Laporan Pbl 1.1 Mh

59
LAPORAN PBL 1 BLOK MENTAL HEALTH “Kenapa ya, Batake jadi begini ...” Tutor : dr. Setiawati dr. Diah Krisnansari, M.Si Kelompok III Sri Wahyudi G1A009049 Yanuary Tejo B. G1A009062 Rahmi Laksita Rukmi G1A009073 Yanuar Firdaus G1A009079 Semba Anggen R. G1A009085 Dhyaksa Cahya P. G1A009088 Indah Permata Sari G1A009092 Anggita Dyah Intan S. G1A009095 Nita Irmawati G1A009096 Yuni Hanifah G1A009097 Radityo Arif K1A005036

Transcript of Laporan Pbl 1.1 Mh

Page 1: Laporan Pbl 1.1 Mh

LAPORAN PBL 1

BLOK MENTAL HEALTH

“Kenapa ya, Batake jadi begini ...”

Tutor :

dr. Setiawati

dr. Diah Krisnansari, M.Si

Kelompok III

Sri Wahyudi G1A009049

Yanuary Tejo B. G1A009062

Rahmi Laksita Rukmi G1A009073

Yanuar Firdaus G1A009079

Semba Anggen R. G1A009085

Dhyaksa Cahya P. G1A009088

Indah Permata Sari G1A009092

Anggita Dyah Intan S. G1A009095

Nita Irmawati G1A009096

Yuni Hanifah G1A009097

Radityo Arif K1A005036

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERANPURWOKERTO

2012

Page 2: Laporan Pbl 1.1 Mh

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang

mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah

(Stuart, 2006).

Skizofrenia merupakan penyakit mental yang paling menyebabkan suatu

kemunduruan. Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi

terentang dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka insidens 1 per 10.000 orang per

tahun. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama,

perbedaannya terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit. Untuk laki laki 15

sampai 25 tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Di Indonesia angka penderita

skizofrenia 25 tahun yang lalu (PJPT I) diperkirakan 1/1000 penduduk dan

proyeksi 25 tahun mendatang mencapai 3/1000 penduduk. Pada tahun 2003 di

ruang jiwa c RSU Dr Soetomo ada 351 penderita yang rawat inap dan 202

diantaranya menderita skizofrenia yang mana 70% berusia antara 15 – 24 tahun.

Oleh karena kejadian skizofrenia sangat tinggi, laporan ini disusun untuk

mengetahui penjelasan lebih lanjut mengenai skizofrenia.

Page 3: Laporan Pbl 1.1 Mh

BAB II

PEMBAHASAN

Informasi I

Seorang pemuda berusia 18 tahun bernama Batake Mori (BM), datang ke

IGD RS dibawa oleh ibu dan pamannya karena hanya berdiam diri dan duduk

dengan posisi yang tidak berubah dalam waktu yang lama ± 1-2 jam.

Riwayat Penyakit Sekarang ( dari alloanamnesis dengan ibu pasien )

Sejak satu tahun yang lalu pasien menunjukkan perubahan tingkah laku.

Keluhan terjadi secara bertahap dan semakin lama dirasakan semakin berat. Pada

awalnya pasien terlihat tidak mau beraktivitas apapun, sering terlihat bicara

sendiri, bicara meracau, pandangan kosong, jalan seperti robot dan sering

menggerak-gerakan telapak tangan kanan secara berulang-ulang dalam beberapa

waktu. Ibu pasien juga mengeluhkan bahwa pasien menjadi sulit mandi dan

cenderung tidak mau mandi jika tidak dipaksa. Terkadang pasien mengamuk bila

dimandikan secara paksa oleh ibunya. Pada malam hari pasien sering terbangun

dan sulit untuk tidur kembali.

Selain itu, pasien menjadi sering tidak mau makan maupun minum. Seiringan

dengan hal tersebut pasien menjadi sering bolos sekolah dan akhirnya

diberhentikan dari sekolah.

Perubahan tingkah laku pasien bermula dari ketika pasien menginginkan

sepeda motor tetapi orang tua pasien tidak memiliki cukup biaya untuk memenuhi

keinginan tersebut. Pasien bersekolah di sebuah sekolah STM swasta yang cukup

elit dimana kehidupan teman-teman pasien cukup berlebihan, oleh karena itu

pasien sangat menginginkan memiliki sebuah sepeda motor. Hal ini menjadi

tekanan tersendiri untuk pasien tetapi pasien tidak pernah menceritakan hal ini

kepada ibunya. Ibu pasien mengatakan terkadang secara tiba-tiba pasien meminta

maaf kepada ibunya.

Page 4: Laporan Pbl 1.1 Mh

I. Identifikasi Masalah

Informasi Pasien:

Nama Pasien : Batake Mori

Umur : 18 tahun

RPS

Keluhan utama : berdiam diri dan duduk dengan posisi yang tidak berubah

selama 1-2 jam

Onset : 1 tahun yang lalu

Progresifitas : secara bertahap, semakin lama semakin berat

Faktor pencetus : pasien ingin memiliki sepeda motor namun tidak

dikabulkan oleh orang tuanya

Gejala penyerta :

1. Tidak mau beraktivitas apapun

2. Sering terlihat bicara sendiri

3. Bicara meracau

4. Pandangan kosong

5. Jalan seperti robot

6. Sering menggerakan telapak tangan kanan secara berulang

7. Sulit mandi

8. Cenderung tidak mau mandi jika dipaksa

9. Mengamuk bila dimandikan secara paksa

10. Tidak mau makan atau minum

Riwayat Pendidikan : pasien bolos sekolah, lalu diberhentikan karena sakit

II. Analisis Masalah

1. Symptomatologi pada gangguan jiwa

Gejala gangguan kognitif

a. Bentuk Pikir

1. Gangguan mental : Sindrom perilaku atau psikologis yang bermakna

secara klinis, disertai dengan penderitaan/distress dan disabilitas/

ketidakmampuan umum

Page 5: Laporan Pbl 1.1 Mh

2. Psikosis : Ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari

fantasi, gangguan tes realita dengan menciptakan realita baru

3. Berpikir tidak logis : Berpikir dengan kesimpulan salah, tidak nyata,

bukan karena nilai cultural atau deficit intelektual

4. Autisme : preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi, hidup di

alamnya sendiri, putus hubungan dengan dunia luar. Biasanya

ditandai dengan melamun dalam dan panjang, kaget bila diajak

bicara atau bahkan tidak ada kontak social, senyum sendiri dan

bicara sendirian.

b. Isi Pikir

1. Miskin isi pikir : pikiran sedikit informasi, pengulangan kosong

2. Waham nihilistik : keyakinan bahwa sesuatu termasuk dirinya nihil

3. Waham somatic : waham yang berkaitan dengan fungsi tubuh

4. Waham serasi afek : waham yang serasi dengan afek

5. Waham tidak serasi afek: waham yang tidak serasi dengan afek

6. Waham paranoid : waham persecutory/penyiksaa, kebesaran, ideas

of reference, diancam, cemburu

7. Waham bersalah

8. Waham bizarre : thought of being control, thought withdrawl,

thought insertion, thought broadcasting, thought echo

9. Waham logis : waham rendah diri, idea bunuh diri, waham

kebesaran, waham cemburu, waham curiga, waham diancam

c. Progresi Pikir

1. Neologisme : Kata-kata baru yang diciptakan pasien (autism

infantile, skizofren)

2. World salad : campuran kata dan frasa yang membingungkan

(skizofren)

3. Inkoherensi : gabungan kata-katta dalam satu kalimat yang tanpa

tata bahasa sehingga tak dimengerti maknanya

(skizofren)

4. Verbegerasi : pengulangan kata-kata yang tak berarti

5. Ekolali : pengulangan kata-kata seseorang tanpa ujian

6. Irrelevansi : jawaban yang tidak relevan

Page 6: Laporan Pbl 1.1 Mh

7. Clang assosiasion: asosiasi bunyi

8. Flight of ideas : bicara yang melompat-lompat dalam penyampaian

isi pikiran

9. Blocking : penyampaian aliran pikiran terputus mendadak

sebelum selesai

10. Sirkumstansial

11. Tangensial

12. Logorrhea : bicara banyak sekali, nada tinggi, sulit diinterupsi

13. Poverty of speech: sedikit jumlah kata dalam pembicaraan

14. Kemiskinan isi bicara : jumlah kata adekuat tetapi sedikit informasi

15. Disartria : sulit artikulasio

Gejala gangguan afektif

a. Afek

Afek adalah ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten

dengan emosi yang dikatakan penderita. Misalnya afek disforik pada

gangguan depresi.

Macam-macam afek yaitu :

1. Afek sesuai / appropriate : irama emosi harmonis dengan isi

pikiran/gagasan dan pembicaraan yang menyertai

2. Afek in-appropriate : irama emosi tidak harmonis dengan isi

pikiran/gagasan dan pembicaraan yang menyertai

3. Afek tumpul : gangguan afek yang dimanifestasikan sebagai

penurunan afek yang berat pada intensitas irama perasaan yang

diungkapkan keluar

4. Afek terbatas : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang

berat dari afek tumpul, tapi jelas penurunannya

5. Afek datar : tidak/hampir tidak ada tanda ekspresi afek suara

monoton dan wajah tak bergerak

6. Afek labil : perubahan irama perasaan yang cepat, tiba-tiba, tidak

berhubungan dengan stimuli eksternal.

Page 7: Laporan Pbl 1.1 Mh

b. Mood

Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang

dialami secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien serta terlihat oleh

orang lain.

Macam-macam mood yaitu :

1. Mood disforik : mood yang tidak menyenangkan

2. Expansive mood : mood yang meluap-luap

3. Mood yang iritabel : mudah diganggu/marah

4. Mood elevasi/elasi : mood yang lebih ceria dari biasanya, suasana

keyakinan/kesenangan

5. Euphoria : elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran

6. Depresi : perasaan sedih yang psikopatologis

7. Anhedonia : hilang minat

8. Alektimia : ketidakmampuan menggambarkan emosi/mood

9. Kecemasaan : perasaan ketakutan oleh karena dugaan bahaya,

berasal dari dirinya sendiri atau dari luar

c. Emosi yang lain

1. Kecemasan yang mengembang bebas : rasa takut yang meresap dan

tidak terpusatkan pada gagasan tertentu

2. Ketakutan : kecemasan oleh karena bahaya yang dikenali secara

sadar dan realistis

3. Agitasi : kecemasan yang berat disertai kegelisahan motorik

4. Ketegangan : peningkatan aktifitas motorik dan psikologik yang tak

menyenangkan

5. Panik : serangan kecemasan yang akut, episodic, dan berat disertai

dengan perasaan ketakutan yang hebat dan perangsangan otonomik

6. Apati : irama emosi yang tumpul disertai dengan ketidakacuhan

7. Ambivalen: menerima impuls berlawanan pada waktu dan hal yang

sama

d. Gangguan psikologik yang berhubungan dengan mood

Merupakan suatu tanda disfungsi somatic (otonomik) pada

seseorang, sering dijumpai pada gangguan depresi.

Page 8: Laporan Pbl 1.1 Mh

1. Anoreksia >< hiperfagia

2. Insomnia >< hipersomnia

3. Variasi diurnal (perubahan pagi-siang-malam)

4. Penurunan libido (penurunan minat, dorongan, daya seksual)

5. Konstipasi : kesulitan defekasi

Gejala gangguan persepsi

a. Halusinasi dengar : perintah, ancaman, komentar, pembicaraan

b. Halusinasi visual : biasanya pada gangguan mental organik

c. Halusinasi olfaktoria: halusinasi berkaitan dengan indera penciuman

d. Halusinasi gustatoris : halusinasi berkaitan dengan pengecapan

e. Halusinasi taktil : halusinasi sentuhan

f. Halusinasi hipnagonik : persepsi sensoris palsu yang terjadi saat akan

tertidur

g. Halusinasi hipnopompik : persepsi sensoris palsu yang terjadi saat

terbangun dari tidur

Gejala gangguan psikomotor

a. Perilaku motorik

1. Ekopraksi : menirukan gerakan orang lain tanpa motivasi

2. Katatonia (kelainan motorik anorganik), antara lain:

a. Katalepsi: posisi aneh yang dipertahankan menetap

b. Katatonik: aktifitas motorik yang teragitasi tanpa tujuan, tanpa

stimulasi eksternal

c. Stupor katatonik: sikap mematung

d. Rigiditas katatonik: kekakuan tubuh tanpa kelainan organik

e. Flexibilitas cerea: sikap lemah gemulai seperti lilin

f. Negativisme: tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untuk

menggerakkan atau terhadap semua instruksi

3. Stereotipi : pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan

berulang

4. Otomatisme perintah : melakukan semua perintah tanpa dipikir

5. Mutisme : tidak mau bicara sepatah kata pun dalam waktu cukup

lama

Page 9: Laporan Pbl 1.1 Mh

6. Agresi : tindakan yang kuat dan diarahkan tujuan tertentu, verbal

atau fisik, bagian motorik dari afek kekerasan, kemarahan, atau

permusuhan

b. Overaktifitas

1. Agitasi : overaktifitas motorik dan kognitif, tidak produktif, serta

respon dari ketegangan dalam

2. Hiperaktifitas : aktifitas yang lebih dari biasanya

3. Kompulsif : impuls (tindakan mendadak) yang tak terkontrol untuk

melakukan suatu tindakan secara berulang

4. Hipoaktif : aktifitas yang berkurang dari biasanya

Page 10: Laporan Pbl 1.1 Mh

2. Jenis-jenis sindrom pada gangguan jiwa dan sindrom yang ditemukan pada

pasien

a. Sindrom skizofren: autisme, halusinasi dengar diskusi, inkoherensi,

withdrawl fungsi peran, dll

b. Sindrom katatonik: automatisme perintah, agitatif, agresif, stupor, dll

c. Sindroma depresi: reming, blocking, disforik, distimik, anhedonia,

sulit tidur, tidak bergairah, kelelahan, dll

d. Sindroma psikotik: halusinasi dengar, waham logis

Selain keempat sindrom yang terdapat pada pasien, masih terdapat

beberapa sindrom yang bisa dikenali, yaitu:

a. Sindrom paranoid: halusinasi dengar ancaman, waham cemburu,

waham curiga, dll

b. Sindrom manik: eforia, hiperaktif, logorhe, grandious

3. Klasifikasi gangguan jiwa

Menurut PPDGJ III

a. Gangguan mental organik dan simtomatik (F00-F09)

Ciri khas: etiologi organik/fisik jelas, primer/sekunder

b. Gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F10-F19)

Ciri khas: etiologi organik/fisik jelas, primer/sekunder

c. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham (F20-F29)

Ciri khas: gejala psikotik, etiologi organik tidak jelas

d. Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) (F30-F39)

Ciri khas: gejala gangguan afek (psikotik dan non-psikotik)

e. Gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan stress (F40-

F49)

Ciri khas: gejala non-psikotik, etiologi non-organik

f. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan

faktor fisik (F50-F59)

Ciri khas: gejala disfungsi fisiologis, etiologi non-organik

g. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa (F60-F69)

Ciri khas: gejala perilaku, etiologi non-organik

Page 11: Laporan Pbl 1.1 Mh

h. Retardasi mental (F70-F79)

Ciri khas: gejala perkembangan IQ, onset masa kanak-kanak

i. Gangguan perkembangan psikologis (F80-F89)

Ciri khas: gejala perkembangan khusus, onset masa kanak-kanak

j. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak-kanak

dan remaja (F90-F98)

Ciri khas: gejala perilaku/emosional, onset masa kanak-kanak

Dalam penegakan diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ-III

kelompok-kelompok gangguan jiwa di atas dikelompokkan berdasarkan

suatu hierarki, di mana suatu gangguan yang terdapat dalam urutan

hierarki lebih tinggi, mungkin mempunyai ciri-ciri dari gangguan yang

terletak dalam hierarki lebih rendah, tetapi tidak sebaliknya. Sehingga,

kriteria diagnosis baru bisa dipastikan setelah kemungkinan kepastian

diagnosis atau diagnosis banding dalam kelompok di atasnya dapat

ditiadakan secara pasti.

Klasifikasi Lain

Gangguan jiwa berdasarkan etiologinya dibagi menjadi:

a. Gangguan jiwa organik yaitu gangguan jiwa disebabkan adanya

gangguan fungsi ataupun kelainan anatomi otak, atau disebabkan oleh

penyakit sistemik yang berakibat pada gangguan fisiologi otak

b. Gangguan jiwa psikogenik, yaitu munculnya gangguan jiwa sebagai

akibat dari faktor psikososial (misalnya ada stressor psikososial)

Gangguan jiwa menurut berat ringannya gejala

a. Gangguan jiwa ringan

b. Gangguan jiwa berat

4. Cara penegakan diagnosis gangguan jiwa

a. Alloanamnesis, meliputi:

1. Keluhan Utama : sebab utama pasien datang ke pelayanan

kesehatan

2. RPS : keluhan, gejala dan tanda yang bisa dirasakan oleh

penderita dan keluarganya, keluhan masih ada

Page 12: Laporan Pbl 1.1 Mh

3. RPD : keluhan, gejala dan tanda yang pernah dialami

pasien, sudah pernah sembuh sempurna

4. Faktor pencetus : faktor yang berkaitan langsung dengan

munculnya gangguan jiwa

5. Riwayat keluarga : keluarga yang mengalami gangguan jiwa

6. Silsilah keluarga : menelusuri riwayat gangguan jiwa dalam

keluarga alur ke atas

7. Riwayat persalinan : usia kehamilan ibu pasien saat

mengandungnya, proses persalinan

8. Riwayat perkembangan awal : yang mengasuh pasien dan pola

asuh sampai pasien berumur 5 tahun

9. Riwayat perkembangan seksual : usia menarche dan siklus

menstruasi (pada wanita), perubahan intonasi suara, usia mulai

tertarik lawan jenis

10. Aktifitas moral spiritual : aktifitas keagamaan pasien sebelum

sakit

11. Riwayat pendidikan : proses pendidikan pasien, lancar atau tidak

12. Riwayat kehidupan remaja/dewasa : peer grup, hubungan

percintaan

13. Riwayat pekerjaan : ketekunan, inovasi, dan tanggungjawab

pasien dalam pekerjaan

14. Aktifitas sosial : aktifitas sosial pasien dalam 1 tahun seperti

pekerjaan, interpersonal, peran, dll.

b. Autoanamnesis (pemeriksaan psikiatri)

1. Kesan Umum : tampak/ tidak tampak sakit jiwa

2. Sikap : normal, menunduk, grandious, hostility,

bizzare (katatonik), gelisah, tegang

3. Tingkah laku : normal, hipo/hiperaktif, disaktif (stereotipi,

agresif)

4. Kesadaran : compos mentis, menurun (somnolen-koma)

5. Orientasi : orang/waktu/tempat

6. Proses pikir

- Bentuk pikir : normal/logis/realistis/tak realistis, autisme

Page 13: Laporan Pbl 1.1 Mh

- Isi pikir :normal, waham (curiga, cemburu,

bizzare/aneh)

- Progresi pikir :normal, reming, blocking, mutisme,

logorhe, irrelevansi, inkoherensi

7. Roman muka :normal, sedikit/banyak mimik

8. Afek :normo afek, appropriate, inappropriate,

disforik, elasi, eufori, irritable, cemas

9. Hubungan jiwa :mudah/sukar ditarik, mudah/sukar dicantum

10. Persepsi :halusinasi, ilusi, tak ada gangguan persepsi

11. Insight/tilikan diri :baik-kurang-buruk

c. Sindrom-sindrom : merupakan kumpulan gejala yang didapatkan dari

hasil alloanamnesis dan autoanamnesis

III. Hipotesis

1. Skizofrenia

Alasan:

a. Ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

1. - Thought echo

- Thought insertion or withdrawal

- Thought broadcasting

2. - Delusion of control

- Delusion of influence

- Delusion of passivity

- Delusional perception

3. Halusinasi auditorik

4. Waham aneh yang menetap

b. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:

1. halusinasi

2. Inkoherensi

3. Perilaku katatonik, seperti fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor;

Page 14: Laporan Pbl 1.1 Mh

4. Gejala-gejala "negatif“

c. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama

kurun waktu satu bulan atau lebih.

d. Deteriorasi atau gangguan fungsi sosial

2. Gangguan Bipolar episode depresi mayor

Pada gangguan bipolar episode depresif terdapat gejala utama dan

gejala lain.

a. Gejala utama

1. Afek depresif

2. Kehilangan minat dan kegembiraan

3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah dan menurunnya aktivitas

b. Gejala lain

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang

2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

6. Tidur terganggu

7. Nafsu makan berkurang

Pada pasien ini, terdapat beberapa gejala yang terdapat pada episode

depresif, di antaranya tidur terganggu, nafsu makan berkurang, kehilangan

minat dan kegembiraan, berkurangnya energy untuk keadaan yang mudah

lelah, juga terdapat waham bersalah atau berdosa.

3. Gangguan depresi berat dengan ciri psikotik

Alasan:

a. Terapat faktor-faktor pencetus depresi seperti lingkungan sekolah

yang elit dan permintaan yang tidak terpenuhi serta tidak pernah

menceritakan masalah kepada keluarga

b. Terdapat beberapa ciri psikotik pada pasien seperti adanya waham

bersalah dan perilaku kacau (mengamuk saat disuruh mandi)

Page 15: Laporan Pbl 1.1 Mh

Informasi 2

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat mondok (-)

Hal-hal yang Mendahului Penyakit

1. Faktor Organik

Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala yang berat, kejang maupun

panas tinggi. Pasien juga tidak mempunyai riwayat kencing manis dan stroke.

2. Faktor Psikososial

Pengaruh sekolah elit pasien sehingga pasien berkeinginan untuk memiliki

sepeda motor yang tidak dapat terpenuhi.

Riwayat Keluarga

Ada keluarga pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang sama yaitu

sepupu pasien dari pihak ibu.

Kepribadian Sebelum Sakit

Sejak masih remaja, pasien cenderung pendiam dan tertutup, jarang

menceritakan permasalahan yang dihadapi kepada orang tua dan teman-temannya.

Riwayat Persalinan

Pasien dilahirkan di Pemalang saat usia ibunya 20 tahun. Kehamilannya

dikehendaki dan keadaan ibu saat melahirkan dalam keadaan sehat dan bahagia.

Pasien dilahirkan di bidan saat umur kehamilan 9 bulan dengan jalan persalinan

normal. Berat badan saat lahir + 3500 gram, keadaan bayi setelah lahir terus

menangis kuat. Pasien adalah anak pertama dari suami pertama.

Riwayat Perkembangan Awal

Sampai dengan usia 5 tahun, pasien dibesarkan dan diasuh oleh nenek dari

pihak ibu pasien. Kemudian sejak usia 6 tahun sampai dengan sekarang diasuh

oleh ibunya. Riwayat perkembangan fisik semasa balita tidak ada masalah. Umur

waktu tengkurap sekitar 4 bulan, umur 9 bulan sudah bisa berjalan dan berbicara.

Kesehatan secara umum baik, termasuk jarang sakit. Pada masa kanak-kanak

tidak ada riwayat mengompol, menggigit kuku, menghisap jari atau jempol.

Pasien hidup bersama ayah tiri dan ibu kandung sejak berusia 6 tahun. Pasien

memiliki 1 adik dari suami kedua ibunya. Kehidupan rumah tangga ibu pasien

Page 16: Laporan Pbl 1.1 Mh

cukup bahagia dan pasien juga disayang oleh ayah tirinya. Tidak ada perbedaan

kasih sayang yang diberikan oleh ayah tiri pasien kepada pasien dan adik tirinya.

Riwayat Perkembangan Seksual

Tidak didapatkan informasi yang jelas

Riwayat Pendidikan

Usia pasien saat pertama kali sekolah adalah 7 tahun dan berhenti sekolah

saat usianya 18 tahun. Pendidikan terakhir adalah STM kelas 2 dan tidak

melanjutkan ke kelas 3 karena pasien sakit sampai sekarang ini.

Riwayat Perkawinan: Pasien belum menikah

Riwayat Pekerjaan: Pasien belum bekerja

Aktivitas Moral Spiritual

Pasien termasuk rajin beribadah sejak mulai remaja. Setelah sakit, pasien

tidak beribadah lagi.

Aktifitas Sosial

Dalam satu tahun ini, hubungan interpersonal pasien dengan keluarga

baik. Pasien cenderung menarik diri dari keluarga dan teman-temannya.

Kesan : Alloanamnesis dapat dipercaya

Informasi 3

Autoanamnesis (Pemeriksaan Psikiatrik)

1. Kesan Umum : Tampak sakit jiwa

2. Sikap : Stupor katatonik, rigiditas katatonik

3. Tingkah laku : Hipoaktif

4. Kesadaran : Compos mentis

5. Orientasi : Orang/Waktu/Tempat/Situasi: Jelek

6. Proses pikir

a. Bentuk pikir : Tidak realistis, autisme

b. Isi pikir : thought of insertion, waham berdosa

c. Progresi pikir: flight of ideas, inkoherensi

7. Roman muka : Sedikit mimik

8. Afek : Tumpul

9. Gangguan persepsi : Halusinasi dengar (+)

Page 17: Laporan Pbl 1.1 Mh

10. Hubungan jiwa : Sedang

11. Perhatian : Mudah ditarik, sukar dicantum

12. Insight : Jelek

Diagnosis Multiaksial

Diagnosis pada kasus-kasus kejiwaan merupakan suatu diagnosis multiaksial

yang terdiri dari komponen-komponen berikut:

Axis I : Gangguan klinis dan kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis

Axis II : Gangguan kepribadian dan retardasi mental

Axis III: Kondisi medik umum

Axis IV: Masalah psikososial dan lingkungan

Axis V : Penilaian fungsi secara global

Pada pasien Batake Mori, diagnosis multiaksialnya adalah sebagai berikut:

Aksis I : F20.2 Skizofrenia Katatonik

Aksis II : (sasaran belajar)

Aksis III: -

Aksis IV: Lingkungan sekolah elit, keinginan tidak terpenuhi

Aksis V : skor GAF 40

IV. Sasaran Belajar

1. Cara pemeriksaan autoanamnesis dan interpretasinya

Autoanamnesis (Pemeriksaan Psikiatri)

a. KesanUmum :

1. Penampilan (postur, ketenangan, pakaian, dandanan, rambut, dan

kuku). Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan

penampilan adalah : tampak sehat, sakit, agak sakit, seimbang,

kelihatan tua, kelihatan muda, kusut, seperti anak-anak, kacau,

gelisah.

2. Tatapanmata : berbinar, hidup, kosong, terarah pada suara

b. Sikap ( datar, menggoda, bekerjasama, menantang, agresif, gaduh )

c. Tingkah laku (mengiringisikapnya, kalau merunduk : hipoaktif, kalau

menantang: hiperaktif, kalau aneh : disaktif).

d. Orientasi

1. Waktu : baik/buruk

Page 18: Laporan Pbl 1.1 Mh

2. Tempat:baik/buruk

3. Orang : baik/buruk

4. Situasi :baik/buruk

e. Kesadaran

1. Kualitatif :menurun (kesadaranberkabut,somnolen sampai koma)

2. Kuantitatif : compos mentis (memakai Glasgow Coma Scale).

f. Proses fikir

Pikiran dibagi menjadi bentuk, isi dan progresi pikir. Bentuk

piker dimaksudkan sebagai cara dimana seseorang menyatukan

gagasan dan asosiasi yaitu bentuk dimana seseorang berpikir. Proses

atau bentuk pikiran mungkin logis atau koheren atau sama sekali tidak

logis dan bahkan tidak dapat dimengerti. Isi pikiran dimaksudkan pada

apa yang sesungguhnya dipikirkan oleh seseorang, gagasan,

keyakinan dan obsesi.

1. Bentuk fikir: realistic/nonrealistic

2. Isi fikir : waham curiga, idea of reference

3. Progresi fikir: remming,blocking

g. Roman muka : normo/sedikit/banyak mimic/tegang

h. Afek

Afek adalah respon emosional pasien yang tampak. Afek adalah

apa yang disimpulkan oleh pemeriksa dari ekspresi wajah pasien.

Afek mungkin sesuai dengan mood atau tidak sesuai. Afek

digambarkan dalam : normal, terbatas, tumpul, atau datar,

appropriate/ in appropriate, disforik, elasi, eufori.

i. Gangguanpersepsi

Gangguan persepsi seperti halusinasi atau ilusi mungkin dialami

berkenaan dengan diri sendiri atau lingkungan. System sensoris yang

terlibat ( auditorius, visual, olfaktorius, atautaktil ) dan isi pengalaman

ilusi atau halusinasi harus digambarkan.

Contohpertanyaan yang bisadigunakan :

1. Apakah anda pernah mendengar suara atau bunyi lain yang tidak

dapat didengaroleh orang lain atau saat tidak ada orang lain di

sekitar anda?

Page 19: Laporan Pbl 1.1 Mh

2. Apakah anda mengalami sensasi aneh pada tubuh anda yang

tampaknya tidak dialami oleh orang lain?

3. Apakah anda pernah mempunyai penglihatan atau melihat sesuatu

yang tampaknya tidak dilihat orang lain?

j. Perhubungan jiwa: baik, mudah, sukar

k. Perhatian

l. Gangguan memori : amnesia, amnesia anterograd, amnesia retrograd

m. Gangguan intelegensia : baik, kurang, buruk

n. Insight : baik, kurang, buruk

o. Merencanakan pemeriksaan medis dan atau non medis lainnya bila

diperlukan

p. Menentukan diferensial diagnosis

2. Tipe-tipe kepribadian (diagnosis aksis II)

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitias sifat emosional dan

perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam

kondisi biasanya; kepribadian relative stabil dan dapat diramalkan.

Gangguan kperibadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang

di luar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Pasien dengan

gangguan kepribadian menunjukkan pola maladaptive, mendarah daging,

tidak fleksibel yang berhubungan dengan mengesankan lingkungan dan

dirinya sendiri (Sadock, 2007).

Klasifikasi gangguan kepribadian menurut DSM-IV diklasifikasikan

menjadi beberapa cluster, yaitu (Sadock, 2007):

a. Cluster A: kepribadian skizotipal, schizoid, dan paranoid; orang

dengan gangguan kepribadian cluster A ini seringkali tampak aneh

dan eksentrik.

b. Cluster B: narsissistik, antisocial, ambang, dan histrionic; orang

dengan gangguan kepribadian cluster B ini seringkali terlihat tampak

dramatic, emosional, dan tidak menentu.

c. Cluster C: obsesif-compulsif, dependen, dan menghindar; orang

dengan gangguan kepribadian cluster C ini mengalami kelainan gejala

seperti kecemasan dan ketakutan.

Page 20: Laporan Pbl 1.1 Mh

Sedangkan, menurut PPDGJ-III, gangguan kepribadian dibagi menjadi

(Maslim, 2001):

a. Gangguan kepribadian paranoid

Gangguan kepribadian paranoid bisa ditegakan diagnosisinya jika

terdapat minimal 3 gejala dari:

1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan

2. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, menolak untuk

memaafkan

3. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk

mendistorsikan pengalaman dengan menyalah-artikan tindakan

orang lain yang netral sebagai suatu sikap permusuhan atau

penghinaan

4. Perasaan bermsuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa

memperhatikan situasi yang ada

5. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar

6. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan

7. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan

tidak substantif dari suatu peristiwa

b. Gangguan kepribadian schizoid

Gangguan kepribadian schizoid bisa ditegakan diagnosisinya jika

terdapat minimal 3 gejala dari:

1. Sedikit aktivitas yang memberikan kesenangan

2. Emosi dingin, afek datar

3. Kurang mampu mengekspresikan kehangatan, kelembutan, atau

kemarahan kepada orang lain

4. Tampak nyata ketidakpedulian terhadap pujian atau kecaman

5. Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual

6. Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri

7. Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi diri berlebihan

8. Tidak mempunyai teman dekat

9. Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial

Page 21: Laporan Pbl 1.1 Mh

c. Gangguan kepribadian dissosial

Gangguan kepribadian dissosial bisa ditegakan diagnosisinya jika

terdapat minimal 3 gejala dari:

1. Bersikap tidak peduli terhadap perasaan orang lain

2. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab, tidak peduli terhadap

norma, peraturan, dan kewajiban sosial

3. Tidak mampu memelihara hubungan agar berlangsung lama

4. Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang

rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan

5. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari

pengalaman

6. Sangat cenderung menyalahkan orang lain

d. Gangguan kepribadian emosional tak stabil, dibagi lagi menjadi 2 tipe

(tipe impulsive dan tipe ambang)

1. Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara

impulsif tanpa memeprtimbangakan konsekuensinya, bersamaan

dengan ketidak-stabilan emosional

2. Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan

kekurangan pengendalian diri

e. Gangguan kepribadian histrionic

Gangguan kepribadian histrionic bisa ditegakan diagnosisinya jika

terdapat minimal 3 gejala dari:

1. Ekspresi emosi yang dibuat-buat seperti bersandiwara yang

dibesar-besarkan

2. Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain

3. Keadaan afektif yang dnagkal dan labil

4. Terus menerus mencari kegairahan, penghargaan dari orang lain

dan aktivits dimana pasien menjadi pusat perhatian

5. Penampilan atau perilaku “merangsang” yang tidak memadai

6. Terlalu peduli dengan daya tarik fisik

f. Gangguan kepribadian anankastik

Gangguan kepribadian anankastik bisa ditegakan diagnosisinya jika

terdapat minimal 3 gejala dari:

Page 22: Laporan Pbl 1.1 Mh

1. Perasaan ragu dan hati-hati yang berlebihan

2. Preokupasi dengan hal-hal yang rinci

3. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas

4. Ketelitian yang berlebihan

5. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan

sosial

6. Kaku dan keras kepala

7. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis

caranya mengerjakan sesuatu

8. Mencampuradukan pikiran atau dorongan yang memaksa dan

yang enggan

g. Gangguan kepribadian cemas (menghindar)

Gangguan kepribadian cemas bisa ditegakan diagnosisinya jika

terdapat minimal 3 gejala dari:

1. Perasaan tegang dan takut yang menetap

2. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik, atau lebih rendah dari

orang lain

3. Keengganan untuk terlig]bat dengan orang lain keuali merasa

yakin akan disukai

4. Pembatasan dalam gaya hidup karea keamanan fisik

5. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik

6. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak

melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik

h. Gangguan kepribadian dependen

Gangguan kepribadian dependen bisa ditegakan diagnosisinya jika

terdapat minimal 3 gejala dari:

1. Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil

sebagian besar kputusan penting untuk dirinya

2. Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain

3. Keengganan menajukan permintaan yang layak untuk dirinya

kepada orang dimana ia bergantung

4. Perasaan tidak berdaya sendirian

Page 23: Laporan Pbl 1.1 Mh

5. Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang

dekat dengannya

6. Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari

i. Gangguan kepribadian khas lain

j. Gangguan kepribadian tidak tergolongkan

3. Penjelasan diagnosis aksis V

GLOBAL ASSESMENT OF FUNCTIONING (GAF) SCALE

a. 100-91 : gejala tidak ada, berfungsi maksima, tidak ada masalah

yang tidak tertanggulang

b. 90-81 : gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih

dari masalah harian yang biasa

c. 80-71 : gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan

dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll

d. 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan

dalam fungsi, secara umum masih baik

e. 60-51 : gejala sedang, disabilitas sedang

f. 50-41 : gejala berat disabiltas berat

g. 40-31 : beberapa disabiltas dalam hubungan dengan realita dan

komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi

h. 30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai tidak

mampu berfungsi hampir semua bidang

i. 20-11 : bayangan mencederai diri atau orang lain, disabilitas

sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri

j. 10-01 :seperti diatas tapi persisten dan lebih serius

k. 0 : informasi tidak adekuat

4. Skizofrenia (secara umum)

a. Definisi

Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang

mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan

dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta

memecahkan masalah (Stuart, 2006).

Page 24: Laporan Pbl 1.1 Mh

b. Epidemiologi

Skizofrenia merupakan penyakit mental yang paling menyebabkan

suatu kemunduruan. Psikopatologi ini secara tipikal didiagnosis pada

usia di antara 20 dan 25 tahun, suatu fase kehidupan di mana hampir

setiap manusia memperoleh kebebasan dari orang tua, menjalin suatu

hubungan romantis yang intim, merencanakan pencapaian-pencapaian

dalam hal pendidikan, dan dimulainya kehidupan berkarir pada

seseorang. Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan

bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka insidens 1

per 10.000 orang per tahun. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi

skizofrenia adalah sama, perbedaannya terlihat dalam onset dan

perjalanan penyakit. Untuk laki laki 15 sampai 25 tahun sedangkan

wanita 25-35 tahun. Di Indonesia angka penderita skizofrenia 25

tahun yang lalu (PJPT I) diperkirakan 1/1000 penduduk dan proyeksi

25 tahun mendatang mencapai 3/1000 penduduk. Pada tahun 2003 di

ruang jiwa c RSU Dr Soetomo ada 351 penderita yang rawat inap dan

202 diantaranya menderita skizofrenia yang mana 70% berusia antara

15 – 24 tahun.

c. Etiologi

Stressor pencetus pada skizofrenia dapat berupa faktor biologis

yang berhubungan dengan respon neurobiologist maladaptif seperti

gizi buruk,kurang tidur, irama sirkadian tidak seimbang, keletihan,

infeksi, obat system saraf pusat, kurang olahraga, hambatan dalam

mengakses pelayanan kesehatan. Faktor lingkungan juga dapat

menjadi pencetus penyakit ini yaitu lingkungan yang penuh kritik,

kesukaran interpersonal, gangguan hubungan interpersonal, isolasi

sosial, tekanan pekerjaan, kemiskinan, dll. Faktor sikap dan perilaku

dapat menjadi pemicu juga seperti konsep diri rendah, kurang rasa

percaya diri, keterampilan sosial yang kurang, perilaku agresif,

perilaku kekerasan, dll (Stuart, 2006).

Page 25: Laporan Pbl 1.1 Mh

d. Jenis-jenis skizofrenia

Skizofrenia ternyata ada beberapa jenis, yang pertama jenis

skizofrenia paranoid, skizofrenia hebrefrenik, katatonik, skizofrenia

yang tidak digolongkan (undiffentiated), depresi pasca-skizofrenia,

skizofrenia residual, dan skizofrenia lainnya (Maslim, 2001., Issacs,

2004).

1. Skizofrenia paranoid ciri-ciri utamanya adalah waham yang

sistematis atau halusinasi pendengaran. Individu ini dapat penuh

curiga, argumentatif, kasar, dan agresif. Perilaku kurang regresif,

kerusakan social lebih sedikit, dan prognosisnya lebih baik

dibanding jenis-jenis lain.

2. Skizofrenia hebefrenik ciri-ciri utamanya adalah percakapan dan

perilaku yang kacau, serta afek yang datar atau tidak tepat,

gangguan asosiasi juga banyak terjadi. Individu tersebut juga

mempunyai sikap yang aneh, menunjukkan perilaku menarik diri

secara social yang ekstrim, mengabaikan hygiene dan penampilan

diri. Awitan biasanya terjadi sebelum 25 tahun dan dapat bersifat

kronis. Perilakunya regresif, dengan interaksi sosial dan kontak

dengan realitas yang buruk

3. Skizofrenia katatonik ciri-ciri utamanya adalah ditandai dengan

gangguan psikomotor, yang melibatkan imobilitas atau justru

aktivitas yang berlebihan. Stupor katatonik. Individu dapat

menunjukan ketidakaktifan, negativisme, dan kelenturan tubuh

yang berlebihan (postur abnormal). Catatonic excitement

melibatkan agitasi yang ekstrim dan dapat disertai dengan ekolalia

dan ekopraksia.

4. Skizofrenia yang tidak digolongkan ciri-ciri utamanya adalah

waham, halusinasi, percakapan yang tidak koheren dan perilaku

yang kacau. Klasifikasi ini digunakan bila kriteria untuk jenis lain

tidak terpenuhi.

5. Skizofrenia residu ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala-

gejala akut saat ini, melainkan terjadi di masa lalu. Dapat terjadi

Page 26: Laporan Pbl 1.1 Mh

gejala-gejala negative, seperti isolasi social yang nyata, menarik

diri dan gangguan fungsi peran.

e. Penegakan diagnosis

Penegakan diagnosis skizofrenia dibagi menjadi 3 macam yaitu :

1. Gangguan positif

a. Delusi

b. Halusinasi

c. Perilaku aneh, tidak terorganisir

d. Bicara tidak teratur

2. Gangguan negative

a. Alogia (tidak mau bicara)

b. Emosi tumpul

c. Avolition (kehilangan motivasi)

d. Anhedonia (kehilangan minat)

e. Tidak mampu berkonsentrasi

3. Gangguan kognitif

a. Gangguan perhatian

b. Gangguan ingatan

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi simtom skizofrenia

dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara

bersama-sama untuk diagnosis. Kelompok simtom tersebut:

1. Thought echo, thought insertion, thought withdrawal, dan thought

broadcasting.

2. Waham dikendalikan, waham dipengaruhi, atau passivity yang

jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota

gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan khusus, dan persepsi

delusional.

3. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap

perilaku pasien atau mendiskusikan perihal pasien di antara

mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari

satu bagian tubuh.

Page 27: Laporan Pbl 1.1 Mh

4. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya

dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya

mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan

kemampuan manusia super (misalnya mampu mengendalikan

cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

5. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apakah disertai

baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang

setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun

oleh ide-ide berlebihan yang menetap atau apabila terjadi setiap

hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-

menerus.

6. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang

berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau

neologisme.

7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, sikap tubuh

tertentu, atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme, dan

stupor.

8. Simtom negatif, seperti sikap apatis, pembicaraan terhenti, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan

menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal

tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

9. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan,

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap

malas, sikap berdiam diri, dan penarikan diri secara sosial.

Pedoman diagnostik:

Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada sedikitnya satu

simtom tersebut di atas yang amat jelas (dan biasanya dua simtom

atau lebih, apabila simtom tersebut kurang tajam atau kurang jelas)

dari simtom yang termasuk salah satu dari kelompok (a) sampai

dengan (d) tersebut di atas, atau paling sedikit dua simtom dari

Page 28: Laporan Pbl 1.1 Mh

kelompok (e) sampai dengan (h) yang harus selalu ada secara jelas

selama kurun waktu satu bulan atau lebih (Maslim, 2001).

f. Terapi

Untuk pasien dengan skizofrenia biasanya diberikan obat

antipsikotik. Antipsikotik ini diberikan dengan indikasi untuk

mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan Dalam

pemilihan obat, pada dasarnya semua obat antipsikosis mempunyai

efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekuivalen. Perbedaan

utama pada efek sekunder (efek samping). Pemilihan jenis

antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan

efek samping obat. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala

positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal (golongan generasi

kedua), sebaliknya jika gejala positif lebih menonjol dibandingkan

gejala negatif pilihannya adalah tipikal (golongan generasi pertama)

(Maramis, 2009; Hawari, 2001).

Penggolongan Obat Anti-psikosis (Hawari, 2001; Maslim, 2001)

1. Obat Anti-Psikosis Tipikal

a. Phenotiazine

1. Rantai Aliphatic

a. Clorpromazine

Nama dagang : largactile, Sediaan : Tab 25-100 mg

Dosis anjuran : 150-600 mg/hari

b. Levomepromazine

Nama dagang : Nozinan, Sediaan : Tab 25 mg

Dosis anjuran : 25-50 mg/hari

2. Rantai Piperazine

a. Perphenazine

Nama dagang : Trilafon, Sediaan : Tab 2 mg, 4 mg, 5 mg

Dosis anjuran : 12-24 mg/hari

b. Trifluoperazin

Nama dagang : Stelazine, Sediaan : Tab 1 mg, 5 mg

Dosis anjuran : 10-15 mg/hari.

Page 29: Laporan Pbl 1.1 Mh

c. Fluphenazine

Nama dagang : Anatensol, Sediaan : Tab 2,5 mg, 5 mg

Dosis anjuran : 10-15 mg/hari

3. Rantai Piperadine :

a. Thioridazine

Nama dagang : Malleril, Sediaan : Tab 50 mg, 100 mg

Dosis anjuran : 150-600 mg/hari

b. Butyrophenone :

1. Haloperidol

Nama dagang : Haldo (jansen), Sediaan : Tab 2 mg, 5 mg

Serenace (searle), Sediaan : 0,5-1,5-5 mg

Dosis anjuran : 150-600 mg/hari

c. Diphenyl-butyl-piperidine:

1. Pimozide

Nama dagang : Orap Forte, Sediaan : Tab 4 mg

Dosis anjuran : 2-4 mg/hari

2. Obat Anti-Psikosis Atipikal

a. Benzamide:

1. Sulpride

Nama dagang : Dogmatil Forte, Sediaan : Tab 200 mg, Amp :

50 mg/ml

Dosis anjuran : 300-600 mg/hari

b. Dibenzodiazepine:

1. Clozapine

Nama dagang : Clozaril (Novartis), Sediaan : Tab 25-100 mg

Dosis anjuran : 25-100 mg/hari

2. Olanzapine

Nama dagang : Zyprexa, Sediaan : Tab 5-10 mg

Dosis anjuran : 10-20 mg/hari

3. Quitipine (Ludopine)

Nama dagang : Serequel, Sediaan : Tab 25 mg, 100 mg, 200

mg.

Page 30: Laporan Pbl 1.1 Mh

Dosis anjuran : 50-400 mg/hari

c. Benzisoxazole

1. Risperidone

Nama dagang : Risperidal, Sediaan : Tab 1,2,3 mg

Dosis anjuran : 2-6 mg/hari

Nama dagang : Neripos, Sediaan : Tab 1, 2 mg, 3 mg

Dosis anjuran : -

Nama dagang : Noprenia, Sediaan : Tab 1 mg, 2 mg, 3 mg

Dosis anjuran : -

Obat golongan tipikal bekerja dengan memblok reseptor D2 di

mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular

sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi tidak

memberikan efek yang baik pada pemulihan fungsi kognitif

(kemampuan berfikir dan mengingat) penderita. Pemakaian lama

memberikan efek samping berupa gangguan ekstrapiramidal, tardive

dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan meyebabkan

disfungsi seksual atau peningkatan berat badan dan memperberat

gejala negatif maupun kognitif. Selain itu juga bisa menimbulkan efek

samping antikolinergik seperti mulut kering, pandangan kabur,

gangguan miksi, dan gangguan defekasi serta hipotensi (Hawari,

2001).

ECT (Electro Convulsif Therapy)

1. Indikasi

Terapi elektrokonvulsi mula – mula dipakai untuk pasien

skizofrenia. Setelah 4 tahun terlihat bahwa efek yang paling baik

diperoleh pada pengobatan depresi. Terapi ini juga digunakan

untuk berbagai macam gangguan jiwa lainnya. Sampai sekarang

hasil yang paling baik didapatkan pada penderita depresi pada

umumnya, terutama pada fase depresi psikosis manik.

Skizofrenia meupakan indikasi paling penting untuk terapi

ini, tetapi untuk jenis yang menahun hasilnya akan kurang

memuaskan. Yang paling baik adalh jenis gaduh-gelisah katatonik

Page 31: Laporan Pbl 1.1 Mh

dan stupor katatonik. Pad ajenis paranoid hasilnya kurang baik dan

yang paling kurang baik adalah pada jenis hebrefenik dan simplex.

2. Kontraindikasi

ECT tidak boleh dilakukan apabila pasien memiliki :

a. Dekompensasi jantung

b. Aneurisma aorta

c. Penyakit tulang

d. Tumor otak

e. Kehamilan karena dapat menyebabkan abortus

3. Persiapan penderita dan cara melakukan ECT

a. Sebelum pemberian ECT penderita diperiksa badannya dengan

teliti, terutama jantung dan paru juga tulang punggung.

b. Penderita harus puasa agar tidak sampai muntah dan tersedak

waktu ia tidak sadar (bahaya pneumonia aspirasi)

c. Vesika urinaria dan rektum perlu dikosongkan agar tidak

mengotori dirinya dan tempat tidur apabila terjadi

inkontinensia

d. Gigi palsu yang dapat dilepaskan harus dikeluarkan, juga

benda-benda lain didalam mulut (permen dan sebagainya)

e. Penderita berbaring terlentang lurus diatas permukaan yang

datar dan agak keras, pakaian yang ketat atau sabuk

dilonggarkan

f. Bagian kepala yang ditempelkan elektroda dibersihkan

(dengan alkohol) supaya kelenjar minyak pada kulit tidak

terlalu menahan aliran listrik. Tempat elektroda adalah pada

antara os frontal dan os temporal dengan tulang tengkorak

yang tipis dan tidak terdapat banyak rambut. Daerah ini

kemudian dibasahi dengan penghantar listrik (misal air garam

atau pasta khusus)

g. Di anatara rahang atas dan bawah diberi bahan yang lunak

(misalnya sepotong kain yang dilipat) yang disuruh gigit oleh

penderita. Harus diperhatikan bahwa pipi dan dagu tidak

terjepit.

Page 32: Laporan Pbl 1.1 Mh

h. Dagu penderita tidak perlu ditahan. Hati – hati dengan lengan

penderita yang dapat memukul karena tiba – tiba flexi pada

permulaan fase tonik. Extrimitas dapat dipegang, tetapi tidak

boleh terlalu keras.

i. Elektroda ditekan dengan kekuatan yang sedang ditempatnya,

rambut tebal dikesampingkan.

g. Prognosis

Sepertiga penderita skizofrenia yang datang pada serangan pertama

akan sembuh. Sedangkan sepertiga lain bisa kembali ke masyarakat

walau masih terdapat cacat dan harus sering kontrol. Dan sisanya

mempunyai prognosis jelek dan tidak mampu berfungsi dalam

masyarakat serta terjadi kemunduran mental sehingga menjadi

penghuni tetap Rumah Sakit Jiwa.

Prognosis dapat dipertimbangkan dari beberapa faktor:

1. Kepribadian prepsikotik: apabila hubungan antar manusia buruk

maka prognosis jelek

2. Jenis katatonik: prognosis yang paling baik diantara skizofrenia

lainnya

3. Usia: semakin muda usia timbulnya maka prognosis semakin

jelek

4. Pengobatan: semakin cepat pengobatan dilakukan maka prognosis

semakin baik

5. Riwayat keluarga: apabila ada riwayat skizofrenia dalam keluarga

maka prognosis semakin jelek

5. Skizofrenia katatonik

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III (Maslim, 2001):

a. Memenuhi kreiteria umum untuk diagnosis skizofrenia

b. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran

klinisnya:

1. Stupor

2. Gaduh-gelisah

3. Menampilkan posisi tubuh tertentu

Page 33: Laporan Pbl 1.1 Mh

4. Negativisme

5. Rigiditas

6. Fleksibilitas cerea

7. Gejala-gejala lain seperti (“Command Automatism”)

Pada pasien yang tidak komunkikatif dengan manifestasi perilaku dari

gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai

diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala lain. Penting untuk

diketahui bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk

skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,

gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi

pada gangguan afektif.

6. Gangguan nonpsikotik

Gangguan jiwa non psikotik merupakan gangguan jiwa yang tidak

memiliki gejala-gejala seperti waham, halusinasi, dan realita testing

negative. Pada gangguan jiwa ini, pasien tidak nampak sakit jiwa.

Berdasarkan PPDGJ-III gejala non-psikotik khas ditemukan pada

gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan stress.

Neurosis adalah gangguan jiwa non psikotik yang kronik dan rekuren

yang ditandai dengan kecemasan, yang dialami secara langsung atau

melalui mekanisme pertahanan; dari sini muncul beberapa gejala seperti

obsesi, compulsi, fobia, disfungsi seksual. Berdasarkan DSM-III,

gangguan neurotik didefinisikan sebagai gangguan jiwa yang gangguan

utamanya adalah gejala atau kelompok gejala yang sangat menyusahkan

bagi seseorang dan diakui oleh seseorang tersebut sebagai suatu penolakan

dan asing (ego distonik); realita testing tidak terganggu. Perilaku tidak

bertentangan dengan norma sosial. Pada gangguan jiwa ini, tidak ada

penyebab atau faktor organik yang jelas (Sadock, 2007).

Konsep mengenai neurosis secara prinsip tidak lagi digunakan sebagai

patokan dalam penggolongan, meskipun dalam beberapa hal masih

diperhitungkan untuk memudahkan bagi yang terbiasa menggunakan

istilah neurotik. Klasifikasi gangguan neurotik, somatoform, dan gangguan

stress diklasifikasikan menjadi:

Page 34: Laporan Pbl 1.1 Mh

a. Gangguan anxietas fobik

b. Gangguan anxietas lainnya

c. Gangguan obsesif-compulsif

d. Reaksi terhadap stress berat dan gangguan penyesuaian

e. Gangguan dissosiatif

f. Gangguan somatoform

g. Gangguan neurotik lainnya (Maslim, 2001).

Informasi 4

Sindrom-sindrom

1. Sindrom Katatonik : stupor katatonik, rigiditas katatonik, disabilitas

fungsi sosial

2. Sindrom Psikotik : bicara dan senyum-senyum sendiri (autisme),

waham logis (berdosa), halusinasi dengar

3. Sindrom Skizofren : gejala negatif (autisme, menarik diri dari

pergaulan), thought of insertion, deteriorasi fungsi

peran

Informasi 5

Diagnosis Banding

1. Skizofren Katatonik

2. Gangguan Skizoafektif

Diagnosis Multiaksial

Axis I : Skizofren Katatonik

Axis II : Kecenderungan kepribadian introvert, pemdiam, pemalu, suka menolong

orang tuanya

Axis III: Tidak ada diagnosis

Axis IV: Masalah lingkungan sosial

Axis V : GAF 50-41 (gejala berat, disabilitas berat).

Page 35: Laporan Pbl 1.1 Mh

Informasi 6

Penatalaksanaan:

1. Organobiologis

a. Farmakologis

- Khlorpromasin 150mg 3x 1

- Haloperidol 5mg 3x1

- Trihexipenidil 2mg 3x1

b. ECT (Terapi Kejang Listrik)

Page 36: Laporan Pbl 1.1 Mh

BAB III

KESIMPULAN

1. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang

mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah.

2. Jenis-jenis skizofrenia adalah skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik,

skizofrenia katatonik, skizofrenia yang tidak digolongkan, dan skizofrenia

residu.

3. Skizofrenia katatonik dapat didiagnosis dengan memenuhi kreiteria umum

untuk diagnosis skizofrenia dan satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus

mendominasi gambaran klinisnya, yakni: stupor, gaduh-gelisah,

menampilkan posisi tubuh tertentu, negativisme, rigiditas, fleksibilitas cerea,

serta gejala-gejala lain seperti (“Command Automatism”).

4. Terapi skizofrenia katatonik yaitu berupa pemberian khlorpromasin,

haloperidol, trihexipenidil, dan ECT (Terapi Kejang Listrik)

5. Prognosis skizofrenia secara umum adalah sepertiga penderita skizofrenia

yang datang pada serangan pertama akan sembuh. Sedangkan sepertiga lain

bisa kembali ke masyarakat walau masih terdapat cacat dan harus sering

kontrol, dan sisanya mempunyai prognosis jelek.

Page 37: Laporan Pbl 1.1 Mh

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, Hadang. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia,

Edisi kedua. Jakarta : FKUI.

Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik

ed.3. Jakarta: EGC.

Maramis, Willy F., Maramis, Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa ed 2.

Surabaya : Airlangga University Press

Maslim, Rusdi Dr. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas

dari PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya

Rini, Tri Dr. SpKJ. Draft Acuan Gangguan Kesehatan Jiwa. 2005. Purwokerto:

Program Pendidikan Dokter Universitas Jenderal Soedirman

Sadock, Benjamin James dan Virgina Alcott Sadock. 2007. Kaplan and Sadock’s

Synopsis of Psychiatry-Behavioral Science/Clinical Psychiatry. New York:

Lippincott Williams and Wilkins

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 5. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Rafika Aditama.