LAPORAN PENDAHULUAN

19
LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA MATA A. Pengertian Cedera mata adalah kerusakan jaringan mata yang disebabkan oleh mekanis maupun non mekanis. B. Menurut sebabnya, trauma mata terbagi atas: 1. Trauma tumpul atau kontusio yang dapat di sebabkan oleh benda tumpul, benturan atau ledakan di mana terjadi pemadatan udara. 2. Trauma tajam, yang mungkin perforatif mungkin juga non perforatif, dapat juga di sertai dengan adanya korpus alienum atau tidak. Korpus alienum dapat terjadi di intraokuler maupun ekstraokuler. 3. Trauma termis oleh jilatan api atau kontak dengan benda membara. 4. Trauma khemis karena kontak dengan benda yang bersifat asam atau basa. 5. Trauma listrik oleh karena listrik yang bertegangan rendah maupun yang bertegangan tinggi. 6. Trauma barometrik, misalnya pada pesawat terbang atau menyelam. 7. Trauma radiasi oleh gelombang pendek atau partikel-partikel atom (proton dan neutron). C. Tauma tumpul yang terjadi dapat mengakibatkan beberapa hal, yaitu: 1. Hematoma palpebra Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii. Penanganan: Kompres dingin 3 kali sehari. 2. Ruptura kornea Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera. 3. Ruptura membran descement Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok- kelok pada kornea, yang sebenarnya adalah lipatan membran

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUANTRAUMA MATAA. Pengertian

Cedera mata adalah kerusakan jaringan mata yang disebabkan oleh mekanis maupun non mekanis.

B. Menurut sebabnya, trauma mata terbagi atas:1. Trauma tumpul atau kontusio yang dapat di sebabkan oleh benda tumpul, benturan atau

ledakan di mana terjadi pemadatan udara.2. Trauma tajam, yang mungkin perforatif mungkin juga non perforatif, dapat juga di sertai

dengan adanya korpus alienum atau tidak. Korpus alienum dapat terjadi di intraokuler maupun ekstraokuler.

3. Trauma termis oleh jilatan api atau kontak dengan benda membara.4. Trauma khemis karena kontak dengan benda yang bersifat asam atau basa.5. Trauma listrik oleh karena listrik yang bertegangan rendah maupun yang bertegangan

tinggi.6. Trauma barometrik, misalnya pada pesawat terbang atau menyelam.7. Trauma radiasi oleh gelombang pendek atau partikel-partikel atom (proton dan neutron).

C. Tauma tumpul yang terjadi dapat mengakibatkan beberapa hal, yaitu:1. Hematoma palpebra

Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii.Penanganan:Kompres dingin 3 kali sehari.

2. Ruptura korneaKornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.

3. Ruptura membran descementDi tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit menjadi jernih kembali.Penanganan:Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan dan tetes mata kortisol.

4. HifemaPerdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius.Pembagian hifema:a. Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma.b. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.

Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan mempengaruhi visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler.Penanganan:Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang di sertai dengan glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di lakukannya parasintesis

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN

yaitu membuat insisi pada kornea dekat limbus, kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup dengan verband.Komplikasi hifema:

a. Galukoma sekunder, di sebabkan oleh adanya penyumbatan oleh darah pada sudut kamera okuli anterior.

b. Imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-lamel kornea, sehingga kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun.Penanganan terhadap imhibisi kornea:Tindakan pembedahan yaitu keratoplastik.

5. Iridoparese-iridoplegiaAdalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.Penanganan:Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.

6. IridodialisisIalah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di sebut dengan pseudopupil.Penanganan:Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.

7. IrideremiaIalah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau.

8. Subluksasio lentis- luksasio lentisLuksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila terjadi gaukoma maka perlu operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia pengobatan di lakukan secara konservatif.

9. Hemoragia pada korpus vitreumPerdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, kare na bnayak terdapat eritrosit pada korpus siliare, visus akan sangat menurun.

10. GlaukomaDi sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour.Penanganan di lakukan secara operatif.

11. Ruptura skleraMenimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif segera.

12. Ruptura retinaMenyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus di lakukan operasi.

13. AnopthalmusMerupkan pengecilan pada mata yang disebabkan oleh trauma pada mata

D. Penanganan Terhadap Cideraa. Cedera Mekanis

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN

Apabila terjadi cedera mekanik, oleh karena benda tumpul, tajam, ledakan atau benda asing, sebaiknya segera dibawa ke unit gawat darurat (UGD) terdekat, dengan mata tertutup.

Bila terasa klilipan debu / pasir penanganan di rumah dapat dirimbang (aliri / air mengalir). Bila Tidak membaik, segera bawa ke UGD

b. Cedera Non mekanis Bahan Kimia (Asam /Basa)

Sebagai langkah awal bias dilakukan irigasi sendiri dengan air mengalir. Selanjutnya Bawa ke RS dengan mata tertutup.

Cedera TermalApabiula terkena Panas Segera kompres dengan air matang dingin dengan menggunakan kapas.

Cedera Sinar lasSegera Tutup mata dan bawa Ke UGD

Cedera ElektrikJauhkan dari sumber, kompres dengan air dingin dan segera bawa ke Rumah Sakit

E. Pencegahan Trauma Mataa. Trauma tumpul akibat kecelakaan tak dapat dicegah, kecuali akibat perkelahian.b. Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadinya trauman.c. Sebaiknya setiap pekerja mengerti bahan apa yang ada di lingkungand. Pada Pekerja Las sebaiknya memakai kaca mata.e. Berkendaraan sebaiknya memakai kaca mata / helm yang ada kacanya.f. Awasi anak – anak terhadap mainan yang berbahaya terhadap mata.g. Jauhkan benda tajam : Pisau, jarum, lidi, bahan kimia. (semua yang berbahaya)h. Apabila menggunakan obat tetes mata, perhatikan betul label, tanggal kedaluwarsa dan

perubahan Warna.

Pengkajian keperawatan1. Aktivitas dan istirahat

Perubahan dalam pola aktivitas sehari-hari/ hobi di karenakan adanya penurunan daya/ kemampuan penglihatan.

2. Makan dan minumMungkin juga terjadi mual dan muntah kibat dari peningkatan tekanan intraokuler.

3. NeurosensoriAdanya distorsi penglihatan, silau bila terkena cahaya, kesulitan dalam melakukan adaptasi (dari terang ke gelap/ memfokuskan penglihatan).Pandangan kabur, halo, penggunaan kacamata tidak membantu penglihatan.Peningkatan pengeluaran air mata.

4. Nyeri dan kenyamananRasa tidak nyaman pada mata, kelelahan mata.Tiba-toba dan nyeri yang menetap di sekitar mata, nyeri kepala.

5. KeamananPenyakit mata, trauma, diabetes, tumor, kesulitan/ penglihatan menurun.

6. Pemeriksaan penunjang

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN

Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina.Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma.Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg).Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:1. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (tindakan pembedahan)

Tujuan:Tidak terjadi infeksi dengan kriteria: luka sembuh dengan cepat dan baik, tidak ada nanah, tidak ada eritema, tidak panas. Rencana:

a. Diskusikan dan ajarkan pada pasien pentingnya cuci tangan ysng bersih sebelum menyentuh mata.

b. Gunakan dan demonstrasikan tehnik yang benar tentang cara perawatan dengan kapas yang steril serta dari arah yang dalam memutar kemudian keluar.

c. Jelaskan pentingnya untuk tidak menyentuh mata/ menggosok mata.d. Diskusikan dan observasi tanda-tanda dari infeksi (merah, darinase yang purulen).e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obat antibiotik sesuai indikasi.

2. Penurunan sensori perceptual (penglihatan) berhubungan dengan adanya trauma, penggunaan alat bantu terapi.

Tujuan:Dengan penurunan penglihatan tidak mengalami perubahan/ injuri.Rencana:

a. Kaji keadaan penglihatan dari kedua mata.b. Observasi tanda-tanda dari adanya disorientasi.c. Gunakan alat yang menggunkan sedikit cahaya (mencegah terjadinya pandangan yang

kabur, iritasi mata).d. Anjurkan pada pasien untuk melakukan aktivitas yang bervariasi (mendengarkan radio,

berbincang-bincang).e. Bantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.f. Anjurkan pasien untuk mencoba melakukan kegiatan secara mandiri.

3. Kurangnya pengetahuan (perawatan) berhubungan dengan keterbatasab informasi.Tujuan:Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang memadai tentang perawatan. Rencana:

a. Jelaskan kembali tentang keadaan pasien, rencana perawatan dan prosedur tindakan yang akan di lakukan.

b. Jelaskan pada pasien agar tidak menggunakan obat tets mata secara senbarangan.c. Anjurkan pada pasien gara tidak membaca terlebih dahulu, “mengedan”, “buang ingus”,

bersin atau merokok.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN

d. Anjurkan pada pasien untuk tidur dengan meunggunakan punggung, mengtur cahaya lampu tidur.

e. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan tindakan sesuai dengan anjuran petugas.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Trauma Tumpul Mata (Hifema)

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Trauma Tumpul Mata (Hifema).  Hifema adalah darah dalam bilik mata depan sebagai akibat pecahnya pembuluh darah pada iris, akar iris dan badan silia.Tanda dan Gejala• Mata merah• Rasa sakit• Mual dan muntah karena kenaikan Tekanan Intra Okuler (TIO).• Penglihatan kabur• Penurunan visus• Infeksi konjunctiva• Pada anak-anak sering terjadi somnolenPatofisiologiTrauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali.Pemeriksaan Penunjang- Laboratorium (tes fungsi hati, prothombin, trombosit dan waktu perdarahan) - Pemeriksaan visus- Pemeriksaan lampu celah- Pemeriksaaan goneoskopi (untuk mencari pembuluh darah yang rusak dan resesif sudut)Manajemen TerapiSampai sekarang masih terdapat konsep yang berbeda tapi yang penting dalam penaganan hifema memberi pertolongan dan pengobatan secara cepat dan tepat sehingga dapat mencegah atau mengurangi komplikasi. Istirahat total selama 5 hari untuk melihat terjadinya hifema ulangan.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN

Posisi berbaring 30-45° akan menyebabkan darah berkumpul di bawah dan akan menurunkan tekanan darah sistemik sehingga mengurangi resiko hifema ulangan.Pemberian tetes mata:

1. Xicloplegi (obat parasimpatolitik).2. Medriatikum3. Miotik lebih baik dihindari karena menyebabkan inflamasi4. Tetes mata steroid untuk mengurangi rasa tidak enak akibat evitis dan untuk mencegah

terjadinya hifema ulangan.5. Pencucian bilik mata depan dianjurkan jika TIO naik lebih dari 24 jam.6. Tindakan operatif (untuk mencegah kenaikan TIO).

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Trauma Tumpul Mata (Hifema)Pengkajiana. Subjektif

Pasien mengatakan matanya terasa sakit (cekot-cekot) Pasien mengatakan penglihatannya kabur

b. Objektif

Mata merah (palpebra, sklera, conjunctiva) Peningkatan TIO Penurunan visus COA (Camera Ocula Anterior) pendarahan

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut2. Gangguan persepsi sensori: penglihatan .3. Cemas 4. PK : Peningkatan TIO5. PK:Perdarahan6. Risiko Infeksi

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKAIII.1 DefinisiUlkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma.Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel, perforasi, endoftalmitis.III.2 EtiologiPenyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan tajam penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Ulkus biasanya terbentuk akibat; infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba, selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler. Kekurangan vitamin A atau protein, mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan kornea).Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak.III.3 PatofisiologiBila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan, resiko  terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak.Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan enzim dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses inflamasi. Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi perforasi menyebabkan endoftalmitis. Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak menjadi penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian  selatan. Psaeudomonas aeruginosa paling banyak ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak.Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.  Dikenal ada 2 bentuk tukak pada kornea, yaitu sentral dan marginal/perifer.Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus.  Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi.  Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok aureus, H. influenza, dan M. lacunata.III.4 JenisIII.4.1 Ulkus Kornea SentralUlkus kornea sentral dapat disebabkan oleh pseudomonas, streptococcus, pneumonia, virus, jamur, dan alergi. Pengobatan ulkus kornea secara umum adalah dengan pemberian antibiotika yang sesuai dan sikloplegik.  Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN

secara memadai. Ulserasi supuratif sentral dahulu hanya disebabkan oleh S pneumonia. Tetapi akhir-akhir ini sebagai akibat luasnya penggunaan obat-obat sistemik dan lokal (sekurang-kurangnya di negara-negara maju), bakteri, fungi, dan virus opurtunistik cenderung lebih banyak menjadi penyebab ulkus kornea daripada S pneumonia.Ulkus kornea sentral dengan hipopionUlkus sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada epitel. Lesi terletek di sentral, jauh dari limbus vaskuler. Hipopion biasanya (tidak selalu) menyertai ulkus. Hipopion adalah pengumpulan sel-sel radang yang tampak sebagai lapis pucat di bagian bawah kamera anterior dan khas untuk ulkus sentral kornea bakteri dan fungi. Meskipun hipopion itu steril pada ulkus kornea bakteri, kecuali terjadi robekan pada membran descemet, pada ulkus fungi lesi ini mungkin mengandung unsur fungi.Ulkus Kornea BakterialisUlkus kornea yang khas biasanya terjadi pada orang dewasa yang bekerja di bidang konstruksi, industri, atau pertanian yang memungkinkan terjadinya cedera mata. Terjadinya ulkus biasanya karena benda asing yang masuk ke mata, atau karena erosi epitel kornea. Dengan adanya defek epitel, dapat terjadi ulkus kornea yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang terdapat pada konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus kornea bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang disebabkan bakteri oportunitik (misalnya Streptococcus alfa-hemolyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia, dan M fortuitum-chelonei), yang menimbulkan ulkus indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superficial.Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak memiliki ciri khas. Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya terdapat hipopion yang berukuran sedang. Kerokan memperlihatkan kokus gram (+) dalam bentuk rantai. Obat-obat yang disarankan untuk pengobatan adalah Cefazolin, Penisillin G, Vancomysin dan Ceftazidime.Ulkus kornea sentral yang disebabkan Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus alfa-hemolyticus kini lebih sering dijumpai daripada sebelumnya, banyak diantaranya pada kornea yang telah terbiasa terkena kortikosteroid topikal. Ulkusnya sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada kornea  sekitar. Ulkus ini sering superficial, dan dasar ulkus teraba padat saat dilakukan kerokan. Kerokan mengandung kokus gram (+) satu-satu, berpasangan, atau dalam bentuk rantai. Keratopati kristalina infeksiosa telah ditemukan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid topikal jangka panjang, penyebab umumnya adalah Streptococcus alfa-hemolyticus.Ulkus Kornea FungiUlkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian, kini makin banyak diantara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata. Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea kemasukan sangat banyak mikroorganisme. Mata yang belum terpengaruhi kortikosteroid masih dapat mengatasi masukkan mikroorganisme sedikit-sedikit.Ulkus kornea akibat jamur (fungi)Ulkus fungi itu indolen, dengan infiltrate kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial, dan lesi-lesi satelit (umumnya infiltrat, di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama laserasi). Lesi utama merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur dibawah lesi kornea utama, disertai dengan reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN

Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organisme oportunistik seperti Candida, Fusarium, Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium, dan lain-lain. Tidak ada ciri khas yang membedakan macam-macam ulkus fungi ini.Kerokan dari ulkus kornea fungi, kecuali yang disebabkan Candida umumnya mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus Candida umumnya mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas.Ulkus Kornea VirusA. Keratitis Herpes SimpleksKeratitis herpes simpleks ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens. Keratitis ini adalah penyebab ulkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea paling umum di Amerika. Bentuk epitelialnya adalah padanan dari herpes labialis yang memiliki ciri-ciri imunologik dan patologik sama juga perjalanan penyakitnya. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa perjalanan klinik keratitis dapat berlangsung lama karena stroma kurang vaskuler sehingga menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi. Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah respons imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler akibat virus, namun sekarang makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa infeksi virus aktif dapat timbul di dalam stroma dan mungkin juga sel-sel endotel selain di jaringan lain dalam segmen anterior seperti iris dan endotel trabekel. Kortikosteroid topikal dapat mengendalikan respons peradangan yang merusak namun memberi peluang terjadinya replikasi virus. Jadi setiap kali menggunakan kortikosteroid topikal harus ditambahkan obat anti virus.Temuan KlinisHerpes simpleks primer pada mata jarang ditemukan dan bermanifestasi sebagai blefarokonjungtivitis vesikuler kadang-kadang mengenai kornea dan umumnya terdapat pada anak-anak muda. Terapi anti virus topikal dapat dipakai untuk profilaksis agar kornea tidak terkena dan sebagai terapi untuk penyakit kornea.Gejala pertama umumnya iritasi, fotofobia dan berair-air. Bila kornea bagian pusat terkena terjadi sedikit gangguan penglihatan. Lesi paling khas adalah ulus dendritik. Ini terjadi pada epitel kornea, memiliki bulbus terminalis pada ujungnya. Ulkus geografik adalah sebentuk penyakit dendritik menahun yang lesi dendritiknya berbentuk lebih lebar. Tepian ulkus tidak kabur. Sensasi kornea menurun. Lesi epitelial kornea lain yang dapat ditimbulkan HSV adalah keratitis epitelial “blotchy”, keratitis stelata dan keratitis filamentosa.TerapiTerapi keratitis HSV hendaknya bertujuan menghentikan replikasi virus didalam kornea sambil memperkecil efek merusak respons radang.  DebridementCara efektif mengobati keratitis adalah debridement epitelial karena virus berlokasi di dalam epitel. Debridement juga mengurangi beban antigenik virus pada stroma kornea. Debridement dilakukan dengan aplikator berujung kapas khusus. Obat siklopegik seperti atropin 1% diteteskan ke dalam sakus konjungtiva dan ditutup sedikit dengan tekanan. Pasien harus diperiksa setiap hari dan diganti penutupnya sampai defek korneanya sembuh umumnya dalam 72 jam. Pengobatan tambahan dengan anti virus topikal mempercepat pemulihan epitel.  Terapi ObatAgen anti virus topikal yang dipakai pada keratitis herpes adalah idoxuridine, trifluridine, vidarabine dan acyclovir. Replikasi virus dalam pasien imunokompeten khususnya bila terbatas pada epitel kornea umumnya sembuh sendiri dan pembentukan parut minimal. Dalam hal ini

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN

penggunaan kortikosteroid topikal tidak perlu bahkan berpotensi sangat merusak. Penting sekali ditambahkan obat anti virus secukupnya untuk mengendalikan replikasi virus  Terapi BedahKeratoplasi penetrans mungkin diindikasikan untuk rehabilitasi penglihatan pasien yang mempunyai parut kornea berat namun hendaknya dilakukan beberapa bulan setelah penyakit herpes non aktif. Pasca bedah infeksi herpes rekurens dapat timbul karena trauma bedah dan kortikosteroid topikal yang diperlukan untuk mencegah penolakan transplantasi kornea. Lensa kontak lunak untuk terapi atau tarsorafi mungkin diperlukan untuk pemulihan defek epitel yang terdapat pada keratitis herpes simpleks.B. Keratitis Virus Varicella-ZosterInfeksi virus varicella-zoster (VZV) terjadi dalam dua bentuk yaitu primer (varicella) dan rekurens (zoster). Manifestasi pada mata jarang terjadi pada varicella namun sering pada zoster oftalmik. Berbeda dari keratitis HVS rekurens yang umumnya hanya mengenai epitel, keratitis VZV mengenai stroma dan uvea anterior pada awalnya. Lesi epitelnya keruh dan amorf kecuali kadang-kadang ada pseudodendritlinier yang sedikit mirip dendrit pada keratitis HSV. Kekeruhan stroma disebabkan oleh edema dan sedikit infiltrat sel yang awalnya hanya subepitel. Kehilangan sensasi kornea selalu merupakan ciri mencolok dan sering berlangsung berbulan-bulan setelah lesi kornea tampak sembuh. Acyclovir intravena dan oral telah dipakai dengan hasil baik untuk mengobati herpes zoster oftalmik. Kortikosteroidtopikal mungkin diperlukan untuk mengobati untuk mengobati keratitis berat, uveitis dan glaukoma sekunder.III.4.2 Ulkus Kornea PeriferUlkus Dan Infiltrat MarginalKebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit. Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya blefarokonjungtivitis stafilokokus. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea. Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat linier atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri umumnya setelah 7 sampai 10 hari. Terapi terhadap blefaritis umumnya dapat mengatasi masalah ini, untuk beberapa kasus diperlukan kortikosteroid topikal untuk mempersingkat perjalanan penyakit dan mengurangi gejala. Sebelum mamekai kortikosteroid perlu dibedakan keadaan ini yang dulunya dikenal sebagai ulserasi kornea catarrhal dari keratitis marginal.Ulkus MoorenPenyebab ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun. Ulkus ini termasuk ulkus marginal. Pada 60-80 kasus unilateral dan ditandai ekstravasi limbus dan kornea perifer yang sakit dan progresif dan sering berakibat kerusakan mata. Ulkus mooren paling sering terdapat pada usia tua namun agaknya tidak berhubungan dengan penyakit sistemik yang sering diderita orang tua. Ulkus ini tidak responsif terhadap antibiotik maupun kortikosteroid. Belakangan ini telah dilakukan eksisi konjungtiva limbus melalui bedah dalam usaha untuk menghilangkan substansi perangsang. Keratoplasi tektonik lamelar telah dipakai dengan hasil baik pada kasus tertentu. Terapi imunosupresif sistemik ada manfaatnya untuk penyakit yang telah lanjut.II.5 DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan diagnosis yang biasa dilakukan adalah: Ketajaman penglihatan Tes refraksi

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN

Pemeriksaan slit-lamp Keratometri (pengukuran kornea) Respon refleks pupil Goresan ulkus untuk analisis atau kultur Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensiII.6 PengobatanPengobatan pada ulkus korne bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotik dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Ulkus korne adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus tergantung kepada penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, antivirus atau anti jamur. Untuk mengurangi peradangan bisa diberikan tetes mata kortikosteroid.Yang harus diperhatikan dalam terapi ulkus kornea adalah bahwa ulkus kornea tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi sebagai inkubator, selain itu debridement juga sangat membantu dalam keberhasilan penyembuhan. Pengobatan ulkus dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tengan kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu. Pada ulkus kornea dilakukan keratoplasti atau pembedahan apabila dengan terapi medikamentosa tidak sembuh, terjadi jaringan parut yang menganggu penglihatan, penurunan visus yang menganggu pekerjaan penderita, kelainan kornea yang tidak disertai kelainan ambliopia.IV. ANALISIS KASUSSeorang perempuan berumur 32 tahun, bekerja sebagai petani karet dengan tempat tinggal di luar kota. Datang ke RSMH dengan keluhan utama nyeri pada mata kiri sejak 4 hari SMRS. Penderita juga mengeluhkan penglihatan mata kirinya semakin kabur, disertai dengan mata yang memerah.Berdasarkan keluhan utama dari penderita, yaitu adanya penurunan penglihatan disertai dengan nyeri dan mata merah, maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya ulkus kornea, keratitis, glaukoma akut, uveitis anterior, endofthalmitis, dan panofthalmitis.Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, terdapat riwayat trauma pada mata dan mata penderita yang mengalami trauma tersebut menjadi kabur, merah, nyeri, berair-air. Penderita juga mengeluh adanya bintik putih pada mata yang mengalami trauma dua hari kemudian. Diagnosa yang sangat memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus kornea dan keratitis.Kemungkinan diagnosa glaukoma akut dapat disingkirkan karena pada penderita ini tidak ada riwayat penurunan penglihatan dengan tiba-tiba dan nyeri kepala hebat yang menyertainya, ataupun keluhan adanya penglihatan pelangi atau halo ketika melihat lampu. Selain itu, glaukoma akut biasanya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.Kemungkinan uveitis anterior sebagai diagnosa utama pada pasien ini juga dapat disingkirkan karena pada penderita ini ditemukan adanya infiltrat dan gambaran tukak di kornea yang menunjukkan bahwa ini adalah bukan suatu murni uveitis anterior. Kelainan pada kornea seperti ini menunjukkan adanya suatu inflamasi dan infeksi pada kornea. Kemungkinan uveitis anterior sebagai komplikasi diagnosa utama dapat dipertimbangkan karena infeksi pada kornea dapat menyebar ke uvea anterior. Adanya hipopion pada mata kiri penderita ini menunjukkan terjadi peradangan pada uvea anterior yaitu badan silier dan iris.Kemungkinan terjadinya endofthalmitis dapat dipertimbangkan karena terdapat faktor penyebab yaitu tukak pada kornea, akan tetapi menjadikan endofthalmitis sebagai diagnosa utama dan pasti tidak dapat dilakukan karena segmen posterior tidak dapat dinilai. Selain itu, biasanya endofthalmitis ditandai dengan demam.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN

Kemungkinan diagnosa panofthalmitis juga dapat disingkirkan karena pada penderita ini tidak ditemukan gejala-gejala panothalmitis seperti nyeri pada pergerakan bola mata, bola mata yang menonjol (eksoftalmos), dan penderita yang kelihatan sakit, menggigil, demam, ataupun sakit kepala berat. Selain itu, diagnosa pasti panofthalmitis tidak dapat ditegakkan karena segmen posterior tidak dapat dinilai.Diagnosa yang sangat memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus kornea dan keratitis. Diagnosa keratitis dapat disingkirkan karena pada penderita ini bukan hanya terdapat infiltrasi sel radang pada kornea yang ditandai oleh kekeruhan pada kornea akan tetapi terdapat juga gambaran tukak pada kornea.Diagnosa ulkus kornea ini dapat ditegakkan karena ditemukan adanya penurunan visus disertai dengan mata yang merah, silau, berair, dan adanya secret. Adanya riwayat trauma sebelumnya, semakin memperjelas kemungkinan suatu ulkus. Pada pemeriksaan oftalmologis, ditemukan adanya mix injeksi serta ulkus ukuran diameter 10 mm.Untuk menentukan penyebab dari ulkus, maka dapat dilihat dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik, letak ulkus yang sentral mengandung sekret kental dengan dasar yang keruh, memberikan kemungkinan penyebabnya adalah proses infeksi oleh bakteri atau jamur. Karena itu dilakukan pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kornea dengan cara screeping dan dengan KOH 10%.Pada waktu hasil screeping belum keluarpun, telah diberikan antifungi Natamisin. Pemberian antifungi ini untuk mengobati dan mencegah terjadinya infeksi yang lebih luas. Karena kemungkinan terjadinya ulkus yang disebabkan jamur yang menyebabkan kerusakan yang hebat dan cepat pada mata dapat saja terjadi. Pemberian antibakteri spektrum luas juga dilakukan karena mungkin saja infeksi disebabkan oleh bakteri. Gentamisin lebih ditujukan untuk bakteri gram negatif dan Cefotaksim lebih ditujukan untuk bakteri gram positif. Pengobatan dengan antibiotik atau antifungi selanjutnya sesuai dengan hasil kultur.Penatalaksanaan pada pasien ini adalah irigasi dengan RL dan Povidon Iodine 0,5% dengan tujuan untuk membersihkan mata dari sekret dan kotoran mata dan benda asing. Obat lain yang diberikan adalah natamisin sebagai antifungi, gentamisin dan cefotaksim sebagai antibakteri dan asam mefenamat untuk mengurangi rasa nyeri. Sulfas Atropin 1% dimaksudkan untuk menekan peradangan dan untuk melepaskan dan mencegah terjadinya sinekia anterior, karena sulfas atropin memiliki efek sikloplegik yang menyebabkan pupil midriasis, sehingga mencegah perlengkatan iris pada kornea. Cen fresh diberikan sebagai air mata buatan agar terjadi penyerapan obat tetes mata dengan baik. Vitamin C diberikan untuk reepitelisasi kornea. USG dilakukan untuk mengetahui keadaan corpus vitreus karena funduskopi tidak dapat dilakukan akibat kekeruhan pada kornea. Kekeruhan korpus vitreus berupa abses menunjukkan telah terjadi endothalmitis atau panofthalmitis. Keratoplasti dilakukan setelah kornea steril dan tanda-tanda inflamasi menghilang.Prognosis penderita ini, quo ad vitam bonam, karena tanda-tanda vitalnya masih dalam batas normal, sedangkan quo ad functionam dubia ad malam karena walaupun dengan pengobatan yang tepat dan teratur ulkusnya dapat sembuh, namun meninggalkan bekas berupa sikatrik yang dapat menimbulkan gangguan tajam penglihatan.