LAPORAN PENDAHULUAN

46
LAPORAN PENDAHULUAN MALARIA I. LANDASAN TEORI MEDIS A. PENGERTIAN MEDIS Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).. Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125). Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1). Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000). B. ETIOLOGI Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu: a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga). b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam). 1

description

Laporan pendahuluan

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUANMALARIA

I. LANDASAN TEORI MEDIS

A. PENGERTIAN MEDISMalaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan

oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406)..

Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).

Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).

B. ETIOLOGI

Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu:

a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).

b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).

c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari empat).

d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).

1

C. PATOFISIOLOGI / PATOGENESIS

Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:

a. Fase seksual

Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163).

Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001, hal. 409).

b. Fase Aseksual

Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.

2

Patogenesis malaria ada 2 cara yaitu:

1. Alami, misalnya gigitan nyamuk ke tubuh manusia2. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia

melalui tranfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfekasi (kongenital)

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :

a. Demam

Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik.

Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :

1) Periode dingin.

Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

2) Periode panas.

Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.

3) Periode berkeringat.

Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah,

3

temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.

b. Splenomegali

Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

c. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk, Hal. 411).

d. Ikterus Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :

1) Ikterus hemolitik

Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan

2) Ikterus hepatoseluler

Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.

3) Ikterus Obstruktif

Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, ha

4

E. PENEGAK DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan mikroskopis malaria

Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.

b. Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).

1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periodedemam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.

2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.

3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.

4) Identifikasi spesies plasmodium

5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.

c. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)

Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang

5

dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.

d . Pemeriksaan imunoserologis

Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim immunoassay.

e. Pemeriksan Biomolekuler

Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.

F. KOMPLIKASI

Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit malaria adalah :

a. Malaria otak

Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.

b. Anemia berat

Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.

d. Edema paru

Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

6

G. PROGNOSIS

a. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan pengobatan.

b. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.

c. Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada kegagalan 2 fungsi organ

H. PENATAKLAKSANAAN

Obat anti malaria terdiridari 5 jenis, antara lain :1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit pra eritrosit yaitu proguanil primetamin2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit yaitu primakuin3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina, klorokuin, amodiakuin. 4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual, primakuin adalah gametosid yang ampuh

bagi keempat spesies. Gametosid untuk P. Vivax, P. Malariae, P. Ovale adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin.

5. Sporontozid mencegah gametosid dalam darah umtuk membentuk Ookista dan sporozoid dalam nyamuk anophelles yaitu primakuin dan proguanil.

I. PENGOBATAN PADA ANAK-ANAK Umumnya anak-anak lebih tahan terhadap kina tetapi pemberian klorokuin perlu dilakukan secara hati-hati. Pada pasien dalam keadaan koma dan muntah hebat pengobatan interal harus segera diberikan meskipun pemberian obat peroral lebih aman pada anak-anak.

Obat yang dapat diberikan adalah : 1. Kina

Cara pemberian : Infuse : 5-10 mg/kg BB dalam 20-30 mm garam fisiologis diberikan selama 2-4 jam

bila perlu diulang setelah 6-12 jam sampai maksimal 20 mg/kg BB/ 24 jam Intramuskuler : cara pemberian sama dengan orang dewasa dosis tunggal maksimal

15 mg/kg BB.2. Klorokuin

Cara pemberian : Intravena : dosis pertama 5 mg/kg BB dalam larutan isotonis 20 ml, disuntikan

selama 10-15 menit bila perlu dapat diulang setelah 6-8 jam. Suntikan sebaiknya diberikan separuh dosis terlebih dahulu dan sisanya diberikan selama 1-2 jam kemudian.

Infuse : 7 mg basa/kg BB diberikan secara tetes terus-menerus dalam 24 jam

7

Intramuskular : 5 mg basa/kg BB dengan dosis total tidak lebih dari 10 mg/kg BB/24 jam. Sebaiknya dosis suntikan di bagi 2 dan masing-masing diberikan dengan perbedaan waktu 1-2 jam. Tidak diberikan pada bayi dan anak kecil karena dapat menimbulkan kejang-kejang epiletik yang fatal atau gangguan susunan saraf pusat yang menetap.

Untuk menghindari muntah, klorokuin dapat dicampur dengan gula atau madu, pasien perlu diamati selama 30 menit dan bila muintah pengobatan diulang kembali.

3. Sulfadoksin / PirimetaminPasien infeksi falciparum di daerah resisten dan bila muntah diberikan suntikan fansidar.

Dosis pemberian fansidar :

Golongan umur(tahun)

Dosis intramuskular / infuse tetesLambat (dalam ml)

0-4 0,5 – 1,55-8 1,5 – 29-14 2-3

J. PENCEGAHAN

Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan cara :

a. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu berinsektisida.

b. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).c. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.d. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.e. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.f. Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.g. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.h. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta

genangan air.i. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) pada

genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.j. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang

pantai.

8

ALUR PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM’’MALARIA’’

Demam

Reaksi tubuh untuk Melepaskan panas

Rangsangan pada Hipothalamus

peningkatan Evaporasi

Gigitan nyamuk anopheles betina

Plasmodium vivax

Ke dalam sel darah merah

Reaksi imun menurun

Proses inflamasi

Distensi gaster

Mual,muntah

Anoreksia

ras teraktivasi

jam tidur terganggu

pecahnya eritrosit

terjadi kerusakan HB

daya ikat O2 menurun

kekurangan suplai O2 dalam jaringan

gangguan pola nafas

perubahan status kesehatan

stresor meningkat

beban psikologis meningkat

Perubahana nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

cemas

Peningkatan suhu tubuh

(hipertermia)

Devisit volume cairan dan elektrolit

Perubahan Pola Istirahat Dan Tidur

9

II. KONSEP KEPERAWATAN

1. Dasar data pengkajian

a. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum

Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

b. Sirkulasi

Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.

c. Eliminasi

Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine

Tanda : Distensi abdomen

d. Makanan dan cairan

Gejala : Anoreksia mual dan muntah

Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.

e. Neuro sensori

Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.

Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.

f. Pernapasan.

Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan

Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

g. Penyuluhan/ pembelajaranGejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol.

10

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL1) Peningkatan suhu tubuh b/d infeksi virus plasmodium vivax.

Defenisi : keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan suhu tubuh lebih dari 37 ºC (100 ºF) per oral atau 38,8 ºC(101 ºF) per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal. Tujuan : agar tidak terjadi peningkatan suhuKriteria hasil :

1. Suhu lebih tinggi dari 37,8 ºC (100 ºF) per oral atau 38,8 ºC(101 ºF) per rektal2. Kulit kemerahan3. Hangat pada sentuhan4. Peningkatan frekuensi pernapasan5. Takikardia6. Menggigil7. Dehidrasi8. Kehilangan nafsu makan.

No. Intervensi Rasional

1.

2.

3.

4.

5.

Berikan pasien kompres hangat .

Anjurkan orang tua pasien untuk menggunakan anaknya pakaian yang tipis.

Ukur TTV

Hindarkan suhu dingin

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi :a. Antipiretik (Paracetamol puyer) 3x1 b. Antibiotik (Cefotaxim) 3x300 mg/8 jam IVc. Anti malaria (kloroquin) 150 mg/kg BB

9. kompres hangat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan dapat merangsang hypothalamus untuk mempertahankan suhu tubuh.

10. pakaian yang tipis memungkinkan sirkulasi yang cukup.

11. untuk menentukan keefektifan intervensi keperawatan.

12. perasaan menggigil dapat menambah tekanan metabolisme tubuh.

13. Paracetamol untuk membantu menurunkan panas.Cefotaxim untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.Kloroquin untuk memusnahkan plasmodium vivax.

11

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake makanan yang tidak adekuat.Defenisi : kondisi ini dialami oleh individu yang tidak mengalami puasa atau beresiko mengalami penurunan BB yang berhubungan dengan tidak cukupnya masukan atau metabolisme nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

Tujuan : o menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan BB mencapai tujuan.

o Bebas dari tanda malnutrisi.

Kriteria hasil :1. Kurang nafsu makan2. Penurunan berat badan3. Kelemahan4. BB 10 %-20 % di bawah normal5. Penurunan transferin atau kapasitas pengikat zat besi.

No. Intervensi Rasional

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Observasi pola dan kebiasaan makan dan minum dari pasien.

Berikan makanan dalam keadaan hangat.

Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.

Anjurkan kepada orang tua pasien untuk menjaga kebersihan mulut anak. Timbang BB

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian therapi diet

1. untuk mengetahui pola dan kebiasaan makan dan minum dari pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

2. makanan yang hangat dapat meningkatkan selera makan dari pasien.

3. buruknya toleransi terhadap makanan yang banyak mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.

4. mencegah panas dan mulut kering dan meningkatkan nafsu makan pasien.

5. untuk mengetahui peningkatan BB dan perkembangan pasien.

6. Pemberian diet yang tepat dapat membantu proses penyembuhan.

12

3) Perubahan pola istirahat dan tidur b/d peningkatan suhu tubuh.Defenisi : suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang di inginkan.

Tujuan : o Istirahat dan tidur tidak terganggu.

o Istirahat dengan nyaman.

Kriteria hasil :1. Kesulitan jatuh2. Tetap tertidu3. Lelah4. Agitasi5. Mengantuk sepanjang hari

No. Intervensi Rasional

1.

2.

3.

4.

5.

Kaji pola istirahat tidur pasien.

Bersihkan tempat tidur pasien.

Ciptakan lingkungan yang tenang.

Anjurkan salah satu anggota keluarga khususnya ibu untuk menemani pasien pada saat istirahat.

Batasi pengunjung.

1. untuk mengetahui pola dan kebiasaan tidur pasien.

2. agar pasien dapat tidur dengan nyaman.

3. agar pasien dapat beristirahat dengan baik.

4. untuk menjaga ketenangan dan mengurangi ketakutan dari pasien.

5. pengunjung yang banyak akan menyebabkan pasien tidak dapat beristirahat dengan tenang.

13

4) Kekurangan cairan dan elektrolit b/d intake output yang berlebihan. Defenisi : keadaan dimana seseorang yang tidak makan dan minum per oral mempunyai resiko terjadinya dehidrasi vaskuler, interstisial atau intraseluler.

Tujuan :o Mempertahankan volume cairan yang adekuat.

o Keseimbangan masukan dan pengeluaran cairan.

Kriteria hasil :1. Ketidakcukupan masukan cairan per oral.2. Tidak adanya keseimbangan antara asupan dan haluaran.3. Membran mukosa kering.4. BB kurang.5. Menurunnya haluaran urine atau haluaran urine berlebihan.6. Sering berkemih7. Turgor kulit menurun.8. Haus

No. Intervensi Rasional

1.

2.

3.

4.

Kaji TTV

Awasi masukan dan pengeluaran cairan setiap harinya.

Pantau suhu

Evaluasi turgor kulit, dan status membran mukosa.

1. Dapat menunjukan respons terhadap efek kehilangan cairan.

2. Untuk mengetahui keseimbangan cairan yang ada pada dalam tubuh.

3. demam rendah umum terjadi selama 24-48 jam pertama dan dapat menambah kehilangan cairan.

4. memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.

14

5) Cemas b/d krisis situasiDefenisi : suatu keadaan dimana individu/ kelompok mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespons terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik.

Tujuan : o Menunujukan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis.

o Memulai perubahan gaya hidup yang dilakukan.

o Ikut serta dalam program pengobatan.

Krateria hasil :1. Ketakutan2. Gugup3. Tidak berdaya4. Kehilangan percaya diri5. Marah6. Menangis7. Cenderung menyalahkan orang lain.

No. Intervensi Rasional

1.

2.

3.

Beri informasi mengenai terapi obat-obatan efek samping dan pentingnya ketaatan program.

diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat/ seimbang.

Dorong periode istirahat adekuat.

1. meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam menyembuhkan dan mengurangi resiko kekambuhan.

2. perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.

3. mencegah kepenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan.

15

ASUHAN KEPERAWATANPADA ANAK D.H DENGAN ”MALARIA”

DI RUMAH SAKIT SUMBER HIDUP AMBON

A. Pengkajian Data1. Tgl/ jam pengkajian : 18-08-2010 (Jam : 09:00 WIT)2. Tgl/ jam masuk RS : 18-08-2010 (Jam : 03:00 WIT)3. Ruang/ Kelas : Anak / Kelas III C4. No Register/RM : 12 18 875. Dx Medis : Malaria

I. Data Biografi a. Identitas klien

Nama : a/ D.HNama Panggilan : a/ D

Tgl Lahir/ Umur : 5 juli 2009 / 1 tahunJenis kelamin : Laki-LakiAgama : Kristen Prosestan Suku/ bangsa : Maluku/ IndonesiaPendidikan :Bahasa yang digunakan :

b. Identitas orang tua Ibu AyahNama : Ny,V Tn. SUsia : 32 Tahun 29 TahunPendidikan : SMA SMAPekerjaan : PNS TNI ADAgama : Kristen Protestan Kristen ProtestanSuku/ Bangsa : Maluku/ Indonesia Maluku/IndonesiaAlamat Rumah : OSM OSMSumber biaya : Ayah dan ibu

II. Riwayat kesehatan sekaranga. Keluhan utama masuk rumah sakit : Panasb. Keluhan utama saat pengkajian : Panasc. Keluhan yang menyertai : sering Menggigil, muntah ± 2x.

III. Riwayat kesehatan utamaa. Faktor pencetus : Infeksi plasmodium vivaxb. Sifat keluhan : Hilang timbulc. Lokasi penyebaran : Seluruh tubuhd. Hal-hal yang memberatkan : Saat pasien terbangun/demame. Hal-hal yang meringankan : Saat pasien minum obat dan istirahat/tidur

16

f. Catatan Kronologis

Pada tanggal 18-08-2010 tepat,pukul 02:45 WIT Pasien mulai panas tinggi, menggigil dan gemetar karena panasnya tidak turun-turun dan pasien masih menggigil maka orang tua pasien membawa pasien ke RSSH Ambon, tibah di UGD pada pukul 03:00 WIT diukur suhu tubuh 40°C kemudian diperiksa oleh dokter jaga dan diberi terapi :

- IVFD KaEn3b 20tts/m (mikro)- Inj. Cefotaxime 2x250 mg/iv- Sanmol drops 3x0,6 cc- Cloroquin 2,2,1 (plv) (hari I 75 mg,hari II 75 mg dan hari ke III 37 ½ mg

IV. Riwayat kesehatan masa lalu

1. Riwayat kelahiran dan kehamilan

ANTENATALKesehatan Ibu pada waktu hamil Ya Tidak

a. Hipermisis gravidarumb. Pendarahan pervaginac. Anemia d. Penyakit infeksi e. Preeklamsia/eklamsiaf. Gangguan kesehatan

VVVVVV

2. Pemeriksaan kehamilana) Teratur : Teratur (9 kali)b) Diperiksa oleh : Tenaga kesehatan (Bidan)c) Tempat pemeriksaan : Puskesmasd) Hasil pemeriksaan : Baik/ Letak normale) Imunisasi TT : Pernah 1 kali pada kehamilan 8 bulan

3. Riwayat pengobatan selama kehamilan1. Vitamin penambah darah

Masa Natal1. Usia kehamilan : 9 bulan (36 minggu)2. Cara persalinan : Normal/Spontan 3. Ditolong oleh : Bidan (Di rumah)4. Keadaan bayi saat lahir :

a. BB : 3000 grmb. PB : 50 cm

17

Neonatal 1. Catatan kongenital

a) Iktrus : Tidak ada iktrusb) Kejang : Tidak ada kejangc) Paralisis : Tidak ada paralisisd) Pendarahan : Tidak ada pendarahane) Trauma persalinan : Tidak ada trauma persalinanf) Penurunan BB : Tidak ada penurunan BBg) Pemberian minuman ASI/pasi : ASI di berikan 30 menit setelah lahir sampi dengan umur 4 bulan

2. Riwayat pertumbuhan dan perkembanganBerdasarkan keterangan dari ibu pasien pada saat anak berusia 2-3 bulan

anak suda bisa bermain dengan benda-benda yang di gantung di sekitarnya dan selalu merasa tertarik pada benda-benda yang warnanya mencolek serta dapat tengkurap dan mengangkat kepalanya setinggi kurang lebuh 90o dan pada saat usia 4-5 bulan anaknya suda dapat merangkak,pada usia 6-7 bulan anaknya sudah bisa duduk namun masih harus di papa oleh kedua orang tuanya ,sudah mengenal bapak dan ibunya serta orang terdekat dengannya namun merasa takut dengan orang yang belum di kenal/yang merasa asin baginya dan selalu mengekspresikannya dengan menangis pada saat usia 1 tahun manak dapat berdiri sendiri dan bisa berjalan dengan di papah /di bantu oleh orang tua,pada usia ini pasien suda bisa menggenggam dot nya sendiri tanpa jatuh serta dapat menyebut beberapa nama dari anggota keluarga seperti papa,mama,dan kaka.

3. Penyakit-penyakit yang pernah diderita : Batuk, pilek4. Pernah rawat di RS : Pasien belum pernah dirawat di RS

sebelumnya5. Riwayat penggunaan obat : Ibu pasien memberikan obat batuk

Neofreminik dan obat puyer untuk obat panas6. Tindakan (mis : Operasi ) : Pasien belum pernah operasi7. Alergi : Tidak ada alergi8. Kecelakaan : Pasien belum pernah kecelakaan

d. Riwayat ImunisasiNo. Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah Imunisasi

18

1.2.3.4.5.

BCG 1xDPT 3xPolio 4xHepatitis B 3xCampak 1x

2 bulan3-5 bulan1-4 bulan3-5 bulan9 bulan

PanasBaikBaikBaikPanas

V. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram 3 Generasi

B. H&S H&S

H&S

Keterangan :

: Laki-Laki

:Perempuan

:Ikatan Persaudaraan

:Ikatan perkawinan

:Tinggal serumah

:Pasien

X :Meninggal

? :Tidak di ketahui penyebab kematiannya

X X X X

2128 X XX 1731

13

19

H & S :Hidup & sehat

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien a. Resiko bahaya kecelakaan

o Rumah : Rumahnya dekat dengan jalan

o Lingkungan rumah : Bersih

b. Polusi : Tidak ada polusic. Tempat bermain : Rumah dan sekitarnya

I. Pengkajian Fisika. Penampilan umum

1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis2. keadaan umum : lemah3. Antropometri :

BB : 7,5 kg BBI : 10,5 kg (mengalami kekurangna BB 3 kg) TB : 75 cm

4. status gizi : sedang (71,43%)5. TTV

Suhu : 39 ºC Nadi : 125 x/m Pernafasan : 40 x/m

b. Kepala1. bentuk : Simetris2. hydrochephalus : Tidak ada

c. Wajah1. bentuk : Simetris2. oedema : Tidak ada oedem

d. Mata1. bentuk : simetris2. konjungtiva : pucat3. gerakan bola mata : baik4. kornea : baik5. sklera : tidak icterus6. lingkaran hitam : ada lingkaran hitam di bawah mata

e. Mulut 1. bibir : kering2. gigi : 8 buah3. lidah : tidak ada kelainan.

f. Telinga1. daun telinga : baik2. bentuk : simetris3. tes pendengaran : pendengaran baik

20

g. Leher1. bentuk : simetris2. kelenjar limfe : tidak ada pembesaran3. kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran 4. arteri karotis : teraba jelah5. vena jugularis : tidak ada pembesaran

h. Dada1. bentuk : simetris2. pembengkakan : tidak ada pembengkakan3. bunyi nafas : vesikuler4. batuk : tidak batuk 5. sputum : tidak ada sptum6. sesak nafas : tidak ada sesak7. Pernafasan : 40 x/m

i. Abdomen1. bentuk : simetris2. nyeri tekan/ lepas : tidak ada3. pembesaran hepar : tidak ada pmbesaran. 4. pembesaran ginjal : tidak ada pembesaran.

j. Ekstremitas atas dan bawah1. kekuatan menggenggam : baik2. terpasang IVFD pada ekstremitas kanan atas

k. Genitalia1. perempuan : simetris2. labia, bentuk : normal (menonojol)3. lesi : tidak ada lesi4. menstruasi : belum menstruasi

l. Anus1. paten ; ada paten2. hemoroid : tidak ada hemoroid3. lesi : tidak ada lsi4. kelainaan : tidak ada kelainan.

m. Kulit1. Warna : sesuai ras2. Suhu : hangat3. Luka : tidak ada luka4. Lesi : tidak ada lesi

n. Kuku1. warna : normal2. bentuk : simetris

21

II. Pola kebiasaan Sehari-hariNo Pola aktivitas sehari-hari Sebelum sakit Saat sakit1.

2.

3.

Pola nutrisia. ASI Lama pemberian

b. Susu buatan Lama pemberian Waktu pemberian Adakah kesulitan intake dalam sehari Keluhan

c. Makanan padat Kapan mulai diberikan

d. Pola makan dan minum Frekuensi makanan Jenis makanan Jumlah makanan yang dihabiskan Makanan yang disenangi Alergi makanan Kebiasaan makan Keluhan

e. Minum Frekuensi minum Penggunaan alat minum

Pola tidur Waktu tidur siang Waktu tidur malam Kebiasaan menjelang tidur

Keluhan

Yadari 0 bln sampai sekarang

tidak diberikan--Tidak adaTidak ada

yasaat berusia 6 bln

3x seharinasi, sayur, ikan1 porsikerupukTidak adaDisuapiTidak ada

± 3 botol/hariBotol susu dot ukuran 250 cc

± 6-7 jam± 9-10 jamMenetek sambil memegangi kaki sebelah kiri.Tidak ada

Yamasih diberikan

tidak diberikan--Tidak adaTidak ada

yamasih diberikan

3x sehariBubur, sayur, telur3-4 sendok yang dihabiskan-Tidak adaDisuapiMuntah ± 2 x,kurang nafsu makan

± 3 botol/hari (750 cc)Botol susu dot ukuran 250 cc

± 2-3 jam± 4-5 jamMenetek sambil memegangi kaki sebelah kiri.

Sering terbangun karena Panas dan rewel.

22

4.

5.

Pola bermain Hobby

Pola kebersihan diriMandi Frekuensi

Sabun Berpakaian

Cuci rambut Keluhan

Pola eliminasiBAB Frekuensi Warna Bau Konsistensi Keluhan

BAK Frekuensi Warna Bau Keluhan Kebiasaan mengompol

Bermain boneka

2x/hari

cussonsGanti baju ± 2 kali dibantu oleh orang tua2x hariTidak ada

± 1x/hariKuningkhasLunakTidak ada

4x sehariKuningPesingTidak adaYa

-

± 1x/hari (dilap di atas tempat tidurcussonsdibantu oleh orang tua

--

± 1x/hariKuningKhasLunakTidak ada

4x sehariKuningPesingTidak adaYa

III. Keadaan Psikologisa. Keadaan emosi : Anaknya sering menangisb. Pola adaptasi : Baikc. Karakter/ sifat : Periang/ mudah tertawa

IV. Keadaan sosiala. Interaksi dalam keluarga : Baikb. Hubungan yang paling dekat adalah orang tuac. Lingkungan keluarga baik dalam perhatian pada pasien.

V. Aspek spirituala. Agama : Kristen prosestan b. Kegiatan keagamaan : Belum ada c. Keyakinan : Orang tua yakin dengan pertolongan Tuhan dan para

medis

23

VI. Pemeriksaan penunjang (Tgl 18-08-2010)

Pemeriksaan LabHasil Nilai normal

a. DDR Malaria P.vivax (+)b. HB : 10 g/dlc. Leukosit : 12.000 mm3d. LED : 30 mm/jam

12,0-16,0 gr %4,500-10,000/mm3

15 mm / 1jam. 25mm / 2 jam

VII. Penatalaksanaana. therpay cairan :

o IVFD KaEn3b 20tts/m (mikro)

b. therpay obat :o Inj. Cefotaxime 2x250 mg/iv

o Syrp. sanmol drops 3x0,6cc

o Cloroquin 2,2,1 (plv)

c. therpay diet :o Diet rendah protein

VIII. KLASIFIKASI DATA

Data Subyektif

Ibu pasien mengatakan :o Anaknya panas

o Anaknya sering menggigil

o Anaknya muntah ± 2x

o Kurang nafsu makan

o Anaknya sering terbangun dari tidur karena panas dan rewel

o Tidur siang ± 3-4 jam

o Tidur malam ± 4-5 jam

Data obyektif

o Pasien tam pak menggigil

o Suhu : 39 ºC

o Nadi : 125 x/m

24

o Pernafasan : 40 x/m

o Leukosit : 12.000 mm3

o LED : 30 mm/jam

o DDR malaria P.vivax (+)

o Pasien muntah ± 2x

o Ku lemah

o BB : 7,5 kg

o Konjungtiva pucat

o Bibir kering

o status gizi : sedang (71,43%)

o Jumlah makan yang dihabiskan 3-4 sendok

o Ada lingkaran hitam di bawah mata

o Tidur siang ± 2-3 jam

o Tidur malam ± 4-5 jam

IX. ANALISA DATANo Data Etiologi Masalah1.

2.

DS : ibu pasien mengatakan :o Anaknya panas

o Anaknya sering menggigil

DO :o Pasien tampak menggigil

o Suhu : 39 ºC

o Nadi : 125 x/m

o Pernafasan : 40 x/m

o Leukosit : 12.000 mm3

o LED : 30 mm/jam

o DDR malaria P.vivax (+)

DS : Ibu pasien mengatakan :o Anaknya muntah ± 2x

o Kurang nafsu makan

DO :o Pasien muntah ± 2x

o Ku lemah

o BB : 7,5 kg

o Konjungtiva pucat

o Bibir kering

o status gizi: sedang (71,43%)

Infeksi virus plasmodium

Intake makanan yang tidak adekuat

Peningkatan suhu tubuh

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

25

3.

o Jumlah makan yang

dihabiskan 3-4 sendok

DS : Ibu paasien mengatakan :o Anaknya sering terbangun

dari tidur karena panas dan rewel

o Tidur siang ± 2-3 jam

o Tidur malam ± 4-5 jam

DO :o Ada lingkaran hitam di

bawah matao Tidur siang ± 2-3 jam

o Tidur malam ± 4-5 jam

Peningkatan suhu tubuh

Perubahan pola istirahat dan tidur

C. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH

1. Peningkatan suhu tubuh b/d infeksi virus plasmodium yang ditandai dengan :DS : ibu pasien mengatakan :o Anaknya panas

o Anaknya sering menggigil

DO :o Pasien tampak menggigil

o Suhu : 39 ºC

o Nadi : 125 x/m

o Pernafasan : 40 x/m

o Leukosit : 12.000 mm3

o LED : 30 mm/jam

o DDR malaria P.vivax (+)

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake makanan yang tidak adekuat yang ditandai dengan :DS : Ibu pasien mengatakan :o Anaknya muntah ± 2x

o Kurang nafsu makan

DO :

26

o Pasien muntah ± 2x

o Ku lemah

o BB : 7,5 kg

o Konjungtiva pucat

o Bibir kering

o status gizi: sedang (71,43%)

o Jumlah makan yang dihabiskan 3-4 sendok

3. Perubahan pola istirahat dan tidur b/d peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan :DS : Ibu paasien mengatakan :o Anaknya sering terbangun dari tidur karena panas dan rewel

o Tidur siang ± 2-3 jam

o Tidur malam ± 4-5 jam

DO :o Ada lingkaran hitam di bawah mata

o Tidur siang ± 2-3 jam

o Tidur malam ± 4-5 jam

PERIORITAS MASALAH

1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermia) b/d infeksi virus plasmodium2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake makanan yang tidak adekuat3. Perubahan pola istirahat dan tidur b/d peningkatan suhu tubuh (hipertermia)

27

D. NCP (NURSING CARE PLAN)Nama Pasien : a/DJenis Kelamin : Laki-lakiUmur : 1 Tahun

Ruangan :Anak Dx : Malaria

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional1. Peningkatan suhu tubuh b/d

infeksi virus plasmodium yang ditandai dengan:DS : ibu pasien mengatakan :o Anaknya panas

o Anaknya sering

menggigiloDO :o Pasien tampak menggigil

o Suhu : 39 ºC

o Nadi : 125 x/m

o Pernafasan : 40 x/m

o Leukosit : 12.000 mm3

o LED : 30 mm/jam

o DDR malaria P.vivax (+)

Suhu tubuh kembali normal dengan kriteria :- Anaknya tidak lagi

panas- Sudah tidak lagi

menggigil dan gemetar

- Suhu tubuh kembali normal 36,2ºC-37,5 º C

1. Beri pasien kompres hangat

2. Anjurkan orang tua pasien untuk menggunakan anaknya pakaian yang tipis.

3. Ukur TTV

4. Hindarkan suhu dingin

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi :

o IVFD KaEn 3b 20 tts/mnt

o Antipiretik (sanmol drops) 3x0,6cc

(20.30, 04.30 dan 12.30 wit)o Anti malaria(kloroquin) hari ke-II

1x2 plv (20.30 wit)o Antibiotik (Cefotaxim) 2x250 mg/8

jam IV (20.50, 04.50 dan 12.50 wit)

a. Kompres hangat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan dapat merangsang hypothalamus untuk mempertahankan suhu tubuh

b. Pakaian yang tipis memungkinkan sirkulasi yang cukup.

c. untuk menentukan keefektifan intervensi keperawatan.

d. perasaan menggigil dapat menambah tekanan metabolisme tubuh.

o Pemberian cairan yang tepat dapat

membantu proses penurunan panaso Paracetamol untuk membantu

menurunkan panas.

o Kloroquin untuk memusnahkan

plasmodium vivax.o Cefotaxim untuk mencegah terjadinya

infeksi sekunder.

28

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional2. Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan b/d intake makanan yang tidak adekuat yang ditandai dengan :DS : Ibu pasien mengatakan :o Anaknya muntah ± 2x

o Kurang nafsu makan

DO :o Pasien muntah ± 2x

o Ku lemah

o BB : 7,5 kg

o Konjungtiva pucat

o Bibir kering

o status gizi: sedang

(71,43%)o Jumlah makan yang

dihabiskan 3-4 sendok

Nutrisi terpenuhi dengan kriteria :

- Nafsu makan bertambah

- Tidak lagi muntah- Porsi makan

dihabiskan- KU membaik- Tidak lagi lemas- BB bertambah

1. Observasi pola dan kebiasaan makan dan minum dari pasien.

2. Berikan makanan dalam keadaan hangat.

3. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

4. Anjurkan kepada orang tua pasien untuk menjaga kebersihan mulut anak.

5. Timbang BB

6. kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian therapy diet

a. untuk mengetahui pola dan kebiasaan makan dan minum dari pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

b. makanan yang hangat dapat meningkatkan selera makan dari pasien.

c. buruknya toleransi terhadap makanan yang banyak mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen

d. mencegah panas dan mulut kering dan meningkatkan nafsu makan pasien

e. untuk mengetahui peningkatan BB dan perkembangan pasien.

f. Pemberian diet yang tepat membantu proses penyembuhan

3. Perubahan pola istirahat dan tidur b/d peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan :DS : Ibu paasien mengatakan:o Anaknya sering terbangun

dari tidur karena panas dan rewel

Istirahat dan tidur terpenuhi dengan kriteria :- Konjungtiva tidak lagi

pucat- Tidak ada lagi

lingkaran hitam di sekitar mata

1. Kaji pola istirahat tidur pasien.

2. Bersihkan tempat tidur pasien. 3. Ciptakan lingkungan yang tenang

4. Anjurkan salah satu anggota keluarga

a. untuk mengetahui pola dan kebiasaan tidur pasien.

b. agar pasien dapat tidur dengan nyaman

c. agar pasien dapat beristirahat dengan baik.

d. untuk menjaga ketenangan dan

29

o Tidur siang ± 2-3 jam

o Tidur malam ± 4-5 jam

DO :o Ada lingkaran hitam di

bawah matao Tidur siang ± 2-3 jam

o Tidur malam ± 4-5 jam

- Pasien dapat tidur dengan nyenyak

- Pasien tidak lagi rewel

- Tidak lagi sering terbangun karena berkeringat

khususnya ibu untuk menemani pasien pada saat istirahat.

5. Batasi pengunjung.

mengurangi ketakutan dari pasien.

e. pengunjung yang banyak akan menyebabkan pasien tidak dapat beristirahat dengan tenang.

30

D. IMPLEMENTASI & EVALUASI

Nama pasien : a/DJenis kelamin : Laki-lakiUmur : 1 Tahun

Ruangan :Anak Dx : Malaria

Implementasi Evaluasi

Rabu :18-08-2010Pukul :(19.15 wit)

1. Melakukan kompres hangat pada dahi selama 5 menitHasil : Panas mulai menurun

Pukul. 09.30 wit2. memberikan penjelasan kepada orang tua pasien untuk memakaikan pasien pakaian yang tipisHasil : Ibu pasien melaksanakan apa yang perawat katakan

Pukul. 09.55 wit3. Mengukur TTVHasil :

o Suhu : 39 ºC

o Nadi : 125 x/m

o Pernafasan : 30 x/m

Pukul. 10.00 wit4. Memberikan penjelasan kepada orang tua pasien untuk menghindari suhu dingin dari anak dengan cara mematikan kipas angin, mencegah agar anaknya tidak menggigil.Hasil :o Orang tua pasien dan keluarga mengerti

tentang penjelasan dari perawato Anak tidak menggigil

Pukul. 10.30 wit5.Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan dan therapi

Kamis : 19-08-2010Pukul : 10.00 wit

S : Ibu pasien mengatakan :- Panasnya mulai turun- Anaknya tidak lagi menggigil

O :- Suhu 37,8º C- Nadi : 120 x/m- Pernafasan : 30 x/m- Anaknya tampak tidak menggigil- KU mulai membaik

A : masalah sebagian teratasi

P :Intervensi 1.Beri pasien kompres hangat 3. Ukur TTV5. lanjutkan pemberian terapiDilanjutkan.

31

obat (obat panas, anti malaria dan antibiotik)Therapi cairan yang diberikan yaitu IVFD KaEn3b 20 tts/mntObat telah diberikano Sanmol drops 0,6cc (20.30 wit)

o kloroquin 2 plv (20.40 wit)

o Cefotaxim 50 mg/ IV (20.50 wit)

Hasil :o Suhu 37,8ºC

o Panas turun

Implementasi Evaluasi

Kamis , 19-08-2010Pukul . 13.20 WIT

1. Melakukan observasi pola dan kebiasaan makan dan minum dari pasienHasil : Pasien disuapi oleh IbunyaPukul. 13.30 wit2. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat Hasil : Pasien mau makan makanan yang telah disajikan oleh perawat

Pukul. 13.45 wit3. Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi seringHasil :Pukul 13.47 pasien makan 3 sendok, kemudian pada pukul 19.49 pasien makan 2 sendok lagi

Pukul. 14.00 wit4. Menganjurkan kepada orang tua pasien untuk menjaga kebersihan mulut anak dengan cara membersihkan mulut anak setelah makan Hasil : Orang tua pasien dan keluarga mengikuti anjuran dari perawat

Jumat , 20-08-2010Pukul ; 10.00 WIT

S : Ibu pasien mengatakan :- Nafsu makan bertambah- Tidak lagi muntah

O :- Porsi makan yang dihabiskan 5

sendok- Pasien tidak muntah lagi

A : Masalah sebagian teratasi

P :Intervensi :1. Observasi pola dan kebiasaan makan dan

minum dari pasien.2. Berikan makanan dalam keadaan

hangat. 3. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi

sering4. Anjurkan kepada orang tua pasien untuk

menjaga kebersihan mulut anak. 5. Timbang BBDilanjutkan

32

Pukul. 14.10 wit5. kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian therapy dietHasil :Diat yang diberikan yaitu diet formula (rendah protein)

Implementasi Evaluasi

Jumat , 20-08-2010Pukul ,12.00 WIT

1. Mengkaji pola istirahat dan tidur pasienHasil : Ibu pasien mengatakan anaknya sering terbangun

Pukul. 12.15 wit2. Menciptakan lingkungan yang tenang seperti :o Membersihkan ruangan dengan

menggunakan pengharum lantaio Menganjurkan keluarga untuk

mengurangi suara-suara berisik atau

Sabtu , 21-08-2010Pukul ; 08 .00 WIT

S : Ibu pasien mengatakan :- Anaknya masih sering terbangun pada

malam hari- Anaknya masih rewel

O :- Konjungtiva masih pucat- Keluarga pasien dapat mengerti

tentang apa yang telah dijelaskan oleh perawat

33

ngobrol terlalu besar pada saat istirahat dan tidur

Hasil :Ruangan lebih nyaman Keluarga dapat mengurangi suara pada saat ngobrol.

Pukul. 12.30 wit3. Menganjurkan kepada orang tua khususnya Ibu untuk selalu menemani anaknya pada saat beristirahat untuk mengurangi ketakutan Hasil :Ibu pasien selalu menemani anaknya pada setiap waktu

Pukul. 12.45 wit4. Membatasi pengunjung Hasil : Pengunjung yang datang hanya 2 orang

A : Masalah sebagian teratasi

P :Intervensi :2. Kaji pola istirahat tidur pasien. 3. Ciptakan lingkungan yang tenang5. Batasi pengunjung.Dilanjutkan

34