Laporan Pemukiman Kumuh

7
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah besar bagi kota-kota di Indonesia adalah masalah pemukiman kumuh atau sering disebut dengan slum area. Timbulnya pemukiman kumuh di kota-kota besar ini menyatakan bahwa di kota tersebut terdapat kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Hal tersebut menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Kota yang kondusif sebaiknya dapat mengurangi kesenjangan antar penduduk. Menurut data Cipta Karya pada tahun 2008 terdapat 40 hektar kawasan pemukiman kumuh yang terdapat di Semarang dan 488 hektar di Jakarta Selatan. Dari data tersebut dapat kita lihat di Jakarta kesejahteraan penduduk lebih buruk dibanding di Semarang. Ini menandakan kota besar tidak menjamin tersedianya lahan serta kesejahteraan bagi penduduk kota tersebut. Timbulnya pemukiman kumuh menyebabkan berbagai masalah lain seperti banjir, genangan air atau inundasi, persebaran wabah yang makin cepat, dan menurunnya kondisi lingkungan. Untuk itu dalam laporan ini saya membahas tentang pemukiman kumuh dan upaya untuk mengatasinya. 1.2 Rumusan Masalah Definisi pemukiman kumuh atau slum area. Karakteristik dan ciri pemukiman kumuh atau slum area. Pemicu tumbuhnya pemukiman kumuh atau slum area. Upaya mengurangi pemukiman kumuh atau slum area.

Transcript of Laporan Pemukiman Kumuh

Page 1: Laporan Pemukiman Kumuh

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar BelakangSalah satu masalah besar bagi kota-kota di Indonesia adalah

masalah pemukiman kumuh atau sering disebut dengan slum area.

Timbulnya pemukiman kumuh di kota-kota besar ini menyatakan bahwa

di kota tersebut terdapat kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Hal

tersebut menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Kota yang kondusif

sebaiknya dapat mengurangi kesenjangan antar penduduk.

Menurut data Cipta Karya pada tahun 2008 terdapat 40 hektar

kawasan pemukiman kumuh yang terdapat di Semarang dan 488 hektar

di Jakarta Selatan. Dari data tersebut dapat kita lihat di Jakarta

kesejahteraan penduduk lebih buruk dibanding di Semarang. Ini

menandakan kota besar tidak menjamin tersedianya lahan serta

kesejahteraan bagi penduduk kota tersebut.

Timbulnya pemukiman kumuh menyebabkan berbagai masalah lain

seperti banjir, genangan air atau inundasi, persebaran wabah yang

makin cepat, dan menurunnya kondisi lingkungan. Untuk itu dalam

laporan ini saya membahas tentang pemukiman kumuh dan upaya untuk

mengatasinya.

1.2 Rumusan Masalah

Definisi pemukiman kumuh atau slum area.

Karakteristik dan ciri pemukiman kumuh atau slum area.

Pemicu tumbuhnya pemukiman kumuh atau slum area.

Upaya mengurangi pemukiman kumuh atau slum area.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui definisi pengertian pemukiman kumuh.

Untuk mengetahui karakteristik dan ciri dari kawasan pemukiman

kumuh.

Untuk mengetahui pemicu timbulnya pemukiman kumuh.

Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi

pemukiman kumuh.

Page 2: Laporan Pemukiman Kumuh

Bab II

Pembahasan

2.1 Definisi Pemukiman Kumuh atau Slum Area

Kota pada awalnya berupa permukiman dengan skala kecil,

kemudian mengalami perkembangan sebagai akibat dari pertumbuhan

penduduk, perubahan sosial ekonomi, dan budaya serta interaksinya

dengan kota-kota lain dan daerah sekitarnya. Namun yang terjadi

dengan kota-kota di indonesia adalah bahwa pertumbuhan penduduk

tidak diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana kota dan

peningkatan pelayanan perkotaan. Bahkan yang terjadi justru sebagai

kawasan perkotaan mengalami degradasi lingkungan yang berpotensi

menciptakan permukiman kumuh. Sebagian penghuni kota berprinsip

sebagai alat mencari penghasilan yang sebesar-besarnya. Dengan

demikian prisip mereka harus hemat dalam arti yang luas, yaitu hemat

mendapatkan lahan, pembiayaan pembangunan, pengoperasian dan

pemeliharaan, termasuk dalam mendapatkan bahan dan sistem

strukturnya (Sobirin, 2001:41).

Menurut UU No. 4 Pasal 22 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman : Permukiman Kumuh adalah Permukiman tidak layak huni

antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan

peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam

luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit

lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana

lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan

kehidupan dan penghuninya.

2.2 Karakteristik Pemukiman Kumuh atau Slum Area

Karakteristik Permukiman Kumuh (Menurut Johan Silas) :

1.  Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah

standar, rata-rata 6 m2/orang. Sedangkan fasilitas perkotaan secara

langsung tidak terlayani karena tidak tersedia. Namun karena

Page 3: Laporan Pemukiman Kumuh

lokasinya dekat dengan permukiman yang ada, maka fasilitas

lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.

2.  Permukiman ini secara fisik member.

3. Berdasarkan manfaat pokok, yaitu dekat tempat mencari nafkah

(opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas

keterjangkauan) baik membeli atau menyewa.

Hampir setiap orang dapat diterima untuk tinggal di area tersebut

tanpa adanya syarat-syarat dan pembayaran termasuk kalangan

“residu” seperti residivis ataupun WTS.

Untuk ciri – ciri pemukiman kumuh adalah :

Area yang dihuni padat dalam lahan yang sempit.

Tidak dilengkapi dengan sanitasi yang baik.

Bahan pembuatan hunian biasanya berupa papan dan tidak

permanen.

Biasanya terdapat di lahan legal milik pemerintah, namun

pengguna tidak memiliki status kepemilikan lahan.

Tidak tersedianya air bersih di kawasan tersebut.

Jalanan sempit.

Tata bangunan tidak teratur.

2.3 Pemicu Timbulnya Pemukiman Kumuh atau Slum Area

Pemicu timbulnya pemukiman kumuh diawali dari banyaknya

perpindahan penduduk ke daerah yang lebih menjajikan dalam

pekerjaan sehingga daerah tersebut menjadi padat. Dalam lahan yang

terbatas dan tuntutan ekonomi yang kurang mendukung maka

masyarakat membangun pemukiman yang tidak layak atau kumuh di

daerah illegal. Selain itu tingginya harga sewa rumah yang tidak

sebanding dengan penghasilan.

Pemerintah yang kurang tegas dalam menertibkan perpindahan

penduduk serta pembangunan pemukiman non-formal. Peran

Pemerintah juga diperlukan dalam mengatur hak dan keterlibatan

masyarakat dalam penataan perencanaan kota.

Menurut Arawinda Nawagamuwa dan Nils Viking (2003:3-5) penyebab

adanya permukiman kumuh adalah:

Page 4: Laporan Pemukiman Kumuh

1. Karakter bangunan yaitu umur bangunan yang sudah terlalu

tua, tidak terorganisasi, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi

yang tidak memenuhi syarat.

2. Karakter lingkungan yaitu tidak ada open space (ruang terbuka

hijau) dan tidak tersedia fasilitas untuk rekreasi keluarga,

kepadatan penduduk yang tinggi, sarana prasarana yang tidak

terencana dengan baik.

2.4 Upaya Mengurangi Pemukiman Kumuh atau Slum Area

Menurut UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman,

peningkatan kualitas permukiman dapat berupa kegiatan-kegiatan,

perbaikan atau pemugaran, peremajaan dan

pengelolaan/pemeliharaan yang berkelanjutan. Program peningkatan

kualitas perumahan dan permukiman yang selama ini menjadi

perhatian pemerintah adalah kawasan perumahan dan permukiman

yang termasuk kategori kawasan kumuh, yang ditandai antara lain

dengan kondisi prasarana dan sarana yang tidak memadai baik

secara kualitas dan kuantitas, kondisi sosial ekonomi masyarakat

yang rendah, kondisi sosial budaya masyarakat, dan kondisi

lingkungan yang rawan bencana, penyakit dan keamanan (Dirjen

Cipta Karya, 1999).

Berikut merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam

mengurangi pemukiman kumuh atau slum area :

Program Pemberdayaan Desa

Pemberdayaan desa ini dimaksudkan meningkatkan lapangan

pekerjaan di desa. Sehingga ketertarikan masyarakat untuk

merantau berkurang, dan persebaran penduduk merata.

Program Rumah Massal

Hemat lahan berupa pembangunan rumah susun sederhana

seperti yang telah dibangun di Jakarta. Nantinya, masyaraka

yang tinggal di pemukiman kumuh akan dipindah ke rumah

susun sederhana dengan membayar harga sewa yang sesuai

dengan keadaan ekonomi mereka.

Revitalisasi Slum Area

Page 5: Laporan Pemukiman Kumuh

Pembangunan kembali area kumuh menjadi lahan hijau atau

bahkan open space bagi masyarakat.

Bab III

Kesimpulan

3.1 Kesimpulan

Pemukiman kumuh tumbuh akibat pembagunan yang tidak diimbangi

oleh sarana yang ada, untuk itu lahan yang ada pun menjadi semakin sulit

didapatkan akhirnya wilayah menjadi padat dan berjubel mengakibatkan area-area

lambat laun menjadi kumuh.

Pemukiman kumuh umumnya memiliki masalah dalam sanitasi, ketersediaan air

bersih, lahan terbatas, bangunan semi permanen yang mudah roboh serta mudah

terbakar, tidak dilengkapi dengan sarana MCK dan listrik yang memadahi.

Terbentuknya pemukiman kumuh ini akibat padatnya lahan dalam wilayah tersebut.

Selain itu tingginya harga tanah dan harga sewa rumah tidak sebanding dengan

pendapatan masyarakat. Persebaran penduduk yang tidak merata, serta kebijakan

pemerintah yang kurang tegas dalam mengatur perencanaan penataan kota.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi pemukiman kumuh diantaranya

Program Pemberdayaan Desa, Program Rumah Massal dan Revitalisasi Slum Area atau

Pemukiman Kumuh.

3.2 Saran

Pemerintah dan masyarakat diharapkan berperan aktif dalam menjaga lingkungan

khususnya dalam mengurangi pemukiman kumuh.atau slum area. Penegakkan peraturan

penggunaan lahan oleh Pemerintah.

Page 6: Laporan Pemukiman Kumuh

Daftar Pustaka

http://ugm.ac.id/id/berita/

2359inundasi.sebabkan.terbentuknya.permukiman.kumuh.di.perkotaan

Diunduh pada 10 Oktober 2013/20.40

http://ciptakarya.pu.go.id/kumuh/main.php?module=detil_artikel&id=32 Diunduh pada 10

Oktober 2013/20.50

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31741/4/Chapter%20II.pdf Diunduh pada 10

Oktober 2013/20.50