Laporan pendahuluan frakt

21
BAB I KONSEP MEDIS A. Definisi Fraktur didefinisikan sebagai suatu perpatahan pada continuitas struktur tulang yang diakibatkan oleh trauma langsung atau tidak langsung, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya. B. Etiologi Beberapa penyebab dari fraktur diantaranya : 1. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang, cedera;jatuh/kecelakaan). 2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, yaitu terkena bukan pada bagian langsung yang terkena trauma. misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan. 3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada “underlying disesase” dan hal ini disebut dengan

description

FRAKTUR

Transcript of Laporan pendahuluan frakt

Page 1: Laporan pendahuluan frakt

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Fraktur didefinisikan sebagai suatu perpatahan pada continuitas

struktur tulang yang diakibatkan oleh trauma langsung atau tidak langsung,

biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya.

B. Etiologi

Beberapa penyebab dari fraktur diantaranya :

1. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat

dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan

yang mengakibatkan patah tulang, cedera;jatuh/kecelakaan).

2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, yaitu terkena bukan pada

bagian langsung yang terkena trauma. misalnya penderita jatuh dengan

lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan

tangan.

3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu

sendiri rapuh/ ada “underlying disesase” dan hal ini disebut dengan fraktur

patologis, misalnya; osteoporosis, kanker tulang metastase.

4. Penyebab lainnya, misalnya; Patah karena letih, Olahraga atau latihan

yang berlebihan

C. Patofisiologi

Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma.

Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper

mobil, atau tidak langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak

tangan menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya:

patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak

berkontraksi.

Page 2: Laporan pendahuluan frakt

Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat

patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga

biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat

setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan

peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-

sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan

berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast

terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan

fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk

membentuk tulang sejati.

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang

berkaitan dengan pembengkakan yg tidak ditangani dapat menurunkan asupan

darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak

terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan,

oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya

serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom

kompartemen.

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya

pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang

lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang

yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah

terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,

marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan

terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga

medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang

patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon

inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,

dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari

proses penyembuhan tulang nantinya.

Page 3: Laporan pendahuluan frakt

D. Manifestasi klinik

Manifestasi klinis fraktur adalah sebagai berikut :

1. Nyeri; nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

di imobilisasi.

2. Memar/ekimosis, Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari

extravasi daerah di jaringan

3. Hilangnya fungsi; setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat

digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran

fragmen menyebabkan deformitas ( terlihat maupun teraba ) ekstremitas

yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.

Hal ini menyebabkan ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik

karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat

melekatnya otot.

4. Pemendekan tulang; pada fraktur panjang karena kontraksi otot yang

melekat di atas dan di bawah tempat fraktur.

5. Mobilitas abnormal, Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian

yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada

fraktur tulang panjang.

6. Krepitus; adanya derik tulang yang teraba akibat gesekan antara fragmen

satu dengan yang lainnya pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan.

7. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit; terjadi sebagai

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

8. Shock hipovolemik, Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi

perdarahan hebat.

E. Komplikasi

1. Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapat

dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai.

2. Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.

Page 4: Laporan pendahuluan frakt

3. Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma

kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara

fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan

fiksasi interna.

4. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi

antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk

aduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.

5. Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan ronsen : menentukan lokasi/ luasnya fraktur/ trauma

2. Skan tulang, tomogram, skan CT/ MRI : memperlihatkan fraktur; juga

dapat digunakan untuk mengidentifikasi

3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun (perdarahan bermakna pada sisi setiap fraktur atau organ jah

pada trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress

normal setelah trauma.

5. Kreatinin : trauma otot meningkat, beban kreatinin untuk klirens ginjal

6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse

multiple, atau cedera hati.

G. Penatalaksanaan

1. Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis:

a. Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke

posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.

b. Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.

Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

c. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi.

Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau

Page 5: Laporan pendahuluan frakt

batangan logam yang dapat digunakan untuk mempertahankan

fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang

solid terjadi.

2. imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi penyembuhan.

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau

dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai trejadi

penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai,

traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau fiksator eksterna. Sedangkan

fiksasi interna dapat digunakan implant logam yang dapat berperan

sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.

3. Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah

dilakukan reduksi dan imobilisasi.

Page 6: Laporan pendahuluan frakt

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengakajian

1. Aktivitas/ Istirahat

Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi bagian yang terkena

2. Sirkulasi

Tanda : Hipertensi (Madang-kadang terlihat sebagai respons

terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)

Takikardia (respons stres, hipovolemia)

Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera;

pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena

Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi

cedera

3. Neurosensori

Gejala : Hilang gerakan/sensasi, spasme otot

Kebas/kesemutan (parestesis)

Tanda : Deformitas local; angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,

krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat

kelemahan/hilang fungís

4. Nyeri/ Kenyamanan

Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi

pada area jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada

immobilisasi); taka da nyeri akibat kerusakan saraf

5. Keamanan

Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna

Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap dan

tiba-tiba)

Page 7: Laporan pendahuluan frakt
Page 8: Laporan pendahuluan frakt

B. Diagnose dan Intervensi keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema

dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/ imobilisasi, stres, ansietas

ditandai dengan keluhan nyeri, distraksi; focus pada diri sendiri/ focus

menyempit, wajah menunjukkan nyeri, perilaku berhati-hati, melindungi;

perubahan tonus otot; respon otonomik

KH: Menyatakan nyeri hilang

Menunjukkan tindakan santai; mampu berpartisipasi dalam

aktivitas/ tidur/ istirahat dengan tepat

Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas

terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual

Intervensi Rasional

1. Pantau tanda-tanda vital

2. Pertahankan imobilisasi bagian

yang sakit dengan tirah baring/

ekstremitas sesuai indikasi.

3. Tinggikan dan dukung

ekstremitas yang terkena

4. Evaluasi keluhan nyeri/

ketidaknyamanan, perhatikan

lokasi dan karakteristik, termasuk

intensitas

5. Dorong pasien untuk

mendiskusikan masalah

sehubungan dengan cedera

6. Lakukan dan awasi latihan

Membantu menentukan intervensi

selanjutnya

Menghilangkan nyeri dan

mencegah kesalahan posisi tulang/

tegangan jaringan yang cedera

Meningkatkan aliran balik vena,

menurunkan edema dan

menurunkan nyeri.

Mempengaruhi pilihan/

pengawasan kefektifan intervensi

Membantu untuk menghilangkan

ansietas

Mempertahankan kekuatan/

mobilitas fisik otot yang sakit dan

Page 9: Laporan pendahuluan frakt

rentang gerak aktif/ pasif

7. Dorong menggunakan teknik

manajemen stress, latihan napas

dalam

memudahkan resolusi inflamasi

pada jaringan yang cedera.

Memfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan rasa control dan

dapat meningkatkan kemampuan

koping dalam manajemen nyeri

yang mungkin menetap periode

lebih lama.

2. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan

dengan penurunan/ interupsi aliran darah; cedera vaskuler langsung,

edema berlebihan, pembentukan thrombus, hivopolemia.

KH: Mempertahankan difusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nasi,

kulit hangat/ kering, sensasi normal, sensori biasa, tanda vital stabil,

dan haluaran urine adekuat untuk situasi individu.

Intervensi Rasional

1. Evaluasi adanya/ kualias nadi

perifer distal terhadap cedera

melalui palpasi/Doppler.

Bandingkan dengan ekstremitas

yang sakit

2. Lakukan pengkajian

neuromaskuler. Perhatiakan

perubahan fungsi motor/sensorik.

Penurunan atau tak adanya nadi

dapat menggambarkan cedera

vaskuler dan perlunya evaluasi.

Gangguan perasaan kebas,

kesemutan, peningkatan

penyebaran nyeri

Page 10: Laporan pendahuluan frakt

Minta pasien untuk melokalisasi

nyeri/ ketidaknyamanan

3. Pertahankan peninggian

ekstremitas yang cedera kecuali

dikontraindikasikan dengan

manyakinkan adanya sindrom

kopertemen.

4. Perhatikan keluhan nyeri ekstrem

untuk tipe cedera atau

peningkatan nyeri pada gerakan

pasif ekstremitas

5. Selidiki tanda iskemia ekstremitas

tiba – tiba.

Meningkatkan drenase vena/

menurunkan edema.

Perdarahan/ pembentukan edema

berlanjut dalam otot tertutup

dengan fasia ketat dapat

menyebabkan anguan aliran darah

dan iskemia miositis atau sindrom

kompertemen, perlu intervensi

darurat untuk menghilangkan

tekanan/ memprbaiki sirkulasi.

Dislokasi fraktur sendi dapat

menyebabakan kerusakan arteri

yang berdekatan, dengan akibat

hilangnya aliran darah ke distal.

3. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan aliran: darah/ emboli lemak, perubahan membran alveolar/

kapiler; interstisial, edema paru, kongesti

Page 11: Laporan pendahuluan frakt

KH: Mempertahankan fungsi pernapasan adekuat, dibuktikan oleh tak

adanya dispnea/ sianosis; frekwensi pernapasan dan GDA dalam

batas normal.

Intervensi Rasional

1. Awasi frekuensi pernapasan dan

upayanya, perhatikan stridor ,

penggunaan otot bantu ,

retreaksi terjadinya seanosis

sentral.

2. Auskultasi bunyi napas

perhatikan terjadinya

ketidaksamaan, bunyi

hiperosonan, juga adanya

gemericik, mengi dan inspirasi

mengorok/ bunyi sesak napas

3. Instruksikan dan bantu dalam

latihan nafas dalam dan batuk.

Reposisi dengan sering

4. Perhatikan peningkatan

kegelisahan, kacau, letargi dan

strupor

5. Observasi sputum tanda adanya

darah

Takipnea,dispnea dan perubahan

dalam mental dan tanda dini

insufiensi pernapasan dan

mungkin hanya indicator

terjadinya emboli paru pada tahap

awal

Perubahan dalam/adanya bunyi

adventisius menunjukkan

terjadinya komplikasi pernapasan

contoh pneumonia, etaliktaksis

Meningkatkan ventilasi alveolar

dan perfusi. Reposisi

meningkatkan drainase secret dan

menurunkan kongesti pada area

paru dependen.

Ganguan pertukaran gas/adanya

emboli paru dapat menyebabkan

penyimpanga pada tingkat

kesadaran pasien serperti

terjadinya hipoksemia /asidosis

Hemodialisa dapat terjdi dengan

emboli paru

Ini adalah karakteristik paling

Page 12: Laporan pendahuluan frakt

6. Inspeksi kulit untuk petikei di

atas garis putting ,pada aksila

meluas ke abdomen , mukosa

mulut, palatum keras, kantung

konjungtiva dan retina.

nyata dari tanda emboli lemak,

yang tampak dalam 2- 3 hari

setelah cederah

4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuscular: nyeri/ ketidaknyamanan; terapi restriktif ditandai dengan

ketidak mampuan untuk bergerak sesuai tujuan dalam lingkungan fisik,

dilakukan pembatasan, menolak untuk bergerak; keterbatasan rentang

gerak, penurunan kekuatan/ control otot.

KH: Meningkatkan/ mempertahankan mobilitas pada tingkat paling

tinggi yang mungkin

Mempertahankan posisi fungsional

Meningkatkan kekuatan/ fungsi yang sakit dan mengkompensasi

bagian tubuh

Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas.

Intervensi Rasional

1. Kaji derajat imobilisasi yang

dihasilkan oleh cedera/

pengobatan dan perhatikan

persepsi pasien terhadap

imobilisasi

2. Dorong pasrtisipasi pada aktivitas

terapeutik / rekreasi.

3. Intrusksikan pasien untuk / bantu

dalam rentang gerak pasien/ aktif

Pasien mungkin dibatasi oleh

pandangan diri/ persepsi diri

tentang keterbatasan fisik factual.

Memberikan kesempatan untuk

mengeluarkan energy dan

membantu menurunkan isolasi

social

Meningkatkan aliran darah ke otot

dan tulang untuk meningkatkan

tonus otot

Page 13: Laporan pendahuluan frakt

pada ekstremitas yang sakit dan

yang tak sakit

4. Berikan diet tinggi protein,

karbohidrat, vitamin dan mineral.

5. Konsul dengan ahli terapi fisik/

okupasi dan/ atau reahbilitasi

spesifik.

Pada adanay cedera

muskulskeletal nutrisi diperlukan

untuk penyembuhan.

Berguna dalam membuat aktivitas

individual / program latihan.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan primer; kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada

lingkungan, prosedur invasive, traksi tulang.

KH: Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen

atau eritema dan demam

Intervensi Rasional

1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi

atau robekan kontuinitas

2. Kaji sisi pen/ kulit perhatikan

keluhan peningkatan nyeri/ rasa

terbakar atau adanya edema,

eritema, drainase/ bau tak enak.

3. Berikan perawatan pen/ kawat

steril sesuai protocol dan latihan

mencuci tangan

4. Kaji tonus otot, reflex tendon

dalam dan kemampuan untuk

berbicara

5. Selidiki nyeri tiba-tiba/

Pen atau kawat tidak harus

dimasukkan melalui kulit yang

terinfeksi, kemerahan atau abrasi.

Dapat mengindikasi timbulnya

infeksi local/ nekrosis jaringan

yang dapat menimbulkan

osteomilitis

Dapat mencegah kontaminasi

silang dan kemungkinan infeksi

Kekakuan otot, spasme tonik otot

rahang, dan disfagia menunjukkan

terjadinya tetanus

Dapat mengindikasikan terjadinya

Page 14: Laporan pendahuluan frakt

keterbatasan gerakan dengan

edema local/ eritema ekstremitas

cedera.

6. Berikan obat sesuai indikasi

- Anti biotic

- Tetanus toksoid

osteomilitis

- Antibiotic spectrum luas dapat

digunakan secara profilaktik

atau dapat ditujukan pada

mikroorganisme khusus

- Diberikan secara profilaktik

karena kemungkinan adanya

tetanus pada luka terbuka

Page 15: Laporan pendahuluan frakt

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, Marilynn E. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A. dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi

6 Volume 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC