Laporan Pemetaan

30
BAB I PENGENALAN DAN SETTING ALAT 1.1 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pengukuran tanah di lapangan. Untuk menentukan beda tinggi antara tempat satu dengan tempat yang lain digunakan alat waterpass. Sedangkan untuk mengukur sudut digunakan alat theodolit. 1.2 Peralatan yang digunakan Untuk melakukan Praktikum pemetaan, alat yang digunakan adalah : a. Theodolit Theodolith adalah Theodolite adalah instrument / alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut – sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan. Komposisi Alat Unit utama DT (200) Tutup Lensa 1 buah 1 buah 1

description

Pengenalan dan setting alat untuk praktikum pemetaan

Transcript of Laporan Pemetaan

Page 1: Laporan Pemetaan

BAB I

PENGENALAN DAN SETTING ALAT

1.1 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum  ini adalah untuk mengetahui cara pengukuran tanah di

lapangan. Untuk menentukan beda tinggi antara tempat satu dengan tempat yang lain

digunakan alat waterpass. Sedangkan untuk mengukur sudut digunakan alat theodolit.

1.2 Peralatan yang digunakan

Untuk melakukan Praktikum pemetaan, alat yang digunakan adalah :

a. Theodolit

Theodolith adalah Theodolite adalah instrument / alat yang dirancang untuk pengukuran

sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang

dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut – sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak

mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan.

Komposisi Alat

Unit utama DT (200)

Tutup Lensa

Tool kit

Batterai AA

Plastik penutup (plastic rain cover)

Unting-unting

Kotak alat (plastic carrying case)

1 buah

1 buah

1 set

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

1

Page 2: Laporan Pemetaan

2

bagian-bagian alat

1. Sighting collimator

berfungsi untuk alat bantu membidik objek. Dan bias juga menggunakan sinar laser yang

telah di sediakan dengan cara menekan tombol ON/OFF

2. Objective lens ( lensa objektif )

funsinya untuk menangkap objek agar dapat terbaca di lensa okuler.

3. Instrument center mark ( titik ketinggian theodolith )

funsinya adalah sebagai titik pusat theodolit waktu di ukur dari permukaan tanah.

4. Horizontal motion clamp ( klem pengunci horizontal )

funsinya untuk mengunci theodolith keraha kiri atau kanan (horizontal)

5. Horizontal tangent screw ( sekrup penggerak halus horizontal )

funsinya untuk memutar theodolith kearah kiri atau kanan (horizontal) secara halus.

6. Optical plummet telescope ( centering optic )

fungsinya untuk mengecek apakah theodolith sudah tepat di atas patok atau belum.

7. Display (layar )

funsinya untuk menampilkan hasil dari sudut vertical, horizontal (sudut biasa, luat biasa)

dan untuk mengetahui keadaan batterai.

8. Hand grip ( pegangan )

berfunsi untuk memegang atau membawa theodolith.

9. Hand grip fixing screw ( sekrup pengencang pegangan )

untuk mengencangkan hand grip maupun mengencangkan theodolith.

10. Telescope focusing knob (pengatur focus teropong )

fungsinya untuk mengatur fokur teropong agar sasaran yang akan dibidik terlihat jelas.

11. Battery ( batterai )

sumber tenaga yang digunakan u tuk menghidupkan layar pada theodolith.

12. Telescope eyepiece ( lensa okuler atau pengamat )

untuk mengamati objek bidikan dan mengamati benang atas, tengah dan bawah pada

rambu ukur.

13. Vertical motion clamp (klem pengunci vertical )

funsinya untuk mengunci theodolith untuk tidak bergerak kea rah vertical.

14. Vertical tangent screw ( sekrup penggerak halus vertikal )

Page 3: Laporan Pemetaan

3

fungsinya untuk menggerakkan theodolith kearah vertical secara halus.

15. Plate level ( nivo tabung )

funsinya untuk mengetahui apakah theodolith sudah dalam posisi stabil atau tidak. Dalam

hal ini sumbu I harus sudah dalam posisi vertical.

16. Operating keys (tombol pengoprasi )

funsinya untuk mengoperasikan theodolith, seprti memnyalakan theodolith,

memmuncunkan sudut vertical dan horizontal, serta membaca sudut biasa maupun luar

biasa,dll

17. Circular level ( nivo kotak )

fungsinya untuk mengetahui apakah theodolit sudah dalam posisi datar atau belum

(sumbu I vertical).

18. Leveling screw ( sekrup A, B dan C )

funsinya untuk mengatur nivo kotak dan nivo tabung agar sumbu I vertical.

19. Centering screw

funsinya untuk mengatur theodolit agar berada tepat diatas plat dasar sehingga posisi

theodolith akan stabil.

20. Connector ( penghubung )

Dari penjelasan bagian-bagian theodolith di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 1.1.

Page 4: Laporan Pemetaan

4

Gambar 1.1 Bagian-bagian theodolith

2 Waterpass

Waterpass adalah Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan

ke acuan berikutnya.

Page 5: Laporan Pemetaan

5

Bagian-bagian alat

1. Lensa objektif

Fungsinya untuk menangkap objek yang dibidik sehingga dapat dibaca pada lensa okuler.

2. Optical micrometer alignment index (Kelurusan micrometer optis indexing)

3. Cermin

Fungsinya untuk memberikan pencahayaan yang cukup kepada nivo kotak.

4. Pembidik

Fungsinya merupakan alat bantu untuk membidik objek yang akan kita amati.

5. Nivo kotak

Untuk mengetahui waterpaas yang di gunakan apakah sudah datar atau tidak.

6. Lensa okuler (pengamat)

Berfungsi untuk mengamati bidikan dan untuk mengetahui atau membaca benang atas,

tengah, dan bawah (pada rambu ukur).

7. Pelindung lensa okuler

Fungsinya untuk melindungi lensa.

8. Sekrup pengatur focus teropong

Fungsinya utuk menjelaskan objek yang dibidik agar dapat terlihat.

9. Sekrup penggerak halus horizontal

Funsinya untuk menggerakkan waterpass kearah kiri maupun kanan (horizontal) secara

halus.

10. Sekrup A, B dan C

Funsinya untuk mengatur nivo agar tepat di tengah-tengah.

11. Plat dasar

Fungsinya untuk kedudukan waterpass agar posisinya stabil.

Dari penjelasan bagian-bagian waterpass di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 1.2.

Page 6: Laporan Pemetaan

6

Gambar 1.2. Bagian-bagian waterpass

Page 7: Laporan Pemetaan

7

Gambar 1.3 rambu ukur

Gambar 1.5 palu

Gambar 1.7 unting-unting

Gambar 1.9 meteran/rol meter

Gambar 1.4 kompas

Gambar 1.6 payung alat

Gambar 1.8 paku patok

Gambar 1.10 tripot/statif

Page 8: Laporan Pemetaan

8

Page 9: Laporan Pemetaan

9

Rambu Ukur

Berfungsi sebagai objek yang akan dibidik agar mendapatkan data (ketinggian, sudut

vertical, horizontal, dan benang atas,tengah,bawah). Untuk lebih jelasnya lihat gambar

1.3.

Kompas

Berfungsi untuk menentukan arah utara. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 1.4.

Palu

Berfungsi untuk menanamkan paku patok di tanah atau di lain. Untuk lebih jelasnya lihat

gambar 1.5.

Payung alat

Berfungsi untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung atau dari hujan. Untuk

lebih jelasnya lihat gambar 1.6.

Unting-unting

Fungsinya untuk menempatkan sumbu tengah waterpass tepat diatas patok. Untuk lebih

jelasnya lihat gambar 1.7.

Paku patok

Untuk memberi tanda pada ukuran yang telah ditentukan. Untuk lebih jelasnya lihat

gambar 1.8.

Meteran / Rol meter

Fungsinya untuk mengukur jarak langsung dan untuk mengukur ketinggian alat. Untuk

lebih jelasnya lihat gambar 1.9.

Tripot / Statif

Fungsinya untuk mendirikan alat yang akan digunakan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar

1.10.

1.3 Pelaksanaan Praktikum

1. Theodolith (DT-200)

a. Menentukan titik tempatalat theodolith.

b. Dirikan statif sesui dengan prosedur yang ditentukan.

Page 10: Laporan Pemetaan

10

c. Pasang theodolith diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan theodolith

dan sekrup pengunci di kepala statif.

d. Cek apakah theodolith sudah tepat di atas titik yang telah di tentukan dengan

menggunakan optical plummet telescop.

e. Stel nivo kotak dengan cara :

- Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama hingga gelembung nivo

bergeser kearah II.

- Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser

ketengah atau bagian III.

Dari penjelasan diatas untuk lebih jelasnya lihatlah gambar 1.11.

Gambar 1.11 mengatur nivo kotak

Page 11: Laporan Pemetaan

11

Tindakan selanjutnya adalah mengatur nivo tabung.

- Pertama tempatkan nivo tabungnya pada kedudukan I (sejajar kedudukan sekrup AB).

Nivo yang menyimpang berarti tidak seimbang. Maka seimbangakan dengan

memutar kedua sekrup A dan B secara berlawanan.

- Seimbangkan nivo tabung dengan menggunakan sekrup A, B, dan C sesudah itu

periksalah lingkaran centeringnya. Jika bergeser dari paku maka geserlah sedikit alat

dgn mengendorkan sekrup alatnya. Sesudah itu ulangi untuk menyeimbangkan nivo

tabung dengan sekrup A, B, dan C, lakukan hingga benar.

Dari penjelasan mengatur nivo tabung diatas untuk lebih jelasnya lihat gambar 1.12

C

A B

Gambar 1.12 Mengatur nivo tabung

- Setelah sumbu I vertical sudah stabil, tentukanlah titik acuan alat dengan arah utara bumi

menggunakan kompas.

- Kuncilah semua pengunci gerak horizontal dan vertical.

- Nyalakan layar dengan menggunakan tombel power.

- Setting sudut horizontal 0000’00” dengan menggunakan tombol (0 SET) 2x.

- Tampilkan pembacaan sudut vertical dengan menekan tombol (V / %)

Page 12: Laporan Pemetaan

12

Satu kali untuk mengetahui sudut vertical.

Dua kali untuk mengetahui prosentase kemiringan.

- Apabila pada pembacaan sudut horizontal muncul huruf R menunjukkan sudut luar biasa,

jika ingin merubahnya menjadi pembacaan sudut luar biasa maka tekan tombol (R / L).

- Ukurlah tinggi kedudukan alat dengan menggunakan meteran ataupun rol meter.

- Pengukuran sudut horizontal dan vertical menggunakan theodolith model DT-200 dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Senting alat di titik C dan target di titik A dan B lihat gambar 1.13

Gambar 1.13 sentring alat di titik C

Tekan power On hingga tampil :

V 90010’20”

HR 120025’30”

Bidik target A, dan tekan (0 SET) :

V 90010’20”

HR 0000’00”

Bidik target B maka sudut horizontal dan vertical langsung ditampilkan di layar :

V 90010’20”

HR 50030’15”

Page 13: Laporan Pemetaan

13

- Setting sudut horizontal kanan/kiri :

Tampilan HR dilayar berarti bacaan horizontal membesar jika teropong diputar searah

jarum jam dan senaliknya.

Tampilan HL dilayar berarti bacaan horizontal mengecil jika teropong diputar searah

jarum jam dan sebaliknya.

- Set pembacaan tertentu pada aah horizontal :

Gerakkan teropong pada bacaan yag di inginkan

Pembacaan tertentu V 90010’20”

HR 120025’30”

Tekan tombol (HOLD) agar jika teropong kita putar kearah yang diinginkan pembacaan

horizontal tidak berubah.

Jika ingin menormalkan kembali bacaan horizontal tekan (HOLD).

- Pengukuran kemiringan (V%)

V 90010’20” Tekkan tombol (V%) V 0.30%

HR 120025’30” HR 120025’30”

- Pengukuran jarak (D)

Dengan bantuan pembabacaan rambu ukur dan metode stadis maka jarak alat DT-200

Series dengan rambu ukur dapat diketahui dari gambar 1.14.

Page 14: Laporan Pemetaan

14

Gambar 1.14 pembacaan rambu ukur

Rumus yang digunakan :

D =100 . (Ba-Bb) . Cos2 H.................................................................(1.1)

H = 90o– Z..........................................................................................(1.2)

Keterangan :

D : Jarak alat kerambu ukur

100 : Konstanta alat

Ba : Pembacaan benang atas rambu ukur

Bb : Pembacaan benang bawah rambu ukur

Z : Pembacaan sudut vertical

H : Heling

2. Waterpass

a. Tentukan titik tempat alat untuk waterpass

b. Dirikan statif / tripot pada titik tersebut dan letakkan waterpass diatasnya dan selanjutnya

di kunci pada bagian bawahnya.

c. Membuat garis arah nivo agar tegak lurus sumbu I.

Dari penjelasan diatas untuk lebih jelasnya lihatlah gambar 1.11

Page 15: Laporan Pemetaan

15

- Aturlah benang silang mendatar tegak lurus sumbu I.

Buatlah kedudukan benang silang mendatar tegak lurus sumbu I.

Gambar 1.15 mengatur benang silang

Pada teropong akan selalu terlihat keadaan seperti gambar dimana kedudukan benang

silang mendatarnya adalah untuk mendapatkan tinggi tempat (dengan pembacaan pada

baaknya).

- Membuat garis bidik sejajar garis nivo.

Bawalah alat ketanah lapang maupun di pinggir jalan yang dapat leluasa memandang

sejarak minimal 60 meter.selanjutnya ukur tiga segment garis yang masing-masing

sepanjang D (10-20 meter).

Dari B (tengah-tengah antara A dan C) ukurlah beda tinggi A dan C dengan membaca

benang silang pada baak di A (btA) dan baak di C (btc). ceklah pembacaan benang silang

atas dan bawah.

Beda inggi A dan C adalah = bta – btc =ΔH.

Kemudian pindahkan alat ke D dan setting baak A dibaca lagi dengan benang tengah btA’

demikian di C terbaca btc’.

Bila bta’ – btc’ = ΔH berarti waterpass sudah terkoneksi dan dapat dipakai.

Tetapi jika diperoleh hasil yang berbeda berbeda berarti masih terdapat kesalahan pada

waterpass tersebut, yakni garis bidik belum horizontal.

Cara mengoreksi :

Dengan kedudukan alat di tengah A-C (di B) kesalahan garis visir tidak mempengaruhi

pengukuran beda tinggi antara A dan C (ΔH). jika alat dipindah kegaris D, karena adanya

Page 16: Laporan Pemetaan

16

kesalahan garis visir,maka beda tinggi antara A dan C akan didapat pembacaan 3-(4+ΔH)

terdapat kesalahan sebesar t atau t = 3-(4+ ΔH) untuk mengoreksi kesalahan pada benang

A belang silang tengah harus dibacakan (dibawa) ke pembacaan 5 atau di geser sebesar

K.

T : 2D = K : 3D..................................................................................(1.3)

K= t .3 D2 D

=32

t ..................................................................................(1.4)

dengan penggerak halus vertical teropong, benang silang tengah dibidikkan ke

pembacaan 3-k atau 3-3/2t. akibatnya nivo teropong akan tidak seimbang dan

diseimbangkan degan mengatur sekrup A dan B.

pada alat otomatis yang pada umumnya dipakai misalkan jenis Zeiss-Ni-2, Topcom,

ATD-3, dsb. Kalau tidak ada kesalahan besar biasanya sudah akan bias digunakan atau

otomatis.

1.4 Hasil Praktikum

1.4.1 Waterpass

1. Prattikan pertama

Ba = 1,832 m Ba = Benang atas

Bb = 1,677 m Bb = Benang bawah

Bt = ba+bb

2....................................................................................(1.5)

=

=

1,832+1,6772

1,7545 m

Bt

D

Ti

Ti

=

=

=

=

Benang tengah

Jarak

Tinggi instrument

1,39 m

D = A . Y...........................................................................................(1.6)

=

=

=

100 . (ba.bb)

100 . (1,832-1,677) m

100 . 0,155 m

Page 17: Laporan Pemetaan

17

= 15,5 m

ΔH = ti – bt........................................................................................(1.7)

= 1,39 m – 1,7545 m

= -0,3645 m

2. Prattikan kedua

Ba = 1,350 m Ba = Benang atas

Bb = 1,220 m Bb = Benang bawah

Bt = ba+bb

2 (persamaan dari 1.5)

=

=

1,350+1,2202

1,285 m

Bt

D

Ti

Ti

=

=

=

=

Benang tengah

Jarak

Tinggi instrument

1,39 m

D = A . Y (persamaan dari 1.6)

=

=

=

=

100 . (ba.bb)

100 . (1,350-1,220) m

100 . 0,13 m

13 m

ΔH = ti – bt (persamaan dari 1.7)

= 1,39 m – 1,285 m

= 0,105 m

3. Prattikan ketiga

Ba = 1,431 m Ba = Benang atas

Bb = 1,212 m Bb = Benang bawah

Bt = ba+bb

2 (persamaan dari 1.5)

Page 18: Laporan Pemetaan

18

=

=

1,431+1,2122

1,3215m

Bt

D

Ti

Ti

=

=

=

=

Benang tengah

Jarak

Tinggi instrument

1,39 m

D = A . Y (persamaan dari 1.6)

=

=

=

=

100 . (ba.bb)

100 . (1,431-1,212) m

100 . 0,219 m

21,9 m

ΔH = ti – bt (persamaan dari 1.7)

= 1,39 m – 1,3215 m

= 0,0685 m

4. Prattikan keempat

Ba = 3,113 m Ba = Benang atas

Bb = 2,165 m Bb = Benang bawah

Bt = ba+bb

2 (persamaan dari 1.5)

=

=

3,113+2,1652

2,639 m

Bt

D

Ti

Ti

=

=

=

=

Benang tengah

Jarak

Tinggi instrument

1,39 m

D = A . Y (persamaan dari 1.6)

=

=

100 . (ba.bb)

100 . (3,113-2,165) m

Page 19: Laporan Pemetaan

19

=

=

100 . 0,948 m

94,8 m

ΔH = ti – bt (persamaan dari 1.7)

= 1,39 m – 2,639 m

= -1,249 m

5. Prattikan kelima

Ba = 1,789 m Ba = Benang atas

Bb = 1,655 m Bb = Benang bawah

Bt = ba+bb

2 (persamaan dari 1.5)

=

=

1,789+1,6552

1,722 m

Bt

D

Ti

Ti

=

=

=

=

Benang tengah

Jarak

Tinggi instrument

1,39 m

D = A . Y (persamaan dari 1.6)

=

=

=

=

100 . (ba.bb)

100 . (1,789-1,655) m

100 . 0,134m

13,4 m

ΔH = ti – bt (persamaan dari 1.7)

= 1,39 m – 1,722 m

= -0,332 m

1.4.2 Theodolith

1. Prattikan kesatu

Vertikal = 89o47’25’’ Ti = 1,525 m

Horizontal = 331o18’19’’

Page 20: Laporan Pemetaan

20

Ba = 1,550 m

Bt = 1,445 m

Bb = 1,340 m

Healingnya = 90o0’0’’ – 89o47’25’’

= 0o12’35’’

= 0,2097

D = A x Y cos2h ................................................................................ (1.8)

= 100. (ba-bb) cos2h

= 100. (1,550 – 1,340) 0,99999

= 100 . (0,21). 0,99999

= 20,99979 m

ΔH = ti + D tan (0,2097) – bt............................................................. (1.9)

= 1,525 + 20,99979 tan (0,2097)- 1,445

= 0,1568

2. Prattikan kedua

Vertikal = 89o46’01’’ Ti = 1,525 m

Horizontal = 321o49’26’’

Ba = 1,580 m

Bt = 1,520 m

Bb = 1,460 m

Helingnya = 90o0’0’’ – 89o46’01’’

= 0o13’59’’

= 0,233

D = A x Y cos2h (persamaan 1.8)

= 100. (ba-bb) cos2h

= 100. (1,580 – 1,460) 0,9999

= 100 . (0,12). 0,9999

Page 21: Laporan Pemetaan

21

= 11,9988 m

ΔH = ti + D tan (0,233) – bt (persamaan 1.9)

= 1,525 + 11,9988 tan (0,233)- 1,520

= 0,05379

3. Prattikan ketiga

Vertikal = 89o49’13’’ Ti = 1,525 m

Horizontal = 307o25’40’’

Ba = 1,620 m

Bt = 1,575 m

Bb = 1,530 m

Healingnya = 90o0’0’’ – 89o49’13’’

= 0o10’47’’

= 0,1797

D = A x Y cos2h (persamaan 1.8)

= 100. (ba-bb) cos2h

= 100. (1,620 – 1,530) 0,9999

= 100 . (0,09). 0,9999

= 8,9991 m

ΔH = ti + D tan (0,1797) –bt (persamaan 1.9)

= 1,525 + 8,9991 tan (0,1797)- 1,575

= - 0,02177

Page 22: Laporan Pemetaan

22

4. Pratikan keempat

Vertikal = 89o49’12’’ Ti = 1,525 m

Horizontal = 328o32’55’’

Ba = 1,410 m

Bt = 1,300 m

Bb = 1,190 m

Helingnya = 90o0’0’’ – 89o49’12’’

= 0o10’48’’

= 0,18

D = A x Y cos2h (persamaan 1.8)

= 100. (ba-bb) cos2h

= 100. (1,410 – 1,190) 0,9999

= 100 . (0,22). 0,9999

= 21,9978 m

ΔH = ti + D tan (0,18) – bt (persamaan 1.9)

= 1,525 + 21,9978 tan (0,18)- 1,300

= 0,2941

5. Prattikan kelima

Vertikal = 89o48’49’’ Ti = 1,525 m

Horizontal = 326o14’06’’

Page 23: Laporan Pemetaan

23

Ba = 1,650 m

Bt = 1,6055 m

Bb = 1,561 m

Healingnya = 90o0’0’’ – 89o48’49’’

= 0o11’11’’

= 0,18638

D = A x Y cos2h (persamaan 1.8)

= 100. (ba-bb) cos2h

= 100. (1,650 – 1,561) 0,9999

= 100 . (0,089). 0,9999

= 8,89911 m

ΔH = ti + D tan (0,18638) – bt (persamaan 1.9)

= 1,525 + 8,89911 tan (0,18638)- 1,6055

= - 0,0515

1.5 Kesimpulan

a. Pengenalan alat sangat penting dipelajari oleh pengguna alat agar lebih memahami

kegunaan dan fungsi dari alat tersebeut dengan baik.

b. Alat – alat yang digunakan dalam praktikum pemetaan di antaranya theodolith,

waterpass, rambu ukur, rol meter, kompas, unting – unting dan lain – lain.

c. Sebelum melakukan prektikum di lapangan terlebih dahulu setting alat yang benar.

d. Semakin kita menguasai alat dengan baik, semakin sedikit kendala yang akan dihadapi

dalam penggunaan alat di lapangan.

Page 24: Laporan Pemetaan

24

e. Alat theodolit lebih lengkap dari pada waterpass dimana kita dapat menghitung

langsung sudut horizontal dan vertical di bandingkan dengan waterpass yang hanya bias

mengukur ba,bb, dan bt.