Laporan Modul Batuk

34
SISTEM MUKULOSKELETAL 2011 LAPORAN MODUL 2 “Nyeri ekstremitas” KELOMPOK 12 : 1. Deni Kurniawan 2. Tri widya astuti 3. Dita kunti heru putri 4. M. Diki ardhi 5. Nindita ayu 6. Nunung nuripah 7. Revisca oktavia 8. Reyka pratiwi 9. Risa maulida 10. Suci sukmawati TUTOR : dr. Muchlis FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 1

Transcript of Laporan Modul Batuk

Page 1: Laporan Modul Batuk

SISTEM MUKULOSKELETAL 2011

LAPORAN MODUL 2

“Nyeri ekstremitas”

KELOMPOK 12 :

1. Deni Kurniawan

2. Tri widya astuti

3. Dita kunti heru putri

4. M. Diki ardhi

5. Nindita ayu

6. Nunung nuripah

7. Revisca oktavia

8. Reyka pratiwi

9. Risa maulida

10. Suci sukmawati

TUTOR :

dr. Muchlis

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2012

1

Page 2: Laporan Modul Batuk

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya sehingga laporan tutorial modul batuk ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil tutorial yang telah kami laksanakan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk mengetahui tentang definisi dan mekanisma penyakit dengan gejala batuk

Mohon maaf bila ada kekurangan dalam laporan yang kami buat ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kelompok 12

2

Page 3: Laporan Modul Batuk

PENDAHULUAN

Penyakit-penyakit dengan gejala batuk perlu dicermati dalam penegakan diagnosis, karena umunya gejala-gejala diperlihatkan hampir sama. Ketelitian dalam mengumpulakn gejala-gejala dan pemeriksaan pendukung sangat diperlukan. Untuk diagnosis penyakit-penyakit dengan gejala batuk umumnya digunakan kriteria dari American Collage of Rheumatology (ACR). Bila gejala dan pemeriksaan sudah memenuhi, maka diagnosis dan terapi sudah dapat dilakukan.

Melalui laporan ini, diharapkan kami dapat mengetahui gejala-gejala yang ada. Dan dapat dihubungkan dengan pemeriksaan pendukung yang diperlukan. Kami berharap bisa memecahkan masalah penyakit dengan gejala batuk.

Jakarta, April 2012

3

Page 4: Laporan Modul Batuk

DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................................1

Pendahuluan………………………………………………………………………………...2

Daftar isi……………………………………………………………………………………..3

Pembahasan

Skenario………………………………………………………………………4

Kata kunci………………………………………………..…………………..4

Pertanyaan…………………………………………………………………....4

Tujuan pembelajaran………………………………………………………….5

Pembahasan…………………………………………………………………..5

Kesimpulan…………………………………………………………………………………..21

Daftar pusaka………………………………………………………………………………...22

4

Page 5: Laporan Modul Batuk

A. Skenario

Udin, laki-laki berusia 35 tahun, karyawan swasta, datang ke RS dengan keluhan batuk

berdahak sejak 5 hari yang lalu. Dahak kental kadang berdarah. Pasien juga mengalami demam

sampai mengigil, hidung tersumbat dan berair, disertai keluhan batuk pilek dan sakit tenggorok.

Terkadang juga didapatkan keluhan sesak napas. Pasien tinggal dekat peternakan ayam. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg dan suhu tubuh ketiak 38,8 derajat

celcius.

B. KATA KUNCI

1. Laki – laki, usia 35 tahun

2. Batuk berdahak 5 hari yang lalu

3. Dahak kental kadang berdarah

4. Demam sampai menggigil

5. Hidung tersumbat dan berair

6. Batuk, pilek, dan sakit tenggorok

7. Sesak nafas

8. Tinggal dekat peternakan ayam

9. Tekanan darah 100/60 mmHg

10. Suhu tubuh 38,8 c

C. PERTANYAAN

1. Jelaskan etiologi dari penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk ?

2. Jelaskan epidemiologi penyaki-penyakit respirasi dengan gejala utama batuk ?

3. Sebutkan gejala lain dari masing-masing penyakit dengan keluhan utama batuk ?

4. Jelaskan patomekanisme terjadinya batuk ?

5. Mengapa dahak yang dikeluarkan kental dan kadang berdarah ?

6. Jelaskan sifat-sifat umum virus penyebab pneumonia ?

7. Jelaskan pencegahan penyakit dari gejala utama batuk ?

8. Mengapa suhu, frekuensi nafas, dan tekanan darah berpengaruh terhadap batuk ?

9. Jelaskan bagaimana penatalaksanaan penyakit sesuai skenario ?

5

Page 6: Laporan Modul Batuk

10. Apakah hubungan lingkungan berpengaruh pada penyakit dalam skenario ?

11. . Pemeriksaan penunjang yang bisa membantu diagnosa penyakit pada skenario ?

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang menimbulkan batuk

2. Menjelaskan patomekanisme terjadinya batuk

2.1. Menggambarkan susunan anatomi dari organ-organ respirasi

2.2. Menjelaskan tentang struktur dari fungsi sel-sel dari masing-masing organ

respirasi

2.3. Menjelaskan tentang fisiologi pernafasan dan refleks batuk

3. Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk

4. Menjelaskan etiologi dari penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk

4.1. Menjelaskan tentang morfologi, klasifikasi, sifat-sifat lain, bakteri penyebab

infeksi saluran nafas

5. Menjelaskan gambaran klinik lain yang menyertai batuk pada penyakit sistem respirasi

5.1. Menyebutkan gejala lain dari masing-masing penyakit dengan keluhan utama

batuk

5.2. Menjelaskan pemeriksan-pemeriksaan penunjang yang bisa membantu diagnosa

penyakit dengan gejala batuk

6. Menjelaskan penatalaksanaan yang diberikan pada penderita penyekit-penyakit yang

memberikan keluhan utrama batuk

7. Menjelaskan pencegahan penyakit-penyakit respirasi dengan gejala utama batuk

8. Menjelaskan epidemiologi penyakit-penyakit respirasi dengan gejala utama batuk

6

Page 7: Laporan Modul Batuk

E. PEMBAHASAN

Pneumonia Flu burung bronkiektaksis

1. Laki- laki 35

tahun

+ + +

2. Batuk berdahak

+ + +

3. 5 hari yang lalu

+ - -

4. Dahak kental

kadang

berdarah

+ + +

5. Hidung

tersumbat dan

berair

+ + +

6. Batuk pilek

dan sakit

tenggorok

+ + +

7. Batuk pilek

dan sakit

tenggorok

+ + +

8. Sesak nafas + + +

9. Tinggal dekat

peternakan

ayam

+ + +

10. . Tekanan

darah 100/60

mmHg

+ - -

7

Page 8: Laporan Modul Batuk

11. Suhu tubuh

ketian 38.8oc

+ + +

1. ETIOLOGI PNEUMONIA

Disebabkan oleh berbagai macam, yaitu :

VIRUS

virus influenza

virus RSV (RSV)

Adenovirus

metapneumovirus.

Herpes simplex virus merupakan penyebab pneumonia langka kecuali pada

bayi baru lahir.

Orang dengan sistem kekebalan yang lemah juga berisiko pneumonia yang

disebabkan oleh sitomegalovirus (CMV).

BAKTERI

Gram positif :

Streptococcus pneumoniae

Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae menjadi

penyebab penting pneumonia pada bayi baru lahir

Gram negatif

Hemophilus influenzae

Klebsiella pneumoniae

Escherichia coli

Pseudomonas aeruginosa

Moraxella catarrhalis

Atypical bakteri

Chlamydophila pneumoniae

Mycoplasma pneumoniae

Legionella pneumophila

JAMUR

8

Page 9: Laporan Modul Batuk

Histoplasma capsulatum

blastomyces

Cryptococcus neoformans

Pneumocystis jiroveci

Coccidoide immitis

PARASIT

Toxoplasma gondii

Strongyloides stercoralis

ascariasis

Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah:

1. Peminum alkohol

2. Perokok

3. Penderita diabetes

4. Penderita gagal jantung

5. Penderita penyakit paru obstruktif menahun

6. Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker, penerima organ

cangkokan)

7. Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS). \

2. EPIDEMIOLOGI PNEUMONIA

Survey serologik menunjukkan bahwa kebanyakan anak yang normal pernah terpajan

mikroorganisme nya pada usia 3 sampai 4 tahun. Pada hewan ditularkan melalui udara.

Sedangkan penularan pada manusia ditunjukkan dengan timbulnya ledakan wabah pneumositosis

diantara anak-anak yang keadaannya buruk serta dirawat dipanti asuhan dan pada rumah sakit

9

Page 10: Laporan Modul Batuk

yang merawat pasien yang kekebalannya tertekan. Dari hasil penelitian inkubasi infeksinya

diperkirakan berkisar dari 4 hingga 8 minggu.

Data pneumonia di indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, menunjukkan

prevalensi nasional ISPA 25,5% (16 Provinsi diatas angka nasional), angka kesakitan

(morbiditas) pneumonia bayi 2,2%angka kesakitan (morbiditas) balita 3%, kematian bayi

karena pneumonia (mortalitas) 23,8% atau kematian balita karena pneumonia(mortalitas)

15,5%.

PNEUMONIA VIRAL

Pneumonia viral dapat juga terjadi pada anak-anak dan rasio antara anak-anak dan orang

dewasa yang diserang banyak tergantung pada jenis virusnya. Misalnya respiratory

syncytial virus terbanyak terdapat pada anak balita. Sebaliknya varicella yang menyerang

paru-paru hanya terdapat pada orang dewasa. Demikian pula campak atipik dapat

menyebabkan pneumonia yang erat hubungannya dengan gangguan imunisasi. Influenza

A dapat menyebabkan infeksi saluran nafas pada orang dewasa dan anak-anak tetapi

komplikasi ke paru lebih sering didapat pada orang dewasa.

Pneumonia jauh lebih sering didapat pada musim hujan. Konsentrasi penduduk terutama

mereka yang tinggal diasrama, lebih memungkinkan penyebaran cepat pneumonia viral,

apalagi kalau hubungannya dengan dunia luar terbatas seperti pada latihan angkatan

bersenjata. Dari segi penderita sudah dapat diketrahui bahwa orang dewasa berpenyakit

jantung lebih sering terserang pneumonia virus influenza.

Pada penderita dengan pengobatan imunosupresi dapat ditunjukkan bahwa terdapat

presentase lebih banyak penderita dengan pneumonia virus cytomegalo dibandingkan

dengan orang tanpa pengobatan imunosupresi.

PNEUMONIA LEGIONELLA

10

Page 11: Laporan Modul Batuk

L.Pneumophila sehari-hari hidup dalam air mikroorganisme ini dapat diisolasi dari

tempat tempat persediaan air dan dapat menyebabkan wabah atau penyakit perseorangan

secara sporadis.pada saat ini sudah dilaporkan 363 wabah yang disebabkan

mikroorganisme ini terdapat lebih dari 1000 kasus perseorangan pada center od desease

control departemen kesehatan Amerika Kesehatan.

Risiko untuk mendapatkan penyakit ini lebih tinggi untuk pria dari wanita .faktor lain

yang penting adalah umur diatas50 tahun, penyakit ginjal kronik,diabetes,

bronkitis,penyakit jantung dan kebanyakan merokok serta keadaan imunosupresif. Data

ini berlakun untuk infeksi dengan L.pneumophili.

Hubungan dengan air secara jelas dapat diketahui secara jelas dapat diketahui pada saat

wajah berlangsung dan mikroorganisme ini akan dapat diisolasi dari kran air mandi, alat

pendingin kamar dan menara air.

Masa inkubasi diperkirakan 2 sampai 10 hari dan tidak terdapat penularan antara sesama

manusia.

3. GEJALA DARI MASING-MASING PENYAKIT DENGAN

KELUHAN UTAMA BATUK

Pneumonia

Gejala lain (bakteri)

Demam

Bernafas dengan cepat dan sesak nafas

Gemetar dan menggigil

Nyeri dada ketika batuk atau bernafas

11

Page 12: Laporan Modul Batuk

Detak jantung cepat

Mudah lelah

Mual dan muntah

Diare

Avian Viral Influenza

gejala lain :

Demam

Lemas

Sakit tenggorokan

Sakit kepala

Tidak nafsu makan

Muntah

Nyeri perut

Nyeri sendi

Diare

Infeksi selaput mata

severe respiratory distress

12

Page 13: Laporan Modul Batuk

Bronkiektasis

gejala lain :

Demam berulang

Batuk darah

Sesak nafas (dispnea)

Penurunan berat badan

Lelah

Clubbing fingers

Wheezing

Warna kulit kebiruan

Pucat

Bau mulut

13

Page 14: Laporan Modul Batuk

4. MEKANISME BATUK

Terdiri dari beberapa fase, yaitu :

Fase Iritasi

merupakan fase perangsangan reseptor oleh berbagai stimulus/rangsangan

Fase Inspirasi

fase dimana glotis secara refleks terbuka karena kontraksi akibat adanya inspirasi

singkat dan cepat dari sejumlah besar udara. Pada fase ini volume paru akan

membesar sehingga memperkuat fase ekspirasi dan dapat

menghasilkan menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial

Fase Kompresi

fase dimana glotis menutup selama 0,2 detik tekanan di paru dan abdomen akan

meningkat. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya

dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang

berbeda

Fase Ekspulsif

pada fase ini secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi.

Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada

sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal

5. Warna sputum

Kekuning-kuningan

Hijau

Sputum merah muda + berbusa

Sputum berlendir, lekat dan berwarna abu-abu/putih

Sputum berbau busuk

Sputum mengandung darah

Infeksi

Bronkietaksis

Edema paru akut

14

Page 15: Laporan Modul Batuk

Bronkitis kronik

Karsinoma

Pneumonia, pneumokokus

6. VIRUS PENYEBAB PNEUMONIA

Pneumonia-masyarakat , bila infeksinya terjadi di masyarakat (Streptococcus

pneumoniae Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus

Pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia).

Staphylococcus aureus, Escherechia coli

TIPIKAL DAN ATIPIKAL

- Pneumonia tipik

Disebabkan oleh bakteri yang responsif terhadap pengobatan dengan antibiotik

beta-laktam

- Pneumonia atipik

Tidak responsif dengan antibiotik beta-laktam

Terutama disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae

FASE INFLAMASI

Setela capai alveoli maka kuman menimbulkan respon; 

1. Fase kongesti

Fase ini terjadi pada 4 sampai 12 jam pertama. Dimana pada fase ini eksudasi serosa

masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.

2.  Fase hepatisasi merah

Terjadi reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke

jaringan sekitarnya.

Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi

Ditemukan kuman di alveoli

15

Page 16: Laporan Modul Batuk

Fase ini terjadi 48 jam berikutnya. Paru-paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi

= seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear

mengisi alveoli.

3. Fase hepatisasi kelabu

Deposisi fibrin semakin bertambah

Terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli

Terjadi proses fagositosis yang cepat

Pada fase ini 3 sampai 8 hari. Paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin

mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.

4.  Fase resolusi

Jumlah makrofag meningkat di alveoli

Sel akan mengalami degenerasi

Fibrin menipis

Kuman dan debris menghilang

Fase ini 7 sampai 11 hari, dimana eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh

makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.

7. Pencegahan Penyakit Bronkiektasis

a) Imunisasi campak dan pertusis pada masa kanak-kanak.

b) Vaksin influenza berkala

c) Vaksin pneumokokus

d) Pemberian antibiotik sedini mungkin saat infeksi

e) Pengobatan immunoglobulin pada sindroma kekurangan immunoglobulin

f) Penggunaan anti peradangan yang tepat

g) Menghindari udara yang terpolusi, asap, dan serbuk yang berbahaya

h) Mencegah masuknnya benda asing ke saluran pernapasan

i) Jangan menggunakan tetes minyak atau mineral untuk mulut atau hidung

menjelang tidur

16

Page 17: Laporan Modul Batuk

j) Bronskopi

Pencegahan Bronchopneumonia

a. Mengatur ventilasi ruangan

memperbanyak lubang udara dan usahakan sinar matahari dapat masuk kedalam

rumah agar pertukaran udara baik dan membuka jendela dipagi hari

b. Menjaga kebersihan lingkungan

menjaga ruangan dari debu

membersikan ruangan setiap

menjemur tempat tidur

memberikan pengharum ruangan (yang tidak merangsang dan tidak mengakibatkan

batuk)  

c. Memberi tahu pasien untuk menutup hidung atau menutup mulut bila batuk atau

bersin

8. Mengapa suhu, denyut nadi, frekuensi napas berpengaruh terhadap batuk dan gejala-gejala klinis yang dialami penderita ?

SuhuPaling mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit. Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatuzattoksin/racuntertentu yang dikenal sebagai pirogeneksogen. Denganmasuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan “tentarapertahanantubuh” antara lain berupaleukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit).Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan “senjata” berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnyainterleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat bias keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akanpemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin

17

Page 18: Laporan Modul Batuk

pun berkat bantuan dan campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan mempengaruhi kerja dari thermostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal.Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang “setting” hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau febris

NADIJika suhu tubuh meningkat, tubuh akan memberikan respon untuk mengurangi suhu tersebut dengan cara membuang panas tubuh melalui keringat yang di bawa oleh darah. Maka, pada pembuluh darah akan terjadi vasodilatasi agar volume darah yang menuju jaringan kulit lebihbanyak dari biasanya dan membuang panas yang berlebih bersamaan dengan keringat. Hal itu juga menyebabkan warna kulit akan terlihat merah karena banyaknya darah yang melewati jaringan kulit tersebut.

FREKUENSI NAFASJika terjadi suatu kontriksi padasaluran napas atas, maka akan menyebabkan dispnea atau sesak napas. Pasokan O2 pada tubuh menjadi inadequate sehingga tubuh berusaha memnuhi kebutuhan akan O2 dengan cara melakukan pernapasan cepat, sehingga terjadi suatu kompensasi.

9. Penatalaksanaan PneumoniaKepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.Engram (1998) menyatakan bahwa penatalaksanaan medis umum terdiri dari 1. Farmakoterapi : antibiotik (diberikan secara intravena), ekspektoran, antipiretik dan analgetik.2. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol.3. Fisioterapi dada dengan drainage postural.

Terapi lain yang tidak kalah penting adalah terapi suportif yaitu (1) terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95 – 96% berdasarkan pemeriksaan

18

Page 19: Laporan Modul Batuk

analisis gas darah, (2) humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dan dapat disertai obat bronkodilator untuk mencegah penyempitan saluran nafas (bronkospasme), (3) fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, (4) pengaturan pemberian cairan sehingga tidak berlebihan yang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di paru-paru, (5) pemberia kortikosteroid, (6) pmeberian obat inotropik, (7) penggunaan ventilasi mekanik, (8) drainase empiema bila ada, 9) Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi cukup kalori terutama didapatkan dari lemak (50%), hingga dapat dihindari produksi CO2 yang berlebihan.

Dalam melakukan terapi pada penderita pneumonia, yang perlu diperhatikan antara lain : 1. Perhatikan hidrasi.2. Berikan cairan i.v sekaligus antibiotika bila oral tidak memungkinkan.3. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi ADH juga akan berlebihan.4. Setelah hidrasi cukup, turunkan ccairan i.v 50-60% sesuai kebutuhan.5. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi tergantung dengan keadaan klinis pengukuran pulse oksimetri.6. Pengobatan antibiotik:

Pneumonia yang disebabkan mikroorganisme anaerob dapat diobati dengan klindamisin (300 mg setiap 6 jam atau 450 mg setiap 8 jam selama 7 hingga 10 hari), amoksisilin (500 mg setiap jam) yang dikombinasikan dengan metronidazol (500 mg setiap 6 jam) atau amoksisilin/asam klavulanat (500 mg setiap 8 jam). Metronidazol memiliki aktivitas yang kurang adekuat terhadap kokos gram-positif.

Penderita pneumonia dapat dirawat di rumah, namun bila keadaannya berat penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan yang memadai, seperti cairan intravena bila sangat sesak, oksigen, serta sarana rawat lainnya. Bayi memerlukan perhatian lebih khusus lagi.

Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet. Dosis anak :2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet

Antibiotik pengganti adalah amoksisilin atau ampisilin. Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan eritromisin 500mg 4 x

sehari. Demikian juga bila diduga penyebabnya mikoplasma (batuk kering). Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau brankodilator

(teofilin atau salbutamol). Pada kasus dimana rujukan tidak memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin dan atau

gentamisin. Pada orang dewasa terapi kausal secara empiris adalah penisilin prokain 600.000 –

1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada penderita dengan batuk produktif.

Pengobatan antibiotik:

19

Page 20: Laporan Modul Batuk

a. Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000 unit/kg/hari atau penisilil prokain i.m 600.000 V/kali/hari atau amphisilin 1000 mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 – 10 hari untuk kasus yang tidak terjadi komplikasi

b. Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten terhadap ampisillin.c. Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi ketiga, misal sefatoksim.d. Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P. Aeruginosa umumnya resisten terhadap ampisillin dan derivatnya. Dapat diberi kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari aatu sefalosporin.e. Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk pneumonia karena M. Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi jaringan lebih baik dengan rasio konsentrasi antibiotik di jaringan dibanding plasma lebih tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan compliance dan efficacy. f. Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C. pneumonie in vitro dan mempenetrasi jaringan lebih baik.

10. Pengaruh lingkungan terhadap sistem pernafasan

a. Pencemaran udara dalam rumahAsap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan

konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga akan

memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan

ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar

tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan

karena bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah bersama-sama ibunya

sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.

Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara,

diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis, pneumonia pada anak-anak yang

tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9

bulan dan 6 – 10 tahun.

20

Page 21: Laporan Modul Batuk

b. Ventilasi rumah

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari

ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang

optimum bagi pernapasan.

2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat

pencemar lain dengan cara pengenceran udara.

3. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang

4. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.

5. Mengeluakan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh,

kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.

6. Mendisfungsikan suhu udara secara merata

c. Kepadatan rumah hunian

Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor

829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang

minimal menempati luas rumah 8m². Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat

mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas.

Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam

rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara

kepadatan dan kematian dari bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan

21

Page 22: Laporan Modul Batuk

bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi

pada faktor ini.

11. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Mikrobiologik

b. Pemeriksaan Sputum

c. Darah Perifer Lengkap

d. C-Reactive Protein (CRP)

e. Uji Serologis

12. Diferensial diagnosis

22

Page 23: Laporan Modul Batuk

23

Page 24: Laporan Modul Batuk

Kesimpulan :

Batuk meupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing atau dahak dari saluran nafas

bagian atas dan paru paru. Batuk juga bisa timbul sebagai reaksi atas iritasi pada saluran nafas. Batuk

hanya gejala dari suatu penyakit dan biasanya gejala batuk tidak berdiri sendiri, ada gejala lain yang

menyertainya.

24

Page 25: Laporan Modul Batuk

Daftar pustaka :

Robbins dkk. Bukuajarpatologiedisi 7 volume 2. Hal: 538-544. PenerbitBukuKedokteran;

EGC

Sylvia A.Pricedkk. Patofisiologiedisi 6 vol 2. Hal: 805. PenerbitBukuKedokteran; EGC

Junaidi, iskandar. 2010. Penyakit Paru & Saluran Napas. Jakarta: PT Bhuana Ilmu

Populer.

A.Price, sylvia dkk. 2006. Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Ilmu Penyakit Dalam, jilid 3 Buku Pediatri

Buku Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam , Ed.13 , volume 2 , EGC

Harison. 2002. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 3, PenerbitBukuKedokteran EGC. Jakarta

Editor Aru W.sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi V. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam: jakarta

http://sunuwirawan.blogspot.com/2011/03/laporan-pendahuluan-anak-dengan.html http://dokter-agus.blogspot.com/2011/10/pneumonia.html http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-penyakit/201-pneumonia.html

25

Page 26: Laporan Modul Batuk

26