Laporan KWU

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang diatur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar, dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan Michael S (1991) dalam tesis Ariesa (2001) mengatakan bahwa sekalipun bentuk-bentuk kebudayaan berbeda namun struktur kebudayaan bersifat universal, maksudnya semua kebudayaan konsisten dengan 6 unsur yakni; kepercayaan, teknologi, nilai-nilai, norma dan sanctions, lambang/simbol (merupakan representasi dari kepercayaan dan nilai) dan bahasa (merupakan sistem/cara berkomunikasi). Sejalan dengan ini adalah C. Kluckholn (1953; 507- 523 dalam Kontjaraninggrat, 1991;203). Jadi kebudayaan merupakan serangkaian kegiatan manusia yang di dalamnya mengandung unsur unsur kepercayaan, pengetahuan, teknologi, nilai-nilai, norma, adat istiadat dan kreativitas juga memegang peranan penting. Berbicara tentang kebudayaan, Indonesia mempunyai berbagai macam kebudayaan. Salah satunya adalah seni kerajinan gerabah. Kerajinan merupakan salah satu produk andalan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbagai produk kerajinan diproduksi oleh perusahaan kerajinan yang tersebar hampir diseluruh wilayah Daerah Istimewa 1
  • date post

    19-Nov-2015
  • Category

    Documents

  • view

    78
  • download

    3

description

gerabah jogja

Transcript of Laporan KWU

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKoentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang diatur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar, dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan Michael S (1991) dalam tesis Ariesa (2001) mengatakan bahwa sekalipun bentuk-bentuk kebudayaan berbeda namun struktur kebudayaan bersifat universal, maksudnya semua kebudayaan konsisten dengan 6 unsur yakni; kepercayaan, teknologi, nilai-nilai, norma dan sanctions, lambang/simbol (merupakan representasi dari kepercayaan dan nilai) dan bahasa (merupakan sistem/cara berkomunikasi). Sejalan dengan ini adalah C. Kluckholn (1953; 507-523 dalam Kontjaraninggrat, 1991;203). Jadi kebudayaan merupakan serangkaian kegiatan manusia yang di dalamnya mengandung unsur unsur kepercayaan, pengetahuan, teknologi, nilai-nilai, norma, adat istiadat dan kreativitas juga memegang peranan penting.Berbicara tentang kebudayaan, Indonesia mempunyai berbagai macam kebudayaan. Salah satunya adalah seni kerajinan gerabah. Kerajinan merupakan salah satu produk andalan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbagai produk kerajinan diproduksi oleh perusahaan kerajinan yang tersebar hampir diseluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu perusahaan kerajinan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah gerabah. Perusahaan yang berada di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta ini memproduksi gerabah atau tembikar dalam berbagai bentuk, seperti guci, jambangan, vas bunga, patung hewan, dan tempat lilin.Secara umum keberadaan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di Negara Negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian Negara. Keberadaan usaha kecil dan menengah terbukti telah mampu menggerakkan roda perekonomian bangsa dan mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Meski para UKM ini memiliki beberapa keterbatasan, namun pada kenyataannya mereka mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Bahkan pada saat kondisi perekonomian memburuk dan banyak perusahaan besar yang terancam bangkrut, para UKM ini tetap mampu untuk bertahan. Kenyataan ini menunjukkan kekuatan dari para UKM sebenarnya. Kekuatan UKM ini muncul karena mereka telah mulai menerapkan visi kewirausahaannya sehingga mereka mampu membawa perusahaanya tumbuh dan berkembang serta memperoleh profitabilitas yang meningkat.Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola oleh sekelompok masyarakat maupun keluarga. Usaha kecil dan menengah itu salah satunya adalah industry kerajinan gerabah yang ada di daerah istimewa Yogyakarta. Keberadaan industri kerajinan gerabah telah menjadikan salah satu ciri khas wilayah in dan salah satu komoditi unggulan, yang dikenal tidak saja karena mutu yang tinnggi, desain yang variatuf, dan kualitas yang bagus, tetapi juga dari nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu kunci keberhasilan usaha kerajinan ini yang mampu memasarkan produknya tidak saja terbatas pada pasar local seperti Jakarta, Surabaya dan Bali, tetapi juga pasar ekspor Australia, Kanada, Jepang Belanda dan Amerika Serikat dengan total ekspor yang mencapai US$ 140 juta per tahun.Dalam pengembangan usaha kecil menengah salah satunya gerabah di Indonesia sangat penting untuk dilakukan karena mengingat fungsi social ekonomi politiknya yang strategis. Potensi usaha kecil dan menengah di Indonesia saat ini sekitar 99,9% dari seluruh jumlah unit usaha yang ada dan melihat besarnya jumlah pelaku ekonomi dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja, maka gerakan kasongan layak mendapat perhatian dan meningkatnya daya beli masyarakat memperbesar tingkat permintaan dan meningkatnya pertumbuhan investasi.Tambunan (2000), meyatakan bahwa masalah lemahnya manajemen, pemasaran, kekurangan keterampilan, kekurangan bahan baku, serta kelemahan dalam penyerapan teknologi merupakan factor penghambat pengembangan usaha kecil menengah. Dan untuk kepentingan pengembangan industri gerabah kasongan, pemerintah Yogyakarta membentuk senntra industri gerabah yang berlokasi di Kabupaten Bantul Yogyakarta yang kemudian dikenal dengan nama pusat industri kerajinan gerabah kasongan. Dan nama kasngan sendiri memiliki nilai-nilai historis yang terjadi sejak penjajahan Belanda dan kini telah menjamin salah satu objek wisata terkenal di Yogyakarta.

Penelitian seputar kerajinan gerabah antara lain dilakukan oleh Sri Susilo (2005) dan Dedy Handrmurt Jahyo dkk (2007). Penelitian ini kini berlanjut oleh Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Yayasan Perguruan Islam Maros (YAPIM) dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapang Plus (2011) yang menitik beratkan penelitian mereka pada mutu barang, Harga Jual dan Pelayanan pada kasongan bantul Yogyakarta.Pangsa pasar produk keramik yang ada di desa Kasongan hampir delapan puluh persen luar negeri, antara lain ke Malaysia, Singapura, Korea, Jepang, Amerika Serikat, dan Belanda. Dalam perkembangannya desa Kasongan, yang dulu menjadi tempat produksi, kini berkembang menjadi tempat pemasaran setelah berdiri kios -kios. Para pengrajin kasongan mampu meningkatkan taraf hidup mereka dengan memproduksi bahan mentah menjadi sebuah hasil karya yang bernilai. Dengan kreativitas dan inovatif yang mereka miliki, para pengrajin mampu melakukan perubahan bentuk yang lebih bervariasi dan menarik dengan harga yang bervariatif pula.Tidak hanya gerabah yang menjadi pasaran warga kasongan, mulai dari gerabah, bambu, batik kayu hingga topeng. Dan semua kerajinan tersebut intinya terbagi menjadi 3 kategori jenis produk kerajinan, yaitu kerajinan aksesories, home interior, dan koleksi kerajinan antik. Motif yang ditonjolkan pada umumnya berupa guci, dengan motif bunga mawar, buah buahan, alam, dan masih banyak lagi. Berburu gerabah dan keramik di kasongan, terdapat guci aneka pot, furniture, meja kursi, pernak pernik, mebel hingga kebutuhan interior yang akan menjadikan rumah lebih menawan, elegant, dan tentu lebih cantik.Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan makin tajamnya persaingan. Oleh karena itu, peranan pemasaran menjadi semakin sangat penting bagi setiap perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh keberhasilan pemasarannya. Pemasaran dinyatakan berhasil jika diperoleh laba dari hasil penjualan produk yang diciptakan. Bertambahnya kebutuhan konsumen merupakan peluang besar yang menarik namun persaingan dalam pemasaran produk tertentu juga menjadi semakin ketat. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus selalu memusatkan perhatiannya pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus berubah. Hal ini berarti bahwa penentu apa yang harus diproduksi tergantung pada kebutuhan konsumen akan mudah terjual dipasar sehingga perusahaan akan terus dapat meningkatkan penjualan. Usaha untuk memenuhi kepuasan dan keinginan konsumen yang selalu berkembang dan berubah adalah faktor yang penting. Konsumen bersedia membeli suatu produk kalau memang sesuai kebutuhan dan keinginan pembeli yang bersangkutan. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan cara yang tepat bagi pengembangan produk yang dihasilkan. Strategi pengembangan produk merupakan upaya yang dilaksanakan oleh perusahaan dalam menciptakan dan menyempurnakan produk yang dipasarkannya. Salah satu strategi yang dapat dipilih perusahaan adalah upaya terencana untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan produk secara terus menerus dan berkesinambungan. Hal ini selain untuk mengatasi persaingan juga untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, karena untuk dapat bertahan hidup, perusahaan memerlukan produk baru. Pada kenyataannya, siklus hidup sangatlah pendek. Konsumen lebih cepat menerima produk baru tetapi juga menolak lebih cepat pula. Oleh karena itu, perusahaan harus secara terus-menerus melakukan pengembangan produk dan penemuan-penemuan baru. Produk adalah hal dasar yang ditawarkan perusahaan pada konsumen.Produk pada dasarnya ada 2 macam yaitu barang dan jasa. Barang atau jasa sebenarnya tidak hanya berkaitan fisik, tetapi juga dengan hal-hal atau atribut yang melekat didalamnya. Atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Komponen atribut produk terdiri dari desain produk, warna, merk, kemasan, label, harga, kualitas, pelayanan pelengkap dan garansi.Produk merupakan sesuatu yang penting baik bagi pengusaha maupun konsumen. Pengusaha memandang produk sebagai sesuatu yang dihasilkan dan kemudian ditawarkan kepada konsumen. Konsumen memandang produk sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Produk yang baik harus sesuai dengan selera konsumen dan mampu menghasilkan laba bagi perusahaan.

Perusahaan perlu terus mengembangkan produknya agar dapat mengikuti perkembangan jaman dan perubahan selera konsumen. Alat untuk memenuhi 2 tujuan tersebut adalah strategi produk.Strategi produk merupakan suatu strategi yang dijalankan oleh perusahaan, yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya. Perusahaan yang akan menyusun strategi produk perlu mengetahui kelemahan dan kekuatan (faktor internal) yang dimiliki, serta ancaman dan peluang (faktor eksternal) yang dihadapi. Analisis ini didasarkan pada logika memaksimalkan kekuatan dan peluang yang dimiliki serta secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Strategi yang dihasilkan dari analisis ini diharapkan mampu memuaskan konsumen dan menguntungkan perusahaan.Untuk dapat menciptakan permintaan atas produk dan kemudian, dipelihara serta dikembangkan maka diperlukan kegiatan promosi. Kegiatan promosi adalah kegiatan untuk menyampaikan informasi, membujuk dan komunikasi yang dapat memuaskan konsumen, mendorong penjualan dan memberikan kontribusi terhadap kinerja laba perusahaan. Kegiatan promosi yang dilakukan harus sejalan dengan rencana pemasaran secara keseluruh dan harus dikendalikan dengan baik. Sehingga diharapkan dapat berperan secara berarti dalam meningkatkan penjualan.Industri kecil dan menengah yang merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Bantul salah satunya industri kerajinan gerabah yang membutuhkan kegiatan pemasaran untuk memasarkan produknya. Gerabah itu sendiri yaitu perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan.Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik utuk menyusun laporan kewirausahaan dengan judul Jogja, Tembikar Van Java.

B. Identifikasi MasalahDari hal - hal yang diuraikan di atas maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut:1. Semakin ketatnya persaingan antara pengrajin gerabah dalam merebut pasar.2. Kurangnya desain dan inovasi baru pada produk gerabah.3. Sebagian perusahaan kerajinan gerabah dalam melakukan promosi masih rendah.4. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kegiatan promosi melalui media sosial.C. Pembatasan MasalahDengan mempertimbangkan keterbatasan serta agar laporan kewirausahaan ini dapat lebih fokus, maka permasalahan ini dibatasi pada strategi produk dan promosi yang digunakan oleh pengrajin-pengrajin gerabah di desa Kasongan Kabupaten Bantul dalam dalam menciptakan dan menyempurnakan produk yang dipasarkannya untuk bersaing di pasar local maupun internasional.D. Rumusan MasalahBerdasarkan masalah yang telah dipaparkan dalam latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:1. Bagaimana deskripsi produk yang ditawarkan oleh perusahaan Gerabah di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta? 2. Bagaimana strategi produk yang dilakukan oleh para pengusaha Gerabah di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta?3. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan oleh para pengusaha Gerabah di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta?4. Bagaimana kelebihan dan kelemahan strategi yang dilakukan oleh para pengusaha gerabah di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta?

E. Tujuan LaporanTujuan yang akan dicapai melalui laporan ini adalah untuk mengetahui:1. Mendeskripsikan produk yang ditawarkan oleh perusahaan Gerabah di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta.2. Strategi produk yang dilakukan oleh para pengusaha Gerabah di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta.3. Strategi promosi yang dilakukan oleh para pengusaha Gerabah di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta.4. Kelebihan dan kelemahan strategi yang dilakukan oleh para pengusaha Gerabah di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta.F. Manfaat Laporan1. Bagi Penulisa) Laporan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan sampai sejauh mana teori-teori yang didapat selama masa kuliah dapat diterapkan dalam dunia nyata.b) Merupakan latihan bagi penulis untuk mendefinisikan masalah, menganalisis situasi serta mengadakan penyelidikan dan penelitian bersifat formal.2. Bagi Perusahaana) Sebagai sumbangan informal untuk menyusun strategi perusahaan.b) Sebagai pertimbangan dalam mengantisipasi perkembangan permasalahan perusahaan di bidang pemasaran.3. Bagi Pihak Laina) Diharapkan hasil laporan ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan bagi pihak-pihak yang tertarik dengan bidang ini.b) Hasil laporan ini diharapkan dapat menambah informasi dan referensi yang kelak akan bermanfaat bagi laporan-laporan selanjutnya.

BAB IILANDASAN TEORI

A. Uraian UmumUsaha kerajinan merupakan usaha yang telah lama ditekuni dan menjadi usaha turun temurun bagi masyarakat Indonesia. Barang-barang hasil produk kerajinan kebanyakan dimintai wisatawan asing yang berkunjung di Indonesia. Bahkan, banyak hasil produk kerajinan telah menembus pasar ekspor ke mancanegara. Salah satu sentra industri kerajinan yang selama ini sudah dikenal luas adalah daerah Kasongan Bantul. Kasongan adalah nama dukuh atau kampung yang secara administratif termasuk dalam desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (sekitar 7 km di selatan Kota Yogyakarta). Di daerah ini terdapat suatu kerajinan tembikar. Keberadaan industri gerabah ini telah menjadi salah satu ciri khas wilayahnya, sehingga jika seseorang mendengar kata "Kasongan" maka yang terlintas dalam benaknya adalah kerajinan tembikar. Hasil kerajinan ini tidak hanya merupakan salah satu komoditi unggulan daerah yang dikenal kerena mutunya yang tinggi, desain yang variatif dan kualitas yang bagus, tetapi juga dari nilai ekspornya yang tinggi. Selama ini daerah Kasongan memang identik dengan kerajinan dalam bentuk keramik dan gerabah, dan merupakan sentra industri kerajinan keramik atau gerabah paling besar di Yogyakarta.Sebagian besar masyarakat Kasongan memang bermata pencaharian sebagai pengrajin keramik dan telah menghasilkan berbagai macam produk mulai dari dari guci, jambangan, vas bunga, patung hewan, tempat lilin, dll. Dalam perkembangannya Desa Kasongan, yang dulu menjadi tempat produksi, kini berkembang menjadi tempat pemasaran setelah berdiri kios-kios. Para pengrajin kasongan mampu meningkatkan taraf hidup mereka dengan memproduksi bahan mentah menjadi sebuah hasil karya yang bernilai. Dengan kreativitas dan inovatif yang mereka miliki, para pengrajin mampu melakukan perubahan bentuk yang lebih bervariasi dan menarik dengan harga yang bervariatif pula.

B. Sejarah Berdirinya KasonganPada masa penjajahan Belanda, salah satu daerah di sebelah selatan kota Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan warga setempat, yaitu seekor kuda milik Reserse Belanda ditemukan mati di atas lahan sawah milik seorang warga. Hal tersebut membuat warga ketakutan setengah mati. Karena takut akan hukuman, warga akhirnya melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun kemudian diakui oleh penduduk desa lain. Warga yang takut akhirnya berdiam diri di sekitar rumah mereka. Karena tidak memiliki lahan persawahan lagi, maka untuk mengisi hari, mereka memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar. Mereka memanfaatkan tanah yang ada, kemudian mengempal-ngempalnya yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu mulai membentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi barang keperluan dapur atau mainan anak-anak. Berawal dari keseharian nenek moyang mereka itulah yang akhirnya kebiasaan itu diturunkan hingga generasi sekarang yang memilih menjadi perajin keramik untuk perabot dapur dan mainan hingga kini.Seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengepal-ngepal tanah yang tidak pecah disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, kasongan akhirnya menjadi Desa yang cukup terkenal.Sejak tahun 1971 1972 Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat, Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan seni dan komersil bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersialkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.Kasongan adalah tempat industri Gerabah terkenal di Yogyakarta, serta segala jenis baik patung, peralatan makan, asessories, dan berbagai macam jenis lainnya terbuat dari tanah liat.Desa Wisata Gerabah "Kasongan" terletak di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, sekitar 4 kilometer ke arah utara Kota Bantul. Desa wisata ini memproduksi peralatan rumah tangga seperti piring, mangkuk, guci, dan lain sebagainya yang terbuat dari tanah liat. Pengunjung tidak hanya dapat berbelanja, tetapi juga dapat menikmati secara langsung proses pembuatan gerabah sambil bertanya jawab dengan pengrajin.Kerajinan Kasongan umumnya adalah Guci dengan berbagai motif (burung merak, naga, bunga mawar, batik, kaligrafi, dll), pot berbagai ukuran dari kecil hingga setinggi orang dewasa, souvenir, hiasan dinding, lukisan, pigura, perabot lain seperti meja, kursi, dipan, dll. Tetapi sekarang variasi kerajinan kasongan sudah banyak seperti : bunga tiruan dari daun pisang serta biji-bijian, perabot dari bambu, patung dari batu atau kayu, miniatur sepeda atau miniatur becak, topeng batik, gorden, tas, dll. Kerajinan Kasongan ini banyak yang berkualitas bagus dan berkualitas eksport, sehingga banyak dikirim ke Amerika dan Eropa. Desa Kasongan yang terkenal dengan kerajinan kasongan ini sangat ramai jika musim liburan.C. Sejarah GerabahDalam dunia arkeologi istilah gerabah sudah sangat terkenal. Namun, orang awam pun mengenalnya dari sisi yang lain. Berbegai benda yang dihasilkan oleh para pengrajin, seperti gentong, pasu, pot bunga, mangkok, cobek, kendi, dan sebagainya, serta seringnya diadakan pameran, menandakan benda ini cukup populer di mata masyarakat.Istilah gerabah ini biasanya untuk menunjukkan barang pecah belah yang terbuat dari tanah liat. Selain dengan sebutan di atas, ada pula sebagian orang menyebutnya dengan tembikar dan sebagian lagi keramik lokal, untuk membedakannya dari istilah keramik asing.Gerabah dibuat dari satu atau dua jenis tanah liat yang dicampur. Warnanya tidak bening, berpori, dan bersifat menyerap air. Campuran yang digunakan terdiri dari pasir kasar atau pasir halus, dan pembakarannya antara 1000-1150 derajad Celcius. Kadang-kadang lebih rendah dari itu.Diduga gerabah pertama kali dikenal pada masa neolitik (kira-kira 10.000 tahun SM) di daratan Eropa dan mungkin pula sekitar akhir masa paleolitik (kira-kira 25.000 tahun SM) di daerah Timur Dekat. Menurut para ahli kebudayaan, gerabah merupakan kebudayaan yang universal (menyeluruh), artinya gerabah ditemukan di mana-mana, hampir di seluruh bagian dunia. Perkembangannya bahkan juga penemuannya muncul secara individual di tiap daerah tanpa harus selalu mempengaruhi. Mungkin juga masing-masing bangsa menemukan sendiri sistem pembuatan gerabah tanpa adanya unsur peniruan dari bangsa lain.Gerabah muncul pertama kali pada waktu suatu bangsa mengalami masa foodgathering (mengumpulkan makanan). Pada masa ini masyarakat hidup secara nomaden, senantiasa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam corak hidup seperti itu wadah gerabah dapat digunakan secara efektif karena gerabah merupakan benda yang ringan dan mudah dibawa-bawa. Selain itu gerabah juga merupakan benda yang kuat, paling tidak lebih kuat daripada yang dibuat dari bahan lain, seperti kayu, bambu atau kulit binatang.Yang terpenting, bahan pembuatan gerabah mudah didapat. Tanah liat terdapat di mana-mana. Karena itu adalah suatu hal yang wajar jika setiap masyarakat bisa menjadi produsen bagi kepentingannya sendiri. Akan tetapi mengenai proses penemuan gerabah itu sendiri, belum satu orang pun bisa menguraikannya secara ilmiah. Barangkali bisa diuraikan begini. Pada waktu itu beberapa orang sedang membakar hasil buruannya. Kebetulan pembakaran itu dilakukan di atas tanah yang tergolong jenis tanah liat. Setelah selesai membakar daging itu, mereka mendapatkan tanah di bawahnya berubah menjadi keras. Dari sinilah muncul gagasan untuk membuat suatu wadah dari tanah liat yang dibakar.Pembuatan gerabah jelas membutuhkan api sebagai faktor yang utama, meskipun panas matahari barangkali dapat juga dipakai untuk fungsi yang sama. Karena itu dapat dipastikan bahwa munculnya gerabah merupakan efek lain dari penemuan dan domestikasi api. Masyarakat yang belum mengenal api tentulah mustahil bisa memproduksi gerabah. Dengan demikian, tafsiran bahwa gerabah mula pertama dikenal pada masa neolitik dapat diterima, sebab penemuan dan domestikasi api baru dikenal pada akhir masa paleolitik atau awal masa neolitik.Melalui temuan-temuan lainnya diketahui bahwa pada masa itu manusia hidup dalam corak berburu dan mengumpulkan makanan. Usaha mengumpulkan makanan berarti membutuhkan sesuatu untuk wadah makanan tersebut. Dalam hal ini wadah yang paling tepat adalah gerabah karena gerabah mudah dibawa ke mana saja. Dan ini sesuai dengan corak hidup nomaden. Karena itulah gerabah memiliki arti yang penting bagi manusia, sehingga ia dapat diterima dalam setiap kebudayaan dan terus semakin berkembang selama belum ditemukan wadah lain yang memiliki tingkat efektifitas setinggi gerabah.Penggunaan wadah gerabah oleh suatu kelompok manusia memiliki arti penting bahkan jauh lebih penting daripada yang bisa kita bayangkan. Dengan dikenalnya wadah yang kecil, mudah dibawa dan kuat, suatu kebudayaan maju selangkah lagi ke arah kebudayaan yang lebih tinggi. Apa lagi dengan dikenalnya corak kebudayaan hidup menetap, fungsi gerabah semakin meluas. Kebutuhan gerabah yang beraneka ragam melahirkan tipe-tipe gerabah yang semakin banyak. Kalau sebelumnya digunakan wadah lain yang jauh lebih sulit diperoleh, kini mereka bisa membuat wadah gerabah yang lebih mudah didapat.Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsur yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia. Sampai kini gerabah yang berhasil ditemukan terutama berbentuk wadah, seperti periuk, cawan, pedupaan, kendi, tempayan, piring, dan cobek.Gerabah atau kereweng (pecahan gerabah) sering kali ditemukan di anatara benda-benda lain pada situs arkeologi. Untuk keperluan studi arkeologi temuan ini sangat besar manfaatnya, karena gerabah merupakan alat penunjuk yang baik dari kebudayaan yang berbeda. Beberapa kereweng yang dapat dikenali tipenya bisa digunakan untuk menanggali benda-benda lain yang ditemukan di sekitarnya dan dapat pula digunakan untuk menentukan hubungannya dengan kebudayaan lain. Selain itu gerabah merupakan benda yang sulit hancur sama sekali, terlebih lagi kalau tersimpan dalam tanah. Itulah sebabnya gerabah yang telah berusia puluhan ribu tahun pun masih bisa dikenal.D. Pengertian GerabahGerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas bahannya. Namun masyarakat ada yang mengartikan terpisah antara gerabah dan keramik, karena benda-benda keramik adalah benda-benda pecah belah permukaannya halus dan mengkilap seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci, tegel lantai dan lain-lain. Sedangkan gerabah adalah barang-barang dari tanah liat dalam wujud seperti periuk, belanga, tempat air dll. Untuk memperjelas hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa sumber berikut ini :Menurut The Concise Colombia Encyclopedia, copryght a 1995, kata keramik berasal dari bahasa Yunanai (greeak) keramikos menunjuk pada pengertian gerabah; Keramos menunjuk pada pengertian tanah liat. Keramikos terbuat dari mineral non metal, yaitu tanah liat yang dibentuk, kemudian secara permanen menjadi keras setelah melalui proses pembakaran pada suhu tinggi. Usia keramiik tertua dikenal dari zaman Paleolitikum 27.000 tahun lalu. Sedangkan menurut Malcolm G. McLaren dalam Encyclopedia Americana 1996 disebutkan keramik adalah suatu istilah yang sejak semula diterapkan pada karya yang terbuat dari tanah liat alami dan telah melalui perlakuan pemanasan pada suhu tinggi.Beberapa teori lain tentang ditemukannya keramik pertama kali, salah satunya terkenal dengan teori keranjang. Teori ini menyebutkan pada zaman prasejarah Keranjang anyaman digunakan orang untuk menyimpan bahan makanan. Agar tak bocor keranjang tersebut dilapisi dengan tanah liat dibagian dalammnya. Setelah terpakai keranjang di buang keperapian, kemudian keranjang itu musnah tetapi tanah liatnya yang berbentuk wadah itu ternyata mengeras. Teori ini dihubngkan dengan ditemukannya keramik pra sejarah, bentuk dan motif hiasannya dibagian luar berupa relief cap tangan keranjang (Nelson, 1984 :20)Dari teori keranjang dan teori lainnya di atas dapat dimengerti bahwa benda-benda keras dari tanah liat dari awal ditemukan sudah dinamakan benda keramik, walaupun sifatnya masih sangat sederhana seperti halnya gerabah dewasa ini. Pengertian ini menunjukkan bahwa gerabah adalah salah satu bagian dari benda-benda keramik.Di Indonesia istilah gerabah juga dikenal dengan keramik tradisional sebagai hasil dari kegiatan kerajinan masyarakat pedesaan dari tanah liat, ditekuni secara turun temurun. Gerabah juga disebut keramik rakyat, karena mempunyai ciri pemakaian tanah liat bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana (Oka, I.B., 1979:9).Dalam Ilmu Purbakala (Arkeologi) istilah lain gerabah/keramik tradisional ini adalah kereweng, pottery, terracotta dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk menyebut pecahan-pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah liat dan ditemukan di tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah. Barang-barang tanah bakar yang ditemukan di luar sarkopagus (peti mayat berbentuk Pulungan batu) berupa jembung, piring-piring kecil, priuk-periuk kecil, stupa-stupa kecil dan sebagainya (Yudosaputro, W., l983 :31). Berkaitan dengan hal di atas, Excerpted from Camptons Interactive Encyclopedia dalam Pottery and Porcelain, Copyright 1994-1995, disebutkan kriya keramik atau pembuatan bejana dari tanah liat merupakan salah satu karya seni tertua di dunia, seperti kutipan berikut :The craft of ceramics, or making clay vassels, is one of the oldest arts in the world.

E. Peranan perajin dalam pembuatan gerabah Perajin adalah orang yang mengerjakan sebuah produk secara manual dan dibuat secara masal, baik berdasarkan pesanan atau secara perorangan. Jadi perajin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang mengerjakan gerabah secara manual berdasarkan pesanan langsung atau individu. Perajin merupakan sumber daya manusia yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu produk. Perajin mengerjakan gerabah sesuai dengan pesanan pengguna untuk lingkungan terbatas, di wilayah Bali. Dengan adanya perkembangan komunikasi dengan dunia luar, maka hal ini bergeser sesuai dengan konteks waktu dan tuntutan zaman. Tadahiro Baba dalam makalah kriya Indonesia (Nugraha, 2000;2) mengatakan,... kriya akan bertahan di tengah masyarakat bila digunakan dalam kehidupan sehari -hari dengan strategi pengembangan produk yang meliputi aspek kebaruan fungsi, keunikan, originalitas bentuk dan ketepatan dalam memperlakukan material. Dalam hal ini Agus Sachari mendeskripsikan ketrampilan sebagai interaksi antar pribadi antara seniman dan sarana (Seni, Desain, dan Teknologi; vol.1 hl.55) Pendapat tersebut di atas menunjukkan adanya saling keterkaitan antara ketrampilan perajin, yang dalam proses kerjanya tradisional.F. Pengertian Mutu Barang (Kualitas)Bentuk dan kegunaan gerabah sangat beraneka ragam, mulai sekedar barang hiasan ruangan, peralatan rumah tangga hingga souvenir dengan ukuran yang sangat beragam. Menurut bentuk dan kegunaannya, gerabah dapat dipilah menjadi 2 jenis, yaitu :1. Fungsi GerabahBerdasarkan fungsinya, gerabah dapat digolongan menjadi :a. Fungsional : gerabah yang dapat memberikan manfaat secara langsung kepada penggunanya. Bentuk gerabah fungsional antara lain : pot bunga, tempat payung, tempayan, kendi, asbak, tempat lilin dan peralatan dapur;b. Non Fungsional : gerabah dengan golongan ini lebih diutamakan sebagai barang-barang hiasan ruang, seperti guci.

2. Ukuran GerabahBerdasarkan ukurannya, gerabah dapat digolongkan menjadi :a. Gerabah Besar : gerabah jenis ini berukuran antara 60 150 cm, seperti guci, patung;b. Gerabah Sedang : gerabah dengan ukuran < 60 cm, seperti tempayan, kuali, peralatan dapur, guci, tempat payung, pot bungac. Gerabah Kecil : gerabah jenis ini diutamakan sebagai barangbarang hiasan dan souvenir, seperti asbak, tempat lilin, patung kecil.Pengendalian mutu dilakukan sejak penyiapan bahan baku hingga pengiriman barang (pesanan), tanpa dilakukan pengujian kualitas atau mutu secara khusus. Pengawasan dilakukan langsung oleh pemilik usaha, dengan tujuan untuk menjaga kualitas atau mutu produk serta sarana dalam upaya membimbing pekerja untuk meningkatkan dan memotivasi kreativitas serta semangat kerja. Selain pemilik usaha, peninjauan secara berkala juga dilakukan oleh Departemen Perindustrian melalui petugas UPT Perindustrian Kasongan yang diberi wewenang sebagai lembaga bantuan teknis instansi dalam kegiatan proses produksi gerabah di Kasongan.Kualitas produk sangat tergantung kepada perbandingan campuran bahan baku utama, proses penjemuran dan pembakaran. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja tersebut yang harus diperhatikan dari pengrajin karena akan menentukan kualitas gerabah yang dihasilkan. Apabila pengawasan kurang dilakukan pada proses ini maka keramik yang dihasilkan akan bermutu rendah dan mudah rusak. Pengendalian mutu lainnya adalah pemeliharaan campuran bahan baku utama yang harus dalam keadaan lembab. Dalam kegiatan proses produksi jika terdapat kerusakan atau cacat maka semaksimal mungkin dilakukan perbaikan terhadap produk tersebut selama kondisi memungkinkan untuk diperbaiki. Tetapi jika kerusakan atau cacat produk dianggap berat, maka produk tersebut tidak akan dipasarkan.

G. Pengertian Harga JualHarga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Hansen dan Mowen (2001:633) mendefinisikan harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Menurut Mulyadi (2001:78) pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up.Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui komponen-komponen penetapan harga. Beberapa perusahaan mencoba untuk meningkatkan keuntungan dengan menetapkan harga rendah untuk menarik bisnis baru. Menurut Boone dan Kurtz (2002:70) ada empat kategori dasar atau sasaran penetapan harga, yaitu: profitabilitas, volume, tingkat kompetisi, dan pretise.1. Sasaran profitabilitas Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas dalam strategi penetapan harganya. Para pemasar mengerti bahwa laba diperoleh dari selisih pendapatan dan beban. Dan juga pendapatan merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah yang terjual. Berbagai teori ekonomi mendasari prinsip maksimalisasi keuntungan (profit maximization). Akan tetapi pada kenyatannya prinsip ini masih sulit diterapkan. Maka banyak perusahaan beralih pada sasaran profitabilitas yang lebih sederhana, yaitu Target Return Goal, dimana perusahaan menetapkan harga dengan tingkat profitabilitas yang diinginkan sebagai pengembalian finansial atas penjualan ataupun investasi.2. Sasaran VolumePendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga disebut maksimalisasi penjualan (sales maximization), para manajer menetapkan tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima dan kemudian menetapkan harga yang akan mengahasilkan volume penjualan tertinggi tanpa menyebabkan laba turun di bawah level itu. Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu prioritas yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan daripada laba jangka pendek.3. Strategi Penentuan Harga JualHarga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai persediaan, dan harga persaingan.a. Penentuan harga berdasarkan biaya produksiPada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini digunakan, perusahaan harus mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.Sebuah strategi harga harus menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau jasa yang berada di dalam skala ekonomis, harga harus cukup rendah agar dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya produksi mengalami penurunan.b. Penentuan Harga Berdasarkan Suplay PersediaanPada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus mengurangi persediaan.c. Penentuan Harga Berdasarkan Harga PesaingPenentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu:1) Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan harga yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga dan juga perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini bila produknya tidak elastis terhadap harga karena kebanyakan konsumen tidak akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang lebuh rendah. 2) Penentuan harga defensive, dimana perusahaan menrunkan harga produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk menyerang pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya predatori. 3) Penentuan harga prestise, harga prestise ditentukan dengan tujuan untuk memberikan kesan lini terbaik bagi produk perusahaan. Perusahaan yang memiliki diversifikasi bauran produk akan menggunakan strategi penetrasi harga pada beberapa produk dan penentuan harga prestise untuk produk lainnya. H. Pengertian PelayananSalah satu fungsi-fungsi dari birokrasi pemerintahan adalah memberikan pelayanan bagi masyarakat. Dengan demikkian pelayanan dapat di definisikan sebuah kegiatan yang dilakukukan untuk memenui keinginan dan kebutuhan fihak lain. dalam ensiklopedi administrasi (1997) dijelaskan bahwa: pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh perorangan untuk mengamalkan atau mengabdikan diri. Menurut keputusan mentri pemberdaya gunaan aparatur pemerintah No 63 tahun 2004 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan publik dan rancangan undang undang tentang pelayana publik mendefinisikan pelayana publik sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai denga hak-hak sipil sebagai warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan pelayanan administrasi yang di sediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, yakni lembaga pemerintah.sementara H. A.S.Moenir (2000) mendefinisikan pelayanan sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain lebih lanjut dikatakan pelayanan umum adalah kegiatan yang dilakukan olih seseorang atau kelompok orang denan landasan faktor material, melalui sistem prosedur, dan metode tertentu dalam rangka usaha memenui kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Zulian zanit (2005) mengemukakkan beberapa karakteristik yang dapat menjelaskan tentang jasa pelayanan, karakteristik tersebut diantaranya:1. tidak dapat diraba( intangibility)2. tidak dapat disimpan ( inability to inventary)3. produksi dan konsumsi secara bersama4. memasukinya lebih mudah5. sangat dipengarui oleh faktor dari luarKegiatan pelayanan umum diarahkan pada terselenggaranya pelayanan untuk memenui kepentingan umum ? kepentingan perseorangan melalui cara cara yang tepat dan memuaskan fihak yang dilayani, supaya pelayanan umum berhasil baik unsur pelaku sangat menentukan. Pelaku dapat berbentuk badan atau organisasi yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan dan manusia sebagai pegawai. (Ananta budhi bahtiar. Skripsi 2009:13).I. Kerangka PikirProses penjualan gerabah Kasongan Bantul Yogyakarta dipengaruhi beberapa faktor baik dari segi mutu barang, harga jual yang bervariasi maupun berasal dari faktor pelayanan terhadap konsumen.Dari penjelasan diatas dapat kita buat gambaran sebagai berikut :

Harga Jual BarangMutu BarangPelayananVolume Jual Gecrabah

Gambar 2.1 : Skema Kerangka PikirJ. HipotesisDari masalah yang telah dikemukakan diatas maka hipotesisnya adalah Harga Jual, Mutu Barang (Kualitas), dan Pelayanan mempengaruhi Volume penjualan gerabah di Kasongan Bantul Yogyakarta.

BAB IIIPEMBAHASANA. Waktu dan Jenis PenelitianPenelitian ini bertempat di Yogyakarta tepatnya Desa Kasongan, Bangunjiwo Kabupaten Bantul Yogyakarta pada kerajinan gerabah kasongan milik Bapak Kasto Widodo(37 tahun). Bapak Kasto yang sudah menggeluti bisnis kerajinan gerabah selama 10 tahun ini sudah sangat piawai dalam membuat gerabah, terbukti dalam sehari beliau dapat membuat 5-7 buah gerabah dengan bermacam bentuk sesuai dengan pesanan konsumen. Dengan waktu penelitian selama 2 jam dan subjek penelitian adalah UD. Sari Siti Keramik milik Bapak Kasto Widodo sebagai nara sumber.B. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin sekaligus pemilik toko yang berada di Kasongan Bantul Yogyakarta.2. SampelDengan pertimbangan beberapa hal, yaitu banyaknya jumlah populasi penelitian, data atau objek penelitian, sehingga menyebabkan terlalu sempitnya tingkat pengamatan peneliti terhadap data ataupun objek penelitian dan terbatasnya waktu yang tersedia, maka peneliti hanya mengambil sampel sebanyak 1 orang pengrajin sekaligus pemilik toko.C. Teknik Pengumpulan DataUntuk mendapatkan informasi mengenai data yang relevan dengan asumsi penulisan proposal ini dengan lebih baik, maka penulis menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu :1. Penelitian lapangan (field research), yaitu dengan melakukan penelitian langsung ke objek penelitian dengan tujuan menggambarkan semua fakta yang terjadi pada objek penelitian, agar permasalahan dapat diselesaikan. Pada penelitian lapangan ini penulis menggunakan dua teknik penelitian yaitu :

a) Teknik observasi, yaitu dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian.b) Teknik interview, yaitu dilakukan dengan wawancara langsung dengan sumber teknik yaitu pimpinan dan karyawan perusahaan.2. Penelitian pustaka (library research), yaitu dengan mempelajari beberapa literature yang ada hubungannya dengan penulisan proposal ini untuk melengkapi data yang diperoleh di lapangan serta untuk mendapatkan suatu kerangka teori yang akan dipakai sebagai bahan acuan.D. Jenis dan Sumber DataAdapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Jenis data :Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara berupa gambaran umum perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan gerabah di Kasongan Bantul Yogyakarta yang memerlukan pengolahan.2. Sumber DataSumber data atau informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :a) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan Pengrajin atau pemilik toko yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.b) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen perusahaan serta informasi-informasi yang tertulis lainnya yang berasal dari pihak yang erat kaitannya dengan pembahasan ini.E. Tahap Pembuatan Gerabah1. Tahap persiapanDalam tahapan ini yang dilakukan pengrajin adalah :1). Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur2). Mempersiapkan bahan campurannya3). Mempersiapkan alat pengolahan bahan.

2. Tahap pengolahan bahan.Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat pengolahan bahan yang dimiliki pengrajin. Alat pengolahan bahan yang dimiliki masing-masing pengrajin gerabah dewasa ini banyak yang sudah mengalami kemajuan jika dilihat dari perkembangan teknologi yang menyertainya. Walaupun masih banyak pengrajin gerabah yang masih bertahan dengan peralatan tradisi dengan berbagai pertimbangan dianggap masih efektif. Pengolahan bahan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering dan basah. Pada umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan pengrajin gerabah tradisional di Indonesia adalah pengolahan bahan secara kering. Teknik ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan bahan secara basah, karena waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan lebih lebih sedikit. Sedangkan pengolahan bahan dengan teknik basah biasanya dilakukan oleh pengrajin yang telah memiliki peralatan yang lebih maju. Karena pengolahan secara basah ini akan lebih banyak memerlukan peralatan dibandingkan dengan pengolahan secara kering. Misalnya : bak perendam tanah, alat pengaduk (mixer), alat penyerap air dan lain-lain.Pengolahan bahan secara kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :a) Penumbukan bahan sampai halus.b) Pengayakan hasil tumbukanc) Pencampuran bahan baku utama (tanah) dengan bahan tambahan (pasir halus atau serbuk batu padas, dll) dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan pengrajin gerabah masing masing. Kemudian tanah yang telah tercampur ditambahkan air secukupnya dan diulek sampai rata dan homogen. Selanjutnya bahan gerabah sudah siap dipergunakan untuk perwujudan badan gerabah. Pencampuran ini bertujuan untuk memperkuat body gerabah pada saat pembentukan dan pembakaran.

3. Tahap pembentukan badan gerabah.Beberapa teknik pembentukan yang dapat diterapkan, antara lain : teknik putar (wheel/throwing), teknik cetak (casting), teknik lempengan (slab), teknik pijit (pinching), teknik pilin (coil), dan gabungan dari beberapa teknik diatas (putar+slab, putar+pijit, dan lain-lain). Pembentukan gerabah ini juga dapat dilihat dari dua tahapan yaitu tahap pembentukan awal (badan gerabah) dan tahap pemberian dekorasi/ornamen.Umumnya pengrajin gerabah dominan menerapkan teknik putar walaupun dengan peralatan yang sederhana. Teknik pijit adalah teknik dasar membuat gerabah sebelum dikenal teknik pembentukan yang lain. Teknik ini masih digemari oleh pembuat keramik Jepang untuk membuat mangkok yang mementingkan sentuhan tangan yang khas.4. Tahap pengeringan.Proses pengeringan dapat dilakukan dengan atau tanpa panas matahari. Umumnya pengeringan gerabah dengan panas matahari dapat dilakukan sehari setelah proses pembentukan selesai.5. Tahap pembakaran.Proses pembakaran (the firing process) gerabah umumnya dilakukan sekali, berbeda dengan badan keramik yang tergolong stoneneware atau porselin yang biasanya dibakar dua kali yaitu pertama pembakaran badan mentah (bisque fire) dan pembakaran glazur (glaze fire). Pengrajin gerabah tradisional pada mulanya membakar gerabahnya di ruangan terbuka seperti di halaman rumah, di ladang, atau di lahan kosong lainnya. Menurut Daniel Rhodes model pembakaran seperti ini telah dikenal sejak 8000 B.C. dan disebut sebagai tungku pemula (early kiln). Penyempurnaan bentuk tungku dan metode pembakarannya telah dilakukan pada jaman prasejarah (Rhodes,Daniel,1968:1).Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, penyempurnaan tungku pembakaran keramik juga semakin meningkat dengan efesiensi yang semakin baik. Penyempurnaan tungku ladang selanjutnya adalah : tungku botol, tungku bak, tungku periodik (api naik dan api naik berbalik).

6. Tahap FinishingFinishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah proses pembakaran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya memulas dengan cat warna, melukis, menempel atau menganyam dengan bahan lain, dan lain-lain.

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan Dari kesimpulan yang telah penulis kemukakan berdasarkan data-data yang telah penulis sajikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa gerabah adalah alat yang terbuat dari tanah liat yang masih tradisional dan berfungsi sebagai alat bantu kehidupan manusia dan dapat juga digunakan sebagai penghias ruangan serta untuk interior rumah.Gerabah ternyata tidak hanya berupa alat-alat dapur seperti cobek atau kendi tetapi juga berupa vas bunga, celengan, asbak dan aneka macam bentuk yang terbuat dari tanah liat. Dalam pembuatan gerabah dapat dibagi menjadi 6 bagian yaitu Persiapan tanah liat, Proses pembentukan, Penjemuran, Pembakaran, Pengambilan tanah liat dan Penyempurnaan. Dan dapat ditarik kesimpulan, bahwa peranan gerabah dari zaman dahulu sampai zaman sekarang telah mengalami perubahan, seperti gerabah pada zaman dahulu hanya sebagai alat bantu rumah tangga sekarang gerabah dapat juga digunakan sebagai penghias taman atau sebagai interior rumah. Dan untuk mengantisipasi agar produk-produk tersebut tidak kalah dengan produk modern, corak dan disain gerabah tersebut harus lebih menarik dan harus ada perubahan yang lebih baik.

B. Saran1. Sebaiknya masyarakat lebih menghargai alat-alat tradisional dalam negeri terutama gerabah, agar produk gerabah tetap dilestarikan dan dikenal oleh masyarakat luas.2. Seharusnya para perajin gerabah lebih mengembangkan dan meningkatkan kualitas produknya sehingga produk-produk dalam negeri dapat digunakan sebagaimana kita menggunakan produk yang modern.3. Pemerintah seharusnya memberi tempat yang layak pada para perajin, agar produk-produk mereka tetap bertahan di zaman modern ini.

Top of FormBottom of Form25