Laporan Mortum

20
LAPORAN PRAKTIKUM MORFOLOGI TUMBUHAN “IDENTIFIKASI/DETERMINASI DAN CARA KOLEKSI TUMBUHAN (HERBARIUM)” Disusun oleh: Kelompok I Dwi Fianasari (F05111016) Endang Listiani (F05111017) Ely Savitri (F0511137) Noviana Tanugrah (F0511140) Ari Handoko (F0511141) Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura

Transcript of Laporan Mortum

Page 1: Laporan Mortum

LAPORAN

PRAKTIKUM MORFOLOGI TUMBUHAN

“IDENTIFIKASI/DETERMINASI DAN CARA KOLEKSI TUMBUHAN (HERBARIUM)”

Disusun oleh:

Kelompok I

Dwi Fianasari (F05111016)

Endang Listiani (F05111017)

Ely Savitri (F0511137)

Noviana Tanugrah (F0511140)

Ari Handoko (F0511141)

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tanjungpura

2013

Page 2: Laporan Mortum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Herbarium adalah kumpulan tumbuhan kering yang dipres dan ditempelkan pada lembaran kertas, biasanya kertas manila yang menghasilkan suatu label dan data yang rinci serta disimpan dalam rak-rak atau lemari besi dalam urutan menurut aturan dimana herbarium itu disimpan. Herbarium sangat penting untuk digunakan dalam pekerjaan taksonomi.

Pembuatan herbarium merupakan suatu aktifitas pengawetan tanaman untuk keperluan penelitian lebih lanjut. Fungsi dari herbarium adalah membantu identifikasi tumbuhan lainnya yang sekiranya memiliki persamaan cirri-ciri morfologinya. Dengan kata lain, herbarium merupakan tumbuhan yang diawetkan yang nantinya dapat dijadikan perbandingan dengan tumbuhan yang akan diidentifikasi.

Herbarium memiliki dua jenis yang cukup dikenal yaitu herbarium basah dan herbarium kering. Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Sedangkan herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap terlihat cirri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan perbandingan pada saat determinasi selanjutnya.

Pembuatan herbarium ini dimaksudkan untuk dapat mengidentifikasi tumbuhann yang jarang ditemukan di lingkungan sekitar sehingga apabila ingin mengidentifikasi tidak perlu mencari tumbuhan yang aslinya dan dapat juga digunakan sebagai media pembelajaran dalam menjelaskan morfologi tumbuhan.

B. Tujuan

1. Mengetahui cara mengidentifikasikan jenis tumbuhan dengan menggunakan uji identifikasi

2. Mengetahui cara koleksi contoh jenis tumbuhan (herbarium) secara benar

Page 3: Laporan Mortum

BAB II

DASAR TEORI

Pengertian

Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi.

Fungsi herbarium secara umum antara lain:

1. Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam.

2. Sebagai lembaga dokumentasi; merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain-lain.

3. Sebagai pusat penyimpanan data; ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya (ocw.usu.ac.id/course/...tinggi/4._spesimen_.pdf).

Kegunaan

Material herbarium sangat penting artinya sebagai kelengkapan koleksi untuk kepentingan penelitian dan identifikasi, hal ini dimungkinkan karena pendokumentasian tanaman dengan cara diawetkan dapat bertahan lebih lama, kegunaan herbarium lainnya yaitu sebagai berikut:

1. Material peraga pelajaran botani

2. Material penelitian

3. Alat pembantu identifikasi tanaman

4. Material pertukaran antar herbarium di seluruh dunia

5. Bukti keanekaragaman

6. Spesimen acuan untuk publikasi spesies baru ( http://www.krcibodas.lipi.go.id/ ).

Pembagian Herbarium

Herbarium basah

Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Spesiesmen tumbuhan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang di buat dari komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda (Tjitoseopomo,2005).

Herbarium Kering

Herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan perbandingan pada saat determinasi selanjutnya (Ardiawan,1990).

Page 4: Laporan Mortum

Cara Pembuatan

1. Pengumpulan

Pengumpulan Tumbuhan dilakukan dengan melakukan eksplorasi di lapangan. Selanjutnya masukan tumbuhan Bandotan ( Ageratum conyzoides L. ) yang diperoleh kedalam vasculum, atau dimasukan saja kedalam halaman sebuah buku yang tebal. Ambilah terutama dari bagian tumbuhan yang berbunga atau malahan yang berbuah. Buatlah sedikitnya 2 sampel yang lengkap dari tiap jenis. Bagian dari tumbuhan yang besar sedikitnya panjangnya 30-40 cm dan sedikitnya harus ada satu daun dan satu inflorescencia yang lengkap, kecuali kalau bagiannya yang khusus masih terlalu besar. Lihatlah bagian tumbuhan yang berada dibawah tanah. Sediakan buku untuk mencatat kehususan seperti : warna, bau, bagian dalam tanah, tinggi tempat dari permukaan laut, tempat, banyaknya tanaman tersebut (Steenis, 2003).

2. Mengeringkan

Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) diatur diatas kertas kasar dan kering, yang tidak mengkilat, misalkan kertas Koran. Letakan diantara beberapa halaman yang dobel dan sertakan dalam setiap jenis catatan yang dibuat untuk tanaman tersebut. Juga biasanya digunakan etiket gantung yang diikatkan pada bahan tumbuh-tumbuhan, yang nomornya adalah berhubungan dengan buku catatan lapangan. Tumbuh-tumbuhan yang berdaging tebal, direndam beberapa detik dalam air yang mendidih. Lalu tekanlah secara perlahan-lahan. Gantilah untuk beberapa hari kertas pengering tersebut. Ditempat yang kelembabannya sangat tinggi, dapat dijemur dibawah sinar mata hari atau didekatkan di dekat api (diutamakan dari arang). Tanaman dikatakan kering kalau dirasakan tidak dingin lagi dan juga terasa kaku (Steenis, 2003).

3. Pengawetan

Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)  yang dikeringkan selalu bersifat hygroscopis, akan mudah sekali terserang jamur. Oleh karena itu, usahakanlah penyimpanan herbarium di tempat kering dan jemurlah koleksi tersebut sekali-kali dibawah sinar matahari. Terhadap serangan serangga, yang juga memakan tumbuh-tumbuhayang sangat kering, dapat dipakai bubukan belerang, naphtaline, atau yang lebih baik dapat digunakan paradichloorbenzol (Tjitrosoepomo, 2005).

4. Pembuatan Herbarium

Tempel Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) yang di herbariumkan, kalau dapat pada helaian yang terlepas, sehingga kelak dapat ditempatkan menurut selera yang dikehendaki. Tempelkan nama pada kertas dengan kertas label. Tuliskan diatas kertas herbarium data mengenai tanggal, tempat ditemukan, tempat mereka tumbuh, nama penemu, catatan khusus, nama familia dan nama spesies (Steenis, 2003).

Page 5: Laporan Mortum

BAB IIIMETODOLOGI

A. Waktu dan TempatHari dan tanggal : Jumat,11 Januari 2013Waktu : Pukul 13.00 WIB – 15.00 WIBTempat : Hutan samping Laboratorium Biologi FKIP Untan

B. Alat dan BahanAlat pembuatn sasak:

Parang

Alat pembuatan herbarium: Cutter Gunting Sasak Botol semprot Alat tulis Kunci determinasi

Bahan pembuatan sasak:

Bambu

Tali rafia

Bahan pembuatan herbarium: Tumbuhan hasil pengambilan dari lapangan Kardus Koran Karton Alkohol 70% Tali rafia

C. Cara Kerja1. Tumbuhan hasil pengambilan dilapngan dibersihkan dari kotoran seperti tanah

atau kotoran lainnya2. Tumbuahn diidentifikasi3. Tumbuhan tersebut disemprot menggunakan alkohol 70%4. Tumbuhan di pres menggunakan sasak5. Tumbuhan dikeringkan dengan cara dijemur6. Setelah kering tumbuhan ditempelkan pada karton,di atur posisinya agar

bagian-bagiannya nampak.7. Ditulis keterangan tumbuhan tersebut8. Tumbuhan yang sudah rapi dan diberi keterangan dibungkus dengan plastik

agar tidak rusak.

Page 6: Laporan Mortum

BAB IVPEMBAHASAN SPESIES

Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik (makhluk hidup) jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Mulai dari laut, dataran rendah, sampai di pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka kita perlu cara. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan / pengelompokan).

Pada praktikum ini kami mengamati habitat tumbuhan yang ada dihutan belakang FKIP universitas tanjungpura berbagai macam jenis tumbuhan yang kami temukan namun hanya 5 spesies yang kami ambil untuk kami identifikasi jenisnya, kami mengidentifikasi jenis, genus, famili serta yang lain nya menggunakan buku flora karya van steeniis,1975. Kami menemukan lima spesies yang setelah di identifikasi didapatkan klasifikasi sebagai berikut

1. Spesies pertama

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Ranunculales

Famili: Menispermaceae

Genus: Tinospora

Spesies: T. Crispa

T. Crispa merupakan Tumbuhan liar di hutan, ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar. Biasa ditanam sebagai tumbuhan obat. Menyukai tempat panas, termasuk perdu, memanjat, tinggi batang sampai

2,5m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat rasanya pahit. Daun tunggal, bertangkai, berbentuk seperti jantung atau agak budar telur berujung lancip, panjang 7 – 12 cm, lebar 5 – 10 cm. Bunga kecil, warna hijau muda, berbentuk tandan semu. Diperbanyak dengan stek.spesies ini dapat digunakan untuk mengobati Rheumatic ,arthritis, rheumatik sendi pinggul (sciatica), memar, Demam merangsang nafsu makan, demam kuning dan kencing manis ( martoyo, 2012).

Deskripsi:

Berupa perdu memanjat, tinggi batang sampai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat yang rasanya pahit. Daun tunggal, bertangkai, berbentuk seperti jantung atau agak bundar seperti telur dengan ujung lancip, panjang 7-12 cm, lebar 5-10 cm, bunga kecil, berwarna hijau muda.

Page 7: Laporan Mortum

2. Spesies kedua

Famili : Clusiaceae

Species : Calophyllum inophyllum L.

Lokasi : Hutan FKIP Universitas Tanjungpura

Habitat : Teresterial

Nama umum : Bintangur

Deskripsi :

Pohon, 10-20 m tingginya, bengkok, besar, mengandung dammar. Ranting muda gundul. Tangkai daun 1,5-2,5 cm; helaian daun memanjang sampai eliptis bulat telur terbalik, dengan ujung yangf tumpul, membulat, atau melekuk ke dalam, seperti kulit mengkilat, 10-21 kali 6-11 cm. Bunga berkelamin dua, berbau enak, garis tengah 2-3 cm, dalam tandan yang tumpul berbunga 7-13, jarang dalam ketiak daun yang teratas. Anak tangkai bunga putih. Daun kelopak 4,2 yang terdalam putih. Daun kelopak 4, 2 yang terdalam putih bersih. Daun mahkota 4, putih memanjang, kerap kali tidak beraturan. Benang sari banyak, pada pangkalnya bersatu menjadi 4-6 berkas. Bakal buah kebanyakan merah. Tangkai putik waktu dalam kuncup membengkok, dengan kepala putikk bentuk perisai. Buah batu bentuk bola, garis tengah 2,5-3 cm; kulit biji sangat tebal. Pada pantai yang tidak berawa; lebih kea rah pedalaman kerap kali ditanam sebagai pohon peneduh. Benaga, Ind, Bintangur laut, Ind, Bintangur penaga, Ind, Katuranca, J, S, Nyamplung, J, S, Ind, Md.

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Dilleniidae

Ordo: Theales

Famili: Clusiaceae

Genus: Calophyllum

Spesies: Calophyllum inophyllum L.

Lokasi : Hutan FKIP Universitas Tanjungpura

Habitat: Teresterial

Nama umum : Bintagur

Calophyllum inophyllum L. adalah menengah ke pohon cemara besar yang rata-rata 8-20 m (25-65 ft) tingginya dengan mahkota menyebar luas cabang tidak teratur. Pohon mendukung kanopi padat mengkilap, daun elips, bunga putih harum, dan kacang bulat besar.

Page 8: Laporan Mortum

3. Spesies ketiga

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Dilleniidae

Ordo: Malvales

Famili: Malvaceae (suku kapas-kapasan)

Genus: Urena

Spesies: Urena lobata L.

Merupakan tumbuhan perdu kecil tegak, tinggi 0,5-2 m daun bertangkai atau hampir duduk, berlekuk bersudut menjari bentuk sirip atau tidak, oval melintang sampai memanjang, 1-12 kali 0,5-13 cm dan berambut pada permukaan daun.

Bunga: merah muda atau keunguan, sekitar 1,7 mm dan ditanggung sendiri-sendiri dalam axil daun, atau agak di malai. Kelopak 5, bebas di atas, bawaan bawah dan adnate ke tabung staminal; memotong tabung staminal atau teliti bergigi, kepala sari banyak, Ovarium 5-bersel, cabang stigma 10.

4. Spesies empat

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) 

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Rosidae

Ordo: Polygalales

Famili: Malpighiaceae 

Genus: Galphimia

Spesies: Galphimia gracilis

Deskripsi :

Tanaman perdu. Daun penumpu tertanam dalam tangkai daun, bentuk paku. Daun bertangkai pendek. P 0,3 cm, memanjang dengan pangkal dan ujung runcing. Tepi daun rata, panjang daun 6 cm, lebar daun 2cm. Galphimia gracilis, suatu spesies dalam genus Galphimia dari keluarga Malpighiaceae , adalah asli ke bagian timur Mexico Dalam G. gracilis kelopak jatuh sebagai buah matang, dalam G. glauca kelopak gigih bahkan dalam buah. Dalam G. bunga

Page 9: Laporan Mortum

gracilis banyak dari padat perbungaan terbuka pada satu waktu, dan kelopak (cakar dan tungkai) adalah 8-14 mm panjang dan lebar 4-8 mm, dalam G. brasiliensis hanya 2 atau 3 bunga kecil terbuka pada satu waktu pada perbungaan jarang, dan kelopak hanya 4-5 mm panjang dan 3 mm lebar.

5. Spesies kelima

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Dilleniidae

Ordo: Malvales

Famili: Malvaceae (suku kapas-kapasan)

Genus: Hibiscus

Spesies: Hibiscus tiliaceus L.

Lokasi : Hutan FKIP Universitas Tanjungpura

Habitat: Teresterial

Nama umum : Waru lengis

Deskripsi :

Tumbuhan berupa pohon dengan batang lurus namun dapat juga bengkok. Memiliki akar tunggang dengan percabangan akar yang kecil dan banyak. Daun berupa daun tipis tunggal dengan percabangan menjari dan tepi daun bergerigi. Waru atau baru (Hibiscus tiliaceus, suku kapas-kapasan atau Malvaceae), juga dikenal sebagai waru laut telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Walaupun tajuknya tidak terlalu rimbun, waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Waru dapat diperbanyak dengan distek.

Page 10: Laporan Mortum

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Dari kegiatan praktikum lapangan yang telah dilaksanakan, didapatkan beberapa spesimen tumbuhan yaitu Tinospora Crispa, Calophyllum inophyllum L., Urena lobata L., Galphimia gracilis, dan Hibiscus tiliaceus L.

2. Tinospora Crispa merupakan Tumbuhan liar di hutan, ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan biasa ditanam sebagai tumbuhan obat. termasuk perdu, memanjat, tinggi batang sampai 2,5m.

3. Calophyllum inophyllum L. adalah menengah ke pohon cemara besar yang rata-rata 8-20 m tingginya dengan mahkota menyebar, luas cabang tidak teratur.

4. Urena lobata L. merupakan tumbuhan perdu kecil tegak, tinggi 0,5-2 m, daun bertangkai atau hampir duduk, berlekuk bersudut menjari bentuk sirip atau tidak, oval melintang sampai memanjang, 1-12 kali 0,5-13 cm, dan berambut pada permukaan daun.

5. Galphimia gracilis adalah tanaman perdu, memiliki daun penumpu yang tertanam dalam tangkai daun, bentuk paku, daun bertangkai pendek, memanjang dengan pangkal dan ujung runcing.

6. Hibiscus tiliaceus L. adalah tumbuhan berupa pohon dengan batang lurus namun dapat juga bengkok, memiliki akar tunggang dengan percabangan akar yang kecil dan banyak, daun tipis tunggal dengan percabangan menjari dan tepi daun bergerigi.

B. SARAN

1. Dalam pembuatan herbarium, hendaknya dilakukan sesuai prosedur yang telah dipelajari agar hasil dari herbariumnya seperti yang diinginkan.

2. Dalam pembuatan herbarium kering, sebaiknya tidak dikeringkan terpapar langsung di bawah sinar matahari, sebaiknya ditutup atasnya menggunakan kertas karena struktur yang dihasilkan akan lebih bagus dan wanranya tidak terlalu “gosong”.

3. Saat melakukan identifikasi tanaman, harus teliti dalam menentukan kunci determinasinya agar hasil identifikasi sesuai dengan jenis tanaman yang diidentifikasi.

4. Dalam pembuatan herbarium, baiknya menggunakan tumbuhan dewasa yang sudah lengkap akar, batang, daun, bunga nya agar mempermudah proses identifikasi.

Page 11: Laporan Mortum

5. DAFTAR PUSTAKA

Anonim A. 2010. Herbarium. Diakses dari ocw.usu.ac.id/course/...tinggi/4._spesimen_.pdf. Pada tanggal 18 Januari 2013.

Anonim B . 2011. Pengertian Herbarium . Diakses dari http://www.krcibodas.lipi.go.id.

Martoyo, agus. 2012. Brotowali (Tinospora crispa (L.). (online). http://khasanahherbal.com/tanaman-obat/b/brotowali-tinospora-crispa-l-miers-hen-jin-t-177.html. diakses tanggal 22 januari 2013.

Ardiawan, 2010. Koleksi Membuat Herbarium. Diakses dari http://ardiawan-1990.blogspot.com/2010/10/ koleksi- membuat-herbarium.html. Pada Tanggal 18 Januari 2013.

Steenis, C.G.G.J.Van. 2003. Flora. Cet. 9. Jakarta : PT Pradnya Paramitha.

Tjtrosoepomo, G. 1997. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.