LAPORAN modul3 BLOK15

36
LAPORAN TUTORIAL DAN PLENO SKENARIO BLOK 15 MODUL 3 Gangguan Neurotik dan Gangguan Kepribadian OLEH : KELOMPOK 3

Transcript of LAPORAN modul3 BLOK15

Page 1: LAPORAN modul3  BLOK15

LAPORAN TUTORIAL DAN PLENO SKENARIO

BLOK 15 MODUL 3

Gangguan Neurotik dan Gangguan Kepribadian

OLEH :

KELOMPOK 3

Page 2: LAPORAN modul3  BLOK15

Andria Prima RosyadiKahfi Rakhmadian

Kevin Audrino BudimanHafizhah AbizarRahmi Eka Putri

Fakhrur RozyDwi Putri Lovita

YaumiL Wahyuni Putri Marita Yohannes B.Manik Alifa Tahnia

Yogi Wibowo

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS RIAU

2011

2

Page 3: LAPORAN modul3  BLOK15

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada tim penyusun, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tutorial dan Pleno Modul 3 ini.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kompetensi pada blok

15 dan makalah ini juga sebagai bukti bahwa penyusun telah mengikuti kegiatan tutorial 1 dan tutorial 2.

Laporan ini adalah hasil diskusi kelompok yang kami lakukan pada kegiatan Tutorial 1 dan 2 yang

dibimbing oleh dr.Handayani,MKK.

Laporan ini tidaklah sempurna seperti yang mungkin di harapkan,tetapi kami beharap segala

kesalahan itu dimaklumi dan kami pun akan berusaha memperbaikinya.

Pekanbaru,6 Januari 2012

Kelompok 3

3

Page 4: LAPORAN modul3  BLOK15

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................................. 1

Kata Pengantar................................................................................................................. 2

Daftar Isi.......................................................................................................................... 3

Skenario........................................................................................................................... 4

Mengklarifikasi Terminologi,Konsep dan Kata Kunci........................................................ 5

Menentukan Masalah....................................................................................................... 5 Brainstorming................................................................................................................... 6

Kajian Sistematis ………………………………………………………….................................................. 7

Learning Issues………………………………………………………………………………………………………………. 8

Mengumpulkan Informasi................................................................................................ 9

Daftar Pustaka..................................................................................................................18

4

Page 5: LAPORAN modul3  BLOK15

SKENARIO

Endang, seorang Mahasiswi 19 tahun, datang kerumah sakit dan mengeluh sering sesak nafas sejak SMA. Sebelum ini sering dirawat akibat sesak nafas mendadak. Gejala sessak nafas biasanya timbul setelah berdebat dengan orang tuanya atau saudaranya. Saat gejala itu muncul , endang terbaring kaku dilantai, telapak tangan menggenggam kuat, dan kelopak mata tertutup kuat. Endang anak bungsu dari 6 bersaudara. Jarak endang dengan sodaranya cukup jauh 7 tahun.

Endang sering merasa kesepian dan tidak punya teman curhat selain buku hariannya. Ibu endang bekerja memenuhi kebutuhan keluarga mereka sehari-hari dan kelima kakaknya sudah mencoba belajar mandiri dengan bekerja sambilan. Ayahnya telah menikah lagi sejak endang masih kecil. Endang merasa seperti tidak pernah punya ayah, sebab setiap kali ayahnya datang yang ada hanyalah pertengkaran.

5

Page 6: LAPORAN modul3  BLOK15

1. TERMINOLOGI

Anxietas à kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersona

Psikosomatik à faktor psikologis yang merugikan, mempengaruhi kondisi medis pasien, dapat berupa gangguan mental, gejala psikologis, sifat kepribadian atau gaya mengatasi masalah, dan prilaku kesehatan yang maladaptif

Hypochondria à gangguan dimana seseorang disibukan dengan rasa takut mengalami penyakit serius

Depresi à satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).

2. IDENTIFIKASI MASALAH

Mengapa sesak nafas timbul setelah bertengkar dengan orang tua atau saudaranya?

à perlu diketahui lebih lanjut bagaimana sesak nafas endang à stress dan kecemasan memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien (berasal dari sel mastosit) à kontraksi otot polos dan peningkatan produksi mukus.

• Hubungan gejala dengan kondisi pasien sebagai anak bungsu, jarak jauh dengan saudara dan ayahnya menikah lagi?

à sebagai faktor predisposisi

6

Page 7: LAPORAN modul3  BLOK15

III. PEMBAHASAN MASALAH

DIAGNOSIS BANDING

• 41.1 gangguan anxietas menyeluruh (gejala primer yang tidak terbatas atau menonjol

pada keadaan tertentu)

• 45.33 disfungsi otonomik somatoform sistem pernafasan

• 41.2 gangguan campuran anxietas dan depresif ( gejala-gejala anxietas maupun depresi,

masing-masing gejala tidak menunjukkan gejala yang berat

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

AKSIS I : 41.1 gangguan anxietas menyeluruh

(gejala primer yang tidak terbatas atau menonjol pada keadaan tertentu)

AKSIS II : F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)

AKSIS III : -

7

Page 8: LAPORAN modul3  BLOK15

AKSIS IV : Masalah dengan “primary support group”(keluarga)

AKSIS V : 90-81 gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian

biasa

Penatalaksanaan

Manajemen krisis

Farmakoterapi

Benzodiazepin

Non-benzodiazepin

Psikoterapi

o Terapi kognitif prilaku

o Terapi supportif

o Terapi orientasi tilikan

Prognosis

Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset, durasi gejala dan perkembangan komorbiditas

gangguan cemas dan depresi

kasus : prognosis baik

(jika data tanpa adanya orientasi pasien untuk mencari perhatian melalui keluhan)

IV.LEARNING ISSUES

1.)Definisi & klasifikasi gangguan neurotic dan gangguan kepribadian

2.)Gejala Klinis gangguan neurotic,gangguan somatoform,dan gangguan terkait stress

3.)Manifestasi klinis sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan

factor fisik

4.)Tipe-tipe gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa

5.)Penatalaksanaan penderita gangguan neurotic dan gangguan kepribadian

6.)Rehabilitasi penderita gangguan neurotic dan gangguan kepribadian

8

Page 9: LAPORAN modul3  BLOK15

1. a)Gangguan Neurotik : Suatu gejala fisik / jasmani yang dirasakan berlebihan disertai dengan

gejala

kejiwaan tanpa gangguan afek.

Penyebab : Kepribadian Individu

Jenis-jenis Gangguan Neurotik

a. Gangguan fobik

b. Gangguan panik

c. Gangguan ansietas menyeluruh

d. Gangguan campuran ansietas dan depresi

e. Gangguan Obsesif kompulsif

f. Gangguan penyesuaian

g. Gangguan somatoform

b)Gangguan kepribadian : Pola perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang

benar-benar kaku.Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri

terhadap tuntutan eksternal.

1. Gangguan Kepribadian Paranoid 2. Gangguan Kepribadian Skizoid3. Gangguan Kepribadian Dissosiala4. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil5. Gangguan Kepribadian Histrionik6. Gangguan Kepribadian Anankastik 7. Gangguan Kepribadian Cemas ( Menghindar )8. Gangguan Kepribadian Dependen 

2. Gejala Klinis gangguan neurotic,gangguan somatoform,dan gangguan terkait stress

Adanya keluhan-keluhan yang menetap dan mengganggu berupa meningkatnya rasa lelah

setelah sesuatu kegiatan mental, atau keluhan mengenai kelemahan badan dan kehabisan

tenaga hanya setelah kegiatan ringan saja

o Paling sedikit ada dua dari hal-hal tersebut di bawah ini:o Perasaan sakit dan nyeri otot-ototo Pusing kepalao Sakit kepalao Gangguan tidur

9

Page 10: LAPORAN modul3  BLOK15

o Tidak dapat bersantaio Peka/mudah tersinggung

A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:

1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)

2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)

3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).

4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).

C. Salah satu (1)atau (2):

1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-pura).

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik yang

mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal atau

eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.

C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).

10

Page 11: LAPORAN modul3  BLOK15

D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.

E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan medis.

F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.Sebutkan tipe gejala atau defisit:Dengan gejata atau defisit motorik Dengan gejala atau defisit sensorik Dengan kejang atau konvulsiDengan gambaran campuran

Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis A. Pereokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit serius

didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejalagejala tubuh.B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan

penentraman.

C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan delusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).

D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.

F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.

Sebutkan jika: Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar waktu selama episode berakhir, orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit serius adalah berlebihan atau tidak beralasan. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh

A. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyat.

B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

11

Page 12: LAPORAN modul3  BLOK15

A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis.

B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.

D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).

E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

Tuliskan seperti berikut: Gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis: faktor psikologis dianggap memiliki peranan besar dalam onset, keparahan, eksaserbasi, dan bertahannya nyeri.Sebutkan jika:Akut: durasi kurang dari 6 bulanKronis: durasi 6 bulan atau lebih Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologls maupun kondisi medis umumSebutkan jika:Akut: durasi kurang dari 6 bulanKronis: durasi 6 bulan atau lebihCatatan: yang berikut ini tidak dianggap merupakan gangguan mental dan dimasukkan untuk mempermudah diagnosis banding. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan

A. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhangastrointestinal atau saluran kemih)

B. Salah satu (1)atau (2)

1. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratonium.

C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

D. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.

E. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).

F. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura)

12

Page 13: LAPORAN modul3  BLOK15

3.)Manifestasi klinis sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan factor fisik

I. Gangguan Gastrointestinal a. Ulkus Peptikum

o Merupakan ulserasi pada membran mukosa lambung atau duodenum, berbatas jelas, menemus ke mukosa muskularis dan terjadi di daerah yang terkena asam lambung dan pepsin.

o EtiologiTeori spesifik

o Alexander menghipotesiskan bahwa frustasi kronis dari kebutuhan ketergantungan yang kuat menyebabkan konflik bawah sadar yang spesifik.

o Konflik bawah sadar tersebut menyinggung ketergantungan kuat akan keinginan reseptif-oral untuk disayangi dan dicintai, menyebabkan rasa lapar dan kemarahan bawah sadar yang regresif dan kronis.

o Reaksi dimanifestasikan secara psikologis oleh hiperaktivitas vagal persisten yang menyebabkan hipersekresi asam lambung, yang terutama jelas pada orang yang memiliki predisposisi genetik. Pembentukan ulkus dapat terjadi.

o Faktor genetik dan kerusakan atau penyakit organ yang telah ada sebelumnya (contohnya gastritis)adalah penyebab yang penting.

o Terapi

o Psikoterapi diarahkan pada konflik ketergantungan pasien.

o Biofeedback dan terapi relaksasi berguna.

o Terapi medis dengan cimetidine (Tagamet), ranitidine (Zantac), sucralfate (Carafate), atau famotidine (Pepcid), serta pengendalian diet diindikasikan dalam penatalaksanaan ulkus. Obat antimikrobial pada ulkus akibat H. Pylon.

b. Kolitis Ulseratif

o Penyakit ulseratif inflamatoris kronis pada kolon, biasanya disertai diare berdarah. Insidensi familial dan faktor genetik penting.

o Tipe kepribadian: sifat kepribadian kompulsif yang menonjol. Pasien adalah seorang yang pembersih, tertib, rapi, tepat waktu, hiperintelektual, malumalu, dan terinhibisi dalam mengungkapkan kemarahan.

o EtiologiTeori spesifik:

o Alexander menggambarkan kumpulan konflik spesifik pada kolitis ulseratif yaitu ketidakmampuan untuk memenuhi suatu kewajiban (biasanya tidak patuh) sampai

13

Page 14: LAPORAN modul3  BLOK15

kepada inti ketergantungan. Ketergantungan yang mengalami frustasi menstimulasi perasaan agresif-oral, menyebabkan rasa bersalah dan kecemasan. Menghasilkan pemulihan melalui diare.

o Terapi

o Psikoterapi yang tidak konfrontatif dan suportif diindikasikan pada kolitis ulseratif.

o Terapi medis seperti obat antikolinergik dan antidiare.

c. Obesitas

o Akumulasi lemak berlebihan; berat badan melebihi 20 % berat badan seharusnya.

o Pertimbangan psikosomatik

o Terdapat predisposisi genetik dan faktor perkembangan awal ditemukan pada obesitas masa anak-anak.

o Faktor psikologis penting pada obesitas hiperfagik (makan berlebihan), khususnya pada makan pesta pora.

o Faktor psikodinamika yang diajukan antara lain fiksasi oral, regresi oral, dan penilaian berlebihan terhadap makanan.

o Pasien memiliki riwayat penghindaran terhadap citra tubuh dan kebiasaan awal yang buruk dalam asupan makanan.

o Terapi

o Dikendalikan melalui pembatasan diet dan penurunan asupan kalori.

o Dukungan emosional dan modifikasi perilaku membantu mengatasi kecemasan dan depresi yang berhubungan dengan makan berlebihan dan diet.

d. Anoreksia NervosaPerilaku yang diarahkan untuk:

o Menghilangkan berat badan.

o Pola aneh dalam menangani makanan.

o Penurunan berat badan.

o Rasa takut yang kuat terhadap kenaikan berat badan.

o Gangguan citra tubuh.

o Amenore pada wanita.

II. Gangguan Kardlovaskular a. Penyakit Arteri Koroner

14

Page 15: LAPORAN modul3  BLOK15

o Penurunan aliran darah ke jantung. Ditandai oleh rasa nyeri, tidak nyaman, tekanan pada dada dan jantung secara episodik.

o Biasanya ditimbuikan oleh penggunaan tenaga dan stres.

o Tipe kepribadian

o Flanders Dunbar: pasien penyakit koroner berkepribadian agresifkompulsif, cendenung bekerja dengan waktu panjang, dan untuk meningkatkan kekuasaan.

o Meyer Fiedman dan Ray Rosenman: kepriibadian tipe A dan B.

o Kepribadian tipe A berhubungan kuat dengan penyakit jantung koroner.Orang yang berorientasi tindakan berjuang keras untuk mencapai tujuan dengan cara permusuhan yang kompetitif. Memiliki peningkatan jumlah lipoprotein densitas rendah, kolesterol serum, trigliserida, dan 17- hidroksikolestenol.

o Kepribadian tipe B: santai, kurang agresif, kurang aktif berjuang mencapai tujuannya.

o Terapi: Jika terjadi oklusi koroner, digunakan berbagai medikasi bagi status jantung pasien. Untuk menghilangkan ketegangan psikis, digunakan psikotropika (contoh diazepam / valium). Rasa sakit diobati dengan analgesik (contoh morfin). Terapi medis harus suportif dengan penekanan psikologis untuk menghilangkan stres psikis, kompulsif, dan ketegangan.

b. Hipertensi Esensial

o Tipe kepribadian

o Orang hipertensif tampak dari luar menyeriangkan, patuh, dan kompulsif; walaupun kemarahan mereka tidak diekspresikan secara terbuka, memiliki banyak kekerasan yang terhalangi.

o Predisposisi genetik untuk hipertensi; yaitu bila terjadi stres kronis pada kepribadian kompulsif yang telah merepresi dan menekan kekerasan.

o Terapi: Psikoterapi suportif dan teknik perilaku (contoh: biofeedback, meditasi, terapi relaksasi). Pasien harus patuh dengan regimen medikasi anti hipertensi.

c. Gagal Jantung Kongestif

o Gangguan di mana jantung gagal memompa darah secara normal, menyebabkan kongesti paru dan menurunkan aliran darah jaringan dengan penurunan curah Jantung.

o Faktor psikologis, seperti stres dan konflik emosional nonspesifik, seringkali bermakna dalam mulainya atau eksaserbasi gangguan.

o Psikoterapi suportif penting dalam pengobatannya.

d. Sinkop Vasomotor (Vasodepresor)

15

Page 16: LAPORAN modul3  BLOK15

o Ditandai oleh kehilangan kesadaran (pingsan) secara tiba-tiba yang disebabkan oleh serangan vasovagal.

o Menurut Franz Alexander, rasa khawatir atau takut menghambat impuls untuk berkelahi atau melarikan diri. Dengan demikian menampung darah di anggota gerak bawah, dari vasodilatasi pembuluh darah di dalam tungkai. Reaksi tersebut menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, penurunan pasokan darah ke otak, dan akibatnya hipoksia otak dan kehilangan kesadaran.

o Terapi: Psikoterapi harus digunakan untuk menentukan penyebab ketakutan atau trauma yang berhubungan dengan sinkop

e. Aritmia Jantung

o Aritmia yang potensial membahayakan hidup (seperti palpitasi, takikardi ventrikular, dan fibrilasi ventrikular), kadang-kadang terjadi bersama dengan luapan emosional.

o Juga berhubungan dengan trauma emosional adalah takikardi sinus, perubahan gelombang ST dan gelombang T, peningkatan katekolamin plasma, dan konsentrasi asam lemak bebas.

o Stres emosional tidak spesifik, dan penjelasan kepribadian yang berhubungan dengan gangguan.

o Terapi: Psikoterapi dan obat penghambat beta (propanolol, dll)

f. Fenomena Raynaud

o Sianosis bilateral paroksismal idiopatik pada jail karena kontraksi arteniolan.

o Kontraksi arteniolar seringkali disebabkan oleh stres ekstemal.

o Terapi: dapat diobati dengan psikoterapi suportif, relaksasi progresif, atau biofeedback dengan melindungi tubuh dari dingin dan menggunakan sedatif ringan.

o Merokok harus dihentikan.

g. Jantung Psikogenik Bukan Penyakit

o Pasien menunjukkan keprihatinan morbid tentang jantungnya dan rasa takut akan penyakit jantung yang meningkat.

o Rasa takut dapat timbul dan masalah kecemasan, yang dimanifestasikan oleh fobia atau hipokondriasis parah, sampai keyakinan vaham bahwa mereka menderita penyakit jantung.

o Banyak pasien menderita akibat sindroma yang kurang jelas ini seringkali dinamakan astenia neurosirkulatorik.

o Astenia neurosirkulatonik pertama kali digambarkan tahun 1871 oleh Jacob M. DaCosta, yang menamakannya jantung iritabel (irritable hearth).

16

Page 17: LAPORAN modul3  BLOK15

o Dokter psikiatrik cenderung memandang sebagai varian klinik dari gangguan kecemasan, walaupun tidak ditemukan dalam DSM-IV.

o >Kriteria diagnostik astenia neurosirkulatorik:

o Keluhan pemapasan seperti pemapasan yang resah, tidak dapat menarik napas dalam, tercekik dan tersedak, dan sesak napas.

o Palpitasi, nyeri dada, atau rasa tidak enak.

o Kegugupan, pening, pingsan, atau rasa tidak enak di puncak kepala.

o Kelelahan yang tidak hilang-hilang atau pembatasan aktivitas.

o Keringat berlebihan, insomnia, dan iritabilitas.

o Gejala biasanya mulai pada mulai masa remaja atau pada awal usia 20-an.

o Gejala tertentu adalah dua kali lebih sering pada wanita dan cenderung kronis, dengan eksaserbasi akut rekuren.

o Terapi:

o Penatalaksanaan astenia neurosirkulatorik mungkin sulit. Elemen fobik adalah menonjol.

o Psikoterapi ditujukan untuk mengungkapkan faktor psikodinamik-seringkali menghubungkan dengan permusuhan, impuls seksual yang tidak dapat diterima, ketergantungan, rasa bersalah, dan kecemasan akan mati. Tetapi mungkin efektif pada beberapa kasus, karena beberapa pasien mungkin menghindari bantuan psikiatrik.

o Teknik perilaku lain mungkin berguna. Program latihan fisik ditujukan untuk mengkoreksi kebiasaan pemapasan yang buruk dan secara bertahap meningkatkan toleransi kerja pasien. Program ini dapat dikombinasikan dengan psikoterapi kelompok.

III. Gangguan Pemapasan a. Asma Bronkialis

o Penyakit obstruktif rekuren pada jalan napas bronkial, cenderung berespon terhadap berbagai stimuli dengan konstriksi bronkial, edema, dan sekresi yang berlebihan.

o Faktor genetika, alergik, infeksi, dan stres akut dan kronis berkombinasi untuk menimbulkan penyakit.

o Faktor psikologis: tidak ada tipe kepribadian spesifik yang telah diidentifikasi. Alexander mengajukan faktor konfliktual psikodinamika, karena ia menemukan pada banyak pasien asma adanya harapan yang tidak disadari akan perlindungan dan untuk diselubungi oleh ibu atau pengganti ibu. Tokoh ibu cenderung bersikap melindungi adan cemas secara berlebihan, perfeksionis, berkuaasa, dan menolong. Jika proteksi tersebut tidak didapatkan, serangan asthma terjadi, karena ia menemukan pada banyak pasien asma adanya harapan yang tidak disadari akan perlindungan dan untuk diselubungi oleh ibu atau pengganti ibu. Tokoh ibu cenderung bersikap melindungi adan cemas secara

17

Page 18: LAPORAN modul3  BLOK15

berlebihan, perfeksionis, berkuaasa, dan menolong. Jika proteksi tersebut tidak didapàtkan, serangan asma terjadi.

o Terapi: beberapa pasien asma membaik dengan dipisahkan dan ibu (disebut parentektomi). Semua psikoterapi standar digunakan: individual, kelompok, perilaku(desensitisasi sistematik), dan hipnotik.6,8,9

b. Hay Fever

o Faktor psikologis yang kuatberkombinasi dengan elemen alengi.

o Terapi: faktor psikiatrik, medis, dan alergik harus dipertimbangkan.

c. Sindroma Hiperventilasi

o Pasien hiperventilasi bennapas cepat dan dalam selama beberapa menit, merasa ningan, dan selanjutnya pingsan karena vasokonstriksi serebral dan alkalosis respiratonik.

o Differential diagnosis pada psikiatrik adalah serangan kecemasan, panik, skizofnenia, gangguan kepribadian histnionik, dan keluhan fobik atau obsesif

o Terapi: harus diberikan instruksi atau latihan ulang benhubungan dengan gejala tertentu dan bagaimana gejala tersebut ditimbulkan oleh hiperventilasi, sehingga pasien secana sadar menghindani pencetus gejala. Bemafas ke dalam sebuah kantong dapat menghentikan serangan. Psikoterapi suportif juga diindikasikan.

d. Tuberkulosis

o Onset dan perburukan tubenkulosis seringkali berhubungan dengan stres akutdan kronis.

o Faktor psikologis mempenganuhi sistem kekebalan dan mungkin mempengaruhi dayatahan pasien terhadap penyakit.

o Penanan stres pada insidensi tuberkulosis belum dipelajari secara menyeluruh, tetapi sebagian besan pasien AIDS memiliki komplikasi psikiatrik dan neunologis dan besar kemungkinannya mengalami stres.

o Psikoterapi suportif berguna karena adanya peranan stres dan situasi psikososial yang rumit.

IV. Gangguan Endokrin a. Hipertiroidisme

o Suatu sindroma yang ditandai oieh perubahan biokimiawi danpalkologis yang terjadi sebagai akibat dan kelebihan hormon_tiroid~eñdogen atau eksogen yang kronis.

o Pertimbangan psikosomatik

o Pada orang yang terpredisposisi secara genetik, stres seringkali disentai dengan onset hipertiroidisme.

18

Page 19: LAPORAN modul3  BLOK15

o Menurut teori psikoanalitik, selama masa anak-anak, pasien hipertiroid memiliki penlekatan yang tidak lazim dan ketergantungan pada onangtua, biasanya kepada ibu. Mereka menjadi tidak tahan terhadap ancaman penolakan dani ibu. Sebagai anak-anak, pasien tersebut seringkali memiliki dukungan yang tidak adekuat karena stres ekonomi, perceraian, kematian, atau banyak saudara kandung. Keadaan ml menyebabkan stres awal dan pemakaian benlebihan sistem endoknin dan frustrasi lebih lanjut.Dukungan yang tidak adekuat karena stres ekonomi, perceraian, kematian, atau banyak saudara kandung. Keadaan ml menyebabkan stnes awal dan pemakaian benlebihan sistem endoknin dan frustrasi lebih lanjut.

o Terapi: medikasi antitiroid, tranquilizer, dan psikotenapi suportif.

b. Diabetes Melitus

o Gangguan metabolisme dan sistem vaskular dimanifestasikan gangguan pengaturan giukosa, lemak, dan protein tubuh

o Onset yang mendadak seringkali berhubungan dengan stres emosional, yang mengganggu keseimbangan homeostatik pada pasien yang terpredisposisi.

o Faktor psikologis yang tampaknya penting adalah faktor yang mencetuskan perasaan fnustnasi, kesepian, dan kesedihan.

o Pasien diabetik biasanya mempertahankan kontnol diabetiknya. Jika mengalami depresi atau merasa sedih, mereka seringkaii makan atau ininum benlebihan yang merusak diri sendini, sehingga diabetes menjadi tidak terkendali.

o Terapi: psikotenapi suportif dipenlukan untuk mencapai kerjasama dalam penatalaksanaan medis dani penyakit kompleks. Terapi harus mendorong pasien diabetik untuk menjalani kehidupan senonmal mungkin, dengan menyadari bahwa mereka memiliki penyakit kronis yang dapat ditangani.

c. Gangguan Endokrin Wanita

i. Sindroma pramenstruasi (Premenstrual Syndrome! PMS)

Merupakan gangguan disforik pramenstruasi, ditandai oleh perubahan subjektmfsikiis dalam mood dan rasa kesehatan fisik dan psikologis umum yang berhubungan dengan siklus menstruasi.

Gejala biasanya dimulai segera setelah ovulasi, meningkat secana bertahap, dan mencapai intensitas maksimum kira-kira lima han sebelum menstruasi dimulai.

Faktor psikologis, sosial, dan biologis telah terlibat di dalam patogenesis gangguan.

Perubahan kadar estrogen, progesteron, androgen, dan proiaktin telah dihipotesiskan berperan penting dalam penyebab.

19

Page 20: LAPORAN modul3  BLOK15

Peningkatan prostaglandin tenlibat dalam rasa nyerii yang benhubungan dengan gangguan.

Gangguan disfonik paramenstruasi juga terjadi pada wanita setelah menopause dan setelah histerektomi.

ii. Penderltaan Menopause (Menopause Distress)

Peristiwa fisiologis alami, terjadi setelah tidak ada peniode menstnuasi selama satu tahun. Juga teijadi segera setelah pengangkatan ovarium.

Gejala psikologis tenmasuk kelelahan, kecemasan, ketegangan, labilitas emosional, initabilitas (mudah marah), depresi, dan insomnia.

Tanda dan gejala fisik adalah keringat malam, muka merah, rasa panas (hot flushes)

Faktor psikologis dan psikososial

Wanita yang sebelumnya mengalami kesulitan psikologis, seperti harga diri yang rendah dan kepuasan hidup rendah, kemungkinan rentan terhadap kesulitan selama menopause.

Respon seorang wanita terhadap menopause telah ditemukan sejalan dengan responnya dengan peristiwa kehidupan panting di dalam hidupnya, seperti pubertas dan kehamilan.

Wanita yang tenikat pada banyak melahirkan anak dan aktivitas mengasuh anak paling rentan untuk mendenita selama tahun-tahun menopause.

Permasalahan tentang ketuaan, kehilangan kemampuan metahinkan anak, dan perubahan penampilan dipusatkan pada kepentingan sosial dan simbolik yang melekat pada perubahan fisik menopause.

Penelitian epidemiologis tidak menunjukkan peningkatan gejala gangguan mental atau depresi selama tahun-tahun menopause, dan penelitian tentang keluhan psikologis tidak menemukan adanya frekuensi yang lebih besar pada wanita menopause.

Terapi: gangguan psikologis harus dipeniksa dan diobati tenutama oleh tindakan psikotenapetik dan sosioterapettik yang sesuai. Psikoterapi harus tenmasuk penggalian stadium kehidupan dan anti ketuaan dan reproduksi bagi pasien. Pasien harus didorong untuk menenima menopause sebagai penistiwa kehidupan alami dan untuk mengembangkan aktivitas, ininat, dan kepuasaan baru. Psikoterapi juga harus memperhatikan dinamika keluarga. Sistem pendukung keluarga dan sosial Iainnya jika diperlukan.

iii. Amenore Idiopatik

Hilangnya siklus menstruasi normal pada wanita yang tidak hamil dan pramenopause tanpa adanya kelainan stuktural otak, hipofisis, atau ovarium.

20

Page 21: LAPORAN modul3  BLOK15

Amenore dapat teijadi sebagai salah satu cmi sindroma psikiatrik klinis yang kompleks, seperti anoneksia nervosa dan pseudokiesis.

Fungsi menstruasi yang terganggu (menstruasi yang lebih cepat atau lambat) adalah respons seorang wanita sehat terhadap stres. Stres ringan seperti meninggalkan numah untuk masuk ke perguruan tinggi atau stres berat dapat berpenganuh.

Sebagian besar wanita, siklus menstruasi kembali normal tanpa adanya intervensi medis, walaupun kondisi stres terus berjalan.

Psikoterapi dilakukan untuk alasan psikologis, bukan hanya sebagai nespon terhadap gejala amenone. Jika amenore sukar diobati, psikoterapi dapat membantu memulihkan menstruasi yang teratur.

V. GANGGUAN KULIT a. Pruritus menyeluruh

o lstilah “pruritus psikogenik menyeluruh” (generalized psychogenic pruritis) menyatakan bahwa tidak ada penyebab organik.

o Konflikemosional tampaknya menyebabkan terjadinya gangguan.

o Emosi yang paling sering menyebabkan pruritus psikogenik menyeluruh adalah kemarahan dan kecemasan yang terepresi. Kebutuhan akan perhatian merupakan karakteristik umum pada pasien.

o Menggaruk kulit memberikan kepuasaan pengganti utnuk kebutuhan yang mengalami frustrasi, dan menggaruk mencerminkan agresi yang dibalikkan kepada diri sendiri

4.)Tipe-tipe gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa

1. Gangguan Kepribadian Paranoid

dengan ciri-ciri : Kepekaan berlebihan terjadap kegagalan dan penolakan Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam

Kecurigaan dan kecenderungan mendistorsikan pengalaman dengan menyalah artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan dan penghinaan

Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual situation)

Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan seksual dari pasangannya

Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-referential attitude)

21

Page 22: LAPORAN modul3  BLOK15

Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substatantuf dari suatu peristiwa baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya.

Untuk mendiagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

2. Gangguan Kepribadian Skizoid

ditandai dengan deskripsi berikut : Sedikitnya (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan Emosi dingin, efek mendatar, atau tak peduli (detachment)

Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain

Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman

Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain (perhitungkan usia penderita)

Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri

Preokupasi dengan fantasi dan intropeksi yang berlebihan

Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu

Sangat sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku

Untuk mendiagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

3. Gangguan Kepribadian Dissosiala

deskripsi berikut : Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus-menerus (persistent), serta

tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial

Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya

Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan

Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari hukuman

Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat

Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

22

Page 23: LAPORAN modul3  BLOK15

4. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa

mempertimbangkan konsekuensinya Dua varian yang khas adalah berkaitan denga impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.

5. Gangguan Kepribadian Histrionik

deskripsi sebagai berikut : Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self dramatization) seperti bersandiwara (theariticality) yang

dibesar-besarkan (exaggerated) Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan

Keadaan afektif yang dangkal dan labil

Terus-menerus mencari kegairahan (excitement). Penghargaan (appreation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian

Penampilan atau perilaku ”merangsang” (seductive) yang tidak memadai

Terlalu peduli dengan daya tarik fisik

Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

6. Gangguan Kepribadian Anankastik

ditandai dengan ciri-ciri : Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan; Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (detail), peraturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal;

Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas;

Ketelitian yang berlebihan, terlalu berhati-hati, dan keterikatan yang tidak semestinya pada produktifitas, sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal;

Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial;

Kaku dan keras kepala;

Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu atau keengganan yang tak beralasan untuk mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu;

Mencampur-adukan pikiran dan dorongan yang memaksa dan yang enggan.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

7. Gangguan Kepribadian Cemas ( Menghindar )

dengan ciri ciri : Perasaan tegang dan taku yang menetap dan pervasif

23

Page 24: LAPORAN modul3  BLOK15

Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain

Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi social

Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai

Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik

Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

8. Gangguan Kepribadian Dependen Mendorong dan membiarkan orang lain untuk mengambil sebahagian besar keputusan penting

untuk dirinya Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia bergantung dan

kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka

Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana tempat ia bergantung

Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus diri sendiri

Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengan nya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri

Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.

Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas

5.)Penatalaksanaan penderita gangguan neurotic dan gangguan kepribadian

Anti ansietas : Diazepam 2-5 mg 2 – 3 x sehari. Anti depresan : Amitriptilin 25 mg 2 – 3 x sehari Obat lain

yang diperlukan.

Gangguan somatisasi ditatalaksana dengan ikatan terapeutik, perjanjian teratur, dan intervensi krisis.Penatalaksanaan untuk gangguan konversi adalah sugesti dan persuasi dengan berbagai teknik. Strategi penatalaksanaan pada hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial, dan psikoterapi.Gangguan dismorfik tubuh diterapi dengan ikatan terapeutik, penatalaksanaan stres, psikoterapi, dan pemberian antidepresan.Terapi pada gangguan nyeri mencakup ikatan terapeutik, menentukan kembali tujuan terapi, dan pemberian antidepresan.

Pada dasarnya adalah suportif dan simtomatis; meliputi beberapa aspek antara lain ketrampilan sosial dan komunikasi, orangtua, pendidikan, pekerjaan dan terapi yang lain.

24

Page 25: LAPORAN modul3  BLOK15

Psikoterapi adalah pilihan utama dalam pengobatan depresi. Selain itu pengobatan dengan psikofarmako dengan mengutamakan antidepresan, terutama yang mengandung agen serotonergik seperti sertraline (zoloft 50 mg/hari). Beberapa pasien memberikan respon yang cukup bagus dengan pemberian obat psikostimulan dalam dosis kecil seperti amfetamin 5-15 mg/ hari. Dalam semua kasus harus ada kombinasi kedua hal tadi (Kaplan). Pengobatan lainnya adalah dengan ECT digunakan pada depresi berat, terutama pada penderita psikotik, mengancam melakukan bunuh diri dan penderita yang tidak mau makan.Obat-obatan yang juga bisa digunakan: - Anti depresi Trisiklik- Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)- Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)- Psikostimulan

6.)Rehabilitasi penderita gangguan neurotic dan gangguan kepribadian

Upaya rehabilitasi tersebut menurut Direktorat Kesehatan Jiwa (1985)merupakan proses yang bertahap untuk mengembalikan individu baik hak danfungsinya sebagai warga masyarakat yang mandiri dan berguna. Proses usaha tersebutdiatur melalui tahap kerja sebagai berikut:

Tahap persiapan merupakan serangkaian upaya untuk mempersiapkanrehabilitan agar selanjutnya dapat disalurkan kedalam masyarakat, melalui kegiatan:

1) Seleksi, evaluasi dan uji kerja (work assesment).Seleksi dilakukan atas dasar case conference yang dihadiri oleh masingmasing

anggota team profesi, yang mempertimbangkan hasil evaluasinya

dengan dasar musyawarah menuju suatu kesimpulan untuk membuat suatuprogram yang jelas dan terperinci untuk masing-masing rehabilitan. Hasilseleksi yang berupa program untuk rehabilitan langsung menentukan apakahseorang rehabilitan dapat mengikuti proses rehabilitasi secara lengkap (yaitumengikuti terapi kerja dan latihan kerja atau dipersiapkan ke shelteredworkshop) atau cukup mengikuti terapi kerja saja atau belum dapat diberikanaktivitas dalam unit rehabilitasi, sehingga sementara ditangguhkanrehabilitasinya (masih memerlukan pelayanan medik psikiatrik secaraintensif).

2) Terapi kerja (okupasiterapi/occupational therapy)Atas dasar hasil seleksi, pasien selanjutnya dikirimkan ke Terapi kerja untukdiberi aktivitas terapi sesuai dengan saran dan program hasil seleksi tersebut.Kegiatan yang dilakukan umumnya dan seharusnya dalam waktu yang relatifsingkat, sebaiknya tidak lebih dari dua atau tiga minggu untuk setiap pasien.Tugas pokok petugas terapi kerja adalah membangkitkan aktivitas positifmelalui pekerjaan atau aktivitas lain (diskusi, bermain, relaksasi dan lain-lain)

25

Page 26: LAPORAN modul3  BLOK15

yang bersifat terapeutik dan mengevaluasi perkembangan tingkah laku pasiensecara teratur dan kontinu (dari hari ke hari), terapis dapat memulihkan/meningkatkan kembali daya konsentrasi, kemampuan komunikasi, daya ingat,kemauan dan sebagainya melalui berbagai kegiatan yang sesuai dengan diri pasien.

3) Latihan kerja (vocational training).Rehabilitan yang mengikuti latihan kerja adalah yang telah diseleksi dandiprogramkan untuk mengikuti latihan kerja agar mereka mereka memilikiketerampilan kerja sebagai bekal untuk kembali kemasyarakat sebagai wargayang mandiri dan berguna. Dalam melatih kerja hendaknya tingkat kesukaranpekerjaan tersebut selalu diperhatikan dan disesuaikan dengan kemampuanrehabilitan.

4) Latihan keterampilan sosial (social skills training).Sering disebut sebagai terapi keterampilan sosial (social skills therapy), yaituteknik latihan dengan menggunakan hadiah ekonomi untuk meningkatkankemakmuran sosial, kemampuan memenuhi kebutuhan diri sendiri, latihankomunikasi interpersonal.

b. Tahap Penempatan/PenyaluranSetalah rehabilitan dipersiapkan melalui kegiatan seleksi terapi dan latihankerja, maka selanjutnya adalah penempatan kedalam masyarakat. Usaha penempatanini tidak lain merupakan tujuan akhir upaya rehabilitasi yaitu menyalurkan rehabilitanke masyarakat sebagai warga masyarakat yang mandiri dan berguna. Penempatandapat dilakukan kedalam keluarga atau masyarakat, ke instansi lain sepertiperusahaan atau panti rehabilitasi serta ditempatkan kedalam sheltered workshop.Penyaluran keluarga berfungsi untuk mempertahankan kesehatan rehabilitandan untuk menjaga hubungan antara rehabilitan dengan keluarga atau masyarakatsekitarnya. Sheltered workshop dijalankan bagi rehabilitan yang benar-benar tidak dapat dipulangkan keluarga/masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, B.J., Sadock, V.A, 2007, Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry :Behavioral Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan.Airlangga University

Press : Surabaya Departemen Kesehatan R.I. 1993.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI : Jakarta

26

Page 27: LAPORAN modul3  BLOK15

27