LAPORAN PENDAHULUA7

download LAPORAN PENDAHULUA7

of 13

description

stt

Transcript of LAPORAN PENDAHULUA7

LAPORAN PENDAHULUAN VESICOLITHIASIS / BATU BULI- BULI (BBB) di RUANG BOUGENVILE Oleh Dwi Jesika, S. KepA. Tinjauan Teori1. PengertianVesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung kemih.( Smeltzer and Bare, 2000 ).Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2001)Vesikolithiasis adalah bentuk defosist mineral, paling umum aksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+. Namun asam urat dan kristal lain juga dapat menjadi pembentuk batu. Meskipun batu ini dapat terbentuk dimana saja pada saluran kemi, batu ini sering di temukan pada pelvis dan koliks ginjal, batu ini dapat menetap atau keluar kedalam ureter maupun vesika urinaria. Sehingga aliran urine terhambat, sehingga menimbulkan fotensi kerusakan ginjal akut ( Doengoes ME, 2000).Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa vesikolithiasis adalah batu yang terdapat pada saluran kemi khususnya vesika urinaria yang terbentuk dari subtansi seperti kalsium, fosfat kalsium, asam urat, dan magnesium, yang akan menyebabkan aliran urine terhambat sehingga dapat menyebabkan infeksi dan edema saluran perkemihan dan dapat menyebabkan fotensial kerusakan ginjal akut.2. Anatomi Fisologi Vesika urinariaBuli-buli atau vesika urinaria adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni: Terletak paling dalam adalah otot longitudinal, Ditengah merupakan otot sirkuler, Paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Buli-buli berfungsi menampung air kemih dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam menampung air kemih, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa lebih kurang adalah 300-450 ml (Purnomo BB, 2011).

3. Etiologi/ Presipitasia. Etiologia) Hiperkalsuria: dimanana jumlah kalsium urine berlebihan Hiperkalsuria idiopatik ( melalui hiperkalsuria akibat masukan tingggi natrium kalsium dan protein) Kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsiumb) Hiperoxaluria : adalah produksi oksalat yang berlebihan dimana diantaranya disebabkan oleh : Hiperoxaluria primer Oral dan inhalasi, pemakaian vitamin C yang berlebihan atau dosis tinggi dalam waktu lama. Mehaoxyflurane ( Obat bius ) Hiperoxaluria returnikc) Hiperuritusuria : mempengaruhi pertumbuhan batu kalsium oksalatd) Penyebab terjadinya batu asam urat Asupan protein hewani meningkatkan ekskresi asam urat dan kalsium. Obat- obatan seperti : progenicid meningkatkan kadar dan ekskresi asam urat.e) Penyebab terjadinya batu sistin jarang terjadi umumnya herediter, bila terjadi dapat menyebabkan destruksi progresif.f) Penyebab terjadinya batu strufit Umumnya terjadi pada wanita, sebagai akibat infeksi mikroorganisme proteus dan klasibela, yang memproduksi amonium konsentrasi tinggi dan akan memecah area batu ini khas membentuk batu staghorn pada pelvis ginjal.b. Faktor Predisposisia) Faktor endogen yaitu factor pencetus genetic familial, misalnya pada : Hiperkalsuria primer : kelainan metabolik dini dapat berupa hiperabsorbsi kalsium dalam pencernaan atau penurunan reabsobsi kalsium dalam tubuli ginjal sehingga terjadi heperkalsuria. Batu karena hiperkalsuria primer inia biasanya didapatkan pada penderita dengan sosial ekonomi yang baik , diet protein hewani yang tinggi. Hiperoxaluria : suatau kelainan herediter yang diturunkan secra resersif. Faktor keturunan : anggota keluarga penderita batu urine lebih banyak kemungkinan menderita penyakit yang sama dibanding dengan yang bukan keluarga penderita batu urine. Jenis kelamin : pria lebih banyak menderita batu kandung kemih dibanding wanita. Ras : batu kandung kemih lebih sering dijumpai di Asia, Afrika, sedangkan di Amerika ( baik kulit putih dan kulit hitam ) dan Eropa jarang .b) Faktor Eksogen Pekerjaan : pekerja kasar dan petani lebih banyak bergerak dibandingkan dengan pegawai kantor, pnduduk kota yang lebih banyak duduk di waktu bekerja, ternyata lebih sedikit menderita batu ureter. Air : banyak minum air dapat menyebabkan diuresis, mencegah pembentukan batu. kurang minum mengurangi diuresis, kadar substansi dalam urune meningkat, mempermudah pembentukan batu. Diet : mempunyai resiko terjadinya batu. Keadaan sosial ekonomi : di negara atau golongan sosial ekonomi yang tinggi lebih bnayak makan protein terutama protein hewani, juga karbohidrat dan gula ini lebih sering menderita batu urine bagian atas. sedangkan pada negara berkembang atau orang yang sering makan vegetarian dan kurang protein hewani sering menderita batu urine bagian bawah4. Klasifikasi Batu Saluran KemiBatu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium fosfat (MAP), xantin,dan sistin, silikat, dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan/komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif (Purnomo BB, 2011). a) Batu Kalsium Batu Kalsium ini jenis batu yang banyak dijumpai dan merupakan tampilan ion yang besar dalam kristal kemih. Hanya 50% dari kalsium plasma yang terionisasi dan tersedia untuk difiltrasi di glomerulus. Lebih dari 95% kalsium difiltrasi di glomerulus kemudian di reabsorbsi kembali di kedua tubulus proksimal dan distal tubulus dan jumlahnya terbatas di tubulus pengumpul (Stoller ,Marshall L , 2008).b) Batu Asam Urat Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih.Di antara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat.Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah sulfinipirazone, thiazide, dan salisilat.Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini (Purnomo BB, 2011). c) Batu Struvit Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu struvit) dan kalsium fosfat.Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea.Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal.Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda. Di urin kristal batu struvit berbentuk prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan struvit mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dan ginjal hal ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten (Harrisons, 2008). d) Batu Sistin Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSK. Batu ini jarang dijumpai (tidak umum, berwarna kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin di air kemih tampak seperti plat segi enam,sangat sukar larut dalam air. Bersifat radioopak karena mengandung sulfur (Harrisons, 2008). e) Batu Xantin Batu Xantin sangat jarang terjadi bersifat herediter karena defisiensi xantin oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alopurinol yang berlebihan. Enzim normalnya dikatalisasi dan dioksidasi dari hypoxantin menjadi xantin dan dari xantin kemudian diproses menjadi asam urat. Gambaran batunya biasanya adalah radiolusen dan berwarna kuning (Stoller,Marshall L,2008).5. Tanda dan gejalaTanda dan gejala atau keluhan tidak selalu ditemukan pada penderita yang mengidap batu saluran kemih. Bila batunya masih kecil atau besar tapi tidak berpindah, tidak meregang atau menyumbat permukaan saluran kemih, tidak akan timbul keluhan seperti biasa sampai suatu saat mungkin ditemukan secara kebetulan pada saat melalukan check up dan foto roentgen tampak ada batu pada ginjal. Jika pada suatu saat batu tergeser mengelilingi ginjal kebawah, maka timbullah gejala nyeri hebat pada daerah pinggang. Saluran ureter yang menghubungkan ginjal dan kandung kamih kecil sekali sehingga batu akan meregangkan dindingnya, bahkan merobek menyumbat lubang visika. Jika batu berhasil sampai bagian bawah saluran ureter maka nyeri akan berpindah dan terasa merambat kearah kemaluan atau daerah pangkal paha. Biasanya disertai keluar darah bersama air. Bila lukanya kecil, darah yang keluarpun sedikit dan hanya dapat dilihat dengan mokroskop. Sumbatan atau regangan batu pada kandung kemih dapat juga menimbulkan nyeri pada konstan dan tumpul pda daerah atas kemaluan pada waktu kencing, kencing tidak tuntas, pancaran kencing tidak kuat.Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002).Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung. Selain tanda diatas, terdapat beberapa gejala yang dapat timbul pada vesikolithiasis seperti : Kencing kurang lancar dan tiba- tiba terhenti sakit yang menjlar ke organ genetalia bila merubah posisi kencing lama, pada anak- anak mereka akan berguling dan menarik penis. Jika terjadi infeksi dapat ditemukan gejala : sistisis, dan kadan terjadi hematuria adanya nyeri tekan pada supra sismpis karena infeksi / teraba adanya urine yang banyak ( retansi) Pada batu yang berukuran besar dapat diraba secara bimanual. Pria di atas 50 tahun biasanya ditmukan pembesaran prostat. Demam akibat dekompensasi saluran kemih memerlukan dekompensasi segera koliks Rasa terbakar pada saat ingin BAK, dan setelah BAK.6. PatofisiologiBatu dalam perkemihan berasal dari obstrusksi saluran kemih, baik partial maupun lengkap. Obstruksi ini dapat berakibat pada terjadi hidronefrosis. Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari meneral dan matriks seputar, seperti pus , darah, tumor atau urat. komposisi mineral batu bervariasi kira 3/ 4 bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam urine dan custine.peningkatan konsentrasi urine akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan organik akibat ISK atau urine statis, akan mempermudah terbentuknya batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan lamisan urine yang berakibat pada presipitasi kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat.Teori pembentukan batu yang dapat menyebabkan adanya batu pada saluran kemi adalah : a) Teori Vaskuler : Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengemukakan teori vaskuler untuk terjadinya BSK (Purnomo BB, 2011), yaitu : Hipertensi : Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%.Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan aliran darah berubah dari aliran laminar menjadi aliran turbulensi.Pada penderita hipertensi aliran turbulen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla (Ranalls plaque) biasa disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu (Purnomo BB, 2011). Kolesterol : Tingginya kadar kolesterol di dalam darah akan disekresikan melalui glomerulus ginjal dan tercampur di dalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (Purnomo BB, 2011).Lebih dari 80% BSK terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,batu magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xantin,batu sistein,dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam,sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa (Purnomo BB, 2011).b) Teori Fisiko-Kimiawi Hal yang melatarbelakangi terbentuknya BSK ini adalah karena adanya terbentuknya proses kimia, fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa terjadinya BSK erat kaitannya oleh konsentrasi substansi pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal dengan teori pembentukan BSK (Purnomo BB, 2011) , yaitu : Teori Epitaksi : Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini disebut dengan nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang ada (Purnomo BB, 2011). Teori Supersaturasi : Supersaturasi air kemih dengan garam-garamnya pembentuk batu merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu (Purnomo BB, 2011). Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih (Purnomo BB, 2011) Teori Kombinasi: beberapa ahli maupun pakar dibidang urologi berpendapat bahwa BSK dapat terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa teori yang ada (Purnomo BB, 2011). Teori Tidak Adanya Inhibitor : Telah dikenal adanya 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik.Pada inhibitor organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horesefall glikoprotein. Sedangkan yang jarang terdapat adalah glikosamin glikans dan uropontin (Purnomo BB, 2011). Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan zinc. Inhibitor yang paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertingginya pada buah jeruk (Purnomo BB, 2011). Teori Infeksi : Terbentuknya BSK dapat juga terjadi karena adanya infeksi dari beberapa kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada proses terjadinya BSK adalah teori terbentuknya batu struvit yang dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu struvit) misalnya saja pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp,Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphilococcus (Bahdarsyam, 2011). Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200 nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih.Bakteri ini tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung nano bakteria (Patologi Bahdarsyam, 2011). Teori Matrik : di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga berbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu (Purnomo BB, 2011).7. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dilakukan di laboratorium meliputi pemeriksaan:a. Urine pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat. Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat. Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses pembentukan batu saluran kemih. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi hiperekskresi.

b. Darah Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis. Lekositosis terjadi karena infeksi. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal. Kalsium, fosfat dan asam urat.c. Radiologis Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.d. USG (Ultra Sono Grafi)Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien.(Tjokro,N.A, et al. 2001 )8. PenatalaksanaanTujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih (Arif Mansjoer, et.al.2000) adalah :a. Vesikolitektomi atau secsio alta.b. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal.c. Ureteroskopi.d. Nefrostomi.9. KomplikasiKomplikasi yang disebabkan dari Vesikolithotomi (Perry dan Potter, 2002:1842) adalah sebagai berikut:a. Sistem Pernafasan : Atelektasis bida terjadi jika ekspansi paru yang tidak adekuat karena pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan sekret dapat menyebabkan pnemunia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens analgetik dan anestesi serta bisa terjadi emboli pulmonal.b. Sistem Sirkulasi: Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis, statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.c. Sistem Gastrointestinal: Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus menurun sehingga bisa terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya peristaltik usus.d. Sistem Genitourinaria: Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin involunter karena hilangnya tonus otot.e. Sistem Integumen: Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan internal melalui insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka serta bisa terjadi pula surgical mump (parotitis).f. Sistem Saraf: Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.

10. Pathway

>> kalsium, >>Oksalat, >>Ekresi asam urat, >> ureum>> bahan organik akibat ISK / urine statisDehidrasiRas, KeturunanKonstitusi NutrisiProfesi, MentalitasUsia, Jenis kelamin

Faktor genetikKelainan metabolikISKG3 aliran air keruhKelainan morfologi

Eksresi inhibitor kristal menurun>> Konsentrasi urineEksresi bahan pembentuk batu meningkat

Perubahan fisiko- kimiawi super saturasi

Pembentukan batu

Kelinan kristaluria, Agregasi kristal, Perubahan Kristal

VesikolithiasisVesika UrinariaUreterGinjal

Pengeluran urine tergangguRetensio UrinePerubhan eliminasi urineObstruksi

Menekan sarafKontraksi >>Urine tidak dapat dikeluarkan akibat obstruksiotot detrusor berkontraksiVesika Urinaria penuh

CemasHematuriaBising usus menurunRespons saraf visceral

Pengeluaran RBC bersama urinePersepsi Nyeri

Distensi Abdominal

Penurunan HB Mual + MuntahIntoleransi aktivitasNyeri

Resiko kekurangan volume cairanG3 Pola tidur

AnemiaB. Asuhan Keperawatan1. Diagnosa Keperawatana. Gangguan eliminasi b.d obstruksi mekanik batu b. Nyeri b.d distensi kandung kemihc. Ganguan pola istirahat tidur b.d Nyerid. Intoleransi aktifitas b.d kelelahane. Resiko kekurangan volume cairan b.d output yang berlebih.2. Rencana Intervensia. Gangguan eliminasi b.d obstruksi mekanik batuTujuan : perubahan pola eliminasi BAK : Retensio urin teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamKriteria hasil : BAK dalam jumlah normal, pola BAK seperti biasa, nyeri hilang saat BAKIntervensi : Monitor out put intake serta karakteristik urineRasional : memberikan info tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi seperti infeksi dan perdarahan dapat mengidentifikasi peningkatan obstruksi atau iritasi ureter Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan (minimal 3 4 liter/hari sesuai dengan toleransi jantung)Rasional : meningkatkan hidrasi dapat mengeluarkan bakteri darah dan dapat mamfasilitasi pengeluaran batu. Tampung urine 24 jam catat jika ada batu yang ikut keluar dan kirim kelaboratorium untuk dianalisa.Rasional : dapat membantu dalam mengidentifikasi tipe batu dan akan membantu pilihan terapi. Observasi perubahan warna, bau, PH urine setiap 2 jam.Rasional : untuk deteksi dini masalah pengumpulan ureum dan ketidakseimbangan setiap elektrolit dapat menjadi racun terhadap CNS (Central Nervus System) Kolaborasi dalam memonitor pemeriksaan laboratorium seperti elektrolit BUN (Blood Urea Nitrogen), keratin.Rasional : peningkatan BUN, Kreatinin, dan elektrolit-elektrolit tertentu menindikasikan adanya disfungsi ginjal.b. Nyeri b.d distensi kandung kemihTujuan : setelah dinfakan keperawatan nyeri teratasi Kriteria hasil : keluhan nyeri hilang, klien tampak tenang dan tidak meningkatkan klien dapat tidur/istirahat yang cukup.Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karakteristik, intensitas (skala 0-10). Dan perhatikan tanda-tanda peningkatan tekanan darah, nadi, tidak bisa beristirahat, gelisah dan rasa nyeri yang meningkat.Rasional : membantu mengevaluasi lokasi nyeri, obstruksi dan pergerakan batu. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya mengidentifikasi perubahan terjadinya karakteristik nyeri.Rasional : pengetahuan klien dengan penyebab nyeri dapat membantu meningkatkan koping klien dan dapat menurunkan kecemasan. Berikan tindakan untuk kenyamanan seperti membatasi pengunjung, lingkungan yang tenang.Rasional : meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot, dan meningkatkan koping. Anjurkan teknik napas dalam sebagai upaya dalam merelaksasi otot.Rasional : mengalihkan perhatian sebagai upaya dalam merelaksasi otot. Anjurkan/Bantu klien melakukan ambulasi secara teratur sesuai dengan indikasi dan meningkatkan intake cairan minimal 3-4 liter/hari sesuai toleransi jantung.Rasional : hidrasi meningkatkan jalan keluarnya batu mencegah urine statis dan mencegah pembentukan batu. Catat keluhan meningkatnya nyeri abdomen.Rasional :obstruksi sempurna pada ureter/vesika urinaria dapat menyebabkan perforasi dan ekstra vasasi didalam daerah perineal yang memerlukan pembedahan segera. Berikan kompres hangat pada punggung.Rasional : menghilangkan ketegangan otot dan menurunkan reflek spasme sehingga rasa nyeri hilang. Pertahankan posisi kateterRasional : mencegah urine statis/retensi mengurangi vesiko meningkatnya tekanan renal dan infeksi. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi. Narkotik missalnya : meperidin (Demerol) morphin.Rasional : biasanya diberikan pada fase akut untuk menurunkan kolik dan meningkatkan relaksasi otot/mental. Antispasmodic seperti flavoxate oxybutyninRasional : menurunkan reflek spasme yang dapat menurunkan kolik dan nyeri. KortikosteroidRasional : digunakan untuk meningkatkan edema jaringan, untuk memfasilitasi gerakan batu.