laporan pendahuluan

30
LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI Disusun oleh : NUR AULIA RIZKY SAPUTRI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

description

laporan pendahuluan

Transcript of laporan pendahuluan

LAPORAN PENDAHULUANKELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Disusun oleh :NUR AULIA RIZKY SAPUTRI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG2014

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hipertensi menurut Joint National Committee (JNC), High Blood Pressure adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan di klasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal sampai hipertensi maligna (Doenges, 2002). Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolnya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolnya > 90 mmHg. (Smeltzer, 2002). Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelahstroke dantuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur diIndonesia. Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam - diam. Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Dengan kondisi tersebut diharapkan adanya peran serta perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan dalam meminimalkan prevalensi hipertensi, khususnya di lingkungan masyarakat. Perawat selaku konselor dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen atau perawatan hipertensi sebagai salah satu tindakan preventif dan promosi kesehatan, sehingga tidak terjadi komplikasi lebih jauh. Selain itu, perawat juga diharapkan dapat berperan aktif memberikan pendampingan di lingkungan masyarakat sehingga dapat memantau secara langsung tentang insidensi dari penyakit hipertensi. Selaku tenaga kesehatan di klinik atau rumah sakit, perawat tentunya diharapkan mampu melakukan proses keperawatan pada klien hipertensi, baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan dokter rumah sakit. Berdasarkan uraian diatas, maka salah satu implementasi untuk hipertensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan hipertensi menurut penelitian Kungfu Pro Patria UGM (2011) adalah dengan senam Taichi, yaitu senam yang diyakini bisa mengurangi kadar gula darah, kolesterol, asam urat, tekanan darah tinggi, rematik, wasir, dan migrain.B. Tujuan UmumMampu memahami konsep penyakit hipertensi dalam lingkup perawatan keluarga secara tepat.C. Tujuan Khusus1. Mampu memahami pengertian hipertensi2. Mampu memahami penyebab hipertensi3. Mampu memahami patofisiologi hipertensi4. Mampu memahami tanda dan gejala hipertensi5. Mampu memahami penatalaksanaan hipertensi6. Mampu memahami implementasi keperawatan keluarga dengan hipertensi

BAB IIKONSEP DASAR KESEHATAN KELUARGA

A. Pengertian Hipertensi adalah ditetapkannya tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastolnya di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Hipertensi menurut Joint National Committee (JNC), High Blood Pressure adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan di klasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal sampai hipertensi maligna (Jong, 2007). Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolnya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolnya > 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Menurut Long (2006) Hipertensi adalah batas tekanan darah yang masih di anggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai Hipertensi.KategoriSistolikDiastolik

NormalPre-hipertensi Tekanan Darah Tinggi Tingkat 1Tingkat 2< 120120139

140159160 atau lebihDanAtau

AtauAtau< 808089

9099100 atau lebih

(JNC 7, 2008)

B. EtiologiPenyebab dari hipertensi dibagi menjadi 2 golongan : 1. Hipertensi Essensial / Hipertensi Primer. Terdapat sekitar 95% kasus hipertensi yang menyebabkan belum diketahui secara pasti/idiopatik. Tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain :a. GenetikKecenderungan seseorang untuk menderita hipertensi dapat terjadi bila dalam keluarganya ada hipertensi karena dapat diturunkan secara genetik. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.b. UsiaPerubahan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya renggang pembuluh darah. Konsekuensi, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer. Akibat dari vasokontriksi pembuluh darah mengakibatkan perifer meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.c. Jenis kelaminPria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada wanita. Hipertensi berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihn berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.

d. ObesitasKarena adanya endapan lemak pada dinding pembuluh darah yang akan mengakibatkan peningkatan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.e. Pola makanSecara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh (Jong, 2007). Asupan garam berlebih juga dapat diperoleh dari bahan pelengkap yang mengandung natrium pada berbagai bumbu penyedap, saus, atau kecap. Selain itu, natrium berkadar tinggi ditemukan pada makanan olahan yang mengandung pengawet,makanan instan ataupun makanan kalengan, daging olahan, jajanan, dan sebagainya. Berdasarkan buku pedoman tatalaksana penyakit kardiovaskular di Indonesia tahun 2003 disarankan asupan garam kurang dari 6 gram/hari ekuivalen dengan 110 mmol natrium (2400 mg/hari). Konsumsi minuman kopi pun diduga akan meningkatkan epinefrin (adrenalin) yang berdampak terhadap meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah akibat kafein.f. MerokokRokok meninggikan tekanan darah karena kandungan nikotin yang dapat menyebabkan vasokonstriksi, namunhanya untuk sementara waktu. Peningkatan tersebut tidak bertahan lama dan rokok tidak dapat dipersalahkan sebagai penyebab tingginya tekanan darah pada setiap orang yang mengidap hipertensi. Akan tetapi rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung sudah dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat menjadi faktor yang dapat memperberat keadaan hipertensi.g. Kurang OlahragaOlahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah maka akan memudahkan terjadinya hipertensi.h. Stres EmosionalHubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivasi syaraf simpatik yang akan meningkatkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Meskipun dapat dikatakan bahwa stres emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu yang singkat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan menghilangnya penyebab stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat permanen, maka seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stres menjadi suatu resiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan darah karena ada pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-menerus dirangsang.i. Konsumsi alkoholOrang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit (long, 2006). Pengaruh alkohol terhadap tekanan darah telah dibuktikan meskipun mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 3 gelas ukuran standar setiap harinya (DepkesRI, 2006).2. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Renal Terdapat sekitar 3 % kasus hipertensi, penyebab spesifikasinya telah diketahui. Hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. (Mansjoer, 2005).C. Manifestasi Klinik Salah satu tanda dan gejala yang ditemukan pada hipertensi adalah peningkatan tekanan darah. Selain itu gejala yang sering muncul antara lain : 1. Sakit kepala 2. Epitaksis 3. Cepat marah 4. Tinnitus 5. Sukar tidur 6. Rasa berat di tengkuk / leher 7. Mata berkunang-kunang 8. Mudah lelah 9. Tekanan sistole 140 mmHg dan diastole 90 mmHg (Smeltzer, 2002)Pada tahap awal, seperti pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh :1. Peninggian takanan darah itu sendiri, seperti palpitasi, rasa melayang dan impoten.2. Penyakit jantung / hipertensi vaskuler seperti cepat capek, sesak nafas, sakit dada (iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki dan perut. Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena perdarahan retina.3. Penyakit dasar seperti hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, dan kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatan BB dengan emosi yang labil pada Sindrom Cushing. Freokomositoma dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri. .D. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut kebawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin , yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Perubahan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis atau penimbunan lemak, kalsium, komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya renggang pembuluh darah. Konsekuensi, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer. Akibat dari vase kontriksi pembuluh darah mengakibatkan perifer meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Hal ini menyebabkan kerusakan vaskuler. Kerusakan vaskuler akibat hipertensi terlihat jelas pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan vaskuler dapat berupa perubahan vaskuler retina yang dapat mengganggu fungsi penglihatan.

E. PathwayGaya hidup, pola makanStress, emosi, ketakutanUsia

Nutrisi tinggi lemakStimulasi pusat vasomotorPerubahan struktur & fungsional pemb. kapiler

Akumulasi LDL dalam pemb. darahImpuls melalui saraf simpatis

Aterosklerosis, elastisitas , relaksasi otot polos

LDL melekat pada dinding kapiler darahPelepasan asetilkolin oleh neuron pregangliaGanglia basalisKemampuan distensi pembuluh darah

Penyempitan pemb. Darah, aterosklerosisAkomodasi volume darah aorta & arteri

tahanan periferPelepasan epineprin oleh neuron pasca ganglion COP

Kontriksi pembuluh darah tahanan perifer

HIPERTENSI

Otak

Pembuluh darah Spasmus arteriolaRetina Rangsang saraf simpatisginjal

Sistemik Suplai O2 otak Resistensi pemb. darah otak

Vasokontriksi Aliran darah Kortek adrenal sekresi norepinefrinHipoksia jaringan otakTekanan pemb. darah

Afterload O2 jaringan retinaVasokonstriksi pemb. Darah ginjalMetabolisme anaerob tekanan intravaskular

Oedema serebralCOP Diplopia Vasodilatasi pembuluh darah

Stimulasi saraf simpatisaliran darah ke ginjal

Tekanan saraf viseral tekanan intrakranialGangguan fungsi penglihatan Frekuensi jantung & pernafasan (kompensasi)Pelepasan renin

Nyeri kepala Perfusi jaringanResiko injuryPembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II

Gangguan rasa nyaman : nyeriResiko terjadi stroke non hemoragikMekanisme kompensasi gagal

F. volume intravaskulermerangsang sekresi aldosteron

Perfusi jaringan Retensi natrium & air

Ketidakseimbangan kebutuhan O2

Edema

kelemahanIntoleransi aktivitasGangguan keseimbangan cairan

(Price, 2005)G. Pemeriksaan Penunjanga) Hemoglobin / hematokritDapat ditemukan hiperkoagulabilitas dan anemi yang menjadi faktor resiko.b) Laboratorium Dapat ditemukan adanya hiponatremi, hipokalemi / kalium normal / hiperkalemi pada tahap lanjut, BUN meningkat, kreatinin meningkat, urine pekat (berat jenis meningkat, alkali fosfatase meningkat, SGPT meningkat.c) GlukosaMenunjukkan adanya peningkatan glukosa darah (hiperglikemi) jika pasien mempunyai DM, dimana hal ini dapat menjadi faktor pencetus terjadinya hipertensi sebagai akibat peningkatan kadar ketokolamin.d) Kalium serumPenurunan kadar kalium serum dapat ditemukan pada kasus hipertensi dengan terapi diuretik.e) Kalsium serumHampir selalu atau dapat ditemukan adanya peningkatan kadar kalsium serum pada kasus hipertensi.f) Kolesterol dan trigliserida serumDitemukan peningkatan kadar yang dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskular).g) Kadar aldosteron urine / serumPada hipertensi primer dapat ditemukan peningkatan aldosteron.h) Asam uratDapat ditemukan hiperurisemia yang menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi.i) Foto Dada / Thorax JantungDapat ditemukan adanya obstruksi kalsifikasi pada area katup meliputi deposit pada takik aorta atau perbesaran jantung.j) CT scanPada kasus hipertensi dapat ditemukan adanya encefalopati.k) EKGDapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, dan gangguan konduksi. Pada klien hipertensi dapat menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kanan / kiri, atrium kanan / kiri.

H. Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan Keperawatan a. Diit rendah lemak. b. Diit rendah garam dapur, soda. Hindari makanan daging kambing, buah durian, minuman beralkohol.c. Lakukan olahraga secara teratur.d. Hentikan kebiasan merokok dan minum kopi. e. Menjaga kestabilan BB tapi penderita hipertensi yang disertai kegemukan.f. Menghindari stress dan menganjurkan gaya hidup yang lebih santai.g. Latihan relaksasi (Sjaifoellah, 2006). 2. Penatalaksanaan Medis a. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan causal.b. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.c. Upaya menurunkan tekanan darah dilakukan dengan mengunakan obat anti hipertensi selain dengan perubahan gaya hidup. Pasien hipertensi pasca infark jantung sangat mendapat manfaat pengobatan dengan penyekat beta, penghambat ACE atau antialdsoteron. Pasien hipertensi dengan resiko gagal jantung krononik yang tinggi mendapat manfaat dengan pengobatan diuretik, penyekat beta, dan penghambat kalsium. Pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ventrikel mendapat manfaat tinggi dengan pengobatan diuretik, penghambat, ACE/ARB, penyekat beta dan antagonis aldosteron. Bila sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prInsip pangobatannya sama dengan pengobatan gagal jantung yang lain yaitu diuretik, penghambat ACE/ARB, penghambat beta, penghambat aldosteron.I. Komplikasi1. Perdarahan retina2. Gagal jantung kongestif3. Cedera serebrovaskuler

BAB IIIASUHAN KEPERAWATANI. Pengkajian Keperawatan Anamnesea. Identitas Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa.b. Keluhan UtamaAdanya rasa pusing yang berlebih, adanya nyeri.c. Riwayat kesehatan sekarangBerisi tentang kapan terjadinya hipertensi, penyebab terjadinya hipertensi serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.d. Riwayat kesehatan dahuluAdanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita. e. Riwayat kesehatan keluargaDari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita HT atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.f. Riwayat psikososialMeliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.Pemeriksaan fisika. Status kesehatan umumMeliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda tanda vital.

b. Kepala dan leherKaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh. c. Sistem integumentTurgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.d. Sistem pernafasanAdakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.e. Sistem kardiovaskulerf. Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.g. Sistem gastrointestinalTerdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.h. Sistem urinaryPoliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.i. Sistem musculoskeletalPenyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.j. Sistem neurologisTerjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

Pengkajian Pola Fungsional1. Aktivitas/ Istirahat.a) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. b) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.2. Sirkulasia) Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.b) Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda. 3. Integritas Ego a) Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.b) Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. 4. EliminasiGejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.)5. Makanan/cairana) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic b) Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.6. Neurosensoria) Gejala: Keluhan pening /pusing, berdenyut, sakit kepala, sub oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).b) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.7. Nyeri/ ketidaknyamanGejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.8. Pernafasana) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.b) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.9. Keamanan Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

II. Diagnosa Keperawatan Keluarga (NANDA)Diagnosa yang mungkin timbul pada pasien HT :1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan pola perawatan kesehatan keluarga.2. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri. III. Intervensi keperawatanDiagnosaTujuanIntervensi

1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan pola perawatan kesehatan keluarga.

2. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri.

Tujuan UmumSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu keluarga dapat merubah pola perawatan kesehatan mengenai penyakit hipertensi.Tujuan Khusus1. Keluarga dapat memahami penjelasan/ informasi yang diberikan perawat tentang pola perawatan keluarga dengan hipertensi, seperti :Pola makan dan pola hidup sehat.2. Keluarga mampu melakukan perawatan mandiri pada keluarga dengan hipertensi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 Minggu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit untuk mencegah komplikasi dan mampu : 1. Menyebutkan komplikasi HT.2. Menyebutkan cara penanganan HT.3. Menyebutkan makanan yang tidak boleh di makan/bebas dimakan, boleh dimakan tapi dibatasi.1. Kaji pengetahuan keluarga tentang pengertian HT, penyebab HT, tanda dan gejala HT.2. Jelaskan pada keluarga tentang pengartian HT, penyebab HT, tanda dan gejala HT.3. Beri kesempatan pada keluarga untuk mengungkapkan.4. Kaji pengetahuan keluarga tentang koplikasi DM, penanganan DM, makanan yang tidak boleh dimakan/bebas dimakan dan boleh tapi dibatasi.5. Jelaskan pada keluarga tentang komplikasi HT, penanganan HT dan makanan yang tidak boleh dimakan/bebas dimakan dan boleh tapi dibatasi.6. Beri reiforcement positif

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang komplikasi HT.2. Suport keluarga untuk menjaga kesehatan diri.3. Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya menjaga kesehatan bagi keluarga hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes. Merillynn. (2002) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.Long, B.C. (2006). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni pendidikan Keperawatan Padjadjaran. Bandung: YPKAIMansjoer, A. (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapiu.Nanda. (2010). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-2011,Jakarta: EGCPrince, A Sylvia. (2005). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.Sjaifoellah, N. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Brunner and Suddarths textbook of medicalsurgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC Wim de, Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta