Laporan Pbl i Blok Respirasi

30
LAPORAN PBL I BLOK RESPIRASI “Sesak Napas” Tutor: dr. ARINI NUR FAMILA Disusun Oleh: KELOMPOK X 1. Karina Adistiarini GIA009010 2. Dera Fakhrunnisa GIA009020 3. Gita Ika Irsatika GIA009030 4. Sukma Setya Nurjati GIA009040 5. Purindri Maharani S GIA009050 6. Bunga Wiharning S. P. GIA009060 7. Saddam Husein S GIA009070 8. Herlinda Yudi Saputri GIA009080 9. Aris Wibowo GIA009108 10. Rendha Fatima Rysta GIA009123 11. Firman Pranoto G1A009134 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Transcript of Laporan Pbl i Blok Respirasi

Page 1: Laporan Pbl i Blok Respirasi

LAPORAN PBL I BLOK RESPIRASI

“Sesak Napas”

Tutor:

dr. ARINI NUR FAMILA

Disusun Oleh:

KELOMPOK X

1. Karina Adistiarini GIA009010

2. Dera Fakhrunnisa GIA009020

3. Gita Ika Irsatika GIA009030

4. Sukma Setya Nurjati GIA009040

5. Purindri Maharani S GIA009050

6. Bunga Wiharning S. P. GIA009060

7. Saddam Husein S GIA009070

8. Herlinda Yudi Saputri GIA009080

9. Aris Wibowo GIA009108

10. Rendha Fatima Rysta GIA009123

11. Firman Pranoto G1A009134

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2011

Page 2: Laporan Pbl i Blok Respirasi

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit saluran napas menjadi salah satu faktor penyebab angka kematian

dan kecacatan yang tinggi di dunia. Mayoritas dari kasus baru praktek umum

berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat beraitan erat

dengan gejala sesak nafas. Banyak penyakit yang berkaitan dengan saluran

pernafasan yang memiliki gejala sesak nafas, diantaranya adalah TB (tuberculosis),

Pneumonia, Pneumothorax, efusi Pleura, Asma Bronkiale, dan masih banyak lagi. Di

antara penyakit-penyakit tersebut,penyakit TB menjadi yang paling banyak diderita

oleh masyarakat di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Tuberkulosis

adalah penyebab utama ketujuh kematian di dunia. Penyakit itu menewaskan 1,8 juta

orang di seluruh dunia pada 2009, naik dari 1,77 juta pada 2007.

Tuberkulosis (TB) adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan

oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini

pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882 dan sering menginfeksi

organ paru–paru dibanding bagian lain tubuh manusia. TB sangat mudah menular

kepada sesama manusia. Cara penularan penyakit ini bisa dengan cara kontak

dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang

terinfeksi TB.

Page 3: Laporan Pbl i Blok Respirasi

BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO PROBLEM BASE LEARNING 1

SESAK NAFAS

Info 1

Lolipop, 23 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan yang

lalu. Keluhan dirasakan sepanjang hari, semakin lama semakin berat sehingga sejak 5

hari terakhir Lollipop tidak bisa beraktivitas. Keluhan semakin berat jika Lollipop

tidur dengan posisi terlentang dan merasa lebih nyaman dengan posisi duduk atau

tidur ke kanan, lollipop juga merasakan dada sebelah kanan terasa nyeri tumpul dan

tidak menjalar. Nafas tidak berbunyi. Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan.

Tutor guide

1. Bagaimana patofisiologi terjadinya sesak?

2. Apakah diagnosis bandingnya?

3. Informasi apakah yang anda perlukan untuk menegakkan diagnosis?

A. Klarifikasi Istilah1. Sesak penderitaan mental yang diakibatkan oleh ketidakmampuan ventilasi

untuk memenuhi kebutuhan udara.

2. Nyeri tumpul Nyeri yang tidak dapat dimana titik nyeri tersebut terasa.

B. Batasan MasalahAnamnesis

1. Lollipod umur 23 tahun

2. Keluhan sesak nafas sejak

3. Onset : 1 bulan yang lalu.

4. Progresivitas : keluhan dirasakan dirasakan sepanjang hari, semakin lama

semakin berat.

Page 4: Laporan Pbl i Blok Respirasi

5. Faktor memperberat : Tidur dengan posisi terlentang.

6. Faktor memperingan : posisi duduk atau tidur miring ke kanan.

7. Keluhan penyerta : dada sebelah kanan terasa tumpul dan tidak menjalar.

Nafas tidak berbunyi.

C. Analisis Masalah

1. Bagaimana patofisiologi terjadinya sesak?

Perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala lanjutan penyakit kardio

pulmoner. Sesak nafas bersifat subjekif , dan tidak selalu merupakan kondisi

patologis karena dapat terjadi jika aktivitas berlebihan.

Tiga faktor yang sering menyertai perkembangan sensasi dispnea.

a. Kelainan gas-gas pernafasan dalam tubuh, terutama hiperkapnia dan

hipoksia.

b. Jumlah kerja yang harus dilakukan oleh otot-otot pernafasan untuk

menghasilkan ventalasi yang memadai.

c. Keadaan pikiran orang tersebut.

Dispnea neurologik atau dispnea emosinal karena perasaannya masih

abnormal. Misalnya hampir setiap orang yang pada suatu saat memikirkan

aktivitas pernafasan, sekonyong-konyong ia mulai bernafas lebih dalam dari

biasanya karena ada perasaan dispnea ringan. Perasaan ini akan bertambah bila

orang tersebut mempunyai rasa takut secara psikis bahwa dia tidak memperoleh

udara yang cukup.

Karena adanya infeksi/alergi, menyebabkan terjadinya inflamasi. Inflamasi

menyebabkan meningkatnya sekresi mukus, edema mukosa, dan kontraksi otot.

Hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi pernapasan yang

akan menyebabkan kerja pernapasan yang meningkat. Kerja pernapasan yang

meningkat akan menyebabkan terjadinya dispneu atau sesak napas.

Page 5: Laporan Pbl i Blok Respirasi

Patofisiologi sesak nafas dapat dibagi sebagai berikut:

a. Oksigenasi jaringan menurun

Penyakit atau keadaan tertentu dapat menyebabkan kecepatan pengiriman

oksigen ke jaringan menurun, seperti perdarahan anemia, perubahan

hemoglobin dapat menyebabkan sesak nafas.

b. Kebutuhan oksigen meningkat

Penyakit atau keadaan tertentu seperti infeksi akut yang membutuhkan

oksigen lebih banyak karena peningkatan metabolisme akan menyebabkan

sensasi sesak nafas.

c. Kerja pernafasan meningkat.

Penyakit parenkim paru seperti pneumonia, sembab paru akan

menyebabkan elastisitas paruberkurang serta penyakit yang menyebabkan

penyempitan saluran nafas dapat menyebabkan ventilasi paru menurun.

Untuk mengimbangi keadaan ini otot pernafasan bekerja lebih

keras,keadaan ini menimbulkan peningkatan metabolisme.

d.  Rangsangan pada sitem saraf pusat

Penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dapat menimbulkan serangan

sesak nafas secara tiba-tiba. Belum diketahui mekanisme pasti bagaimana

hal ini dapat terjadi.

e.  Penyakit neuromuskuler 

Banyak penyakit yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan

jika mengenai diafragma, seperti miastenia gravis dan amiotropik lateral

sklerosis. Tetapi mekanismenya belum diketahui secara jelas.

Page 6: Laporan Pbl i Blok Respirasi

Perbedaan Sesak Nafas Karena Gangguan Pada Jantung dengan Gangguan Pada

Pulmo

Sesak Nafas Karena Gang. Pada Jantung Sesak Nafas Karena Gang. Pada Pulmo

Dispnue de Effort (sangat dipengaruhi

aktifitas, semakin berat aktifitas semakin

parah)

Aktifitas tidak terlalu berpengaruh

Ada oedem pada ekstremitas Tidak ada oedem

Tekanan darah ↑ atau ↓ Tekanan darah normal

Denyut nadi cepat dan tidak teratur Denyut nadi bisa cepat tetapi tetap teratur

Nocturnal Paroxisimal (semakin berat pada

malam hari sering terbangun)

Sesak biasanya sepanjang hari

Ortophnue (menjadi ringan pada posisi

duduk atau tegak)

Posisi yang membuat keluhan menjadi

ringan/berat tergantung kepada penyakit

yang diderita

Tidak ada wheezing Pada beberapa penyakit terdapat wheezing

Sesak biasanya terasa saat inspirasi Tergantung kepada penyakit yang diderita

Ventilasi adalah Banyaknya udara yang masuk ke paru paru akibat dari

perbedaan tekanan antara alveolus dengan atmosfer.

Dirumuskan dengan rumus berikut

F = p/r

Dimana F = bulk flow

P = gradient tekanan

R = resistensi jalan nafa

Gradient tekanan adalah : perbedaan tekanan antara atmosfer dengan

alveolus,dimana saat paru-paru bertekanan rendah,rongga thorax mengembang,

volume paru bertambah udara masuk ke paru paru atau yang biasa disebut fase

insprasi,saat tekanan dalam paru lebih besar dari atmosfer,thorak

Page 7: Laporan Pbl i Blok Respirasi

mengecil/relaksasi ,volume mengecil dan udara keluar dari alveolus ke atmosfer

atau yang disebut fase ekspirasi

Resistensi jalan nafas adalah ketahanan jalan nafas,biasanya ketahanan jalan

nafas itu sedikit namun saat keadaan tertentu misal dispneu ketahanan nafas

tersebut meningkat. Ketahanan nafas meningkat biasanya dikaitkan dengan jari-

jari atau diameter dari saluran nafas. Kenaikan jari jari dari saluran nafas dapat

diakibatkan oleh bronkokonstriksi, inflamasi, hipermukosa, eudema, dan massa

pada saluran traktus respiratorius.

Rumus ketahanan saluran nafas dirumuskan sebagai berikut

R = 1/r4

Maka daripada itu kenaikan ketahanan nafas itu sendiri walaupun sedikit

namun sangat bermakna bagi pernafasan kita. Bronkus dipersyarafi oleh saraf

simpatis dan saraf parasimpatis dari gangglion cervikalis dan thorakalis.

Saraf simpatis pCO2 naik maka bronkus dilatasi dan kapiler perifer

konstriksi

Saraf parasimpari pCO2 turun maka bronkus konstriksi dan kapiler perifer

dilatasi

2. Apakah diagnosis bandingnya?

a. TBC

Gejala Umum :

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih

Gejala lain yang sering dijumpai :

1) Dahak bercampur darah

2) Batuk darah

3) Sesak nafas dan rasa nyeri dada

4) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang

enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan,

demam meriang lebih dari satu bulan.

Page 8: Laporan Pbl i Blok Respirasi

5) Pembesaran kelenjar limfe, dikarenakan adanya reaksi radang kompleks

imun yang mengakibatnkan terbungkusnya basil tbc,limfosit dan

macrofag yang terbungkus dalam satu kelenjar limfe,saat terjadi

nekrosis kaseosa maka tuberkel ini ruptur dan mengakibatkan fase aktif

dari basil TB itu sendiri.

b. Efusi Pleura

Tanda dan gejala

1) Batuk

2) Sesak nafas

3) Nyerdi dada pleuritik ( tajam, dan makin sakit jika batuk dan bernafas

dalam )

4) Dinding dada lebih cembung dan gerakan tertinggal

5) Vokal fremitus menurun

6) Perkusi redup

7) Bunyi pernafasan menruun sampai menghilang

8) Pendorongan trachea ke sisi yang sehat

c. Pneumotoraks

Gejala

Keluhan pada pneumotoraks adalah gelisah dan kesakitan, sesak napas,

bernapas terassa berat, nyeri dada dan batuk. Sesak sering mendadak dan

makin lama makin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa

berat dan tertekan dan terassa lebih nyeri pada gerakan pernapasan,

menurunnya tekanan darah, dada asimetrik cembung, peningkatan usaha

napas.

d. Oedem paru

Tanda-tanda oedem paru

1) dispneu

2) sputum berwarna merah muda

3) peningkatan denyut nadi

4) tachypnoea

Page 9: Laporan Pbl i Blok Respirasi

5) berkeringat

6) pucat

7) adanya suara paru wheezing

8) adanya ortopnea

3. Informasi apakah yang anda perlukan untuk menegakkan diagnosis?

a. Riwayat keluhan penyerta

b. Riwayat keluarga

c. Riwayat sosial ekonomi

d. Vital sign

INFO 2

Lolipop menceritakan bahwa ia sering batuk-batuk sejak 2 bulan yang lalu.

Batuk berdahak kental berwarna putih, tidak disertai darah. Kadang terjadi demam,

namun dirasakan tidak terlalu tinggi. Lolipop juga sering berkeringat terutama

dimalam hari. Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya.

Lolipop seorang buruh pabrik dengan tingkat pendidikan lulus SD. Ayah

lolipop juga sering batuk-batuk, tetapi tidak pernah berobat. Ia merupakan seorang

satpam diperusahaan teksttil dan mempunyai kebiasaan merokok.

Lolipop hidup dalam keluarga sederhana, terdiri dari bapak, ibu dan 3 orang

anak. Ia tinggal dengan rumah: terdiri dari 3 kamar, lantai belum diplester, ventilasi

kurang, atap ganteng belum dipasang eternit.

Tutor Guide

1. Bagaimanakah mekanisme batuk?

2. Dengan informasi ini, apakah diagnosis bandingnya?

3. Informasi apa yang anda butuhkan?

JAWABAN

Page 10: Laporan Pbl i Blok Respirasi

1. Mekanisme Batuk

2. Diagnosis Different:

- Tuberculosis

- Pneumothoraks

- Pneumonia

- Efusi Pleura

3. Informasi yang diperlukan:

Benda asing + reseptor (untuk refleks batuk)

n. laryngeus superior

n. vagus

m. oblongata

DRG I

Inspirasi

Glotis menutup

Tekanan intrathorax me↑

Batuk

2

Page 11: Laporan Pbl i Blok Respirasi

Pemeriksaan Fisik, berupa:

- Vital sign

- Pemeriksaan Kepala

- Pemeriksaan Leher

- Pemeriksaan Thoraks

- Pemeriksaan Abdomen

- Pemeriksaan Ekstrimitas

Info 3

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : tampak sesak

Tinggi badan : 163 cm Berat badan : 40 kg

Kulit : hiperhidrosis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Denyut nadi : 108 x/menit

Frekuensi nafas : 30 x/menit

Suhu aksila : 37,9 oC

Kepala : konjungtiva anemis -/- sklera -/- pernafasan cuping hiding –

Leher : teraba pembesaran kelenjar getah bening, multipel, ukuran 1-

15 cm, teraba kenyal, mobile, tidak nyeri

Trakhea terdorong ke sinistra

Thoraks : inspeksi : hemitoraks kanan lebih cembung dari kiri

Palpasi : gerak hemithoraks kanan tertinggal dibanding

hemitoraks kiri:

Fremitus D < S

Perkusi : sonor di paru kiri, redup di paru kanan

Auskultasi : suara dasar paru kanan vesikuler menurun, paru

kiri vesikuler ronkhi basah halus di paru kiri,

Wheezing -/-

Page 12: Laporan Pbl i Blok Respirasi

Jantung dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstrimitas : dalam batas normal

Tutor guide

1. Bagaimanakah patofisiologi gejala dan tanda tangan pada pasien ?

a. Patofisiologi hiperhidrosis (Schwartz RA, et. al. 2009)

Penyebab

b. Vesikuler ↓ karena terdapat sekret

Hiperdirosis

Gangguan dan regenerasi abnormal saraf-saraf simpatis

Emosional Setempat Umum

Gangguan kelenjar keringat

ekrin

Over aktivitas simpatik

Disregulasi otonom

Page 13: Laporan Pbl i Blok Respirasi

Suara ronkhi disebabkan karena adanya sekret dalam saluran pernafasan,

penyempitanlumen saluran pernafasan dan terbukanya alveoli yang tadinya

koleps.

c. Mekanisme suara paru

Proses pernafasan

Terjadi pusaran dan

Benturan brokus dan percabangannya

Getaran dihantarkan melalui lumen dan dinding bronkus

d. Mekanisme patofisiologi

Perubahan medium

Vol. thorax

Inspeksi : dada cembung

Trakhe terdorong ke kiri

Inspeksi dan palpasi : gerakan nafas tertinggal

Perubahan penghantaran udara

Hipersonor (udara)

Redup (cairan)

Fremitus ↓

Perubahan suara paru

Page 14: Laporan Pbl i Blok Respirasi

e. Mekanisme demam

Inspeksi/peradangan

Neutrofil

Pirogen endogen

Prostaglandin

titik patokan ke hiphotalamus

Mengawali “respon dingin”

produksi panas

↓pengurangan panas

suhu tubuh ke titik patokan yang baru = demam

2. Struktur organ yang terlibat?

Organ yang terlibat pada traktus respiratori seperti paru, trakea, dan limfanodi.

3. Apakah anda telah dapat menentukan diagnosis kerja?

Belum, masih membutuhkan pemeriksaan penunjang.

4. Rencana pemeriksaan penunjang apakah yang akan anda usulkan dan apakah

tujuannya?

a. Pemeriksaan darah lengkap

b. Pemeriksaan sputum

c. Pemeriksaan radiologi.

Page 15: Laporan Pbl i Blok Respirasi

Info 4

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium darah

Hb :10,4 g/Dl

Ht : 41 %

Leukosit : 10.900

Trombosit : 187.000

LED : 41 mm/jam

Hitung Jenis : Eosinofil 2 Basofil 0 Batang 12 Segmen 35 Limfosit 45 Monosit 60

SGOT : 14 IU

SGPT :18 IU

AU : 4 mg/Dl

Sputum SPS : +1/+2/+1

Ro toraks : bercak infiltrat di lapang paru kiri

Gambaran radioopak homogen pada hemithoraks kanan

Tutor guide

1. Interpretasikan hasil laboratorium

a. Kadar Hb menurun

b. Kadar Ht normal

c. Kadar Leukosit meningkat

d. Kadar trombosit normal

e. Kadar LED meningkat

f. Hitung jenis pada batang dan limfsit meningkat

g. Kadar SGOT normal

h. Kadar SGPT normal

i. Kadar Asam Urat normal

j. Sputum SPS positif 3 (+++)

k. Ro toraks menggambarkan bahwa adanya infeksi pada paru.

Page 16: Laporan Pbl i Blok Respirasi

2. Apakah anda telah dapat menentukan diagnosis pasien ?

Ya. Diagnosis adalah tuberculosis paru dengan efusi pleura dextra .

3. Definisi dan etiologi TB paru ?

Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan Mycobacterium

tuberculosis yang menyerang paru.

4. Klasifikasi TB ?

a. Pembagian secara patologis

1) Tuberkulosis Primer

2) Tuberkulosis Post – Primer

b. Pembagian secara aktifitas radiologis

1) Tuberkulosis paru aktif

2) Tuberkulosis paru non aktif

3) Quiscent (Bentuk aktif yang mulai menyembuh)

c. Pembagian secara radiologis (Luas Lesi)

1) Tuberkulosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu paru maupun kedua

paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

2) Moderately advanced tuberculosis

Terdapat kavitas dengan diameter ≤ 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus

tidak lebih dari satu bagian paru.

3) Far advanced tuberculosis

4) Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi pada keadaan Moderately

advanced tuberculosis.

d. Pembagian menurut American Thoracic Society (1974)berdasarkan aspek

kesehatan masyarakat

1) Kategori 0

Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negatif, tes

tuberkulian negatif.

Page 17: Laporan Pbl i Blok Respirasi

2) Kategori I

Terpajan tuberkulosis tetapi tidak terbukti ada infeksi, riwayat kontak

positif tetapi tes tuberkulin negatif.

3) Kategori II

Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit, tes tuberkulin positif, radiologis

dan sputum negatif.

4) Kategori III

Terinfeksi tuberkulosis dan sakit.

e. Pembagian berdasarkan kelainan klinis, radiologis dan mikrobiologis

1) Tuberkulosis paru

2) Bekas tuberkulosis paru

3) Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam :

a) Tuberkulosis paru tersangka yang diobati

Sputum BTA negatif, tetapi tanda – tanda lain positif

b) Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati :

Sputum BTA negatif dan tanda – tanda lain juga meragukan

Dalam 2 – 3 bulan, TB tersangka ini harus dipastikan apakan termasuk

TB paru aktif atau bekas TB. Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan :

i. Status Bakteriologi

ii. Mikroskopik sputum BTA (langsung)

iii. Biakan sputum BTA

iv. Status radiologis, kelainan yang relavan untuk TB paru

v. Status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan OAT

f. Pembagian berdasarkan terapi

1) Kategori I, ditujukan terhadap :

a) TB Paru BTA (+) kasusbaru

b) TB Paru BTA (-), RÖ (+) lesiluas / sakitberat

c) TB ekstraparuberat

2) Kategori II, ditujukan terhadap :

a) TB Parukambuh

Page 18: Laporan Pbl i Blok Respirasi

b) TB Parugagal

c) TB Parulalai (D.O)

3) Kategori III, ditujukan terhadap :

a) TB Paru BTA (-), RÖ (+) lesi / sakitringan

b) TB ekstraparu ringan

5. Manifestasi Klinis ?

1) Batuk

2) Dahak purulen

3) Batuk Darah

4) Nyeri Dada

5) Suara napas Wheezing

6) Dispneu

7) Panas Badan

8) Menggigil

9) Keringat malam

10) Lemah badan

11) Anoreksia

6. Algoritma penegakkan diagnosis TB

Page 19: Laporan Pbl i Blok Respirasi

7. Rencana penatalaksanaan (kategori berapa) ?

Pada kasus ini penderita termasuk ke dalam kategori 1. Penatalaksanaan untuk

kategori 1 adalah :

Infus Ringer Laktat 1.500 cc/ 24 jam

Torakosintesis untuk mengeluarkan cairan pleura sekaligus pemeriksaan :

Sitologi cairan pleura

Analisis cairan pleura

BTA cairan pleura

OAT kategori 1, yaitu 2RHZE/4H3R3 :

2 bulan setiap hari minum Rifampisin, Izoniazid, Pirazinamid, dan

Etambutol. Masa ini disebut masa intensif

4 bulan selanjutnya, minum obat izoniazid dan rifampisin 3 kali dalam

seminggu. Ini merupakan fase lanjutan.

Ambroksol 3x30 mg

Paracetamol 500 mg bila perlu

8. Komplikasi dan prognosis ?

Komplikasi TB paru adalah :

a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan

nafas. 

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 

c. Bronkiectasis dan fribosis pada Paru.

d. Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan Paru.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan

sebagainya.

f. Insufisiensi Kardio Pulmoner

Prognosis penyakit TB Paru cenderung baik selama penderita mendapatkan

penanganan yang sesuai.

Page 20: Laporan Pbl i Blok Respirasi

9. Edukasi ?

a. Faktor resiko terserang penyakit TB

b. Bagaimana cara penularan penyakit TB

c. Bagaimana proses terapi penyakit TB

d. Apa pengertian dan peran PMO dalam penyakit TB

10. Kapankah pemeriksaan ulang sputum BTA ?

Pemeriksaan ulang sputum BTA :

a. 1 minggu sebelum akhir bulan kedua

b. Sebulan sebelum akhir pengobatan ( bulan kelima )

c. Akhir proses pengobatan ( bulan keenam )

Info 5

Diagnosis : TB paru BTA positif lesi luas kasus baru dengan efusi pleura kanan.

Lollipop mendapatkan terapi sebagai berikut :

- Infus Ringer Laktat 1500 cc/24 jam

- Torakosintesis untuk mengeluarkan cairan pluera sekaligus pemeriksaan :

o Sitologi cairan pluera

o Analisis cairan pluera

o BTA cairan pluera

- OAT kategori 1 (2HRZE/4H3r3) atau 2 bulan 4FDC/4 bulan 2 FDC

- Ambroksol 3 x 30 mg

- Paracetamol 500 mg kalau perlu

- Edukasi

o Faktor resiko

o Faktor penularan

o Terapi

o PMO

Page 21: Laporan Pbl i Blok Respirasi

BAB III

KESIMPULAN

Pada kasus diatas bahwa Lollipop terdiagnosia dengan penyakit TBC dengan

efusi pluera. Ini dibuktikan dengan dilakukan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan

hingga pemeriksaan penunjang. Untuk pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan

pemeriksaan vital sign, pemeriksaan leher hingga thoraks. Sedang pemeriksaan

penunjang yang dilakukan dengan pemeriksaan darah lengkap, radiologi dan

pemeriksaan sputum.

Tekanan intrathorax me↑

Page 22: Laporan Pbl i Blok Respirasi

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zulkifli dan Asril Bahar. 2009. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: ECG.

Murray,Longmore.2009.Oxford Handbook of Clinical Medicine Seventh Edition.New

York:Oxford University Press.

Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta.

EGC. 1995.

Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI.1982.

Silbernagl,Stefan.2000.Teks & Atlas Berwarna Patofisiiologi.Jakarta:EGC.