Laporan Pendahuluan

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan tindakan keperawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas termasuk persiapan

description

PRE & POST OP

Transcript of Laporan Pendahuluan

Page 1: Laporan Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan

perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung

pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan

untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap

ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi

pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk

keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien

adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan

karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi

yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila

tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan

yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ,

terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan tindakan keperawatan yang

komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan

benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas termasuk persiapan

pemahaman mengenai informed consent tindakan operatif dan pemahaman mengenai

hal-hal yang harus dilakukan sebelum dan setelah operasi..

Tanggung jawab perawat dalam kaitan dengan Informed Consent adalah

memastikan bahwa informed consent yang di berikan dokter di dapat dengan sukarela

dari klien, sebelumnya diberikan penjelasan yang gamblang dan jelas mengenai

pembedahan dan kemungkinan resiko.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

Page 2: Laporan Pendahuluan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pre dan Post Operasi

Tindakan pembedahan menjadi pengalaman menegangkan bagi sebagian

pasien, hal ini dikarenakan kurang pengetahuan mengenai tindakan perawatan

maupun tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya, perawat bertanggung

jawab dalam memberikan informasi dan atau penyuluhan terkait dengan tindakan

pembedahan yang akan di terimanya. Informasi yang diberikan  sebagai tindakan

suportif dan pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam

meningkatkan kesehatan sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tuntutan pasien

akan bantuan keperawatan terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan

pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku.

Penyuluhan pre operasi didefinisikan sebagai tindakan suportif dan pendidikan

yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam meningkatkan

kesehatannya sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tuntutan klien akan bantuan

keperawatan terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan,

keterampilan,dan perubahan perilaku.

Penyuluhan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan diberikan

dangan tujuan meningkatkan kemampuan adaptasi pasien dalam menjalani rangkaian

prosedur pembedahan sehingga klien diharapkan lebih kooperatif, berpartisipasi

dalam perawatan post operasi, dan mengurangi resiko komplikasi post operasi.

Dalam memberikan penyuluhan klien pre operasi perlu dipertimbangkan

masalah waktu, jika penyuluhan diberikan terlalu lama sebelum pembedahan

memungkinkan klien lupa, demikian juga bila terlalu dekat dengan waktu

pembedahan klien tidak dapat berkonsentrasi belajar karena adanya kecemasan atau

adanya efek medikasi sebelum anastesi.

B. Tujuan Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan Pre dan Post Operasi

Peran perawat sebagai pendidik untuk merubah perilaku pasien dalam

pencapaian tujuan, yaitu dengan memberikan penyuluhan pre operasi pasien yang

dapat mengadopsi berbagi strategi guna peningkatan kemampuan adaptasi pasien post

Page 3: Laporan Pendahuluan

operasi sehingga kemandirian segera tercapai dan dapat mempersingkat hari

perawatan.

Penyuluhan pre operasi diperlukan agar perilaku pasien post operasi dapat

berubah dari ketidaktahuan menjadi paham akan perawatan dirinya, dan khususnya

mengenai mobilisasi post operasi sehingga pasien mempunyai gambaran atau

pengetahuan perawatan post operasi. Untuk itu tindakan penyuluhan pasien pre

operasi perlu dipersiapkan dengan baik, sehingga partisipasi aktif pasien post operasi

dalam meningkatkan kesehatan dirinya akan lebih baik.

C. Faktor Resiko Terhadap Pembedahan

Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang

akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukung dan

mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat

mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat

mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu

sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan

pembedahan/operasi. Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain:

1. Usia

Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut

mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada

usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak

disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.

2. Nutrisi

Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap

pembedahan dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama

pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami

defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka.

Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C,

vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan

untuk sintesis protein).

Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan

lemak, terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas

meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi

dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena

Page 4: Laporan Pendahuluan

tambahan beraat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaaring miring

dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari

pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler,

endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.

3. Penyakit Kronis

Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan

insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori

untuk penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah

sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca

pembedahan sangat tinggi.

4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin

Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes

mellitus yang tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien

saat dilakukan pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin

terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan

karbohidrat yang tidak adekuart pasca operasi atau pemberian insulin yang

berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria.

Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi

adrenal. Pengguanaan oabat-obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter

anastesi dan dokter bedahnya.

5.  Merokok

Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler,

terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan

tekanan darah sistemiknya.

6. Alkohol dan obat-obatan

Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan

masalah-masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan

meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang

seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat

perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari asprirasi dengan

pemasangan NGT.

Page 5: Laporan Pendahuluan

D. Persiapan Pasien di Unit Perawatan

1. PERSIAPAN FISIK

Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi

antara lain:

a. Status kesehatan fisik secara umum

Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status

kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti

kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik

lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status

pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi,

dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan

istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik,

tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,

tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu

terjadinya haid lebih awal.

b. Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat

badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin

dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi

harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang

cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan

pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan

pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling

sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan

sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang

lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa

mengakibatkan kematian.

c. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan

output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam

rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan

diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar

kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 -

1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi

Page 6: Laporan Pendahuluan

ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan

ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka

operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami

gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka

operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada

kasus-kasus yang mengancam jiwa.

d. Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi

keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan

dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan

enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya

puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan

lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan

lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area

pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca

pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO

(segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan

lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric

tube).

e. Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari

terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut

yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga

mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.

Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan

pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada

lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati

jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali

pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa

lebih nyaman.

Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan

daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis)

dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar

perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis,

Page 7: Laporan Pendahuluan

operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain

terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada

pemasangan infus sebelum pembedahan.

f. Personal Hygine

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena

tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat

mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang

kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan

daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu

memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan

memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

g. Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan

kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga

diperluka untuk mengobservasi balance cairan.

2. PERSIAPAN PENUNJANG

Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter

bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan

pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan

radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain.

Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada

pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit

pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah

dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan

untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu

dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium

terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan

(clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan

hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.

Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering

dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan

Page 8: Laporan Pendahuluan

terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani

oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain :

a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto

tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized

Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP,

Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG

(Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.

b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka

leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total

(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT,

ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun

tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.

c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan

tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya

dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa

infeksi kronis saja.

d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).

Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah

pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan

puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga

dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

3. PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI

Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk

keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan

pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan

untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan

yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA

(American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat

dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan,

peredaran darah dan sistem saraf. Berikut adalah tabel pemeriksaan ASA.

ASA grade I

Page 9: Laporan Pendahuluan

Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal:

penderita dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi

muda yang sehat.

Mortality (%) : 0,05.

ASA grade II

Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan

diseababkan oleh penyakit yang akan dibedah. Misal: penderita dengan

obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita dengan diabetes mellitus

ringan yang akan mengalami appendiktomi.

Mortality (%) : 0,4.

ASA grade III

Status fisik : Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus

dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut.

Mortality (%) : 4,5.

ASA grade IV

Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa

yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya:

insufisiensi koroner atau infark miokard.

Mortality (%) : 25.

ASA grade V

Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa

yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya:

insufisiensi koroner atau infark miokard.

Mortality (%) : 50.

4. INFORMED CONSENT

Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap

pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung

jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien maupun

keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun

mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan

medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis

(pembedahan dan anastesi). Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali

tindakan operasi tidak dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi

Page 10: Laporan Pendahuluan

pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan

komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang

kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun

segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor

seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap

pengobatan, kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam

perawatan.

Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi

aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien

wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun

tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga

mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien

maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersut akan

mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur

pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum

menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk

menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk

dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga

setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran

keluarga.

5. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS

Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses

persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan

ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat

membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Contoh perubahan

fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :Pasien dengan

riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat

mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga

operasi bisa dibatalkan. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi

dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa

harus ditunda.

Page 11: Laporan Pendahuluan

Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi

pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan

tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam

menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan

ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain:

Takut nyeri setelah pembedahan

Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi

normal (body image)

Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)

Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang

mempunyai penyakit yang sama.

Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan

petugas.

Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.

Takut operasi gagal.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi

dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi

dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan

yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur,

sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa

digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu

mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi

masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat

perkembangan pasien, faktor pendukung/support system. Untuk mengurangi /

mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait

dengan persiapan operasi, antara lain:

1. Pengalaman operasi sebelumnya

Berkaitan dengan persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan

tindakan operasi, pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan

operasi baik fisik maupun penunjang.

2. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan

petugas kamar operasi.

Page 12: Laporan Pendahuluan

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post

operasi)

Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum

operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas

dalam, batuk efektif, ROM, dll.

Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak

jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan

biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian

datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini

berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan

beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental

pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung

oleh keluarga/orang terdekat pasien. Persiapan mental dapat

dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan

keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien.

Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,

memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang

menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk

menjalani operasi. Peranan perawat dalam memberikan dukungan

mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:

1) Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang

dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada

pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh

pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar

operasi, dll.

2) Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka

diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi,

meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki

pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan

operasi yang akan dialami pasien.

3) Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan

persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan.

Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien

Page 13: Laporan Pendahuluan

harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan

samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil

darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari

pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan

pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami

oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental

pasien dengan baik

4) Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk

menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi

kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-

sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.

5) Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan

dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan

kecemasan pada pasien.

6) Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre

medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien

tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur

sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.

7) Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di

kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan

diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk

memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan

kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar

operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu

yang terletak di depan kamar operasi.

E. Obat-Obatan Pre Medikasi

Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan

premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang

cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau

diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi.

Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya

infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam

sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat

Page 14: Laporan Pendahuluan

diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien.

F. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan Post Op

1. Latihan Post Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat

penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,

seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.

Pendidikan mengenai latihan post operasi yang diberikan pada pasien sebelum

operasi antara lain:

a. Latihan Nafas Dalam

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi

nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien

lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas

tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik

nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera

mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan pasien.

Page 15: Laporan Pendahuluan

b. Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang

mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami

pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga

ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.

Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif

sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir

atau sekret tersebut.

c. Latihan Gerak Sendi

Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan

setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai

dengan  bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan

ke luar kamar.

Mobilisasi Post Operasi merupakan suatu aspek yang terpenting

pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan

kemandirian. Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

mobilisasi Post Operasi adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian

Page 16: Laporan Pendahuluan

sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk

mempertahankan fungsi fisiologis.

Konsep mobilisasi mula – mula berasal dari ambulasi Post Operasi

yang merupakan pengembalian secara berangsur – angsur ke tahap

mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi.

Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien

sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai

pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.

Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru

tentang pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak

berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut

luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena

justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan

lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih

cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan

lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan

terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk

mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.

Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of

Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya

dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya

kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.

Tujuan dari mobilisasi menurut, antara lain:

Mempertahankan fungsi tubuh

Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan

luka

Membantu pernafasan menjadi lebih baik

Mempertahankan tonus otot

Memperlancar eliminasi urin

Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali

normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau

berkomunikasi

Page 17: Laporan Pendahuluan

Manfaat mobilisasi bagi pasien post operasi adalah :

Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

Dengan bergerak, otot –otot perut dan panggul akan kembali

normal sehingga otot p[erutnya menjadi kuat kembali dan dapat

mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien merasa sehat dan

membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.

Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan

merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga

membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.

Mempercepat pemulihan missal kontraksi uterus post secarea,

dengan demikian pasien akan cepat merasa sehat dan bias merawat

anaknya dengan cepat

Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan

mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya

trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.

Tahap-tahap Mobilisasi Post Operasi

Tahap-tahap mobilisasi pada pasien dengan pasca pembedahan menurut

Rustam Muchtar (1992), meliputi :

1) Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa

melakukan latihan pernafasan dan batuk efektif kemudian miring

kanan – miring kiri sudah dapat dimulai.

2) Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama 5 menit, disuruh latihan

pernafasan dan batuk efektif guna melonggarkan pernafasan.

3) Pada hari ke 3 - 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri kemudian

berjalan di sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar kamar sendiri.

Menurut Kasdu (2003) mobilisasi Post Operasi dilakukan secara bertahap

berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi Post Operasi pada pasien post

operasi seksio sesarea :

1) Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien paska operasi seksio

sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi Post Operasi yang bisa

dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan

Page 18: Laporan Pendahuluan

ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,

menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki

2) Setelah 6-10 jam, diharuskan untuk dapat miring kekiri dan

kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli

3) Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk

duduk

4) Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan

Sedangkan Menurut Beyer, 1997:

1) Tahap I : mobilisasi atau gerakan awal : nafas dalam dan

batuk,    ekstremitas

2) Tahap II : mobilisasi atau gerak berputar

3) Tahap III : mobilisasi atau gerakan duduk tegak

4) Tahap IV : mobilisasi atau gerakan turun dari tempat tidur

(3x/hari)

5) Tahap V : mobilisasi atau gerakan berjalan dengan bantuan 

(2x/hari)

6) Tahap VI : mobilisasi atau gerakan naik ke tempat tidur

7) Tahap VII : mobilisasi atau gerakan bangkit dari duduk ditempat

tidur.

Page 19: Laporan Pendahuluan

d. Kontrol dan Medikasi Nyeri

Disamping penyuluhan diatas pasien di berikan penjelasan tentang anastesi

(bagian anastesi akan menjelaskan lebih rinci), diberikan penjelasan

mengenai obat-obatan untuk mengontrol nyeri dan mungkin akan

diberikan antibiotik profilaksis sebelum pembedahan.Kontrol kognitif atau

strategi kognitif dapat bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan,

ansietas yang berlebihan dan relaksasi, strategi yang di gunakan

seperti “Imajinasi”,pasien dianjurkan untuk berkonsentrasi pada

pengalaman yang menyenangkan atau pemandangan yang

menyenangkan. “Distraksi”, Pasien di anjurkan untuk memikirkan cerita

yang dapat dinikmati atau berkesenian, puisi dan lain-lain.“Pikiran

optimis-diri” Menyatakan pikiran pikiran optimistik semua akan berjalan

lancar di anjurkan.

e. Nutrisi

Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan

tenaga untuk perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan secara optimal.

Diet pasca operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah

menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan

tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

Karena tujuan diet pasca-operasi adalah untuk mengupayakan agar

status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses

penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara

sebagai berikut:

1) Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energy, protein).

2) Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain.

Page 20: Laporan Pendahuluan

3) Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.

4) Mencegah dan menghentikan perdarahan.

Jenis Makanan Yang Baik Untuk Penyembuhan Luka Post Operasi

Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk

penyembuhan luka adalah protein dan vitamin C.

Alasannya: protein dan vitamin C sangat penting peranannya dalam

proses penyembuhan luka. Selain itu vitamin C punya peranan penting

untuk mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan luka.

Contoh makanan yang perlu diperhatikan untuk penyembuhan luka

o Protein; terbagi menjadi: nabati dan hewani. Contoh nabati yaitu

tempe, tahu, kacang-kacangan dll. Contoh protein hewani, hati, telur,

ayam, udang dll.

o Vitamin C adalah kacang-kacangan, jeruk, jambu, daun papaya,

bayam, tomat, daun singkong dll

Tata Cara Pelaksanaan untuk Pemenuhan Nutrisi

1) Tingkatan konsumsi makanan yang mengandung protein dan

vitamin C.

2) Bila mual:

a) Makanlah dengan porsi sedikit tapi sering

b) Sajikan ketika masih hangat

c) Sebelum makan, minum air hangat

d) Hindari makanan dengan berbumbu tajam

Tahapan diet pasca bedah

1) Diet Pasca-Bedah I (DPB I)

Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :

Pasca-bedah kecil : setelah sadar dan rasa mual hilang

Pasca-bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang serta

ada tanda-tanda usus mulai bekerja

Cara Memberikan Makanan

Page 21: Laporan Pendahuluan

Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air

putih, the manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih.

Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena

kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan

parenteral sesuai kebutuhan.

2) Diet Pasca-Bedah II (PDB II)

Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar

saluran cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I

Cara Memberikan Makanan:

Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih,

sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari

selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung

keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan makanan

parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu sesingkat

mungkin karena zat gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh

diberikan pada diet pasca-bedah II adalah air jeruk dan minuman

yang mengandung karbondioksida.

3) Diet Pasca-Bedah III

Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien pascabedah besar

saluran cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah II.

Cara Memberikan Makanan:

Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu

dan biscuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari.

Selain itu dapat memberikan makanan parenteral bila diperlukan.

Makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan dengan bumbu

tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida.

4) Diet Pasca-Bedah IV

Diet Pasca-Bedah IV diberikan kepada :

Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasca-bedah

Pasien pascabedah besar, setelah diet Pasca-Bedah III

Cara Memberikan Makanan:

Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3

kali makanan lengkap dan 1 kali makanan selingan.

Page 22: Laporan Pendahuluan

Contoh Diet Pada Macam-Macam Tindakan Pembedahan

1) Diet Untuk Bedah Kantung Empedu dan Kombinasi dengan

Abdomino-Perineal 

Bedah pada kantung empedu yang dikombinasikan dengan

Abdomino-Perineal, oral feeding biasanya diberikan di awal.

Berikut adalah sebuah contoh jadwal diet yang sederhana:

Hari pertama (hari saat operasi): dipenuhi kebutuhan transfusi dan

formula infus yang cukup.

Hari kedua : ditambah sejumlah kecil cairan (teh, gelatin, dan air

jahe) tanpa susu atau jus buah.

Hari ketiga : cairan, termasuk susu skim dan jus buah boleh

diberikan. Pemberian makanan pembuluh darah melalui infus

dilanjutkan, kecuali glukosa dalam air, ditambah vitamin dapat

digantikan dengan bagian dari larutan garam.

Hari keempat : sejumlah kecil campuran cairan yang mengandung

tinggi protein boleh ditambahkan. Pada hari ini 1 liter protein

hidrolisat dapat dihilangkan dari pemberian makanan bagi

pembuluh darah.

Hari kelima : jumlah makanan boleh ditingkatkan, setidaknya 70-

100 gram. Protein harus tersedia dalam oral feeding. Pemberian

vitamin secara oral sudah bisa diberikan. Pemberian makan

pembuluh darah melalui infus dapat dihentikan.

Hari keenam : Diet makanan biasa sudah bisa diberikan kepada

pasien.

Beberapa pasien yang kantung empedunya dioperasi, mungkin

lebih merasa nyaman dengan diet rendah lemak untuk beberapa

minggu atau bahkan beberapa bulan setelah operasi..

2) Diet pacsa-operasi anus/dubur

Pemberian makan biasanya dilakukan dalam waktu 24 jam atau

sesegera mingkin, tergantung pada ansietas yang telah diatur.

Pengaturan pasca operasi beragam. Beberapa pembedahan lebih

suka memberi diet rendah serat, dengan sisa terbatas untuk

mengurangi pergerakan isi perut. Hal ini yang diperbolehkan diet

Page 23: Laporan Pendahuluan

normal dan menambah defekasi yang dibantu dengan minyak

mineral.penggunaan jangka panjang minyak mineral dapat

mengurangi karena mengganggu penyerapan beberapa mineral dan

vitamin.

3) Diet pasca-operasi umum

Diet telah ditentukan untuk pasien yang mempunyai riwayat bedah

tulang atau gigi, atau yang telah mengalami kecelakaan kecil, dapat

diberi lebih dulu program diet yang lebih cepat dibandingkan

dengan program diet pasca-operasi gastrointestinal. Secara

bertahap, pasien dapat mengkonsumsi diet berupa cairan penuh

pada hari kedua setelah operasi, diet makanan lunak pada hari

ketiga, dan diet makanan biasa pada hari ke empat. Kondisi pasien

menentukan diet yang akan di konsumsi. Yang perlu diperhatikan

adalah diet tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan kalori dan

protein. Vitamin secara bertahap diberikan sebagai suplemen.

4) Diet Pasca Operasi Mulut dan atau Esofagus

Setelah operasi mulut atau esofagus, pemberian makanan secara

parenteral yang biasanya diberikan pada pasien di awal, dengan

pemberian makan dengan menggunakan tabung. Sejak pasien

tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu yang cukup lama, yang

paling utama adalah formula diet yang akan diberikan harus

memenuhi kebutuhan semua zat gizi. Kebutuhan cairan dapat

dipenuhi secara oral, jenisnya dapat diperoleh dengan

mengencerkan makanan padat, seperti kentang, daging cincang,

sayuran dan buah dengan cara diblender atau disaring dan

ditambahkan cairan.

5) Diet Pasca Patah Tulang dan Trauma Lainnya

Pasien yang patah tulang memerlukan peningkatan

pemecahan protein dalam pemberian asupan gizi yang baik bagi

individu, yang dapat diperburuk kondisinya hingga menjadi tidak

dapat bergerak, hanya mampu beraktivitas di atas kasur saja.

Kehilangan protein (kehilangan nitrogen) dibarengi dengan

kehilangan kalium, fosfor dan sulfur. Perkembangan osteoporosis

Page 24: Laporan Pendahuluan

bertepatan dengan kehilangan kalsium yang dapat menyebabkan si

penderita tidak dapat bergerak.

Pengaturan diet patah tulang: Protein, kalori dan semua zat

gizi yang dibutuhkan diperoleh dalam jumlah bebas. Dibutuhkan

sekitar 50 gram protein ditambah 3000 kalori kalori non protein.

Pemindahan cairan dan elektrolit juga dibutuhkan. Jika pasien tidak

mampu makan tetapi membutuhkan sejumlah makanan yang tinggi

protein dan tinggi kalori, maka minuman bisa diberikan diantara

waktu makan.

Penyembuhan patah tulang yang kurang baik ketika jaringan

telah habis. Protein bebas dalam diet menyokong kalsium dalam

tulang dan membentuk tulang yang baik.

2. ,

3. L

4. K;

5. L

6. K

7.

Page 25: Laporan Pendahuluan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyuluhan pre operasi didefinisikan sebagai tindakan suportif dan pendidikan

yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam meningkatkan

kesehatannya sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Penyuluhan pada pasien

yang akan dilakukan tindakan pembedahan diberikan dangan tujuan meningkatkan

kemampuan adaptasi pasien dalam menjalani rangkaian prosedur pembedahan

sehingga klien diharapkan lebih kooperatif, berpartisipasi dalam perawatan post

operasi, dan mengurangi resiko komplikasi post operasi

Persiapan pasien di unit perawatan: persiapan fisik, pemeriksaan penunjang,

pemeriksaan status anastesi, dan informed consent. Berbagai persiapan fisik yang

harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain: Status kesehatan fisik

secara umum, Status Nutrisi, Keseimbangan cairan dan elektrolit, Kebersihan

lambung dan kolon, Pencukuran daerah operasi, Personal Hygine, Pengosongan

kandung kemih, Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung

tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap

pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi.

Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses

persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh

terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial

maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres

fisiologis maupun psikologis.

Pendidikan/penyuluhan kesehatan post op: latihan post operasi, Latihan Nafas

Dalam, Latihan Batuk Efektif, Latihan Gerak Sendi, pemahaman tentang nutrisi.

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah

operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu

beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Latihan batuk efektif

juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan

anstesi general. Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan

setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan  bisa

turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar. Diet

pasca operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani

Page 26: Laporan Pendahuluan

pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam

pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

B. Saran

Peran perawat sebagai pendidik untuk merubah perilaku pasien dalam pencapaian

tujuan, yaitu dengan memberikan penyuluhan pre operasi pasien yang dapat

mengadopsi berbagi strategi guna peningkatan kemampuan adaptasi pasien post

operasi sehingga kemandirian segera tercapai dan dapat mempersingkat hari

perawatan. Oleh karena itu, perawat hendaknya dapat menjadi media dan sumber

informasi bagi pasien khususnya yang akan menjalani operasi/tindakan pembedahan.

Page 27: Laporan Pendahuluan

DAFTAR PUSTAKA

Beyer, Dudes. 1997. The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2 nd. Biston: Brown Co.

Carpenito, Linda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Kperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Dini, Kasdu. 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa Swara.

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses Menghadapi Operasi.

Yogyakarta: Sahabat Setia.

Mochtar, Rustam. 1992. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 1982. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia.

Roper, N., Logan, W.W., Tierney, A.J. 1996. The Elements Of Nursing: A Model For Nursing

Based On A Modelfor Living. (4th Edn). London: Churchill Livingstone.

Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta.

Yogyakarta: Tidak dipublikasikan.

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 1.

Jakarta: EGC.

Susan J. Garrison, 2004. Dasar-dasar Terapi dan Latihan Fisik. Jakarata : Hypocrates.

Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK. Surabaya: Airlangga

University Press.