laporan pendahuluan

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara definisi trace labeling berarti suatu proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan shot pointnya, posisi permukaanm kumpulan CDP dan offsetnya terhadap shot point. Keempat variable tersebut sangant bergantung pada geometri penembakannya, sehingga variable tersebut harus didefinisikan dalam suatu system koordinat referensi sehingga setiap variable dapat digambarkan pada suatu system koordinat. Diagram yang menggambarkan model geometri penembakan/perekaman dalam suatu system koordinat ini disebut stacing chart atau stacking diagram. Setiap trace yang didefinisikan labelnya ini selanjutnya disimpan kedalam tape prosesing dengan format pengamatan tertentu untuk digunkan pada proses selanjutnya. Sebelum labeling dilakukan harus terlebih dahulu diketahui bentangan geometri penembakan , yaitu bagaimana hubungan satu sama lain dari posisi penerima dan shot point. Untuk itu perlu didefinisikan suatu system koordinat relatif dari suatu lintasan (line) seismic. Informasi- informasi yang diperlukan untuk diperoleh dari stacking chart yang dibut pada saat perekaman data. 1.2 Tujuan 1. Untuk memproses data yang telah tersimpan dalam format

description

lay out and stacking pada seismik eksplorasi

Transcript of laporan pendahuluan

Page 1: laporan pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara definisi trace labeling berarti suatu proses pendefinisian identitas setiap

trace yang berhubungan dengan shot pointnya, posisi permukaanm kumpulan CDP dan

offsetnya terhadap shot point. Keempat variable tersebut sangant bergantung pada

geometri penembakannya, sehingga variable tersebut harus didefinisikan dalam suatu

system koordinat referensi sehingga setiap variable dapat digambarkan pada suatu

system koordinat. Diagram yang menggambarkan model geometri

penembakan/perekaman dalam suatu system koordinat ini disebut stacing chart atau

stacking diagram. Setiap trace yang didefinisikan labelnya ini selanjutnya disimpan

kedalam tape prosesing dengan format pengamatan tertentu untuk digunkan pada

proses selanjutnya.

Sebelum labeling dilakukan harus terlebih dahulu diketahui bentangan geometri

penembakan , yaitu bagaimana hubungan satu sama lain dari posisi penerima dan shot

point. Untuk itu perlu didefinisikan suatu system koordinat relatif dari suatu lintasan

(line) seismic. Informasi-informasi yang diperlukan untuk diperoleh dari stacking chart

yang dibut pada saat perekaman data.

1.2 Tujuan

1. Untuk memproses data yang telah tersimpan dalam format demultiplex, maka dari

masing-masing trace diberi label sehingga memudahkan dalam proses

pengelompokan trace.

2. Memahami mengenai geometri data seismik.

Page 2: laporan pendahuluan

Tr1 TrnSP1

Trm

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bentangan dari geometri lay out dapat dipandang dalam 4 aspek yaitu:

1. Berdasarkan konfigurasi bentangan kabel

2. Arah gerak perekaman

3. Posisi relatif penerima terhadap titik tembak

4. Berdasarkan raypath.

2.1 KONFIGURASI BENTANGAN KABEL

Dalam perekaman data seismik ada beberapa macam bentangan diantaranya

adalah:

a. OFF END SPREAD

Pada jenis ini posisi titik tembak atau shot point (SP) berada pada salah satu ujung

(kiri dan kanan) dari bentangan.

Gambar 2- 1. Konfigurasi Off-end Spread

b. SPLIT SPREAD

Pada bentangan ini SP ditempatkan ditengan antara dua bentagan .

Gambar 2- 2. Konfigurasi Split-Spread (Weighted Array)

Bila jumlah trace sebelah kiri dan kanan sama, maka disebut Symitrical Split

Spread. Bila tidak sama disebut Asymitrical Split Spread.

c. ALTERNATING SPREAD

Page 3: laporan pendahuluan

SP1

arah gerakan

SP1

S

Pada model ini shot point berada pada kedua ujung bentangan dan penembakan

dilakukan secara bergantian untuk setiap perubahan coverage.

Gambar 2- 3. Konfigurasi alternating Spread

2.2 ARAH GERAK PEREKAMAN / PENEMBAKAN

Ditinjau dari arah gerak perekaman, maka geometri penembakan dapat dibedakan

dalam dua jenis gerakan pushing cable (SP seolah-olah mendorong kabel) dan puiling

cable (SP seolah-olah menarik kabel).

- Pushing cable

- Pulling cable

Gambar 2- 4. Konfigurasi pushing cable dan puiling cable

2.3. POSISI RECEIVER TERHADAP TITIK TEMBAK

Dari hubungan antara posisi relatif receiver terhadap titik tembak (shot point)

dalam suatu bentangan geophone, maka geometri penembakan dapat dibedakan atas

dua jenis yaitu:

* Direct shot

arah gerakan

SP 1

SP 2

SP 3

Page 4: laporan pendahuluan

S

Gambar 2. 5. Konfigurasi Direct Offset

Reverse shot

Gambar 2- 6. Konfigurasi Reverse Shot

2.4. GEOMETRI RAYPATH

Berdasarkan raypath (sinar gelombang) geometri penembakan dapat dibagi dalam

4 jenis yaitu:

1. Common Source Point (CSP)

Yaitu sinyal direkam oleh setiap trece yang dating dari satu titik tembak yang sama.

2. Common Depth Point (CDP)

Yaitu sinyal yang dipantulkan dari satu titik reflector direkam oleh sekelompok

receiver yang berbeda (Anonim,2014).

CDP dapat diartikan juga sebagai adalah istilah dalam pengambilan data seismik

untuk konfigurasi sumber-penerima dimana terdapat satu titik tetap dibawah

permukaan bumi. Untuk kasus reflektor horisontal (tidak miring) CDP kadang-

dagang dikenal juga dengan CMP (Common Mid Point)

Page 5: laporan pendahuluan

300 fold

(Abdullah,2007).

3. Common Receiver Point (CRP)

Yaitu satu trace merekam sinyal-sinyal dari setiap titik tembak yang ada

(Anonim,2014).

Selain CDP dikenal juga CR (Common Receiver) untuk konfigurasi beberapa

sumber satu penerima, CS (Common Shoot) untuk konfigurasi satu sumber

beberapa penerima dan Common Offset untuk konfigurasi sumber penerima dengan

jarak (offset) yang sama (Abdullah,2007).

4. Common Offset (CO)

Yaitu sinyal setiap titik reflector masing-masing derekam oleh satu trace dengan

offset yang sama.

Gambar 2.7. Konfigurasi CSP, CRP, CDP dan CO

Dari proses geometri lay out akan diperoleh ghasil berupa stacking chart yang

sesuai dengan stacking chart yang dibuat saat perekaman data. Disamping itu juga

dihasilkan posisi sot point receiver dalam system koordinat serta pengelompokan

nomor shot dan receiver sesuai dengan CDP lengkap dengan fold dari masing-masing

CDP.

Page 6: laporan pendahuluan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Com

mon D

epth Point G

aihder

Common Offset Gaihder

Offs

et (

Sho

t to

Rec

eive

r)

Surtace StationsGambar 2. 8. Geometri permukaan dan bawah permukaan

Gambar 2.9. Stacking Chart

(Anonim,2014).

Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace seismik dalam satu CDP setelah

koreksi NMO (Normal Move Out). Proses stacking memberikan keuntungan untuk

mengikatkan rasio signal terhadap noise (S/N ratio). Optical stacking adalah salah satu

contoh teknik image processing yang diterapkan untuk mengatur tingkat apacaty

volume seismik 3 dimensi, sehingga diperoleh citra obyek geologi sperti chanel, flat

spot, sesar dan lain-lain. Opacity adalah derajat kemampuan material untuk

meneruskan sinar yang melaluinya. Sebuah material dikatan apoque (opacity = 100%)

jika benda tersebut tidak bisa melewatkannya, sebaliknya sebuah benda disebut

transparent jika benda tersebut tidak bisa melewatkan sinar sama sekali. Diantar opaque

dan tranpsrent disebut trasncullent, yakni material yang hanya melewatkan sbagian

sinar (Asyafe,2008).

Stacking merupakan penggabungan dua atau lebih trace menjadi satu trace atau

disebut dengan gather data (gambar). Penggabungan ini dapat terjadi dengan beberapa

cara. Dalam pengolahan data digital, amplitudo dari trace dinyatakan sebagai angka,

sehingga stacking dapat dilakukan dengan menambahkan angka-angka tersebut.

Page 7: laporan pendahuluan

Gambar. Diagram Proses Stack

Prinsip CMP stacking ini dapat dilihat pada Gambar 14. Keterangan nomor(1)

merupakan penggabungan dua trace(puncak gelombang) yang muncul pada waktu yang

sama menghasilkan puncakyang tinggi sebagai hasil dari penambahan dua buah

puncak. Nomor (2) merupakan penggabungan puncak dan lembah yang bertemu pada

waktu dan amplitudo yang sama sehingga akan meniadakan satu sama lain. Nomor (3)

menunjukkan puncak dan lembah yang bertemu pada waktu dan amplitudo yang

berbeda sehingga gelombang yang erbentuk adalah setengah dari lebar puncak dan

lembah aslinya. Nomor (4) menunjukkan dua puncak yang berada dalam waktu yang

berbeda, kombinasi dari trace akan memiliki dua puncak yang terpisah dengan ukuran

yang sama seperti aslinya (Asparini,2011).

Elevation Statics

Elevation statics adalah koreksi karena perbedaan elevasi source dan receiver.

Elevation statics dilakukan dengan melewatkan source dan receiver pada posisi virtual

dengan elevasi yang sama (datum) yang biasanya sedikit dibawah elevasi source dan

receiver yang terendah, untuk proses ini diperlukan informasi replacement velocity dari

material antara datum dengan masing-masing source dan receiver. Replacement

velocity biasanya diperoleh dari pengetahuan sbelumnya dari daerah yang bersangkutan

atau dari pengukuran uphole time.

Persamaan elevationstatics, diberikan oleh :

Untuk = {(Es – Zs – ED ) + (ER – ZR – ED)} / Vr

Dimana Es elevasi dari source (diatas permukaan laut), Zs kedalaman dari source

(o untuk vibroseis), ER elevasi dan receiver ZR kedalam dari reciver, Ep elevasi datum,

Page 8: laporan pendahuluan

dan VR adalah replacement velocity.

Refraction statics dilakukan untuk mengestimasi long wavelength statics.

Wavelength statics mengacu pada lebarnya perubahan lateral kecepatan dan ketebalan

dan lapisan lapuk relatif.

Gambar di bawah ini menunjukkan geometri dari jejak berkas gelombang (raypath)

yang dihasilkan oleh satu sumber dan direkam oleh banyak penerima.

Satu sumber akan memberikan satu penampang geologi bawah permukaan tetapi akan

terjadi distorsi akibat jarak yang berbeda untuk tiap trace yang direkam oleh penerima

yang berbeda. Berikut adalah contoh hasil common shot gather dengan geometri survei

off-end.

Gambar di bawah ini menunjukkan geometri dari jejak berkas gelombang (raypath)

yang dihasilkan oleh banyak sumber dan direkam oleh banyak penerima, masing-

masing dengan jarak(offset) yang sama.

Untuk data seismik marine, common offset gather dapat juga disebut sebagai

common channel gather. Untuk data seismik land atau 3D, selang offset yang konsisten

sulit untuk didapatkan sehingga dipakai, misal, offset 100 meter dengan plus-minus 25

meter. Untuk near trace gather, yaitu kumpulan trace-trace dengan jarak terdekat dari

sumber, didapatkan penampang bawah permukaan tanpa distorsi akibat offset.

Page 9: laporan pendahuluan

Gambar di atas menunjukkan near trace gather dari data seismik marine 2D. Terlihat

refleksi water bottom pada two-way time sekitar 200 milisekon dan multipel orde

pertama dari reflektor tersebut pada two-way time sekitar 400 milisekon.

Untuk data seismik land hasil common receiver gather akan memberikan informasi

tentang respons dari suatu geophone group tertentu dan juga informasi koreksi statik.

Berikut contoh hasil common receiver gather.

Common Midpoint

Dalam akuisisi seismik 2D, source dan receiver ditempatkan pada satu garis

lurusdan titik tengah antara source dan receiver tersebut didefiniskan sebagai

Common Midpoint (CMP). Jarak antara source dan receiver sendiri didefinisikan

sebagai offset. Kumpulan dari pasangan source dan receiver yang mempunyai posisi

CMP yang sama dinamakan CMP gather dan dalam kumpulan ini terdapat berbagai

offset.

Geometry assignment

Merupakan suatu proses pendefinisian geometri penembakan dengan acuan

observer report yang ada, dan bertujuan untuk mensimulasikan posisi shot dan receiver

Page 10: laporan pendahuluan

pada software sebagaimana posisi sebenarnya di lapangan. Secara sederhana proses

geometri adalah proses memasukkan parameter lapangan ke dalam dataset yang kita

miliki. Hasil keluaran dari field geometri berupa stacking chart atau stacking diagram

yang sesuai dengan geometri penembakan, yang dilakukan pada saat akuisisi data.

Setiap trace yang sudah didefinisikan identitasnya akan digunakan untuk pengolahan

data selanjutnya.

Trace labeling (sorting)

Adalah proses pendefinisian identitas trace dengan variabel-variabel (shotpoint,

koordinat di permukaan, CDP gather dan offset ) yang bergantung pada geometri

penembakan.

Pemilahan dan pengelompokan (sorting) geometri penembakan yang paling

lazim dilakukan dalam pengolahan data seismik adalah pengelompokan berdasar posisi

sumber (common shot gather), jarak (common offset gather), posisi penerima (common

receiver gather) dan CDP (CDP gather).

Common shot gather menunjukkan geometri dari jejak berkas gelombang

(raypath) yang dihasilkan oleh satu sumber dan direkam oleh banyak penerima,

common offset gather menunjukkan geometri dari jejak berkas gelombang (raypath)

yang dihasilkan oleh banyak sumber dan direkam oleh banyak penerima masing-

masing dengan jarak (offset) yang sama, common receiver gather menunjukkan

geometri dari jejak berkas gelombang (raypath) yang dihasilkan oleh banyak sumber

dan direkam oleh satu penerima yang sama dan common mid-point (CMP)/common

depth point (CDP) gather menunjukkan geometri dari raypath yang dihasilkan oleh

banyak sumber dan direkam oleh banyak penerima dengan common mid-point yang

sama (Asyafe, 2008).

Page 11: laporan pendahuluan

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Agus, 2007, Ensiklopedi Seismik, (online) (http : //ensiklopedi seismik.

blogspot.com ), di akses 28 September 2014.

Anonim, 2014, Modul Praktikum Seismik Eksplorasi, Inderalaya : Universitas

Sriwijaya.

Asparini, Dewi, 2011, Penerapan Metode Stacking dalam Pemrosesan Sinyal Seismik

Laut di Perairan Barat Aceh, Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Asyafe, 2008,Geometri lay out dan stacking chart,(online)(http://

asyafe.wordpress.com/2008/11/geometry-assigment-dan-trace-labelling), di

akses 28 September 2014.