.

-         Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar

Page 42: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.

-         Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal

melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak

kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.

-         Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan

atau kurang.

-         Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam

penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma social atau budaya umum yang

berlaku.

-         Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam

menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang

berlaku.

-         Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain.

-         Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.

 

   

B.     Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1. Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis

yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang

berikut:

a.  Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam

perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan

dengan perilaku psikotik.

b.  Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan

masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

Page 43: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

c.  Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang

signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan

pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).

Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi

psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi

realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik

sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai

stress.

C. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan

yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.

Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan

kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1.   Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta

abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk

diinterpretasikan.

2.   Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk

menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3.   Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

Page 44: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

E. Mekanisme koping

1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.

2. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan

tanggung jawab kepada orang lain.

3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal. (Stuart,

2007).

II. Masalah Keperawatan dan Data Fokus Pengkajian

Konsep Dasar Keperawatan

Menurut Carpenito (1998) dikutip oleh Keliat (2006), pemberian asuhan keperawatan

merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan

klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asuhan

keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian

menentukan masalah atau diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan, implementasi

dan evaluasi.

1. Pengkajian

Menurut Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari

proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data meliputi data biologis,

psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkam

menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan

kemampuan koping yang dimiliki klien.

Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum, pada formulir

pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut Keliat (2006) meliputi beberapa faktor

antara lain:

a.    Identitas klien dan penanggung

Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status, pendidikan,

pekerjaan, dan alamat.

b.    Alasan  masuk rumah sakit

Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu

merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah

Page 45: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

c.    Faktor predisposisi

1). Faktor perkembangan terlambat

a. Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.

b. Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.

c. Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.

2). Faktor komunikasi dalam keluarga

a. Komunikasi peran ganda.

b. Tidak ada komunikasi.

c. Tidak ada kehangatan.

d. Komunikasi dengan emosi berlebihan.

e. Komunikasi tertutup.

f. Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik

orang  tua.

3). Faktor sosial budaya

Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu

tinggi.

4). Faktor psikologis

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri

rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.

5). Faktor biologis

Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar

dan bentuk sel korteks dan limbik.

6). Faktor genetik

Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu. Namun

demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai

sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor

enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik

Page 46: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami

skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu

orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila

kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.

d. Faktor presipitasi

Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:

1. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses

informasi di thalamus dan frontal otak.

2. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan abnormal).

3. Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa

dan tidak berdaya.

e. Faktor Pemicu

1. Kesehatan : Nutrisi dan tidur kurang, ketidaksiembangan irama sirkardian, kelelahan dan

infeksi, obat-obatan system syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan.

2. Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasan

hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dalam berhubungan dengan orang

lain, isoalsi social, kurangnya dukungan social, tekanan kerja (kurang terampil dalam

bekerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmamapuan

mendapat pekerjaan.

3. Sikap : Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya diri), merasa

gagal (kehilangan motivasi menggunakan keterampilan diri), kehilangan kendali diri

(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang (tidak mampu memenuhi

kebutuhan spiritual), bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan,

rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan

pengobatan dan ketidak adekuatan penanganan gejala.

4. Perilaku : Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa

tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu

mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata

Page 47: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

dengan yang tidak nyata.

Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya.

Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku halusinasi maka

pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi saja.

Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:

a). Isi halusinasi

Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan suara itu,

jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi

visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi

pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.

b). Waktu dan frekuensi.

Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul,

berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini

sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien

perlu perhatian saat mengalami halusinasi.

c). Situasi pencetus halusinasi.

Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu

perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi

untuk memvalidasi pernyataan klien.

d). Respon Klien

Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa

yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa

mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.

d.    Pemeriksaan fisik

Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat badan,

tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.

Status Mental

Pengkajian pada status mental meliputi:

1). Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian.

2). Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit.

Page 48: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

3).Aktivitas motorik: meningkat atau menurun.

4). Alam perasaan: suasana hati dan emosi.

5). Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen

6). Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.

7). Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan

informasi.

8). Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan dapat

mempengaruhi proses pikir.

9). Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.

10). Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.

11). Memori

 a. Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu.

 b. Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada saat  dikaji.

12). Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan tugas dan berhitung

sederhana.

13). Kemampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat.

14). Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.

Kebutuhan persiapan pulang

yaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB dan BAK, istirahat tidur,

perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sera aktifitas dalam dan luar

ruangan.

Mekanisme koping

1). Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.

2). Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan

tanggung jawab kepada orang lain.

3). Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.

Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi, pekerjaan,

pendidikan dan perumahan atau pemukiman.

Aspek medik: diagnosa medik dan terapi medik.

Masalah Keperawatan

Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang sering terjadi pada klien halusinasi adalah:

- Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

Page 49: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

- Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan.

- Isolasi sosial : menarik diri.

- Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

- Intoleransi aktifitas.

- Defisit perawatan diri.

III. Diagnosa Keperawatan

- Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

- Isolasi Sosial : Menarik Diri

- Resti Perilaku Kekerasan

- Resti Mencederai diri (BD)

IV. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan

Pasien mampu :

          Mengenali halusinasi yang dialaminya

          Mengontrol halusinasinya

          Mengikuti program pengobatan

Keluarga mampu :

Merawat pasien di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien

Kriteria Evaluasi Intervensi

Setelah ….x pertemuan,

pasien dapat menyebutkan :

          Isi, waktu, frekuensi,

situasi pencetus, perasaan

          Mampu memperagakan

cara dalam mengontrol

halusinasi

SP I

          Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya,

frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi)

          Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

Tahapan tindakannya meliputi :

          Jelaskan cara menghardik halusinasi

          Peragakan cara menghardik

          Minta pasien memperagakan ulang

          Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku

Page 50: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

pasien

          Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Setelah ….x pertemuan,

pasien mampu :

          Menyebutkan kegiatan

yang sudah dilakukan

          Memperagakan cara

bercakap-cakap dengan

orang lain

SP 2

          Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)

          Latih berbicara / bercakap dengan orang lain saat

halusinasi  muncul

          Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Setelah ….x pertemuan

pasien mampu :

          Menyebutkan kegiatan

yang sudah dilakukan dan

          Membuat jadwal

kegiatan sehari-hari dan

mampu memperagakannya.

SP 3

          Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)

          Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul

Tahapannya :

          Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk

mengatasi halusinasi

          Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien

          Latih pasien melakukan aktivitas

          Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan

aktivitas yang telah dilatih (dari bangun pagi sampai tidur

malam)

Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan

terhadap perilaku pasien yang (+)

Setelah ….x  pertemuan,

pasien mampu :

          Menyebutkan kegiatan

yang sudah dilakukan

          Menyebutkan manfaat

dari program pengobatan

SP 4

          Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3)

          Tanyakan program pengobatan

          Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan

jiwa

          Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program

          Jelaskan akibat bila putus obat

          Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat

          Jelaskan pengobatan (5B)

          Latih pasien minum obat

Page 51: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

          Masukkan dalam jadwal harian pasien

Setelah ….x pertemuan

keluarga mampu

menjelaskan tentang

halusinasi

SP 1

          Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien

          Jelaskan tentang halusinasi :

-    Pengertian halusinasi

-    Jenis halusinasi yang dialami pasien

-    Tanda dan gejala halusinasi

-    Cara merawat pasien halusinasi (cara berkomunikasi,

pemberian obat & pemberian aktivitas kepada pasien)

          Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa

dijangkau

          Bermain peran cara merawat

          Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk

merawat pasien

Setelah ….x pertemuan

keluarga mampu :

          Menyelesaikan kegiatan

yang sudah dilakukan

          Memperagakan cara

merawat pasien

SP 2

          Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)

          Latih keluarga merawat pasien

          RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien

Setelah ….x pertemuan

keluarga mampu :

          Menyebutkan kegiatan

yang sudah dilakukan

          Memperagakan cara

merawat pasien serta

mampu membuat RTL

SP 3

          Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)

          Latih keluarga merawat pasien

          RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien

Setelah ….x pertemuan

keluarga mampu :

          Menyebutkan kegiatan

yang sudah dilakukan

          Melaksanakan Follow

Up rujukan

SP 4

          Evaluasi kemampuan keluarga

          Evaluasi kemampuan pasien

          RTL Keluarga :

          Follow Up

          Rujukan

Page 52: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP

Bandung, 2000

LP HDR(Harga Diri Rendah)

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Gambaran Umum Konsep Diri

      1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalahsemua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu

tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain ( Stuarg

and Sudeen, 1998 )

        Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh ; fisik, emosi,

intelektual, social maupun spiritual ( Rawllins, Beck, William, 1993 )

     2. Komponen Konsep Diri

Menurut Stuatd and Sundeen ( 1998 ), konsep diri dibentuk dari lima komponen yaitu

gambaran diri ( body image ), ideal diri ( self care ), harga diri ( self esteem ), peran diri ( self

role ), identitas diri (self identity ).

a. Gambaran Diri

Page 53: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

   Gambaran diri merupakan sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadaar, termasuk

persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini

dan masa lalu.

b.Ideal Diri

   Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan

standaar pribadi, aspirasi, tujuan ataau nilai yang ditetapkan.

c.Harga Diri

   Harga diri adaalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa

seberapa jauh perilaku mempengaruhi ideal diri.

d.Peran Diri

   Peran diri merupakan pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang

berdasarkan posisinya dimasyarakat.

e.Identitas Diri

   Merupakan kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang

merupakan sintesa dari semua aspek kopnsep diri.

    3. Rentang Respon Konsep Diri

  Respon konsep diri sepanjang rentang sehat sakit bekisar dari status aktualisasi diri yang

paaling adaptif sampai status kerancauan identitas yang lebih maladaptif serta

depersonalisasi.        

 

Respon Adaptif                                                                                           Respon Maladaptif

Page 54: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

 

Pikiran logis                               Distorsi pikiran                                     Gangguan pikir/delusi

Persepsi akurat                          Ilusi                                                        Halusinasi

Emosi konsisten                        Reaksi emosi berlebihan                    Sulit berespon emosi

Dengan pengalaman               atau kurang                                          Perilaku disorganisasi

Perilaku sesuai                          Perilaku aneh / tidak biasa                Isolasi sosial

Berhubungan social                 Menarik diri

Rentang respons neurobiologis (Stuart & Sudden, 1998)

Respon adaptif merupakaan respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma social

dan budaya yang secaraa umum berlaku dimasyarakat. Respon maladaptive adalah respon

yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma

kebudayaan, sedangkan posisi harga diri rendah berada diantara respon adaptif dan mal

adaptif ( Stuard and Sudeen, 1998 )

B. Gambaran Umum Harga Diri Rendah

    1. Pengertian

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa

percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan

putus asa ( Depkes RI, 2000 )

Gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang

negatif yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung ( Towsend, 1998 )

Page 55: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

  2. Etiologi

Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain :

a. Faktor predisposisi ( Stuard and Sudeen, 1998 )

1) Penolakan orang tua

2) Harapan orang tua yang tidak realistis

3) Kegagalan yang berulang kali

4) Kurang mempunyai tanggung jawab personal

5) Ketergantungan pada orang lain

6) Ideal diri tidak realistis

        b. Faktor presipitasi ( Stuard and Sudeen, 1998 )

Faktor  presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu

( eksternal or internal sources ) yang dibagi lima kategori.

1)Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang        dialami individu

dalam peran atau posisi yang diharapkan. Terdapat tiga jenis transisi peran yaitu

perkembangan, situasi dan sehat-sakit.

2)Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang

mengancam kehidupan.

    3. Tanda dan Gejala

Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pda pasien harga diri rendah

adalah :

a.   Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang

    percaya diri.

b.  Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagaal dalaam meraih sesuatu.

c.   Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang lain.

Page 56: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

d.  Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan tidak ingin

bertemu orang lain.

e.   Rasa percaya diri kurang , merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.

f.   Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih sesuatu.

g.  Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram

sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.

h.  Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.

i.    Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.

j.    Ketegangan peran yang dirasakan.

k.  Pandangan hidup pesimis.

l.    Keluhan fisik

       m. Penolakan terhadap kemampuan personal

        n. Destruktif terhadap diri sendiri

        o. Menarik diri secara social

        p. Penyalahgunaan zat

        q. Menarik diri dari realitas

         r. Khawatir

     4. Penatalaksaanaan

         a. Penatalaksanaan Keperawatan

 Keliat ( 1999 ) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu :

1) Memberi kesempatan untuk berhasil

2) Menanamkan gagaasan

3) Mendorong aspirasi

Page 57: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

4) Membantu membentuk koping

b. Penatalaksanaan Medis

 1) Clorpromazine ( CPZ )

      Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai

         realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan                             perasaan

dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin.

         Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.

 2) Haloperidol ( HPL )

      Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi netral serta fungsi

kehidupan sehari-hari.

      Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.

3) Trihexyphenidyl ( THP )

     Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan idiopatik.

      Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis dan

obstruksi saluran cerna.

        c. Terapi okupasi / rehabilitasi

            Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas terpilih

sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan

( Seraquel, 2004 )

        d. Psikoterapi

            Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual atau

kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke

masyarakat ( Seraquel, 2004 )

        e. Terapi psikososial

Page 58: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

            Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan padaa

kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan terapi berorientasi

keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi masalah dan

perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.

C. Asuhan  Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri

     Rendah

     1. Pengkajian

         Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri rendah meliputi

tingkah laku :

         a. Menyalahkan diri atau orang lain

         b. Produktivitas menurun.

c. Gangguan berhubungan

d. Rasa bersalah

e. Mudah marah

f. Pesimis terhadap kehidupan

g. Keluhan fisik

h. Menarik diri dari realita

 i. Cemas dan takut

j. Menguruing diri

k. Penyalahgunaaan zat

Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah akan

ditemukan batasan karakteristik :

a. Kurang kontak mata

Page 59: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

b. Ungkapan yang mengaktifkan diri

c. Ekspresi rasa malu

d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi               

    berbagai peristiwa.

e. Menolak  umpan  balik  yang  positif  dan melebih-lebihkan  umpan  balik

             yang negatif tentang dirinya.

         f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.

         g. Hipersensitif  terhadap  kritik, mudah  tersinggung  dengan  pembicaraan 

             orang lain.

    2. Diagnosa Keperawatan

        Menurut Keliat ( 1999 ), diagnosa yang lazzim muncul pada pasien dengan

        gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :

        a. Gangguan harga diri rendaah

        b. Keputus asaan

        c. Isolasi sosial : menarik diri

        d. Resiko perilaku social

    3. Perencanaan Tindakan Keperawatan Menurut Keliat (1998)

a.       Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

TUM:

Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

TUK 1 :

Pasien dapat membina hu-bungan sa-ling percaya.

Page 60: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Menunjuk-kan ekspresi wajah bersa-habat, me-nunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau

berjabat ta-ngan, mau menyebut-kan nama, mau menja-wab salam, pasien mau duduk ber-

dampingan dengan pe-rawat, mau mengutara-kan masalah yang dihada-pi.

Intervensi :

1.1. Bina hubungan saling percaya de-ngan mengung-kapkan prinsip ko-munikasi terapeu-tik.

TUK 2 : Pasien dapat mengidentifi-kasi kemam-puan dan aspek positif yang dimiliki

Intervensi :

2.1. Diskusikan ke-mampuan dan as-pek positif yang dimiliki pasien.

2.2. Setiap bertemu pasien dihindarkan dari memberi pe-nilaian negatif.

2.3. Utamakan mem-beri pujian yang realistic

TUK 3 :

Pasien dapat menilai ke-mampuan yang diguna-kan.

Intervensi :

3.1. Diskusikan de-ngan pasien ke-mampuan yang masih dapat di-gunakan selama sakit.

3.2.  Diskusikan ke-mampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan.

TUK 4 :

Pasien dapat menetap-kan meren-canakan ke-giatan sesuai dengan ke-mampuan yang

dimiliki, pasien dapat membuat rencana ke-giatan hari-an.

Intervensi :

4.1. Rencanakan ber-sama pasien akti-vitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai ke-

mampuan: kegiat-an mandiri, kegiat-an dengan bantu-an sebagian, ke-giatan yang mem-

butuhkan bantuan total.

 4.2. Tingkatkan kegi-atan sesuai de-ngan toleransi kondisi pasien

 4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegi-atan yang boleh pasien lakukan.

Page 61: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

TUK 5 :

Pasien dapat melakukan kegiatan se-suai kondisi sakit dan kemampuan-nya.

Intervensi :

5.1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang tela direnca-nakan.

5.2.Beri pujian atas keberhasilan pasi-en

TUK 6 :

Pasien dapat memanfaat-kan sistem pendukung yang ada, pasien dapat memanfaat-kan sistem

pendukung yang ada di keluarga

Intervensi :

6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat kli-en dengan harga diri

rendah.

6.2. Bantu keluarga memberikan du-kungan selama pasien di rawat.

6.3. Bantu keluarga menyiapkan ling-kungan di rumah.

b.      Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan menarik diri.

TUM :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supays tidak terjadi halusinasi

TUK 1 :

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria :

Klien mampu, menunjukan ekpresi menerima/ bersahabat, kontak mata baik, mengatakan

masalah yang dihadapi

1.1. Bina hubungan saling percaya dengan klien menggunakan prinsop komunikasi

terapeutik.

Page 62: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

TUK 2 :

Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri.

Kriteria :

Klien mampu mengungkapkan perasaannya yang menyebabkan menarik diri.

Intervensi :

2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya.

2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri

atau tidak mau bergaul.

2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta pe-nyebab

yang muncul.

2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

TUK 3 :

Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Kriteria :

Klien dapat menyebutkan manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Intervensi :

1.1.Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan sosial dengan

orang lain dan kerugian bila yidak berhubungan dengan orang lain.

3.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang keuntu-ngan

berhubungan sosial dengan orang lain.

3.3. Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan so-sial dengan orang lain.

3.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan

berhubungan dengan orang lain

3.5. Kaji pengetahuan pasien tentang kerugian bila tidak  berhubungan  dengan orang lain.

Page 63: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

3.6. Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang kerugian bila

tidak berhubungan dengan orang lain.

3.7. Diskusikan dengan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan  dengan orang lain.

3.8. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan

berhubungan dengan orang lain.

Page 64: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, at all. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc

Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta. Egc

Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta

Harrol, Kaplan. 1987. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta. Widya Medika