Lap.Kunker Komisi VI DPR-RI ke Provinsi Papua Reses Ms.Sidang ...
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI KE …€¦ · 10 A-101 Drh. Slamet Anggota...
Transcript of LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI KE …€¦ · 10 A-101 Drh. Slamet Anggota...
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI
KE NEGARA KOREA SELATAN
Tanggal 01 - 07 JULI 2019
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2019
1
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA LUAR NEGERI KOMISI VI DPR RI
KE SEOUL, KOREA SELATAN
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Hukum Kunjungan Kerja
Dasar hukum yang mendasari dilaksanakannya kunjungan kerja:
1. Pasal 143 ayat (3) Peraturan Tata Tertib DPR RI, yang menyatakan bahwa
“Komisi, gabungan komisi, Badan Legislasi, Badan Anggaran, dapat
mengadakan kunjungan kerja ke luar negeri dengan dukungan anggaran DPR
dan persetujuan pimpinan DPR.
2. Keputusan Pimpinan DPR RI Nomor 70/PIMP/IV/2006-2007 tentang Pedoman
Kunjungan Kerja Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ke Luar
Negeri.
B. Tujuan Kunjungan Kerja
Pelaksanaan kunjungan kerja bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kerjasama dan mempererat hubungan bilateral antara kedua
negara.
2. Mendapatkan gambaran secara umum mengenai investasi dan kerja sama yang
dilakukan oleh negara yang dikunjungi.
3. Mendapatkan gambaran secara umum mengenai situasi dan kondisi, serta
kendala-kendala perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.
2
C. Waktu dan Susunan Delegasi
Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke Negara Korea Selatan dilaksanakan pada
tanggal 01 – 07 Juli 2019, dengan komposisi susunan delegasi terdiri dari 13 (enam
belas) anggota Komusu VI DPR RI dengan dibantu 3 (tiga) orang sekretariat Komisi
VI DPR RI dan turut mengundang Kementerian Perindustrian, Kementerian
Perdagangan, dan PT. Pertamina Tbk. Adapun daftar nama susunan delegasi secara
lengkap adalah sebagai berikut:
NO.
NO. ANGG
N A M A
JABATAN/FRAKSI
KETERANGAN
1 A-278 H. Dito Ganinduto, M.B.A. Ketua Tim/ Wakil Ketua Komisi VI/
FPG
KETUA DELEGASI
2 A-484 Ir. Teguh Juwarno, M.Si. Ketua Komisi VI/ FPAN
DELEGASI
3 A-361 Mohamad Hekal, MBA Wakil Ketua Komisi VI/ FP Gerindra
DELEGASI
4 A-556 H. Inas Nasrullah Zubir BE, SE.
Wakil Ketua Komisi VI/ FP Hanura
DELEGASI
5 A-161 Daniel Lumban Tobing Anggota Komisi VI/ FPDI-P
DELEGASI
6 A-255 Dr. Ir. H. Lili Asdjudiredja, SE, Ph.D
Anggota Komisi VI/ FPG
DELEGASI
7 A-396 Steven Abraham Anggota Komisi VI/ FP Gerindra
DELEGASI
8 A-435 Sartono Hutomo Anggota Komisi VI/ FPD
DELEGASI
9 A-74 Lukmanul Khakim Anggota Komisi VI/FPKB
DELEGASI
10 A-101 Drh. Slamet Anggota Komisi VI/ FPKS
DELEGASI
11 A-522 H. Mukhlisin Anggota Komisi VI/ FPPP
DELEGASI
12 A-531 H. Iskandar Dzulkarnain Syaichu, SE
Anggota Komisi VI/ FPPP
DELEGASI
13 A-30 H. Hamdhani, S.IP. Anggota Komisi VI/ FP Nasdem
DELEGASI
14
--
Dewi Resmini, S.E., M.Si. Sekretaris Tim/ Kabag Setkom VI
DPR RI
SEKRETARIAT DELEGASI
15 --
Rina Sartika Pamela, S.T., M.H.
Analis TU Setkom VI DPR RI
SEKRETARIAT DELEGASI
16 --
Yonarisman Akbar Tenaga Ahli Kom. VI SEKRETARIAT DELEGASI
3
II. Pekalsanaan Kunjungan
A. Kunjungan Ke Negara Korea Selatan
Delegasi Komisi VI DPR RI telah melaksanakan kunjungan kerja ke Seoul, Korea
Selatan tanggal 01-07 Juli 2019 untuk mengetahui peluang investasi dan kerja sama
antar kedua negara sekaligus juga memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia
dan Korea Selatan. Selama di Korea Selatan delegasi Komisi VI DPR RI telah
melaksanakan serangkaian pertemuan dengan Pelaku Industri di Korea Selatan dan
Pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul. Secara terperinci,
hasil-hasil pertemuan tersebut yakni sebagai berikut:
1. Pertemuan dengan Indonesia Investment Promotion Center (IIPC)
Pada tanggal 03 Juli 2019, delegasi Komisi VI DPR RI telah melakukan pertemuan
dengan IIPC di Korea Selatan yang dihadiri oleh beberapa perusahaan seperti LG
International, Korea Motoyama, Posco E&C, Daelim, dan KOEN. 5 perusahaan
tersebut memandang Indonesia sebagai negara besar di kawasan Asia Tenggara
dan mempunyai peran penting dalam mendorong kerja sama investasi.
a. LG International Corp.
LG International Corp adalah Perusahaan yang berbasis di Korea yang terlibat
dalam bisnis perdagangan dunia. LG International Corp mengoperasikan
bisnisnya dalam empat segmen, antara lain Segmen infrastruktur, Segmen
sumber daya, Segmen logistic, dan Segmen umum. Dalam hal hubungan
kerjasama bilateral dengan Indonesia LG International membuka perkebunan
kelapa sawit skala besar di Indonesia yang merupakan negara penghasil
minyak sawit terbesar di dunia dan menghasilkan minyak kelapa sawit 80 ribu
ton per tahun serta mendapatkan benefit secara stabil. Dalam hal ini LG
International berencana menginvestasi perkebunan kelapa sawit baru dan
memperluas pabrik CPO untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak sawit
pertahun. Sementara itu, bisnis LG International di bidang infra dan industrial
terdiri dari petrokimia, industri infrastruktur, IT dan Otomotif. Salah satu
kerjasama LG International dibidang industry dan infrastruktur ini, LG memiliki
proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Hasang di Indonesia, dua tambang batu
bara di Kalimantan dan membangun proyek Pembangkit Hydro 43 MW di
Sumatera Utara dan direncanakan akan selesai pada akhir tahun 2019 ini. Dari
sisi Petrokimia, LG International berencana membagun Pabrik Petrokimia
penghasil methanol di Teluk Bintuni, Papua Barat sekitar US$ 1,2 Miliar. Dalam
kerjasama ini LG international bersedia menambah derivative produk methanol
yang bertujuan agar terciptanya nilai tambah petrokimia yang lebih tinggi bagi
Indonesia. Sementara dari sisi IT, LG International berencana untuk mendirikan
4
IT Closer yang bertujuan untuk membangun perkembangan IT Bisnis di
Indonesia dan berharap bisa berkembang dalam waktu yang cepat. Rencana
pembangunan IT Closer ini akan didirikan di lokasi Mega Kuningan, dekat
dengan British Embassy.
b. Korea Motoyama (Komoto)
Korea Motoyama didirikan pada 1988 melalui teknologi dan investasi modal
oleh Jepang Motoyama. Sebagai salah satu industry besar yang mempelopori
Technology Inovasi, salah satu produk unggulan Korea Motoyama adalah
Valve/Katup, yang dalam perkembangan usahanya telah menyediakan lebih
dari 1 juta valve/katup di seluruh dunia. Berdasarkan teknologi dan
pengalaman, untuk berbagai perusahaan global Korea Motoyama dikenal
dengan brand “KOMOTO” valve/katup. Dimana merek KOMOTO telah banyak
digunakan dalam berbagai industri termasuk kilang minyak & gas, pembangkit
listrik, pabrik petrokimia, dan pabrik baja yang berfungsi mengontrol secara
akurat Cairan Cryogenic, uap superpanas dan cairan korosif. Komoto
berencana menginvestasika proyeknya di Indonesia dengan membangun
pabrik dengan program utamanya yaitu Automatic Generating System yang
bertujuan agar nantinya Indonesia bisa memproduksi Automatic Generating
System dan mengekspornya ke Asia Tenggara, dan perlu diketahui bahwa PT.
Pertamina adalah salah satu partner Komoto yang sudah membangun
kerjasama.
c. Korea South-East Power Company (KOEN)
Korea South-East Power Company adalah perusahaan electric utility terbesar
di Korea Selatan yang berdiri pada tahun 2001 setelah berpisah dari KEPKO
(Korea Electric Power Corporation). KOEN merupakan perusahaan yang
bertanggung jawab (93%) dalam hal transmisi dan distribusi kelistrikan
termasuk pembangunan electric power project, baik menggunakan tenaga
nuklir, tenaga angin dan batubara di Korea Selatan. Korea South–East
Company mengoperasikan thermal power stations, pumped-storage power
plants, and combined cycle power plants dalam seluruh lini bisnisnya di dunia.
KOEN mengembangkan kegiatan untuk mengamankan teknologi standar
global dengan memilih 10 teknologi inti termasuk New & Renewable energy
field, propulsions of the business from the overseas dan bisnis baru seperti
photovoltaic power plant di Bulgaria, Novus wind-farm development di AS dan
coal-fired power plant construction di Indonesia. Salah satu projek KOEN di
Indonesia yang pertama adalah Thermal Power Plant (Indonesia Kaltim 3 Coal
5
Power Plant dan Indonesia Kaltim 6 Coal Power Plant), yang kedua adalah
Bituminous Coal di Indonesia Adaro Bituminous Coal.
d. Posco E&C
Posco Engineering & Construction merupakan perusahaan konstruksi yang
didirikan pada tahun 1994 dan berbasis di Pohang, Korea Selatan. Posco
bergerak dalam bidang pembangunan pabrik baja, listrik, kimia, dan
pertambangan serta industry. Perusahaan ini juga banyak terlibat dalam
pekerjaan sipil termasuk jalan, kereta api, pelabuhan, pembangunan tanah,
lapangan golf, pembangkit listrik tenaga air, dan bisnis lingkungan seperti
pengolahan air limbah, desalinasi dan layanan daur ulang. Disamping itu Posco
juga menawarkan pekerjaan bangunan dan layanan pembangunan perkotaan,
termasuk fasilitas perumahan dan komersial, taman premium, fasilitas
landscape dan budaya serta layanan arsitektur. Posco Engineering &
Construction memiliki kantor cabang di luar negeri, antara lain, Australia, Brasil,
Kamboja, Chili, Cina, Ekuador, India, Indonesia, Kazakhstan, Malaysia,
Meksiko, Peru, Arab Saudi, UEA, Amerika Serikat, Uzbekistan, Venezuela dan
Vietnam. Perlu diketahui, Posco sudah melakukan bisnisnya di Indonesia dan
bekerja sama dengan PT. Krakatau Steel, dari kerjasama tersebut muncu
perusahaan pernama Krakatau Posco. Saat ini, kebutuhan baja di Indonesia
mencapai kurang lebih 5 juta Ton baja dan produksi domestic saat ini mencapai
8 juta ton baja yang mana 3 juta ton nya disumbangkan oleh Krakatau Posco.
Posco E&C berencana untuk melanjutkan kerjasamanya di Indonesia dalam
waktu dekat ini, namun memiliki kendala seperti Persyaratan lelang yang
peraturannya selalu berubah di Kementerian ESDM.
e. Daelim
Daelim Engineering & Construction Industrial didirikan pada tahun 1939 yang
merupakan bagian dari Daelim Business Conglomerate (Chaebol)
Petrochemical Group. Daelim Industrial sebagai salah satu perusahaan EPC
teratas di Asia untuk Timur Tengah dalam bidang Gas, Penyulingan Minyak,
Kimia dan Petrokimia, Pembangkit Listrik dan Energi, Bangunan dan
Perumahan, Pekerjaan Sipil, dan Fasilitas Industri. Daelim Corp menangani
perdagangan eksport dan import untuk produk Petrokimia, memproduksi
sepeda motor dan komponen otomotif serta pembangunan beberapa proyek
konstruksi utama di Korea Selatan. Perlu diketahui juga bahwa Daelim sudah
berinvestasi dan melakukan usahanya di Indonesia, namun pihak Daelim
meminta kepada Komisi VI DPR RI untuk dapat mensupport bentuk kerjasama
ini agar Daelim bisa terus melanjutkan usahanya di Indonesia.
6
2. Pertemuan dengan Hyundai Engineering Co, Ltd.
Pada tanggal 04 Juli 2019, delegasi Komisi VI DPR RI telah melakukan pertemuan
dengan Hyundai Engineering di Seoul, Korea Selatan. Hyundai Engineering Co. Ltd
didirikan pada tahun 1947 yang sebelumnya dikenal sebagai Hyundai Civil Works
Company dan anak perusahaan dari Hyundai Motor Group. Hyundai Engineering
bergerak dalam Civil Engineering dan Construction Services yang menawarkan
Plant Construction, Power Plant Facilities Construction, Building Works, Nuclear
Power Plant Construction, Civil and Environment Works, termasuk juga dengan
infrastruktur seperti Pembangunan Lahan (Land Development), Pengerukan dan
Kelautan (Marine & Dredging Works), Jalan Raya, Jembatan, Sumber daya kereta
api dan air. Salah satu bentuk kerjasama Hyundai Engineering Co. Ltd dengan
Indonesia adalah Pembangunan Refinery Development Master Plant di Balikpapan.
Pembangunan RDMP Kilang Balikpapan dilakukan oleh Joint Operation 4
perusahaan dalam dan luar negeri yakni SK Engineering & Construction Co Ltd,
Hyundai Engineering Co Ltd, PT Rekayasa Industri, dan PT PP (Persero) Tbk,
dengan kontrak pembangunan RDMP Balikpapan mencapai Rp 57,8 triliun atau
US$ 4 miliar dan Hyundai Engineering merupakan PC Kontraktor dalam
pembangunan RDMP Balikpapan ini. Perlu diketahui, saat ini kemampuan
Indonesia memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri sangat rendah, yaitu hanya
dapat memenuni kebutuhan selama 48 hari pada tahun 2013 dan diperkirakan akan
turun menjadi 38 hari pada tahun 2025. Dengan adanya kerjasama investasi ini,
RDMP Kilang Balikpapan yang merupakan bagian dari proyek strategis Pertamina
untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional. Nantinya kapasitas
Kilang Balikpapan akan bertambah hingga 100 ribu barel per hari, atau naik 38
persen dari sebelumnya 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari.
3. Pertemuan dengan Lotte Petrochemical Co
Pada tanggal 04 Juli 2019, delegasi Komisi VI DPR RI telah melakukan pertemuan
dengan Lotte Chemical di Seoul, Korea Selatan. Lotte Chemical Corporation
didirikan pada tahun 1976, sebuah perusahaan kimia yang memproduksi dan
menjual polymers, monomers, basic petrochemical product, dan megatrend
product. Sebelumnya Perusahaan ini dikenal sebagai Honam Petrochemical
Corporation sebelum berganti nama menjadi Lotte Chemical Corporation pada
Desember 2012. Lotte Petrochemical telah berkembang menjadi perusahaan kimia
terkemuka di Korea dan mengoperasikan fasilitas produksi kelas dunia. Salah satu
bentuk kerjasama Lotte Petrochemical dengan Indonesia adalah Pembangunan
Petrochemical Plant di kompleks industry PT. Krakatau Steel di Cilegon. Lotte
Chemical akan memproduksi naphta cracker sebesar 2 juta ton per tahun. Bahan
baku tersebut selanjutnya diolah untuk menghasilkan 1 juta ton ethylene, yakni
7
520.000 ton propylene, 400.000 ton polypropylene, serta produk lainnya dan
produksi tersebut mampu untuk memenuhi permintaan domestik maupun global.
Proyek Lotte Petrochemical yang bekerjasama dengan Krakatau Steel ini juga akan
memperdalam struktur industri petrokimia dalam negeri serta mengurangi impor.
Investasi yang ditanamkan Lotte Chemical Indonesia senilai US$3,5 miliar atau
sekitar Rp53 triliun dan Investasi ini penting karena selain mengurangi defisit
neraca perdagangan, juga dapat menghemat devisa. Namun dibalik pembangunan
dari kerjasama ini, ada masalah dan kendala yang harus dihadapi oleh Lotte
Petrochemical, yang pertama adalah permasalahan perizinan reklasmasi yang
mensyaratkan reklamasi ini harus memilki perizinan AMDAL, Surat Izin Kerja Keruk,
Surat Izin Kerja Reklamasi dan juga masih menunggu perizinan dari Kementerian
Perhubungan. Masalah yang kedua adalah permasalahan tanah dengan KS
Maryadi yang saat ini diisolasi dan membuat persiapan lahan menjadi sulit, namun
tidak menutup kemungkinan bahwa Lotte Petrocemical bisa membeli tanah KS
Maryadi setelah sengketa tanah diselesaikan. Masalah yang ketiga adalah Raw
Water yang sangat krusial untuk pengoperasian chemical plant, oleh karena itu
Lotte Petrochemical meminta support kepada Pemerintah Indonesia agar
permasalahan RAW Water ini bisa segera diatasi, mengingat dukungan dari Komisi
VI DPR RI sangat diperlukan guna mempertahankan perjanjian MoU untuk
menerima 720t/hour RAW Water pada maret 2022. Serta permasalahan terakhir
yang dihadapi oleh Lotte Chemical adalah Existing Pylon dimana relokasi 3 Existing
Pylon ini dibutuhkan dalam proyek area konstruksi sampai tahun 2021, mengingat
existing pylon ini jika tidak diganti akan menyebabkan dampak yang besar pada
konstruksi termasuk juga pada masalah keamanan.
III. REKOMENDASI
➢ Rekomendasi
Rekomendasi dari hasil Kunjungan Kerja Luan Negeri Komisi VI DPR RI ke Seoul,
Korea Selatan adalah sebagai berikut:
1. Komisi VI DPR RI mendukung kepada perwakilan IIPC (LG International Corp,
Korea Motoyama, Posco E&C, KOEN, dan Daelim) Serta memberikan dukungan
kepada Hyundai Engineering dan Lotte Chemical Corp untuk berinvestasi dan
kerjasama di Indonesia.
2. Komisi VI DPR RI meminta kepada seluruh pelaku usaha untuk selalu mematuhi
peraturan-peraturan yang berlaku dan prosedur yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Indonesia, sehingga bentuk kerjasama dan investasi dapat berjalan
dengan baik dan lancar.
3. Komisi VI DPR RI meminta seluruh pelaku usaha untuk selalu berkoordinasi
dengan Pemerintah Indonesia dalam pengembangan setiap sektor kerjasamanya.
8
4. Komisi VI DPR RI meminta kepada Hyundai Engineering Co, Ltd untuk dapat
menyelesaikan proyek RDMP Kilang Balikpapan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
5. Komisi VI DPR RI meminta kepada Lotte Chemical Corp untuk segera
menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam proyek Pembangunan
Petrochemical Plant di Cilegon.
IV. PENUTUP
Demikianlah laporan Kunjungan Kerja Luar Negeri Komisi VI DPR RI ke Seoul, Korea
Selatan pada tanggal 01-07 Juli 2019.
Ketua Tim Kunker Luar Negeri Komisi VI DPR RI,
H. DITO GANINDUTO, M.B.A
A-278
9
10
11
12
13
14
15