LAPORAN PENDAHULUAN
Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN KOLELITIASIS
RUANG A2 RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Disusun oleh:
Dhania Oxiana Irawan G2B009054
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
1
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN KOLELITIASIS
A. Pengertian
Kolelitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat batu empedu di
dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki ukuran, bentuk, dan
komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis bisa terdapat dalam kandung empedu
(cholecystolithiasis) atau dalam duktus choledochus (choledocholithiasis).
Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun
terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko, yaitu: obesitas, usia
lanjut, diet tinggi lemak, dan genetik. Nama lain dari kolelitiasis yaitu batu
empedu, gallstones, atau biliary calculus. (Brunner & Suddart, 2001)
B. Etiologi
Penyebab pasti dari kolelitiasis atau batu empedu belum diketahui secara
pasti. Namun, terdapat satu teori yang menyatakan bahwa kolesterol dapat
menyebabkan supersaturasi empedu dikandung empedu. Setelah beberapa
lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi menjadi mengkristal dan
memulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu
pigmen tersusun oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika bilirubin bebas
berkombinasi dengan kalsium (Williams, 2003).
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam
pembentukan batu, melalui peningkatan dikuamasi sel dan pembentukan
mucus. Mucus meningkatkan viskositas dan unsure seluler dan bekteri dapat
berperan sebagai pusat presipitasi. Akan tetapi ifeksi lebih sering menjadi
akibat dari pembentukan batu empedu daripada sebab pembentukan batu
empedu. (Smeltzer, 2002)
Beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita
kolelitiasis antra lain:
B.1. Jenis Kelamin Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena
kolelitiasis dibandingkandengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon
esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh
2
kandung empedu. Kehamilan, yangmenigkatkan kadar esterogen juga
meningkatkan resiko terkena kolelitiasis.
B.2. Usia Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung
untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
B.3. Berat badan (BMI)
Orang dengan berat badan tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar
kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi
garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung
empedu.
B.4. Makanan rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti
setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur
kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi
kandung empedu.
B.5. Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih
besar dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga.
B.6. Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu
lebih sedikit berkontraksi.
B.7. Penyakit usus halus
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn
disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
B.8. Nutrisi intravena jangka lama
Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/nutrisi yang
melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi
meningkat dalam kandung empedu.
3
C. Patofisiologi (Pathway)
Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang terutama tersusun dari pigmen
dan batuyang terutama tersusun dari kolesterol.
Hal ini sesuai dengan pembagian dari TetsuoMaki tahun 1995 sebagai berikut:
C.1. Batu Kolesterol, dimana paling sedikit 50 % adalah kolesterol.
Pembentukan batu Kolesterol melalui tiga fase:
a. Fase I
Supersaturasi bahan-bahan yang tidak larut dalam air seperti,
kolesterol, phospolipid (lecithin) dan garam empedu. Ketiga zat ini
dalam perbandingan tertentu membentuk micelle yang mudah larut.
Di dalam kandung empedu ketiganya dikonsentrasikan menjadi lima
sampai tujuh kali lipat. Pelarutan kolesterol tergantung dari rasio
kolesterol terhadap lecithin dang aram empedu, dalam keadaan
normal antara 1 : 20 sampai 1 : 30. Pada keadaan supersaturasi
dimana kolesterol akan relatif tinggi rasio ini bisamencapai 1 : 13.
Pada rasio seperti ini kolesterol akan mengendap.
b. Fase II atau Fase Pembentukan Inti Batu
Inti batu yang terjadi pada fase II ini bersifat homogen atau
heterogen. Inti batu heterogen bisa berasal dari garam empedu,
calcium bilirubinat atau sel-selyang lepas pada peradangan. Inti batu
yang homogen berasal dari kristalkolesterol sendiri yang mengendap
karena perubahan rasio dengan asam empedu.
c. Fase III atau Fase Pertumbuhan Batu Menjadi Besar
Untuk menjadi batu, inti batu yang sudah terbentuk harus cukup
waktu untuk bisa berkembang menjadi besar. Pada keadaan normal
dimana kontraksi kandung empedu cukup kuat dan sirkulasi empedu
normal, inti batu yang sudah terbentuk akan dipompa keluar ke
dalam usus halus. Bila kontraksi kandung empedu lemah, kristal
kolesterol yang terjadi akibat supersaturasi akan melekat pada inti
batu tersebut. Hal ini mudah terjadi pada penderita Diabetes
Mellitus, kehamilan, pada pemberian total parental nutrisi yang
lama, setelah operasi trunkal vagotomi, karena pada keadaan tersebut
4
kontraksi kandung empedu kurang baik. Sekresi mucus yang
berlebihan dari mukosa kandung empedu akan mengikat Kristal
kolesterol dan sukar dipompa keluar.
C.2. Batu Bilirubin/Batu Pigmen
Pembentukan batu bilirubin terdiri dari 2 fase:
a. Fase I atau Saturasi Bilirubin
Pada keadaan non infeksi, saturasi bilirubin terjadi karena
pemecahan eritrosit yang berlebihan, misalnya pada malaria dan
penyakit Sicklecell. Pada keadaan infeksi saturasi bilirubin terjadi
karena konversi bilirubin terkinjugasi menjadi bilirubin tak
terkonjugasi yang sukar larut. Konversi terjadi karena adanya enzim
b glukuronidase yang dihasilkan oleh Escherichia Coli. Pada
keadaan normal cairan empedu mengandung glokaro 1,4 lakton yang
menghambat kerja glukuronidase.
b. Fase II atau Fase Pembentukan Inti Batu
Pembentukan inti batu selain oleh garam-garam calcium dan sel, bisa
juga oleh bakteri, bagian dari parasit dan telur cacing. Tatsuo Maki
melaporkan bahwa 55 % batu pigmen dengan inti telur atau bagian
badan dari cacing ascaris lumbricoides. Sedangkan Tung dari
Vietnam mendapatkan 70 % inti batu adalah dari cacing tambang.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang timbul ketika seseorang menderita kolelitiasis menurut
Brunner & Suddart (2001), antara lain:
D.1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Bila batu empedu bergerak, dapat menyumbat duktus biliaris komunis.
Obstruksi ini menimbulkan nyeri kolik dan menghalangi empedu untuk
keluar. (Tambayong, Jan. 2000). Pasien akan menderita panas dan
mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami
kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang
menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai
mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam
5
porsi besar. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi
kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat
tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus
kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah
kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkannyeri tekan
yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan
inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.
D.2. Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi
dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning.
Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal pada kulit.
D.3. Perubahan warna urine dan feses.
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akanmembuat urine berwarna
sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu aka
tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay-colored”
D.4. Defisiensi vitamin
Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsivitamin
A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat
memperlihatkangejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier
berlangsung lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan
darah yang normal.(Smeltzer, 2002)
D.5. Regurgitasi gas: flatus dan sendawa
D.6. Abses, nekrosis dan perforasi dengan peritonitis dapat terjaid jika batu
empedu terus menyumbat saluran empedu.
E. Pengkajian
E.1. Pengkajian
E.1.1. Biodata klien
E.1.2. Keadaan Umum
E.1.3. Riwayat kesehatan yang lalu
6
a. Jenis infeksi sering diderita
b. Umur kronologis pasien
E.1.4. Riwayat kesehatan sekarang
E.1.5. Pengkajian Fungsional
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan
Tanda: Gelisah
b. Sirkulasi
Tanda: Takikardia, berkeringat
c. Eliminasi
Gejala: Perubahan warna urine dan feses
Tanda: Distensi abdomen. Teraba masa pada kuadran kanan
atas.Urine gelap, pekat. Feses berwarna tanah liat, steatorea.
d. Makanan/Cairan
Gejala: Anoreksia, mual/muntah. Tidak toleraran terhadap
lemak dan makanan “pembentukan gas”regurgitasi berulang,
nyeri epigastrium, tidak dapat makan, latus,dispepsia.
Tanda: Kegemukan, adanya penurunan berat badan.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar kepunggung
atau bahukanan. Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan
makan. Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30
menit.
Tanda: Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan
atas ditekan: tanda murphy positif.
f. Pernapasan Tanda: Peningkatan frekuensi pernapasan.
Pernapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangakal.
g. Keamanan
Tanda: Demam, menggigil.Ikterik, dengan kulit berkeringat dan
gtal (Pruiritus). Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin
K).
h. Penyuluhan/Pembelajaran
7
Gejala: Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu.
Adanya kehamilan/melahirkan; riwayat DM, penyakit
inflamasiusus, diskrasias darah. Pertimbangan: DRG
menunjukan rerata lama dirawat: 3,4 hari. Rencana pemulangan:
Memerlukan dukungan dalam perubahandiet/penurunan berat
badan.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penderita kolelitiasis, antara lain:
F.1. USG (Ultrasonography)
Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai
prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan cepatdan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi
hati dan ikterus. Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien
terpajan radiasi inisasi.Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling
akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung
empedunya berada dalam keadandistensi. Penggunaan ultra sound
berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali.
Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandungempedu atau
duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.
F.2. Radiografi: Kolesistografi
Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan
mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian,
memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya.
Oralkolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver
tidak dapat menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang
mengalami obstruksi.(Smeltzer, 2002)
F.3. Sonogram
Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah
dindingkandung empedu telah menebal.(Williams, 2003)
F.4. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi)
8
Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang
hanya dapat dilihat pada saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi
insersi endoskop serat optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga
mencapai duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukan ke
dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan
kontras disuntikan kedalam duktus tersebut untuk menentukan
keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta evaluasi
percabangan bilier.(Smeltzer, 2002)
F.5. Pemeriksaan darah
a. Kenaikan serum kolesterol
b. Kenaikan fosfolipid
c. Penurunan ester kolesterol
d. Kenaikan protrombin serum time
e. Kenaikan bilirubin total, transaminase
f. Penurunan urobilirubin
g. Peningkatan sel darah putih
h. Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di
duktusutama
G. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
G.1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme
duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
G.2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan (mual, muntah, drainase selang yang berlebihan)
G.3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk ingesti dan absorbsi makanan
G.4. Kurang pengetahuan: penyakit, prosedur perawatan b.d. Kurangnya
informasi
G.5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
9
H. Intervensi Keperawatan
H.1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme
duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
Intervensi Keperawatan:
a. Observasi dan catet lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri
(menetap, hilang timbul, kolik). Membantu membedakan penyebab
nyeri dan memberikan informasitentang kemajuan/perbaikan
penyakit, terjadinya komplikasi dan keefiktifanintervensi.
b. Catat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bial nyeri
hilang.R/ Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat
menunjukkanterjadinya komplikasi atau kebutuhan terhadap
intervensi lebih lanjut.
c. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang
nyaman.R/ Tirah baring pada posisi fowler rendah menunjukkan
tekananintraabdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang
menghilangkannyeri secara alamiah.
d. Control suhu lingkungan.
e. Dorong menggunakan tekhnik relaksasi, contoh bimbingan
imajinasi,visualisasi, latihan napas dalam.berikan aktifatas senggang.
f. Meningkatkan istirahat,memusatkan kembali perhatian,
meningkatkankoping.
H.2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan (mual, muntah, drainase selang yang berlebihan)
Intervensi Keperawatan:
a. Pertahankan masalah haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang
darimasukan, peningkatan berat berat jenis urine. Kaji membram
mukosa/kulit,nadi perifer dan pengisian kapiler.
b. Awasi tanda/gejala peningkatan berlanjutnya mual/muntah, kram
abdomen, kelemahan, kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur,
parestesiahipoaktif atau takadanya bising usus, defresi pernafasan.
c. Hindarkan dari lingkungan yang berbau
d. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut; berikan minyak
10
e. Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan melakukan tekanan pada
bekassuntikan lebih lama dari biasanya.
f. Kaji perdarahan yang tak biasanya, contoh perdarahan terus menerus
padasisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, petikie,
hematemesis /melena.
H.3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk ingesti dan absorbsi makanan.
Intervensi Keperawatan:
a. Kaji distensi abdomen, sering berdahak, berhati-hati, menolak
bergerak.
b. Perkirakan atau hitung pemasukan kalori. Jaga komentar tentang
nafsu makansampai minimal.
c. Timbang sesuai indikasi.
d. Konsul tentang kesukaan/ketidaksukaan pasien, makanan yang
menyebabkandistres, dan jadwal makan yang disukai.
e. Berikan suasana menyanangkan pada saat makan, hilangkan
rangsangan berbau.
f. Berikan kebersihan oral sebelum makan.
g. Tawarkan minuman seduhan saat makan, bila toleran.
h. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai g.7. Berikan penilaian
tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
H.4. Kurang pengetahuan: penyakit, prosedur perawatan b.d. Kurangnya
informasi
Intervensi Keperawatan:
a. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
c. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
d. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
11
e. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
f. Hindari harapan yang kosong
g. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
h. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
i. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
j. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second
view dengan cara yang tepat atau diindikasikan
k. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang
tepat
H.5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Intervensi Keperawatan:
a. Tenangkan klien.
b. Jelaskan seluruh prosedur pada klien/keluarga dan perasaan yang
mungkin muncul padasaat melakukan tindakan.
c. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.
d. Sediakan aktivitas untuk mengurangi kecemasan.
I. Daftar Pustaka
Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC.
Mofat, David & Omar. 2004. At Glance Anatomi. Jakarta: Erlangga
Sabiston. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 8. Jakarta:
EGC
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Williams, Hoopper. 2003. Understanding Medical Surgical Nursing.
Philadelphia: Davis Company
12