Laporan Pendahuluan Ar
-
Upload
maesharah-rosyadi -
Category
Documents
-
view
24 -
download
1
Transcript of Laporan Pendahuluan Ar
1
LAPORAN PENDAHULUAN
ARTHRITIS REUMATHOID (REMATIK)
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002).
Atau penyakit reumatik adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris kanan kiri mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi..
B. Epidemiologi
Penyakit Artritis Rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama
dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok
etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan
wanita denga pria sebesar 3: 1. kecenderungan wanita untuk menderita Artritis
rheumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini
menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah
satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini (Smeltzer & Bare 2001)
C. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3
bulan.
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
2
D. Etiologi
Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti.
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid,
yaitu (Smeltzer & Bare 2001) :
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimmun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun
dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi
mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup
difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi
penderita.
E. Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan
degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Smeltzer & Bare, 2002). Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang
ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan
kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
Karakteristik dari rheumatoid arthritis adalah adanya suatu peradangan
sendi synovial, keterlibatan sendi yang simetris. Tanda khas dari penyakit ini
adalah adanya peradangan sendi synovial yang menyebabkan kerusakan dari
tulang rawan dan erosi tulang, dimana hal ini berakibat pada perubahan integritas
sendi.
Proses inflamasi pada celah sendi synovial dan cairan persendian
menyebabkan gejala nyeri pada sendi dan pembengkakan. Hal ini merupakan
akibat dari pelepasan prostaglandin dan leukotrien dari sel polymorphonuclear.
Penghancuran tulang rawan dan tulang disebabkan oleh adanya inflammatory
proteinases dan prostanoids yang diaktifkan oleh limfosit dan monosit.
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
3
Dipercayai bahwa sel T adalah pencetus dalam proses pathogenesis
rheumatoid arthritis. Adanya interaksi antara sel T dan dendritic sel pada kelenjar
limfe akan mengaktifasi lebih jauh sel T dan menyebabkan peningkatan populasi
sel T dan kemudian akan mengaktifkan sel B. Sel T kemudian bermigrasi menuju
jaringan synovial, lebih lanjut lagi peningkatan sel T dan aktifasi sel B akan
menghasilkan antibody seperti rheumatoid factor dan anticyclic citrullinated
peptide (CCP) antibody.
F. Manifestasi klinik
Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada
penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat
yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat
bervariasi
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat
badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada
sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak
melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi
diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan
sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi
tulang .
5. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang
telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki
terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi
metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan
ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering
dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang
permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
4
timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang
organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis siccs yang
merupakan sindrom SjÖgren, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai
perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul
rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat
menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan
kardiomiopati (Price & Wilson 1995)
E. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American reumatism Association
( ARA ) adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada
salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
a) Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu
b) Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama
6 minggu.
c) Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung
sekurang-kurangnya selama 4 minggu ( Doengoes M 2000 & Corwin 2001).
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
5
H. Penatalaksanaan / Perawatan
Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak
ada pengobatan kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus
benar-benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang
diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat progresifvtas
penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita
3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi
4. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :
a) Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan
pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa
saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi
pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan
perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan
termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi
penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim
kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
b) Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana
penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu
seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa
istirahat.
c) Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan
ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua
kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai
latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi
dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi
ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
6
khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat
merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya
penyakit.
d) Diet/ Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian
diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti
kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
e) Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi
nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
(Smeltzer & Bare 2001).
I. Komplikasi
Terjadinya penyakit Rheumatoid Arthritis akan meningkatkan resiko
timbulnya berbagai komplikasi seperti :
1. Osteoporosis
2. Carpal Tunnel Syndrome
3. Osteoarthritis
4. Gangguan jantung
5. Gangguan paru
J. Prognosis
Pasien arthritis yang baru didiagnosis ingin mengetahui prognosis mereka
segera setelah mereka mendengar diagnosis mereka. Mereka ingin tahu apa yang
akan terjadi dan apa yang diharapkan tahun di jalan. Arthritis reumathoid
khususnya, dibebani dengan sejumlah negatif: itu penyakit orang tua, dan itu
hanya akan lebih buruk. Bagaimana akurat adalah bahwa, meskipun Arthritis
reumathoid dipandang oleh kebanyakan orang sebagai bertahap mengenakan
keluar dari sendi - Anda bisa mengatakan itu progresif lambat. Penelitian terbaru,
meskipun, menunjukkan bahwa tidak semua pasien Arthritis reumathoid
memburuk, beberapa benar-benar stabil.
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
a) Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
b) Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada
sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
a) Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas Ego
a) Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
b) Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
c) Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya
ketergantungan pada orang lain.
4. Makanan / Cairan
a) Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan
atau cairan adekuat mual, anoreksia.
b) Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada
membran mukosa.
5. Hygiene
a) Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
a) Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
a) Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama
pagi hari).
8. Keamanan
a) Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
b) Lesi kulit, ulkas kaki
c) Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
d) Demam ringan menetapMaesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
8
e) Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
a) Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran:
isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
a) Riwayat rematik pada keluarga
b) Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit
tanpa pengujian
c) Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot
3. Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal:
Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
5. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan
Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
6. Resiko Kerusakan Pemeliharaan Rumah berhubungan dengan proses
penyakit degeneratif jangka panjang., sistem pendukung tidak adekuat.
C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
a) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
b) Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
c) Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
d) Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional:.
1) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
9
R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program)
2) Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat
tidur sesuai kebutuhan
R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada
sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan
pada sendi yang terinflamasi/nyeri)
3) Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace.
R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan
posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat
mengurangi kerusakan pada sendi)
4) Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari
gerakan yang menyentak.
R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)
5) Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada
waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat
untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau
suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan
rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada
panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan)
6) Berikan masase yang lembut
R/Meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)
7) Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi
progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman
imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan
yang sesuai untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali
perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan sehat)
8) Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan
R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama
periode akut)Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
10
9) Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk.
R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi)
10) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
R/ Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.)
2. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
a) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan
kontraktur.
b) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/
atau kompensasi bagian tubuh yan bermasalah
c) Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
Intervensi dan Rasional:.
1) Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada
sendi
R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi
dari peoses inflamasi)
2) Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan
tidur malam hari yang tidak terganmggu
R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh
fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan)
3) Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif
dan isometris jika memungkinkan
R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak
sendi)
4) Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.
Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas, mis, trapeze
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
11
R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik
pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)
5) Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat,
brace
R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor)
6) Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
R/ Mencegah fleksi leher)
7) Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan
R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
8) Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)
9) Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam
mengidentifikasikan alat)
10) Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk
mengurangi risiko imobilitas)
11) Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut)
3. Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Hasil yang diharapkan kriteria Evaluasi-Pasien akan :
a) Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
b) Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:.
1) Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan.
R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung)Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
12
2) Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang
terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam
memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri
dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap
intervensi/ konseling lebih lanjut)
3) Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat
menerima keterbatasan.
R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)
4) Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan
bermusuhan umum terjadi)
5) Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping
maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut)
6) Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri)
7) Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat
jadwal aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong
kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi)
8) Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)
9) Berikan bantuan positif bila perlu.
R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri)
10) Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)
11) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas
dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai
pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif)
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
13
4. Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal:
Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
a) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
dengan kemampuan individual.
b) Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
c) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:.
1) Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/
eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang
diantisipasi.
R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan
adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini).
2) Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan.
R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri)
4) Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu
memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)
5) Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan
dengan evaluasi setelahnya.
R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena
tingkat kemampuan aktual)
6) Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan
perawatan rumah, ahli nutrisi.
R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk
persiapan situasi di rumah)
5. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan
Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
a) Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
14
b) Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi
gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan
aktivitas.
Intervensi dan Rasional:.
1) Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi)
2) Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit
melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan
istirahat
R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
deformitas)
3) Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang
realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi
fisik, dan manajemen stres.
R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu
menangani proses penyakit kronis kompleks)
4) Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan
dosis)
5) Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida
pada waktu tidur.
R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan
meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)
6) Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus,
perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat
mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar
terapeutik darah yang tinggi)
7) Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi
penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
R/ Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat
meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya)
8) Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi.
R/ Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan)
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
15
9) Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan
informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi,
terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki).
10) Berikan informasi mengenai alat bantu
R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan
individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang
dibutuhkan)
11) Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri
untuk mempersiapkan makanan dan mandi
R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan
kemandirian)
12) Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat
istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga
agar sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk
periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh
selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika
memungkinkan.
R: Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup
pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri ).
13) Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya
dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan
yang tepat.
R: Mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit )
14) Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan
laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT.
R; Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang
terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak,
efek samping yang berbahaya.
15) Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan
R: Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau
pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan
hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.).
16) Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila
ada).
R: Bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan
pemulihan maksimal).
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
16
6. Resiko kerusakan pemeliharaan rumah berhubungan dengan proses penyakit
degeneratif jangka panjang., sistem pendukung tidak adekuat.
Hasil yang diharapkan/ Kriteria Evaluasi-Pasien akan :
a) Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan
pertumbuhan.
b) Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.
Intervensi dan Rasional:.
1) Kaji tingkat fungsi fisik
R/ Mengidentifikasi bantuan/ dukungan yang diperlukan)
2) Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan
untuk diri sendiri.
R/ Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan
rumah untuk memenuhi kebutuhan individu)
3) Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi
individual. Identifikasi sistem pendukung yang tersedia untuk pasien,
mis: membagi tugas-tugas rumah tangga antara anggota keluarga.
R/ Menjamin bahwa kebutuhan akan dipenuhi secara terus-menerus)
4) Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan, mis: lift, peninggian
dudukan toilet.
R/ Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum
pulang)
5) Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi
okupasi.
R/ Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan, cara-cara untuk
mengubah tugas-tugas untuk mengubah tugas-tugas untuk
mempertahankan kemandirian)
6) Kolaborasi: Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan
pembantu rumah tangga bila ada.
R/ Memberikan kemudahan berpindah pada/mendukung kontinuitas
dalam situasi rumah).
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV
17
DAFTAR PUSTAKA
Bramifandra. 2009. Penyakit Rematik Sendi: Rheumatoid Arthritis (RA). http://www.doktercare.com. Last updated 13 Agustus 2013
Corwin, EJ 2001, Buku Saku Patofisiologi , Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta: EGC.
Price & Wilson 1995, Patofisiologi ; Konsep Klinis Penyakit-Penyakit, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer & Bare 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol. 2, Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Maesharah Rosyadi, S.KepProfesi Ners UIN Alauddin Angkatan IV