LAPORAN LAS LSTRIK , GAS DAN MENARA AIR
Click here to load reader
-
Upload
gina-maulidawati -
Category
Documents
-
view
174 -
download
9
description
Transcript of LAPORAN LAS LSTRIK , GAS DAN MENARA AIR
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Proses pemotongan merupakan proses yang paling penting dalam
teknologi produksi yang menggunakan bahan baku logam. Karena dalam
produksinya tidak mungkin dapat memproduksi dengan panjang yang tak
terbatas atau dengan kerumitan tertentu. Maka dari itu dibutuhkan proses
penyambungan, dan salah satunya adalah proses pengelasan.
Pengelasan adalah salah satu proses penyambungan logam dengan
menggunakan kalor atau tanpa pengaruh tekanan. Menyatunya dua logam
ini juga disebabkan oleh ikatan dan gaya tarik menarik antar atomnya.
Pada tahap permulaan dari pengembangan teknologi las biasanya
pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dan reparasi yang
kurang penting. Tetapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang
banyak dan waktu yang lama, makas sekarang penggunaan proses
pengelasan dan penggunaan konstruksi las merupakan hal yang umum di
semua negera di dunia.
Di dalam dunia industri, banyak sekali macam pengelasan yang sering
digunakan, diantaranya adalah las karbit, las listrik, las gesekan, dan las
termit. Namun yang dibahas pada kali ini adalah las karbit dan las listrik.
1.2. TUJUAN
1.2.1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti mata kuliah las pada Laboratorium
Konstruksi ini, Mahasiswa mempunyai wawasan tentang Las Gas
(Asetilin dan Oksigen) dan Las Listrik (Las Busur dengan Elektroda
1
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Terbungkus) untuk baja karbon rendah yang digunakan pada
pekerjaan pengelasan baja bangunan.
1.2.2. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan khusus praktikum Laboratorium Konstruksi III
adalah sebagai berikut:
1. Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu menerapkan
teori pengelasan pada suatu kegiatan pengelasan baja bangunan.
2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis bahan dan peralatan untuk
pelaksanaan pembuatan konstruksi baja.
3. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis sambungan yang
dilaksanakan dengan las.
4. Mahasiswa mengetahui mutu sambungan las yang baik secara
visual.
5. Mahasiswa dapat membuat suatu rangkaian konstruksi baja.
1.3. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Lingkup teori pengelasan baja ini berorientasi pada Las Gas dan Las
Listrik. Pada Las Gas (Asetilin & Oksigen) digunakan untuk pemotongan
baja baik berupa plat maupun profil serta pengelasan baja yang sering
digunakan pada pekerjaan baja bangunan. Untuk pengelasan las listrik disini
busur listrik dibangkitkan oleh mesin las AC & DC biasa.
1.4. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam penyusunan laporan ini digunakan beberapa cara guna mendapatkan
informasi dan data yang diperlukan, yaitu:
1. Praktik langsung di laboratorium.
2
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2. Konsultasi dengan dosen pembimbing.
3. Dilakukannya studi literatur atau kepustakaan untuk mempelajari
referensi baik buku ataupun data produk.
1.5. LOKASI DAN WAKTU KEGIATAN
Praktikum las ini dilaksanakan di Laboratorium Konstruksi Baja
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung selama 2 minggu (29 April
2013 s/d 10 Mei 2013)
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan kerja praktik disusun dengan sistematika pembahasan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan mengenai latar belakang praktikum, tujuan dari
praktikum, ruang lingkup pembahasan, metode pengumpulan data,
dan sistematika pembahasan.
BAB II DASAR TEORI
Menguraikan mengenai dasar teori dari pengelasan yang terdiri
dari las listrik dan las gas.
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Menguraikan mengenai pelaksanaan praktikum job-job pengelasan
pada konstruksi baja.
BAB IV PENUTUP
Menguraikan mengenai kesimpulan dan saran dalam pengelasan
pada konstriksi baja.
3
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
BAB II
DASAR TEORI
2.1 PENGERTIAN LAS
Pengelasan adalah salah satu cara untuk menyambung dua buah
logam atau lebih dengan jalan panas yang dihasilkan dari energi listrik
atau pembakaran gas oksigen dan asetilin (meleburkan) sehingga logam
mencair dan menunggu sampai membeku. Sambungan logam yang banyak
dipergunakan dalam konstruksi baja antara lain :
a). Konstruksi Tower.
b). Konstruksi Jembatan.
c). Konstruksi Bangunan Gedung.
2.2 DASAR TEORI LAS BUSUR LISTRIK
2.2.1 PENGERTIAN SMAW
Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam
dengan menggunakan panas, tenaga panas pada proses pengelasan
diperlukan untuk memanaskan bahan lasan sampai cair/leleh sehingga
bahan las tersambung dengan atau tanpa kawat las sebagai bahan pengisi.
Pengelasan busur listrik adalah cara menggunakan busur listrik
atau percikan bunga api listrik akibat hubungan singkat antara dua kutub
listrik yang terionisasi dengan udara melalui penghantar batang elektroda
yang sekaligus dapat digunakan pula sebagai bahan tambah atau bahan
pengisi dalam pengelasan. Seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini.
4
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Gambar 2.1 Las Busur Listrik
Ada beberapa macam proses las busur listrik berdasarkan elektroda
yang digunakannya, antara lain:
1. Las busur dengan elektroda karbon, misalnya:
a. Las busur dengan elektroda karbon tunggal
b. Las busur dengan elektroda karbon ganda
2. Las busur dengan elektroda logam, misalnya:
a. Las busur dengan elektroda berselaput/ SMAW
b. Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW
c. Las MIG/GMAW
d. Las Submerged
2.2.2 MESIN LAS LISTRIK
Persyaratan dari proses SMAW adalah persediaan yang kontinyu
pada arus listrik, dengan jumlah ampere dan voltage yang cukup baik
kestabilan api las (Arc) akan tetap terjaga.
5
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Gambar 2.2 Skema Proses SMAW
Dimana tenaga listrik yang diperoleh dari welding machine
menurut jenis arus yang dikeluarkannya terdapat 3 jenis machine yaitu:
1. Mesin dengan arus searah (DC)
Pada mesin arus searah (DC) dilengkapi dengan komponen yang
merubah sifat rus bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC) yaitu
generator, karena arus listrik yang dipakai disini bukan berasal dari
baterai, melainkan dari generator listrik.
Gambar 2.3 Mesin Las dengan Arus Searah
6
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2. Mesin dengan arus bolak balik (AC)
Mesin arus bolak balik tidak perlu dilengkapi dengan generator,
tetapi cukup dengan transformator. Karakteristik electric efficiencynya
80-85%
Gambar 2.4 Mesin Las dengan Arus Bolak Balik
3. Mesin dengan kombinasi arus yaitu searah dan bolak balik
Untuk mesin kombinasi AC dan DC dilengkapi dengan
transformator dan rectifier, dimana rectifier ini mempunyai fungsi
untuk meratakan arus.
Gambar 2.5 Mesin Las Kombinasi Arus Searah dan Bolak Balik
7
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2.2.3 ELEKTRODA
Elektroda digunakan sebagai bahan tambah dalam proses
pengelasan. Elektroda tersebut dibuat dari macam-macam logam
seperti logam baja, besi luang, stainless steel, aluminium dan
sebagainya, tergantung dari tujuan dan komposisi dari logam yang
akan di las.
Tabel 2.1 Tabel Spesifikasi Elektroda
Tebal bahan
(mm)
Diameter Elektroda
(mm)
Kekuatan arus
(Ampere)
1
1 - 1,5
1,5 - 2,5
2,5 - 4
4 – 6
6 – 10
10 – 16
> 16
1,5
2
2,6
3,25
4
5
6
8
20 – 35
35 – 60
60 – 100
90 – 150
120 – 180
150 – 220
200 – 300
280 - 400
1. Kuat arus yang dapat menentukan jumlah panasnya tergantung dari :
a. Tebal bahan
b. Ø Elektroda
c. Jenis Elektroda
d. Bentuk dari kampuhnya
e. Posisi pengelasan
8
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2. Elektroda yang akan dipakai seharusnya mampu memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Mampu untuk pengelasan semua posisi
b. Praktis membentuk kampuh las
c. Terak mudah dibuang
d. Titik lebur yang tinggi
e. Sifat-sifat mekanik yang tinggi pada kampuh las
3. Adapun macam-macam elektroda adalah sebagai berikut :
a. Elektroda tidak berselaput
b. Elektroda berselaput
Gambar 2.6 Elektroda Berselaput
Las elektroda berselaput adalah salah satu cara pengelasan yang
banyak digunakan pada konstruksi baja. Cara pengelasan ini digunakan
kawat elektroda logam yang dibungkus dengan fluks. Pelapisan pada
kawat ini dapat dengan cara Destrusi, Semprot atau celup.
Gambar 2.7 Las Listrik dengan Elektroda Berselaput
9
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Dalam gambar 2.7 terlihat bahwa busur listrik terbentuk
diantara logam induk dan ujung elektroda.Karena panas dari busur
ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut mencair dan
kemudian membeku bersama, proses pemindahan logam elektroda
terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan membentuk butir-butir
yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi.
Apabila digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam
cair yang terbawa menjasi halus seperti terlihat pada gambar 2.8 (a),
dan sebaliknya bila arusnya kecil maka butirannya menjadi besar
seperti terlihat pada gambar 2.8 (b).
Gambar 2.8 Butiran Logam Cair Pada Arus Tertentu
Pola pemindahan logam cair seperti diterangkan di atas sangat
mempengaruhi sifat mampu dari logam. Secara umum dapat
dikatakan bahwa logam mempunyai sifat mampu las tinggi bila
pemindahan terjadi dengan butiran yang halus . Sedangkan pola
pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan juga
oleh komposisi dari bahan fluks yang digunakan. Selama proses
pengelasan bahan fluks yang digunakan sebagai pembungkus
elektroda akan mencair dan membentuk terak yang kemudian
menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan dan
bekerja sebagai penghalang oksidasi. Dalam beberapa fluks
10
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
bahannya tidak terbakar, tetapi berubah menjadi gas pelindung dari
logam cair terhadap oksidasi dan menstabilkan busur.
4. Klasifikasi elektroda
Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik
menurut klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan
dengan tanda E xxxxyang artinya sebagai berikut :
E = Menyatakan elektroda
Xx = (dua angka setelah E menyatakan kekuatan tarik deposit
las dalam ribuan Lb/in2 (tabel 2.2)
X = (Angka ketiga) menyatakan posisi pengelasan
Angka 1 untuk pengelasan segala posisi
Angka 2 untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan
X = (Angka keempat) menyatakan jenis selaput dan jenis arus
yang cocok dipakai untuk pengelasan (tabel 2.3)
Tabel 2.2 Kekuatan Tarik Menurut AWS
KlasifikasiKekuatan TarikLb/in2 kg/mm2
E 60 xx
E 70 xx
E 80 xx
E 90 xx
E 100 xx
E 110 xx
E 120 xx
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
110.000
120.000
42
49
56
63
70
77
84
11
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Tabel 2.3 Jenis Selaput dan Pemakaian Arus
Angka keempat Jenis selaput Pemakaian Arus
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Selulosa – Natrium
Selulosa – Kalium
Rutil – Natrium
Rutil – Kalium
Rutil – Serbuk Besi
Kalium – Hidrogen rendah
Kalium – Hidrogen rendah
Serbuk Besi – Oksidasi Besi
Serbuk Besi – Hidrogen rendah
DC +
DC, DC +
AC, DC –
AC, DC –
AC, DC ±
AC, DC ±
AC, DC ±
AC, DC ±
AC, DC ±
2.2.4 BAHAN FLUKS
Di dalam las elektroda selaput fluksi memegang peranan penting
karena fluksi berfungsi sebagai :
1. Penstabil busur dan penyebab kelancaran pemindahan butir-butir
cairan logam.
2. Sumber terak atau gas yang dapat melindungi logam cair terhadap
udara di sekitarnya.
3. Pengatur penggunan.
4. Sumber unsur paduan.
12
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Tabel 2.4 Dibawah ini Beberapa Fluks yang Sering Digunakan dan Sifat-sifat
Utamanya
Keterangan :
= Fungsi Utama ; = Fungsi Tambahan
1. Jenis Oksida Titan atau juga disebut juga Rutil Kalium atau Titania
dan berisi banyak TiO2 di dalamnya . Busur yang dihasilkan oleh
elektroda yang dibungkus oleh fluks jenis ini tidak terlalu kuat,
penetrasi atau penembusan cairan logamnya dangkal dan menghasilkan
manik las yang halus . Karena itu jenis ini baik sekali untuk mengelas
plat- plat baja tipis atau untuk pengelasan terakhir pada pengelasan plat
tebal.
2. Jenis Titania Kapur : Jenis ini disamping berisi Rutil juga
mengandung kapur. Di samping sifat-difat yang dimiliki oleh jenis
oksida titan,jenis ini mempunyai keunggulan lain yaitu kemampuannya
13
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
menghasilkan sifat mekanik yang baik. Walaupun penetrasinya
dangkal masih juga dapat menghasilkan manik las yang agak halus .
Jenis ini sesuai hampir untuk semua posisi terutama posisi tegak dan
posisi atas kepala.
3. Jenis Ilmenit : Jenis ini terletak diantara jenis oksida titan dan jenis
oksida besi. Bahan fluks yang utama adalah ilmenit atau FeTio3.
busur yang dihasilkan agak kuat dan memberikan penetrasi yang
cukup dalam. Derajat kecairan dari terak yang terbentuk cukup tinggi.
Dengan sifat tersebut jenis ini dapat menghasilkan sambungan yang
mempunyai sifat mekanik yang tinggi. Karena sifat-sifatnya yang
dapat mencakup penggunaan yang luas, maka elektroda yang
dibungkus dengan fluks jenis ini dianggap sebagai elektroda serba
guna.
4. Jenis Hidrogen Rendah : Jenis ini kadang-kadang disebut juga
dengan nama jenis kapur,karena bahan utama yang dipergunakan
adalah kapur dan fluorat. Jenis ini menghasilkan sambungan dengan
kadar hydrogen rendah, karena itu kepekaan sambungan terhadap terak
sangat rendah, sehingga ketangguhannya sangat memuaskan. Hal-hal
yang kurang mengunguntungkan adalah busur listriknya kurang stabil,
sehingga butiran-butiran cairan yang dihasilkan agak besar bila
dibandingkan dengan jenis yang lain. Karena itu dalam pelaksanaanya
memerlukan juru las yang sudah berpengalaman dengan jenis flus ini.
Karena fluks ini sangat baik dalam sifat mampu lasnya maka elektroda
dengan jenis ini biasanya digunakan untuk konstruksi-konstruksi yang
memerlukan tingkat pengamanan tinggi seperti konstruksi dengan plat-
plat tebal dan bejana tekan.
5. Jenis Selulosa : Jenis ini berisi kira-kira 30% zat organic yang dapat
menghasilkan gas dengan volume besar yang kemudian melindungi
logam cair. Busurnya kuat dan penembusannya dalam. Terak yang
terbentuk hanya sedikit karena itu amat baik untuk pengelasan tegak
14
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
yang menurun. Karena banyaknya percikan-percikan yang terjadi
maka jenis ini tidak dapat menghasilkan manik las yang halus,karena
itu jenis ini tidak banyak digunakan lagi.
6. Jenis Oksida Besi : Bahan pokok untuk jenis ini adalah oksida besi.
Busur yang dihasilkan terpusatkan dan penetrasinya dalam, Karena itu
jenis ini baik untuk pengelasan sudut horizontal. Walaupun demikian
penggunaan elektroda jenis ini haya sedikit sekali.
7. Jenis Serbuk Besi-Oksida : Bahan utama dari fluks ini meliputi
antara 15 sampai 50% adalah silikat dan serbuk besi. Pemindahan
butir-butir cairan berupa semburan halus dan tidak banyak percikan.
Kecepatan pengisian sangat tinggi karena itu efesiennya juga baik.
Jenis ini banyak sekali digunakan untuk pengelasan sudut pengelasan
sudut.
8. Jenis Serbuk Besi Titania : Jenis ini menimbulkan busurnya yang
sedang dan menghasilkan manik las yang halus. Karena di dalamnya
berisi serbuk besi maka efesiensi pengelasan menjadi tinggi. Elektroda
dengan fluks ini sangat baik untuk pengelasan sudut horizontal.
2.2.5 PARAMETER PENGELASAN
Panjang busur yang dianggap baik lebih kurang sama dengan
elektroda yang dipakai. Untuk besarnya tegangan yang dipakai setiap
posisi pengelasan tidak sama. Misalnya elektroda 3 mm – 6 mm,
mempunyai tegangan 20 – 30 volt pada posisi datar, dan tegangan ini akan
dikurangi antara 2 – 5 volt pada posisi diatas kepala. Kestabilan tegangan
ini sangat menentukan mutu pengelasan dan kestabilan juga dapat
didengar melalui sara selama pengelasan.
Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan, dimana besarnya
arus listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran lasan,
geometri sambungan pengelasan, macam elektroda dan inti elektroda.
15
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Untuk pengelasan pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas
panas yang tinggi diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga
diperlukan tambahan panas. Sedang untuk pengelasan paduan, yang
daerah HAZ-nya dapat mengeras dengan mudah akibat pendinginan yang
terlalu cepat, maka untuk menahan pendinginan ini diberikan masukan
panas yang tinggi yaitu dengan arus pengelasan yang besar. Pengelasan
logam paduan, agar untuk mnghindari terbakarnya unsur-unsur paduan
sebaiknya digunakan arus las yang sekecil mungkin. Juga pada pengelasan
yang kemungkinan dapat terjadi retak panas, misalnya pada pengelasan
baja tahan karat austenitik maka penggunaan panas diusahakan sekecil
mungkin sehingga arus pengelasan harus kecil.
Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk, jenis elektroda,
inti elektroda, geometri sambungan, ketelitian sambungan, agar dapat
mengelas lebih cepat diperlukan arus yang lebih tinggi.
Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik. Sifat busur
listrik pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak balik
(AC). Terdapat dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus, dimana benda
kerja positif dan elektroda negatif (DCEN) dan polaritas balik adalah
sebaliknya. Karakteristik dari polaritas balik yaitu pemindahan logam
yang terjadi dengan cara penyemburan, maka polaritas ini mempunyai
hasil pengelasan lebih dalam dibanding dengan polaritas lurus (DCEN).
Dari keterangan diatas dpat disimpulkan seperti pada tabel dan gambar
dibawah ini.
16
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Gambar 2.9 Karakteristik Pengelasan
Tabel 2.5 Karakteristik Pengelasan
17
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2.2.6 TEKNIK PENGELASAN
Ada dua cara pengelasan busur las, yaitu:
1. Cara goresan
Caranya yaitu dengan menggoreskan ujung elektroda pada
permukaan benda kerja las, kemudian elektroda diangkat sampai ada
jarak sebesar diameter elektroda antara ujung elektroda dan permukaan
benda kerja sehingga terbentuk nyala busur yang stabil.
2. Cara sentuhan
Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda
kerja sehingga menimbulkan busur las, kemudian diangkat sampai
jarak sebesar diameter elektroda.
Setelah terjadi penyalaan, maka selanjutnya dilakukan penarikan.
Penarikan dilakukan dengan menjaga kekonstanan lebar rigi las
sebesar 2 x diameter elektroda. Dengan sudut elektroda terhadap
sumbu mendatar adalah 70o – 80o. Posisi pengelasan dalam las busur
ada 4 yaitu:
a. Dibawah tangan
Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling
mudah dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap
pekerjaan pengelasan sedapat mungkin diusahakan pada posisi di
bawah tangan. Kemiringan elektroda 10o – 20o terhadap garis
vertikal kearah jalan elektroda dan 70o – 80o terhadap benda kerja.
b. Tegak (Vertikal)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah
pengelasannya keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk
pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau
menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan
elektroda sekitar 10o – 20o terhadap vertikal dan 70o – 80o terhadap
benda kerja.
18
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
c. Datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata
dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda
mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring
sekitar 5o – 10o terhadap garis vertikal dan 70o – 80o terhadap benda
kerja.
d. Diatas kepala
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair
banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu
diperlukan perlengkapan yang serba lengka. Mengelas dengan
posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan
kedudukan elektroda sekitar 5o – 20o terhadap garis vertikal dan 75o
– 85o terhadap benda kerja.
2.3 LAS GAS
2.3.1 PENGERTIAN LAS GAS
Las gas adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran
2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam
proses las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen
(O2) dan gas lain sebagai bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang
paling populer dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas
Asetilen (dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2). Gas ini
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain.
Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperatur
nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainnya, baik bila dicampur
dengan udara ataupun oksigen.
19
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Tabel 2.6 Perbandingan Penggunaan Las Oksi Asetilen dan Las Busur
Elektroda Terbungkus
Jenis Las Las Oksi – Asetilin Las Listrik
Besaran
Efesiensi Suhu rendah ( 30000C ) Suhu tinggi ( 60000C)
Sifat mampu Las Kurang baik Baik
Harga peralatan Murah Mahal
Harga bahan las Sama Sama
Keterampilan juru las Sama Sama
Penggunaan Terbatas pada las tipis Luas
Catatan : Pada konstruksi baja bangunan jenis las ini untuk memotong profil dan
plat.
2.3.2 BAHAN BAKAR GAS
1. Asetilin (C2H2)
Asetilena (Nama sistematis : etuna) adalah suatu hidrokarbon yang
tergolong kepala alkuna, dengan rumus C2H2. Asetilena merupakan
alkuna yang paling sederhana, karena hanya terdiri dari dua atom
karbon dan dua atom hidrogen. Pada asetilena, kedua karbon terikat
melalui ikatan rangkap tiga, dan masing-masing atom karbon memiliki
hibridasi orbital sp untuk ikatan sigma. Hal ini menyebabkan keempat
atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus dengan sudut C-C-H
sebesar 180o.
2. Propan
Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas
dalam keadaan normal, tapi dapat dikompersi menjadi cairan yang
mudah dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal. Senyawa ini
siturunkan dari produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi
20
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
atau gas alam. Propana umumnya digunakan sebagai bahan bakar
untuk mesin, barbeque (pemanggang), dan di rumah-rumah.
2.3.3 PERALATAN LAS OKSI ASETILIN
1. Tabung Gas
Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam
kondisi bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari baja, tetapi
sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan
aluminium. Tabung gas tersedia dalam bentuk beragam mulai
berukuran kecil hingga besar.ukuran tabung ini dibuat berbeda karena
disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas
yang ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya
berisi gas okigen, Asetilen atau gas lainnya, dapat dilihat dari kode
warna yang ada pada tabung itu.
Gambar 2.10 Tabung Oksigen
2. Katup Tabung
Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan
katup. Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada
tabung gas oksigen, katup biasanya dibuat dari material kuningan,
21
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material
baja.
3. Regulator
Regulator atau lebih tepat dikatakan katup penutup tekan, dipasang
pada katup tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan
tekanan hingga mencapai tekanan kerja torch. Regulator ini juga
berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses
pengelasan atau pemotongan. Bahkan jika tekanan dalam tabung
menurun, tenaga kerja harus dipertahankan tetap oleh regulator. Pada
regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup
pengaturan tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan
tabung, alat pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas
menuju selang.
Gambar 2.11 Regulator
4. Selang Gas
Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch
digunakan selang gas. Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang
harus mampu menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam
pemakaiannya, selang dibedakan berdasarkan jemis gas yang dialirkan.
22
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Untuk memudahkan bagaimana membedakan selang oksigen dan
selang asetilen maka cukup memperhatikan kode warna pada selang.
Gambar 2.12 Selang Gas
5. Torch
Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch,
tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujung nosel terbentuk nyala
api. Dari keterangan diatas, torch memiliki dua fungsi, yaitu:
a. Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar
b. Sebagai pembentuk nyala api di ujung nosle
Gambar 2.13 Torch
2.3.4 PROSES PENGELASAN OKSI ASETILIN
23
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
1. Menentukan Nyala Api
a. Nyala api karburasi
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang
digunakan maka diantara kerucut dalam dan kerucut luar
akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Diantara
kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat
kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang
panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya karburasi pada logam
cair. Nyala ini banyak digunakan dalm pengelasan logam
monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam
bahan pengerasan permukaan non-ferous
Gambar 2.14 Nyala Api Karburasi
b. Nyala api netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan
asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang
berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarn biru
bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari
udara. Suhu maksimum setinggi 3000 sampai 3500oC
tercapai pada ujung nyala kerucut.
24
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Gambar 2.15 Nyala Api Netral
c. Nyala api oksidasi
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutujan untuk
menghasilkan nyala netral makanyala api menjadi pendek
dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini
akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau
dekarburasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi
ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan
dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan
lainnya.
Gambar 2.16 Nyala Api Oksidasi
2. Teknik Pengelasan
a. Posisi pengelasan dibawah tangan
b. Posisi pengelasan datar (horizontal)
c. Posisi pengelasan tegak (vertikal)
25
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
d. Posisi pengelasan diatas kepala (overhead)
e. Pengelasan arah ke kiri (maju)
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan diamana
nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60o
dan kawat las 30o terhadap benda kerja, sedangkan sudut
melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Caraini
banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan
tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.
f. Pengelasan arah ke kanan (mundur)
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah
pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan
untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.
2.4 CARA PENGGUNAAN
Cara menyalakan :
1. Buka katup botol oksigen dan asetilin
2. Atur tekanan yang diinginkan sesuai dengan tip yang dipakai
3. Buka sedikit katub oksigen pada blander
4. Buka katup asetilin pada blander
5. Nyalakan matches (pemantik) pada ujung tip ( nozzle)
6. Atur katup asetilin dan oksigen sampai pada nyala yang diinginkan
Cara mematikan :
1. Tutup katup asitelin pada blander
2. Tutup katup oksigen pada blander
3. Tutup katup pada botol
4. Buka katup oksigen dan asitelin pada blander untuk membuang gas
sisa yang ada pada slang, sampai monometer regulator semuanya
menunjukan nol.
26
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Catatan :
Pada pembukaan katup pada blander dengan perbandingan 1 : 2,5 yang
mana perbandingan ini 1 oksigen dan 2,5 asitelin. Jangan sekali – kali
membubuhkan oli pad aparat las.
Cara membuka tabung :
Dalam pembukaan katup pada tabung cukup dengan ¼ - ½ putaran.
Gambar 2.17 Cara Membuka tabung
2.5 SUDUT DAN GERAKAN PENGELASAN
2.5.1 SUDUT PENGELASAN
Sudut yang diperkanankan pada arah pengelasan.
1. Dari kiri ke kanan dengan sudut 60° - 70°.
Gambar 2.18 Sudut Pengelasan 60° - 70°.
27
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2. Dari kanan ke kiri dengan sudut 45° - 60°.
Gambar 2.19 Sudut Pengelasan 45° - 60°.
3. Sedang untuk penggunaan bahan tambah dengan sudut 30°. – 40°.
Gambar 2.20 Sudut Pengelasan 30°– 40°.
2.5.2 GERAKAN PENGELASAN
Gerakan las :
1. Gerakan melingkar :
2. Gerakan trapesium :
3. Gerakan lurus :
4. Gerakan zig – zag :
Gambar 2.21 Gerakan Pengelasan
28
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Catatan :
Pengelasan yang paling baik adalah berdasarkan pengalaman, yang mana
pengalaman ini harus ditunjang dengan pengetahuan tentang
pengelasan.Bagi yang sudah lancar, harus banyak latihan, sebab apabila
kita tinggalkan skill yang sudah terbentuk, bisa kaku lagi.
2.6 BENTUK-BENTUK KAMPUH
Bentuk – bentuk Kampuh :
1. Kampuh pengelasan tumpu ( butt joint)
a. Kampuh I
1) Kampuh I tertutup
Digunakan untuk plat yang tipis = 1 s/d 2 mm
Gambar 2.22 Kampuh I Tertutup
2) Kampuh I terbuka
Digunakan untuk plat – plat yang agak tipis.
Gambar 2.23 Kampuh I Terbuka
29
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
b. Kampuh V
Sambungan kampuh V dipergunakan untuk menyambung
logam atau plat yang tebalnya antara 6 – 15 mm, dimana
sambungan ini terdiri dari kampuh terbuka dan kampuh
tertutup.
Gambar 2.24 Kampuh V
c. Kampuh ½ V
Kampuh ½ V dibuat apabila satu bagian yang akan
disambung tidak dapat dibentuk. Kampuh ½ V ada 2 jenis
yaitu terbuka dan tertutup.
Gambar 2.25 Kampuh ½ V
d. Kampuh X
Kampuh ini disebut juga kampuh berganda kampuh v, dipakai
untuk tebal pelat 12 – 45 mm,kampuh X ini ada yang simetris
dan yang tidak simetris.
Kampuh X simetris sering dipakai pada posisi pengelasan
di bawah tangan dan vertikal.
Gambar 2.26 Kampuh X Simetris
30
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Kampuh X tidak simetris banyak digunakan pada posisi di
atas kepala (over head).
Gambar 2.27 Kampuh X Tidak Simetris
e. Kampuh ½ X
Kampuh ½ X disebut juga kampuh K, dipakai untuk tebal plat
12 – 40 mm. Karena kesukaran dalam pengelasan, sering di
las dengan 2 jurus las.
Gambar 2.28 Kampuh ½ X
f. Kampuh U
Kampuh U dipakai untuk sambungan yang menerima beban
berat untuk pelat tebalnya diatas 20 mm. kampuh ini
mempunyai jenis kampuh berbentuk U dan ½ U.
Gambar 2.29 Kampuh U
Gambar 2.30 Kampuh ½ U
31
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2. Sambungan berimpit (lap joint)
Kampuh berimpit ini dilas pada kedua ujungnya.
Dapat dilas :
a. Sekali jalan untuk tebal pelat 3-6 mm
b. Dua kali jalan untuk tebal pelat lebih dari 6 mm
Gambar 2.31 Sambungan Berimpit
3. Sambungan sudut (corner joint)
Sambungan ini banyak dignakan pada pembuatan bak, tangki dan
sebagainya. Pengelasan sekali jalan dan dua kali jalan.
Gambar 2.32 Sambungan Sudut
4. Sambungan T ( T – joint)
Penyambungan dengan kampuh T dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. Sambungan las tanpa sudut, yang digunakan untuk menyambung
pelat / logam konstrusi yang dipakai untuk beban-beban statis atau
beban – beban yang rendah.
32
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Gambar 2.33 Sambungan Las Tanpa Sudut
b. Sambungan las sudut tunggal, untuk pelat yang tebalnya 10-20
mm
Gambar 2.34 Sambungan Las Sudut Tunggal
c. Sambungan las sudut ganda, untuk pelat yang lebih dari 20 mm
tebalnya.
Gambar 2.35 Sambungan Las Sudut Ganda
33
Cara Pengelasan
Pengelasan Cair Pengelasan TekanSolder
Keras/Brazing
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
5. Sambungan tepi (edge joint)
Sambungan tepi ini dapat dikerjakan dalam semua posisi, dan biasanya
digunakan untuk penyambungan konstruksi yang menerima beban
rendah.
Gambar 2.36 Sambungan Tepi
2.7 CARA PENGELASAN
Diagram 2.1 Klasifikasi Cara-cara Pengelasan dan Pemotongan
1. Pengelasan Cair
Pengelasan cair yaitu cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan
sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan
api gas yang terbakar.
2. Pengelasan Tekan
Pengelasan tekan yaitu cara pengelasan di mana sambungan
dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
34
Cara Pengelasan
Pemotongan Gas Pemotongan Busur Listrik
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
3. Pematrian
Pematrian yaitu cara pengelasan di mana sambungan diikat dan
disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik
cair rendah, dan dalam hal ini logam induk tidak ikut mencair.
Diagram 2.2 Cara Pengelasan
1. Pemotongan dengan Gas
Proses ini dilakukan yaitu dengan cara memanaskan permukaan baja
terlebih dulu dengan semburan api oksigen dan asetilin sampai mencapai
suhu antara 800 – 9000C, kemudian gas oksigen tekanan tinggi atau gas
pemotong lainnya disemburkan ke bagian yang dipanaskan tersebut dan
terjadilah proses pembakaran yang membentuk oksida besi. Karena titik
cair oksida besi lebih rendah dari baja, maka oksida tersebut mencair dan
terhembus oleh gas pemotong. Dengan demikian terjadilah proses
pemotongan.
2. Pemotongan dengan Busur Listrik
Las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik adalah termasuk
suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik
sebagai sumber panas. Jenis sambungan dengan las Iistrik ini adalah
merupakan sambungan tetap.
35
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2.8 HAL – HAL YANG BERKAITAN DENGAN PENGELASAN
2.8.1 RETAK LAS
Banyak Jenis retak las yang terjadi pada waktu pengelasan, tetapi
jenis retak las tersebut tidak dibahas disini, tetapi bagaimana usaha untuk
mengatasi keretakan tersebut.
Usaha – usaha untuk mengatasi keretakan pada las antara lain :
1.Sedapat mungkin menggunakan elektroda dengan fluksi yang
mempunyai kadar hydrogen rendah
2.Elektroda – elektroda yang akan digunakan harus bebas dari lembab atau
bisa dipanggang dahulu atau disimpan pada daerah yang tidak lembab
misalnya pada oven.
3.Sebelum mengelas, daerah yang akan di las harus dibersihkan dari air,
karat, debu, minyak dan zat organik yang dapat menjadi sumber
hidrogen.
4.Dilakukan pemanasan mula dengan las oksi – asetilin
5.Menghindari pengelasan pada waktu hujan atau daerah yang berair.
6.Tegangan yang terjadi pada daerah las harus diusahakan serendah
mungkin dengan cara pengelasan yang tepat.
2.8.2 DEFORMASI PENGELASAN
Deformasi pengelasan atau perubahan bentuk yang terjadi dalam
pengelasan tidak hanya mengurangi ketelitian ukuran dan bentuk yang
direncanakan, tetapi akan menurunkan kekuatannya juga. Bila perubahan
ini terjadi, maka untuk meluruskannya kembali diperlukan waktu dan kerja
yang cukup banyak, oleh karena itu sedapat mungkin harus dihindari
dengan menentukan prosedurnya terlebih dahulu sebelum pengelasan
dimulai.
36
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Untuk mengatasi perubahan bentuk tersebut maka dapat dilakukan
beberapa cara sebagai berikut :
1. Mengurangi pemakaian ampere yang terlalu besar sehingga panas
yang terjadi tidak berlebihan.
2. Memilih bentuk kampuh yang sesuai.
3. Melakukan las yang simetri.
4. Dengan menggunakan alat bantu sebagai contoh :
a. Menghidari perubahan bentuk pada las tumpul, di mana bagian plat
yang akan dirakit ditempatkan pada tempat perakitan dan ditahan
dengan baja profil yang diklem, seperti terlihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 2.37 Alat Bantu untuk Mencegah Deformasi Pengelasan pada
Sambungan Tumpul
b. Menghindari perubahan bentuk pada las sudut, las T dengan cara
memberikan perlawanan perubahan bentuk terhadap perubahan
bentuk yang akan terjadi dalam proses pengelasan, seperti terlihat
pada gambar dibawah ini.
37
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Gambar 2.38 Alat Bantu untuk Mencegah Deformasi Pengelasan pada
Sambungan T
2.8.3 MEMPERBAIKI PERUBAHAN BENTUK (PELURUSAN)
Secara garis besar cara memperbaiki perubahan bentuk akibat
pengelasan dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok sebagai berikut:
1. Cara Termal yaitu memperbaiki deformasi (pelurusan) las dengan
cara pemanasan dan pendinginan.
2. Cara Mekanik yaitu memperbaiki deformasi (pelurusan) dengan cara
pengerolan, penekanan, dan pemukulan.
2.8.4 KLASIFIKASI SAMBUNGAN LAS
Sambungan las pada konstruksi baja pada dasarnya dibagi atas :
1. Sambungan Tumpul ( Butt Joint ).
2. Sambungan Lewatan ( Lap joint ).
3. Sambungan T ( T joint ).
4. Sambungan Sudut ( Corner Joint ).
5. Sambungan Tepi ( Edge Joint ).
38
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Gambar 2.39 Sambungan Pengelasan Dasar
Pada gambar di atas terlihat jenis sambungan dasar yang ada pada
konstruksi baja. Dan sebagai pengembangannya sambungan dasar tersebut
yaitu sambungan silang, sambungan dengan penguat, dan sambungan sisi
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.40 Sambungan Dasar
2.8.5 KAMPUH LAS
Kampuh Las atau bentuk alur pada sambungan las harus
berorientasi kepada penurunan masuknya cairan atau penetrasi cairan
logam dan penurunan masukan panas cairan logam supaya didapatkan
39
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
mutu sambungan yang baik. Bentuk alur dan ukuran alur banyak
distandarkan.
1. Sambungan Tumpul
Sambungan tumpul adalah jenis yang paling efesien,sambungan ini ini
dibagi lagi menjadi 2 (dua) yaitu sambungan penetrasi penuh dan
penetrasi sebagian seperti yang terlihat pada tabel 2.7. Bentuk alur
dalam sambungan tumpul sangat mempengaruhi efesiensi pengerjaan,
efesiensi sambungan dan jaminan kekuatan, karena itu maka dalam
pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan pengalaman yang
luas. Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya hanya
meliputi pelaksanaan pengelasan yang sering dilakukan sehingga
khusus bentuk alur harus ditentukan sendiri berdasarkan pengalaman.
Tabel 2.7 Sambungan Tumpul
40
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2. Bentuk T dan Bentuk Silang
Pada kedua sambungan ini secara garis besarnya dibagi dalam 2 (dua)
jenis yaitu jenis las dengan alur dan jenis las sudut. Hal-hal yang
dijelaskan untuk sambungan tumpul di atas juga berlaku untuk
sanbungan jenis ini. Dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali
ada bagian batang yang menghalangi dalam hal ini dapat diatasi
dengan memperbesar sudut alur. Kampuh bentuk T dapat dilihat pada
tabel 2.8.
Tabel 2.8 Sambungan T
3. Sambungan Sudut
Dalam sambungan ini dapat terjadi pennyusutan dalam arah tebal plat
yang dapat menyebabkan terjadinya retak yang menjalar sepanjang
butiran las (retak lamel), hal ini dapat dihindari dengan membuat alur
pada plat tegak seperti yang terlihat dalam tabel 2.9.
41
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Tabel 2.9 Sambungan Sudut/ Corner Joint
4. Las Sambungan Tumpang /Lewatan
Sambungan ini dibagi menjadi 3 jenis seperti yang ditunjukan dalam
tabel 2.10. Sambungan tumpang biasanya dilaksanakan dengan las
sudut. Pada pelaksanannya sambungan ini jarang memakai kampuh.
Tabel 2.10 Sambungan Tumpang
5. Sambungan Sisi
Sambungan ini dibagi menjadi sambungan las dengan alur dan
sambungan as ujung seperti terlihat pada tabel 2.11. Untuk jenis yang
pertama pada platnya harus dibuat alur sedangkan pada jenis kedua
pengelasannya dilakukan pada ujung plat tanpa ada alur Jenis yang
kedua ini biasanya hasilnya kurang memuaskan kecuali bila
pengelasannya dilakukan dalam posisi datar dengan ampere yang
tinggi, karena itu maka jenis ini hanya dipakai untuk pengelasan
tambahan atau sementara pada plat-plat tebal.
42
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Tabel 2.11 Sambungan Sisi
6. Sambungan dengan Plat Penguat
Sambungan ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu sambungan dengan
plat penguat tunggal dan dengan penguat ganda seperti yang
ditunjukan dalam tabel 2.12. Dalam gambar terlihat bahwa sambungan
ini mirip dengan sambungan tumpang.
Tabel 2.12 Sambungan dengan Penguat
2.8.6 KODE GAMBAR DALAM PENGELASAN
Syarat-syarat dalam pengelasan sangat penting bagi kualitas dari
sambungan las,karenaitu syarat-syarat tersebut harus disampaikan dengan
baik dan tepat kepada juru las. Cara yang paling penting adalah
menempatkan tanda-tanda atau kode gambar pada gambar konstruksi.
Kode gambar telah distandarkan oleh AWS (American Welding Society),
43
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
JIS dll. Kode gambar biasanya terdiri dari dua yaitu gambar dasa dan
tanda gambar pelengkap yang keduanya ditempatkan pada garis tanda.
Dan untuk meyakinkan kualitas las kadang-kadang ditambahkan tanda
gambar uji yang menjelaskan jenis pengujian tak merusak yang harus
dilakukan. Pada tabel 2.13 menunjukan contoh standar gambar menurut
JIS.
Tabel 2.13 Kode atau Tanda Dasar Las
Tanda gambar pelengkap digunakan untuk menjelaskan penampakan,
penyelesaian permukaan dan lain sebagainya dari permukaan las secara
tertulis pada garis tanda . Dalam tabel 2.14 ditunjukan tanda gambar
pelengkap menurut JIS. Tanda-tanda dari JIS ini sama dengan tanda
menurut AWS kecuali tanda penyelesaian yang merupakan tambahan.
44
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Tabel 2.14 Tanda-tanda Tambahan
Penempatan dan cara penggambaran tanda pengelasan dalam gambar
harus mengikuti peraturan-peraturan tertentu. Dan di bawah ini beberapa
cara menurut JIS dan AWS.
1. Tanda pengelasan pada dasarnya harus menunjukan macam pengelasan
dari bagian yang disambung, kecuali dalam hal pengelasan pelapisan.
2. Tanda pengelasan harus ditempatkan pada garis tanda lengkap dengan
ukurannya.
3. Garis tanda harus terdiri dari dua garis yaitu garis lurus datar tempat
tanda dan garis penunjuk dengan panah yang menunjukan bagian dari
sambungan dan membuat sudut 600 terhadap garis tempat tanda.
4. Tanda gambar dan ukuran harus ditempatkan sedekat mungkin dengan
garis tanda dan diletakan di bawah garis bila sisi yang dilas adalah sisi
yang ditunjukan oleh panah dan diletakan di atas garis bila yang dilas
adalah sisi sebaliknya.
45
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
5. Tanda-tanda pelengkap untuk pengelasan di lapangan harus diletakan
pada pertemuan dari garis tanda dan garis penunjuk.
6. Pengelasan-pengelasan khusus yang perlu harus ditempatkan pada
ujung akhir tanda.
2.8.7 PROSEDUR PENGELASAN
Prosedur pengelasan adalah sesuatu perencanaan untuk pelaksanaan
pengelasan yang meliputi cara pembuatan konstruksi las yang sesuai
dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang
diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Di dalam produksi terdapat lima
faktor penting sebagai berikut :
1. Manusia ( Man )
2. Mesin ( Machine )
3. Bahan ( Material )
4. Cara ( Metoda )
5. Manajemen ( Management )
Prosedur pengelasan harus menghasilkan pelaksanaan pengelasan
yang semudah-mudahnya. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam
prosedur pengelasan antara lain :
1. Harus diusahakan supaya pelaksanaan pengelasan dapat dikerjakan
dengan posisi yang seharusnya
2. Harus diusahakan agar juru las dapat melihat busur listrik yang terjadi.
3. Harus diusahakan agar pengelasan dapat dilaksanakan dengan posisi
yang mudah.
Untuk menghindari cacat las harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pemilihan bahan.
2. Dalam perencanaan,penghalang atau penahan harus dihindari sejauh
mungkin.
46
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
3. Pemilihan geometri sambungan yang tepat. Sebagai contoh dapt dilihat
pada gambar 2.19 di mana gambar (a) kalau mungkin harus dirubah
geometrinya seperti dalam gambar (b) dan (c).
Gambar 2.41 Contoh Geometri Sambungan yang Kurang Baik dan Yang
Lebih Baik
Seorang perencana yang baik di samping memperhatikan kekuatan
dan mutu dari perencanaannya juga memikirkan agar rencana tersebut
dapat dilaksanakan dengan biaya yang seefesien mungkin. Penurunan
biaya ini dapat dicapai dengan penggunaan bahan yang relatif
murah,pengurangan jumlah bahan dan penyederhanaan konstruksi yang
dapat mengurangi waktu pembuatan. Tetapi hal-hal tersebut biasanya
sukar untuk dilakukan bersama-sama karena satu sama lain saling
bertentangan,misalnya bahan yang murah akan jatuh pada bahan dengan
sifat mampu las yang rendah sehingga untuk memdapatkan mutu
sambungan yang baik perlu proses pengelasan yang lebih mahal. Oleh
karena itu untuk menurunkan biaya harus diadakan pertimbangan yang
menyeluruh dari sudut rencana, prosedur dan harga pasaran bahan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha penurunan biaya
antara lain :
1. Menyederhanakan konstruksi dan mengurangi jumlah batang yang
kurang perlu.
47
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2. Konstruksi harus mudah dirakit.
3. Menggunakan bahan dan konstruksi yang standar.
4. Dengan adanya bahan yang standar maka ketelitian bentuk dapat diatur
pada tahap perakitan.
5. Efesiensi cara pengelasan.
6. Harus dihindari pengelasan dalam dan pengelasan ruang sempit.
7. Harus diusahakan pengelasan dalam posisi datar ( posisi bawah
tangan)
8. Harus diusahakan sekecil mungkin pelurusan akibat proses
pengelasan.
9. Menggunakan cara pengelasan dengan efesiensi yang tinggi.
10. Dihindari pengelasan di lapangan ( bila memungkinkan).
2.9 PERSIAPAN PENGELASAN
Mutu dari pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya
itu sendiri juga sangat tergantung dari persiapannya sebelum pelaksanaan
pengelasan. Karena itu persiapan pengelasan harus mendapat perhatian
dan pengawasan yang sama dengan pelaksanaan pengelasan. Persiapan
umum dalam pengelasan antara lain :
1. Penyedian bahan.
2. Pemilihan atau penyediaan mesin las.
3. Penunjukan juru las.
4. Penentuan alat perakit, dan lain sebagainya.
Dalam persiapan bagian yang akan dilas meliputi beberapa hal antara
lain :
1. Persiapan sisi las
Pada umumnya untuk pengelasan plat dengan tebal sampai dengan 6
mm digunakan alur persegi, untuk tebal plat antara 6 mm - 20 mm
digunakan alur V tunggal dan yang lebih tebal lagi dengan alur V
48
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
ganda atau U tunggaldan ganda. Pembuatan alur-alur las ini dapat
dilakukan secara termal dengan alat pemotong gas atau secara dingin
dengan mesin. Dan di bawah ini suatu contoh syarat-syarat pemotogan
dengan gas seperti terlihat dalam tabel 2.15 (a) dan 2.15 (b).
Tabel 2.15 (a) Pemotongan dengan Manual untuk Baja Tanpa Pemanasan
Mula
Catatan :
i. = Bila panjangnya lebih besar dari 8 meter, tekanan harus dinaikan
ii. = Pekerja yang trampil dapat menggunakan kecepatan lebih tinggi
49
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Tabel 2.15 (b) Pemotongan Otomatik Untuk Baja Tanpa Pemanasan Mula
Catatan :
(1) = Bila panjangnya lebih besar dari 8 meter, tekanan harus dinaikan
(2) = Pekerja yang trampil dapat menggunakan kecepatan lebih tinggi
2. Posisi pengelasan dan alat bantu
Posisi pengelasan yang terbaik dari sudut kualitas sambungan dan
efisiensi pengelasan adalah posisi datar, karena itu dalam menentukan
urutan perakitan, landasan perakitan dan alat perakit harus
mengusahakan menggunakan posisi datar.
Tujuan alat bantu atau alat perakit adalah :
50
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
a. Memungkinkan dominasi pelaksanaan pengelasan pada posisi
datar.
b. Menahan dan menghalangi perubahan bentuk yang terjadi akibat
temperatur pengelasan.
c. Memperbaiki efesiensi dengan memudahkan pelaksanaan
pengelasan atau memudahkan produksi besar-besaran.
Peralatan bantu tersebut misalnya alat-alat pemutar, lat-alat
penjepit dan alat-alat penyetel. Dan dengan adanya alat Bantu atau alat
perakit tersebut dimungkinkan penandaan dan penggunaan las ikat
pada bagian-bagian yang akan dilas ditiadakan.
3. Las ikat dan perakitan
Las ikat yaitu las pendek guna menghubungkan bagian-bagian
yang akan distel. Karena sifatnya sementara maka seringkali las ikat
ini dilaksanakan dengan sembarangan sehingga terjadi retak retak dan
rongga halus yang akhirnya akan menurunkan kualitas lasan, oleh
karena itu las ikat harus dilaksanakan dengan baik oleh juru las.
Sebaiknya las ikat ditempatkan pada tempat-tempat yang nantinya
tidak dilas. Pada gambar 2.20
Gambar 2.42 Panjang dan Jarak Las Ikat
4. Pemeriksaan dan perbaikan alur
Bentuk dan ukuran alur salah satu yang menentukan kualitas lasan,
karena itu pemeriksaan terhadap ketelitian bentuk dan ukurannya harus
juga dilakukan sebelum pengelasan. Dalam hal ini yang penting
51
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
adalah besarnya celah akar yang sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan, kalau celah akar lebih besar dari pada spesifikasi maka
harus diadakan perbaikan seperlunya. Cara perbaikannya tergantung
pada besarnya celah dan jenis sambungannya. Dalam las tumpul
perbaikan celah akar dibagi menjadi tiga seperti ditunjukan dalam
gambar 2.21, bila celahnya kurang dari 6mm, maka perbaikannya
adalah penyempitan alur dengan las isi pada sebelah atau kedua belah
alur yang kemudian diikuti dengan penggerindaan untuk mendapatkan
ukuran yang tepat. Bila celahnya antara 6mm-16mm,maka
pengelasannya harus dilakukan dengan pelat pembantu setebal 6mm
dan bila kesalahannya lebih dari 16 mm maka seluruh bagian atau
sebagian pelat harus diganti.
Dalam hal las sudut cara perbaikan celahnya dapat dilihat pada
gambar 2.22. Celah selebar 1.5 mm atau kurang (gambar a) dapat terus
dilas tanpa perbaikan denganpanjang kaki las sesuai dengan spesifikasi
dan bila celahnya lebih dari 1.5 mm tetapi kurang dari 4.5 mm,
pengelasannya juga dapat diteruskan tanpa perbaikan tetapi panjang
kaki harus lebih dari spesifikasi yang ditentukan (gambar b). Bila
selahnya lebih dari 4.5 mm maka perlu ditambahkan suatu lapisan
pelat (gambar c) atau baian teersebut dipotong (gambar d) sepanjang
30mm atau lebih dan diganti dengan pelat yang baru
Gambar 2.43 Kesalahan Celah Akar dan cara Memperbaikinya dalam Las
Tumpul
52
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Gambar 2.44 Kesalahan Celah Akar dan Cara Memperbaikinya dalam Las
Sudut
5. Pembersihan alur
Kotoran-kotoran seperti karat, terak, minyak, debu air dan lainnya
bila tercampur dengan logam las dapat menimbulkan cacat las yang
dapat membahayakan konstruksi. Karena itu kotoran-kotoran tersebut
harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan dan dalam hal las
berlapis terak yang timbul harus dibersihkan sebik-baiknya. Cara
pembersihan kotoran tersebut ada 2 (dua) macam, yaitu cara mekanik
seperti dengan menggunakan sikat kawat baja, penyemprotan pasir.
Dan cara kedua menggunakan cara kimia seperti aseton, soda api. Di
samping itu digunakan juga cara penyemprotan dengan api pada
daerah yang akan dilas dan daerah sekitarnya dengan tujuan
menguapkan air, membakar minyak dan gemuk, menghembuskan
karat dan terak yang merupakan pelaksanaan pemanasan mula.
2.10 MANAJEMEN DALAM PENGELASAN
Juru las yang terampil dan alat yang baik saja belum dapat menjamin
hasil las yang berkualitas, apabila sarana lainnya tidak dipenuhi.
Manajemen pengelasan alam hal ini harus mengatur beberapa sarana
penting yang dapt mempengaruhi hasil lasan seperti pelaksanaan yang
53
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
aman dan pemeriksaan baik proses maupun kualitas. Hal-hal tersebut
meliputi :
1. Pengamanan Pelaksanaan
Agar pengelasan dapat dilakukan dengan aman, alat-alat
pengamanan harus lengkap dan juru las harus mengerti dan dapat
menggunakan alat pengaman tersebut.
Hal-hal penting adalah :
a. Pemakaian baju kerja yang sesuai dan aman.
b. Pemakaian pelindung dengan baik.
c. Pada pengelasan di tempat yang tinggi harus menggunakan alat
pengaman agar tidak jatuh seperti safety belt.
d. Pengaman terhadap bahaya kebakaran.
Usaha-usaha pengamanan seperti yang telah dibahas sebelumnya.
2. Pengawasan Mutu.
Untuk mendapatkan mutu lasan yang baik perlu adanya
pengawasan pada peralatan yang digunakan, bahan las yang terpilih,
pelaksanaan dan ketrampilan. Secara singkat pengawasan untuk hal-
hal di atas antara lain :
a. Pengawasan Peralatan. Dengan memggunakan alat yang sempurna
akan diperoleh mutu lasan yang baik dan efesiensi kerja yang
tinggi, karena itu diperlukan sistim manajemen yang dapat
menentukan cara-cara pemilihan alat, pembelian alat,peminjaman
alat kepada pekerja dan cara memperbaiki alat yang rusak.
b. Pengawasan Bahan Las. Pengaturan pembelian bahan las baik
dalam jenis maupun dalam jumlah harus menjamin agar selalu
terdapat jumlah persediaan seperti yang telah ditentukan dan yang
sesuai dengan jadual pelaksanaan. Lingkungan tempat
penyimpanan bahan las harus baik sehingga tidak terjadi
penyerapan uap yang akan menurunkan mutu lasan.
54
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
c. Pengawasan Pelaksanaan. Apabila proses pengelasan telah
ditentukan, maka perlu untuk mengadakan pengawasan agar
prosedur pengelasan diikuti sepenuhnya. Untuk mempermudah
pengawasan dan menghindari kesalahan perlu dibuat petunjuk
kerja yang terperinci yang meliputi kondisi pengelasan,
penggunaan alat, pemakaian bahan, prosedur pengerjaan dan cara-
cara mengadakan perbaikan bila terjadi cacat.
d. Pengawasan Keterampilan. Untuk dapat mendapatkan juru las yang
trampil perlu diadakan latihan dan pendidikan. Iap-tiap juru las
harus mempunyai kualitas berdasarkan peraturan yang telah
ditentukan dan pengetahuan tentang pengelasan.
e. Pengawasan Proses. Pengawasan terhadap proses ditunjukan untuk
mempertinggi produktivitas, yang berarti hasil yang baik dengan
cepat dan murah.Pengawasan proses meliputi pengawasan dan
pengaturan tempat, pengaturan pekerja, pengaturan bahan dan
peralatan lainnya.
2.11 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM
PENGELASAN
Dalam bekerja faktor yang paling utama adalah memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja, baik terhadap pekerja itu sendiri maupun
terhadap lingkungan. Penyebab utama kecelakaan pada umumnya
disebabkan karena kurangnya kehati-hatian,cara pemakaian alat yang
salah, pemakaian pelindung yang kurang baik dan kesalahan lainnya.
Untuk menghindari kecelakaan tersebut perlu pengetahuan tertentu dan
mengetahui tindakan-tindakan apa yang harus diambil, dan di bawah ini
beberapa sumber kecelakaan dan bagaimana cara menghindarinya.
55
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2.11.1 KECELAKAAN KARENA CAHAYA, SINAR DAN CARA
PENCEGAHANNYA
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat
membahayakan juru las dan pekerja yang ada di sekitar pengelasan.
Cahaya tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat/tampak, sinar
ultraviolet dan sinar infra merah. Karena hal ini maka pencegahan
terhadap bahaya dari cahaya harus dipersyaratkan.
1. Sinar Ultraviolet.
Sinar Ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah
terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh besar terhadap reaksi
kimia yang terjadi di dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet terserap oleh
lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu, maka mata akan terasa
seakan-akan ada benda asing di dalamnya dan dalam waktu antara 6
sampai 12 jam mata akan menjadi sakit sekitar 6 sampai 24 jam. Pada
umumnya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam.
2. Cahaya Tanpak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh
lensa dan kornea ke retina mata, bila cahaya ini terlalu kuat maka mata
akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama akan menjadi sakit.
Rasa lelah dan sakit ini sifatnya sementara.
3. Sinar Inframerah
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata,karena itu
sinar ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak telihat dan tidak
terasa. Pengaruh sinar inframerah terhadap mata sama dengan
pengaruh panas,yaitu menyebabkan pembengkakan pada kelopak
mata, terjadinya penyakit kornea mata dan terjadinya kerabunan.
56
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Maka akibat dari sinar inframerah jauh lebih berbahaya dari pada
kedua cahaya yang lainnya.
Cara Pencegahan :
1. Memakai pelindung mata
Pelindung mata atau gogel harus mampu menurunkan kekuatan
pancaran cahaya tampak dan harus dapat menyerap atau melindungi
mata dari pancaran sinar ultraviolet dan inframerah. Untuk keperluan
ini maka pelindung mata harus mempunyai warna tranmisi tertentu,
misalnya waran abu-abu,cokelat atau hijau. Dan di bawah ini
standarisasi penggunaan pelindung mata berdasarkan standar Jepang
(JIS T8141-1970) seperti yang ditunjukkan dalam tabel 2.16.
Tabel 2.16 Kriteria untuk Penggunaan Google
Hal –hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih google
yaitu :
a. Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya
tampak.
57
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
b. Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya.
c. Harus mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata.
d. Harus tahan lama dan mempunyai sifat yang tidak mudah berubah.
e. Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai.
2. Memakai pelindung muka.
Pelindung muka dipakai untuk melindungi seluruh muka
terhadap kebakaran kulit akibat dari cahaya busur, percikan dan yang
lainnya. Bentuk dari pelindung muka bermacam-macam,misalnya
berbentuk helmet dan pelindung yang memakai pemegang seperti
yang terlihat pada gambar 2.45 a dan 2.45 b.
Gambar 2.45 (a) Pelindung Muka (Topeng Las)
Gambar 2.45 (b) Pelindung Mata
3. Pelindung lainnya
Untuk melindungi pekerja lainnya biasanya tempat mengelas di
dalam bengkel harus dipisahkan dari tempat pekerjaan lainnya. Bila
pengelasan dilakukan di tempat berpindah-pindah, maka harus
digunakan tabir pelindung mata
2.11.2 KECELAKAAN KARENA LISTRIK
58
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Banyak sekali kecelakaan yang ditimbulkan oleh aliran listrik dan
akibatnya bisa menimbulkan kematian, oleh karena itu bila bekerja
menggunakan listrik kita harus hati-hati. Besarnya kejutan yang
ditimbulkan oleh listrik tergantung pada besarnya arus dan kondisi badan
orang yang terkena listrik tersebut.
Tingkat kejutan dan hubungannya dengan besar arus adalah sebagai
berikut :
1. Arus 1 mA hanya menimbulkan kejutan yang kecil saja dan relatif
tidak membahayakan.
2. Arus 5 mA akan memberikan reaksi yang cukup tinggi pada otot dan
menimbulkan rasa sakit.
3. Arus 10 mA akan menimbulkan rasa sakit yang hebat.
4. Arus 20 mA akan menyebabkan terjadinya pengerutan pada otot,
sehingga orang yang terkena tidak bisa dirinya tanpa bantuan orang
lain.
5. Arus 50 mA sudah sangat berbahaya.
6. Arus 100 mA akan mengakibatkan kematian.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang ditimbulkan oleh listrik
perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Juru las harus memakai sarung tangan , sepatu yang berisolator (sepatu
karet atau kulit) dan memakai pakaian kerja. Bila berkeringat harus
dikeringkan dulu memakai lap.
2. Mesin las harus dilengkapi alat penurun tegangan.
3. Harus menggunakan kabel dan pemegang elektroda yang berisolator
baik.
4. Pemegang elektroda harus diletakkan atau digantungkan pada tempat
yang aman bila tidak sedang dipakai.
5. Penggantian elektroda harus dilakukan dengan hati-hati.
59
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
6. Dalam keadaan istirahat atau tidak sedang dipakai mengelas mesin las
harus dimatikan.
Pemegang elektroda harus seluruhnya tertutup oleh isolator kecuali
pada bagian yang berhubungan dengan elektroda. Pemegang elektroda
berisolasi biasanya dikelas-kelaskan berdasarkan garis tengah elektroda
yang boleh digunakan,dan pada tabel 2.17 dituliskan klasifikasi pemegang
elektroda berdasarkan JIS C9302-76 dan gambar 2.46 contoh elektroda
berisolator.
Tabel 2.17. Klasifikasi pemegang elektroda berdasarkan JIS C9302-1976
Klasifikasi
Penggunaan
Diameter
Elektroda
(mm)
Luas
Penampang
Kabel yang
digunakan
(mm)
Arus Las
(Amper)
Tegangan
Busur
(Volt)
No.100
No.200
No.300
No.400
No.500
100
200
300
400
500
25
30
30
30
30
1.2-3.2
2.0-5.0
3.2-6.4
4.0-8.0
8.0-9.0
22
38
50
60
80
Gambar 2.46 Holder Elektroda Berisolator
Dan kecelakaan lainnya disebabkan oleh kerusakan isolasi kabel.
Kerusakan ini biasanya ditimbulkan oleh alat-alat atau benda-benda yang
ada dalam tempat mengelas atau karena pemakaian arus yang berlebihan
60
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
sehingga timbul panas pada kabel, dan untuk menghindari hal ini maka
tempat mengelas harus teratur dan menggunakan kabel yang sesuai.
2.11.3 PELINDUNG PERNAPASAN
Untuk mengatasi debu asap dan gas pada waktu pengelasan
berlangsung, diperlukan ventilasi yang baik agar di dalam ruang kerja
tetap bersih. Dan apabila pembersih udara dengan ventilasi tidak ada,
sehingga diperkirakan dapat membahayakan pekerja maka pekerja–pekerja
di tempat las diharapkan memakai alat pernapasan pelindung gas dan
debu.
Alat pernapasan pelindung debu harus memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan dan dalam pemilihannya harus diperhatikan hal – hal
sebagai berikut:
a. Harus mempunyai daya tampung yang tinggi.
b. Sesuai dengan bentuk muka.
c. Tidak mengganggu pernapasan.
d. Tidak menggangu pekerjaan.
e. Kuat, ringan dan mudah dirawat.
Di bawah ini diperlihatkan 3(tiga) jenis alat, pada gambar 2.47 a dan
2.47 b adalah alat pernapasan pelindung debu (jenis langsung dan jenis
terpisah), gambar 2.47 c memperlihatkan alat pernapasan pelindung racun
yang biasanya dipakai untuk mengelas di tempat tertutup seperti tangki
atau terowongan
Gambar 2.47 (a) Alat Pernapasan Pelindung Debu (Jenis Langsung)
61
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Gambar 2.47 (b) Alat Pernapasan Pelindung Debu (Jenis Terpisah)
Gambar 2.47 (c) Alat Pernapasan Pelindung Racun
2.11.4 BAHAYA PERCIKAN DAN TERAK LAS
1. Pelindung mata
Selama mengelas relatif tidak terjadi kecelakaan karena percikan
dan terak las,sebab orang yang mengelas memakai gogel. Tetapi
pada waktu pembersihan hasil lasanyaitu percikan dan terak las
dapat dan sering masuk ke mata yang dapat menimbulkan
pembengkakan. Karena hal itu maka selama pembersihan pekerja
harus memakai pelindung mata seperti terlihat pada gambar 2.48 a
dan 2.48 b.
62
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Gambar 2.48 (a) Kacamata Pelindung Samping
Gambar 2.48 (b) Kacamata dengan Bentuk Google
2. Pelindung kulit
Untuk pelindung kulit digunakan sarung tangan dan baju las
atau apron seperti terlihat pada gambar 2.49 a dan 2.49 b.
Gambar 2.49 (a) Pelindung Dada/Apron
Gambar 2.49 (b) Sarung Tangan
3. Bahaya jatuh
63
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Bila pekerjaan pengelasan dilakukan di tempat yang tinggi
misalnya pengelasan untuk gedung bertingkat atau yang lainnya,
akan selalu ada bahaya jatuh atau kejatuhan. Bahaya ini dapat
menimbulkan luka-luka berat atau kematian, karena itu usaha
pencegahannya harus betul-betul diperhatikan. Untuk menghindari
bahaya tersebut harus diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
2 Pekerja di tempat tinggi harus memakai tali pengaman (safety
belt).
3 Semua pekerja harus memakai topi pengaman untuk melindungi
kepala terhadap bahaya terjatuh atau kejatuhan.
4 Harus ada fasilitas lain misalnya tangga dan alat bantu lainnya.
5 Alat dan bahan yang digunakan pada pekerjaan di tempat yang
tinggi harus diikat atau diletakkan di tempat yang aman.
6 Tidak membebani pelataran kerja melebihi batas kemampuan
yang diijinkan.
2.11.5 HAL-HAL LAINNYA YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Jangan mempergunakan rokok untuk menyalakan las gas.
2. Hati – hati ketika menyalakan pembakar las gas jangan sampai
ditujukan pada orang lain.
3. Jangan menyimpan pemantik api las di tempat yang mudah dijangkau
oleh api las.
4. Jangan menggantungkan pembakar (brander las) yang menyala pada
tabung gas.
5. Pakailah tang jepit atau alat lainnya untuk memindahkan benda kerja
yang masih panas.
6. Bila las gas sudah tidak dipakai untuk pengelasan maka tutuplah katup
tabung dan buanglah sisa gas yang masih ada pada saluran slang.
64
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
7. Pada waktu memindahkan /mengangkat tabung gas jangan sampai
terjatuh dan gunakan kereta dorong untuk mempermudah
pengangkutan. Serta ikatlah tabung gas pada waktu pengangkutan
maupun pada waktu disimpan.
8. Bila terpaksa memindahkan tabung gas dengan jarak yang cukup jauh
maka bukalah lebih dulu regulatornya supaya tidak terjadi kerusakan.
9. Bila terpaksa mengelas atau memotong logam dengan las gas di atas
lantai lindungilah lantai tersebut dengan papan yang dilapisi asbes dan
tampunglah sisa-sisa pembakaran dengan bak logam berpasir.
10. Pada waktu mengelas atau memotong logam dengan las gas akan
terjadi beberapa hal seperti : nyala balik (flash back) yaitu nyala api
kembali ke dalam brander /pembakar, nyala balik terjadi bila oksigen
dan asetilin berada dalam satu tempat atau satu saluran yang mana
kalau keduanya bercampur peka terhadap api dan mudah meledak.
Nyala api balik terjadi secara serempak dan tiba-tiba. Nyala api balik
dapat terjadi di dalam pembakar, slang las, regulator bahkan mungkin
sampai tabung gas dan ini bisa fatal akibatnya. Dan agar nyala api
balik tidak terjadi pada selang maupun tabung maka brander las gas
harus dipasang katup anti nyala balik (safety valve). Usaha untuk
menghindari nyala api balik selain memakai safety valve yaitu dengan
cara tekanan kerja harus sesuai dengan mulut pembakar, instalasi
peralatan las gas dalam kondisi baik.
11. Bila pada waktu mengelas dengan las gas terjadi letupan dan
mengganggu jalannya pengelasan ini disebabkan beberapa hal yaitu
karena tekanan asetilin terlalu kecil tidak sesuai dengan mulut
pembakar, oleh karena itu tekanan asetilin harus disesuaikan. Ujung
pembakar/nozzel terlalu panas karena terlalu lama dipakai, ujung
pembakar/nozzel terlalu dekat dengan kawah las dan nozzel tersumbat
oleh percikan las . Cara mengatasinya jarak nozzel dirubah posisinya
serta nozzel yang kotor dibersihkan.
65
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
12. Slang jangan sampai terkena api atau benda kerja yang panas /
membara.
66
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
BAB III
PRAKTIKUM
3.1. LAS GAS
3.1.1. LAS GAS JOB 1
MATA KULIAH LABORATORIUM KONSTRUKSI
PELAJARAN LAS GAS
JUDUL Membuat Jalur Las Tanpa Bahan Tambah/Mencairkan Plat
JOB 1
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menggunakan/menyetel perlengkapan las gas
2. Mahasiswa dapat mengatur jenis-jenis nyala api untuk pengelasan las gas
3. Mahasiswa dapat mencairkan benda kerja sebagai awal pengelasan las gas
4. Mahasiswa bisa mengaplikasikan teori yang didapat, kemudian dapat
memahami tingkat kemudahan dan kesukaran yang ada dalam praktik
5. Dapat membedakan hasil las gas yang baik dan hasil las gas yang
buruk/cacat
II. PERALATAN DAN BAHAN
67
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2.12 Peralatan
No. Alat Gambar Keterangan
1Satu set peralatan
las gas
Terdiri dari tabung
oksigen dan asetilin,
beserta regulator,
manometer dll. Di
gunakan bahan bakar
api yang digunakan
pada las gas
2 Sarung tangan
Untuk melindungi
tangan dari percikan
dan panas plat baja
ketika sedang
praktikum las gas
3Kaca mata las
gas(goggle)
Untuk melindungi
mata dari percikan dan
cahaya yang
ditimbulkan oleh las
gas
4 Baju las(appron)
Untuk melindungi
badan dari percikan
plat baja ketika sedang
mengelas
5 penggarisUntuk mengukur jarak
plat yang dilas
68
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
6 Pemantik api
Digunakan untuk
menyalakan las gas,
setelah dinyalakan
asitelin terlebih
dahulu.
7 Tang penjepit
Untuk mengangkat
plat baja yang telah
dilas gas yang panas
karena pemanasan
akibat las gas
8
Palu besi kepala
datar dan stempel
nama
Palu: digunakan untuk
memalu stampel nama
pada plat yang telah
dilas.
Stempel nama :
digunakan untuk
memberi nama pada
plat yang telah di las.
9 Sikat kawat
Untuk membersihkan
plat dari serbuk besi
dan terak yang
ditimbulkan dari
pengelasan
10 Scraber dan kapur
Digunakan untuk
memberikan tanda
pada plat yang akan di
las, sesuai dengan
ukuran pada gambar
job sheet.
69
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
11 Ruang las
Ruang untuk
mengelas, agar tidak
membahayakan orang
sekitar kita yang lewat
ataupun melihat nyala
dari api atau percikan
las gas.
12 Meja kerja
Digunakan untuk
menyimpan benda uji
pada saat akan
melakukan praktik las
gas.
13Palu besi dan
pahat baja.
Palu digunakan untuk
meluruskan plat baja
yang cembung/cekung.
Pahat baja digunakan
untuk membersihkan
plat dari terak yang
timbul akibat percikan
las gas.
70
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
14Jarum pembersih
nozzel
Untuk membersihkan
nozzle las gas apabila
tersedak/meletup
akibat salurannya
terhambat kotoran.
15 Ragum
Untuk menjepit plat
pada saat
deformasi,dan
dibersihkan terak yang
menempel pada plat
2.13 Bahan
Plat tipis dengan ukuran 100mm x 110 mm x 1.5mm
III.LANGKAH KERJA
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang diprlukan
2. Memakai peralatan keselamatan dan kesehatan kerja seperti kacamata,
apron dan sarung tangan
3. Memasang.menyetel perlengkapan las gas (bila belum terpasang) dengan
langkah sebagai berikut:
71
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
a. Memeriksa semua peralatan dan sarung tangan bersih dari minyak atau
pelumas lainnya
b. Menempatkan tabung gas oksigen dan asetilin dengan terikat pada
dinding atau pada gerobak dorong di tempat yang aman
c. Membersihkan lubang tabung gas ataupun peralatan sensitif lainnya dari
debu
d. Memasang regulator pada masing-masing tabung dengan kunci pas dan
perlu diingat regulator oksigen memakai ulir kanan artinya memasang
mur searah jarum jam,dan memasang mur asetilin kebalikan dari arah
jarum jam
e. Hubungkan selang pada lubang atau pipa pengeluaran gas regulator (pada
manometer tekanan pengeluaran gas),baik untuk gas oksigen maupun
asetilin dan kencangkan slang tersebut dengan klem oksigen dan klem
asetilin. Untuk peralatan oksigen mempunyai standar internasional yaitu
biru,sedangkan untuk asetilin yaitu merah,kuning atau putih.
f. Sebelum memasang brander las,slang harus bebas dari debu.
g. Pasanglah slang oksigen maupun asetilin pada brander las . Pasanglah
ukuran mulut nozzel yang mempunyai kapasitas untuk mengelas plat 1-
2mm (kapasitas nozzel lihat tulisan yang ada pada nozzel).
h. Setelah memasang brander las maka selanjutnya memeriksa
kemungkinan adanya kebocoran gas dengan langkah sebagai berikut :
Tutuplah katup gas pada brander.
Bukalah katup kedua gas pada tabung searah jarum jam 1/4-1/2
putaran dan lihatlah manometer tekanan isi pada regulator harus
menunjukkan tekanan 150 kg/cm2 untuk manometer oksigen dan 15 -
20kg/cm2 untuk asetilin berarti isi tabung penuh.
Aturlah katup manometer pengeluaran pada regulator searah jarum
jam,untuk oksigen tekanan yang dipakai yaitu 2.5-5 kg/cm2 dan
untuk tekanan asetilin yaitu 0.25-0.5 kg/cm2.
72
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Tutup lagi katup pada tabung dan perhatikan jarum pada
manometer,bila tekanan turun berarti ada kebocoran dan bila tetap
berarti tidak ada kebocoran.
Untuk meyakinkan bocor atau tidaknya instalasi las gas,maka semua
bagian sambungan diolesi dengan air sabun dan apabila ada
kebocoran akan terlihat ada gelembung. Bila ada kebocoran maka
perbaikilah sambungan tersebut dengan memakai seal tape/tread seal
dan kencangkan kembali murnya.
4. Bukalah katup tabung oksigen dan asetilin pada tabung dengan
ketentuan yang telah ditetapkan,katup pada brander dalam kondisi
tertutup.
5. Berilah tanda pada plat yang akan di las dengan menggunakan kapur
dan penggores sesuai dengan ukuran pada job sheet.
6. Letakkan benda kerja di atas meja kerja.
7. Bukalah katup pada brander, untuk pertama kali buka katup asitelin
diputar sedikit, rasakan dengan tangan ketika angin yang keluar dari
brander dan dirasa cukup.
73
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
8. Nyalakan mulut nozzel tersebut dengan menggunakan pematik api. Bila
tidak nyala atur kembali pengeluaran gas hingga nyala.
9. Atur nyala api dengan katup oksigen diputar sedikit dan untuk katup
asetilin lebih banyak memutarnya dari pada oksigen. Sampai tidak
terjadi nyala oksidasi dan karburasi, sehingga didapat nyala netral.
10. Peganglah brander pada posisi 600 – 700 terhadap permukaan benda
kerja (arah maju pengelasan) dan 900 terhadap arah lain seperti yang
terlihat pada gambar kerja. Setelah brander berada pada posis kerja las,
pakailah kacamata untuk melindungi mata.
11. Panaskan benda kerja sampai mencair mulai dari tepi kanan dan
arahkan inti nyala api yang berwarna biru pada satu tempat hingga
timbul kawah las,dan atur inti nyala sekitar 2 –3 mm di atas bahan yang
akan dicairkan /dilas.
74
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
12. Tunggulah hingga kawah las mencapai diameter 5mm dan doronglah
kawah las tersebut dengan cara memutar-mutar ujung nozzel dengan
tujuan untuk mendapatkan lebar las yang sama.
13. Setelah selesai, angkat plat yang telah di las dengan tang penjepit.
14. Langkah berikutnya yaitu meratakan benda kerja yang terkena
deformasi akibat panas (melengkung) dengan cara menjepit benda kerja
tersebut dengan ragum hingga rata. Atau memukul benda kerja tersebut
dengan palu besi di atas landasan baja.
15. Dalam kondisi dingin bersihkan benda kerja dengan sikat kawat
75
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
16. Berilah identitas yang mengerjakan nomor absen dan kelas dengan
memakai stempel besi dan serahkan kepada pengajar praktek untuk
dinilai.
17. Bila sudah selesai praktek semua peralatan dan lokasi kerja dibersihkan,
serta peralatan dikembalikan kepada teknisi dengan kondisi utuh seperti
semula.
76
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
IV. GAMBAR KERJA
77
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
3.1.2. LAS GAS JOB 2
MATA KULIAH LABORATORIUM KONSTRUKSI
PELAJARAN LAS GAS
JUDUL Membuat Jalur Las dengan Bahan Tambah
JOB 2
I. TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan dapat menyetel/menyetting perlengkapan las gas.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengatur jenis-jenis api untuk pengelasan las
gas.
3. Mahasiswa diharapkan dapat membuat rigi-rigi las dengan mengunakan
bahan tambah sebagai dasar kedua pengelasan las gas.
4. Mahasiswa diharapkan bisa mempraktekkan teori yang telah didapat,
sehingga bisa memahami tingkat kemudahan dan kesulitan yang ada dalam
praktik.
5. Mahasiswa dapat membedakan hasil las yang baik maupun hasil las yang
buruk(cacat)
78
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
II. PERALATAN DAN BAHAN
2.1 Peralatan
No. Alat Gambar Keterangan
1Satu set peralatan
las gas
Terdiri dari tabung
oksigen dan asetilin,
beserta regulator,
manometer dll. Di
gunakan bahan bakar
api yang digunakan
pada las gas
2 Sarung tangan
Untuk melindungi
tangan dari percikan
dan panas plat baja
ketika sedang
praktikum las gas
3Kaca mata las
gas(goggle)
Untuk melindungi
mata dari percikan dan
cahaya yang
ditimbulkan oleh las
gas
4 Baju las(appron)
Untuk melindungi
badan dari percikan
plat baja ketika sedang
mengelas
5 penggarisUntuk mengukur jarak
plat yang dilas
79
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
6 Pemantik api
Digunakan untuk
menyalakan las gas,
setelah dinyalakan
asitelin terlebih
dahulu.
7 Tang penjepit
Untuk mengangkat
plat baja yang telah
dilas gas yang panas
karena pemanasan
akibat las gas
8
Palu besi kepala
datar dan stempel
nama
Palu: digunakan untuk
memalu stampel nama
pada plat yang telah
dilas.
Stempel nama :
digunakan untuk
memberi nama pada
plat yang telah di las.
9 Sikat kawat
Untuk membersihkan
plat dari serbuk besi
dan terak yang
ditimbulkan dari
pengelasan
10 Scraber dan kapur
Digunakan untuk
memberikan tanda
pada plat yang akan di
las, sesuai dengan
ukuran pada gambar
job sheet.
80
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
11 Ruang las
Ruang untuk
mengelas, agar tidak
membahayakan orang
sekitar kita yang lewat
ataupun melihat nyala
dari api atau percikan
las gas.
12 Meja kerja
Digunakan untuk
menyimpan benda uji
pada saat akan
melakukan praktik las
gas.
13 Palu besi dan
pahat baja.
Palu digunakan untuk
meluruskan plat baja
yang cembung/cekung.
Pahat baja digunakan
untuk membersihkan
plat dari terak yang
timbul akibat percikan
las gas.
81
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
14Jarum pembersih
nozzel
Untuk membersihkan
nozzle las gas apabila
tersedak/meletup
akibat salurannya
terhambat kotoran.
15 Ragum
Untuk menjepit plat
pada saat
deformasi,dan
dibersihkan terak yang
menempel pada plat
2.2 Bahan
1. Plat tipis dengan ukuran 1,5 mm
2. Kawat berdiameter 2-3 mm
82
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
III.LANGKAH KERJA
1. Mempelajari lembar kerja (job sheet).
2. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.
3. Memakai pakaian keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Memasang/menyetel perlengkapan las gas (bila belum terpasang) dengan
langkah sebagai berikut :
a. Pericksalah dahulu apakah semua peralatan .
b. Tempatkanlah tabung gas oksigen dan asetilen dengan terikat pada
dinding atau pada gerobak dorong di tempat yang aman (atau jauh dari
api).
c. Bersihkanlah lubang tabung gas ataupun peralatan sensitif lainnya dari
debu.
d. Pasanglah regulator pada masing-masing tabung dengan memakai
kunci pas dan perlu diingat regulator oksigen atau peralatan oksigen
lainnya memakai ulir kanan artinya memasang mur searah jarum jam
dan memasang mur asetilen kebalikan dari arah jarum jam (mur untuk
asetilen mempunyai cowakan sebagai tanda ulir kiri).
e. Hubungkan selang pada lubang atau pipa pengeluaran gas regulator
(pada manometer tekanan pengeluaran gas), baik untuk gas oksigen
maupun asetilen dan kencangkan selang tersebut dengan klem oksigen
dan klem asetilen. Untuk peralatan oksigen mempunyai standar
internasional yaitu biru, sedangkan untuk asetilen yaitu merah, kuning,
atau putih.
f. Sebelum memasang brander las, selang harus bebas dari debu.
g. Pasanglah selang oksigen dan asetilen pada brander las . Pasanglah
ukuran mulut nozzel yang mempunyai kapasitas untuk mengelas plat 1-
2mm (kapasitas nozzel lihat tulisan yang ada pada nozzel).
h. Setelah memasang brander las maka selanjutnya memeriksa
kemungkinan adanya kebocoran gas dengan langkah sebagai berikut :
83
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Tutuplah katup gas pada brander.
Bukalah katup kedua gas pada tabung searah jarum jam 1/4-1/2
putaran dan lihatlah manometer tekanan isi pada regulator harus
menunjukkan tekanan 150 kg/cm2 untuk manometer oksigen dan 15-
20 kg/cm2 untuk asetilen berarti isi tabung penuh.
Aturlah katup manometer pengeluaran pada regulator searah jarum
jam. Untuk oksigen tekanan yang dipakai yaitu 2.5-5 kg/cm2 dan
untuk tekanan asetilen yaitu 0.25-0.5 kg/cm2.
Tutup lagi katup pada tabung dan perhatikan jarum pada manometer.
Bila tekanan turun berarti ada kebocoran dan bila tetap berarti tidak
ada kebocoran.
Untuk meyakinkan bocor atau tidaknya instalasi las gas, maka
semua bagian sambungan diolesi dengan air sabun dan apabila ada
kebocoran akan terlihat ada gelembung. Bila ada kebocoran maka
perbaikilah sambungan tersebut dengan memakai seal tape/tread seal
dan kencangkan kembali murnya.
5. Bukalah katup tabung oksigen dan asetilen pada tabung dengan ketentuan
yang telah ditetapkan, katup pada brander dalam kondisi tertutup.
6. Letakkan benda kerja di atas meja kerja.
7. Bukalah katup pada brander, untuk katup oksigen diputar sedikit dan
untuk katup asetilen lebih banyak memutarnya dari pada oksigen dan
nyalakan mulut nozzel tersebut memakai pemantik api. Bila tidak nyala
atur kembali pengeluaran gas hingga nyala.
8. Setelah api las nyala, atur nyala api hingga netral.
9. Peganglah brander pada posisi 60o – 70o terhadap permukaan benda kerja
(arah maju pengelasan) dan 90o terhadap arah lain seperti yang terlihat
pada gambar kerja.
10. Panaskan benda kerja sampai mencair mulai dari tepi kanan dan arahkan
inti nyala api yang berwarna biru pada satu tempat hingga timbul kawah
84
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
las, dan atur inti nyala sekitar 2-3 mm di atas bahan yang akan dicairkan
/dilas.
11. Tunggulah hingga kawah las mencapai diameter 5 mm dan doronglah
kawah las tersebut sambil memasukkan bahan tambah berupa kawat
berdiameter 2-3 mm pada posisi 30o-40o terhadap permukaan benda kerja.
Putar-putarlah ujung nozzel secara terus-menerus dengan tujuan untuk
mendapatkan lebar las yang sama.
12. Setelah selesai, langkah berikutnya yaitu meratakan benda kerja yang
terkena deformasi akibat panas (melengkung) dengan cara menjepit benda
kerja tersebut dengan ragum hingga rata. Atau memukul benda kerja
tersebut dengan palu besi di atas landasan baja.
13. Dalam kondisi dingin bersihkan benda kerja dengan sikat kawat dan
berilah identitas yang mengerjakan nomor absen dan kelas dengan
memakai stempel besi dan serahkan kepada pengajar praktek untuk dinilai.
14. Bila sudah selesai praktek semua peralatan dan lokasi kerja dibersihkan,
serta peralatan dikembalikan kepada teknisi dengan kondisi utuh seperti
semula.
Catatan :
Untuk membuat garis las pada benda kerja pakailah penggaris besi dan
penggores/kapur.
Bila pada penyalaan las terjadi letupan kecil maka bersihkan lubang
nozzel dengan jarum pembersih dan perbesar gas asetilen hingga tidak
terjadi letupan.
IV. GAMBAR KERJA
85
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
3.1.3. LAS GAS JOB 3
MATA KULIAH LABORATORIUM KONSTRUKSI
PELAJARAN LAS GAS
JUDUL Membuat sambungan plat dengan plat
JOB 3
86
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
I. TUJUAN
Dapat menyetel perlengkapan las gas, mengatur jenis-jenis nyala api
untuk mengelas dengan las gas, menbuat rigi-rigi las sebagai dasar kedua
pengelasan las gas, dapat mempraktekan cara mengelas las gas yang baik dan
benar sehingga memahami tingkat kemudahan dan kesulitan yang dalam
praktek dan di lapagan.
II. PERALATAN DAN BAHAN
2.1. Peralatan
No Nama Alat Gambar Keterangan
1 Satu set alat las gas
Terdiri dari tabung
oksigen dan asitelin,
digunakan sebagai bahan
bakar api yang digunakan
pada las gas
2 Kaca mata las gas
Untuk melindungi mata
dari percikan dan cahaya
yang ditimbulkan oleh las
gas.
3 Appron
Untuk melindungi badan
dari percikan plat baja
ketika sedang mengelas
gas.
87
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
4Palu Besi dan pahat
baja
Palu digunakan untuk
meluruskan plat baja yang
cembung/ cekung. Pahat
baja digunakan untuk
membersihkan plat dari
terak yang timbul akibat
percikan las gas.
5 Pematik Api
Digunakan untuk
menyalakan las gas,
setelah dinyalakan asitelin
terlebih dahulu.
6 Sarung tangan
Untuk melindungi tangan
dari percikan dan panas
plat baja ketika sedang
melakukan praktikum las
gas.
7 Penjepit besi
Digunakan untuk
mengangkat plat baja yang
telah di las gas yang panas
karena pemanasan akibat
las gas.
8 Ragum
Digunakana untuk
mengapit plat pada saat
deformasi , dan
dibersihkan dari terak
yang menempel pada plat.
88
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
9 Sikat Kawat
Untuk membersihkan plat
dari serbuk besi dan terak
yang ditimbulkan dari
pengelasan.
10 Kapur
Digunakan untuk
memberikan tanda pada
plat yang akan di las,
sesuai dengan ukuran pada
gambar job sheet.
11 Pengaris BesiUntuk mengukur jarak
plat yang di las.
12 Meja Kerja
Digunakan untuk
menyimpan banda uji
pada saat akan melakukan
praktik las gas.
2.2. Bahan
1. Plat tipis dengan ukuran 100mm X 30 mm X 1,5 mm
2. Kawat
III.LANGKAH KERJA
1. Mempelajari lembar kerja ( job sheet).
89
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2. Siapkan alat dan bahan
3. Gunakan pakaian keselamatan dan kesehatan kerja .
4. Setel perlengkapan keselamatan las gas (bila belum terpasang dengan
lengkap sebagai berikut :
a. Periksalah semua peralatan dan sarung tangan bersih dari minyak atau
pelumas lainnya yang mudah terbakar.
b. Tempatkan tabung gas oksigen dan asetitilin dengan terikat pada
dinding atau pada gerobak dorong di tempat yang aman ( atau jauh dari
api).
c. Bersihkan lubang tabung gas ataupun peralatan yang sensitif lainnya
dari debu.
d. Pasang regulator pada masing-masing tabung dengan memakai kunsi
pas dan perlu diigatkan regulator oksigen atau peralatan oksigen
lainnya memakai ulir kanan artinya memasang mur searah jarum jam
dan memasang mur asetilin kebalikan dari arah jarum jam ( mur untuk
asetilin mempunyai coawakan anda ulir kiri)
e. Hubungkan selang pada lubang atau pipa pengeluaran gas regulator
( pada menometer tekanan pengeluaran gas), baik untuk gas oksigen
maupun asetilin dan kencangkan selang tersebut dengan klem oksigen
dan klem asetilin. Untuk peralatan oksigen mempunyai standar
internasional yaitu biru, sedangkan untuk asetilin yaitu merah, kuning,
atau debu.
f. Sebelum memasang brender las, selang harus bebas dari debu.
g. Pasanglah slang oksigen maupun asetilin pada brander las. Pasanglah
ukuran mulut nozzel yang mempunyai kapasitas untuk mengelas plat
1- 2mm (kapasitas nozzel dapat di lihat dari ukuran yang tertera di
nozzel).
h. Setelah memasang brander las maka selanjutnya memeriksa
kemungkinan adanya kebocoran gas dengan langkah sebagai berikut :
1) Tutup katup gas pada brander.
90
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2) Buka kedua katup gas pada tabung searah jarum jam 1/4-1/2 putaran
dan lihatlah manometer tekanan isi pada regulator harus
menunjukkan tekanan 150 kg/cm2 untuk manometer oksigen dan
15 - 20kg/cm2 untuk asetilin berarti isi tabung penuh.
3) Aturlah katup manometer pengeluaran pada regulator searah jarum
jam,untuk oksigen tekanan yang dipakai yaitu 2.5-5 kg/cm2 dan
untuk tekanan asetilin yaitu 0.25-0.5 kg/cm2.
4) Tutup lagi katup pada tabung dan perhatikan jarum pada
manometer,bila tekanan turun berarti ada kebocoran dan bila tetap
berarti tidak ada kebocoran.
5) Untuk meyakinkan bocor atau tidaknya instalasi las gas,maka
semua bagian sambungan diolesi dengan air sabun dan apabila ada
kebocoran akan terlihat ada gelembung. Bila ada kebocoran maka
perbaikilah sambungan tersebut dengan memakai seal tape/tread
seal dan kencangkan kembali murnya.
5. Setelah perlengkapan siap, maka mulailah membuka katup tabung oksigen
dan asetilin pada tabung dengan ketentuan gas oksigen 2.5 – 5 kg/cm2 dan
asetilin 0.25-0.5 kg/cm2.
6. Letakkan benda kerja di atas meja kerja, beri jarak antar plat kira kira 0,5
mm .
7. Bukalah katup pada blander, untuk katup oksigen diputar sedikt dan untuk
katup asetilin lebih banyak memutarnya dari pada oksigen dan nyalakan
mulut nozzel tersebut memakai pemantik api. Bila tidak nyala atur
kembali pengeluaran gas hingga nyala.
8. Setelah api nyala, atur nyala api hingga netral.
9. Pasanglah blender pada posisi 600 – 700 terhadap permukaan benda kerja
(arah maju pengelasan).
10. Kunci ujung-ujung plat agar saat pengelasan plat tidak berubah posisi.
11. Panaskan benda kerja sampai mencair mulai dari tepi kanan dan arahkan
inti nyala api yang berwarna biru pada satu tempat hingga timbul kawah
91
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
las, dan atur inti nyala sekitar 2-3 mm di atas bahan yang akan
dicairkan/dilas.
12. Tunggulah hingga kawah las mencapai diameter 5mm dan doronglah
kawah las tersebut sambil memasukkan bahan tambah berupa kawat
berdiameter 2-3 mm pada posisi 300-400 terhadap permukaan benda kerja,
putar-putarlah ujung nozzel secara kontinyu dengan tujuan untuk
mendapatkan lebar las yang sama.
13. Setelah selesai, langkah berikutnya yaitu meratakan benda kerja yang
terkena deformasi akibat panas (melengkung) dengan cara menjepit benda
kerja tersebut dengan ragum hingga rata. Atau memukul benda kerja
tersebut dengan palu besi di atas landasan baja.
14. Dalam kondisi dingin bersihkan benda kerja dengan sikat kawat dan
berilah identitas yang mengerjakan nomor absen dan kelas dengan
memakai stempel besi dan serahkan kepada pengajar praktek untuk dinilai.
15. Bila sudah selesai praktek semua peralatan dan lokasi kerja dibersihkan,
serta peralatan dikembalikan kepada teknis dalam kondisi utuh seperti
semula.
Catatan :
Bila pada penyalaan las terjadi letupan kecil maka bersihkan
lubang nozzel dengan jarum pembersihan dan perbesar gas asetilin
tidak terjadi letupan.
IV. GAMBAR KERJA
92
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
93
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
3.2. LAS LISTRIK
3.2.1. LAS LISTRIK JOB 1
MATA KULIAH LABORATORIUM KONSTRUKSI
PELAJARAN LAS LISTRIK
JUDUL Membuat jalur las listrik Pada Pelat
JOB 1
I. TUJUAN
94
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Dapat menggunakan las listrik dengan baik dan benar, membuat jalur las
gas sebagai dasar awal pengelasan las listrik, dapat menarapkan pekerjaan
dalam suatu konstruksi baja, mengenal tingkat kesulitan pada saat pengerjaan
dan dapat mengatasinya, serta dapat menilai suatu pekerjaan las dari
pengamatan visual.
II. PERALATAN DAN BAHAN
2.1. Peralatan
No. Nama Alat Gambar Keterangan
1.
Mesin las Lisrik
dan
perlengkapannya
Untuk merubah arus listrik
menjadi energi panas yang
di dapat dari hubungan
arus positif dan negatif
yang menghasilkan panas,
sehingga logam dapat
mencair.
2. Palu Terak
Digunakan untuk
melepaskan terak dari
bahan yang sudah di las.
3. Sikat Kawat
Untuk membersiahkan
bahan yang di las dari
terak yang sudah terlepas.
95
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
4. Tang Jepit
Digunakan untuk menjepit
plat yang sudah di las yang
masih dalam keadaan
panas.
5.
Perlengkapan
keselamatan kerja
a. Sepatu kerja
dari kulit
b. Baju kerja
(coverall/ jas
lab)
c. Pelindung
badan (appron)
d. Sarung tangan
e. Topeng las
listrik
a. Untuk melindungi kaki
dari bahaya saat
praktek (misal dari
bahaya jatuh /
kejatuhan)
b. Untuk melindungi
pakaian kita saat
praktek
c. Untuk melindungi
badan kita saat praktek
d. Untuk melindungi
tangan saat praktek
manapun, apalagi pada
saat melepaskan terak.
e. Melindungi mata dari
sinar UV yang
dihasilkan pada saat
pengelasan las listrik.
96
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2.2. Bahan
1. Pelat 100x110x3mm
2. Elektroda E6013 diamter 2,6 mm
97
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
III.LANGKAH KERJA
1. Mempelajari lembar kerja (job sheet)
2. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.
3. Memakai pakaiansesuai K3
4. Memasang / menyetel perlengkapan las listrik dengan langkah sebagai
berikut:
a. Pasang kabel elektroda dan massa pada mesin las, yang mana kabel
elektroda yang akan dipakai bisa dihubungkan pada kutub positif
atau negatif (DC±)
b. Pasang kabel mesin las pada jaringan yang telah disediakan.
c. Tempatkan benda kerja pada meja las yang terbuat dari baja.
d. Pasang elektroda pada penjepit elektroda dan pasangklem massa
pada meja las.
5. Atur handle ampere yang ada pada mesin las sesuai dengan kebutuhan.
Dalam hal ini ampere yang akan digunakan antara 70-120 ampere.
Pengelasan pada plat 5mm digunakan amper sekitar 90-120 untuk
diameter elektroda 3,2mm.
98
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
6. Nyalakan mesin las dengan memutar tombol ke arah on.
7. Tempatkan elektroda di atas benda kerja sekitar 10mm dan tutuplah muka
dengan topeng las kemudian mulailah menyalakan elektroda dengan cara
digoreskan atau dihentakan pada daerah benda kerja yang akan dilas.
8. Setelah nyala, atur posisi pengelasan 700-800 ke arah jalur yang akan di las
(lihat gambar kerja), dan atur jarak busur elektroda terhadap benda kerja
sekitar diameter elektroda yang dipakai. Gerakan ujung elekroda dengan
lurus. Ukuran lebar pengelasan atau rigi-rigi las sekitar 5mm.
9. Apabila elektroda habis sebelum jalur las selesai, maka harus diadakan
penyambungan jalur las.
10. Bila sudah selesai praktek matikan mesin las dan semua peralatan berikut
lokasi kerjanya. Setelah itu, kembalikan peralatan kepada teknisi dengan
kondisi yang utuh seperti semula.
IV. GAMBAR KERJA
99
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
3.2.2. LAS LISTRIK JOB 2
MATA KULIAH LABORATORIUM KONSTRUKSI
PELAJARAN LAS LISTRIK
JUDUL Membuat Sambungan Tumpu
JOB 2
I. TUJUAN
Untuk mengetahui cara pengelasan yang baik dan benar, pada sambungan
tumpu, mengetahui kesulitan apa yang ada dalam pengelasan sambungan
tumpu sehingga dapat mengetahui las yang baik dan benar, serta merasakan
bagaimana mengelas guna pengetahuan awal menempuh kehidupan di dunia
kerja kelak.
II. PERALATAN DAN BAHAN
2.14 Peralatan
No. Nama Peralatan Gambar alat Keterangan
100
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
1.1 Set alat pengelasan
Digunakan
sebagai media
pengelasan,
terdiri dari meja
dan penjepit
elektroda.
2. Topeng pengaman
Digunakan untuk
melindungi
wajah dan mata
dari bahaya
pengelasan,
terbuat dari
plastik/besi dan
kaca hitam.
3. Apron
Untuk
melindungi
badan dari
percikan
pengelasan,
terbuat dari kulit.
4.
Sarung tangan
Digunakan untuk
melindungi
tangan dari
percian las,
terbuat dari kulit.
101
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
5.Palu terak
Digunakan untuk
membersihkan
terak setelah
pengelasan,
terbuat dari besi.
6. Penjepit
Digunakan untuk
mengambil pelat
yang baru di las.
7. Klem F
Digunakan untuk
megklem pelat
agar tidak
bergerak.
8. Sikat kawat
Digunakan untuk
membersihkan
sisa-sisa terak
yang ada pada
pelat.
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Elektroda
102
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2. Pelat 3mm
3. Air rendaman
III.LANGKAH KERJA
1. Siapkan Peralatan dan bahan.
2. Gunakan pengaman yang dibutuhkan seperti apron, sarung tangan dan
topeng untuk mengelas,
3. Lukis pelat yang akan digunakan untuk dalam pengelasan.
4. Lalu satukan 2 buah pelat yang telah dilukis dengan menggunakan klem F
agar bidang yang akan di las tidak bergerak.
5. Lalu las pinggir/ujung dari pelat yang telah di klem, jika sudah kencang
maka klem dapat dilepas dan pelat yang akan di las disimpan di atas meja
kerja.
6. Pasang elektroda pada penjepit, dan nyalakan mesin las serta atur amper
sesuai dengan kebutuhan.
103
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
7. Las pelat yang telah disimpan di atas meja kerja dengan cara yang telah
ditentukan.
8. Bersihkan terak yang menutupi hasil pengelasan untuk mengetahui hasil
pengelasan yang sesungguhnya.
9. Jika terjadi kekurangan pada pengelasan pertama, maka lakukan
pengelasan kembali pada pelat tersebut dengan syarat amper harus di
tinggikan dan keadaan bekas pengelasan bersih (tidak ada terak).
10. Jika sudah mendapatkan hasil yang maksimal, dinginkan pelat dengan cara
memasukan pelat kedalam air rendaman.
11. Bersihkan pelat dengan palu terak dan sikat, dan beri nama pelat tersebut.
IV. GAMBAR KERJA
V. DAN LAIN-LAIN
104
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
Pada pengelasan yang dilakukan ada beberapa kesulitan diantaranya
adalah kesulitan dalam melihat objek yang akan di las, menentukan posisi
elektroda dalam pengelasan dan menjaga konsistensi dalam penarikan
garis las.
3.2.3. LAS LISTRIK JOB 3
MATA KULIAH LABORATORIUM KONSTRUKSI
PELAJARAN LAS LISTRIK
JUDUL Membuat Sambungan T
JOB 3
I. TUJUAN
Untuk mengetahui cara pengelasan yang baik dan benar, khususnya pada
bidang yang akan disambung dengan membentuk huruf T, mengetahui
kesulitan apa saja yang ada dalam pengelasan sehingga mahasiswa dapat tahu
mana las yang baik dan jelek, serta merasakan bagaimana mengelas guna
pengetahuan awal menempuh kehidupan di dunia kerja kelak.
II. PERALATAN DAN BAHAN
2.1. Peralatan
No. Nama Peralatan Gambar alat Keterangan
105
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
1.1 Set alat pengelasan
Digunakan
sebagai media
pengelasan,
terdiri dari meja
dan penjepit
elektroda.
2. Topeng pengaman
Digunakan untuk
melindungi
wajah dan mata
dari bahaya
pengelasan,
terbuat dari
plastik/besi dan
kaca hitam.
3. Apron
Untuk
melindungi
badan dari
percikan
pengelasan,
terbuat dari kulit.
4.
Sarung tangan
Digunakan untuk
melindungi
tangan dari
percian las,
terbuat dari kulit.
106
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
5.Palu terak
Digunakan untuk
membersihkan
terak setelah
pengelasan,
terbuat dari besi.
6. Penjepit
Digunakan untuk
mengambil pelat
yang baru di las.
7. Klem F
Digunakan untuk
megklem pelat
agar tidak
bergerak.
8. Sikat kawat
Digunakan untuk
membersihkan
sisa-sisa terak
yang ada pada
pelat.
2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
4. Elektroda
107
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
5. Pelat 3mm
6. Air rendaman
III.LANGKAH KERJA
1. Siapkan Peralatan dan bahan.
2. Gunakan pengaman yang dibutuhkan seperti apron, sarung tangan dan
topeng untuk mengelas,
3. Lukis pelat yang akan digunakan untuk dalam pengelasan.
4. Lalu satukan 2 buah pelat yang telah dilukis dengan menggunakan klem F
agar bidang yang akan di las tidak bergerak.
5. Lalu las pinggir/ujung dari pelat yang telah di klem, jika sudah kencang
maka klem dapat dilepas dan pelat yang akan di las disimpan di atas meja
kerja.
6. Pasang elektroda pada penjepit, dan nyalakan mesin las serta atur amper
sesuai dengan kebutuhan.
108
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
7. Las pelat yang telah disimpan di atas meja kerja dengan cara yang telah
ditentukan.
8. Bersihkan terak yang menutupi hasil pengelasan untuk mengetahui hasil
pengelasan yang sesungguhnya.
9. Jika terjadi kekurangan pada pengelasan pertama, maka lakukan
pengelasan kembali pada pelat tersebut dengan syarat amper harus di
tinggikan dan keadaan bekas pengelasan bersih (tidak ada terak).
10. Jika sudah mendapatkan hasil yang maksimal, dinginkan pelat dengan cara
memasukan pelat kedalam air rendaman.
11. Bersihkan pelat dengan palu terak dan sikat, dan beri nama pelat tersebut.
IV. GAMBAR KERJA
109
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
3.3. MENARA AIR (JOB APLIKASI)
MATA KULIAH LABORATORIUM KONSTRUKSI
PELAJARAN LAS LISTRIK + GAS
JUDUL Membuat Menara Air
JOB APLIKASI
I. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan hal hal yang mengenai las listrik
dan las gas yang telah diajarkan didalam laboratorium konstruksi ke dalam
pekerjaan membuat menara air.
II. PERALATAN DAN BAHAN
2.1. Peralatan
No. Nama Peralatan Gambar alat Keterangan
110
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
1.1 Set alat pengelasan
Digunakan
sebagai media
pengelasan,
terdiri dari meja
dan penjepit
elektroda.
2. Topeng pengaman
Digunakan untuk
melindungi
wajah dan mata
dari bahaya
pengelasan,
terbuat dari
plastik/besi dan
kaca hitam.
3. Apron
Untuk
melindungi
badan dari
percikan
pengelasan,
terbuat dari kulit.
4.
Sarung tangan
Digunakan untuk
melindungi
tangan dari
percian las,
terbuat dari kulit.
111
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
5.Palu terak
Digunakan untuk
membersihkan
terak setelah
pengelasan,
terbuat dari besi.
6. Penjepit
Digunakan untuk
mengambil pelat
yang baru di las.
7. Klem F
Digunakan untuk
megklem pelat
agar tidak
bergerak.
8. Sikat kawat
Digunakan untuk
membersihkan
sisa-sisa terak
yang ada pada
pelat.
9 Mesin Gerinda
Berfungsi untuk
memperhalus sisi
pelat
10 Penitik Pelat Berfungsi untuk
memberi tanda
112
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
titik pada pelat
yang akan di bor
11 Mesin BorBerfungsi untuk
melubangi pelat.
12 Mesin Pemotong
Berfungsi untuk
memotong pelat
simpul
13Mesin Pemotong
Baja
Berfungsi untuk
memotong profil
baja dengan
ukuran yang telah
ditentukan
14 Pengencang baut
Berfungsi untuk
mengencangkan
baut
2.2. Bahan
1. Pelat dengan tebal 3 mm
113
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
2. Profil siku L.30.30.3
3. Profil siku L 40.40.4
4. Elektroda
5. Baut Ø8 dan Ø10
6. Cat dan Thinner
114
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
III.LANGKAH KERJA
1. Mempelajari gambar kerja (lampiran)
2. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.
3. Memakai pakaian keselamatan dan kesehatan kerja
4. Menghitung semua kebutuhan bahan
5. Membuat pelat simpul
a. Menempelkan mal pelat simpul yang telah dicetak pada pelat.
b. Memotong pelat sesuai dengan bentuk mal dengan menggunakan
mesin pemotong.
c. Memberi tanda titik pada pelat yang akan di bor dan dipasang baut
dengan menggunakan penitik pelat.
d. Menghaluskan bagian sisi pelat agar halus menggunakan gerinda atau
kikir.
e. Melubangi pelat baja sebagai tempat pemasangan baut dengan
menggunakan bor mesin.
6. Memotong bahan sesuai dengan kebutuhan
a. Memotong baja sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dengan
menggunakan mesin pemotong baja
b. Memotong bagian ujung baja sesusi bentuk yang dibutuhkan dengan
menggunakan gergaji biasa.
7. Perakitan menara
a. Mensetting tiang 1 dan 2 dengan cara mengklem kedua tiang tersebut
ke batang horizontal yang ada di bagian paling atas dan di bagian
paling bawah
b. Mengecek ketinggian tiang 1 dan 2 dengan cara mengukur panjang
diagonal dari ujung atas tiang 1 ke ujung bawah tiang 2, begitu pula
sebaliknya.
c. Melakukan pengelasan pada titik simpul
115
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
d. Memasangkan dan mengklem batang-batang horizontal dan diagonal
yang lainnya sesuai dengan gambar kerja.
e. Melakukan pengelasan pada ujung-ujung batang yang saling
berhubungan.
f. Untuk merakit sisi tower yang bersebrangan dengan sisi yang sudah
kita rakit diatas, dilakukan dengan cara mengklem batang-batang yang
baru dengan batang-batang yang telah terakit kemudian mengelasnya.
Tetapi untuk pemasangan batang diagonal, batang diagonal yang harus
bersilangan dengan batang yang telah terakit.
g. Setelah dua sisi tower telah jadi, kemudian dipasang pada kedua ujung
sisi tower tersebut dengan batang horizontal dengan cara di klem.
h. Mengatur jarak antara kedua sisi tower sesuai dengan ukuran yang
direncanakan
i. Untuk menjaga kestabilan kedua sisi yang telah diklem, lalu
memasang batang diagonal sebagai bantuan perkuatan sementara.
j. Mengklem batang horizontal dan diagonal pada kedua sisi tower lalu
memasang pelat simpulnya yang menempel pada batang horizontal dan
diagonal tersebut.
k. Memberi titik pada batang yang akan dilubangi
l. Melubangi batang tersebut dengan menggunakan bor mesin
m. Memasang baut pada sambungan.
n. Mengelas penuh seluruh simpul
o. Membersihkan baja dari terak dengan menggunakan palu terak dan
sikat
8. Perakitan kepala menara
a. Merakit bagian bawah kepala menara, kemudian dilakukan pengelasan
pada tiap titik simpul
b. Memasang batang-batang vertikal, kemudian las pada tiap titik
simpulnya
c. Memasang batang horizontal bagian atasnya.
116
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
d. Membersihkan sambungan las dengan menggunakan gerinda
e. Mengukur jarak penempatan baut kemudian tandai pada elemen baja
yang akan dilubangi
f. Memberi titik pada elemen baja yang akan dilubangi.
g. Melubangi elemen baja yang telah diberi tanda.
h. Melapisi permukaan baja dengn cat agar tidak mudah korosi.
9. Menghaluskan batang dengan menggunakan gerinda.
10. Memasang kepala tower dengan badan tower yang sudah jadi.
11. Melapisi permukaan baja dengan cat agar tidak mudah korosi.
12. Memasangkan pelat landas pada keempat kaki tower.
IV. GAMBAR KERJA
117
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
118
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
119
LABORATORIUM KONSTRUKSI BAJAJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNGJl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Fax.
(022)2016150 Ext. 266 Bandung
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Setelah mengikuti praktikum laboratorim konstruksi baja pada semeseter
IV selama 2 minggu ini, penulis dapat mengetahui peralatan dan bahan yang
diperlukan untuk melaksanakan teknik pengelasan yang baik dan benar.
Penulis dapat memahami jenis-jenis sambungan yang dilaksanakan dengan
las, mutu sambungan las yang baik secara visual serta dapat membuat suatu
rangkaian konstruksi baja hingga diharapkan penulis dapat menerapkan
berbagai ilmu yang telah diperoleh selama melaksanakan praktikum
Laboratorium Konstruksi Baja ini pada suatu kegiatan pengelasan baja
bangunan di lapangan yang sesungguhnya dengan baik dan benar.
4.2. SARAN
Saran yang penulis dapat sampaikan setelah mengikuti praktikum
laboratorim konstruksi baja pada semeseter III selama 2 minggu ini
diantaranya:
a. Mahasiswa/i hendaknya selalu memperhatikan keselamatan kerja dengan
memakai pakaian las dengan lengkap.
b. Sangat diperlukan suatu kejujuran untuk melaksanakan job baik dalam
lingkupmenyelesaikan job harus dengan kerja keras sendiri maupun
kejujuran dalam pengambilan jatah pelat yang sudah dibagi rata.
c. Jika menemui kesulitan, segera konsultasikan pada dosen pembimbing
maupun teknisi.
120