Laporan Obsevasi Kelompok 3
description
Transcript of Laporan Obsevasi Kelompok 3
LAPORAN HASIL OBSERVASI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNANETRA
YKAB SURAKARTA (SLB-A)
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Apriyan Ardhitya Putra (K2310011)
2. Dian Suryati Pangestika (K2310025)
3. Diska Nugraheni RS (K2310028)
4. Hanifa Rohmawati (K2310047)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
LAPORAN HASIL OBSERVASI
SLB-A YKAB-SURAKARTA
Tujuan
Observasi ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi.
Selain itu, untuk mengetahui proses belajar mengajar dan fasilitas pendukung yang dapat
menunjang kegiatan tersebut. Dengan adanya observasi ini, kami dapat berinteraksi secara
langsung dengan warga sekolah dan mampu merasakan suasana lingkungan di sekolah
tersebut. Kami, sebagai calon pendidik khususnya bidang Fisika, juga perlu untuk
mengetahui karakteristik peserta didik khususnya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Dengan demikian, kami mampu menambah pengetahuan tentang karakteristik peserta didik
dan menerapkan strategi mengajar yang sesuai.
Dasar Teori
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
program pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Bagi anak yang memiliki
kebutuhan khusus tunanetra, mereka masuk ke SLB-A.
Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatab dalam penglihatan atau tidak
berfungsinya indra penglihatan.
Karakteristik tunanetra :
a. Fisik
Keadan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya.perbedaan
nyata diantaranya mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya. Gejala
tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik antara lain: mata juling, sering
berkedip, menyipitkan mata, kelopak mata merah, gerakan mata tak beraturan dan
cepat, mata selalu berair dan sebagainya.
b. Perilaku
1. Beberapa gejala tingkah laku pada anak yang mengalami gangguan penglihatan
dini antara lain; berkedip lebih banyak dari biasanya. menyipitkan mata, tidak
dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
2. Adanya keluhan-keluhan antara lain : mata gatal, panas, pusing, kabur atau
penglihatan ganda.
c. Psikis.
1. Menta/Intelektual
Tidak berbeda jauh dengan anak normal. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada
pda batas atas sampai batas bawah.
2. Sosial
Kadangkala ada keluarga yang belum siap menerima anggota keluarga yang tuna
netra sehingga menimbulkan ketegangan/gelisah di antara keluarga. Seorang
tunanetra biasanya mengalami hambatan kepribadian seperti curiga terhadap
orang lain, perasaan mudah tersinggung dan ketergantungan yang berlebihan.
Alat bantu pendidikan yang digunakan bagi penyandang tunanetra :
a. Alat Pendidikan Khusus :
Reglet dan pena
Mesin tik Baille
Printer Braille
abacus
b. Alat Bantu
Alat bantu perabaan (buku-buku, air panas/dingin, batu, dsb)
Alat Bantu pendengaran (kaset, CD, talkingbooks)
c. Alat Peraga
Alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui
perabaan atau pendengaran.(patung hewan, patung tubuh manusia , peta timbul)
Sedangkan seseorang dikatakan Low Vision apabila orang tersebut mengalami
kekurangan pengelihatan.
Ciri-ciri antara lain :
a. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat
b. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar
c. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat
mencoba melihat sesuatu.
Alat bantu pendidikan yang digunakan bagi penyandang low vision :
a. Alat Bantu Optik :
Kaca mata
Kaca mata perbesaran
Hand magnifer
b. Alat Bantu
Kertas bergaris besar
Spidol hitam
Lampu meja
Penyangga buku
c. Alat Peraga
Gambar yang diperbesar
Benda asli yang diawetkan
Patung / benda model tiruan
Klasifikasi penggolongan tunanetra :
1. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan:
a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir
b. Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil
c. Tunenatra pada usia sekolah atau pada masa remaja
d. Tunanetra pada usia dewasa
e. Tunanetra dalam usia lajut.
2. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan:
a. Tunanetra ringan
b. Tunanetra setengah berat.
c. Tunanetra berat.
3. Berdasarkan pemeriksaan klinik.
4. Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata:
a. Myopia;adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di
belakang retina.
b. Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di
depan retina.
c. Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan
karena ketidak beresan pada kornea mata.
Penyebaab terjadinya tunanetra :
1. Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal Sangat erat hubungannya
dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.
2. Post-natal
Faktor penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi
sejak atau setelah bayi lahir, antara lain: kerusakan pada mata atau syaraf mata
pada waktu persalinan hamil ibu menderita penyakit gonorrhoe, penyakit mata
lain yang menyebabkan ketunanetraan, seperti trachoma,dan akibat kecelakaan.
Berdasarkan peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70 tahun
2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya yang diselenggarakan secara inklusif.
Pembahasan
Observasi yang dilakukan pada kesempatan kali ini yaitu di SLB-A YKAB-
SURAKARTA yang baralamat di Jln. HOS Cokroaminoto No. 43 Jagalan Jebres Surakarta.
SLB-A pada dasarnya adalah SLB yang menampung ABK tunanetra. Akan tetapi di lapangan
SLB-A ini tidak hanya menerima ABK tunanetra, anak tunagrahita,anak berkelainan ganda
dan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya juga diterima di SLB-A ini.
Jenjang pendidikan pada SLB-A YKAB Surakarta ini meliputi TKLB, SDLB,
SMPLB, dan SMALB.
Visi, misi, dan tujuan dari sekolah ini adalah :
1. Visi
Melangkah mandiri maju berprestasi berbekal pengetahuan dan keimanan.
2. Misi
a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan efektif sehingga setiap siswa mengenali
potensi dirinya dan dapat berkembang secara optimal.
b. Menumbuhkan rasa percaya diri untuk menjadikan pengetahuan sebagai jendela
menguak kegelapan serta menjadikan keterampilan sebagai saran untuk bekal hidup.
3. Tujuan
Dapat menggunakan ajaran agama hasil proses pembelajaran serta meraih prestasi akademik
maupun non akademik, membentuk anak hidup mandiri.
Di sekolah ini dipimpin kepala sekolah yang menjadi penanggung jawab umum. Guru
yang mengabdi di SLB-A YKAB Surakarta sebanyak 17 PNS daerah, 1 PNS provinsi, 1 guru
dari departemen agama, dan 7 wiyata bakti, jadi totalnya ada kurang lebih 26 guru. Rata –
rata guru di sini tidak memiliki latar belakang pendidikan mata pelajaran yang terspesialisasi,
akan tetapi kebanyakan lulusan dari PLB (Pendidikan Luar Biasa).
Siswa yang terdaftar di sekolah ini sebanyak 66 siswa. Sebenarnya jumlah siswa ini
mengalami penurunan, karena adanya SLB yang didirikan di daerah – daerah. Masing –
masing kelas berisi 1-5 orang siswa untuk penyandang tunanetra dan maksimal 8 orang untuk
ABK yang lamban belajar. Untuk setiap kelasnya diampu oleh 1 guru. Alokasi waktu tiap
satu jam pelajaran untuk tingkat SD 35 menit, SMP 40 menit, dan SMA 45 menit.
Kurikulum yang digunakan di SLB-A YKAB Surakarta sama dengan sekolah reguler.
Akan tetapi apabila siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran, maka kurikulum
tersebut dilakukan modifikasi.
Berikut ini adalah tabel kurikulum untuk SLB :
Table Struktur Kurikulum SDLB Tunanetra
KomponenKelas dan Alokasi Waktu
I II III IV, V dan VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Penegetahuan Sosial 3
7. Seni Budaya dan Keterampilan 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4
B. Muatan Lokal 2
C. Program Khusus Orientasi dan Mobilitas 2
D. Pengembangan Diri 2*)
Jumlah : 28 29 30 34
*) ekuivalen 2 jam pembelajaran
Table Struktur Kurikulum SMPLB Tunanetra
KomponenKelas dan Alokasi Waktu
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 2 2 2
4. Bahasa Inggris 2 2 2
5. Matematika 3 3 3
6. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2
7. Ilmu Penegetahuan Sosial 3 3 3
8. Seni Budaya dan Keterampilan 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2
10. Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi
dan Komunikasi*)10 10
10
B. Muatan Lokal 2 2 2
C. Program Khusus Orientasi dan Mobilitas 2 2 2
D. Pengembangan Diri 2**) 2**) 2**)
Jumlah : 34 34 34
*) keterampilan vokasional / teknologi informasi dan komunikas merupakan paket pilihan.
Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada
sekolah sesuai potensi daerah.
2**) ekuivalen 2 jam pembelajaran
Table Struktur Kurikulum SMALB Tunanetra
KomponenKelas dan Alokasi Waktu
X XI XII
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 2 2 2
4. Bahasa Inggris 2 2 2
5. Matematika 2 2 2
6. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2
7. Ilmu Penegetahuan Sosial 2 2 2
8. Seni Budaya dan Keterampilan 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2
10. Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi
dan Komunikasi*)16 16
16
B. Muatan Lokal 2 2 2
C. Program Khusus Bina Gerak - - -
D. Pengembangan Diri 2**) 2**) 2**)
Jumlah : 36 36 36
*) keterampilan vokasional / teknologi informasi dan komunikas merupakan paket pilihan.
Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada
sekolah sesuai potensi daerah.
2**) ekuivalen 2 jam pembelajaran
Untuk mendukung proses belajar mengajar, maka diperlukan fasilitas yang dapat
mempermudah guru dan murid. Adapun fasilitas tersebut meliputi :
a. Ruang kelas
b. Kantor guru
c. Aula
d. Ruang ICT
e. Ruang musik gamelan dan alat musik modern
f. Perpustakaan buku, kaset dan CD
g. Taman bermain
h. Mushola
i. Asrama
j. Toilet
k. Ruang massage
dst.
Kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik meliputi :’
1. Kegiatan pembelajaran
Biasanya dimulai kurang lebih pukul 07.30 dan berakhir sesuai dengan jenjangnya
masing-masing. Untuk jeda/istirahat dialokasikan sekitar 10 menit. Setelah program belajar
selesai, biasanya dilanjutkan dengan kegiatan ibadah bersama (berjamaah). Pasca ibadah,
peserta didik diarahkan untuk makan siang bersama.
Proses belajar yang dilaksanakan biasanya didisi dengan diskusi, tanya jawab dll. Ada
pula yang biasanya diavriasikan dengan penyampaian materi lewat pemutaran kaset/CD yang
telah disediakan di perpustakaan khusus. Namun untuk penggunaan media ini tergolong
rendah karena keterbatasan alat pemutar kaset/CD (tidak semua memiliki).
2. Kegiatan penunjang (softskill dan lifeskill)
Kegiatan penunjang berupa softskill, SLB ini memberikan sarana bagi peserta didik
untuk mengikuti kegiatan karawitan, keroncong dan band (modern). Bagi peserta didik yang
tertarik untuk mengembangkan lifeskill-nya, bisa mengikuti kegiatan kewirausahaan berupa
pelatihan massage, kantin dll.
3. Kegiatan keagamaan
Program pembelajaran di SLB juga ditunjang dengan kegiatan keagamaan. Setelah
proses belajar selesai, khususnya yang beragama islam, biasanya dilanjutkan dengan kegiatan
ibadah bersama (berjamaah). Pasca ibadah, peserta didik diarahkan untuk makan siang
bersama. Pada hari jumat, bagi yang beragama islam diwajibkan untuk sholat jumat
berjamaah sedangkn bagi non-muslim mengikuti kegiatan kerohanian tersendiri.
Untuk hari-hari besar keagamaan, pihak sekolah juga memperingati sebagai wujud toleransi
antar umat beragama di SLB tersebut. Misalnya, acara Maulid Nabi, sholat tarawih, dan natal.
Selain itu, pihak sekolah menyediakan sarana berupa buku-buku yang relevan terhadap
konten keagamaan. Di perpustakaan buku, banyak terdapat kitab-kitab misalnya Alquran
dalam bentuk huruf Braille.
Dalam rangka menunjang proses pembelajaran, maka diperlukan alat-aat bantu bagi
guru maupun peserta didik. Alat bantu tersebut misalnya :
a. Sabak dan paku
b. Reglet
c. CD dan kaset
d. Buku-buku braille dan umum
e. Komputer
f. Alat bantu berjalan (tongkat)
Kesimpulan
1. Pada dasarnya, ABK tunanetra sama seperti anak normal lainnya dalam menuntut
pendidikan. Mereka memiliki hak yang sama. Namun, ABK membutuhkan cara dan fasilitas
yang khusus untuk menunjang proses belajarnya. ABK memiliki kurikulum yang sama
dengan anak atau siswa yang normal, hanya saja ada modifikasi pada kurikulum tersebut
misalnya berkaitan dengan waktu, pengajar dsb.
2. Fasilitas yang diperlukan ABK hampir sama dengan anak normal lainya, seperti ruang
kelas, ruang komputer, ruang musik dsb.
3. ABK memerlukan alat bantu khusus untuk membantu kegiatan pembelajaran dan
kegiatannya sehari – hari. Misalnya, buku Braille, alquran Braille, tongkat dsb.
4. SLB-A YKAB Surakarta terdiri dari TK-LB, SD-LB, SMP-LB, dan SMA-LB.
5. Sebagian besar tenaga pengajar di SLB tersebut merupakan pengajar yang berasal dari
PLB.
LAMPIRAN
Berikut ini adalah foto-foto yang berhasil diabadikan saat observasi di SLB :