LAPORAN PENDAHULUAN

download LAPORAN PENDAHULUAN

of 30

description

LP ASMA BRONKIAL

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUANASMA BRONKHIAL

1. Definisi PenyakitAsma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang dapat pulih yang terjadi karena spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab misalnya allergen, infeksi dan latihan. (Hudak & Gallo, 1997; 225)Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus dengan peningkatan produksi dan pelengketan mukus. (Susan Martin Tucker,et.al, 1998; 2215)Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, Sarwono Waspadji, 1999; 71)Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa serta edema. Faktor pencetus termasuk alergen, masalah emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi. (Marilynn E. Doenges, 1999; 152)

Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan dengan ciri serangan berulang kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk. Selama serangan saluran bronkus kejang, menjadi lebih sempit dan kurang mampu untuk menggerakkan udara ke paru-paru. Bermacam-macam benda yang dapat mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan tertentu dapat memicu serangan. (Health Dictionary, 2007).Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan berulang kesulitan bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena peningkatan ketahanan aliran udara melalui pernafasan bronkeolus. (Sports Science and Medicine, 2007).Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial adalah penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang bersifat reversibel dan disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi dan latihan

2. EtiologiAda beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma bronkhial:a. GenetikYang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.b. AlergenAlergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.2) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam tangan.

c. Perubahan cuacaCuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.d. StressStress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.e. Olah raga/aktivitas jasmani yang beratSebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.3. Anatomi dan Fisiologi Sistem PernafasanSistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang dimulai dari hidung, pharing, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus. Saluran pernafasan bagian atas dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian bawah dari bronkus sampai alveolus.Fungsi utama sistem pernafasan adalah menyediakan oksigen untuk metabolisme jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa metabolisme jaringan. Sedangkan fungsi tambahan sistem pernafasan adalah mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh, menghasilkan suara, memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar cairan dalam tubuh serta mempertahankan keseimbangan panas tubuh. Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat proses yaitu: ventilasi (keluar masuknya udara pernafasan), difusi (pertukaran gas di paru-paru), transportasi (pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan perfusi (pertukaran gas di jaringan).Adapun kondisi yang mendukung dari proses pernafasan adalah tekanan oksigen atau udara atmosfer harus cukup, kondisi jalan nafas dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga harus baik, ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat pernafasan dan hemoglobin sebagai pengikat oksigen.Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai anatomi dan fisiologi dari organ-organ pernafasana. Hidung, merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan mengalami proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Bagian belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.b. Pharing, berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam tiga bagian yaitu nasopharing, oropharing, dan laringopharing. Pharing merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.c. Laring, berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah itu akan membentuk bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid yang berhubungan dengan trakea.d. Trakea, terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5. Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 10 cincin kartilago.e. Bronkus, dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.

f. Bronkiolus, merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluran-saluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus respirasi. Keduanya berdiameter 1 mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia dan tidak terjadi difusi di tempat ini. Sebagian kecil hanya terjadi pada bronkiolus respirasi.g. Alveolus, Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronkiolus respirasi. Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Diperkirakan paru-paru mengandung 300 juta alveolus (luas permukaan 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah. Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan rekoil paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.h. Paru-paru, Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/ melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih kurang 10 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu : arteri pulmonalis dan arteri bronkialis. (Pearce Evelyn C, 2000; 211)4. Patofisiologi dan PatoflowZat oksigen masuk dalam tubuh melalui pernafasan, mulut dan kontak kulit. Dari jenis allergen yang masuk dalam tubuh, bila pada orang yang tidak atopik tidak akan menyebabkan apa-apa. Bila jenis allergen masuk dalam tubuh orang yang mempunyai factor keturunan untuk bereaksi terhadap bahan allergen akan menyebabkan alergik. Akibat reaksi dari tubuh untuk melepaskan zat histamine menyebabkan reaksi kontraksi otot-otot polos saluran pernafasan sehingga terjadi broncospasme. Broncospasme akan timbul kerusakan dinding bronkus yang akan mengakibatkan kualitas otot polos bronkus dapat ditembus oleh cairan atau zat dalam larutan yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler yang berperan terjadinya edema mukosa. Dari edema mukosa akan menimbulkan peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi sputum sebagai akibatnya akan terjadi penyempitan saluran pernafasan kemudian menghambat saluran pernafasan. Hambatan aliran pernafasan ini menyebabkan distribusi ventilasi yang tidak rata dengan sirkulasi darah paru sehingga mengganggu difusi gas di tingkat alveoli. Bila hal ini berlanjut akan terjadi hipoksemia. Proses tersebut pada penderita asma bronkhiale sering akan terjadi ketidakmampuan tentang penyakitnya.

Karena hambatan aliran nafas yang menyebabkan gangguan aliran udara terjadi hipoventilasi karena hipersekresi sputum yang tertahan sehingga menyebabkan jalan nafas tidak efektif di mana gejala dan tanda yang muncul pada penderita asma bronkhiale terjadi sesak nafas, bunyi nafas tidak normal (wheezing), batuk yang menerus dan semakin lama terjadinya serangan akan mengakibatkan kurangnya tenaga atau kelemahan, serta tidak nafsu makan, dalam kondisi demikian akan menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan pemenuhan istirahat tidur, intoleransi aktivitas dan mengalami penurunan perawatan diri sendiri. Dari proses seringnya kekambuhan atau serangan asma bronchial didukung ketidaktahuan tentang proses penyakitnya akan berpotensial infeksi.

5. Manifestasi KlinikGambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :a. Asma tingkat IYaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.b. Asma tingkat IIYaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.

c. Asma tingkat IIIYaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.d. Asma tingkat IVYaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin banyak antara lain :1) Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus.2) Sianosis.3) Silent Chest4) Gangguan kesadaran5) Tampak lelah6) Hiperinflasi thoraks dan takhikardi

e. Asma tingkat VYaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal6. Pemerikasaan Penunjanga. Pemeriksaan laboratorium1) Pemeriksaan sputumPemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya: Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

2) Pemeriksaan darah Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.Pencetusnya allergen, olahraga, cuaca, emosi (imun respon menjadi aktif, Pelepasan mediator humoral), histamine, SRS-A, serotonin, kinin, bronkospasme, Edema mukosa, sekresi meningkat, inflamasi (penghambat kortikosteroid. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.b. Pemeriksaan radiologiGambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.c. Pemeriksaan tes kulitDilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.d. ElektrokardiografiGambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block).3) Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.e. Scanning paruDengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.f. SpirometriUntuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi. (Dudut Tanjung., Skp, 2007)7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan1) Penatalaksanaan MedisPengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:1) Pengobatan non farmakologik: Memberikan penyuluhan. Menghindari faktor pencetus. Pemberian cairan. Fisiotherapy. Beri O2 bila perlu.2) Pengobatan farmakologik : Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :a. Simpatomimetik/ adrenergik (Adrenalin dan efedrin)Nama obat : Orsiprenalin (Alupent) Fenoterol (berotec) Terbutalin (bricasma)Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serta Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.b. Santin (teofilin)Nama obat : Aminofilin (Amicam supp) Aminofilin (Euphilin Retard) Teofilin (Amilex) Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk suppositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).c. KromalinKromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.d. KetolifenMempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.(Dudut Tanjung., Skp, 2007)2) Penatalaksanaan Keperawatana. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segerab. Mengajarkan tehnik nafas dalam.c. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asmad. Memberikan penerangan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit asma baik cara pengobatannya maupun perjalanan penyakitnya sehingga penderita dapat ikut bekerjasama dan mengerti tujuan pengobatan yang akan diberikan.

8. Asuhan Keperawatan1. PengkajianIdentitas klien, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial, pola-pola fungsi kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit dahulu yang terdiri dari riwayat masuk rumah sakit, penyakit yang diderita, riwayat alergi dan obat-obatan yang sering digunakan. Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan utama dari klien seperti sesak, batuk, demam, nyeri abdomen, berkeringat serta sejak kapan gejala-gejala tersebut timbul.Riwayat keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan kondisi klien, riwayat penyakit keturunan seperti asma, DM, penyakit jantung dan genogram keluarga klien.Riwayat psikososial menyatakan tingkat perasaan/ emosi klien dan keberadaan klien dalam keluarga. Pada pola-pola fungsi kesehatan meliputi keadaan nutrisi seperti adanya alergi terhadap makanan, berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan, apakah ada muntah, mual dan nyeri abdomen. Pola eliminasi seperti kesulitan miksi dan frekuensinya. Pola tidur yang meliputi lamanya tidur, apakah susah tidur akibat sesak. Pola aktifitas seperti sesak waktu beraktifitas.

Data dasar yang biasanya didapat pada pasien asma bronkial adalah : a. Aktivitas/ IstirahatGejala: Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.Tanda: Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum / kehilangan massa otot.b. SirkulasiGejala: Pembengkakan pada ekstremitas bawahTanda: Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/ takikardia berat, distrimia, distensi vena leher (penyakit berat). Edema dependen, bunyi jantung redup.c. Integritas EgoGejala : Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidupTanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang

d. Makanan / CairanGejala : Mual / MuntahNafsu makan burukKetidakmampuan untuk makan karena distres pernafasanTanda : Turgor kulit burukEdema dependenBerkeringatPenurunan berat badan, penurunan massa otot / lemak subkutane. HygieneGejala : Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hariTanda : Kebersihan buruk, bau badanf. PernafasanGejala : Nafas pendek khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas, rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafasBatuk menetap dengan produksi sputumTanda : Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjangPenggunaan otot bantu pernafasan misal : meninggikan bahu, retraksi fosa supraklavikula, melebarkan hidungDada : terlihat hiperinflasi dengan peningkatan diameter AP, gerakan diafragma minimalBunyi nafas : mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafasPerkusi : bunyi pekak pada parug. KeamananGejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/ faktor lingkunganAdanya/ berulangnya infeksi, kemerahan / berkeringath. SeksualitasGejala : Penurunan libido

i. Interaksi SosialGejala : Hubungan ketergantunganKurang sistem pendukungKegagalan dukungan dari / terhadap pasangan / orang terdekatPenyakit lama atau ketidakmampuan membaikTanda : Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distres pernafasanKeterbatasan mobilitas fisikKelalaian hubungan dengan anggota keluarga lainj. Penyuluhan / PembelajaranGejala : Penggunaan/ penyalahgunaan obat pernafasanKesulitan menghentikan merokok.Penggunaan alkohol secara teratur.Kegagalan untuk membaik.(Marilynn E. Doenges, 1999; 152-155)

2. Analisa DataNoDataEtiologiMasalah

1.DS : Gelisah Batuk yang tidak efektif Suara napas tambahan DO : Penurunan bunyi napas Dispnea Sputum dalam jumlah berlebihan Perubahan frekuensi napasEdema mukosa, sekresi produktif, kontriksi otot meningkat

Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus meningkat

Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus pd tahap ekspirasi dan insiparasi

Mucus berlebih, Batuk, Wheezing, Sesak napas

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

2.Batasan karakteristik :DS : Keletihan otot pernapasan Posisi tubuh Fase ekspirasi memanjang Perubahan kedalaman pernapasan

DO : Ansietas Penurunan kapasitas vital Deformitas tulang HiperventilasiEdema mukosa, sekresi produktif, kontriksi otot meningkat

Konsentrasi O2 dalam darah menurun

Tekanan partikel oksigen dialveoli menurun

Penyempitan jalan pernapasan

Peningkatan kerja otot pernapasan

Ketidakefektifan pola napas

3.Batasan Karakteristik :DS : Ketidaknyamanan setelah beraktivas Menyatakan merasa letih Menyatakan merasa lemahDO : Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas Dispnea setelah beraktivatasEdema mukosa, sekresi produktif, kontriksi otot meningkat

Konsentrasi O2 dalam darah menurun

Hipoksemia

Suplai darah dan O2 ke jantung berkurang

Penurinan cardiac output

Tekanan darah menurun

Kelemahan dan keletihan

Intoleransi aktivitas

3. Prioritas Masalah Keperawatana. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napasb. Ketidakefektifan Pola Napasc. Intoleransi Aktivitas

4. Diagnosa Keperawatana. Ketidakfektifan bersihan jalan napas b.d mucus dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme.b. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernafasan dan deformitas dinding dada.c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.5. IntervensiNoDiagnosa KeperawatanPerencanaan

Tujuan (NOC)Intervensi (NIC)

1Ketidakefektifan bersihan jalan napasDS : Gelisah Batuk yang tidak efektif Suara napas tambahan DO : Penurunan bunyi napas Dispnea Sputum dalam jumlah berlebihan Perubahan frekuensi napasFaktor berhubungan : Mukus dalam jumlah berlebihan Eksudat dalam alveoli Sekresi dalam bronki Asma Hiperplasia dinding bronkialNOC : Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Aspiration Control,Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas

NIC :Airway Management Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Lakukan suction pada mayo

Berikan bronkodilator bila perlu

Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2

2Ketidakefektifan pola napasDS : Keletihan otot pernapasan Ansietas Posisi tubuh Fase ekspirasi memanjang Perubahan kedalaman pernapasan

DO : Penurunan kapasitas vital Deformitas tulang HiperventilasiFaktor yang berhubungan : Ansietas Posisi tubuh Keletihan Hiperventilasi Keletihan otot pernapasanNOC : Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Vital sign StatusSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam konsep diri pasien meningkat. Dengan kriteria hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

NIC :Airway Management Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Lakukan suction pada mayo Berikan bronkodilator bila perlu Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2Oxygen Therapy Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea Pertahankan jalan nafas yang paten Atur peralatan oksigenasi Monitor aliran oksigen Pertahankan posisi pasien Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasiVital sign Monitoring Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3Intoleransi AktivitasDS : Ketidaknyamanan setelah beraktivas Dispnea setelah beraktivatas

Menyatakan merasa letih Menyatakan merasa lemahDO : Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas

Faktor yang Berhubungan : Kelemahan umum Tirah baring Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.NOC : Energy conservation Activity tolerance Self Care : ADLsSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jamKriterial Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri Tanda tanda vital nornal Energy psikomotor Level kelemahan Status kardiopulmonariAdekuat Sirkulasi status baik Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuatNIC :Activity Therapy Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual