laporan PBL 2

22
1 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma sehat merupakan salah satu konsep pembangunan nasional berwawasan kesehatan yang ditandai dengan masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan masyarakat yang tinggi. Paradigma sehat tidak akan terwujud dan hanya akan menjadi slogan semata, tanpa dibarengi dengan tindakan yang nyata secara konsisten dan berkesinambungan oleh seluruh lapisan masyarakat dan partisipasi aktif lintas sector, oleh karena aspek kesehatan merupakan tanggung jawab bersama (share responcibility). Paradigma sehat tersebut lebih menekankan aspek kemandirian masyarakat dalam memelihara kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang tinggi akan pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Sehubungan dengan upaya tersebut, kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) sangat penting sebagai bagian dari proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan mengidentifikasi, merumuskan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi alternatif pemecahan masalah khususnya masalah kesehatan yang dilaksanakan secara bersama dengan pemerintah desa, lembaga-lembaga desa, dan masyarakat. Sejalan dengan pembangunan kesehatan yang berlandaskan pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, profesionalisme, desentralisasi, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, maka diharapkan mahasiswa yang memiliki fungsi sebagai agen pembaharu (agent of change)

Transcript of laporan PBL 2

Page 1: laporan PBL 2

1 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paradigma sehat merupakan salah satu konsep pembangunan nasional

berwawasan kesehatan yang ditandai dengan masyarakat hidup dalam

lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan

masyarakat yang tinggi. Paradigma sehat tidak akan terwujud dan hanya akan

menjadi slogan semata, tanpa dibarengi dengan tindakan yang nyata secara

konsisten dan berkesinambungan oleh seluruh lapisan masyarakat dan

partisipasi aktif lintas sector, oleh karena aspek kesehatan merupakan

tanggung jawab bersama (share responcibility). Paradigma sehat tersebut

lebih menekankan aspek kemandirian masyarakat dalam memelihara

kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang tinggi akan pentingnya

pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Sehubungan dengan upaya tersebut, kegiatan Pengalaman Belajar

Lapangan (PBL) sangat penting sebagai bagian dari proses belajar yang

bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan mengidentifikasi,

merumuskan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi alternatif

pemecahan masalah khususnya masalah kesehatan yang dilaksanakan secara

bersama dengan pemerintah desa, lembaga-lembaga desa, dan masyarakat.

Sejalan dengan pembangunan kesehatan yang berlandaskan pada

peningkatan derajat kesehatan masyarakat, profesionalisme, desentralisasi,

dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, maka diharapkan

mahasiswa yang memiliki fungsi sebagai agen pembaharu (agent of change)

Page 2: laporan PBL 2

2 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

di tengah-tengah masyarakat dapat berupaya dalam percepatan proses

peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II adalah rangkaian dari PBL I,

PBL II, dan PBL III, dimana program yang disusun ditujukan kepada

masyarakat setempat. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II ini merupakan

kegiatan yang mengacu pada pengalaman dan teori-teori yang didapat pada

proses perkuliahan, dimana program yang disusun diperuntukkan pada

masyarakat setempat.

Kegiatan PBL II ini diharapkan dapat mengasah sikap dan kemampuan

profesionalisme mahasiswa dalam menghadapi permasalahan dalam bidang

kesehatan. Dari gambaran ini, akan mempermudah kita dalam mendiagnosis

masyarakat serta berupaya mencari solusi di dalam menghadapi masalah yang

muncul melalui intervensi kesehatan dan pendekatan kepada masyarakat

sehingga permasalahan kesehatan tersebut dapat dipecahkan bersama dengan

menyatukan persepsi tentang bentuk penanganan yang akan ditetapkan.

Berdasarkan data yang diperoleh pada PBL I bahwa yang menjadi

masalah di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo

Utara adalah kepemilikan jamban, kepemilikan tempat pembuangan sampah

serta kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya dan

SPAL. Masalah pertama, yaitu kepemilikan jamban, dimana dari 147 rumah

tangga yang ada di Desa Molingkapoto terdapat 80 rumah tangga (54,4%)

yang tidak memiliki jamban dan 67 rumah tangga (45,6%) yang memiliki

jamban. Masalah kedua, yaitu Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dimana

dari 147 rumah tangga, terdapat 67 rumah tangga (46,0%) yang tidak

Page 3: laporan PBL 2

3 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

memiliki TPS dan 80 rumah tangga yang memiliki TPS. Masalah ketiga,

yaitu Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), dimana dari 147 rumah

tangga, terdapat 34 rumah tangga (23,1%) yang memanfaatkan

penampungan/peresapan sebagai tempat pembuangan air limbah, 66 rumah

tangga (44,9%), yang dialirkan ke got, 15 rumah tangga (10,2%) dialirkan ke

sawah/kebun, 2 rumah tangga (1,4%) dialirkan ke sungai dan 30 rumah

tangga (20,4%) yang dialirkan di sekitar rumah.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi prioritas

masalah adalah kepemilikan jamban. Hal ini didasarkan atas beberapa

pertimbangan yaitu besarnya masalah (magnitude), derajat keparahan

masalah (severity), tingkat penanggulangan masalah (vulnerability), biaya

(cost) dan dukungan masyarakat (public concern).Dari prioritas masalah

tersebut, maka intervensi yang dilakukan pada PBL II ini berupa intervensi

fisik dan non fisik. Intervensi fisik berupa pembuatan jamban percontohan,

sedangkan intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang pentingnya jamban,

Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dan Saluran Pembuangan Air Limbah

(SPAL).Dengan demikian maka kegiatan ini diharapkan dapat membantu

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat di Desa

Molingkapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara dalam hal

ini untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1.2 Maksud dan Tujuan PBL II

1. Maksud PBL II

a. Menerapkan diagnosis kesehatan yang intinya mengenali,

merumuskan dan menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat;

Page 4: laporan PBL 2

4 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

b. Mengembangkan program penanganan masalah kesehatan

masyarakat yang bersifat promotif, preventif dan rehabilitatif;

c. Bertindak sebagai manager madya yang dapat berfungsi sebagai

pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti;

d. Melakukan pendekatan masyarakat; dan

e. Bekerja dalam tim multidisiplin.

2. Tujuan PBL II

a. Mampu mensosialisasikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada

PBL II;

b. Mampu membuat proposal secara sederhana dalam Planning Of

Action (POA) dalam masalah yang akan diintervensi;

c. Mampu mengaktifkan peran serta masyarakat dalam setiap kegiatan

yang berkaitan dengan pelaksanaan program;

d. Mampu mengembangkan keterampilan dasar sebagai seorang “Agent

Of Change” di masyarakat;

e. Mampu bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam

melaksanakan kegiatan intervensi;

f. Mampu memaparkan dan mempertanggung jawabkan hasil kegiatan

implementasi program intervensi PBL II;

g. Mampu membuat penyusunan laporan kegiatan yang telah dilakukan

pada PBL II.

Page 5: laporan PBL 2

5 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

BAB II

PRIORITAS MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN

2.1 Prioritas Masalah Kesehatan

Berdasarkan hasil analisis dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka yang menjadi prioritas masalah adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Prioritas Masalah Kesehatan

Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

Tahun 2012

No Masalah Magnitude Severity Vulnerability Cost Public

Concern Total

1

Dari 147 RT

yang ada di

Desa

Molingkapoto

terdapat 80

rumah tangga

(54,4%) yang

tidak memiliki

jamban.

5 5 5 2 5 1250

2

Dari 147 rumah

tangga, terdapat

67 RT (46,0%)

yang tidak

memiliki TPS.

4 3 2 4 2 192

3

Dari 147 rumah

tangga, terdapat

82 RT (55,8)

yang tidak

memiliki SPAL

3 3 2 4 2 144

1. Masalah Jamban

Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan menunjukan masih banyak

masyarakat desa Molingkapoto yang tidak memiliki jamban, dimana Dari

147 RT yang ada di Desa Molingkapoto terdapat 80 rumah tangga (54,4%)

yang tidak memiliki jamban dan sebanyak 67 rumah tangga (45,6%) yang

memiliki jamban. Masyarakat yang tidak memiliki jamban lebih memilih

Page 6: laporan PBL 2

6 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

membuang air besar di tempat lain seperti sungai, sawah/kebun, dan semak-

semak/tempat terbuka. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi yang menjadi

hambatan masyarakat dalam membuat jamban keluarga sendiri, perilaku

masyarakat, serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya

buang air besar di jamban.

Tabel 2.2

Distribusi Rumah Berdasarkan Keberadaan Jamban Di Desa Molingkapoto

Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

Tahun 2012

Jamban

Dusun Jumlah

Baru Pancuran Jamburan Beringin

n % n % n % n % n %

Ada 23 51,1 19 40,4 12 44,4 13 46,4 67 45,6

Tidak ada 22 48,9 28 59,6 15 55,6 15 53,6 80 54,4

Jumlah 45 100 47 100 27 100 28 100 147 100

Sumber : Data Primer, Tahun 2012

a. Besarnya Masalah (Magnitude)

Berdasarkan hasil pendataan, diperoleh bahwa masih banyak

masyarakat yang belum memiliki jamban, dimana dari 147 rumah tangga

yang ada di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang terdapat 80

rumah tangga (54,4%) yang tidak memiliki jamban, sehingga skor yang

diberikan adalah 5 point.

b. Derajat Keparahan Masalah (Severity)

Derajat keparahan masalah jamban keluarga diberikan skor 5 point,

karena apabila masalah ini tidak ditanggulangi, maka akan berdampak

negatif bagi kehidupan masyarakat di Desa Molingkapoto Kecamatan

Kwandang. Misalnya, terjadi pencemaran lingkungan dan menjadi

tempat perkembangbiakan vektor penyakit seperti vektor lalat yang akan

Page 7: laporan PBL 2

7 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

menyebarkan penyakit seperti penyakit diare, kolera, disentri dan lain-

lain.

c. Tingkat Penanggulangan Masalah (Vulnerability)

Melihat tingkat penanggulangan masalah jamban keluarga, maka

intervensi yang dilakukan adalah intervensi fisik dan non fisik. Intervensi

fisik berupa pembuatan jamban percontohan dan intervensi non fisik

berupa sosialisasi tentang jambanisasi, sehingga skor yang diberikan

adalah 5 point. Dengan intervensi ini maka diharapkan masyarakat dapat

membuat jamban yang sehat dan dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat akan pentingnya penggunaan jamban sebagai sarana untuk

Buang Air Besar (BAB), sehingga dapat menurunkan distribusi

penduduk yang BAB di sembarang tempat. Dengan demikian maka dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa Molingakpoto

Kecamatan Kwandang.

d. Biaya (Cost)

Pelaksanaan pembuatan jamban (intervensi fisik) yang memenuhi

syarat-syarat kesehatan, memerlukan biaya yang cukup mahal baik dalam

pengadaan sumber daya manusia/tenaga kerja (man), dana (money) dan

bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan jamban (material).

Selain itu ditambah dengan sosialisasi tentang jambanisasi (intervensi

non fisik), sehingga skor yang diberikan adalah 2 point.

e. Dukungan Masyarakat (Public Concern)

Bagi masyarakat di Desa Molingakopto Kecamatan Kwandang,

jamban merupakan hal yang penting tetapi karena faktor ekonomi

Page 8: laporan PBL 2

8 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

masyarakat yang tergolong masih rendah serta jenis tanah yang tidak

kedap air menjadi kendala dalam pembuatan jamban sehingga dukungan

masyarakat sangat kurang. Maka skor yang diberikan adalah 5 point.

2. Masalah Tempat Pembuangan Sampah (TPS)

Berdasarkan hasil pendataan di lapangan, menunjukkan bahwa

kebanyakan masyarakat tidak mempunyai TPS, dimana dari 147 rumah

tangga, terdapat 67 rumah tangga (46,0%) yang tidak memiliki TPS dan

80 rumah tangga yang memiliki TPS. Masyarakat lebih memilih untuk

mengumpulkan sampah lalu membakarnya. Selain itu juga mereka

memiliki kebiasaan membuang sampah disekitar rumah sehingga

berdampak pada gangguan estetika, menimbulkan keresahan masyarakat,

pencemaran lingkungan baik lingkungan udara, air dan tanah serta dapat

menjadi perkembangan vektor penyakit. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan

serta kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak yang akan

ditimbulkan bagi kesehatan.

Tabel 2.3

Distribusi Rumah Berdasarkan Ketersediaan Tempat Sampah

Di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang

Kabupaten Gorontalo Utara

Tahun 2012

Ketersediaan

TPS

Dusun Jumlah

Baru Pancuran Jamburan Beringin

n % n % n % n % n %

Ada 24 53 22 47 18 67 16 57 80 54

Tidak ada 21 47 25 53 9 33 12 43 67 46

Jumlah 45 100 47 100 27 100 28 100 147 100

Sumber : Data Primer, Tahun 2012

Page 9: laporan PBL 2

9 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

a. Besarnya Masalah (Magnitude)

Berdasarkan hasil pendataan diperoleh bahwa kebanyakan

masyarakat tidak mempunyai Tempat Pembuangan Sampah (TPS),

dimana dari 147 rumah tangga, terdapat 67 rumah tangga (46%) yang

tidak memiliki TPS, sehingga skor yang diberikan adalah 3 point.

b. Derajat Keparahan Masalah (Severity)

Derajat keparahan masalah untuk tempat pembuangan sampah

diberikan skor 3 point. Hal ini disebabkan oleh karena masalah sampah

juga berpengaruh pada kesehatan masyarakat di Desa Molingkapoto

Kecamatan Kwandang. Misalnya, berdampak pada gangguan estetika,

menimbulkan keresahan masyarakat, pencemaran lingkungan baik

lingkungan udara, air dan tanah serta dapat menjadi perkembangan

vektor penyakit.

c. Tingkat Penanggulangan Masalah (Vulnerability)

Tingkat penanggulangan masalah ini mudah, karena langkah yang

diambil adalah intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang pentingnya

Tempat Pembuangan Sampah (TPS), sehingga diberikan skor 2 point.

d. Biaya (Cost)

Sosialisasi tentang pentingnya TPS (intervensi non fisik) hanya

memerlukan dana yang relatif murah sehingga skor yang diberikan

adalah 4 point.

e. Dukungan Masyarakat (Public Concern)

Dukungan masyarakat mengenai masalah tempat pembuangan

sampah hanya diberikan skor 2 point. Hal ini karena bagi masyarakat

Page 10: laporan PBL 2

10 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

masalah sampah bukan merupakan hal yang sangat penting, mengingat

masih banyak lahan yang luas untuk dijadikan tempat pembuangan

sampah.

3. Masalah Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Berdasarkan hasil pendataan di lapangan, menunjukkan bahwa dari

147 rumah tangga, terdapat 153 rumah tangga (67,7%) yang pembuangan

air limbahnya dialirkan ke got (memiliki SPAL), dan yang lainnya (tidak

memiliki SPAL) dialirkan ke penampungan/peresapan (17 rumah tangga

atau 7,5%), dialirkan ke sawah/kebun (17 rumah tangga atau 7,5%),

dialirkan ke sungai/pantai (21 rumah tangga atau 9,3%) dan dialirkan di

sekitar rumah (18 rumah tangga atau 8%). Jika hal ini dibiarkan maka

akan berdampak pada gangguan estetika, menjadi tempat

perkembangbiakkan vektor penyakit dan dapat mencemari lingkungan

baik lingkungan udara, air maupun tanah. Hal ini disebabkan karena

kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya

SPAL bagi setiap rumah tangga sehingga kepedulian terhadap hal tersebut

masih kurang.

Page 11: laporan PBL 2

11 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

Tabel 2.4

Distribusi Rumah Berdasarkan Tempat Pembuangan Air Limbah

Cucian / Air Mandi Di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang

Kabupaten Gorontalo Utara

Tahun 2012

Sumber : Data Primer, Tahun 2012

a. Besarnya Masalah (Magnitude)

Berdasarkan hasil pendataan diperoleh bahwa dari 147 rumah

tangga, terdapat 65 rumah tangga (44,0%) yang tidak memiliki SPAL

dengan rincian yaitu yang pembuangan air limbahnya dialirkan ke

penampungan/peresapan (34 rumah tangga atau 23%), dialirkan ke

sawah/kebun (15 rumah tangga atau 10%), dialirkan ke sungai/pantai (2

rumah tangga atau 1%) dan dialirkan di sekitar rumah (31 rumah tangga

atau 21%), sehingga skor yang diberikan adalah 3 point.

b. Derajat Keparahan Masalah (Severity)

Derajat keparahan masalah SPAL diberikan skor 3 point. Hal ini

disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat

tentang pentingnya SPAL bagi setiap rumah tangga. Jika hal ini dibiarkan

maka akan berdampak pada gangguan estetika, menjadi tempat

perkembangbiakkan vektor penyakit dan dapat mencemari lingkungan

baik lingkungan udara, air maupun tanah.

Saluran pembuangan air

limbah

Dusun Jumlah

Baru Pancuran Jamburan Beringin

n % n % n % n % n %

Penampungan/peresapan 11 24 10 21 5 18 8 29 34 23

Dialirkan ke got 20 44 22 47 13 48 10 36 65 44

Dialirkan ke sawah 1 2 10 21 3 11 1 4 15 10

Dialrkan ke sekitar rumah 13 28 3 6 6 22 9 32 31 21

Dialirkan ke sungai O 0 2 4 0 0 0 0 2 1

Jumlah 45 100 47 100 27 100 28 100 147 100

Page 12: laporan PBL 2

12 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

c. Tingkat Penanggulangan Masalah (Vulnerability)

Kemungkinan penanggulangan masalah SPAL diberikan skor 2

point, tekhnisnya dilakukan dengan intervensi non fisik berupa sosialisasi

tentang pentingnya SPAL.

d. Biaya (Cost)

Biaya yang digunakan dalam melakukan intervensi non fisik untuk

masalah SPAL diberikan skor 4 point karena dana yang digunakan

relative murah.

e. Dukungan Masyarakat (Public Concern)

Dukungan masyarakat terhadap masalah SPAL diberikan skor 2

point, karena masyarakat menganggap bahwa SPAL bukan masalah yang

terlalu penting yang dapat menghindari pencemaran lingkungan dan tidak

menjadi tempat perkembangbiakan/perindukan nyamuk, khususnya

nyamuk Anopheles (vektor penyakit malaria) yang menyukai tempat-

tempat yang kotor.

2.2 Pemecahan Masalah Kesehatan

Berdasarkan prioritas masalah di atas, maka dapat dibuat pemecahan

masalah dari masalah yang ada sebagai berikut :

1. Masalah Jamban

a. Memberikan sosialisasi tentang jambanisasi (intervensi non fisik)

b. Membuat jamban percontohan permanen yang memenuhi syarat-syarat

kesehatan (intervensi fisik).

Page 13: laporan PBL 2

13 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

2. Masalah Tempat Pembuangan Sampah (TPS)

Memberikan sosialisasi tentang pentingnya Tempat Pembuangan Sampah

(intervensi non fisik)

3. Masalah Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Memberikan sosialisasi tentang pentingnya Saluran Pembuangan Air

Limbah (intervensi non fisik)

Page 14: laporan PBL 2

14 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Planning Of Action (POA)

Dalam malaksanakan kegiatan PBL II terlebih dahulu disusun Planning

Of Action (POA) agar lebih mempermudah dalam pelaksanaannya di

lapangan. Pada BAB ini akan dibahas mengenai POA PBL II yaitu sebagai

berikut :

1. Masalah Jamban

Planning Of Action (POA) untuk masalah jamban Kelompok VI Desa

Molingkapoto, yaitu :

a. Jenis Kegiatan

Intervensi fisik berupa pembuatan jamban percontohan permanen

yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan intervensi non fisik berupa

sosialisasi tentang jambanisasi.

b. Tujuan

1) Tujuan Umum

Adapun tujuan umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat

2) Tujuan Khusus

Masyarakat diharapkan dapat membuat jamban yang sehat dan

diharapkan dapat menurunkan distribusi penduduk yang Buang Air Besar

(BAB) sembarangan.

Page 15: laporan PBL 2

15 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

c. Sasaran; Masyarakat Dusun III ( DusunPancuran) Desa Molingkapoto

d. Target; 1) Intervensi fisik : 1 buah jamban percontohan

2) Intervensi non fisik : 100% masyarakat dapat hadir

dalam sosialisasi

e. Lokasi; 1) Intervensi fisik : Dusun III (Dusun Pancuran)

2)Intervensi non fisik : Kantor Desa Molingkapoto

f. Biaya; 1) Intervensi fisik : Rp. 4.227.000

2) Intervensi non fisik : Rp. 70.000

g. Waktu Pelaksanaan

1) Intervensi fisik: Sabtu, 19 Januari 2013 s/d Jumat, 25 Januari 2013

2) Intervensi non fisik: Kamis, 17 Januari 2013

h. Penanggung Jawab

1) Umrin Ibrahim

2) Fadliya

i. Sumber Biaya; Mahasiswa dan swadaya masyarakat

2. Masalah Tempat Pembuangan Sampah (TPS)

Planning Of Action (POA) untuk masalah Tempat Pembuangan

Sampah (TPS) Kelompok VI Desa Molingkapoto, yaitu :

a. Jenis Kegiatan

Intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang pentingnya Tempat

Pembuangan Sampah (TPS).

Page 16: laporan PBL 2

16 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

b. Tujuan

1) Tujuan Umum

Adapun tujuan umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat serta 25% masyarakat yang hadir dapat mengetahui

pentingnya tempat sampah

2) Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus 50% masyarakat yang diundang dapat hadir

pada sosialisasi, serta diharapkan dapat mampu menurunkan distribusi

penduduk yang membuang sampah sembarangan

c. Sasaran ; Masyarakat Desa Molingkapoto

d. Target ; 100%

e. Lokasi ; Kantor Desa Molingkapoto

f. Biaya ; Rp. 50.000

g. Waktu Pelaksanaan ; Kamis, 17 Januari 2013

h. Penanggung Jawab

1) Roland Pratama Haras

2) Syintia Yunita Goni

i. Sumber Biaya ; Mahasiswa

3. Masalah Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Planning Of Action (POA) untuk masalah Saluran Pembuangan Air

Limbah (SPAL) Kelompok VI Desa Molingkapoto, yaitu :

Page 17: laporan PBL 2

17 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

a. Jenis Kegiatan

Intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang pentingnya Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL)

b. Tujuan

1) Tujuan Umum

Adapun tujuan umum adalah Untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat serta 25% masyarakat yang hadir dapat mengetahui

pentingnya SPAL

2) Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus adalah 50% masyarakat yang diundang dapat

hadir pada sosialisasi, serta diharpkan dapat menurunkan distribusi

penduduk yang membuang air limbah sembarangan

c. Sasaran; Masyarakat Desa Molingkapoto

d. Target; 100%

e. Lokasi; Kantor Desa Molingkapoto

f. Biaya; Rp. 70.000

g. Waktu Pelaksanaan; Kamis, 17 Januari 2013

h. Penanggung Jawab

1) Syintia Yunita Goni

2) Muzkiratillah Mampa

i. Sumber Biaya; Mahasiswa

Selain program intervensi fisik dan non fisik yang telah diprioritaskan

di atas, terdapat program tambahan yang telah dilaksanakan, yaitu sosialisasi

tentang Cuci Tangan Pakai Sabun atas kerja sama dengan mahasiswa PBL II

Page 18: laporan PBL 2

18 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

desa Molingakpoto Selatan, sosialisasi Kesehatan Ibu dan Anak kerjasama

dengan ketua Program Keluarga Harapan (PKH) desa Molingkapoto, dan

sosialisasi serta pembagian lefleat atau brosur tentang Bahaya Merokok bagi

pelajar di SMPN II Kwandang.

1. Sosialisasi tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

a. Jenis Kegiatan

Intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang cuci tangan pakai

sabun (CTPS). Pelaksanaan program ini dilakukan agar anak-anak

dibelajarkan sejak usia dini dapat mengetahui sejauh mana pentingnya

mencuci tangan pakai sabun, mengingat kebiasaan anak-anak yang suka

makan dengan tidak mencuci tangan menggunakan sabun. Kegiatan ini

diharapkan dapat meningkatkan kesadaran anak-anak terhadap PHBS,

sehingga terhindar dari penyakit yang berbahaya.

b. Tujuan

1) Tujuan Umum

Adapun tujuan umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan

siswa

2) Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dapat menyadarkan kepada anak-anak akan

pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

c. Sasaran; Siswa Kelas IV SDN 1 Molingkapoto

d. Target; 100%

e. Lokasi; SDN I Molingkapoto

f. Biaya; Rp. 50.000

Page 19: laporan PBL 2

19 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

g. Waktu Pelaksanaan; Selasa, 22 Januari 2013

h. Penanggung Jawab

1) Safriyanto Paulutu

2) Syintia Yunita Goni

i. Sumber Biaya; Mahasiswa

2. Sosialisasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. Jenis Kegiatan

Intervensi non fisik berupa sosialisasi tentang Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA). Pelaksanaan program ini dilakukan agar ibu-ibu

memperoleh pengetahuan tentang pentingya kesehatan ibu dan anak.

b. Tujuan

1) Tujuan Umum

Adapun tujuan umum adalah untuk meningkatkan derajat

kesehatan ibu dan anak

2) Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus adalah dapat meningkatkan derajat

kesehatan ibu dan anak

c. Sasaran

Ibu-ibu yang ada desa Molingkapoto

d. Target; 100%

e. Lokasi; Rumah ketua Program Keluarga Harapan (PKH)

f. Biaya; Rp. 50.000

g. Waktu Pelaksanaan; Minggu, 20 Januari 2013

h. Penanggung Jawab

Page 20: laporan PBL 2

20 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

1) Umrin Ibrahim

2) Sitty Hardiyanti Pakiding

i. Sumber Biaya; Mahasiswa

3. Sosialisasi Tentang Bahaya Merokok Bagi Pelajar serta Pembagian

Brosur/Leafleat tentang Bahaya Merokok

a. Jenis Kegiatan

Intervensi non fisik berupa pembagian brosur tentang bahaya

merokok agar siswa SMPN 2 Kwandang dapat terhindar dari bahaya

rokok dan menyadari bahwa rokok dapat meningakatakn resiko

penyakit berbahaya seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), kanker

paru-paru dan lain-lain.

b. Tujuan

1) Tujuan Umum

Adapun tujuan umum adalah Untuk meningkatkan derajat

kesehatan siswa

2) Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus adalah dapat menyadarkan siswa akan

bahaya merokok.

c. Sasaran; Siswa SMPN 2 Kwandang

d. Target; 100%

e. Lokasi; SMP 2 Kwandang

f. Biaya; Rp. 50.000

g. Waktu Pelaksanaan; Jumat, 25 Januari 2013

h. Penanggung Jawab

Page 21: laporan PBL 2

21 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

1) Muzkiratillah Mampa

2) Roland Pratama Haras

i. Sumber Biaya; Mahasiswa

Page 22: laporan PBL 2

22 Laporan Pengalaman Belajar Lapangan II

DAFTAR PUSTAKA

Kelompok I. 2010. Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Mahasiswa

Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II Desa Bulota Kecamatan

Talaga Jaya. Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri

Gorontalo

Kelompok II. 2010. Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Mahasiswa

Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II Desa Buhu Kecamatan Talaga

Jaya. Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo

Kelompok VII. 2010. Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Mahasiswa

Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II Desa Tridharma Kecamatan

Pulubala. Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo

Kelompok XII. 2011. Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Mahasiswa

Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II Desa Bongopini Kecamatan

Tilongkabila. Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri

Gorontalo

Kelompok VI. 2012. Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Mahasiswa

Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I Desa Molingkapoto Kecamatan

Kwandang. Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri

Gorontalo

Tim Penyusun. 2012. Panduan dan Jurnal Pengalaman Belajar Lapangan

(PBL). Gorontalo: Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo