LAPORAN NERACA PEMBAYARAN...
Transcript of LAPORAN NERACA PEMBAYARAN...
LAPONERAINDO
Realisa
ORAACA ONES
si Triwu
N PEM
SIA
ulan III 2
MBAY
008
YARAAN
Edisi PNovem
Publikasi mber 2008
1
2
Alamat Redaksi : Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon : (021) 3817088 Faksimili : (021) 3800134 E-mail : [email protected] Website : www.bi.go.id
3
LAPORAN
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Realisasi Triwulan III 2008
Edisi Publikasi November 2008
4
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
5
RINGKASAN …………………………………………………………… 1
PERKEMBANGAN NPI TRIWULAN III 2008 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
…………………………………………………………… 3
TRANSAKSI BERJALAN …………………………………………………………… 7
1. Neraca Perdagangan Nonmigas …………………………………………………………… 7
1.1. Ekspor Nonmigas …………………………………………………………… 7
1.2. Impor Nonmigas …………………………………………………………… 13
2. Neraca Perdagangan Migas …………………………………………………………… 16
2.1. Minyak …………………………………………………………… 16
2.2. Gas …………………………………………………………… 18
3. Neraca Jasa …………………………………………………………… 19
4. Neraca Pendapatan …………………………………………………………… 21
5. Transfer Berjalan …………………………………………………………… 22
TRANSAKSI MODAL dan FINANSIAL …………………………………………………………… 25
1. Transaksi Modal …………………………………………………………… 25
2. Transaksi Finansial …………………………………………………………… 25
2.1. Sektor Publik …………………………………………………………… 26
2.2. Sektor Swasta …………………………………………………………… 30
CADANGAN DEVISA …………………………………………………………… 35
INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL …………………………………………………………… 37
BOKS :
Fenomena Defisit Transaksi Berjalan …………………………………………………………… 41
LAMPIRAN …………………………………………………………… 43
DAFTAR ISI
6
DAFTAR TABEL Hal
Hal
Tabel.1 Perkembangan NPI & Beberapa Indikator Ekonomi
Pada Triwulan III 2008
5 Tabel.14 Nilai Impor Baja dari Beberapa Negara Asal Utama
15
Tabel.2 Nilai Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
8 Tabel.15 Nilai Impor Kapas dari Beberapa Negara Asal
Utama
15
Tabel.3 Nilai Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
9 Tabel.16 Nilai Impor Alat-alat Telekomunikasi dari
Beberapa Negara Asal Utama
15
Tabel.4 Nilai Ekspor Elektronik ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
9 Tabel.17 Nilai Impor Hydrocarbon dari Beberapa Negara
Asal Utama
16
Tabel.5 Nilai Ekspor Produk Kimia ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
10 Tabel.18 Nilai Impor Bahan Baku Baja dari Beberapa
Negara Asal Utama
16
Tabel.6 Nilai Ekspor Batubara ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
10 Tabel.19 Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak 16
Tabel.7 Nilai Ekspor Karet ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
11 Tabel.20 Demand dan Supply Minyak Dunia 17
Tabel.8 Nilai Ekspor Mesin & Mekanik ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
12 Tabel.21 Ekspor LNG, LPG dan Natural Gas 18
Tabel.9 Nilai Ekspor Timah ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
12 Tabel.22 Cadangan Gas Indonesia 19
Tabel.10 Nilai Ekspor Udang ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
12 Tabel.23 Implied Yield/Interest Rate 22
Tabel.11 Share Impor yang Dipengaruhi Komponen
Permintaan Akhir
14 Tabel.24 Perkembangan Hibah Non Investasi
23
Tabel.12 Nilai Impor Barang Konsumsi dari Beberapa
Negara Asal Utama
14 Tabel.25 Perkembangan HIbah Investasi
25
Tabel.13 Nilai Impor Pupuk dari Beberapa Negara Asal
Utama
15 Tabel.26 Indikator Sustainabilitas Eksternal 37
DAFTAR GRAFIK Hal
Hal
Grafik.1 Transaksi Berjalan 7 Grafik.10 Volume Ekspor Karet ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
11
Grafik.2 Neraca Perdagangan Nonmigas 7 Grafik.11 Harga Udang Dunia 12
Grafik.3 Nilai Ekspor Nonmigas 8 Grafik.12 Volume Ekspor Udang ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
13
Grafik.4 Harga CPO Dunia 8 Grafik.13 Pangsa Impor Nonmigas Menurut Negara Asal 13
Grafik.5 Volume Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
9 Grafik.14 Perkembangan Nilai Impor Nonmigas 13
Grafik.6 Volume Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
9 Grafik.15 Perkembangan Harga Minyak 18
Grafik.7 Harga Batubara Dunia 10 Grafik.16 Produksi Minyak dan Konsumsi BBM 18
Grafik.8 Volume Ekspor batubara ke beberapa Negara
Tujuan Utama
10 Grafik.17 Perkembangan Neraca Jasa 19
Grafik. 9 Harga Karet Dunia 11 Grafik. 18 Perkembangan Jasa Travel 20
7
Grafik.19 Perkembangan Neraca Pendapatan 21 Grafik.30 Perkembangan Posisi Pinjaman per Negara
Kreditor Utama
29
Grafik.20 Perkembangan Worker’s Remittances 23 Grafik.31 Perkembangan Posisi Pinjaman Menurut Jenis
Valuta Utama
29
Grafik.21 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per
Jenis Investasi
25 Grafik.32 Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri
Pemerintah
30
Grafik.22 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per
Sektor
26 Grafik.33 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor
Swasta
30
Grafik.23 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik 26 Grafik.34 Perkembangan Direct Investment di Indonesia 30
Grafik.24 BI Rate dan Fed Rate 27 Grafik.35 Arus Masuk FDI Migas 30
Grafik.25 Perkembangan Kepemilikan SUN dan SBI oleh
Asing
27 Grafik.36 Penyertaan Modal 31
Grafik.26 Perkembangan Penarikan dan Pembayaran
Pinjaman Pemerintah
27 Grafik.37 Perkembangan Transaksi Saham oleh Asing di
BEI dan IHSG
32
Grafik.27 Perkembangan Penarikan Pinjaman Program 28 Grafik.38 Perkembangan Surat Berharga Hutang Swasta 32
Grafik.28 Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek 28 Grafik.39 Perkembangan Penarikan Pinjaman Swasta 33
Grafik.29 Perkembangan Posisi ULN Berdasarkan Jenis
Pinjaman
29 Grafik.40 Perkembangan Cadangan Devisa 35
8
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
1
Kinerja transaksi berjalan pada triwulan III 2008 mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Perbaikan ini tercermin pada mengecilnya defisit transaksi berjalan, yaitu dari sekitar USD1,2 miliar pada triwulan II
2008 menjadi sekitar USD0,6 miliar pada triwulan III 2008. Defisit pada transaksi berjalan tersebut dapat diimbangi
oleh surplus pada transaksi modal dan keuangan yang mencapai USD0,5 miliar sehingga secara keseluruhan Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) hanya mengalami defisit kurang dari USD0,1 miliar atau tepatnya USD89 juta. Sejalan
dengan defisit NPI, jumlah cadangan devisa pada akhir triwulan III 2008 turun menjadi USD57,1 miliar. Meskipun
demikian, jumlah cadangan devisa tersebut masih berada pada posisi yang relatif aman, yaitu setara dengan
kebutuhan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4,4 bulan.
Di antara komponen-komponen utama transaksi berjalan, perbaikan yang paling signifikan terjadi pada
neraca perdagangan minyak dan gas serta neraca pendapatan. Neraca perdagangan gas mencatat kenaikan surplus,
karena didukung oleh kenaikan volume ekspor gas yang signifikan. Sementara itu, defisit neraca perdagangan
minyak mengecil karena, sesuai dengan status Indonesia sebagai net oil importer, dampak penurunan harga minyak
terhadap penurunan nilai ekspor minyak lebih kecil daripada dampaknya terhadap penurunan nilai impor minyak.
Selain itu, penurunan harga minyak juga menjadi salah satu faktor yang memperkecil defisit neraca pendapatan
melalui dampaknya terhadap penurunan keuntungan yang dibayarkan kepada kontraktor migas asing.
Di tengah krisis keuangan global, transaksi modal dan keuangan pada triwulan III 2008 masih mampu
mencatat surplus sekitar USD0,5 miliar, meskipun tidak sebesar surplus pada triwulan sebelumnya. Memburuknya
kondisi pasar keuangan global telah mendorong arus keluar modal portofolio dalam bentuk pelepasan SBI, SUN,
dan saham oleh investor asing. Namun, perkembangan tersebut tidak sampai membuat transaksi modal dan
keuangan menjadi defisit karena dalam periode yang sama terjadi kenaikan penarikan utang luar negeri swasta dan
penurunan pembayaran pokok utang luar negeri pemerintah dalam jumlah yang signifikan. Kenaikan penarikan
utang luar negeri swasta itu diperkirakan tidak terlepas dari masih kuatnya kinerja perekonomian domestik pada
triwulan III 2008.
RINGKASAN
2
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
3
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2008 mencatat defisit sekitar USD89 juta. Defisit
tersebut dipengaruhi oleh transaksi berjalan yang mencatat defisit sekitar USD0,6 miliar, lebih besar daripada
surplus transaksi modal dan keuangan yang mencapai sekitar USD0,5 miliar. Meskipun transaksi berjalan pada
triwulan laporan mencatat defisit, namun dibandingkan triwulan II 2008, defisit tersebut mengalami penurunan.
Perbaikan kinerja dimaksud terutama bersumber dari meningkatnya surplus neraca perdagangan migas dan
menurunnya defisit transaksi pendapatan. Kenaikan surplus neraca perdagangan migas tersebut dapat
mengimbangi penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas. Berbeda dengan kinerja pada transaksi berjalan,
transaksi modal dan finansial mencatat penurunan surplus bila dibandingkan triwulan sebelumnya (USD2,6 miliar).
Penurunan surplus tersebut terutama disebabkan oleh arus keluar modal portofolio asing dalam bentuk penjualan
SBI, SUN, dan saham terkait dengan kondisi pasar keuangan global yang memburuk. Sejalan dengan
perkembangan di atas, jumlah cadangan devisa pada akhir periode turun menjadi USD57,1 miliar1) atau setara
kebutuhan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4,4 bulan.
Perkembangan neraca pembayaran Indonesia selama triwulan III 2008 tidak lepas dari beberapa faktor
fundamental baik dalam dan luar negeri. Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi perkembangan
tersebut antara lain:
Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama, seperti Amerika, Jepang, Uni Eropa, Singapura,
bahkan Cina pada Tw. III-2008 mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya sejalan dengan dampak
krisis global yang terjadi. Di tengah pelemahan ekonomi di negara-negara maju, tekanan inflasi masih
mengancam ekonomi negara tersebut meskipun sudah mulai menunjukkan kecenderungan yang mereda.
Dengan perkembangan tersebut, beberapa bank sentral sudah mulai menurunkan suku bunganya guna
menahan laju perlambatan ekonomi akibat krisis.
Harga-harga beberapa komoditas ekspor nonmigas, seperti CPO, batubara, dan tembaga, di pasar dunia mulai
mengalami penurunan sejak bulan September yang didorong oleh melemahnya permintaan dunia khususnya
dari negara-negara maju terkait krisis keuangan global. Pergerakan harga CPO dan batubara cenderung
mengikuti pergerakan harga minyak dunia yang terus menurun.
Setelah harga minyak meningkat tajam dan bertahan selama satu semester, pada Tw. III-2008, rata-rata harga
minyak OPEC sedikit turun menjadi USD113,4/bl dari USD117,6/bl pada triwulan sebelumnya. Penurunan harga
mulai terjadi pada akhir bulan Juli dan terus menurun secara tajam di bulan September hingga berada di bawah
USD100/bl. Turunnya harga minyak tersebut disebabkan oleh kekhawatiran terhadap penurunan permintaan
minyak akibat krisis global yang terjadi saat ini yang berdampak pada melemahnya pertumbuhan ekonomi di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Selain itu, pengaruh nilai tukar USD terhadap
mata uang utama dunia turut mempengaruhi pergerakan harga minyak karena terkait pada preferensi investor
1 Posisi cadangan devisa per 28 November 2008 adalah USD50,2 miliar.
PERKEMBANGAN NPI TRIWULAN III 2008 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
4
dalam menginvestasikan dananya. Berbeda dengan harga minyak yang cenderung mengalami penurunan,
harga gas (LNG) justru mengalami kenaikan yaitu dari USD13,7/MBTU di triwulan II menjadi USD14,3/MBTU
pada periode laporan. Perbedaan arah pergerakan harga minyak dan gas tersebut ditengarai sebagai akibat dari
kontrak pengiriman gas yang sudah disepakati pada periode sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan selama Tw. III-2008 atau tumbuh 6,1%, lebih rendah
dari 6,4% pada triwulan II. Meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi pada level tersebut masih cukup tinggi
di saat ekonomi dunia mengalami pelemahan lebih dalam. Pertumbuhan ekonomi triwulan III didukung oleh
pertumbuhan konsumsi 6,7% (pangsa 64,1%) terutama sektor pemerintah tumbuh 16,9%, investasi 10,1%
(pangsa 24,4%), dan masih tingginya kinerja ekspor neto 25,9% (pangsa 9,6%).
Laju inflasi Indonesia pada periode laporan tercatat sebesar 12,1%, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya (11,0%). Kendati harga minyak dunia sudah mengalami penurunan, dampaknya belum terlalu
signifikan terhadap inflasi Indonesia. Selain itu, masih relatif tingginya harga barang impor (imported inflation)
turut mempengaruhi laju inflasi selama periode laporan. Di sisi nilai tukar, Rupiah bergerak pada kisaran yang
stabil di level Rp9.219 per USD dari sebelumnya Rp 9.264. Walaupun demikian, demi menjaga tekanan inflasi ke
depan, Bank Indonesia menaikkan suku bunga BI Rate sebanyak 3 kali (sebesar 75bps) dari akhir Tw.II-2008
sebesar 8,5% menjadi 9,25%. Pada gilirannya, perkembangan suku bunga tersebut mempengaruhi selisih suku
bunga domestik tetap tinggi dibandingkan suku bunga internasional yang sudah mulai menurun.
Produksi minyak Indonesia selama Tw. III-2008 mencapai 0,982 juta barel per hari (bph), relatif sama
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,981 juta bph. Sementara itu, konsumsi BBM di Tw.III-2008
mencapai 100,8 juta barel, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 99,0 juta barel. Kebutuhan BBM yang
meningkat ditengarai terkait dengan kebutuhan lebaran yang jatuh pada awal bulan Oktober. Pada periode
laporan, volume ekspor gas (LNG) mengalami kenaikan dari 252,6MBTU di triwulan II menjadi 259,3MBTU pada
triwulan III. Demikian juga volume ekspor natural gas meningkat dari 77,6MBTU menjadi 83,6MBTU pada
triwulan laporan.
5
Tabel 1 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia dan Beberapa Indikator Ekonomi Pada Triwulan III 2008
2008 2008 2008
Tw.I Tw.II Tw.III
- Amerika Serikat 2.0 1.0 2.8 -0.5
- Jepang 1.9 1.4 0.7 -0.5
- Uni Eropa 2.1 2.1 1.4 0.6
- Singapura 7.0 6.9 2.3 -0.6
- Cina 11.9 10.6 10.4 9.9
- Minyak Mentah OPEC (USD/barel) 69 93 118 113 - Batu bara (USD/metric ton) 66 114 139 163 - Tembaga (USD/metric ton) 7,118 7,796 8,443 7,680 - CPO (USD/ton) 780 1,156 1,198 928 - Karet (cent USD/kg) 248 293 312 329
- Amerika Serikat (Fed Fund Rate) 5.0 2.9 2.0 2.0 - Jepang (Uncollateral Call Rate) 0.5 0.5 0.5 0.5 - Uni Eropa (MRO) 3.9 4.0 4.0 4.3
- Singapura (Interbank rate, 3 bulan) 2.7 1.5 1.3 1.4
- Cina 6.8 7.5 7.5 7.4
- Amerika Serikat 4.1 4.0 4.9 4.9
- Jepang 0.7 1.2 2.0 2.1
- Uni Eropa 3.1 3.6 4.0 3.6
- Singapura 4.4 6.7 7.5 6.7
- Cina 4.8 8.3 7.1 4.6
PDB (y.o.y, %) 6.3 6.3 6.4 6.1
Inflasi IHK (y.o.y, %) 6.6 7.1 11.0 12.1 Nilai tukar 1) (Rp/USD) 9,136 9,260 9,264 9,219
Harga rata-rata ekspor minyak mentah (US$/bbl) 70.1 93.4 119.3 113.4
Produksi Minyak (juta barel per hari) 0.952 0.977 0.981 0.982
Konsumsi BBM (juta barel) 382.8 95.4 99.0 100.8 Ekspor gas (LNG) (mbtu) 1,079.8 283.6 252.6 259.3 Harga rata-rata ekspor gas (LNG) (US$/mbtu) 9.0 11.6 13.7 14.3 BI Rate 1) (%) 8.60 8.00 8.25 9.00
(juta USD)
- Transaksi Berjalan 10,347 2,601 -1,241 -564 - Transaksi Modal & Finansial 3,466 -1,623 2,599 509 - Total 13,814 978 1,359 -55 - Net Errors & Omissions -1,099 54 -35 -34 - Overall Balance 12,715 1,032 1,324 -89 - Cadangan Devisa 56,920 58,987 59,453 57,108
Sumber: CEIC, IMF, dan Bank Indonesia1) rata-rata
KOMPONEN 2007
INDIKATOR EKONOMI DUNIA
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Harga Komoditi Dunia
Suku Bunga Internasional (%)
Inflasi (%)
INDIKATOR EKONOMI DOMESTIK
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
6
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
7
Transaksi berjalan pada Tw. III-2008 relatif
membaik dibandingkan periode triwulan sebelumnya.
Perbaikan tersebut disumbangkan oleh perbaikan
neraca perdagangan migas yang dapat menutupi
pelemahan neraca perdagangan nonmigas dan
mengecilnya defisit neraca pendapatan. Meningkatnya
ekspor LNG dan menurunnya impor minyak telah
menyebabkan neraca perdagangan migas membaik.
Sementara tingginya permintaan impor nonmigas yang
melebihi pertumbuhan ekspor nonmigas telah
menyebabkan surplus neraca perdagangan nonmigas
menurun. Di sisi lain, penurunan defisit neraca
pendapatan terkait dengan menurunnya bagian
keuntungan kontraktor migas seiring dengan
menurunnya harga minyak. Sementara itu, meskipun
tidak signifikan, neraca jasa mengalami penurunan
defisit, sedangkan neraca transfer berjalan mengalami
kenaikan surplus.
1. Neraca Perdagangan Nonmigas
Neraca perdagangan nonmigas pada Tw. III-2008
mencatat surplus sebesar USD3,8 miliar, lebih rendah
dari surplus periode sebelumnya sebesar USD4,1 miliar.
Penurunan surplus tersebut disebabkan oleh masih
kuatnya permintaan domestik yang telah mendorong
akselerasi pertumbuhan impor nonmigas sehingga
tumbuh dua kali lebih cepat (44,6% y.o.y) dibanding
pertumbuhan ekspor nonmigas (22,4% y.o.y).
1.1 Ekspor Nonmigas
Di tengah krisis global yang tengah melanda
hampir seluruh negara, pertumbuhan tahunan ekspor
nonmigas masih belum terpengaruh dan masih cukup
tinggi (22,4%) dibandingkan triwulan sebelumnya
(18,9%). Pertumbuhan ini ditopang oleh harga produk
ekspor (unit price) yang masih meningkat sebesar
22,8%, sedangkan secara volume menurun sebesar
0,3%. Kenaikan pertumbuhan harga tersebut terutama
didorong oleh kenaikan harga komoditas pertanian
sebesar 26,5% (pangsa 15%) dan produk manufaktur
sebesar 40,7% (pangsa 61,4%).
Beberapa komoditas ekspor utama yang harganya
mengalami kenaikan tajam antara lain Crude Palm Oil
(CPO), TPT, produk elektronik, produk kimia
(sektor manufaktur); batubara (sektor
pertambangan) dan karet (sektor pertanian).
Kendati demikian, indikasi penurunan harga sudah
-5,000
-3,000
-1,000
1,000
3,000
5,000
7,000
9,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007* 2008
juta USDGrafik 1
Transaksi Berjalan
Services IncomeTrade Balance Current Trans.Current Account
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
3,000
8,000
13,000
18,000
23,000
28,000
33,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007* 2008
juta USDjuta USD Grafik 2Neraca Perdagangan Nonmigas
EksporImporNeraca Perdagangan Nonmigas
TRANSAKSI BERJALAN
8
mulai terlihat pada September 2008 tetapi belum
berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor pada
triwulan III 2008.
Crude Palm Oil (CPO)
Ekspor CPO pada Tw. III-2008 sebesar USD2,2
miliar atau tumbuh 36,8% (y.o.y), lebih rendah dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya (87%). Tingginya
harga CPO di triwulan ini yang mencapai USD928/Mton
mampu menutupi penurunan volume ekspor yang
mencapai 10,6%.
Penurunan volume ekspor CPO terkait dengan
besarnya pajak ekspor (PE) yang ditetapkan oleh
pemerintah. Pada bulan Juli 2008, PE CPO ditetapkan
sebesar 20% sehingga eksportir mengurangi kegiatan
ekspor meskipun harga CPO pada waktu itu tinggi.
Namun ketika PE CPO kembali turun menjadi 10% di
bulan Agustus dan 7,5% di bulan September, eksportir
kembali memperbanyak volume ekspor meskipun harga
CPO sudah turun.
Tabel 2 Nilai Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Selain tingginya angka pajak ekspor yang
ditetapkan pemerintah, penurunan ekspor CPO juga
disebabkan oleh turunnya ekspor CPO ke Uni Eropa
akibat pembeli di Eropa menerapkan sertifikasi
Rountable Sustainable For Palm Oil (RSPO) sejak bulan
Januari 2008. Sebagai dampaknya, para importir dari
Eropa hanya akan membeli CPO yang mempunyai
sertifikat RSPO. Sebagai informasi, RSPO adalah
sertifikat yang membuktikan bahwa pengusaha sawit
mengelola kebun secara ramah lingkungan. Hal ini
membuat eksportir Indonesia sulit untuk menembus
pasar Eropa karena syarat penjualan semakin ketat
sementara pengusaha sawit di Indonesia sebagian besar
belum menerapkan metode produksi yang sesuai
dengan standar dalam RSPO.
1000
3000
5000
7000
9000
11000
13000
15000
17000
19000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007* 2008
Grafik 3Nilai Ekspor Non Migas
PertanianPertambanganIndustri
Juta USD
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
USD/MTon Grafik 4Harga CPO Dunia
Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
India 481 29.3 897 39.9
Uni Eropa 217 13.2 261 11.6
Afrika 137 8.4 230 10.2
Cina 226 13.8 143 6.4
Lainnya 578 35.3 717 31.9
Total 1,639 100 2,248 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
0
200
400
600
800
1,000
1,200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
ribu Ton
Grafik 5Volume Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan Utama
India Uni Eropa
9
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Ekspor TPT pada Tw.III-2008 sebesar USD2,9 miliar
atau tumbuh 7,1% (y.o.y), lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya (6,8%). Ekspor TPT terbesar masih
ditujukan ke negara Amerika Serikat yang mencapai
USD1,1 miliar (pangsa 37,5%).
Tabel 3 Nilai Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Meskipun sedang mengalami resesi, ekspor TPT ke
Amerika Serikat pada triwulan laporan masih
mengalami pertumbuhan, baik secara nilai maupun
volume. Meskipun ke depan diperkirakan akan tumbuh
stagnan, ekspor TPT masih memiliki peluang yang
cukup baik mengingat komoditas TPT merupakan salah
satu kebutuhan primer sehingga masih tetap
dibutuhkan. Selain itu, komoditas TPT Indonesia
memiliki keunggulan kualitas dibandingkan dengan
komoditas dari Cina. Pesaing utama komoditas TPT
Indonesia lainnya adalah India yang juga merupakan
salah satu produsen TPT.
Elektronik
Ekspor elektronik pada Tw. III-2008 sebesar USD2,5
miliar atau tumbuh 14,9% (y.o.y), lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya (13,6%). Ekspor elektronik
terbesar ditujukan ke Singapura yang mencapai
USD748 juta (pangsa 30,3%), diikuti oleh Jepang
sebesar USD341 juta (13,8%). Produk-produk yang
banyak diekspor antara lain alat elektronik untuk bisnis
dan industri, media penyimpan elektronik selain hard
disk, printer dan monitor. Tumbuhnya ekspor
elektronik Indonesia didukung oleh tingginya harga
barang-barang elektronik di pasar internasional,
sedangkan dari sisi volume, ekspor produk elektronik
mengalami penurunan sebesar 3,1%. Tidak adanya
pengembangan teknologi baru yang memberikan nilai
tambah yang lebih tinggi terhadap industri elektronik
Indonesia ditengarai mengakibatkan menurunnya
volume ekspor produk elektronik Indonesia.
Tabel 4 Nilai Ekspor Elektronik ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
Terkait dengan krisis global yang terjadi saat ini,
Gabungan Elektronika Indonesia (Gabel)
memperkirakan bahwa dampak krisis finansial di
Amerika Serikat belum terlihat pengaruhnya terhadap
ekspor elektronika pada triwulan III 2008, karena nilai
ekspor produk elektronik Indonesia ke AS tidak terlalu
besar. Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama
ekspor elektronik ketiga setelah Singapura dan Jepang.
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Amerika Serikat 996 37.4 1,071 37.5
Uni Eropa 469 17.6 505 17.7
Jepang 130 4.9 142 5.0
Lainnya 1,067 40.1 1,140 39.9
Total 2,662 100 2,858 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
0
20
40
60
80
100
120
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
ribu TonGrafik 6
Volume Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Amerika Uni Eropa Jepang
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Singapura 664 30.9 748 30.2
Jepang 313 14.6 341 13.8
Amerika Serikat 210 9.8 288 11.6
Uni Eropa 218 10.1 248 10.0
Lainnya 744 34.6 850 34.3
Total 2,149 100 2,475 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
10
Produk Kimia
Ekspor produk kimia pada Tw. III-2008 sebesar
USD2,0 miliar atau tumbuh 15,1%, lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya (12,6%). Pertumbuhan ini
didukung oleh relatif tingginya harga produk kimia di
pasar internasional, sementara dari sisi volume
mengalami penurunan ekspor yang cukup besar
mencapai 45,1% karena menurunnya permintaan.
Penurunan permintaan impor produk kimia terbesar
berasal dari Jepang dan Malaysia yang turun masing-
masing sebesar 32,1% dan 11,2%. Meskipun
permintaan dari Malaysia turun, namun pangsa ekspor
ke negara tersebut masih menjadi yang terbesar (9,9%)
dengan nilai ekspor mencapai USD193 juta, diikuti oleh
Uni Eropa (9%) dengan nilai sebesar USD175 juta.
Tabel 5 Nilai Ekspor Kimia ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Batubara
Ekspor batubara pada Tw.III-2008 sebesar USD2,9
miliar atau tumbuh 66,8% (y.o.y) lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya (55,6%). Pertumbuhan ini
ditopang oleh harga batubara di pasar internasional
yang mencapai USD162,8/Mton lebih tinggi dari
periode sebelumnya (USD138,7/Mton).
Tingginya harga batubara di pasar internasional
didorong oleh besarnya permintaan dari Cina untuk
memenuhi kebutuhan industri baja dan pembangkit
listrik yang cukup besar di negara tersebut. Meskipun
sekitar 13% cadangan batubara dunia berada di Cina,
namun besarnya kebutuhan batubara dari sektor
industri dan pembangkit menyebabkan Cina harus
melakukan impor.
Tabel 6 Nilai Ekspor Batubara ke Beberapa Negara Tujuan
Utama
Sementara dari sisi volume, ekspor batubara
Indonesia mengalami penurunan tipis, sebesar 1,2%,
akibat turunnya permintaan batubara dari Jepang dan
Korea Selatan. Di samping turunnya permintaan
batubara dari negara tujuan utama ekspor, adanya
penghentian sementara ekspor batubara terhadap 6
produsen batubara pada bulan Juli 2008 turut
mengurangi volume ekspor batubara. Penghentian
sementara kegiatan ekspor tersebut yang dilakukan
oleh pemerintah terkait dengan harga ekspor yang
dianggap terlalu murah.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
USD/MTon
Grafik 7Harga Batubara Dunia
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Jepang 377 21.6 616 21.1
Taiwan 246 14.1 462 15.8
Korea Selatan 250 14.3 339 11.6
India 148 8.5 311 10.6
China 125 7.2 256 8.8
Lainnya 602 34.4 938 32.1
Total 1,748 100 2,922 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
ribu Ton
Grafik 8Volume Ekspor Batubara ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Jepang Korea Selatan Taiwan India
11
Produsen batubara yang mengalami penghentian
ekspor antara lain Perusahaan Daerah Baramarta
dengan kapasitas ekspor per tahun sebesar 4 juta ton,
Tanjung Alam Jaya (1,6 juta ton), Antang Gunung
Meratus (1,5 juta ton), Sumber Kurnia Buana (1,5 juta
ton), PT. Kadya Caraka Mulia (0,5 juta ton) dan PT.
Bangun Buana Persada (0,4 juta ton).
Karet
Ekspor karet pada Tw. III-2008 sebesar USD1,9
miliar atau tumbuh 42%, lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya (29,2%). Pertumbuhan yang cukup tinggi
ini lebih disebabkan oleh tingginya harga karet dunia,
sedangkan dari sisi volume ekspor pertumbuhannya
hanya sebesar 1,4%.
Tabel 7 Nilai Ekspor Karet Ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Harga karet di pasar internasional mencapai
USD329,1cent/kg, naik dari periode sebelumnya sebesar
USD311,7cent/kg. Dalam perkembangannya, harga
karet mencapai puncaknya di triwulan laporan pada
bulan Juli 2008 dengan harga harian komposit/daily
composite price (DCP) mencapai USD325,74 cent/kg.
Tingginya harga karet dipicu oleh terbatasnya pasokan
karet dari negara produsen dan tingginya permintaan
karet dari Cina. Sementara itu, pasokan karet dari
Indonesia juga menurun pada bulan Juli 2008 akibat
musim gugur daun yang terjadi di daerah selatan
katulistiwa yang pada gilirannya menyebabkan pohon
sulit untuk menghasilkan getah karet.
Di sisi permintaan, kebutuhan karet dari Cina
tumbuh sebesar 10,7% melebihi pertumbuhan
permintaan dari AS (6,4%). Dengan demikian, Cina
berpotensi menjadi negara tujuan utama ekspor karet
Indonesia menggantikan AS yang memiliki pangsa
ekspor terbesar (23,6%). Lebih lanjut, nilai ekspor karet
ke Cina pada triwulan ini sebesar USD335 juta sedikit di
bawah nilai ekspor ke AS yang mencapai USD442 juta.
Di samping beberapa komoditas yang didorong
oleh kenaikan harga, terdapat beberapa komoditas
yang secara volume meningkat tajam, antara lain mesin
& mekanik (sektor manufaktur); timah (sektor
pertambangan) dan udang (sektor pertanian).
Ketiga komoditas tersebut tidak terpengaruh oleh krisis
finansial global yang terjadi, sehingga masih dapat
mendukung nilai ekspor nonmigas pada Tw. III-2008.
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Amerika Serikat 280 21.2 442 23.5
Cina 199 15.1 335 17.8
Jepang 223 16.9 329 17.5
Uni Eropa 124 9.4 147 7.8
Singapura 152 11.5 109 5.8
Lainnya 341 25.9 515 27.4
Total 1,319 100 1,877 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
0
50
100
150
200
250
300
350
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
c/kg Grafik 9Harga Karet Dunia
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
ribu Ton
Grafik 10Volume Ekspor Karet ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Amerika Serikat Jepang China
12
Mesin & mekanik
Ekspor mesin & mekanik pada Tw. III-2008 sebesar
USD2,5 miliar atau tumbuh 49,7%, lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya (26,8%). Pertumbuhan ekspor
tersebut didukung oleh tingginya permintaan dari
negara Singapura dan Malaysia yang permintaannya
masing-masing tumbuh sebesar 66% dan 50,5%.
Mesin-mesin yang banyak diekspor ke negara-negara
tersebut mencakup kendaraan bermotor, mesin khusus
untuk industri tertentu, dan peralatan transportasi
lainnya. Permintaan mesin & mekanik dari Singapura
yang merupakan negara dengan pangsa ekspor
terbesar (23,8%) sejalan dengan semakin
berkembangnya industri di negara tersebut. Nilai ekspor
ke negara itu mencapai USD597 juta, dikuti kemudian
oleh Jepang dan Malaysia masing-masing sebesar
USD286 juta dan USD258 juta.
Tabel 8 NIlai Ekspor Mesin & Mekanik ke Beberapa Negara
Tujuan Utama
Timah
Ekspor timah pada Tw. III-2008 sebesar USD791
juta atau tumbuh sebesar 67,2%, lebih rendah dari
triwulan sebelumnya (158,8%). Perlambatan ekspor
timah terkait dengan penurunan harga komoditas
timah yang pada triwulan ini turun menjadi
USD2.051cent/kg dari periode sebelumnya sebesar
USD2.265cent/kg.
Tabel 9 Nilai Ekspor Timah ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Sementara dari sisi volume, pertumbuhan
permintaan yang tinggi mencapai 108,9% terutama
berasal dari Taiwan (tumbuh 350%), sedangkan pangsa
ekspor terbesar ditujukan ke Singapura (86,8%) dengan
nilai ekspor mencapai USD684 juta.
Udang
Ekspor udang pada Tw. III-2008 sebesar USD224
juta atau tumbuh 6%, lebih rendah dari triwulan
sebelumnya (11,3%). Melambatnya ekspor udang
disebabkan oleh harga udang yang turun menjadi
USD1.048 cent/kg dari USD1.109 cent/kg pada triwulan
sebelumnya, sementara volume ekspor mengalami
peningkatan sekitar 3,8%.
Tabel 10 NIlai Ekspor Udang ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Singapura 307 18.3 597 23.7
Jepang 203 12.1 286 11.4
Malaysia 123 7.3 258 10.3
Thailand 140 8.4 219 8.7
Uni Eropa 177 10.6 193 7.7
Lainnya 725 43.3 961 38.2
Total 1,675 100 2,514 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Singapura 407 86.2 684 86.5
Malaysia 18 3.8 51 6.4
Taiwan 2 0.4 13 1.6
Jepang 12 2.5 11 1.4
Lainnya 33 7.0 32 4.0
Total 472 100 791 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Amerika Serikat 83 39.3 96 42.9
Jepang 75 35.5 78 34.8
Uni Eropa 37 17.5 32 14.3
Cina 1 0.5 4 1.8
Hongkong 4 1.9 2 0.9
Lainnya 11 5.2 12 5.4
Total 211 100 224 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
850
900
950
1,000
1,050
1,100
1,150
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
c/kg Grafik 11Harga Udang Dunia
13
Di sisi permintaan, volume ekspor ke negara tujuan
utama ekspor, AS dan Jepang, masih tumbuh positif,
masing–masing sebesar 19,9% dan 4,6%. Selain
didorong oleh naiknya permintaan, ekspor udang ke
Jepang juga dipicu oleh adanya pembebasan bea masuk
bagi 51 produk perikanan Indonesia yang dimulai pada
awal Juli 2008. Beberapa produk perikanan yang
mendapat pembebasan bea masuk, antara lain udang,
lobster, kaki kodok, mutiara dan ikan hias. Di samping
pembebasan bea masuk produk perikanan oleh Jepang,
hambatan ekspor produk perikanan yang dilakukan
oleh Uni Eropa juga telah dicabut sejak Juli 2008. Uni
Eropa sendiri merupakan negara tujuan utama ekspor
udang setelah AS dan Jepang dengan pangsa sebesar
14,3%.
1.2 Impor Nonmigas
Pertumbuhan impor nonmigas pada Tw.III-2008
yang masih tinggi (44,6%) terkait dengan pertumbuhan
ekonomi domestik yang masih cukup tinggi dan
meningkatnya permintaan impor bahan baku untuk
kebutuhan ekspor. Kenaikan impor tertinggi terutama
berasal dari Cina (73,6%) sehingga menempatkan Cina
sebagai negara asal impor utama di Indonesia (pangsa
16,5%), menggeser Jepang dengan pangsa 13%.
Meskipun demikian, impor dari Jepang masih tumbuh
cukup signifikan (46,3%).
Pertumbuhan impor yang tinggi terutama terjadi
pada barang modal (66,8%), diikuti oleh bahan baku
(40,4%) dan barang konsumsi (34,8%). Tingginya
impor barang modal dan bahan baku sejalan dengan
besarnya kebutuhan industri untuk memenuhi konsumsi
domestik ataupun ekspor.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
ribu TonGrafik 12
Volume Ekspor Udang ke Beberapa Negara Tujuan Utama
Amerika Serikat Jepang
0
5
10
15
20
25
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
2006 2007 2008
Grafik 13Pangsa Impor Nonmigas Menurut Negara Asal
Sg Jpn RRC USA Tha Kor
(%)
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
0
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
24,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008
Juta USDjuta USD Grafik 14Nilai Impor Nonmigas
Bahan Baku Barang Konsums (RHS) Barang Modal (RHS)
14
Tabel 11 Pangsa Impor dalam Memenuhi Permintaan Akhir Berdasarkan Jenis Industri
Berdasarkan analisis input-output tahun 2005,
sebagian besar dari impor tersebut digunakan oleh
berbagai industri untuk memproduksi barang-barang
untuk keperluan konsumsi rumah tangga (44%) dan
pembentukan modal tetap bruto (31%).2
Di sisi lain, impor barang konsumsi terbesar adalah
barang-barang konsumsi semi-durable serta kendaraan
bermotor. Barang-barang konsumsi tersebut terutama
berasal dari Cina dan Thailand. Hal ini sesuai dengan
kondisi di pasar domestik dimana banyak barang-
barang konsumsi impor dari Cina dengan harga yang
relatif murah meskipun kualitas dan pelayanan pasca
pembelian masih kurang memadai.
Tabel 12 Nilai Impor Barang Konsumsi dari Beberapa Negara Asal
Utama
2 Catatan Riset Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter, dalam rangka Rakor NPI Tw.III-2008.
Sementara itu, impor kendaraan bermotor roda
empat banyak berasal dari Thailand sejalan dengan
mulai dijadikannya negara ini sebagai basis produksi
kendaraan oleh para produsen mobil, seperti Honda
dan Toyota.
Komoditas impor yang terkait dengan tingginya
permintaan domestik, baik untuk konsumsi maupun
sebagai bahan baku produksi, adalah pupuk (HS31) dan
baja (HS72). Impor pupuk pada Tw. III-2008 mencapai
USD715 juta atau tumbuh 263,8% terutama berasal
dari negara Kanada, Afrika dan Rusia. Tingginya angka
impor tersebut merupakan dampak dari pembebasan
impor pupuk yang diberikan pemerintah kepada para
pengusaha untuk mengimpor sesuai dengan
kebutuhan. Hal ini didorong oleh masih tingginya
ketergantungan pasar domestik terhadap pupuk impor
dan masih adanya kendala dalam distribusi yang
menimbulkan kelangkaan pupuk di berbagai daerah.
Menurut Asosiasi Niaga Pupuk Indonesia (ANPI), setiap
tahun 80% kebutuhan pupuk di Indonesia, kecuali
No. Sektor
Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga (%)
Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah (%)
Pembentukan Modal Tetap
Bruto (%)
Perubahan Inventori (%)
Ekspor Barang dan Jasa (%)
1 Industri Pengilangan minyak bumi 12.21 14.73 5.67 2.73 7.522 Industri kimia 10.62 12.88 5.95 19.60 19.073 Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 9.70 5.04 32.12 29.08 13.494 Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 9.05 5.39 11.19 4.99 5.135 Industri pengolahan dan pengawetan makanan 2.97 0.13 0.01 0.80 0.066 Industri tekstil, pakaian dan kulit 2.79 0.21 0.16 1.16 0.607 Industri gula 2.65 0.15 0.02 0.54 0.158 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 2.49 4.14 0.51 4.05 2.629 Industri makanan lainnya 1.99 0.37 0.03 0.13 0.17
10 Industri barang karet dan plastik 1.85 0.87 0.98 1.45 0.8511 Industri minyak dan lemak 1.58 0.01 0.00 0.32 0.0412 Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 1.42 1.37 1.08 1.39 0.9513 Industri pupuk dan pestisida 1.36 0.39 0.03 0.24 0.3914 Industri dasar besi dan baja 1.34 2.13 12.42 7.31 2.7515 Industri barang dari logam 1.17 1.22 7.95 3.37 1.02
44.2 5.5 30.7 2.1 17.5Share terhadap Total Kebutuhan Impor
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Cina 456 21.6 892 32.8
Thailand 346 16.4 463 17.0
Singapura 148 7.0 166 6.1
Korea Selatan 106 5.0 166 6.1
Lainnya 1,052 49.9 1,033 38.0
Total 2,108 100 2,720 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
15
urea, diimpor dari negara lain baik berupa bahan baku
maupun produk jadi. Jenis pupuk yang diimpor antara
lain Kalium Chlorida (KCL), Ammonia Sulfat (ZA) dan
SP3.
Tabel 13 Nilai Impor Pupuk dari Beberapa Negara Asal Utama
Impor baja pada Tw. III-2008 sebesar USD2,3 miliar
atau tumbuh 91,4%. Tingginya impor baja disebabkan
oleh kenaikan konsumsi di sektor otomotif, elektronik,
konstruksi dan galangan kapal yang membutuhkan baja
sekitar 7,5 juta ton per tahun, sementara industri
domestik hanya mampu berproduksi sebesar 4-4,5 juta
ton. Baja yang diimpor terutama berasal dari Jepang
(pangsa 18%), Cina (14,5%) dan Australia (7,5%).
Tabel 14 Nilai Impor Baja dari Beberapa Negara Asal Utama
Salah satu Komoditas impor yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan untuk ekspor adalah impor
kapas (HS52) yang merupakan bahan baku bagi industri
tekstil domestik. Impor kapas pada Tw. III-2008 sebesar
USD455 juta atau tumbuh 5,2%, jauh lebih rendah dari
triwulan sebelumnya (40,7%). Melambatnya impor
kapas ini sejalan dengan penurunan volume ekspor TPT
akibat terjadinya krisis finansial global. Impor kapas
terutama berasal dari AS (pangsa 28,5%) dan Cina
(14,3%), sementara pasokan kapas dalam negeri hanya
dapat memenuhi 0,5% dari total kebutuhan kapas.
Terbatasnya pasokan antara lain akibat dari
produktivitas kapas yang rendah (500 kg/ha).
Tabel 15 Nilai Impor Kapas dari Beberapa Negara Asal Utama
Impor alat-alat telekomunikasi (SITC 764) pada
triwulan III 2008 tumbuh sebesar 97,0% mencapai
USD2,2miliar. Peningkatan impor peralatan
telekomunikasi ini sejalan dengan kenaikan kebutuhan
investasi dalam rangka pengembangan jaringan
telekomunikasi, diantaranya adalah program
pembangunan 1000 tower (BTS). Selain itu, pesatnya
perkembangan industri telekomunikasi turut
menyumbang tingginya permintaan alat-alat tersebut.
Peralatan telekomunikasi yang diimpor antara lain
berupa peralatan transmisi, peralatan lainnya untuk
Digital Line System, peralatan penerima, sambungan
telepon & peralatan terkait, kabel komunikasi dan
peralatan telekomunikasi lainnya. Sebagian besar
peralatan ini diimpor dari Cina, Singapura dan
Hongkong.
Tabel 16 Nilai Impor Alat-alat Telekomunikasi dari Beberapa
Negara Asal Utama
Impor Hydrocabon (SITC 511) pada triwulan III
sebesar USD829 juta atau tumbuh 75,8%. Tingginya
impor bahan kimia ini terkait dengan ketergantungan
industri kimia terhadap pasokan bahan baku dari luar
negeri. Industri yang menggunakan hydrocarbon
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Kanada 26 13.3 191 26.7
Afrika 7 3.6 125 17.5
Rusia 31 15.8 108 15.1
Lainnya 132 67.3 291 40.7
Total 196 100.0 715 100.0
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Jepang 205 17.2 411 18.0
Cina 209 17.5 331 14.5
Australia 50 4.2 171 7.5
Lainnya 729 61.1 1,370 60.0
Total 1,193 100.0 2,283 100.0
Lainnya -73 -146.0 -1,290 -754.4
Total 2,108 100 2,865 100
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Amerika Serikat 121 28.0 129 28.4
Cina 66 15.3 65 14.3
Afrika 51 11.8 54 11.9
Lainnya 194 44.9 207 45.5
Total 432 100.0 455 100.0
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
China 218 19.4 741 33.6
Singapura 263 23.5 265 12.0
Hongkong 103 9.2 207 9.4
Lainnya 537 47.9 993 45.0
Total 1,120 100.0 2,206 100.0
Tw. III-2007 Tw. III-2008
16
sebagai bahan baku antara lain industri pupuk, industri
cat dan industri kimia lainnya. Bahan baku kimia ini
banyak diimpor dari India, Malaysia dan Thailand.
Tabel 17 Nilai Impor Hydrocabon dari Beberapa Negara Asal
Utama
Impor flat rolled product not clad (SITC 673) yang
merupakan bahan baku bagi industri baja pada Tw. III-
2008 sebesar USD659 juta atau tumbuh 189,6%.
Pertumbuhan impor bahan baku baja ini untuk
memenuhi tingginya permintaan baja yang berasal dari
sektor transportasi (kendaraan bermotor),
telekomunikasi (proyek pembangunan 1000 tower),
dan properti. Selain itu, program konversi minyak tanah
ke gas elpiji yang membutuhkan tabung baja juga
memicu peningkatan permintaan komoditas tersebut di
dalam negeri.
Sementara itu, Gabungan Industri Pengerjaan
Mesin dan Logam (Gamma) menyatakan bahwa
lonjakan impor baja terkait dengan realisasi
kesepakatan kerja sama ekonomi (economic partnership
agreement/EPA) antara Indonesia dan Jepang yang
mulai diberlakukan pada 1 Juli 2008. Dalam
kesepakatan tersebut, produk baja Jepang yang masuk
ke Indonesia tidak dikenakan bea masuk (BM). Selain
Jepang, impor baja berasal dari Cina dan Korea Selatan.
Tabel 18 Nilai Impor Bahan Baku Baja dari Beberapa Negara Asal
Utama
2. Neraca Perdagangan Migas
Selama periode laporan, neraca minyak dan gas
mencatat surplus sebesar USD2,0 miliar, lebih tinggi
dibandingkan dengan surplus yang terjadi pada periode
Tw.II-2008 (USD1,3 miliar). Peningkatan surplus
tersebut bersumber dari menurunnya defisit neraca
perdagangan minyak dan meningkatnya surplus neraca
gas. Di sisi neraca perdagangan minyak, turunnya harga
minyak menjadi faktor utama yang menyebabkan defisit
neraca perdagangan minyak lebih rendah daripada
periode sebelumnya. Sementara di sisi gas, peningkatan
volume ekspor gas mampu mendorong peningkatan
surplus neraca perdagangan gas.
2.1 Minyak
Neraca perdagangan minyak pada Tw.III-2008
mengalami defisit sebesar USD2,8 miliar, lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya (defisit USD3,1 miliar).
Menurunnya harga minyak, setelah sempat mencapai
level tertinggi pada bulan Juli, menjadi faktor penyebab
lebih rendahnya defisit neraca perdagangan minyak
tersebut, karena dampak penurunan harga terhadap
penurunan nilai impor minyak lebih besar daripada
dampaknya terhadap penurunan ekspor minyak.
Tabel 19 Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak
Sumber: PT. Pertamina & BP. Migas, data diolah
Dari sisi ekspor, selama triwulan laporan tercatat
ekspor minyak sebesar USD4,4 miliar atau menurun
sebesar 11,5% dibandingkan triwulan sebelumnya
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
China 50 10.6 139 16.8
Singapura 14 3.0 75 9.0
Hongkong 38 8.1 61 7.4
Lainnya 370 78.4 554 66.8
Total 472 100.0 829 100.0
Tw. III-2007 Tw. III-2008
Periode
Negara Asal Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)
Jepang 98 33.1 215 32.6
Cina 54 18.2 130 19.7
Korea Selatan 37 12.5 96 14.6
Lainnya 107 36.1 218 33.1
Total 296 100.0 659 100.0
Tw. III-2007 Tw. III-2008
RincianVolume Nilai Harga Volume Nilai Harga(mbbl) (jt USD) (USD/bbl) (mbbl) (jt USD) (USD/bbl)
Ekspor (fob) 41.9 4,999 37.8 4,422
Minyak Mentah 32.1 3,821 119.3 28.0 3,160 113.4
Produk Kilang 9.8 1,178 108.8 9.8 1,262 4.0
Impor (c&f) 64.9 8,798 60.8 7,745
Minyak Mentah 25.8 3,134 113.8 22.9 2,763 107.5
Produk Kilang 39.1 5,664 129.9 37.9 4,982 120.3
Neraca Perdagangan Minyak -3,799 -3,323
TW.II TW.III2008
17
(USD5,0 miliar). Penurunan tersebut bersumber dari
menurunnya nilai ekspor minyak mentah, sementara
nilai ekspor produk (non BBM) masih meningkat.
Volume ekspor selama periode laporan yang lebih
rendah dibandingkan periode sebelumnya menjadi
salah satu faktor penyebab terjadinya penurunan nilai
ekspor minyak mentah. Di samping itu, penurunan
harga minyak di pasar internasional juga berdampak
pada lebih turunnya nilai ekspor minyak.
Ekspor minyak mentah Indonesia terutama ditujukan
ke negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Cina
dan Australia. Dari sekitar 42 jenis minyak mentah
domestik yang di ekspor, volume terbesar adalah jenis
minyak SLC, Duri, Senipah dan Belanak. Sementara itu,
ekspor produk kilang (non BBM), terutama dalam
bentuk LSWR, NAPTHA, PTA, Green coke, Slack Wax,
ditujukan terutama ke negara Jepang, Singapura dan
Korea Selatan.
Dari sisi impor, nilai impor minyak pada Tw.III-2008
mencapai USD7,2 miliar, juga lebih rendah
dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai
USD8,1 miliar. Penurunan nilai impor tersebut antara
lain dipengaruhi oleh turunnya harga minyak dunia
setelah sempat mencapai level tertinggi pada bulan Juli
(USD139,9/barrel). Secara rata-rata, harga minyak
selama periode laporan sebesar USD113/barrel atau
lebih rendah dibandingkan harga pada triwulan
sebelumnya yang tercatat USD119/barrel.
Volume impor minyak mentah selama Tw.III-2008
mengalami penurunan sebesar 11,4% menjadi 22,9
juta barel dibandingkan periode sebelumnya sebesar
25,8 juta barel. Penurunan impor dimaksud terkait
dengan meningkatnya intake minyak mentah produksi
domestik ke kilang sehingga berdampak pada
penurunan ekspor minyak mentah yang terjadi pada
periode yang sama.
Lebih lanjut, impor minyak mentah Indonesia
terutama berasal dari Saudi Arabia dengan jenis minyak
ALC (Arab Light Crude). Jenis minyak tersebut
digunakan untuk kebutuhan kilang Cilacap yang
memproduksi sekitar 30% dari total produksi BBM
dalam negeri.
Sementara itu, impor produk BBM juga mengalami
penurunan dari sebelumnya sebesar 39,1 juta barel
menjadi sebesar 37,9 juta barel (turun 3,2%). Lebih
rendahnya impor produk BBM di tengah kebutuhan
konsumsi BBM yang meningkat, ditengarai terkait
dengan meningkatkan optimalisasi kinerja kilang. Impor
BBM yang digunakan untuk mendukung kebutuhan
konsumsi dalam negeri tersebut, terutama berasal dari
Singapura, seperti gasoline, avtur, fuel oil dan kerosene.
Turunnya harga ekspor minyak mentah Indonesia
selama triwulan laporan sejalan dengan perkembangan
rata-rata harga minyak mentah basket OPEC dan WTI
yang masing-masing sebesar USD113,5 dan USD112,0
per barel. Pergerakan harga minyak yang berbeda arah
dibandingkan triwulan sebelumnya tersebut, antara lain
dipengaruhi oleh krisis global yang diperkirakan
menyebabkan melemahnya permintaan dunia. Selain
itu, OPEC sebagai organisasi negara pengekspor minyak
belum merencanakan untuk menurunkan kapasitas
produksinya.
Tabel 20 Demand dan Supply Minyak Dunia
QI QII Q III
North America 25.5 24.8 24.5 24.0
China 7.6 8.0 8.2 8.1
Western Europe 15.3 15.2 14.9 15.3
Others 37.5 38.8 37.8 37.985.9 86.7 85.4 85.3
Oil Supply
Non OPEC 53.6 54.2 54.4 53.5
OPEC 31.0 32.1 32.1 32.4
84.6 86.3 86.5 85.9
Sumber : OPEC Monthly Oil Market Report (edisi November 2008)
Total Supply
-1.3 -0.4 1.1 0.6BALANCE
Total Demand
Oil Demand
20082007
18
Sementara itu, produksi minyak mentah Indonesia
selama Tw III-2008 relatif sama dengan rata-rata
produksi pada Tw.II-2008. Pada periode laporan, rata-
rata produksi minyak mencapai 0,982 juta barel per hari
(bph), sementara rata-rata produksi periode sebelumnya
sebesar 0,981 juta bph. Produksi minyak tersebut
didukung oleh adanya produksi dari beberapa lapangan
yang dikelola oleh KPS seperti JOB Pertamina-Petrochina
(Jatim), PT. Chevron (Riau), Conoco Philips (Grisik,
Sumsel), PT. Medco (Sumsel), PT. Vico (Kaltim), PT.
Petrochina (Jambi), PT. Conoco (South Natuna), BP
West Java (Block A) dan PT. Chevron (Kaltim). Produksi
yang dapat dipertahankan pada level yang relatif sama
tersebut mencerminkan adanya kenaikan produksi, baik
dari sumur baru maupun optimalisasi sumur lama yang
dapat mengimbangi natural declining sumur-sumur tua.
Konsumsi BBM selama laporan sedikit mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan konsumsi
periode sebelumnya. Peningkatan volume konsumsi
BBM di triwulan III sebesar 101 juta barel (triwulan
sebelumnya sebesar 99 juta barel) tidak dikuti oleh
peningkatan volume impor produk (BBM). Hal ini
ditengarai oleh adanya penambahan produksi BBM hasil
kilang seperti yang tercermin dari penurunan volume
ekspor minyak mentah pada periode yang sama.
2.2. Gas
Neraca perdagangan gas selama Tw. III-2008
mencatat kenaikan surplus menjadi USD4,8 miliar dari
periode Tw II-2008 yang mencapai USD4,4 miliar. Lebih
besarnya surplus selama kurun Juli – September 2008
dimaksud, lebih didorong oleh bertambahnya volume
ekspor gas (terutama LNG). Selain didorong oleh
volume ekspor, peningkatan ekspor gas juga
dipengaruhi oleh naiknya harga gas.
Tabel 21 Ekspor LNG, LPG dan Natural Gas
Sumber: BP. Migas, data diolah
Peningkatan volume ekspor gas pada Tw.III-2008
disumbang oleh naiknya ekspor LNG dan gas alam yang
masing-masing meningkat sebesar 7 MBTU dan 6
MBTU menjadi 259 MBTU dan 84 MBTU. Lebih
tingginya volume ekspor dimaksud, antara lain
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
04 05 06 0708* J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2007 2008
USD/bblGrafik 15
Perkembangan Harga Minyak
SLCHarga EksporWTIOPEC
Sumber: OPEC, Ditjen Migas, Bank Indonesia
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
0.800
0.900
1.000
1.100
1.200
Jan Jun Dec Jun Dec Jun J F MAM J J A S
2005 2006 2007 2008
juta barel/blnJuta bphGrafik 16
Produksi Minyak dan Konsumsi BBM
Oil Production Konsumsi (RHS) Tw. II Tw. IIILNGVolume (mmbtu) 253 259
Nilai ( juta USD) 3,462 3,699
Harga (USD/mmbtu) 13.7 14.3LPGVolume (000 metric ton) 35 -
Nilai ( juta USD) 28 -
Harga (USD/MTon) 802 -
Natural GasVolume (mmbtu) 78 84
Nilai ( juta USD) 978 1,164
Harga (USD/mmbtu) 12.6 13.9
Neraca Perdagangan GasEkspor (juta USD) 4,468 4,863
Impor (juta USD) 34 82
Net (juta USD) 4,434 4,781
Ekspor Gas 2008
19
dipengaruhi oleh besarnya produksi gas selama kurun
waktu laporan guna menutupi kekurangan pengiriman
periode sebelumnya. Berdasarkan nilai kontrak yang
telah disetujui, ekspor LNG dan gas alam terutama
ditujukan untuk negara Jepang, Korea Selatan dan
Taiwan.
Kenaikan volume ekspor gas turut mempengaruhi
nilai ekspor sehingga menambah surplus neraca
perdagangan gas. Nilai ekspor gas mengalami
peningkatan dari periode sebelumnya sebesar USD396
juta menjadi USD4,9 miliar yang ditopang oleh naiknya
nilai ekspor LNG sebesar 6,9% (setara USD237 juta) dan
gas alam sebesar 19,1% (setara USD 186 juta).
Sementara itu, pada periode laporan tidak terdapat
ekspor LPG terkait dengan kebijakan pemerintah untuk
menghentikan ekspor LPG guna pemenuhan kebutuhan
domestik dalam rangka konversi energi dari minyak
tanah ke LPG.
Hingga saat ini terdapat cadangan gas bumi di
Indonesia sekitar 170,1 TSCF (triliun standar cubic feet)
dengan komposisi 112,5 TCSF merupakan cadangan
terbukti dan 57,7 TCSF adalah cadangan potensial. Bila
dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007,
cadangan gas bumi di tahun 2008 mengalami
peningkatan.
Tabel 22 Cadangan Gas Indonesia
(billion cubic feet)
Sumber: Ditjen Migas Neraca Jasa
Defisit neraca jasa pada Tw. III-2008 mencapai
USD3,6 miliar, relatif masih sama dengan angka pada
periode triwulan sebelumnya. Penyumbang terbesar
defisit neraca jasa berasal dari jasa transportasi.
Sementara jasa travel pada periode laporan mencatat
kenaikan penerimaan devisa yang lebih besar daripada
triwulan sebelumnya.
Jasa transportasi pada triwulan III mencatat defisit
yang relatif sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu
sekitar USD3,0 miliar. Angka defisit tersebut terutama
berasal dari jasa angkutan barang (freight), khususnya
nonmigas, yang sedikit naik dari USD2,1 miliar menjadi
USD2,2 miliar seiring dengan meningkatnya volume
impor barang. Sementara itu, defisit jasa angkutan
barang migas menurun dari USD0,7 miliar menjadi
USD0,6 miliar, sejalan dengan penurunan volume impor
minyak. Tingginya defisit jasa transportasi tersebut
terkait dengan dominasi armada asing dalam
pengangkutan barang impor. Pemberdayaan industri
pelayaran nasional dalam mendukung perdagangan
internasional melalui kewajiban semua pengiriman
komoditas nasional dengan menggunakan armada
domestik masih sulit untuk diterapkan.
Di sektor pariwisata, selama Tw. III-2008 mencatat
surplus sebesar USD0,4 miliar, lebih tinggi dibandingkan
periode sebelumnya (USD0,3 miliar). Surplus tersebut
disebabkan oleh meningkatnya jumlah wisman yang
berkunjung ke Indonesia (inbound) dari 1,6 juta orang
menjadi 1,7 juta orang, atau tumbuh sekitar 11,4%
(q.t.q). Peningkatan kunjungan wisman tersebut
mendorong penerimaan devisa jasa travel dari USD1,5
miliar menjadi USD1,6 miliar.
Negara asal wisman yang datang ke Indonesia
masih didominasi oleh Singapura (pangsa 16%),
Tahun
Cadangan
Terbukti 91 91 97 94 106 113
Potensial 87 98 89 93 59 58
Total 178 188 186 187 165 170
2006 200820072003 2004 2005
-4000
-3500
-3000
-2500
-2000
-1500
-1000
-500
0
500
1000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007 2008
Grafik 17Perkembangan Neraca Jasa
Transportasi Travel Jasa Lainnya Jasa, net
Juta USD
20
Malaysia (11%), Jepang (10%), Australia (8%), Cina
(5%) dan Korea Selatan (4%. Jepang dan Australia
termasuk negara utama asal wisman yang tumbuh
cukup tinggi, masing-masing sekitar 29% dan 25%
(q.t.q). Sementara wisman dari Arab Saudi, meskipun
pangsanya masih relatif rendah, tumbuh signifikan
hingga mencapai 80% (q.t.q).
Tujuan utama wisman berkunjung ke Indonesia
adalah Bali dengan pangsa 41%, diikuti Jakarta (28%)
dan Batam (18%). Dengan adanya beberapa kegiatan
terkait Visit Indonesian Year 2008, pariwisata Bali
sepanjang triwulan ketiga tumbuh sekitar 15% (q.t.q).
Negara asal wisman terbanyak yang berkunjung ke Bali
adalah Jepang (pangsa 19%), Australia (17%), Taiwan
(6%), dan Cina (5%). Jepang dan Australia kembali
menjadi dua negara utama asal wisman ke Bali yang
pertumbuhannya meningkat cukup signifikan, yaitu
masing-masing 39% dan 30% (q.t.q). Dampak
pencabutan travel warning dari AS pada triwulan II
2008 masih memberikan persepsi positif pada
kunjungan wisman dari negara lain, khususnya Eropa.
Wisman Eropa yang berkunjung ke Bali terutama
berasal dari Inggris, Perancis, Belanda dan Rusia dengan
rata-rata pertumbuhan sekitar 34% (q.t.q). Dampak
positif lain seperti windfall profit kenaikan harga minyak
pada negara-negara Timur Tengah juga terlihat dari
kenaikan kunjungan wisman asal Arab Saudi dan
Bahrain ke Bali yang meningkat lebih dari dua kali lipat
dibandingkan periode triwulan II 2008.
Secara kumulatif (Januari-September), jumlah
wisman telah mencapai 4,6 juta orang atau meningkat
12,2% (y.o.y) dibanding jumlah wisman pada periode
yang sama tahun 2007 sebanyak 4,1 juta orang.
Berarti setelah tiga triwulan berlalu, baru 2/3 dari target
kunjungan wisman 2008 sebanyak 7 juta orang yang
berhasil dicapai. Kendala utama yang menghadang
program tahun kunjungan wisata 2008 menurut
Pemerintah antara lain transportasi, promosi dan
masalah travel warning ke Indonesia yang masih
diterapkan oleh beberapa negara. Maskapai
penerbangan dalam negeri belum sepenuhnya mampu
menjangkau kebutuhan angkutan ke daerah-daerah
tujuan wisata. Sementara promosi masih dilakukan
secara terbatas meskipun sudah ada peningkatan
anggaran pariwisata. Partisipasi pemerintah daerah
dinilai masih belum optimal dalam berpromosi dan
mengelola obyek wisata daerah. Untuk mengejar
peningkatan wisman sampai akhir tahun, pemerintah
telah menerapkan injury time strategy seperti fokus
pada promosi di pasar Singapura, Malaysia, Tiongkok
dan Australia. Sementara untuk menyiasati dampak
krisis keuangan global, Pemerintah sedang menggenjot
kunjungan wisman dari wilayah perbatasan di Riau,
Entikong, Papua, berupa 411 paket wisata bersama
Garuda Indonesia di empat destinasi tersebut.
Berbeda dengan kunjungan wisman yang masih
tumbuh cukup tinggi, selama triwulan III, jumlah WNI
pergi ke luar negeri mencapai 1,4 juta orang, atau
hanya tumbuh sekitar 2,0% dari triwulan sebelumnya.
Sementara pengeluaran devisa terkait dengan
perjalanan WNI ke luar negeri tersebut mencapai
USD1,2 miliar relatif masih sama dengan triwulan
sebelumnya. Negara tetangga di ASEAN masih
menjadi tujuan utama kunjungan wisatawan nusantara
(wisnus), yaitu Singapura (pangsa 44%), Malaysia
(25%) dan Thailand (4%). Sedangkan Australia (6%)
dan Amerika (4%) adalah negara tujuan utama
kunjungan wisnus di luar ASEAN.
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
-600
-500
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2006 2007 2008
juta USDGrafik 18Perkembangan Jasa Travel
Jumlah Inbound (ribu orang) Jumlah Outbound (ribu orang) Travel Balance (ribu orang) Devisa Inflows (juta USD) RHSTravel Balance (juta USD) RHS Devisa Outflows (juta USD) RHS
ribu orang
21
Jasa bisnis lainnya pada Tw. III-2008 mencatat defisit
USD0,4 miliar relatif sama dengan triwulan sebelumnya.
Jasa bisnis lainnya terdiri dari jasa perdagangan
(merchanting), jasa sewa (operational leasing) dan
berbagai jasa keahlian (profesional) seperti jasa
konsultan hukum, jasa akuntansi, jasa arsitektur,
rekayasa dan teknik, jasa riset dan pengembangan, dan
lainnya. Negara berkembang, termasuk Indonesia,
pada umumnya lebih banyak menggunakan jasa
tersebut dari bukan penduduk (non resident) sehingga
nilainya selalu defisit. Demikian juga dengan jasa-jasa
lain (konstruksi, asuransi, keuangan, komputer &
informasi, royalti & lisensi, serta personal, budaya &
rekreasi) semuanya mencatat defisit. Sebagian besar
jasa-jasa tersebut mencatat defisit yang relatif menurun
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik yang
mengalami perlambatan sehingga mengurangi impor
jasa selama triwulan III.
Di antara jasa lainnya, hanya jasa komunikasi dan
jasa pemerintah yang mencatat surplus. Sampai saat ini
transaksi incoming jasa komunikasi yang mencakup jasa
telekomunikasi dan pos & kurir masih lebih besar
daripada transaksi outgoing. Selama periode laporan,
jasa komunikasi mencatat surplus neto sebesar USD76
juta, menurun dari pada triwulan sebelumnya (USD115
juta). Demikian juga, penerimaan devisa dari
pembelanjaan kedutaan/perwakilan negara asing
berupa belanja pegawai, barang, pemeliharaan, dan
belanja perjalanan, masih lebih besar dibandingkan
pembiayaan kedutaan/perwakilan Indonesia di luar
negeri. Selama periode laporan jasa pemerintah
mencapai neto surplus USD61 juta, relatif sama dengan
angka pada triwulan sebelumnya (USD65 juta).
4. Neraca Pendapatan
Defisit neraca pendapatan (income) pada Tw. III-
2008 mencatat USD4,2 miliar, lebih rendah dari defisit
USD4,5 miliar pada triwulan sebelumnya. Defisit neraca
pendapatan mencerminkan bahwa kewajiban
penduduk kepada bukan penduduk lebih besar
daripada tagihan/aset penduduk kepada bukan
penduduk. Penurunan defisit tersebut berasal dari
berkurangnya pendapatan investasi langsung (Direct
Investment) terutama profit transfer perusahaan migas
yang menurun dari USD2,1 miliar menjadi USD1,9
miliar. Turunnya harga minyak telah mengurangi bagian
dari keuntungan penjualan migas yang menjadi hak
kontraktor asing.
Selain itu penurunan defisit neraca pendapatan
juga disumbangkan oleh menurunnya repatriasi hasil
keuntungan perusahaan PMA nonmigas ke luar negeri
mencapai USD0,9 miliar, sedikit lebih rendah dari
periode sebelumnya (USD10,0 miliar). Krisis keuangan
global ditengarai turut memberi dampak pada
penurunan kinerja perusahaan yang pada gilirannya
mengurangi tingkat keuntungan yang menjadi bagian
pemegang saham asing.
-5,000
-4,000
-3,000
-2,000
-1,000
0
1,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007 2008
Grafik 19 Perkembangan Neraca Pendapatan
Investment Income Direct Investment Income
Portfolio Investment Income Other Investment Income
juta USD
22
Secara keseluruhan, penurunan pendapatan
investasi langsung (Direct Investment) juga tercermin
dari profitabilitas perusahaan PMA di Indonesia (Foreign
Direct Investment) yang sedikit menurun menjadi
18,3% dari 18,7% pada triwulan sebelumnya.
Tabel 23 Implied Yield/Interest Rate
Di sisi lain, defisit pendapatan neto dari investasi
portofolio meningkat menjadi USD0,9 miliar dari
triwulan sebelumnya (defisit USD0,3 miliar).
Peningkatan defisit tersebut terkait dengan
meningkatnya pembayaran deviden atas surat berharga
saham yang dimiliki asing menjadi USD0,7 miliar dari
sebelumnya USD0,3 miliar. Sementara itu, pendapatan
neto investasi dari surat berharga utang mencapai
defisit USD0,3 miliar, sedikit meningkat dari periode
sebelumnya (defisit USD0,1 miliar). Peningkatan defisit
pendapatan investasi portofolio tersebut seiring dengan
kenaikan persentase imbal hasil investasi surat berharga
penduduk milik asing di dalam negeri dari 5,1%
menjadi 5,6%, lebih tinggi daripada kenaikan imbal
hasil investasi surat berharga asing milik penduduk di
luar negeri dari 3,3% menjadi 3,6%.
Sementara itu, pendapatan investasi lainnya
mencatat defisit USD0,3 miliar, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya (defisit USD0,9
miliar). Hal itu terutama akibat meningkatnya
pembayaran bunga utang luar negeri khususnya sektor
swasta akibat kenaikan posisi utang luar negeri
meskipun rata-rata bunga utang sedikit menurun
menjadi 3,0% dari 3,1% pada triwulan sebelumnya.
5. Transfer Berjalan
Transfer berjalan pada Tw. III-2008 mencatat
surplus sebesar USD1,4 miliar, relatif tidak berbeda
dibandingkan triwulan sebelumnya. Penerimaan
terbesar masih tetap disumbangkan oleh workers’
remittances (WR)-TKI sebesar USD1,7 miliar, sedikit
lebih rendah daripada periode sebelumnya. Kondisi
pelemahan ekonomi dunia pada akhir triwulan III
diperkirakan mulai memberi dampak pada penerimaan
WR- TKI tersebut khususnya pada akhir triwulan
laporan. Sementara itu, outflows WR-TKA (Tenaga
Kerja Asing) pada periode laporan mencapai USD0,3
miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal itu ditengarai sebagai dampak mulai
melemahnya pertumbuhan ekonomi domestik.
Penempatan TKI selama triwulan ketiga mencapai
sekitar 162 ribu orang, menurun 3,2% dibandingkan
167 ribu orang pada triwulan kedua. Dengan
penempatan sebesar itu, posisi (stok) TKI yang bekerja
di luar negeri sampai dengan akhir triwulan III mencapai
sekitar 4,3 juta orang. Dari jumlah tersebut sebagian
besar, sekitar 2,1 juta orang bekerja di Malaysia, 1,4
juta orang bekerja di Arab Saudi dan sekitar 0,8 juta
orang bekerja di beberapa negara seperti Taiwan, Korea
Selatan, Hongkong serta Singapura. TKI yang bekerja di
Malaysia sebagian besar TKI formal (70%) yang bekerja
di sektor perkebunan dan properti. Sebaliknya,
penempatan TKI di Arab Saudi hampir seluruhnya TKI
informal (97%) yang bekerja sebagai pembantu rumah
tangga.
Adapun negara penyumbang terbesar WR-TKI
selama triwulan laporan adalah Malaysia USD619 juta
(pangsa 37%), Arab Saudi USD562 juta (34%),
Hongkong USD144 juta (7%), dan Taiwan USD97 juta
(6%). Meskipun Malaysia masih menjadi negara utama
penyumbang Workers’ remittances (pengiriman uang
TKI), namun sejak bulan Agustus 2008 mengalami
ImpliedInterest Rate (%)* Q.1. Q.2. Q.3.
Inflows:
Direct Investment 15,1 9,0 6,1 Portfolio Investment 3,4 3,3 3,6 Other Investment 3,5 3,1 2,8
Outflows:
Direct Investment 18,6 18,7 18,3 Portfolio Investment 5,6 5,1 5,6 Other Investment 3,0 3,1 3,0* rasio interest/dividend (annualized) thd posisi investasi
2008
23
penurunan sejalan dengan menurunnya jumlah TKI
yang bekerja di Malaysia (stok TKI). Penurunan tersebut
terkait dengan kepulangan TKI lebih besar daripada
penempatan baru. Malaysia aktif mendeportasi tenaga
kerja asing di negaranya, sehingga terjadi peningkatan
frekuensi pemulangan atas tenaga kerja. Menurut
pemerintah, jumlah TKI yang dipulangkan mencapai
500-1000 orang tiap minggunya.
Selain keempat negara utama penyumbang WR-
TKI, Korea Selatan memiliki potensi yang cukup besar.
Meskipun pengiriman uang TKI dari Korea Selatan
selama Tw.III hanya mencapai USD 22,6 juta (pangsa
1,4%) namun sampai dengan akhir Juli 2008 sudah
diberangkatkan sebanyak 6000 orang untuk tenaga
formal. Jumlah TKI tersebut masih belum dapat
memenuhi kuota 9000 tenaga kerja sampai dengan
akhir tahun 2008. Menurut pemerintah, kuota tersebut
akan dapat dipenuhi karena pengiriman terus
dilakukan secara bertahap sekitar 1000 – 1500 TKI
berangkat setiap sebulan hingga akhir Desember tahun
ini.
Komponen lain yang menyumbang surplus transfer
berjalan adalah penerimaan hibah non investasi,
bantuan berupa barang habis pakai seperti makanan,
pakaian, dan obat-obatan. Pada Tw. III-2008
penerimaan hibah mencapai USD25,2 juta, lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya (USD15,8 juta). Penyaluran
hibah masih didominasi oleh NGO (sekitar 98%), lebih
tinggi dibandingkan yang diterima dan disalurkan
melalui pemerintah. Hibah yang disalurkan melalui NGO
mencapai USD24,2 juta, meningkat dibandingkan
USD13,8 juta pada periode sebelumnya. Sedangkan
hibah yang disalurkan melalui Pemerintah mencapai
USD1 juta, juga lebih rendah dari USD2 juta pada
triwulan sebelumnya.
Pada triwulan III 2008, beberapa program yang
didanai oleh hibah luar negeri antara lain bantuan
pendidikan dari RANTF (Recovery of Aceh-Nias Trust
Fund) pada bulan September 2008 untuk sekolah di
Lamno provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
bantuan sosial berupa beasiswa pendidikan dasar bagi
anak yatim piatu di Aceh pada bulan Agustus 2008.
Tabel 24 Perkembangan Hibah Non Investasi
-500
0
500
1000
1500
2000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007 2008
Grafik 20 Perkembangan Workers' Remittances
TKI Inflow TKA Outflow worker remittance, net
juta USD
(juta USD)
HIBAH NON INVEST.(Current Transfer) Q.1. Q.2. Q.3 Q.4 Total Q.1. Q.2. Q.3.
Total 116 43 88 143 391 70 16 25
Public (Govt.) 14 8 7 14 44 1 2 1
Private (NGO) 101 35 81 129 346 69 14 24
sumber: BRR & UN
2007 2008*
24
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
25
Transaksi modal dan finansial pada Tw. III 2008
mencatat surplus USD0,5 miliar, menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya (surplus USD2,6 miliar).
Penurunan surplus tersebut terutama disebabkan oleh
arus keluar modal portofolio asing dalam bentuk
penjualan SBI, SUN dan saham terkait dengan kondisi
pasar keuangan global yang memburuk. Meskipun
terjadi arus keluar modal portofolio, namun transaksi
modal dan finansial tersebut masih mencatat surplus
yang dapat mengimbangi defisit transaksi berjalan.
1. Transaksi Modal
Transaksi modal pada triwulan III 2008 mencatat
surplus sebesar USD200 juta, sedikit meningkat
dibanding triwulan sebelumnya (USD73 juta). Surplus
tersebut terutama berasal dari bantuan hibah untuk
investasi, seperti pembangunan rumah tinggal,
jembatan, jalan, sekolah, dan lain-lain. Keseluruhan
hibah tersebut diberikan masih dalam rangka bantuan
korban bencana alam di beberapa tempat di tanah air.
Dari total hibah tersebut, sebagian besar (90%)
merupakan hibah investasi melalui sektor swasta (NGO)
yakni sekitar USD192 juta dan sisanya USD7 juta melalui
sektor publik (pemerintah).
Bentuk hibah investasi antara lain bantuan sosial
dari RANTF berupa pembangunan rumah anak yatim
piatu di kabupaten Aceh Jaya pada bulan Agustus 2008
dan bantuan kesehatan berupa pembangunan
puskesmas pada bulan Juli di kabupaten yang sama.
Tabel 25 Perkembangan Hibah Investasi
2. Transaksi Finansial
Kondisi keuangan global yang memburuk dan
ketatnya likuiditas di pasar keuangan internasional
menyebabkan kinerja transaksi finansial pada triwulan III
2008 hanya mencatat surplus USD0,3 miliar, lebih
rendah dari surplus USD2,5 miliar pada triwulan
sebelumnya. Penurunan surplus terjadi terutama pada
transaksi investasi portofolio akibat kondisi pasar
keuangan global yang memburuk. Arus keluar modal
portofolio asing banyak terjadi dalam bentuk penjualan
SBI, SUN dan saham, terutama sejak September 2008.
Sejalan dengan itu, investasi portofolio (neto)
mengalami defisit USD58 juta. Sementara itu, transaksi
investasi lainnya (other investment) berupa penarikan
utang swasta mengalami kenaikan terkait
meningkatnya kebutuhan pembiayaan valas domestik
sehingga mencatat neto surplus sekitar USD0,3 miliar.
Adapun arus masuk PMA (FDI) pada triwulan III relatif
tetap meskipun harga minyak menurun dan
pertumbuhan ekonomi domestik mulai melambat.
-4000
-3000
-2000
-1000
0
1000
2000
3000
4000
5000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007 2008*
Grafik 21Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial
per Jenis Investasi
Direct Investment Portfolio Investment
Other Investment Cap & Fin Acc.
Juta USD
(juta USD)
HIBAH INVESTASI(Capital Transfer) Q.1. Q.2. Q.3 Q.4 Total Q.1. Q.2. Q.3.
Total 43 127 255 122 546 60 57 67
Public (Govt.) 4 3 29 45 81 4 6 7
Private (NGO) 39 124 226 77 465 56 51 60
sumber: BRR & UN
2007 2008*
TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL
26
2.1 Sektor Publik
Di sektor publik, selama periode triwulan III 2008,
transaksi investasi portofolio mencatat defisit USD251
juta, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya
(surplus USD3,9 miliar). Meskipun masih terjadi neto
surplus transaksi SUN oleh asing, namun transaksi
investasi portofolio mengalami defisit karena terjadi
arus keluar modal berupa pelepasan kepemilikan SBI
oleh asing yang lebih besar.
Kondisi makro ekonomi domestik yang masih relatif
stabil di tengah gejolak pasar finansial global serta
imbal hasil yang tinggi masih cukup kondusif dalam
mendukung aliran modal asing di pasar SUN. Di
samping itu, nilai tukar yang cukup stabil semakin
menambah daya tarik investor untuk melakukan
pembelian. Dari sisi lain, iklim bisnis di dalam negeri
dalam kondisi baik, sehingga sektor riil yang selama ini
menopang aktivitas perekonomian masyarakat terus
berjalan. Hal ini tercermin dari indeks tendensi bisnis
sepanjang triwulan tersebut yang mencapai 111,12,
cukup stabil dibandingkan periode sebelumnya yang
mencapai 111,72. Meskipun demikian, adanya
penyesuaian minat investor asing serta fenomena flight
to quality akibat gejolak di pasar finansial global
mengakibatkan tekanan di sisi investasi portofolio.
Pada periode Tw.III, investasi portofolio asing
dalam bentuk pembelian SUN pada Tw.III-2008
mencapai USD1,1 miliar (netto), lebih rendah daripada
pembelian SUN oleh asing pada periode sebelumnya
sebesar USD3,6 miliar (netto). Meningkatnya risiko
eksternal terkait meluasnya dampak perlambatan dan
ketidakpastian kondisi sektor keuangan AS mengurangi
minat investor asing untuk membeli surat-surat
berharga di emerging markets. Meskipun demikian,
arus keluar yang lebih besar dapat dihindari berkat
terjaganya kepercayaan asing terhadap pengelolaan
kebijakan makro dan tingginya imbal hasil SUN.
Kinerja SUN yang sempat membaik pada Juli 2008
kembali mengalami tekanan sejak Agustus 2008. Hal ini
sebagai imbas dari meningkatnya risiko domestik dan
eksternal. Dari sisi domestik, kenaikan yield SUN pada
akhir triwulan III 2008 didorong antara lain oleh
likuiditas perbankan yang dipersepsikan ketat,
penyesuaian terhadap inflasi dan tambahan pasokan
SBN domestik yang cukup besar. Sementara itu dari sisi
eksternal, kenaikan risiko global berpotensi
menyebabkan terjadinya flight to quality dengan
menghindari emerging markets. Hal tersebut
menyebabkan rata-rata bulanan yield SUN kembali
mengalami kenaikan 87 bps meski masih lebih rendah
dibandingkan dengan posisi akhir triwulan II 2008.
Sementara itu, secara triwulanan, rata-rata yield SUN
pada triwulan III-2008 masih mengalami penurunan
sebesar 27 bps.
Di tengah kinerja SUN yang belum membaik,
kepercayaan investor asing pada SUN masih relatif
tinggi. Kepercayaan asing dilandasi oleh masih relatif
-5,000
-4,000
-3,000
-2,000
-1,000
0
1,000
2,000
3,000
4,000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007 2008*
Grafik 22Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial per
Sektor
Sektor Publik Sektor Swasta
Transaksi Modal
Juta USD
-3000
-2000
-1000
0
1000
2000
3000
4000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007 2008*
Grafik 23Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik
Juta USD
27
terjaganya beberapa faktor diantaranya risiko fiskal
yang lebih minimal sebagai dampak dari kenaikan harga
BBM yang lebih terkendali dibanding 2005. Sentimen
positif yang berasal dari kondisi keuangan pemerintah
pada triwulan III-2008 yang kembali mencatat surplus
sebesar Rp20 triliun (0,5% dari PDB).
Dengan terjadinya neto surplus selama periode
laporan, posisi kepemilikan asing untuk SUN pada
Tw.III-2008 masih mengalami peningkatan menjadi
USD11,1 miliar dibandingkan periode sebelumnya
(USD10,2).
Berkebalikan dengan transaksi SUN, pada triwulan
III transaksi SBI oleh asing mencatat neto defisit yang
cukup besar (USD1,4 miliar), berlawanan dengan
periode sebelumnya yang justru mencatat neto surplus
sebesar USD326 juta.
Meskipun sempat terjadi pembelian SBI oleh asing
secara besar-besaran pada awal periode laporan,
namun pada pertengahan dan akhir triwulan III justru
terjadi aksi jual. Hal ini antara lain disebabkan oleh
kenaikan BI rate yang masih tidak sesuai dengan
harapan para investor asing, aksi profit taking, dan
kondisi keuangan global yang mulai mengetat.
Dalam kondisi yang masih diselimuti oleh beberapa
permasalahan seperti ekspektasi inflasi yang tinggi,
kuatnya permintaan domestik serta pelemahan rupiah,
Bank Indonesia mengambil kebijakan pengetatan
moneter dengan menaikkan BI rate sampai dengan 75
bps selama triwulan III-2008 serta mengoptimalkan
seluruh kebijakan moneter yang tersedia. Di sisi lain,
selama triwulan III, Fed rate masih tetap
mempertahankan suku bunga di level 2%. Dengan
demikian, rentang antara BI rate dengan Fed Fund rate-
pun menjadi semakin lebar. Namun kondisi ini belum
mampu menarik investor untuk berinvestasi, khususnya
pada SBI.
Dengan perkembangan tersebut, posisi kepemilikan
SBI oleh asing mengalami penurunan menjadi USD2,2
miliar dari USD3,6 miliar pada periode sebelumnya.
Transaksi finansial sektor publik dalam bentuk
investasi lainnya pada Tw.III-2008 mengalami
penurunan defisit menjadi USD191 juta dibanding
periode sebelumnya (defisit USD1,4 miliar).
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Jan
Feb
Mar
Ap
rM
ayJu
nJu
lA
ug
Sep
Oct
No
vD
ecJa
nFe
bM
arA
pr
May
Jun
Jul
Au
gSe
pO
ctN
ov
Dec
Jan
Feb
Mar
Ap
rM
eiJu
nJu
lA
ug
Sep
Oct
2006 2007 2008
% Grafik 24BI rate dan Fed rate
SBI rate Fed rate
0
2
4
6
8
10
12
14
Jan
Fe
b
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Fe
b
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
2007 2008
billion USDGrafik 25
Perkembangan Kepemilikan SUN dan SBI oleh Asing
Kepemilikan SUN Oleh Asing Kepemilikan SBI Oleh Asing
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007 2008*
Juta USDGrafik 26
Perkembangan Penarikan dan Pembayaran Pinjaman Pemerintah
Drawing
Repayment
28
Penurunan defisit tersebut, disebabkan oleh
peningkatan penarikan pinjaman menjadi sebesar
USD840 juta dibandingkan periode sebelumnya
(USD655 juta). Di samping itu, pembayaran utang luar
negeri pada periode laporan mengalami penurunan dari
USD2,1 miliar pada periode sebelumnya menjadi
USD1,0 miliar.
Peningkatan penarikan pinjaman terjadi baik pada
pinjaman program maupun pinjaman proyek. Penarikan
pinjaman program pada triwulan III meningkat menjadi
USD295 juta dibandingkan periode sebelumnya
(USD200 juta). Sedangkan penarikan pinjaman proyek
mengalami peningkatan yang hampir sama menjadi
sebesar USD545 juta dibandingkan periode sebelumnya
(USD455 juta).
Penarikan pinjaman program pada Tw.III-2008
sebesar USD295 juta seluruhnya berasal dari Jepang
(JBIC). Penarikan pinjaman program ini digunakan
untuk program reformasi birokrasi, reformasi
infrastruktur dan program bantuan pembangunan
kebijakan. Selain itu, dana ini juga digunakan untuk
membantu departemen terkait dan pemerintah daerah
dalam menyiapkan proyek-proyek infrastruktur,
khususnya proyek yang mampu memberikan pemulihan
biaya (cost recovery) tinggi.
Penarikan pinjaman proyek pada Tw.III-2008 juga
mengalami peningkatan menjadi USD545 juta
dibandingkan periode sebelumnya (USD455 juta).
Pinjaman tersebut terutama berasal dari negara-negara
yang pernah bergabung di CGI (ODA) sebesar USD423
juta. Sama dengan periode sebelumnya, sebagian besar
penarikan berasal dari lembaga multilateral dan sisanya
diperoleh secara bilateral. Di samping pinjaman ODA,
pemerintah juga mendapatkan fasilitas kredit ekspor
sebesar USD122 juta, lebih tinggi daripada yang
diperoleh pada periode sebelumnya (USD105 juta).
Penarikan pinjaman proyek paling banyak digunakan
untuk pembangunan infrastruktur dan sektor
pendidikan.
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008*
Juta USD Grafik 27Perkembangan Penarikan Pinjaman Program
ADB IBRD Jepang (JBIC)
0
50
100
150
200
250
300
350
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008*
Juta USDGrafik 28
Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek
Bilateral Multilateral Non CGI
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008*
Juta USD
Grafik 29Perkembangan ULN berdasarkan Jenis Pinjaman
Bilateral Multilateral FKE
29
Dalam pelaksanaannya proses pencairan pinjaman
luar negeri untuk pendanaan proyek terkendala oleh
beberapa hal antara lain: (1) proses tender atau tender
ulang yang lama; (2) lamanya penerbitan No Objection
Letter; (3) terhambatnya proses penerbitan anggaran
dokumen; (4) masalah manajemen dan koordinasi; (5)
kegiatan fund chanelling hanya sampai tingkat provinsi
dan tidak langsung ke kabupaten (dampak dari PP No.
7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan); (6) terlambatnya proses usulan eskalasi
dan tambahan pekerjaan dalam berbagai proyek; (7)
masalah pelaksanaan pembebasan tanah.
Dengan terjadinya pembayaran utang luar negeri
pemerintah yang lebih besar daripada penarikannya,
posisi ULN pemerintah mengalami penurunan. Posisi
pinjaman bilateral turun menjadi USD29,6 miliar
dibandingkan periode sebelumnya USD29,7 miliar.
Begitu pula dengan posisi pinjaman multilateral
mengalami penurunan menjadi USD18,4 miliar setelah
pada periode sebelumnya mencatat posisi USD18,8
miliar. Sementara itu, posisi pinjaman yang diperoleh
dari negara donor non CGI berupa fasilitas kredit ekspor
juga mengalami penurunan menjadi USD26,9 miliar
dibandingkan posisi pada periode sebelumnya (USD27,6
miliar).
Dari sisi negara donor, Jepang masih tercatat
sebagai negara pemberi pinjaman terbesar untuk
Indonesia (pangsa 35,3% dari total pinjaman
pemerintah). Sementara itu, posisi pinjaman yang
diberikan oleh Jepang mengalami peningkatan menjadi
USD25,7 miliar dibandingkan periode sebelumnya
(USD25,5 miliar). Sebaliknya, posisi pinjaman yang
diperoleh dari Amerika Serikat dan Jerman (pangsa
17,8% dan 5,0%) justru mengalami penurunan
menjadi USD13,0 miliar dan USD3,6 miliar
dibandingkan periode sebelumnya (USD13,1 miliar dan
USD3,9 miliar).
Menurut jenis mata uang, pinjaman dalam bentuk
USD masih mendominasi keseluruhan pinjaman luar
negeri pemerintah (45,3%). Sedangkan posisi pinjaman
bermata uang Yen dan Euro hanya mencapai 34,7%
dan 13,8%. Posisi pinjaman berdenominasi USD dan
Euro mengalami penurunan menjadi USD33,0 miliar
dan USD10,1 miliar dari periode sebelumnya (USD33,5
miliar dan USD10,9 miliar). Sebaliknya, posisi pinjaman
berdenominasi Yen justru mengalami sedikit
peningkatan menjadi USD25,3 miliar dari periode
sebelumnya sebesar USD25,1 miliar.
Dengan perkembangan tersebut, posisi utang luar
negeri pemerintah (di luar SUN dan SBI yang dimiliki
asing) mengalami penurunan menjadi USD72,9 miliar
dibanding periode sebelumnya (USD74,3 miliar).
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2006 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*
2007 2008
Juta USD
Grafik 30Perkembangan Posisi Pinjaman
per Negara Kreditor Utama
Jepang Amerika Jerman
3000
8000
13000
18000
23000
28000
33000
38000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*
2006 2007 2008
Juta USD
Grafik 31Perkembangan Posisi PinjamanMenurut Jenis Valuta Utama
USD JPY EUR
30
2.2 Sektor Swasta
Transaksi finansial sektor swasta selama Tw.III-2008
mengalami surplus USD0,8 miliar, meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (surplus USD65
juta). Kenaikan surplus tersebut terutama akibat
meningkatnya penarikan utang luar negeri sektor
korporasi sejalan dengan meningkatnya kebutuhan
pembiayaan valas domestik.
Dalam perkembangannya, aliran masuk investasi
langsung (PMA/direct investment in Indonesia) pada
Tw.III-2008 mengalami kenaikan sebesar 7,9%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan tersebut
terutama terjadi pada arus modal masuk sektor migas
yang mengalami pertumbuhan 15,1%, sementara
sektor nonmigas hanya meningkat 2,9%. Dengan
memperhitungkan arus keluar PMA, terutama berupa
cost recovery perusahaan migas dan pembayaran ULN
perusahaan PMA sektor nonmigas kepada perusahaan
induknya di luar negeri, aliran modal PMA neto selama
triwulan laporan menjadi surplus USD1,5 miliar, relatif
sama dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu,
dengan menambahkan faktor investasi langsung
penduduk di luar negeri (direct investment abroad) yang
tercatat sebesar USD1,4 miliar, secara keseluruhan
transaksi neto DI (direct investment) mencapai surplus
USD87 juta, relatif tidak berubah daripada triwulan
sebelumnya (surplus USD40 juta).
Arus masuk modal PMA di sektor migas naik
menjadi USD2,3 miliar daripada triwulan sebelumnya
(USD2,0 miliar). Kenaikan tersebut disebabkan oleh
masih tingginya kegiatan operasional perusahaan migas
di Indonesia dalam mengoptimalkan produksinya terkait
masih tingginya harga minyak dunia. Pada periode yang
sama, arus keluar modal PMA di sektor migas berupa
pembayaran cost recovery pada perusahaan induknya
mencapai USD2,0 miliar, meningkat dari Tw.II-2008
yang sebesar USD1,8 miliar.
40
50
60
70
80
90
100
50000
55000
60000
65000
70000
75000
80000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*
2006 2007 2008
%Juta USD
Grafik 32Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah
Posisi ULN PemerintahRatio ULN Pemerintah terhadap PDB
-5000
-4000
-3000
-2000
-1000
0
1000
2000
3000
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007 2008*
Grfaik 33Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Swasta
Direct Investment Portfolio InvestmentOther Investment Financial Account
Juta USD
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007 2008*
Grafik 34Perkembangan Direct Investment di Indonesia
Inflows Oil & Gas Inflows Non Oil & Gas FDI, net
Juta USD
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2006 2007 2008*
Grafik 36Arus Masuk FDI Migasjuta USD
31
Relatif tingginya pembayaran tersebut dipengaruhi
oleh kinerja sektor migas yang masih baik di triwulan
sebelumnya dimana harga minyak masih mengalami
kenaikan secara signifikan. Secara neto, dengan
memperhitungkan arus keluar tersebut, PMA sektor
migas mengalami peningkatan surplus menjadi sebesar
USD0,3 miliar dari USD0,2 miliar pada periode
sebelumnya.
Sementara itu, di sektor nonmigas, arus masuk PMA
hanya mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar
USD3,0 miliar dari USD2,9 miliar pada triwulan
sebelumnya. Kondisi ini sejalan dengan meningkatnya
kegiatan ekonomi yang pada triwulan III-2008
mencatatkan pertumbuhan 6,1%. Arus masuk modal
PMA nonmigas tersebut berupa tambahan modal
ekuitas sebesar USD1,2 miliar dan utang sebesar
USD1,8 miliar dari perusahaan induk di luar negeri.
Sementara itu, pada periode laporan, tidak tercatat
aliran modal masuk PMA melalui privatisasi yang
dilakukan dengan cara strategic sale dan restrukturisasi
perbankan. Tingginya arus masuk PMA tersebut juga
tercermin pada meningkatnya penyertaan modal secara
cash melalui bank yang dipantau melalui Sistem
Monitoring Lalu Lintas Devisa (LLD).
Pada periode yang sama, arus keluar modal PMA di
sektor nonmigas relatif mengalami sedikit peningkatan
menjadi USD1,7 miliar dari USD1,6 miliar pada triwulan
sebelumnya. Peningkatan arus keluar modal berupa
pembayaran utang anak perusahaan kepada induknya
(afiliasi) tersebut ditengarai terkait dengan peningkatan
kemampuan perusahaan PMA di Indonesia. Dengan
peningkatan arus keluar modal tersebut, secara neto,
PMA sektor nonmigas mengalami penurunan surplus
menjadi sebesar USD1,2 miliar dari USD1,3 miliar pada
periode sebelumnya.
Investasi portofolio sektor swasta, sisi liabilities,
selama periode laporan mengalami surplus sebesar
USD268 juta, sedikit lebih rendah dibanding USD346
juta pada triwulan sebelumnya. Masih tingginya risiko
dan ketidakpastian di pasar keuangan global
berdampak pada memburuknya kinerja pasar modal
Indonesia. Di sisi domestik, aktivitas pelaku pasar di
bursa pada akhir Tw.III-2008 terlihat berkurang karena
kekhawatiran akan kemungkinan gejolak pasar saham
global selama libur panjang hari raya Idul Fitri. Di
samping itu, kekhawatiran investor akan
kesinambungan kondisi fiskal di dalam negeri serta
meningkatnya ekspektasi inflasi jangka menengah ikut
memberikan pengaruh terhadap perkembangan pasar
keuangan Indonesia. Sementara itu, investasi portofolio
penduduk di luar negeri dalam bentuk surat berharga
(sisi asset), mencatat peningkatan sebesar USD75 juta,
berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mencatat
pelepasan surat berharga asing oleh penduduk sebesar
USD68 juta.
Sumber : Sistem Monitoring Lalu Lintas Devisa
Transaksi saham sepanjang Tw.III-2008 mengalami
net outflows sebesar USD0,1 miliar, lebih rendah
dibandingkan pada triwulan sebelumnya (net inflows
USD0,5 miliar). Selain faktor-faktor yang telah
disebutkan di atas yang mempengaruhi kondisi pasar
keuangan Indonesia, masih berlanjutnya dampak
negatif tekanan ekonomi global akibat kondisi pasar
keuangan yang memburuk dan volatilitas harga minyak
menjadi bahan pertimbangan investor untuk
mengurangi investasi dalam bentuk penyertaan saham.
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008*
Juta USD
Grafik 36Penyertaan Modal
32
Kuatnya pengaruh sentimen negatif global
menyebabkan IHSG terkoreksi di akhir triwulan ketiga
yang menurun tajam sebesar 22,0% menjadi level
1.833, dibanding posisi IHSG akhir Tw.II-2008.
Walaupun demikian, beberapa saham unggulan masih
menarik minat investor asing yaitu diantaranya saham
sektor perbankan (BCA, BRI, Mandiri), sektor
pertambangan (PGN, Adaro Energy, Bumi Resources),
sektor telekomunikasi (Indosat, Telkom) dan sektor
perkebunan (Astra Agro Lestari). Hal ini didukung oleh
peningkatan profitabilitas perusahaan, khususnya
Return On Equity (ROE), pada periode laporan. Secara
sektoral, perusahaan yang bergerak dibidang pertanian
serta pertambangan mencatat kenaikan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan sektor
ekonomi lainnya.
Dari sisi suplai, pada periode triwulan III 2008
terdapat penawaran saham baru (IPO) oleh 6 emiten
dan right issue sebanyak 10 emiten. Enam emiten baru
tersebut adalah Adaro Energy, Destinasi Tirta
Nusantara, Hotel Mandarine Regency, Kertas Basuki
Rachmat Ind., Bayan Resources, dan Trada Maritime.
Sedangkan 1 emiten tercatat melakukan delisting dari
bursa, yaitu Bahtera Adimina Samudra, Tbk.
Sumber : BEI Sementara itu, transaksi investasi portofolio dalam
bentuk surat utang yang diterbitkan korporasi
domestik, baik di pasar dalam negeri maupun luar
negeri, mencatat net inflows sebesar USD0,4 miliar,
lebih tinggi dibandingkan net outflows USD0,2 miliar
pada triwulan sebelumnya. Kenaikan tersebut didorong
oleh meningkatnya kebutuhan dana untuk keperluan
refinancing.
Transaksi investasi lainnya sektor swasta, sisi
liabilities mencatat surplus sebesar USD2,1 miliar,
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
(surplus USD1,1 miliar). Surplus tersebut disebabkan
oleh kenaikan penarikan utang luar negeri terutama
sektor korporasi dari USD2,0 miliar menjadi USD3,3
miliar. Penarikan tersebut lebih besar daripada
pembayaran ULN terutama sektor korporasi yang juga
meningkat menjadi USD2,0 miliar dari USD1,7 miliar
pada triwulan sebelumnya.
Penarikan pinjaman luar negeri sektor swasta
(perbankan dan korporasi) meningkat dari USD3,0
miliar menjadi USD3,9 miliar. Perkembangan ini sejalan
dengan pertumbuhan investasi riil selama triwulan
ketiga. Dengan perkembangan tersebut, posisi utang
luar negeri sektor swasta pada akhir triwulan ketiga
menjadi USD46,7 miliar. Masing-masing berupa utang
lembaga keuangan (bank dan non bank) sebesar
USD5,4 miliar dan bukan lembaga keuangan sebesar
USD41,3 miliar.
800
1,200
1,600
2,000
2,400
2,800
3,200
-3,000
-1,000
1,000
3,000
5,000
7,000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul AugSept
2007 2008
IHSGMiliar Rp
Grafik 37Perkembangan Transaksi Saham oleh Asing
di BEI dan IHSG
Foreign Net Buying IHSG (RHS)
-500
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007 2008*
Grafik 38Perkembangan Surat Berharga Hutang Swasta
Diterbitkan di DN Diterbitkan di LN
Juta USD
33
Di sisi aset, terjadi peningkatan yang signifikan pada
penempatan investasi lainnya oleh penduduk ke luar
negeri menjadi sebesar USD1,6 miliar, lebih tinggi dari
kondisi triwulan sebelumnya yang bertambah USD1,5
miliar. Meningkatnya aset penduduk tersebut terutama
akibat bertambahnya simpanan milik perusahaan
domestik di bank luar negeri (Overseas Current
Account) dalam jumlah yang cukup besar. Sebaliknya,
currency & deposits bank (nostro) mengalami
penurunan terkait dengan meningkatnya kebutuhan
valas di pasar domestik. Dengan memperhitungkan
perkembangan sisi asset dan liabilities tersebut, secara
neto investasi lainnya sektor swasta mengalami
peningkatan dari defisit USD0,4 miliar menjadi surplus
USD0,5 miliar.
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2006 2007* 2008**
Juta USD
Grafik 39Perkembangan Penarikan Pinjaman Swasta
34
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
35
Sejalan dengan perkembangan neraca pembayaran
Indonesia yang secara keseluruhan mencatat defisit,
cadangan devisa pada akhir Tw. III-2008 menurun
sekitar USD2,4 miliar (4%) menjadi USD57,1 miliar, dari
posisi pada akhir triwulan sebelumnya sebesar USD59,5
miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk
membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah selama 4,4 bulan.
Komposisi cadangan devisa terdiri dari securities
(surat-surat berharga ) sebesar USD41,0 miliar (72%
dari total cadangan devisa), currency & deposits sebesar
USD13,5 miliar (24%) dan monetary gold sebesar
USD2,1 miliar (4%). Posisi surat-surat berharga dan
monetary gold menurun dari posisi pada akhir triwulan
II tahun 2008, yaitu masing-masing sebesar USD43,9
miliar dan USD2,2 miliar. Sementara itu, posisi currency
& deposits mengalami peningkatan dari USD12,9 pada
akhir triwulan sebelumnya.
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008
Juta USDBulan Impor
Grafik 40Perkembangan Cadangan Devisa
Cadangan Devisa (RHS) Bulan Impor
CADANGAN DEVISA
36
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
37
Pada Tw. III-2008 sektor eksternal masih memberikan
kontribusi negatif terhadap pembentukan PDB. Namun
demikian, kontribusi negatif tersebut tidak sebesar
periode sebelumnya sebagaimana tercermin pada
penurunan rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB
yang mencapai -0,4% dari sebelumnya -0,9%.
Perbaikan tersebut terutama akibat meningkatnya
surplus neraca perdagangan migas dan menurunnya
defisit neraca pendapatan. Adapun rasio ekspor plus
impor terhadap PDB yang mencerminkan derajat
keterbukaan ekonomi Indonesia mengalami kenaikan
sebagai akibat dari lebih kuatnya kinerja ekspor dan
permintaan impor relatif terhadap pertumbuhan PDB.
Kenaikan derajat keterbukaan ekonomi tersebut
membawa konsekuensi pada ekonomi domestik yang
semakin sensitif terhadap gejolak eksternal. Hal ini
tercermin pada krisis ekonomi global yang langsung
memberi dampak pada pelemahan ekonomi domestik.
Sementara itu, beban pembayaran utang luar
negeri (ULN) yang tercermin pada Debt Service Ratio
(DSR) cenderung menurun dibandingkan periode
triwulan sebelumnya. Lebih rendahnya DSR tersebut
terkait dengan penurunan beban pembayaran pokok
dan bunga ULN pemerintah (debt service payment) dan
meningkatnya kinerja ekspor barang dan jasa pada
periode laporan. Peningkatan outstanding utang luar
negeri yang disertai dengan pertumbuhan ekonomi
yang meskipun melemah tetapi masih tinggi telah
menurunkan beban pembayaran ULN ke depan
sebagaimana tercermin pada rasio eksternal debt
terhadap PDB yang menurun.
Secara umum beberapa indikator eksternal masih
menunjukkan relatif kuatnya ketahanan ekonomi
Indonesia terhadap resiko gejolak eksternal, yang
ditunjukkan oleh menurunnya rasio ULN jangka pendek
terhadap PDB dan rasio ULN jangka pendek terhadap
cadangan devisa dibandingkan periode triwulan
sebelumnya.
Tabel 26 Indikator Sustainabilitas Eksternal
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw.I Tw. II Tw. III
PDB (harga berlaku) (juta USD) 102,712 108,621 113,056 113,940 121,573 133,556 145,749
Transaksi Berjalan/PDB (%) 2.5 2.1 1.9 3.0 2.1 -0.9 -0.4
Ekspor - Impor Barang dan Jasa / PDB (%) 4.4 4.7 4.2 5.7 3.6 1.4 1.5
Ekspor + Impor Barang dan Jasa / PDB (%) 53.5 54.6 54.2 56.6 59.0 59.7 55.5
Ekspor Barang dan Jasa (juta USD) 32,025 34,731 35,582 38,287 40,938 43,398 44,288
Debt Service Payments (DSP), juta USD -6,344 -7,430 -5,420 -8,124 -6,691 -7,789 -6,774
- Pemerintah -1,803 -3,265 -1,815 -3,433 -1,827 -3,377 -2,101
- Swasta (termasuk BUMN) -4,542 -4,166 -3,605 -4,691 -4,864 -4,412 -4,674
Debt Service Ratio (DSR) (%) 19.8 21.4 15.2 21.2 16.3 17.9 15.3
Posisi ULN Total (juta USD) 131,283 133,482 136,947 136,640 145,519 146,226 147,070
Posisi ULN Jangka Pendek (juta USD) 8,474 10,896 11,355 14,125 16,176 16,757 15,876
Posisi Cadangan Devisa (juta USD) 47,221 50,924 52,875 56,920 58,987 59,453 57,108
PDB (annualized) (juta USD) 386,653 404,854 421,448 438,329 457,190 482,125 514,818
Posisi ULN Total/PDB (%) 34.0 33.0 32.5 31.2 31.8 30.3 28.6
Posisi ULN Jangka Pendek/PDB (%) 2.2 2.7 2.7 3.2 3.5 3.5 3.1
Posisi ULN Total/Cadangan Devisa (%) 278.0 262.1 259.0 240.1 246.7 246.0 257.5
Posisi ULN Jangka Pendek/Cadangan Devisa (%) 17.9 21.4 21.5 24.8 27.4 28.2 27.8
Ket. PDB annualized adalah penjumlahan PDB selama empat kuartal ke belakang
INDIKATOR2007 2008
INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL
38
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
39
Boks FENOMENA DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN ...................... 41 Lampiran Indonesia’s Balance of Payments
Table 1.1 Indonesia’s Balance Of Payments Summary (millions of USD) ...................... 43
Table 1.2 Indonesia’s Balance Of Payments Current Account (millions of USD) ...................... 44
Table 1.3 Indonesia’s Balance Of Payments Capital and Financial Account (millions of USD) ...................... 45
Table 1.4 Indonesia’s Balance Of Payments Government and Monetary Authorities Sector Financial Account
(millions of USD) ...................... 46
Table 1.5 Indonesia’s Balance Of Payments Private Sector Financial Account (millions of USD) ...................... 47
Non Oil and Gas Exports and Imports
Table 2.1 Non Oil and Gas Exports Value by Commodities (millions of USD) ...................... 48
Table 2.2 Non Oil and Gas Exports Volume by Commodities (thousands Tons) ...................... 49
Table 2.3 Non Oil and Gas Exports Value by Country of Destination (millions of USD) ...................... 50
Table 2.4 Non Oil and Gas Imports Value by Broad Economic Categories (BEC) (thousands Tons) ...................... 51
Table 2.5 Non Oil and Gas Imports Volume by Broad Economic Categories (BEC) (millions of USD) ...................... 52
Table 2.6 Non Oil and Gas Imports Value by Country of Destination (millions of USD) ...................... 53
Travel
Table 3.1 Travel Inflows ...................... 54
Table 3.2 Travel Outflows ...................... 55
Securities
Table 4 Stock of Debt Securities Owned by Non Residents (millions of USD) ...................... 56
BOX DAN LAMPIRAN
40
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
41
BOKS FENOMENA DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN
1. Defisit Transaksi Berjalan
Transaksi berjalan (current account) adalah salah satu komponen utama neraca pembayaran, selain transaksi modal & finansial, yang mengukur penerimaan dan pengeluaran suatu negara yang berasal dari transaksi barang (goods), jasa (services), pendapatan (income) dan transfer berjalan (current transfer). Ketidakseimbangan terjadi pada saat transaksi berjalan mengalami surplus atau defisit. Transaksi berjalan defisit dapat berarti bahwa suatu negara mengimpor lebih banyak (barang & jasa) daripada mengekspor. Meskipun transaksi berjalan juga mencakup pendapatan (mis. bunga) dan transfer (mis. hibah), namun biasanya secara rasio relatif kecil. Transaksi berjalan defisit juga dapat merefleksikan rendahnya tabungan masyarakat relatif terhadap tingginya investasi, sehingga muncul kebutuhan pembiayaan dari luar negeri karena pada kondisi tersebut penerimaan hasil ekspor tidak dapat mencukupi kebutuhan pengeluaran untuk impor. Pada kondisi tertentu, pembiayaan tersebut dapat juga berasal dari pundi-pundi negara atau cadangan devisa, sehingga dapat berdampak pada penurunan cadangan devisa. Apabila suatu negara mengalami current account defisit, maka akan muncul kewajiban pada negara lain yang tercermin pada arus masuk modal pada financial account, yang pada gilirannya akan memerlukan pembayaran kembali.
Grafik 1 Transaksi Berjalan Indonesia
Grafik 2 Neraca Perdagangan Nonmigas
Transaksi berjalan pada triwulan ketiga 2008 masih mengalami defisit, meskipun lebih rendah daripada triwulan sebelumnya. Defisit tersebut terjadi karena nilai impor nonmigas tumbuh dua kali lebih cepat daripada pertumbuhan ekspor. Nilai impor nonmigas (c&f) pada triwulan III telah mencapai USD27,2 miliar atau tumbuh 44,6% (yoy). Angka tersebut mencerminkan kuatnya permintaan agregat domestik yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang meskipun mulai melemah namun masih cukup tinggi (6,1%) sepanjang triwulan III 2008. Di sisi lain, nilai ekspor non migas meskipun mulai mengalami akselerasi dan secara level masih tinggi mencapai USD28,8 miliar (fob) atau tumbuh 22,4%, namun masih lebih rendah daripada pertumbuhan impor. Defisit transaksi berjalan pada triwulan III tersebut sebagian dibiayai oleh transaksi keuangan yang mencatat surplus USD0,5 miliar dan sebagian lainnya dibiayai oleh penjualan devisa sebesar USD89 juta.
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2005 2006 2007 2008*
Overall Balance
Capital & Financial Account
Current Account
billions of USD
Current Account
-15000
-10000
-5000
0
5000
10000
15000
Jan
-06
Mar-
06
Mei-
06
Jul-
06
Sep
-06
No
p-0
6
Jan
-07
Mar-
07
Mei-
07
Jul-
07
Sep
-07
No
p-0
7
Jan
-08
Mar-
08
Mei-
08
Jul-
08
Sep
-08
X Nonmigas M Nonmigas Net
millions of USD
42
2. Sustainabilitas Defisit Transaksi Berjalan
Defisit transaksi berjalan menjadi bermasalah apabila disebabkan oleh tingginya impor yang bersifat konsumsi atau investasi yang tidak produktif. Defisit transaksi berjalan juga berbahaya apabila defisit tersebut lebih mencerminkan daya saing ekspor (competitiveness) yang rendah (Ghost, IMF 2008). Apabila modal pinjaman digunakan untuk proyek investasi domestik yang produktif sehingga dapat menghasilkan pendapatan sehingga nantinya mampu membayar kewajiban maka CA defisit akan sustain. Demikian juga, jika daya saing produk ekspor suatu negara cukup tinggi maka penerimaan hasil ekspor akan dapat membawa perbaikan CA defisit negara tersebut.
Selain itu, sustainabilitas CA defisit juga bergantung pada ekspektasi investor dan jenis aset finansial yang digunakan untuk membiayai defisit. Apabila investor asing merasa investasi tidak lagi menguntungkan seperti yang diharapkan maka CA tidak sustain, karena dapat mendorong pembalikan arus modal (capital reversal). Demikian juga, jika komposisi pembiayaan CA defisit lebih banyak berupa pinjaman jangka pendek (investasi portofolio) dibanding arus masuk modal yang lebih stabil seperti FDI, maka dapat membawa pada ketidaksustainan CA defisit. Hal ini karena pendanaan yang sifatnya jangka pendek untuk membiayai investasi yang bersifat jangka panjang.
Grafik 3
Porsi Pembiayaan Defisit Transaksi Berjalan Grafik 4
Defisit Transaksi Berjalan di Beberapa Negara
Pada triwulan III 2008 rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB masih di bawah 1%. Selain itu jumlah cadangan devisa masih berada di atas 4 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah. Dan CA defisit dapat dibiayai oleh financial account surplus. Namun demikian, hal itu tetap harus diwaspadai karena saat ini proporsi pembiayaan Investasi Portofolio cenderung meningkat melebihi Direct Investment (penanaman modal langsung) maupun Other Investment (utang luar negeri). Hal ini dapat menimbulkan masalah apabila terjadi pembalikan modal yang masif dalam waktu yang cepat (suddent reversal).
Sementara itu, permintaan domestik yang cukup kuat telah mendorong pertumbuhan impor yang lebih tinggi daripada ekspor sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi domestik triwulan III cukup tinggi (6,1%) disumbang oleh permintaan domestik (kontribusi 6,6%) yang terdiri dari konsumsi (4,3%) dan investasi (2,4%). Permintaan domestik tersebut didukung oleh peningkatan impor barang modal dan bahan baku yang masing-masing tumbuh sampai dengan triwulan III sekitar 57% dan 42% (ytd). Hal ini dapat membawa perbaikan pada CA defisit karena hasil pengolahan barang impor produktif tersebut sebagian dapat digunakan untuk keperluan ekspor.
Tekanan defisit transaksi berjalan tidak saja dialami Indonesia tetapi juga oleh negara lain di kawasan Asia, seperti Thailand, Korea dan India. Dampak krisis keuangan global yang mempengaruhi penurunan permintaan negara tujuan ekspor di saat impor meningkat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik tetap tinggi diperkirakan menjadi penyebab defisit itu.
‐4.000
‐3.000
‐2.000
‐1.000
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
I II III IV I II III IV I II III
2006 2007* 2008**
Direct Investment Portfolio Investment Other Investment
juta USD
15,0
10,0
5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
(6)
(4)
(2)
‐
2
4
6
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2004 2005 2006 2007 2008
Indonesia Korea
India Thailand
CA/GDP(%)
43
Table 1.1 Indonesia’s Balance Of Payments : Summary
(millions of USD)
Nov, 2008
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3
I. Current Account 10,859 2,594 2,243 2,127 3,383 10,347 2,601 -1,241 -564
A. Goods, net (Trade Balance) 29,660 7,712 8,107 7,487 9,448 32,754 7,536 5,443 5,780
1. Exports, fob 1) 103,528 26,626 29,202 30,009 32,177 118,014 34,412 37,345 38,080
2. Import, fob 2) -73,868 -18,914 -21,095 -22,521 -22,729 -85,260 -26,876 -31,902 -32,299
B. Services, net -9,874 -3,165 -2,994 -2,767 -2,925 -11,850 -3,173 -3,564 -3,573
C. Income, net -13,790 -3,163 -4,024 -3,811 -4,527 -15,525 -3,120 -4,463 -4,157
D. Current Transfers, net 4,863 1,210 1,153 1,218 1,387 4,968 1,358 1,343 1,385
II. Capital & Financial Account 3,025 1,778 1,985 -957 660 3,466 -1,623 2,599 509
A. Capital Account 350 43 127 255 122 546 52 73 200
B. Financial Account 2,675 1,736 1,857 -1,212 539 2,920 -1,674 2,526 309
1. Direct investment 2,188 -246 1,426 764 309 2,253 -633 40 87a. Abroad, net -2,726 -1,282 392 -1,427 -2,358 -4,675 -1,729 -1,436 -1,430b. In Indonesia (FDI), net 4,914 1,037 1,034 2,191 2,667 6,928 1,096 1,476 1,517
2. Portfolio investment, net 4,277 2,491 3,769 465 -1,200 5,525 1,923 4,308 -58a. Assets, net -1,830 -497 -1,939 -1,257 -764 -4,457 -823 68 -75b. Liabilities, net 6,107 2,988 5,707 1,722 -437 9,981 2,746 4,240 17
3. Other investment -3,791 -510 -3,337 -2,441 1,430 -4,858 -2,964 -1,822 280a. Assets, net -1,587 -162 -2,286 -2,383 262 -4,569 -2,512 -1,474 -1,645
b. Liabilities, net 3) -2,204 -348 -1,051 -59 1,168 -289 -452 -348 1,925
III. Total (I + II) 13,884 4,372 4,227 1,170 4,043 13,812 978 1,357 -55
IV. Errors & Omissions 625 7 -591 10 -523 -1,097 54 -33 -34
V. Overall Balance (III + IV) 14,510 4,379 3,637 1,179 3,520 12,715 1,032 1,324 -89
VI. Reserves and Related Items 4) -14,510 -4,379 -3,637 -1,179 -3,520 -12,715 -1,032 -1,324 89
a. Reserve Asset Changes -6,902 -4,379 -3,637 -1,179 -3,520 -12,715 -1,032 -1,324 89
b. Use of Fund Credit and Loans -7,608 0 0 0 0 0 0 0 0Purchases 0 0 0 0 0 0 0 0 0Repurchases -7,608 0 0 0 0 0 0 0 0
Memorandum:Reserve Assets Position 5) 42,586 47,221 50,924 52,875 56,920 56,920 58,987 59,453 57,108(In Months of Imports & Official Debt Repayment) 4.6 4.8 5.2 5.4 5.8 5.8 4.5 4.6 4.4Current Account (% GDP) 2.9 2.5 2.1 1.9 3.0 2.4 2.1 -0.9 -0.4Debt Service Ratio (%) 6) 24.8 19.8 21.4 15.2 21.2 19.4 16.3 17.9 15.3
o/w. Government & Monetary Authority 14.2 5.6 9.4 5.1 9.0 7.3 4.5 7.8 4.7
1) Since May 2004 part of the reporting method of non oil & gas export han been changed into on-line-system
2) Since April 2004 part of the reporting method of non oil & gas import han been changed into on-line-system
3) Excluding the use of Fund credit and loans
4) Negative represents surplus and positive represents deficit. Since the first quarter of 2004, changes in reserve assets only cover data on changes due to transaction.
5) Based on Gross Foreign Asset concept replacing Official Reserve concept since 1998 and based on International Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL) concept since 2000
6) Ratio of external debt service payments to export of goods and services.
* Provisional figures
I T E M S2006 2007* 2008*
44
Table 1.2
Indonesia’s Balance Of Payments : Current Account (millions of USD)
Nov, 2008
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3
Current Account 10,859 2,594 2,243 2,127 3,383 10,347 2,601 -1,241 -564
A. Goods, net (Trade Balance) 29,660 7,712 8,107 7,487 9,448 32,754 7,536 5,443 5,780- Non Oil and Gas 22,875 6,560 6,994 6,217 7,313 27,084 5,060 4,153 3,760- Oil and Gas 6,785 1,152 1,114 1,270 2,135 5,670 2,476 1,289 2,020
Exports, fob 103,528 26,626 29,202 30,009 32,177 118,014 34,412 37,345 38,080- Non Oil and Gas 1) 80,578 21,682 23,456 23,529 24,475 93,142 26,405 27,879 28,795- Oil and Gas 22,950 4,944 5,746 6,480 7,702 24,872 8,007 9,466 9,285
Imports, fob -73,868 -18,914 -21,095 -22,521 -22,729 -85,260 -26,876 -31,902 -32,299- Non Oil and Gas 2) -57,703 -15,122 -16,463 -17,311 -17,161 -66,058 -21,345 -23,725 -25,035- Oil and Gas -16,165 -3,792 -4,632 -5,210 -5,567 -19,202 -5,531 -8,177 -7,265
B. Services, net -9,874 -3,165 -2,994 -2,767 -2,925 -11,850 -3,173 -3,564 -3,5731. Transportation, net -6,079 -1,640 -1,791 -1,885 -1,978 -7,294 -2,560 -2,962 -3,004
a. Freight, net -5,147 -1,359 -1,520 -1,618 -1,620 -6,118 -1,993 -2,364 -2,428b. Passenger and Other, net -932 -281 -271 -266 -358 -1,177 -567 -598 -576
2. Travel, net 418 -9 238 302 -89 442 214 254 396a. Inflow 4,448 1,180 1,344 1,432 1,390 5,346 1,365 1,454 1,620b. Outflow -4,030 -1,188 -1,106 -1,130 -1,479 -4,904 -1,151 -1,200 -1,224
3. Other services, net -4,213 -1,516 -1,440 -1,184 -858 -4,998 -827 -855 -964
C. Income, net -13,790 -3,163 -4,024 -3,811 -4,527 -15,525 -3,120 -4,463 -4,1571. Compensation of employees -137 -75 -72 -84 -82 -313 -83 -86 -1102. Investment income -13,652 -3,088 -3,951 -3,727 -4,445 -15,212 -3,037 -4,377 -4,047
a. Direct investment -9,521 -2,003 -2,718 -2,769 -3,024 -10,514 -2,457 -3,085 -2,804b. Portfolio investment -1,516 -142 -527 -658 -623 -1,952 -181 -326 -895c. Other investment -2,615 -943 -706 -300 -798 -2,746 -399 -967 -348
o/w Government & Monetary Authority interest payments -2,592 -429 -769 -363 -832 -2,393 -350 -822 -336
D. Current Transfers, net 4,863 1,210 1,153 1,218 1,387 4,968 1,358 1,343 1,3851. Government, net 22 14 8 7 14 44 2 1 12. Other sectors, net 4,841 1,196 1,145 1,210 1,373 4,924 1,356 1,342 1,384
a. Workers' Remittances, net 4,500 1,191 1,166 1,181 1,295 4,833 1,354 1,353 1,380b. Other transfers, net 341 5 -21 29 78 91 2 -11 4
Memorandum:Non Oil and Gas Export Growth, fob (%) 20.7 22.1 19.9 8.8 13.1 15.6 21.8 18.9 22.4Non Oil and Gas Import Growth, c&f (%) 8.0 11.6 19.2 20.6 7.4 14.5 41.2 44.1 44.6Oil Unit Prices (USD/barrel) 62.5 55.7 67.3 71.9 85.6 70.1 93.4 119.3 113.4Oil Production (millions barrel per day) 1.005 0.966 0.942 0.948 0.951 0.952 0.977 0.981 0.982Tourist Inflows (thousand people) 4,871 1,215 1,384 1,475 1,432 5,506 1,405 1,497 1,668Current Account (% GDP) 2.9 2.5 2.1 1.9 3.0 2.4 2.1 -0.9 -0.4
1) Since May 2004 part of the method of reporting non oil & gas export han been changed into on-line-system
2) Since April 2004 part of the method of reporting non oil & gas import han been changed into on-line-system
* Provisional figures
2006ITEMS
2007* 2008*
45
Table 1.3
Indonesia’s Balance Of Payments : Capital and Financial Account (millions of USD)
Nov, 2008
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3
A. Capital Account 350 43 127 255 122 546 52 73 200
B. Financial Account 2,675 1,736 1,857 -1,212 539 2,920 -1,674 2,526 3091. Direct investment 2,188 -246 1,426 764 309 2,253 -633 40 87
a. Abroad -2,726 -1,282 392 -1,427 -2,358 -4,675 -1,729 -1,436 -1,430- Equity capital & Reinvested earnings -609 -343 111 -277 -489 -997 -605 -282 -245- Other capital -2,117 -940 281 -1,150 -1,869 -3,678 -1,124 -1,155 -1,185
b. In Indonesia (FDI) 4,914 1,037 1,034 2,191 2,667 6,928 1,096 1,476 1,517- Equity capital & Reinvested earnings 4,616 1,350 1,545 1,933 2,721 7,549 1,263 1,084 1,480- Other capital 298 -313 -511 258 -54 -621 -167 392 37
o/w. Loans: - Drawings 3,649 1,276 1,069 1,553 1,562 5,460 1,740 1,976 1,750- Repayments -3,351 -1,589 -1,581 -1,296 -1,616 -6,081 -1,907 -1,585 -1,713
2. Portfolio investment 4,277 2,491 3,769 465 -1,200 5,525 1,923 4,308 -58a. Assets -1,830 -497 -1,939 -1,257 -764 -4,457 -823 68 -75
- Equity securities 10 66 -25 34 -333 -258 -239 -72 54- Debt securities -1,841 -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 140 -129
Bonds and Notes -1,841 -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 140 -129Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Liabilities 6,107 2,988 5,707 1,722 -437 9,981 2,746 4,240 17- Equity securities 1,898 362 1,282 1,262 652 3,559 11 519 -101- Debt securities 4,210 2,626 4,425 460 -1,089 6,422 2,734 3,720 118
Bonds and Notes 3,834 2,456 2,312 172 250 5,190 2,407 3,395 1,486Other 375 171 2,113 288 -1,339 1,233 328 326 -1,368
3. Other Investment -3,791 -510 -3,337 -2,441 1,430 -4,858 -2,964 -1,822 280a. Assets -1,587 -162 -2,286 -2,383 262 -4,569 -2,512 -1,474 -1,645
- Loans -71 -15 214 39 27 265 -105 -89 -83
- Other 1) -1,516 -147 -2,500 -2,422 235 -4,834 -2,408 -1,385 -1,562
b. Liabilities -2,204 -348 -1,051 -59 1,168 -289 -452 -348 1,925
- Loans 2) -2,882 -271 -1,481 -172 763 -1,161 -117 -481 1,437Drawings 11,109 2,778 2,598 2,523 5,313 13,212 3,065 3,592 4,716Repayments -13,991 -3,050 -4,079 -2,694 -4,550 -14,373 -3,182 -4,073 -3,279
- Other 1) 678 -76 430 113 405 872 -335 133 488
C. Total (A + B) 3,025 1,778 1,985 -957 660 3,466 -1,623 2,599 509
1) Including currency and deposits2) Excluding the use of Fund Credit and Loans* Provisional figures
2006I T E M S
2007* 2008*
46
Table 1.4
Indonesia’s Balance Of Payments : Government and Monetary Authorities Sector Financial Account
(millions of USD)
Nov,2008
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3
I. Government 2,172 1,888 507 -648 -28 1,719 1,890 2,137 962 A. Portfolio investment 4,139 2,382 2,040 -230 -154 4,037 2,238 3,569 1,117
1. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0b. Equity securities 0 0 0 0 0 0 0 0 0a. Debt securities 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Liabilities 4,139 2,382 2,040 -230 -154 4,037 2,238 3,569 1,117 b. Equity securities 0 0 0 0 0 0 0 0 0
a. Debt securities 4,139 2,382 2,040 -230 -154 4,037 2,238 3,569 1,117
B. Other investment -1,967 -493 -1,532 -418 126 -2,318 -348 -1,432 -1561. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Liabilites -1,967 -493 -1,532 -418 126 -2,318 -348 -1,432 -156
a. Loans -1,967 -493 -1,532 -418 126 -2,318 -348 -1,432 -156i. Drawings 3,588 573 524 567 2,340 4,004 636 655 840
- Program Aid 1,501 200 200 0 1,706 2,106 222 200 295ADB 600 0 0 0 900 900 0 0 0IBRD 530 0 0 0 600 600 0 200 0JBIC 99 200 0 0 206 406 222 0 295Others 271 0 200 0 0 200 0 0 0
- Project Aid 2,087 373 324 567 634 1,898 414 455 545CGI 1,402 307 240 334 446 1,327 327 350 423
ODA 1,402 307 240 334 446 1,327 288 311 384Bilateral 797 91 86 234 253 664 137 133 109Multilateral 604 216 154 100 193 663 151 178 275
Non ODA 0 0 0 0 0 0 39 39 39Non CGI 685 66 84 233 188 571 88 105 122
- Reschedulling 0 0 0 0 0 0 0 0 0Principal 0 0 0 0 0 0 0 0 0Interest 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ii. Repayments -5,555 -1,067 -2,057 -985 -2,213 -6,322 -984 -2,086 -996
2. Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0
II. Monetary Authorities -153 156 2,111 261 -1,341 1,187 300 323 -1,404 A. Portfolio investment 375 171 2,113 288 -1,339 1,233 328 326 -1,368
1. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Liabilities 375 171 2,113 288 -1,339 1,233 328 326 -1,368
B. Other investment -528 -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -361. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Liabilites -528 -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -36a. Loans 1) -528 -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -36
i Drawings 0 0 0 0 0 0 0 0 0ii. Repayments -528 -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -36
b. Other … … … … … … … … …
III. Total (I + II) 2,019 2,045 2,618 -387 -1,369 2,907 2,190 2,460 -442
Memorandum:The use of Fund Credit and Loans: -7,608 0 0 0 0 0 0 0 0
Purchases 0 0 0 0 0 0 0 0 0Repurchases -7,608 0 0 0 0 0 0 0 0
1) Excluding the use of Fund Credit and Loans
* Provisional figures
- Not available
… Data are not available yet
2006I T E M S
2007* 2008*
47
Table 1.5
Indonesia’s Balance Of Payments : Private Sector Financial Account (millions of USD)
Nov,2008
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3
A. Direct investment 2,188 -246 1,426 764 309 2,253 -633 40 871. Abroad -2,726 -1,282 392 -1,427 -2,358 -4,675 -1,729 -1,436 -1,430
- Equity capital & Reinvested earnings -609 -343 111 -277 -489 -997 -605 -282 -245- Other capital -2,117 -940 281 -1,150 -1,869 -3,678 -1,124 -1,155 -1,185
2. In Indonesia (FDI) 4,914 1,037 1,034 2,191 2,667 6,928 1,096 1,476 1,517- Equity capital & Reinvested earnings 4,616 1,350 1,545 1,933 2,721 7,549 1,263 1,084 1,480- Other capital 298 -313 -511 258 -54 -621 -167 392 37
o/w. Loans : - Drawings 3,649 1,276 1,069 1,553 1,562 5,460 1,740 1,976 1,750- Repayments -3,351 -1,589 -1,581 -1,296 -1,616 -6,081 -1,907 -1,585 -1,713
B. Portfolio investment -238 -61 -384 407 293 255 -643 413 1931. Assets -1,830 -497 -1,939 -1,257 -764 -4,457 -823 68 -75
- Equity securities 10 66 -25 34 -333 -258 -239 -72 54- Debt securities -1,841 -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 140 -129
Bonds and Notes -1,841 -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 140 -129Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Liabilities 1,593 436 1,554 1,664 1,057 4,711 180 346 268- Equity securities 1,898 362 1,282 1,262 652 3,559 11 519 -101- Debt securities -305 74 272 402 405 1,152 169 -174 369
Bonds and Notes -305 74 272 402 405 1,152 169 -174 369Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C. Others investment -1,295 -3 -1,802 -1,996 1,306 -2,495 -2,588 -388 4711. Assets -1,587 -162 -2,286 -2,383 262 -4,569 -2,512 -1,474 -1,645
- Loans -71 -15 214 39 27 265 -105 -89 -83- Other 1) -1,516 -147 -2,500 -2,422 235 -4,834 -2,408 -1,385 -1,562
2. Liabilities 292 160 484 387 1,043 2,074 -76 1,086 2,116- Loans -387 236 54 274 639 1,202 259 953 1,628
- Drawings 7,521 2,205 2,074 1,956 2,973 9,208 2,429 2,938 3,876- Repayments -7,907 -1,969 -2,020 -1,682 -2,334 -8,005 -2,169 -1,985 -2,248
- Other 1) 678 -76 430 113 405 872 -335 133 488
D. Total (A+B+C) 656 -309 -761 -825 1,908 13 -3,864 65 751
1) Including currency and deposits
* Provisional figures
I T E M S2006 2008*2007*
48
Table 2.1
Non Oil and Gas Exports Value by Commodities (millions of USD)
21,682 100 22.1 23,456 100 19.9 23,529 100 8.8 24,475 100 13.1 26,405 100 21.8 27,878 100 18.9 28,796 100 22.4
I. Agriculture 2,476 11.4 7.0 2,846 12.1 12.3 3,206 13.6 7.0 3,176 13.0 34.8 3,336 12.6 34.7 4,023 14.4 41.4 4,331 15.0 35.11. Timber 142 0.7 48.9 152 0.6 17.9 139 0.6 1.7 130 0.5 0.0 142 0.5 0.3 144 0.5 -5.1 138 0.5 -0.92. Rubber 1,032 4.8 9.9 1,277 5.4 19.0 1,322 5.6 -5.2 1,253 5.1 43.2 1,456 5.5 41.1 1,650 5.9 29.2 1,877 6.5 42.03. Coffee 108 0.5 -20.7 116 0.5 21.7 232 1.0 1.9 225 0.9 61.0 201 0.8 86.2 263 0.9 126.4 369 1.3 58.74. Tea 31 0.1 -1.8 33 0.1 -11.7 32 0.1 -13.9 33 0.1 12.9 38 0.1 21.7 43 0.2 31.8 44 0.2 37.65. Pepper 17 0.1 9.1 30 0.1 217.4 36 0.2 36.9 47 0.2 97.3 71 0.3 310.5 46 0.2 56.2 41 0.1 14.46. Tobacco 115 0.5 36.2 95 0.4 10.7 98 0.4 19.3 103 0.4 39.5 112 0.4 -3.3 139 0.5 46.7 126 0.4 28.47. Manioc 4 0.0 203.4 0 0.0 13.9 2 0.0 -56.1 24 0.1 187.5 28 0.1 549.8 1 0.0 448.2 4 0.0 82.38. Animal & Husb Products 516 2.4 2.2 576 2.5 9.2 605 2.6 13.0 580 2.4 18.5 593 2.2 14.9 757 2.7 31.4 762 2.6 26.1
- Shrimps and prawns 177 0.8 -21.2 215 0.9 -10.8 211 0.9 -15.2 186 0.8 -11.0 192 0.7 8.0 239 0.9 11.3 224 0.8 6.09. Hides 41 0.2 36.7 51 0.2 42.7 47 0.2 33.0 49 0.2 19.9 50 0.2 20.9 53 0.2 5.1 45 0.2 -3.2
10. Others 470 2.2 -1.3 518 2.2 -4.5 693 2.9 33.8 733 3.0 34.2 646 2.4 37.6 927 3.3 79.2 925 3.2 33.4
II. Mineral 5,391 24.9 49.8 6,081 25.9 41.1 5,348 22.7 9.9 4,790 19.6 -15.4 5,471 20.7 1.5 5,545 19.9 -8.8 6,452 22.4 20.61. Tin 180 0.8 -21.4 137 0.6 -50.1 473 2.0 86.6 60 0.2 -63.1 698 2.6 288.5 355 1.3 158.8 791 2.7 67.22. Copper 1,893 8.7 50.5 2,284 9.7 61.3 1,684 7.2 -5.6 1,457 6.0 -31.0 1,378 5.2 -27.2 1,407 5.0 -38.4 1,022 3.6 -39.33. Nickel 706 3.3 257.9 1,200 5.1 207.8 679 2.9 66.1 663 2.7 -21.2 779 2.9 10.3 473 1.7 -60.6 620 2.2 -8.64. Aluminium 216 1.0 15.9 244 1.0 21.8 204 0.9 6.1 191 0.8 -10.0 199 0.8 -7.8 210 0.8 -13.7 321 1.1 56.95. Coal 1,836 8.5 38.8 1,602 6.8 4.0 1,752 7.4 4.9 1,809 7.4 8.1 1,812 6.9 -1.3 2,492 8.9 55.6 2,922 10.1 66.86. Others 560 2.6 37.9 615 2.6 25.5 555 2.4 -0.2 611 2.5 -7.4 605 2.3 8.1 609 2.2 -1.0 775 2.7 39.7
III. Manufactured 13,558 62.5 16.3 14,303 61.0 15.2 14,679 62.4 8.0 16,298 66.6 21.2 17,171 65.0 26.6 18,075 64.8 26.4 17,675 61.4 20.41. Textile & Textile Products 2,461 11.4 8.7 2,501 10.7 4.6 2,669 11.3 0.8 2,400 9.8 3.6 2,588 9.8 5.2 2,671 9.6 6.8 2,858 9.9 7.1
- Garments 1,445 6.7 9.3 1,457 6.2 3.1 1,565 6.7 -3.6 1,378 5.6 1.9 1,506 5.7 4.2 1,584 5.7 8.7 1,754 6.1 12.12. Handicraft 20 0.1 -6.9 21 0.1 -4.3 23 0.1 -5.9 24 0.1 30.2 22 0.1 9.6 27 0.1 23.8 26 0.1 12.43. Wood Products 745 3.4 6.5 685 2.9 5.8 633 2.7 -20.6 602 2.5 -20.4 620 2.3 -16.8 644 2.3 -6.0 671 2.3 6.1 - Plywood 219 1.0 -12.1 205 0.9 -4.3 202 0.9 -11.6 170 0.7 -16.1 181 0.7 -17.3 189 0.7 -8.0 186 0.6 -8.14. Rattan Products 70 0.3 27.9 59 0.3 11.6 43 0.2 8.4 47 0.2 13.9 59 0.2 -15.1 45 0.2 -23.0 32 0.1 -25.75. Palm Oils 1,194 5.5 11.9 1,767 7.5 52.8 1,643 7.0 24.1 2,987 12.2 92.5 3,447 13.1 188.7 3,306 11.9 87.0 2,248 7.8 36.86. Copra Cake 5 0.0 16.7 5 0.0 25.4 16 0.1 384.6 7 0.0 105.0 8 0.0 65.0 13 0.0 163.0 6 0.0 -61.67. Chemical Products 1,449 6.7 25.1 1,639 7.0 32.4 1,701 7.2 16.7 1,727 7.1 16.9 1,705 6.5 17.6 1,846 6.6 12.6 1,958 6.8 15.18. Metal Products 244 1.1 34.6 278 1.2 28.3 264 1.1 35.5 304 1.2 43.9 253 1.0 3.7 282 1.0 1.4 344 1.2 30.39. Electrical Appliances 2,292 10.6 8.7 2,038 8.7 -1.8 2,155 9.2 -16.5 2,244 9.2 -8.2 2,112 8.0 -7.9 2,315 8.3 13.6 2,475 8.6 14.9
10. Cement 69 0.3 25.7 84 0.4 42.7 62 0.3 -11.4 65 0.3 -18.4 54 0.2 -21.5 57 0.2 -32.3 66 0.2 4.911. Papers 1,001 4.6 17.8 1,095 4.7 14.5 1,071 4.5 -3.5 1,214 5.0 25.7 1,277 4.8 27.5 1,398 5.0 27.6 1,502 5.2 40.312. Rubber Products 277 1.3 16.3 291 1.2 10.4 306 1.3 22.7 283 1.2 17.0 310 1.2 11.8 328 1.2 12.6 344 1.2 12.513. Glass & Glassware 98 0.5 3.7 104 0.4 -2.8 102 0.4 2.8 120 0.5 39.9 120 0.5 22.1 109 0.4 4.6 108 0.4 5.714. Footwear 408 1.9 2.6 442 1.9 1.6 404 1.7 1.7 411 1.7 10.7 450 1.7 10.4 516 1.9 16.8 468 1.6 15.915. Plastic Products 101 0.5 7.6 103 0.4 8.6 119 0.5 8.1 123 0.5 20.4 123 0.5 21.6 127 0.5 24.1 143 0.5 20.416. Machinery & Mechanic 1,730 8.0 58.6 1,662 7.1 13.8 1,679 7.1 44.7 1,787 7.3 25.2 1,882 7.1 8.8 2,107 7.6 26.8 2,514 8.7 49.717. Others 1,394 6.4 9.0 1,529 6.5 24.1 1,788 7.6 34.5 1,953 8.0 44.2 2,141 8.1 53.6 2,284 8.2 49.4 1,911 6.6 6.9
IV. Others (Non-Mon. Gold) 192 0.9 39.2 156 0.7 -8.7 210 0.9 77.6 143 0.6 29.0 281 1.1 46.4 119 0.4 -23.6 230 0.8 9.6
V. Repair on Goods & Goods Procure in port by carriers 65 0.3 54.8 71 0.3 -45.8 87 0.4 97.7 68 0.3 -2.9 145 0.5 123.1 116 0.4 63.4 108 0.4 24.4
Growth (%)
ValueShare (%)
Growth (%)
Q2 Q3
ValueShare (%)
Growth (%)
ValueShare (%)
2008Q1
Commodities
Total
Q2 Q3 Q4Growth
(%)Share (%)
Growth (%)
ValueShare (%)
ValueShare (%)
Growth (%)
Value ValueShare (%)
Growth(%)
2007Q1
49
Table 2.2
Non Oil and Gas Exports Volume by Commodities (thousands of Tons)
78,993 100 29.0 74,622 100 3.8 75,628 100 -1.8 78,604 100 0.7 73,244 100 -7.3 83,408 100 11.8 75,394 100 -0.3
I. Agriculture 1,945 2.5 -10.8 2,035 2.7 5.3 2,184 2.9 -2.5 2,277 2.9 9.7 2,017 2.8 3.7 2,294 2.7 12.7 2,333 3.1 6.81. Timber 318 0.4 13.2 349 0.5 16.5 235 0.3 -7.8 273 0.3 -19.7 196 0.3 -38.5 215 0.3 -38.4 191 0.3 -18.72. Rubber 581 0.7 2.2 623 0.8 8.7 614 0.8 -7.2 586 0.7 20.8 598 0.8 2.9 616 0.7 -1.1 623 0.8 1.43. Coffee 50 0.1 -51.7 53 0.1 -8.0 120 0.2 -26.5 109 0.1 32.5 90 0.1 78.7 114 0.1 113.3 171 0.2 42.84. Tea 20 0.0 -24.5 21 0.0 -20.9 22 0.0 -10.1 23 0.0 23.3 25 0.0 27.1 26 0.0 25.6 25 0.0 15.55. Pepper 5 0.0 -47.3 9 0.0 85.9 9 0.0 -21.3 14 0.0 63.5 20 0.0 270.2 13 0.0 40.6 11 0.0 16.56. Tobacco 27 0.0 2.7 23 0.0 -13.2 21 0.0 -12.3 22 0.0 24.2 25 0.0 -7.4 30 0.0 31.0 29 0.0 37.37. Manioc 36 0.0 177.4 0 0.0 -79.2 14 0.0 -64.0 159 0.2 106.5 41 0.1 12.8 3 0.0 1797.4 20 0.0 38.38. Animal & Husb Products 240 0.3 11.2 247 0.3 9.2 278 0.4 43.6 205 0.3 16.6 211 0.3 -12.1 284 0.3 15.2 231 0.3 -17.0
- Shrimps and prawns 25 0.0 -26.5 30 0.0 -11.8 29 0.0 -14.4 26 0.0 -6.3 27 0.0 8.0 85 0.1 182.4 30 0.0 3.89. Hides 2 0.0 -15.4 3 0.0 3.1 3 0.0 27.2 3 0.0 1.4 3 0.0 12.3 3 0.0 -3.3 2 0.0 -12.8
10. Others 666 0.8 -28.7 708 0.9 -1.0 867 1.1 0.5 883 1.1 1.8 809 1.1 21.5 990 1.2 39.9 1,030 1.4 18.8
II. Mineral 64,551 81.7 37.0 59,284 79.4 3.5 60,015 79.4 -1.5 60,813 77.4 -1.3 57,228 78.1 -11.3 67,539 81.0 13.9 61,568 81.7 2.61. Tin 22 0.0 -53.9 20 0.0 -58.6 57 0.1 32.2 14 0.0 -58.9 52 0.1 135.5 32 0.0 62.6 118 0.2 108.92. Copper 662 0.8 31.0 596 0.8 7.2 461 0.6 -25.9 407 0.5 -51.8 428 0.6 -35.4 358 0.4 -40.0 226 0.3 -50.93. Nickel 2,347 3.0 247.1 2,473 3.3 112.6 2,021 2.7 128.3 2,442 3.1 33.3 4,090 5.6 74.3 3,464 4.2 40.1 1,425 1.9 -29.54. Aluminium 1,631 2.1 28.0 4,561 6.1 137.8 3,586 4.7 82.6 2,051 2.6 3.0 3,008 4.1 84.5 3,779 4.5 -17.1 5,920 7.9 65.15. Coal 56,004 70.9 41.9 48,660 65.2 1.2 50,171 66.3 -3.2 51,177 65.1 -0.7 45,099 61.6 -19.5 54,131 64.9 11.2 49,589 65.8 -1.26. Others 3,886 4.9 -24.5 2,974 4.0 -46.2 3,720 4.9 -33.3 4,722 6.0 -12.0 4,551 6.2 17.1 5,775 6.9 94.2 4,289 5.7 15.3
III. Manufactured 12,496 15.8 4.8 13,303 17.8 5.2 13,429 17.8 -3.3 15,513 19.7 8.0 13,999 19.1 12.0 13,575 16.3 2.0 11,494 15.2 -14.41. Textile & Textile Products 477 0.6 0.5 483 0.6 -1.6 494 0.7 -2.8 445 0.6 -3.4 474 0.6 -0.5 473 0.6 -2.0 487 0.6 -1.4
- Garments 108 0.1 5.7 113 0.2 2.9 123 0.2 -5.6 107 0.1 2.3 123 0.2 13.8 119 0.1 5.3 133 0.2 7.82. Handicraft 9 0.0 -11.5 9 0.0 6.6 9 0.0 -3.7 9 0.0 19.2 8 0.0 -8.7 10 0.0 7.1 9 0.0 -1.03. Wood Products 718 0.9 -17.4 656 0.9 -11.4 619 0.8 -26.6 618 0.8 -16.0 615 0.8 -14.3 620 0.7 -5.6 604 0.8 -2.3 - Plywood 145 0.2 -34.4 115 0.2 -34.3 111 0.1 -38.3 93 0.1 -37.3 89 0.1 -38.6 98 0.1 -14.8 89 0.1 -20.54. Rattan Products 23 0.0 9.3 21 0.0 9.2 16 0.0 7.9 16 0.0 8.5 18 0.0 -21.8 15 0.0 -29.4 10 0.0 -35.85. Palm Oils 2,356 3.0 -19.0 2,940 3.9 -2.6 2,529 3.3 -22.4 3,785 4.8 5.6 3,634 5.0 54.2 3,154 3.8 7.3 2,261 3.0 -10.66. Copra Cake 43 0.1 -48.3 44 0.1 -33.0 137 0.2 196.3 64 0.1 38.5 68 0.1 60.2 96 0.1 121.3 37 0.0 -72.87. Chemical Products 2,804 3.6 57.4 3,206 4.3 43.2 3,740 4.9 49.4 3,322 4.2 22.6 3,285 4.5 17.1 3,483 4.2 8.6 2,052 2.7 -45.18. Metal Products 212 0.3 101.7 151 0.2 24.6 150 0.2 38.0 182 0.2 52.4 138 0.2 -35.0 121 0.1 -20.0 265 0.4 77.19. Electrical Appliances 163 0.2 -9.4 169 0.2 -5.9 180 0.2 -15.2 162 0.2 -11.7 161 0.2 -1.5 164 0.2 -2.9 174 0.2 -3.1
10. Cement 1,982 2.5 29.7 1,658 2.2 -1.6 1,533 2.0 -24.0 1,667 2.1 -30.5 1,175 1.6 -40.7 1,101 1.3 -33.5 1,302 1.7 -15.011. Papers 1,629 2.1 7.8 1,648 2.2 2.7 1,490 2.0 -21.3 1,711 2.2 9.9 1,689 2.3 3.7 1,604 1.9 -2.7 1,836 2.4 23.212. Rubber Products 98 0.1 6.8 106 0.1 8.8 103 0.1 17.3 100 0.1 16.0 98 0.1 -0.1 101 0.1 -4.8 97 0.1 -6.013. Glass & Glassware 187 0.2 -25.6 199 0.3 -29.0 195 0.3 -21.5 338 0.4 84.8 202 0.3 8.4 192 0.2 -3.5 201 0.3 3.114. Footwear 29 0.0 3.2 31 0.0 2.3 27 0.0 0.7 28 0.0 6.8 32 0.0 9.9 34 0.0 10.0 31 0.0 13.115. Plastic Products 50 0.1 -4.5 49 0.1 -6.8 56 0.1 -8.2 60 0.1 11.8 52 0.1 5.0 50 0.1 1.6 50 0.1 -11.516. Machinery & Mechanic 289 0.4 7.2 352 0.5 21.8 310 0.4 20.6 853 1.1 188.7 349 0.5 20.9 372 0.4 5.5 465 0.6 50.117. Others 1,427 1.8 -18.8 1,581 2.1 -8.6 1,840 2.4 2.4 2,153 2.7 13.4 2,000 2.7 40.1 1,985 2.4 25.6 1,611 2.1 -12.4
IV. Others (Non-monetary Gold) 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00
V. Repair on Goods & Goods Procure in port by carriers - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
- Not available
VolShare (%)
Growth (%)
Commodities
Total
2007Q1 Q2 Q3 Q4
VolShare (%)
Growth (%)
Growth (%)
VolShare (%)
Growth (%) Vol
VolShare (%)
Growth (%)
Share (%)
Q2 Q32008
Q1
VolShare (%)
Growth (%) Vol
Share (%)
Growth (%)
50
Table 2.3
Non Oil and Gas Exports Value by Country of Destination (millions of USD)
TOTAL 21,682 100 22.1 23,456 100 19.9 23,529 100 8.8 24,475 100 13.1 26,405 100 21.8 27,878 100 18.9 28,796 100 22.4
AFRICA 541 2.5 30.9 545 2.3 17.1 635 2.7 30.2 745 3.0 18.5 771 2.9 42.7 871 3.1 59.8 859 3.0 35.3
AMERICA 3,202 14.8 6.2 3,397 14.5 6.1 3,666 15.6 2.6 3,421 14.0 10.1 3,630 13.7 13.4 4,118 14.8 21.2 4,336 15.1 18.3U S A 2,658 12.3 4.1 2,750 11.7 4.5 2,968 12.6 1.4 2,800 11.4 11.2 2,960 11.2 11.4 3,281 11.8 19.3 3,431 11.9 15.6Western Hemesphere 317 1.5 23.8 384 1.6 21.3 433 1.8 15.2 379 1.5 3.4 382 1.4 20.6 540 1.9 40.5 531 1.8 22.5Canada 127 0.6 3.0 152 0.6 1.3 141 0.6 -5.7 132 0.5 10.3 145 0.5 13.7 165 0.6 8.6 184 0.6 30.3Others 99 0.5 21.2 111 0.5 7.8 123 0.5 1.2 110 0.4 9.1 143 0.5 44.2 133 0.5 19.7 191 0.7 54.8
ASIA 13,721 63.3 26.5 15,302 65.2 22.6 15,068 64.0 10.3 15,756 64.4 15.0 17,397 65.9 26.8 17,738 63.6 15.9 18,560 64.5 23.2ASEAN 4,472 20.6 14.7 4,817 20.5 11.4 5,418 23.0 24.7 5,325 21.8 29.4 6,036 22.9 35.0 6,123 22.0 27.1 6,769 23.5 24.9 - Brunei Darussalam 11 0.1 22.1 12 0.0 -13.1 11 0.0 40.7 8 0.0 0.7 14 0.1 28.6 14 0.1 22.2 15 0.1 37.4 - Malaysia 909 4.2 -7.5 1,128 4.8 5.3 1,286 5.5 27.4 1,379 5.6 64.7 1,622 6.1 78.5 1,568 5.6 39.0 1,639 5.7 27.4 - Philipina 440 2.0 21.5 442 1.9 31.9 489 2.1 52.1 491 2.0 23.6 422 1.6 -4.0 557 2.0 26.0 511 1.8 4.6 - Singapore 2,146 9.9 19.8 2,095 8.9 2.8 2,502 10.6 20.4 2,169 8.9 8.3 2,636 10.0 22.8 2,577 9.2 23.0 3,068 10.7 22.6 - Thailand 601 2.8 23.6 718 3.1 32.1 716 3.0 21.5 727 3.0 43.5 790 3.0 31.4 847 3.0 18.0 968 3.4 35.2 - Vietnam 266 1.2 25.4 322 1.4 24.4 342 1.5 25.5 425 1.7 50.0 445 1.7 67.3 445 1.6 38.3 457 1.6 33.7 - Myanmar 67 0.3 171.6 66 0.3 91.4 43 0.2 14.3 94 0.4 87.5 66 0.2 -2.1 66 0.2 0.1 61 0.2 41.1 - Cambodia 30 0.1 9.3 33 0.1 24.5 28 0.1 10.0 29 0.1 9.7 40 0.2 31.1 47 0.2 41.2 48 0.2 68.0 - Lao PDR 2 0.0 34.9 1 0.0 -69.1 1 0.0 -7.1 1 0.0 42.1 1 0.0 -56.7 2 0.0 179.0 1 0.0 50.7ASIA EXCL.ASEAN 9,249 42.7 33.1 10,484 44.7 28.5 9,650 41.0 3.6 10,431 42.6 8.8 11,361 43.0 22.8 11,615 41.7 10.8 11,791 40.9 22.2 - Hongkong 418 1.9 5.2 432 1.8 0.9 433 1.8 -11.2 465 1.9 14.3 485 1.8 16.0 463 1.7 7.0 455 1.6 5.0 - India 1,033 4.8 59.0 1,326 5.7 86.9 967 4.1 4.5 1,571 6.4 27.5 1,569 5.9 51.9 1,715 6.2 29.3 1,726 6.0 78.4 - Iraq 0 0.0 -99.3 0 0.0 -98.6 2 0.0 -92.9 10 0.0 268.8 28 0.1 16,743 84 0.3 27,122 69 0.2 4,146 - Japan 3,291 15.2 36.2 3,717 15.8 25.4 3,271 13.9 -1.8 3,087 12.6 -12.8 3,238 12.3 -1.6 3,227 11.6 -13.2 3,708 12.9 13.4 - South Korea 923 4.3 23.6 968 4.1 30.3 1,067 4.5 16.3 857 3.5 -14.4 1,200 4.5 30.0 1,193 4.3 23.3 1,186 4.1 11.1 - Pakistan 176 0.8 -1.1 225 1.0 15.4 143 0.6 -33.5 345 1.4 82.1 311 1.2 77.2 270 1.0 20.1 211 0.7 47.7 - China 1,494 6.9 28.9 1,827 7.8 36.0 1,647 7.0 0.2 1,840 7.5 24.6 2,283 8.6 52.8 2,071 7.4 13.3 1,889 6.6 14.7 - Saudi Arabia 175 0.8 44.4 219 0.9 29.1 288 1.2 52.9 266 1.1 63.8 291 1.1 66.2 309 1.1 41.5 321 1.1 11.6 - Taiwan 615 2.8 35.2 612 2.6 -3.0 598 2.5 -3.5 564 2.3 -6.1 571 2.2 -7.2 733 2.6 19.8 801 2.8 33.9 - Others 1,124 5.2 40.6 1,158 4.9 21.8 1,234 5.2 27.9 1,427 5.8 46.1 1,386 5.2 23.3 1,549 5.6 33.7 1,424 4.9 15.4
0 0.0 0.0 0 0.0 1.0 0 0.0 2.0 0 0.0 2.0 0 0.0 2.0 0 0.0 3.0 0 0.0 4.0AUSTRALIA & OCEANIA 694 3.2 66.7 629 2.7 43.8 581 2.5 14.9 585 2.4 -9.9 550 2.1 -20.7 587 2.1 -6.7 922 3.2 58.7
EUROPE 3,525 16.3 15.1 3,584 15.3 20.5 3,579 15.2 5.6 3,968 16.2 11.5 4,057 15.4 15.1 4,564 16.4 27.3 4,119 14.3 15.1EUROPEAN COMMUNITY 3,323 15.3 14.6 3,330 14.2 19.0 3,302 14.0 3.9 3,593 14.7 9.5 3,547 13.4 6.7 4,147 14.9 24.5 3,764 13.1 14.0 - Belgium 326 1.5 24.4 326 1.4 10.5 326 1.4 7.9 338 1.4 18.4 335 1.3 3.0 370 1.3 13.3 352 1.2 8.2 - France 194 0.9 17.5 207 0.9 16.7 197 0.8 3.4 205 0.8 9.0 232 0.9 19.8 254 0.9 22.2 236 0.8 19.7 - Germany 568 2.6 25.3 584 2.5 28.2 597 2.5 6.3 576 2.4 0.7 606 2.3 6.8 662 2.4 13.4 659 2.3 10.4 - Italy 366 1.7 27.2 328 1.4 13.3 322 1.4 -7.3 385 1.6 33.4 443 1.7 21.1 521 1.9 58.8 490 1.7 52.4 - Netherlands 533 2.5 -9.4 682 2.9 14.7 736 3.1 14.2 881 3.6 9.3 842 3.2 58.1 1,037 3.7 52.1 868 3.0 17.9 - United Kingdom 355 1.6 4.8 374 1.6 4.7 379 1.6 -2.0 357 1.5 -2.0 362 1.4 2.1 396 1.4 5.9 430 1.5 13.4 - Others 983 4.5 21.9 829 3.5 31.6 746 3.2 -0.1 851 3.5 9.6 726 2.7 -26.2 908 3.3 9.5 729 2.5 -2.3Russia 60 0.3 18.6 90 0.4 47.6 89 0.4 52.7 78 0.3 -21.0 93 0.4 55.4 95 0.3 4.6 90 0.3 0.2Others 142 0.7 28.0 163 0.7 44.1 188 0.8 23.7 297 1.2 66.5 416 1.6 192.6 323 1.2 97.7 265 0.9 40.9
2007Q1
ValueShare (%)
Growth (%)
Q2Q1COUNTRY
Share (%)
Growth (%)
ValueValueShare (%)
Growth (%)
Value
Q3 Q4Growth
(%)Share (%)
Growth (%)
ValueShare (%)
Q2 Q32008
ValueShare (%)
Growth (%)
ValueShare (%)
Growth (%)
51
Table 2.4
Non Oil and Gas Imports Value by Broad Economic Categories (BEC) (millions of USD)
Import Total 16,452 100 11.6 17,912 100 19.2 18,838 100 20.6 18,705 100 7.6 23,225 100 41.2 25,819 100 44.1 27,249 100 44.7
I. Consumption Goods 1,666 10.1 36.1 1,773 9.9 42.4 2,018 10.7 67.2 1,784 9.5 42.1 2,065 8.9 23.9 2,359 9.1 33.1 2,720 10.0 34.8112 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Household 168 1.0 15.0 221 1.2 46.5 220 1.2 37.5 188 1.0 49.0 226 1.0 34.2 229 0.9 3.7 247 0.9 12.4122 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Household 472 2.9 47.1 570 3.2 91.3 550 2.9 57.7 479 2.6 41.6 474 2.0 0.4 533 2.1 -6.4 558 2.0 1.4510 - Passenger Motor Cars 75 0.5 -41.5 71 0.4 -44.6 79 0.4 -19.9 112 0.6 37.4 119 0.5 59.0 145 0.6 105.5 131 0.5 64.3522 - Transport Equipment, non-industrial 64 0.4 -19.0 41 0.2 -1.6 77 0.4 93.2 59 0.3 0.0 142 0.6 121.9 105 0.4 154.6 89 0.3 16.1610 - Durable Consumption Goods 308 1.9 150.4 218 1.2 72.4 292 1.5 118.7 230 1.2 20.6 264 1.1 -14.3 363 1.4 66.4 295 1.1 1.3620 - Semi-durable Consumption Goods 290 1.8 113.1 330 1.8 46.8 445 2.4 138.9 431 2.3 108.2 450 1.9 55.2 608 2.4 84.5 1,024 3.8 130.1630 - Non-durable Consumption Goods 264 1.6 -8.3 287 1.6 11.1 295 1.6 26.9 258 1.4 9.8 356 1.5 34.8 363 1.4 26.7 366 1.3 24.1700 - Goods Not Elsewhere Specified 25 0.2 616.8 35 0.2 104.4 61 0.3 697.1 27 0.1 51.3 34 0.1 34.0 11 0.0 -68.0 10 0.0 -82.8
II. Raw Materials & Auxiliary Goods 11,768 71.5 10.1 12,855 71.8 19.8 13,320 70.7 18.3 12,559 67.1 1.2 16,652 71.7 41.5 18,557 71.9 44.4 18,697 68.6 40.4111 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Industry 461 2.8 56.2 535 3.0 53.5 547 2.9 38.6 467 2.5 47.7 798 3.4 73.0 955 3.7 78.6 763 2.8 39.5121 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Industry 234 1.4 19.9 243 1.4 -3.9 290 1.5 17.9 224 1.2 0.7 258 1.1 10.7 277 1.1 14.0 286 1.0 -1.4210 - Raw Materials (Primary), for Industry 795 4.8 37.3 787 4.4 17.6 786 4.2 0.8 788 4.2 11.0 1,054 4.5 32.6 1,344 5.2 70.8 1,358 5.0 72.8220 - Raw Materials (Processed), for Industry 6,552 39.8 10.4 7,368 41.1 21.7 7,510 39.9 13.5 7,164 38.3 3.3 9,681 41.7 47.8 10,773 41.7 46.2 11,037 40.5 47.0310 - Fuels & Lubricants (Primary) 2 0.0 -49.6 1 0.0 -41.5 4 0.0 0.1 2 0.0 -91.1 5 0.0 145.2 6 0.0 317.0 9 0.0 114.0322 - Fuels & Lubricants (Processed) 46 0.3 -4.6 45 0.3 25.7 50 0.3 21.7 30 0.2 5.9 47 0.2 1.2 56 0.2 22.8 71 0.3 42.8420 - Parts & Accessories for Capital Goods 2,667 16.2 -1.2 2,758 15.4 11.4 3,074 16.3 31.5 2,835 15.2 -9.0 3,271 14.1 22.7 3,538 13.7 28.3 3,617 13.3 17.7530 - Parts & Accessories for Transport Equipment 1,012 6.1 8.1 1,117 6.2 25.8 1,059 5.6 26.8 1,048 5.6 -1.5 1,538 6.6 52.0 1,609 6.2 44.0 1,555 5.7 46.8
III. Capital Goods 2,864 17.4 6.0 3,134 17.5 10.4 3,370 17.9 11.4 4,131 22.1 15.4 4,357 18.8 52.1 4,742 18.4 51.3 5,622 20.6 66.8410 - Capital Goods (except Transport Equipment) 2,416 14.7 18.9 2,492 13.9 22.9 2,683 14.2 13.0 3,081 16.5 7.9 3,375 14.5 39.7 3,827 14.8 53.5 4,167 15.3 55.3510 - Passenger Motor Cars 75 0.5 -41.5 71 0.4 -44.6 79 0.4 -19.9 112 0.6 37.4 119 0.5 59.0 145 0.6 105.5 131 0.5 64.3521 - Transport Equipment for Industry 374 2.3 -31.2 571 3.2 -16.4 607 3.2 10.2 937 5.0 45.9 863 3.7 131.1 770 3.0 35.0 1,324 4.9 118.0
IV. Others 154 0.9 24.2 151 0.8 -29.8 130 0.7 1.6 231 1.2 60.4 151 0.7 -1.9 161 0.6 6.6 210 0.8 61.5
2008
CommoditiesQ1
ValueShare (%)
Growth (%)
2007Q4Q1 Q2
Share (%)
Growth(%)
ValueShare (%)
ValueShare (%)
Growth(%)
ValueGrowth
(%)Value
Share (%)
Growth(%)
Q3 Q2 Q3
ValueShare (%)
Growth (%)
ValueShare (%)
Growth (%)
52
Table 2.5
Non Oil and Gas Imports Volume by Broad Economic Categories (BEC) (thousands of Tons)
Import Total 14,715 100 7.0 15,460 100 11.5 15,143 100 4.2 14,072 100 2.9 19,148 100 30.1 17,563 100 13.6 16,692 100 10.2
I. Consumption Goods 1,261 8.6 38.0 1,523 9.8 83.1 1,328 8.8 53.1 1,141 8.1 29.3 1,115 5.8 -11.6 1,064 6.1 -30.1 1,082 6.5 -18.6112 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Household 260 1.8 0.9 347 2.2 34.8 315 2.1 13.8 252 1.8 33.5 375 2.0 44.2 328 1.9 -5.6 375 2.2 19.2122 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Household 786 5.3 61.2 926 6.0 162.2 746 4.9 102.2 676 4.8 43.7 495 2.6 -37.1 454 2.6 -51.0 423 2.5 -43.3510 - Passenger Motor Cars 10 0.1 -30.3 10 0.1 -29.4 9 0.1 -9.3 12 0.1 29.9 12 0.1 16.8 14 0.1 37.8 14 0.1 43.1522 - Transport Equipment, non-industrial 11 0.1 -11.0 11 0.1 -11.1 19 0.1 53.3 13 0.1 5.5 21 0.1 101.7 21 0.1 93.7 19 0.1 -0.5610 - Durable Consumption Goods 52 0.4 27.0 56 0.4 31.0 78 0.5 74.5 47 0.3 16.2 50 0.3 -2.8 74 0.4 31.6 64 0.4 -18.0620 - Semi-durable Consumption Goods 82 0.6 57.3 101 0.7 14.6 93 0.6 3.2 79 0.6 4.5 89 0.5 8.7 101 0.6 -0.4 119 0.7 28.0630 - Non-durable Consumption Goods 59 0.4 21.5 70 0.5 11.5 67 0.4 4.8 61 0.4 -28.2 71 0.4 20.1 72 0.4 4.0 68 0.4 0.7700 - Goods Not Elsewhere Specified 1 0.0 369.3 1 0.0 104.4 1 0.0 158.9 0 0.0 1.1 1 0.0 36.1 1 0.0 -63.9 0 0.0 -60.3
II. Raw Materials & Auxiliary Goods 12,949 88.0 4.6 13,519 87.4 7.4 13,324 88.0 1.4 12,405 88.2 1.8 17,368 90.7 34.1 15,844 90.2 17.2 14,912 89.3 11.9111 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Industry 1,543 10.5 13.9 1,697 11.0 4.6 1,706 11.3 1.6 1,314 9.3 -3.9 3,220 16.8 108.6 1,738 9.9 2.4 1,351 8.1 -20.8121 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Industry 497 3.4 17.9 409 2.6 -25.2 417 2.8 -17.0 276 2.0 -40.6 343 1.8 -31.0 314 1.8 -23.2 377 2.3 -9.8210 - Raw Materials (Primary), for Industry 3,221 21.9 0.9 3,439 22.2 4.6 3,127 20.6 -13.7 3,087 21.9 -2.0 3,788 19.8 17.6 3,682 21.0 7.1 3,595 21.5 15.0220 - Raw Materials (Processed), for Industry 7,204 49.0 2.7 7,460 48.3 11.1 7,476 49.4 8.6 7,172 51.0 7.1 9,387 49.0 30.3 9,424 53.7 26.3 8,930 53.5 19.4310 - Fuels & Lubricants (Primary) 19 0.1 -28.3 11 0.1 -25.2 28 0.2 -7.2 14 0.1 -75.1 38 0.2 95.3 24 0.1 113.0 39 0.2 38.7322 - Fuels & Lubricants (Processed) 34 0.2 -23.0 47 0.3 23.7 61 0.4 54.4 25 0.2 -2.8 39 0.2 15.3 44 0.3 -5.9 46 0.3 -24.3420 - Parts & Accessories for Capital Goods 266 1.8 36.3 292 1.9 31.5 343 2.3 47.3 288 2.0 32.2 331 1.7 24.6 393 2.2 34.6 318 1.9 -7.3530 - Parts & Accessories for Transport Equipment 165 1.1 21.5 164 1.1 18.5 167 1.1 15.9 228 1.6 10.9 223 1.2 34.9 225 1.3 37.8 257 1.5 54.2
III. Capital Goods 504 3.4 12.0 418 2.7 -5.9 491 3.2 -7.2 526 3.7 -13.3 665 3.5 32.0 654 3.7 56.3 698 4.2 42.4410 - Capital Goods (except Transport Equipment) 354 2.4 3.5 366 2.4 12.1 405 2.7 26.3 437 3.1 31.2 469 2.4 32.5 467 2.7 27.7 487 2.9 20.1510 - Passenger Motor Cars 10 0.1 -30.3 10 0.1 -29.4 9 0.1 -9.3 12 0.1 29.9 12 0.1 16.8 14 0.1 37.8 14 0.1 43.1521 - Transport Equipment for Industry 139 0.9 49.8 43 0.3 -59.2 76 0.5 -61.5 77 0.5 -71.0 184 1.0 31.9 173 1.0 306.9 198 1.2 160.8
IV. Others 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2
Growth (%)
Share (%)
Growth (%)
Q32008
Q1
Value Share (%)
2007
Growth(%)
Q4Commodities
Q1 Q2Growth
(%)Vol Share
(%)Vol Vol Growth
(%)Value Share
(%)Share (%)
Q2 Q3
Value Share (%)
Growth (%)
Value Share (%)
Growth (%)
53
Table 2.6
Non Oil and Gas Imports Value by Country of Origin (millions of USD)
TOTAL 16,452 100 11.6 17,912 100 19.2 18,838 100 20.6 18,705 100 13.7 23,225 100 29.7 25,819 100 37.1 27,249 100 45.7
AFRICA 151 0.9 -14.0 164 0.9 6.9 200 1.1 48.7 146 0.8 -3.5 166 0.7 1.2 281 1.1 40.7 360 1.3 146.2
AMERICA 1,726 10.5 15.7 1,929 10.8 10.9 2,144 11.4 14.1 2,347 12.5 36.0 2,757 11.9 43.0 3,284 12.7 53.2 3,372 12.4 43.7U S A 1,188 7.2 14.0 1,354 7.6 14.4 1,348 7.2 0.0 1,579 8.4 33.0 1,721 7.4 27.1 2,127 8.2 57.7 2,243 8.2 42.0Western Hemesphere 289 1.8 6.8 310 1.7 -8.8 486 2.6 60.7 444 2.4 53.9 584 2.5 88.2 545 2.1 12.1 577 2.1 29.9Canada 230 1.4 50.0 247 1.4 27.3 289 1.5 47.7 306 1.6 33.2 424 1.8 72.0 571 2.2 97.5 507 1.9 65.6Others 20 0.1 -23.6 18 0.1 -15.8 20 0.1 -38.6 17 0.1 -12.2 28 0.1 59.3 42 0.2 110.0 45 0.2 161.7
ASIA 11,183 68.0 9.0 12,230 68.3 21.5 12,635 67.1 21.3 12,455 66.6 11.4 16,092 69.3 31.6 17,435 67.5 38.0 18,463 67.8 48.2ASEAN 4,543 27.6 -2.2 4,743 26.5 15.6 4,864 25.8 20.8 4,991 26.7 9.9 5,699 24.5 20.2 6,007 23.3 23.5 6,451 23.7 29.3 - Brunei Darussalam 0 0.0 -80.6 2 0.0 176.7 0 0.0 -98.1 1 0.0 853.7 3 0.0 4.3 6 0.0 15,901.8 0 0.0 -83.7 - Malaysia 701 4.3 33.8 694 3.9 37.2 762 4.0 31.3 745 4.0 6.2 952 4.1 37.2 1,024 4.0 34.2 1,125 4.1 51.0 - Philipina 123 0.7 21.4 127 0.7 25.0 143 0.8 24.5 139 0.7 13.0 182 0.8 43.1 214 0.8 49.6 169 0.6 21.2 - Singapore 2,498 15.2 -18.4 2,609 14.6 4.2 2,646 14.0 12.9 2,757 14.7 10.4 2,893 12.5 10.9 3,011 11.7 13.8 3,215 11.8 16.6 - Thailand 1,041 6.3 16.1 1,109 6.2 17.4 1,158 6.1 23.8 1,175 6.3 12.8 1,525 6.6 37.5 1,591 6.2 37.4 1,749 6.4 48.9 - Vietnam 163 1.0 196.1 188 1.0 373.4 150 0.8 223.3 156 0.8 -4.9 118 0.5 -37.1 134 0.5 -10.5 174 0.6 12.1 - Myanmar 12 0.1 110.7 11 0.1 77.4 4 0.0 -0.3 5 0.0 -56.6 7 0.0 -33.9 12 0.0 186.8 9 0.0 63.1 - Cambodia 1 0.0 806.0 0 0.0 -2.0 1 0.0 22.7 0 0.0 -62.8 0 0.0 34.4 1 0.0 28.5 1 0.0 68.8ASIA EXCL.ASEAN 6,641 40.4 18.8 7,487 41.8 26.1 7,771 41.2 22.1 7,464 39.9 12.4 10,393 44.7 38.8 11,428 44.3 47.1 12,012 44.1 60.9 - Hongkong 447 2.7 34.1 493 2.8 30.8 453 2.4 24.5 524 2.8 17.2 643 2.8 30.4 637 2.5 40.5 609 2.2 16.1 - India 428 2.6 28.6 491 2.7 25.0 364 1.9 6.5 462 2.5 8.0 655 2.8 33.4 712 2.8 95.6 712 2.6 54.2 - Iraq 0 0.0 -95.9 0 0.0 86.1 0 0.0 60,143 0 0.0 1,734 0 0.0 -38 0 0.0 -38 0 0.0 -99 - Japan 2,268 13.8 -3.4 2,275 12.7 5.0 2,412 12.8 10.8 2,420 12.9 6.7 3,538 15.2 55.5 3,578 13.9 48.3 3,532 13.0 45.9 - South Korea 824 5.0 17.9 1,038 5.8 24.3 1,077 5.7 33.7 823 4.4 -0.1 1,121 4.8 8.0 1,354 5.2 25.6 1,320 4.8 60.3 - Pakistan 17 0.1 17.2 23 0.1 6.4 13 0.1 -4.6 12 0.1 -27.0 13 0.1 -46.1 24 0.1 81.3 13 0.0 2.3 - China 1,981 12.0 55.1 2,360 13.2 53.4 2,593 13.8 31.2 2,412 12.9 21.8 3,263 14.1 38.3 3,800 14.7 46.5 4,504 16.5 86.7 - Saudi Arabia 76 0.5 49.3 64 0.4 18.2 113 0.6 54.9 99 0.5 29.5 139 0.6 117.5 160 0.6 41.2 172 0.6 74.0 - Taiwan 456 2.8 4.5 574 3.2 28.8 595 3.2 27.0 547 2.9 20.0 670 2.9 16.8 754 2.9 26.8 706 2.6 29.1 - Others 144 0.9 20.3 170 0.9 26.3 149 0.8 -10.6 165 0.9 14.5 351 1.5 106.4 409 1.6 174.0 445 1.6 170.0
AUSTRALIA & OCEANIA 832 5.1 18.9 944 5.3 10.5 939 5.0 6.2 876 4.7 5.3 1,117 4.8 18.3 1,277 4.9 36.0 1,419 5.2 62.0
EUROPE 2,560 15.6 20.8 2,645 14.8 19.7 2,921 15.5 26.6 2,880 15.4 12.5 3,093 13.3 16.9 3,542 13.7 21.2 3,635 13.3 26.2EUROPEAN COMMUNITY 2,192 13.3 26.4 2,206 12.3 16.3 2,495 13.2 31.4 2,453 13.1 11.9 2,376 10.2 7.7 2,651 10.3 6.3 2,818 10.3 14.8 - Belgium 74 0.5 -30.3 102 0.6 9.1 112 0.6 37.8 95 0.5 28.3 115 0.5 12.7 156 0.6 39.7 200 0.7 110.0 - France 221 1.3 -9.2 437 2.4 40.0 456 2.4 60.2 519 2.8 134.7 364 1.6 -16.7 246 1.0 -46.0 303 1.1 -41.6 - Germany 693 4.2 53.1 608 3.4 19.5 687 3.6 44.1 641 3.4 -7.6 753 3.2 23.8 814 3.2 18.5 925 3.4 44.4 - Italy 148 0.9 24.3 181 1.0 5.6 203 1.1 12.4 224 1.2 51.1 238 1.0 31.6 296 1.1 45.8 265 1.0 18.6 - Netherlands 123 0.7 -44.3 166 0.9 30.2 141 0.7 14.7 189 1.0 53.3 156 0.7 -6.2 160 0.6 13.2 174 0.6 -7.5 - United Kingdom 206 1.3 36.5 181 1.0 -13.3 179 0.9 4.4 220 1.2 6.8 217 0.9 19.7 232 0.9 29.7 280 1.0 27.2 - Others 726 4.4 64.9 531 3.0 11.6 717 3.8 23.3 566 3.0 -22.1 534 2.3 0.5 747 2.9 4.2 669 2.5 18.3Russia 106 0.6 -19.0 150 0.8 38.6 110 0.6 -12.5 77 0.4 -27.0 243 1.0 62.1 383 1.5 248.8 283 1.0 265.8Others 262 1.6 3.3 289 1.6 41.6 317 1.7 12.1 349 1.9 33.5 473 2.0 63.5 507 2.0 60.3 534 2.0 52.9
ValueShare (%)
Growth (%)
2008Q1
Growth (%)
Share (%)
Growth (%)
ValueShare (%)
Q12007
Q4
ValueShare (%)
Q2 Q3
ValueGrowth
(%)Value
Share (%)
Growth (%)
COUNTRY Q2 Q3
ValueShare (%)
Growth (%)
ValueShare (%)
Growth (%)
54
Table 3.1
Travel Inflows
% %Period Main Gates Other Gates (y.o.y) (y.t.d)
(number of people) (number of people)
(1) (2) (3) (4) (4) (5) (6)
2004 4,541,165 779,941 5,321,106 4,798 18.8 18.8Q1 1,034,236 177,990 1,212,226 1,093 15.2 15.2Q2 1,099,096 188,656 1,287,752 1,161 44.3 28.6Q3 1,278,022 219,368 1,497,390 1,350 16.3 23.7Q4 1,129,811 193,928 1,323,739 1,194 6.3 18.9
2005 4,074,354 927,747 5,002,101 4,522 -5.8 -5.8Q1 1,003,616 215,625 1,219,241 1,102 0.8 0.8Q2 1,045,871 228,421 1,274,292 1,152 -0.8 0.0Q3 1,183,757 239,116 1,422,873 1,286 -4.7 -1.8Q4 841,110 244,585 1,085,695 981 -17.8 -5.8
2006 3,977,482 893,869 4,871,351 4,448 -1.6 -1.6Q1 871,817 204,589 1,076,406 983 -10.8 -10.8Q2 1,023,099 227,472 1,250,571 1,142 -0.9 -5.7Q3 1,038,857 233,972 1,272,829 1,162 -9.6 -7.2Q4 1,043,709 227,836 1,271,545 1,161 18.3 -1.6
2007 4,541,458 964,301 5,505,759 5,346 20.2 20.2Q1 1,001,697 213,289 1,214,986 1,180 20.0 20.0Q2 1,142,077 242,394 1,384,471 1,344 17.7 18.8Q3 1,215,723 258,803 1,474,526 1,432 23.2 20.3Q4 1,181,961 249,815 1,431,776 1,390 19.7 20.2
2008*Q1 1,190,102 215,317 1,405,419 1,365 15.7 15.7Q2 1,264,023 233,096 1,497,119 1,454 8.1 11.7Q3 1,396,827 271,061 1,667,888 1,620 13.1 12.2
(number of people) (In millions of USD)
BOP BOP(2+3) Value
55
Table 3.2
Travel Outflows
Hajj BOP Hajj BOP % %Period Main Gates Other Gates Pilgrimage (2+3-4) Pilgrimage Value (y.o.y) (y.t.d)
(number of people) (number of people) (number of people) (number of people) (In millions of USD) (In millions of USD)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
2004 3,941,381 101,061 204,945 3,837,497 452 3,507 13.8 13.8Q1 942,948 24,178 204,945 762,181 452 1,059 -6.0 -175.1Q2 847,679 21,735 0 869,414 0 692 52.8 10.8Q3 1,022,310 26,213 0 1,048,523 0 835 40.1 18.8Q4 1,128,444 28,934 0 1,157,378 0 922 1.6 13.8
2005 4,106,225 105,288 267,501 3,944,012 511 3,584 2.2 2.2Q1 948,509 24,321 205,382 767,448 394 992 -6.3 -6.3Q2 991,334 25,419 0 1,016,753 0 792 14.5 1.9Q3 1,024,447 26,268 0 1,050,715 0 819 -1.9 0.7Q4 1,141,935 29,280 62,119 1,109,096 117 981 6.5 2.2
2006 4,322,464 705,405 144,945 4,882,924 466 4,030 12.4 12.4Q1 941,626 198,417 144,945 995,098 272 1,026 3.4 3.4Q2 1,081,620 192,710 0 1,274,330 0 954 20.4 11.0Q3 1,082,682 162,702 0 1,245,384 0 932 13.8 11.9Q4 1,216,536 151,576 0 1,368,112 194 1,118 14.0 12.4
2007 4,593,183 563,859 104,660 16,628,620 515 4,903 21.7 21.7Q1 1,055,961 169,520 104,660 1,225,481 195 1,188 15.8 15.8Q2 1,103,889 142,136 0 1,246,025 0 1,106 15.9 15.9Q3 1,146,177 127,774 0 1,273,951 0 1,130 21.2 17.6Q4 1,287,156 124,429 0 12,883,163 320 1,479 32.3 23.7
2008 *)Q1 1,077,171 172,347 41,864 1,207,655 80 1,151 -3.1 -3.1Q2 1,167,747 185,299 0 1,353,046 0.0 1,200 8.5 2.5Q3 1,193,452 186,385 0 1,379,837 0.0 1,224 8.3 4.4
56
Table 4
Stock of Debt Securities Owned by Non Residents (millions of USD)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
A. Private Sector *
1 Bonds 101 180 194 170 192 270 225 351 361 200 185
2 Medium Term Notes 367 295 321 288 285 289 293 267 300 367 361
3 Floating Rate Notes - - - - - - - - - - -
4 Commercial Papers 27 26 16 16 16 16 16 14 15 19 15
5 Promissory Notes 1,182 1,403 1,397 1,472 1,474 1,445 1,538 1,490 1,524 1,488 1,618
Total 1,676 1,903 1,929 1,945 1,966 2,020 2,071 2,123 2,200 2,075 2,180
B. Public Sector
1 Govt. Bond (Rp. Denomination)/SUN 5,061 5,201 5,953 6,088 6,978 9,033 8,711 8,298 8,760 10,200 11,037
2 Govt. Bond (USD Denomination) 4,945 4,945 4,945 4,945 6,370 6,370 6,370 6,370 8,322 10,450 10,450
3 SBI 2,147 758 894 2,003 2,127 4,201 4,436 4,436 3,330 3,643 2,157
Total 12,153 10,905 11,791 13,037 15,475 19,604 19,517 19,517 20,412 24,293 23,644*Source : Custodian Bank
No Securities2006 2007 2008*