LAPORAN PENDAHULUAN

9
LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM (FEBRIS CONFULSIV) Disusun Oleh: NURUL KHOMARIYAH EKA PUTRI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 20!

description

anak

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUANKEJANG DEMAM (FEBRIS CONFULSIV)

Disusun Oleh:NURUL KHOMARIYAH EKA PUTRI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG2014

LAPORAN PENDAHULUANDEMAM KEJANG (FEBRIS CONFULSIV)A. PengertianKejang demam atau febris convulsion adalah bangkitan kejang yang terjkadi pada saat kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 380C) yang disebabkan oleh proses ektra kranium (Ngastiyah, 2002).Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi.Suhu badan tinggi ini karena kelainan ektrakranial.

B. EtiologiBelum diketahui, faktor pencetus antara lain :1) Kenaikan suhu tubuh mendadak2) Diduga ada faktor keturunan3) Respon alergik atau keadaan umum abnormal oleh infeksi4) Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

C. Menifestasi Klinis1. Kejang parsial (fokal, lokal)a. Kejang parsial sederhana :Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini:1) Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama.2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.b. Kejang parsial kompleks1) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecapngecapkan bibir, mngunyah, gerakan menongkel yang berulangulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku2. Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)a. Kejang absens : Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik. Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuhb. Kejang mioklonikKedutankedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak. Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki. Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok.Kehilangan kesadaran hanya sesaat.

3. Kejang tonik klonikDiawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit.Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih. Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah. Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal4. Kejang atonikHilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk, atau jatuh ke tanah. Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

D. Patofisiologi

Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.

E. Pathways keperawatan

F. Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan MedikDalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu di kajikan1) Memberantas kejang secepatnya mungkin2) Obat pilihan adalah diazepam yang diberikan secara intravena3) Diare paru : dosis : BB 10 kg : 0,5 0,7 mg/kg BB Iv BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV Usia 5 tahun : 0,3 5 mg/kg BB IV Diazepam Supp : BB 10 kg : 5 mg BB10 kg : 10mg

2. Pengobatan penunjang1) Perawatan Semua pakaian dibuka Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lembut Bebaskan jalan nafas Penghisap lender teratur dan beri O22) Pengobatan rumatana. Propilaksis Intermitas: Mencegah terulangnya kejang demam Diazepam paroid atau rectal Campuran anti piretik dan konvuleanb. Profilaksi jangka panjangc. Obat yang sering digunakan : Fenobarbital Sodium valpoat atau asam valpoat Femitiond. Mencari dan mengobati penyebab

G. Pemeriksaan penunjang 1. Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh menjadi pradiposisi pada aktivitas kejang2. Sel darah merah (SDM) : Anemia aplastik mungkin sebagai akibat dari terapi obat3. Fungsi lambal : Untuk mendeteksi tekanan abnormal dari cairan secara brospinal, tanda-tanda infeksi, perdarahan4. Foto ronsen kepala untuk mengidentifikasi adanya fraktur5. EEG (Elektro enspalgram) : daerah serebal yang tidak berfungsi6. MRI : Neulokalisasi7. CT scan : Mengidentifikasi lokasi serebal, infrak, hematom, tumor, abses, dll (Dongoes, Marilyn E, Hal 262)

H. Proses keperawatan1. Pengkajian1) Identitas klien 2) Aktivitas atau Istirahat Keletihan, kelemahan umum Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain3) Sirkulasi Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan4) Intergritas Ego Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya Perubahan dalam berhubungan5) EliminasiInkontinensia epirodik6) Makanan atau cairanSensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang7) Neurosensori Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis8) Kenyamanan Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal9) Pernafasan Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan sekresi mulus Fase posektal : Apnea10) Keamanan Riwayat terjatuh Adanya alergi11) Interaksi Sosial Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya Perubahan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh

2. Pemeriksaan Fisik1) Aktivitasa. Perubahan tonus otot atau kekuatan ototb. Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot2) Integritas EgoPelebaran rentang respon emosional3) Eliminasia. Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinterb. Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia4) Makanan atau cairana. Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)b. Hyperplasia ginginal5) Neurosensori (karakteristik kejang)a. Fase prodomal :Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada fase area.b. Kejang umum Tonik klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau mental dan anesia Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan

c. Kejang parsialJaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsifd. Kenyamanan Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati Perubahan pada tonus otot Tingkah laku distraksi atau gelisahe. Keamanan Trauma pada jaringan lunak Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh

I. Rencana Asuhan KeperawataN1. Risiko tinggi hipertermia berhubungan dengan proses infeksiTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi aktualdengan kriteria hasil :a. Suhu dalam batas normal (36 37oC)b. RR : < 40 x/mntc. N : 60-120 x/mntIntervensi :a. Observasi adanya faktor-faktor yang memperberat risiko hipertermiab. Cegah terjadinya risiko peningkatan tubuhc. Observasi TTVR: Peningkatan suhu tubuh diawasid. Pendidikan kesehatan kompres dinginR: Merangsang saraf di hipotalamus untuk menghentukan panas tubuh dan memberikan rasa nyamane. Anjurkan memakai pakaian yang tipisR : Dapat membantu menyerap keringatf. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Ferris 2,5 cc/hariR : Efek obat diharapkan dapat menurunkan panas

2. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan hantaran neuron pada otakTujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi actual dengan kriteria hasil: a. Tidak terjadi kejangb. Tidak terjadi cedera saat kejangIntervensi :a. Anjurkan orang tua untuk memberikan pengaman pada sisi tempat tidur pasienR: Mencegah terjadinya cidera saat kejangb. Anjurkan orang tua untuk membersihkan saliva yang keluar dari mulutR: Mencegah terjadinya aspirasic. Anjurkan keluarga untuk memberikan benda yang lunak untuk digigit saat kejangR: Mencegah tergigitnya lidah saat kejangd. Anjurkan orang tua memantau tanda-tanda kejangR: Mengantisipasi penanganan kejange. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Depaken tabR: Efek obat diharapkan dapat mencegah kejang

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuhTujuan : Pasien dapat menunjukkan volume cairan stabil dengan kriteria hasil :a. Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran, BB stabil, TTV dalam rentang normal. b. Tidak ada peningkatan suhu tubuh.Intervensi dan rasional :a. Observasi TTVR: Untuk mengetahui perkembangan pasienb. Monitor tanda-tanda kekurangan cairanR: Memantau terjadinya dehidrasic. Catat intake dan output pasienR :Untuk mengetahui keseimbangan masuk dan keluarnya makanand. Monitor dan catat BBR: Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisie. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IVR: Memenuhi cairan atau nutrisi yang belum adekuatnya masukan oral

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz. A. (2001).Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV.Sagung Seto.

Carpenito, Lynda Juall. (2001).Diagnosa Keperawatan.Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilyn E.(2001). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :Media Aesculapius FKUI. Edisi III.

Price dan Wilson. (2003).Patofisiologi. Jilid 2. Terjemahan : Peter Anugrah. Jakarta : EGC.