LAPORAN PENDAHULUA1
description
Transcript of LAPORAN PENDAHULUA1
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GASTRITIS
DISUSUN OLEH:
EKA MUSPITA SARI
(P1403092)
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
TAHUN 2014/2015
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA GASTRITIS
A. Konsep Dasar Medis
1. Defenisi
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung yang dapat bersifat akut dan kronis.
2. Etiologi
a. Gastritis akut disebabkan oleh asam kuat atau alkalis
b. Gastritis kronik:
1) Tipe A, di hubungkan dengan penyakit auto imun misalnya anemia
pernisiosa
2) Tipe B, di hubungkan dengan Helocobakter pylori, Faktor diet
seperti minum panas, pedas, penggunaan obat, alkohol, merokok,
atau refluks isi usus kelambung.
3. Patofisiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri
atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai
panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung
makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan
kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika
lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara
bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam
esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara
esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan
membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin
in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat.
Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai
menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar
yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan
lambung (termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih
menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding
lambung dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan
penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga
menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat
korosif asam hidroklorida
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak dan swasirna, merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai
iritan local. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi),
kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H.
pylori lebih sering di anggap sebagai penyebab gastritis akut. Organism
tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa
pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul.obat lain juga terlibat
misalnya anti inflamasi nonsteroid, sulfonamida, steroid, dan digitalis),
asam empedu, enzim pancreas, juga diketahui mengganggu sawar mukosa
lambung.
Apabila alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih
merusak dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila
diminum secara terpisah. Penyakit yang serius ini akan dianggap sebagai
ulkus akibat stress.
4. Manifestasi Klinis
a. Gastritis akut meliputi: ulserasi superficial yang dapat menimbulkan
hemoragi, ketidaknyamanan abdomen ( sakit kepala, malaise, mual
dan anoreksia), muntah, cekukan, beberapa pasien asimtomatik, kolik
dan diare dapat terjadi bila makanan pengiritan tidak di muntahkan
tapi mencapai usus besar. Pasien biasanya sembuh dalam sehari walau
nafsu makan mungkin menurun selama 2-3 hari.
b. Gastritis kronik meliputi: Tipe A biasanya asimtomatik kecuali untuk
gejala defisiensi B12 dan pada gastritis Tipe B pasien mengeluh
anoreksia, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa pahit dalam
mulut, atau mual dan muntah.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Endoskopi: gastro duodenoskopy akan tampak eritematous atau
eksudatif, mukosa sembab, merah, mudah berdarah
b. Pemeriksaan histologis: dengan melakukan biopsy pada semua
segmen lambung untuk mengetahui adanya kuman helikobakter pylori
c. Pemeriksaan radiology
d. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya
antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan
bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,
yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
e. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien
terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
f. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori
dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah
dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung
6. Komplikasi
a. Hemoragi
b. Tukak lambung
c. Obstruksi
d. Ca. Lambung.
7. Penatalaksanaan Medik
a. Hindari makanan yang merangsang
b. Bila gejala menetap, diperlukan cairan IV
c. Bila terdapat perdarahan: kuras lambung dengan air es, endoskopi
skleroterapi, embolisasi arteri gastrika, atau gastrektomi dengan
indikasi absolut
d. Bila disebabkan oleh asam kuat netralkan dengan antasida
e. Bila disebabkan oleh alkali kuat netralkan dengan jus lemon encer
atau cuka yang sudah diencerkan
f. Hindari obat emetic dan lavase karena dapat menimbulkan
perforasi
g. Istirahat, reduksi stress
h. Antibiotik mis: tetrasiklin atau amoksilin
i. Garam bismuth (pepto bismol).
8. Pencegahan
Pencegahan gastritis bervariasi bergantung pada penyebab penyakit
yang dicurigai. Bila terdapat lesi ulkus duodenum, dapat diberikan
antibiotic untuk membatasi H.pylori. namun demikian, lesi tidak selalu
muncul dengan gastritis kronik. Alkohol dan obat yang diketahui
mengiritasi lambung harus dihindari.
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa
saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
a. Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi
terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak.
Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat
bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah
dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan
santai.
b. Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan
peradangan dan pendarahan.
c. Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung
lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan
borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga
menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok
tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan
dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk
berhenti merokok.
d. Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan
kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi
aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
e. Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung
dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu
terjadinya permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi
asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena
stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya
adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang
bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang
cukup.
f. Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari
penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan
terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah
ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang
mengandung acetaminophen.
g. Ikuti rekomendasi dokter.
9. Prognosis
a. Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari.
b. Insidensi ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada
gastritis kronis tipe A.
c. Gastritis dapat menimbulkan komplikasi pedarahan saluran cerna
dan gejala klinis yang berulang
B. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
1) Pengertian Keperawatan Keluarga
Merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan
berbagai bidang keparawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan
sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan
kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit.
Penekanan praktik keperawatan keluarga adalah berorientasi kepada
kesehatan, bersifat holistik, sistemik dan interaksional, menggunakan
kekuatan keluarga.
2) Tingkatan Keperawatan Keluarga
Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
a. Level 1 : keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga
dan fokus pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang
akan dikaji dan diintervensi.
b. Level 2 : keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya,
masalah kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota
akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai
unit yang terpisah.
c. Level 3 : Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-
sistem dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai
unit yang berinteraksi, fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak;
hubungan perkawinan; dll.
d. Level 4 : seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus
utama dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan
individu sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai
interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga;
struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem keluarga dengan
lingkungan luar.
3) Proses Keperawatan Keluarga
a. Pengkajian
Proses pengumpulan informasi yang dilakukan terus menerus dan untuk
dapat mengartikan data/informasi yang diperoleh dan digunakan
kemampuan profesional. Sumber-sumber data yang diperlukan berasal
dari: pengkajian keluarga; observasi rumah dan lingkungannya;
pemeriksaan fisik seluruh anggota keluarga; data sekunder:hasil lab/X-
ray. Ada dua tahap dalam pengkajian, yaitu:
1) Pengkajian tahap I
a) Data umum
- Nama kepala keluarga
- Alamat
- Komposisi keluarga (dalam table) lengkapi dengan
genogram
- Tipe keluarga
- Suku
- Agama
- Status sosial ekonomi keluarga
- Aktivitas rekreasi keluarga
b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
- Tahap perkembangan keluarga saat ini
- Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
- Riwayat keluarga inti
- Riwayat keluarga sebelumnya (pihak suami dan istri)
c) Lingkungan
- Karakteristik rumah
- Karakteristik tetangga dan komunitas RW
- Mobilitas geografis keluarga
- Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
- Sistem pendukung keluarga
d) Struktur keluarga
- Pola komunikasi keluarga
- Struktur kekuatan keluarga
- Struktur peran (formal dan informal)
- Nilai atau norma keluarga
e) Fungsi keluarga
- Fungsi afektif
- Fungsi sosialisasi
- Fungsi perawatan keluarga
f) Stress dan koping keluarga
- Stressor jangka pendek dan panjang serta kekuatan
keluarga
- Kemampuan keluarga berespons teradap situasi/stressor
- Strategi koping yang digunakan
- Strategi adaptasi disfungsional
g) Pemeriksaan fisik
h) Harapan keluarga
2) Pengkajian tahap II
mengacu pada pelaksanaan 5 tugas kesehatan keluarga oleh keluarga.
a) Mengenal masalah
- Pengertian
- Penyebab
- Tanda dan gejala
- Identifikasi tingkat keseriusan masalah pada keluarga
b) Mengambil keputusan
- Akibat
- Keputusan keluarga
- Melakukan perawatan sederhana (Cara-cara perawatan yang
sudah dilakukan keluarga dan cara-cara pencegahan)
- Modifikasi lingkungan (Lingkungan fisik ; Lingkungan
psikologis)
- Pemanfaatan fasilitas kesehatan (Pelayanan kesehatan yang biasa
dikunjungi keluarga ; Frekuensi kunjungan
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
b. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
d. Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Sudart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Jilid 2. Jakarta :
EGC.
Dongoes, E Marilyn, et. All. 1999. Rencana Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : EGC.