LAPORAN PENDAHULUAN
description
Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG RS DR MOEWARDI SOLO
A. Definisi
Bronkopneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru yang terjadi pada ujung
akhir bronciolus yang tersumbat oleh eksulat mukoperulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya (Wong, 2003). Bronkopeneumonia
merupakan peradangan pada perekim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
atau benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisa, dispnu, napas
cepat dan dangkal, muntah serta batuk kering dan produktif (Hidayat, 2006).
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah.Penyakit
ini sering menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia.Bila penyakit ini tidak
segera ditangani, maka akan menyebabkan beberapa komplikasi bahkan kematian.
Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara
penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke
Bronkus. (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009).
Berdasarkan pendapat pendapat diatas disimpulkan bahwa Bronkopneumonia
adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai
dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan
benda asing.
B. Anatomi Fisiologi Pernapasan
1. Anatomi pernapasan
Organ pernapasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-organ
persarafan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu rongga
hidung, pharynx, larynx,trachea, dan bagian paru-paru yang berfungsi melakukan
pertukaran gas-gas antara udara dan darah. Satu bagian saluran udara yang terletak di
kepala yaitu:
Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari :
1
2
a) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara paranalis yang
masuk kedalam rongga-rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang
menyalurkan airmata kedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung
b) Parinx (Tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan sampai
persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikid maka
leteknya dibelakang hidung (naso farinx), dibelakang mulut (oro larinx), dan
dbelakang farinx (farinx laryngeal).
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari :
a) Larinx (tenggorokan) terletak di depan bag. Terendah pharin yang memisahkan
dari kolumna veterbra, berjalan dari farine-farine sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trachea di bawahnya.
b) Trachea (batang tenggorokan) yang kurang lebih 9cm panjangnya trachea
berjalan dari larinx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke lima dan
ditempat ini bercabang mejadi dua bronchus (bronchi).
c) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua tranchea pada ketinggian kira-kira
vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea yang
dilapis oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kri tidak
simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan
lanjutantrachea dengan sudut lebih lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai
makna klinis yang penting. Tabung endotrachea terletak sedemikian rupa
sehingga terbentuk saluran udara paten yang muda masuk kedalam cabang
bronchus kanan. Kalau udara setelah jalan, maka tidak dapat masuk dalam
paru-paru kiri sehingga paru-paru akan kolaps (atelektasis). Tetapi arah
bronchus kanan yang hampir vertical maka lebih memasukan kateter untuk
melakukan penghisapan yang dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih
mudah tersangkut dalam percabangan bronchus kanan ukarena arahnya
vertical. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi
segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus
menerus sampai cabang terkecil yang di namakan bronchiolus terminalis yang
merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus.
Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1mm. Bronchiolus tidak
diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah, semua saluran udara dibawah bronhiolus teraminals
disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
3
pengantar udara ketempat pertukaran gas paru-paru. Diluar bronchiolus
terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempat
pertukaran gas. Asinus terdiri dari dan bronchiolus respiratorius, yang kadang-
kadang memiliki kantung udara kecil atau alvedi yang berasal dinding mereka.
Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolus
terminalis merupakan sifat struktur akhir paru-paru.
d) Paru-paru merupakan organ elastic berbentuk kerucut yang terletak dalam
rongga torak atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediasinum
central yang mengandung jantung pembulu-pembulu darah besar. Setiap paru-
paru mempunyai apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri bronbialis,
bronkus, syaraf dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan
dibagi tiga lopus oleh visula interloris. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra
lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang
lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5
buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada lobus inferior.
Paru-paru kana mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior, 2 buah segmen pada lobusmedialis, dan 3 buah segmen pada lobus
inferior. Tiap-tiap segmen tini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan
yang bernama lobulus. Didalam lobulus, bronkhiolus ini bercabang-cabang
banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus
berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3mm. Letak paru-paru
dirongga dada dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi
menjadi dua:
1) Pleura Visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru-paru.
2) Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara
kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru
dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang
berguna untukmeminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan
antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
2. Fisiologi pernapasan
Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi
pada paru-paru.Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen
4
diambil lewat mulut dan hidung pada waktu bernafas yang oksigen masuk melalui
trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar.Alveoli
memisahkan oksigen dari darah oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah
merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan seluruh tubuh. Empat proses
berhubungan dengan Pernapasan Pulmoner atau Pernapasan Eksterna:
a) Ventilasi Pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
b) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,
karbon dioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
c) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat
yang bisa dicapai untuk semua bagian.
d) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbon dioksida lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen.
C. Etiologi
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia, antara lain
a. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium
Tuberculosis.
b. Virus : Respiratory syntical virus,virus influenza, virus sitomegalik.
c. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,
Aspergillus, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing. (
Suriadi, 2006 )
D. Patofisiologi
Menurut Smeltzer (2001 : 211) virus, jamur, bakteri masuk ke alveoli dan ke
bronkioli melalui inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring,
sirkulasi dari infeksi sistemik, invasi bakteri ke bronkioli dan alveolar menyebabkan
inflamasi saluran pernapasan maka akan terjadi peningkatan jumlah kapiler dan
peningkatan sekresi kelenjar mukosa. Peningkatan jumlah kapiler akan terjadi oedema
pada mukosa dan bila terlalu lama maka akan terjadi hipoventilasi dan pasien akan sesak
nafas dikarenakan pada saat terjadi hipoventilasi terjadi ketidakseimbangan masukan
oksigen ke dalam darah. Pada saat terjadi peningkatan sekresi kelenjar mukosa akan
5
meningkatkan produksi mukosa yang bila tidak segera diatasi lama kelamaan sekret itu
akan semakin bertambah, yang akan menyebabkan penyumbatan di saluran pernafasan.
E. Pathway
6
1. Diagnosa Keperawatan
a) Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum: pembentukan edema: penurunan energi: inflamasi trakeabronkial ditandai
dengan perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan: Bunyi napas tak normal:
Dispnea: Sianosis.
b) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler (efek inflamasi): gangguan pengiriman oksigen (hipoventilasi): gangguan
kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan dipsnea: sianosis: takikardia:
gelisah: hipoksia.
c) Resiko tinggi terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan utama tubuh (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan)
dan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun,
penyakit kronis, malnutrisi).
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2: kelemahan umum: kelelahan yang berhubungan dengan gangguan
pola tidur ditandai dengan kelemahan, keletihan: dispnea, takipnea: takikardia:
pucat/ sianosis.
e) Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru: reaksi seluller untuk
mengeluarkan toksin: batuk menetap ditandai dengan nyeri dada: sakit kepala:
perilaku distraksi
f) Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik: anoreksia berhubungan dengan toksin bakteri,
bau, dan rasa sputum: distensi abdomen.
g) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan: penurunan masukan oral
2. Rencana Keperawatan
a. Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum: pembentukan edema: penurunan energi: inflamasi trakeabronkial ditandai
dengan perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan: Bunyi napas tak normal:
Dispnea: Sianosis.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, jalan napas kembali bersih
dan efektif
7
Kriteria hasil: Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih,
tidak ada dispnea dan sianosis
Intervensi:
1) Kaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan gerakan dada
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi napas adventisius, misalnya krekels, mengi.
3) Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi
4) Kolaborasi bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi
lain.
5) Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi, mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, analgesik.
6) Kolaborasi dalam pemberian cairan tambahan, misalnya IVFD dan
pemberian oksigen.
Rasional :
1) Takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
2) Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area
konsolidasi.
3) Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada
pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau
penurunan tingkat kesadaran.
4) Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret
5) Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret,
sedangkan analgesik digunakan untuk memperbaiki batuk dan
mengurangi ketidaknyamanan.
6) Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk yang tak
tampak) dan memobilisasikan secret
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler
(efek inflamasi): gangguan pengiriman oksigen (hipoventilasi): gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah ditandai dengan dipsnea: sianosis: takikardia: gelisah:
hipoksia.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pertukaran gas adekuat dan
tidak terdapat gejala distres pernapasan.
8
Kriteria hasil: Mengalami perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
Intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas
2) Observasi warna kulit, membran mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis
perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral).
3) Awasi frekuensi jantung/ irama
4) Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam dan menggigil, misalnya selimut tambahan, suhu ruangan
nyaman, kompres hangat atau dingin.
5) Pertahankan isitirahat tidur. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan
batuk efektif.
6) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk
efektif.
7) Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah/ perasaan.
8) Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum
merah mudah/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea
berat, gelisah.
9) Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen dengan benar, misalnya dengan
nasalprong, masker, masker venturi.
Rasional :
1) Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum
2) Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respons tubuh terhadap
demam/ menggigil. Namun siaonsis daun telinga, membran mukosa dan kulit
sekitar mulut (membran hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.
3) Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai
respons terhadap hipoksemia
4) Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial dan influenza) sangat
meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu
oksigenasi seluler
5) Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen untuk
memudahkan perbaikan infeksi
6) Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
sekret untuk memperbaiki ventilasi.
9
7) Ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai dengan respons fisiologi
terhadap hipoksia.
8) Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan
membutuhkan intervensi medik segera
9) Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam
toleransi klien
c. Resiko tinggi terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan utama tubuh (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan) dan
tidak adekuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun, penyakit
kronis, malnutrisi).
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, tidak ditemukan tanda-tanda/
penyebaran infeksi
Kriteria hasil: Mencapai perbaikan dan tidak terjadi infeksi berulang
Intervensi:
1) Pantau tanda vital dengan ketat, khususnya selama awal terapi
2) Ubah posisi dengan sering.
3) Batasi pengunjung sesuai indikasi
4) Dorong keseimbangan isitirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan
masukan nutrisi adekuat
5) Selidiki perubahan tiba-tiba/ penyimpangan kondisi, seperti peningkatan nyeri
dada, bunyi jantung ekstra, gangguan sensori, berulangnya demam, perubahan
karakteristik sputum
6) Kolaborasi dalam pemberikan antimikrobial sesuai indikasi denagn hasil
kultur sputum atau darah, misal; penisilin, eritromisin, tetrasiklin, amikain,
sefalosporin; amantadin.
Rasional:
1) Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (hipotensi/syok) dapat
terjadi
2) Meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi
3) Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain
4) Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan alamiah
5) Penyembuhan melambat atau peningkatan beratnya gejala diduga tahanan
terhadap antibiotik atau infeksi sekunder. Komplikasi mempengaruhi
10
beberapa/ semua sistem oragan termasuk abses paru/ empiema, bakteremia,
perikardistis endokarditis, meningitis/ ensefalitis, dan superinfeksi
6) Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia.
Kombinasi anti viral dan anti jamur mungkin digunakan bila pneumonia
diakibatkan oleh organisme campuran.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2: kelemahan umum: kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola
tidur ditandai dengan kelemahan, keletihan: dispnea, takipnea: takikardia: pucat/
sianosis.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, aktifitas anak kembali normal.
Kriteria Hasil: Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas yang
dapat diukur tanpa adanya dispnea, kelemahan dan tanda vital stabil.
Intervensi:
1) Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelemahan dan perubahan
tanda vital selama dan setelah aktivitas
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi
3) Jelaskan pentingnya isitrahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat pada orang tua anak
4) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan
akitivitas selama fase penyembuhan
Rasional:
1) Menetapkan kemampuan/kebutuhan klien dan memudahkan pilihan intervensi
2) Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
3) Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
4) Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
e. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru: reaksi seluller untuk
mengeluarkan toksin: batuk menetap ditandai dengan nyeri dada: sakit kepala:
perilaku distraksi
Tujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan, nyeri pada anak hilang/ berkurang
Kriteria Hasil:
1) Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol
11
2) Menunjukkan rileks, istirahat/tidur dan peningkatan aktivitas dengan tepat.
Intervensi:
1) Tentukan karakteristik nyeri, misalnya, tajam, konstan, ditusuk. Selidiki
perubahan karakter/ intensitas nyeri.
2) Pantau tanda vital
3) Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/
perbincangan, relaksasi/latihan napas)
4) Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan antitusif sesuai indikasi
Rasional:
1) Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat
timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis
2) Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami
nyeri.
3) Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
4) Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/ paroksismal
atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat
umum.
f. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik: anoreksia berhubungan dengan toksin bakteri, bau, dan rasa
sputum: distensi abdomen.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, kebutuhan nutrisi anak tidak
mengalami gangguan.
Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan peningkatan nafsu makan
2) Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
Intervensi :
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah (sputum
banyak, pengobatan aerosol, dispena berat, nyeri). Berikan/bantu kebersihan
mulut setelah muntah.
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan
atau bantu kebersihan mulut setelah muntah, tindakan aerosol dan drainase
postural, sebelum makan.
3) Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
12
4) Auskultasi bunyi usus. Observasi/palpasi distensi abdomen
5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk pasien
6) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar
Rasional :
1) Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
2) Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan klien dan dapat
menurunkan mual
3) Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini
4) Bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat/ memanjang.
Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan
pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
5) Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin
lambat untuk kembali
6) Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau keterbatasan
keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi,
dan atau lambatnya respons terhadap terapi
g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan: penurunan masukan oral.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, keseimbangan cairan pada tubuh
anak stabil.
Kriteria Hasil: Menunjukkan keseimbangan volume cairan yang dibuktikan dengan
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
Intervensi:
1) Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu/ demam memanjang,
takikardia
2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah)
3) Catat laporan mual/ muntah
4) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung
keseimbangan cairan.
5) Kolaborasi dalan pemberian obat sesuai indikasi (antipiretik, antiemetik)
6) Kolaborasi dalam pemberian cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional :
13
1) Peningkatan suhu/ memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik dan
kehilangan cairan melalui evaporasi.
2) Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa
mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut
3) Adanya gejala ini menurunkan masukan oral
4) Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan
penggantian
5) Berguna menurunkan kehilangan cairan
6) Pada adanya penurunan masukan/banyak kehilangan, penggunaan parenteral
dapat memperbaiki/ mencegah kekurangan.
h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan)
berhubungan dengan kesalahan interpretasi: kurang mengingat ditandai dengan
permintaan informasi: pernyataan kesalahan konsep: kegagalan memperbaiki.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pengetahuan orangtua dan anak
tentang penyakit meningkat
Kriteria Hasil :
1) Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit dan pengobatan
2) Melakukan perubahan pola hidup dan partisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1) Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi
2) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal
3) Tekankan pada orang tua pentingnya melanjutkan terapi antibiotik selama
periode yang dianjurkan
4) Tekankan pada orang tua pentingnya melanjutkan evaluasi medik dan
vaksin/imunisasi dengan tepat.
5) Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan perawatan kesehatan
Rasional :
1) Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting menghubungkannya
dengan progaram pengobatan
2) Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk
mengasimilasi informasi/mengikuti program medic
3) Penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronkus dan
menghambat makrofag alveolar, mempengaruhi pertahanan tubuh alami tubuh
melawan infeksi.
14
4) Dapat mencegah kambuhnya pneumonia ataupun komplikasi lain
5) Upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah/ meminimalkan
komplikasi