LAPORAN PENDAHULUAN

21
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG RS DR MOEWARDI SOLO A. Definisi Bronkopneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru yang terjadi pada ujung akhir bronciolus yang tersumbat oleh eksulat mukoperulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya (Wong, 2003). Bronkopeneumonia merupakan peradangan pada perekim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisa, dispnu, napas cepat dan dangkal, muntah serta batuk kering dan produktif (Hidayat, 2006). Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah.Penyakit ini sering menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia.Bila penyakit ini tidak segera ditangani, maka akan menyebabkan beberapa komplikasi bahkan kematian. Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia. Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke Bronkus. (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009). Berdasarkan pendapat pendapat diatas disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya 1

description

amazing

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA

DI RUANG RS DR MOEWARDI SOLO

A. Definisi

Bronkopneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru yang terjadi pada ujung

akhir bronciolus yang tersumbat oleh eksulat mukoperulen untuk membentuk bercak

konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya (Wong, 2003). Bronkopeneumonia

merupakan peradangan pada perekim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,

atau benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisa, dispnu, napas

cepat dan dangkal, muntah serta batuk kering dan produktif (Hidayat, 2006).

Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah.Penyakit

ini sering menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia.Bila penyakit ini tidak

segera ditangani, maka akan menyebabkan beberapa komplikasi bahkan kematian.

Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.

Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai

bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara

penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke

Bronkus. (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009).

Berdasarkan pendapat pendapat diatas disimpulkan bahwa Bronkopneumonia

adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai

dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan

benda asing.

B. Anatomi Fisiologi Pernapasan

1. Anatomi pernapasan

Organ pernapasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-organ

persarafan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu rongga

hidung, pharynx, larynx,trachea, dan bagian paru-paru yang berfungsi melakukan

pertukaran gas-gas antara udara dan darah. Satu bagian saluran udara yang terletak di

kepala yaitu:

Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari :

1

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN

2

a) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara paranalis yang

masuk kedalam rongga-rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang

menyalurkan airmata kedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung

b) Parinx (Tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan sampai

persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikid maka

leteknya dibelakang hidung (naso farinx), dibelakang mulut (oro larinx), dan

dbelakang farinx (farinx laryngeal).

Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari :

a) Larinx (tenggorokan) terletak di depan bag. Terendah pharin yang memisahkan

dari kolumna veterbra, berjalan dari farine-farine sampai ketinggian vertebra

servikalis dan masuk ke dalam trachea di bawahnya.

b) Trachea (batang tenggorokan) yang kurang lebih 9cm panjangnya trachea

berjalan dari larinx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke lima dan

ditempat ini bercabang mejadi dua bronchus (bronchi).

c) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua tranchea pada ketinggian kira-kira

vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea yang

dilapis oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kri tidak

simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan

lanjutantrachea dengan sudut lebih lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai

makna klinis yang penting. Tabung endotrachea terletak sedemikian rupa

sehingga terbentuk saluran udara paten yang muda masuk kedalam cabang

bronchus kanan. Kalau udara setelah jalan, maka tidak dapat masuk dalam

paru-paru kiri sehingga paru-paru akan kolaps (atelektasis). Tetapi arah

bronchus kanan yang hampir vertical maka lebih memasukan kateter untuk

melakukan penghisapan yang dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih

mudah tersangkut dalam percabangan bronchus kanan ukarena arahnya

vertical. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi

segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus

menerus sampai cabang terkecil yang di namakan bronchiolus terminalis yang

merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus.

Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1mm. Bronchiolus tidak

diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga

ukurannya dapat berubah, semua saluran udara dibawah bronhiolus teraminals

disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN

3

pengantar udara ketempat pertukaran gas paru-paru. Diluar bronchiolus

terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempat

pertukaran gas. Asinus terdiri dari dan bronchiolus respiratorius, yang kadang-

kadang memiliki kantung udara kecil atau alvedi yang berasal dinding mereka.

Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolus

terminalis merupakan sifat struktur akhir paru-paru.

d) Paru-paru merupakan organ elastic berbentuk kerucut yang terletak dalam

rongga torak atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediasinum

central yang mengandung jantung pembulu-pembulu darah besar. Setiap paru-

paru mempunyai apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri bronbialis,

bronkus, syaraf dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan

dibagi tiga lopus oleh visula interloris. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra

lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang

lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5

buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada lobus inferior.

Paru-paru kana mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus

superior, 2 buah segmen pada lobusmedialis, dan 3 buah segmen pada lobus

inferior. Tiap-tiap segmen tini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan

yang bernama lobulus. Didalam lobulus, bronkhiolus ini bercabang-cabang

banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus

berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3mm. Letak paru-paru

dirongga dada dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi

menjadi dua:

1) Pleura Visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung

membungkus paru-paru.

2) Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara

kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada

keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru

dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang

berguna untukmeminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan

antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.

2. Fisiologi pernapasan

Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi

pada paru-paru.Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN

4

diambil lewat mulut dan hidung pada waktu bernafas yang oksigen masuk melalui

trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar.Alveoli

memisahkan oksigen dari darah oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah

merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan seluruh tubuh. Empat proses

berhubungan dengan Pernapasan Pulmoner atau Pernapasan Eksterna:

a) Ventilasi Pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan

udara luar.

b) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,

karbon dioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.

c) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat

yang bisa dicapai untuk semua bagian.

d) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbon dioksida lebih

mudah berdifusi dari pada oksigen.

C. Etiologi

Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,

mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia, antara lain

a. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,

Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium

Tuberculosis.

b. Virus  :   Respiratory syntical virus,virus influenza, virus sitomegalik.

c. Jamur :   Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,

Aspergillus, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing. (

Suriadi, 2006 )

D. Patofisiologi

Menurut Smeltzer (2001 : 211) virus, jamur, bakteri masuk ke alveoli dan ke

bronkioli melalui inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring,

sirkulasi dari infeksi sistemik, invasi bakteri ke bronkioli dan alveolar menyebabkan

inflamasi saluran pernapasan maka akan terjadi peningkatan jumlah kapiler dan

peningkatan sekresi kelenjar mukosa. Peningkatan jumlah kapiler akan terjadi oedema

pada mukosa dan bila terlalu lama maka akan terjadi hipoventilasi dan pasien akan sesak

nafas dikarenakan pada saat terjadi hipoventilasi terjadi ketidakseimbangan masukan

oksigen ke dalam darah. Pada saat terjadi peningkatan sekresi kelenjar mukosa akan

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN

5

meningkatkan produksi mukosa yang bila tidak segera diatasi lama kelamaan sekret itu

akan semakin bertambah, yang akan menyebabkan penyumbatan di saluran pernafasan.

E. Pathway

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN

6

1. Diagnosa Keperawatan

a) Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

sputum: pembentukan edema: penurunan energi: inflamasi trakeabronkial ditandai

dengan perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan: Bunyi napas tak normal:

Dispnea: Sianosis.

b) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-

kapiler (efek inflamasi): gangguan pengiriman oksigen (hipoventilasi): gangguan

kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan dipsnea: sianosis: takikardia:

gelisah: hipoksia.

c) Resiko tinggi terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan utama tubuh (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan)

dan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun,

penyakit kronis, malnutrisi).

d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan O2: kelemahan umum: kelelahan yang berhubungan dengan gangguan

pola tidur ditandai dengan kelemahan, keletihan: dispnea, takipnea: takikardia:

pucat/ sianosis.

e) Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru: reaksi seluller untuk

mengeluarkan toksin: batuk menetap ditandai dengan nyeri dada: sakit kepala:

perilaku distraksi

f) Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik: anoreksia berhubungan dengan toksin bakteri,

bau, dan rasa sputum: distensi abdomen.

g) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

berlebihan: penurunan masukan oral

2. Rencana Keperawatan

a. Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

sputum: pembentukan edema: penurunan energi: inflamasi trakeabronkial ditandai

dengan perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan: Bunyi napas tak normal:

Dispnea: Sianosis.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, jalan napas kembali bersih

dan efektif

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN

7

Kriteria hasil: Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih,

tidak ada dispnea dan sianosis

Intervensi:

1) Kaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan gerakan dada

2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan

bunyi napas adventisius, misalnya krekels, mengi.

3) Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi

4) Kolaborasi bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi

lain.

5)  Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi, mukolitik, ekspektoran,

bronkodilator, analgesik.

6) Kolaborasi dalam pemberian cairan tambahan, misalnya IVFD dan

pemberian oksigen.

Rasional :

1) Takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi

karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.

2) Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area

konsolidasi.

3) Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada

pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau

penurunan tingkat kesadaran.

4) Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret

5) Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret,

sedangkan analgesik digunakan untuk memperbaiki batuk dan

mengurangi ketidaknyamanan. 

6) Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk yang tak

tampak) dan memobilisasikan secret

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler

(efek inflamasi): gangguan pengiriman oksigen (hipoventilasi): gangguan kapasitas

pembawa oksigen darah ditandai dengan dipsnea: sianosis: takikardia: gelisah:

hipoksia.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pertukaran gas adekuat dan

tidak terdapat gejala distres pernapasan.

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN

8

Kriteria hasil: Mengalami perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

Intervensi:

1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas

2) Observasi warna kulit, membran mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis

perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral).

3) Awasi frekuensi jantung/ irama

4) Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk

menurunkan demam dan menggigil, misalnya selimut tambahan, suhu ruangan

nyaman, kompres hangat atau dingin.

5) Pertahankan isitirahat tidur. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan

batuk efektif.

6) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk

efektif.

7) Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah/ perasaan.

8) Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum

merah mudah/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea

berat, gelisah.

9) Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen dengan benar, misalnya dengan

nasalprong, masker, masker venturi.

Rasional :

1) Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan

paru dan status kesehatan umum

2) Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respons tubuh terhadap

demam/ menggigil. Namun siaonsis daun telinga, membran mukosa dan kulit

sekitar mulut (membran hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.

3) Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai

respons terhadap hipoksemia

4) Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial dan influenza) sangat

meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu

oksigenasi seluler

5) Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen untuk

memudahkan perbaikan infeksi

6) Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran

sekret untuk memperbaiki ventilasi.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN

9

7) Ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai dengan respons fisiologi

terhadap hipoksia.

8) Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan

membutuhkan intervensi medik segera

9) Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam

toleransi klien

c. Resiko tinggi terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan utama tubuh (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan) dan

tidak adekuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun, penyakit

kronis, malnutrisi).

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, tidak ditemukan tanda-tanda/

penyebaran infeksi

Kriteria hasil: Mencapai perbaikan dan tidak terjadi infeksi berulang

Intervensi:

1) Pantau tanda vital dengan ketat, khususnya selama awal terapi

2) Ubah posisi dengan sering.

3) Batasi pengunjung sesuai indikasi

4) Dorong keseimbangan isitirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan

masukan nutrisi adekuat

5) Selidiki perubahan tiba-tiba/ penyimpangan kondisi, seperti peningkatan nyeri

dada, bunyi jantung ekstra, gangguan sensori, berulangnya demam, perubahan

karakteristik sputum

6) Kolaborasi dalam pemberikan antimikrobial sesuai indikasi denagn hasil

kultur sputum atau darah, misal; penisilin, eritromisin, tetrasiklin, amikain,

sefalosporin; amantadin.

Rasional:

1) Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (hipotensi/syok) dapat

terjadi

2) Meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi

3) Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain

4) Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan alamiah

5) Penyembuhan melambat atau peningkatan beratnya gejala diduga tahanan

terhadap antibiotik atau infeksi sekunder. Komplikasi mempengaruhi

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN

10

beberapa/ semua sistem oragan termasuk abses paru/ empiema, bakteremia,

perikardistis endokarditis, meningitis/ ensefalitis, dan superinfeksi

6) Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia.

Kombinasi anti viral dan anti jamur mungkin digunakan bila pneumonia

diakibatkan oleh organisme campuran.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan O2: kelemahan umum: kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola

tidur ditandai dengan kelemahan, keletihan: dispnea, takipnea: takikardia: pucat/

sianosis.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, aktifitas anak kembali normal.

Kriteria Hasil: Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas yang

dapat diukur tanpa adanya dispnea, kelemahan dan tanda vital stabil.

Intervensi:

1) Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelemahan dan perubahan

tanda vital selama dan setelah aktivitas

2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai

indikasi

3) Jelaskan pentingnya isitrahat dalam rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktivitas dan istirahat pada orang tua anak

4) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan

akitivitas selama fase penyembuhan

Rasional:

1) Menetapkan kemampuan/kebutuhan klien dan memudahkan pilihan intervensi

2) Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat

3) Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan

metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

4) Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen

e. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru: reaksi seluller untuk

mengeluarkan toksin: batuk menetap ditandai dengan nyeri dada: sakit kepala:

perilaku distraksi

Tujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan, nyeri pada anak hilang/ berkurang

Kriteria Hasil:

1) Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN

11

2) Menunjukkan rileks, istirahat/tidur dan peningkatan aktivitas dengan tepat.

Intervensi:

1) Tentukan karakteristik nyeri, misalnya, tajam, konstan, ditusuk. Selidiki

perubahan karakter/ intensitas nyeri.

2) Pantau tanda vital

3) Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/

perbincangan, relaksasi/latihan napas)

4) Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan antitusif sesuai indikasi

Rasional:

1) Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat

timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis

2) Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami

nyeri.

3) Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat

menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.

4) Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/ paroksismal

atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat

umum.

f. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolik: anoreksia berhubungan dengan toksin bakteri, bau, dan rasa

sputum: distensi abdomen.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, kebutuhan nutrisi anak tidak

mengalami gangguan.

Kriteria Hasil:

1) Menunjukkan peningkatan nafsu makan

2) Mempertahankan atau meningkatkan berat badan

Intervensi :

1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah (sputum

banyak, pengobatan aerosol, dispena berat, nyeri). Berikan/bantu kebersihan

mulut setelah muntah.

2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan

atau bantu kebersihan mulut setelah muntah, tindakan aerosol dan drainase

postural, sebelum makan.

3) Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN

12

4) Auskultasi bunyi usus. Observasi/palpasi distensi abdomen

5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti

panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk pasien

6) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar

Rasional :

1) Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

2) Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan klien dan dapat

menurunkan mual

3) Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini

4) Bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat/ memanjang.

Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan

pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.

5) Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin

lambat untuk kembali

6) Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau keterbatasan

keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi,

dan atau lambatnya respons terhadap terapi

g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

berlebihan: penurunan masukan oral.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, keseimbangan cairan pada tubuh

anak stabil.

Kriteria Hasil: Menunjukkan keseimbangan volume cairan yang dibuktikan dengan

membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

Intervensi:

1) Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu/ demam memanjang,

takikardia

2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah)

3) Catat laporan mual/ muntah

4) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung

keseimbangan cairan.

5) Kolaborasi dalan pemberian obat sesuai indikasi (antipiretik, antiemetik)

6) Kolaborasi dalam pemberian cairan tambahan IV sesuai keperluan

Rasional :

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN

13

1) Peningkatan suhu/ memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik dan

kehilangan cairan melalui evaporasi.

2) Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa

mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut

3) Adanya gejala ini menurunkan masukan oral

4) Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan

penggantian

5) Berguna menurunkan kehilangan cairan

6) Pada adanya penurunan masukan/banyak kehilangan, penggunaan parenteral

dapat memperbaiki/ mencegah kekurangan.

h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan)

berhubungan dengan kesalahan interpretasi: kurang mengingat ditandai dengan

permintaan informasi: pernyataan kesalahan konsep: kegagalan memperbaiki.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pengetahuan orangtua dan anak 

tentang penyakit meningkat

Kriteria Hasil :

1) Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit dan pengobatan

2) Melakukan perubahan pola hidup dan partisipasi dalam program pengobatan

Intervensi :

1) Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi

2) Berikan informasi dalam  bentuk tertulis dan verbal

3) Tekankan pada orang tua pentingnya melanjutkan terapi antibiotik selama

periode yang dianjurkan

4) Tekankan pada orang tua pentingnya melanjutkan evaluasi medik dan

vaksin/imunisasi dengan tepat.

5) Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan perawatan kesehatan

Rasional :

1) Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting menghubungkannya

dengan progaram pengobatan

2) Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk

mengasimilasi informasi/mengikuti program medic

3) Penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronkus dan

menghambat makrofag alveolar, mempengaruhi pertahanan tubuh alami tubuh

melawan infeksi.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN

14

4) Dapat mencegah kambuhnya pneumonia ataupun komplikasi lain

5) Upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah/ meminimalkan

komplikasi