Laporan Kultur Jaringan Buk Wiwik Hardaningsih

download Laporan Kultur Jaringan Buk Wiwik Hardaningsih

of 21

Transcript of Laporan Kultur Jaringan Buk Wiwik Hardaningsih

LAPORAN LABORATURIUM KULTUR JARINGAN KULTUR PUCUK PISANG

SIGIT DWI PRAMONO NIM. O81113010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNKIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS TANJUNG PATI 2011

I. Judul : kultur pucuk pisang II. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa diharapkan mampu : 1. melakukan sterilisasi bahan tanamn untuk kultur pucuk 2. membuat bahan eksplan untuk kultur pucuk 3. melakukan penanaman eksplan pucuk III. Alat dan Bahan 3.1. Alat-alat

Timbangan analitik dan timbangan Ohauss Laminar air flow cabinet Hot plate dengan magnetic stirer Mikroskop binokuler beserta lampu Alat-alat gelas yang telah disterilkan Alat-alat diseksi Bunsen Hand Sprayer

3.2. Bahan

Aquades steril Media MS dalam botol kultur yang telah siap ditanami eksplan Bonggol pisang Clorox Bayclin Askorbit Alcohol 70% Tissue

IV. Pelaksanaan Kultur Pucuk Pisang Ambon 4.1. Pemilihan Eksplan1. Bahan tanam berasal dari bonggol pisang Ambon (Musaacuminata) yang telah

berumur satu tahun atau lebih 2. Bagian tanaman yang diambil adalah tunas pada bonggol pisang dengan lebar 10 cm 3. Bonggol pisang yang telah diambil dibuka pelepah luarnya

4.2. Sterilisasi Eksplan 1. Ambil tunas pada bonggol pisang dan kulit luarnya dikupas, lalu di cuci dan disikat sampai bersih dengan air mengalir 2. Potong tunas pisang sampai berukuran 3-5 cm, masukka ke dalam gelas beker yang berisi larutan deterjen mamlime selama 10 menit 3. Angkat dan tiriskan, kemudian cuci dengan aquades steril untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen 4. Rendam kembali dalam alcohol 70 % selama 5, 10, 15 menit 5. Selanjutnya eksplan dibawa kembali ke dalam laminar air flow cabinet, lalu direndam dalam larutan Clorox murni selama 5, 10, 15 menit 4.3. Media Yang Digunakan Media untuk inisiasi pucuk pisang ambon adalah media MS padat tanpa ZPT atau diberi zat pengatur tumbuh IAA dan Kinetin dengan perbandingan sama. 4.4. Penanaman Eksplan 1. Bilas dengan aqudes steril, lalu tunas di atas petridish dan potong lebih kecil lagi sampai tinggal 1 2 cm, kemudian dibagi empat, sehingga kita akan memperoleh empat eksplan

2. Eksplan telah bisa ditanam dalam botol kultur sebanyak 1 potong per botol 3. Beri label pada botol kultur 4. Simpan dalam ruang kultur sampai diperoleh planlet yang diinginkan Kultur Pucuk Pisang Batu 4.1. Pemilihan Eksplan1. Bahan tanam berasal dari bonggol pisang Batu (Musa sp) yang telah berumur

satu tahun lebih 2. Ambil bonggol pisang yang mempunyai calon anakan dan ptong-potong bonggol sampai batas tunas/pucuk selebar 10 cm, lalu di cuci dengan air mengalir yang bersih 4.2. Sterilisasi Eksplan 1. Kemudian rendam potongan tunas pisang ke dalam larutan benlate 2 g/l selama 5 menit 2. Setelah 5 menit tiriskan dan rendam dalamlarutan alcohol 70 % selama 15 menit 3. Tiriskan dan rendam dalam bayclin 100 % selama 10 menit 4. Rendam kembali dalam larutan bayclin 10 % selama 15 menit 5. Terakhir dibilas dengan aquades steril sebanyak tiga kali dan dibawa ke laminar air flow cabinet 4.3. Media Yang Digunakan Media untuk inisiasi pucuk pisang ambon adalah media MS padat tanpa ZPT atau diberi zat pengatur tumbuh IAA dan Kinetin dengan perbandingan sama. 4.4. Penanaman Eksplan 1. Letakkan potongan tunas pisang tadi di atas petridish dan potong lebih kecil lagi sampai tinggal 1 cm, kemudian dibagi empat, sehingga kita akan memperoleh empat eksplan

2. Selanjutnya di dalam laminar rendam eksplan dalam askorbit 2 g/l selama 10 menit untuk penyegaran 3. Eksplan telah bisa di tanamn di dalam botol kultur sebanyak 1 potong per botol 4. Beri label pada botol kultur 5. Simpan dalam ruang kultur sampai diperoleh planlet yang di inginkan

V. Hasil dan Pembahasan Senyawa fenol sangat toksik bagi tanaman dan dapat menghambat pertumbuhan. Untuk mencegah timbulnya warna coklat (browning) pada luka bekas potongan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Polivinylpyrrolidone (PVP) yang cukup efektif mampu menyerap senyawa toksik dosis 1 ppm (Widiastoety, 2001). Kontaminasi pada bahan tanaman yang dikulturkan dapat terjadi karena adanya infeksi secara eksternal maupun internal. Usaha pencegahan kontaminasi eksternal dilakukan dengan sterilisasi permukaan bahan tanaman. Infeksi internal tidak dapat dihilangkan dengan sterilisasi permukaan (Widiastoety, 2001).

VI. Kesimpulan Faktor sterilitas ruangan juga sangat menentukan terhadap kontaminasi. Ruangan yang sudah steril dapat saja berubah menjadi tidak steril pada saat musim hujan, sehingga dapat membawa masuknya bakteri dan jamur dari luar, serta dapat meningkatkan kelembaban yang akan mempercepat perkembangan mikroorganisme. Kontaminasi disebabkan oleh jamur, bakteri dan cendawan. Kontaminasi oleh jamur terlihat jelas pada media, media dan eksplan diselimuti oleh spora berbentuk kapas berwarna putih, sedangkan kontaminasi oleh bakteri, pada eksplan terlihat lendir berwarna kuning sebagian lagi melekat pada media membentuk gumpalan yang basah. Jamur yang mengkontaminasi media dan eksplan adalah jamur yang biasa ada di laboratorium seperti Aspergillus sp, Monilla sp dan Penicillium sp.

DAFTAR PUSTAKA Sondang, Yun. 2011. Buku Kerja Praktek Mahasiswa Kultur Jaringan Tanaman. Politeknik Petanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh. http://bioscientiae.unlam.ac.id/v2n2/v2n2_nisa_rodinah.pdf

LAPORAN LABORATURIUM KULTUR JARINGAN KULTUR TUNAS ANGGREK

SIGIT DWI PRAMONO NIM. O81113010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNKIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS TANJUNG PATI 2011

I. Judul : kultur pucuk pisang II. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa diharapkan mampu : 1. melakukan sterilisasi bahan tanamn untuk kultur tunas 2. membuat bahan eksplan untuk kultur tunas 3. melakukan penanaman eksplan tunas III. Alat dan Bahan 3.1. Alat-alat 3.2. Bahan Aquades steril Media MS dalam botol kultur yang telah siap ditanami eksplan Bonggol pisang Clorox Bayclin Askorbit Alcohol 70% Tissue Timbangan analitik dan timbangan Ohauss Laminar air flow cabinet Hot plate dengan magnetic stirer Mikroskop binokuler beserta lampu Alat-alat gelas yang telah disterilkan Alat-alat diseksi Bunsen Hand Sprayer

IV. Pelaksanaan Kultur Tunas Anggrek 4.1. Pemilihan Eksplan 1. Bahan tanam berasal dari tanaman anggrek yang telah berumur satu tahun atau lebih2. Bagian tanaman yang diambil adalah tunas pada tanaman anggrek

4.2. Sterilisasi Eksplan 1. Semprot eksplan dengan alkohol2. Potong tunas/ akar sepanjang 2 3 cm 3. Cuci dengan aquades steril 4. Rendam kembali dalam alcohol 70 % selama 5 menit

5. Selanjutnya eksplan dibawa kembali ke dalam laminar air flow cabinet 4.3. Media Yang Digunakan Media untuk inisiasi pucuk pisang ambon adalah media MS padat tanpa ZPT atau diberi zat pengatur tumbuh IAA dan Kinetin dengan perbandingan sama. 4.4. Penanaman Eksplan1. Bilas dengan aqudes steril, lalu tunas di atas petridish dan potong lebih kecil

lagi sampai tinggal 1 2 cm. 2. Eksplan telah bisa ditanam dalam botol kultur sebanyak 1 potong per botol 3. Beri label pada botol kultur 4. Simpan dalam ruang kultur sampai diperoleh planlet yang diinginkan

V. Hasil dan Pembahasan Kontaminasi pada bahan tanaman yang dikulturkan dapat terjadi karena adanya infeksi secara eksternal maupun internal. Usaha pencegahan kontaminasi eksternal dilakukan dengan sterilisasi permukaan bahan tanaman. Infeksi internal tidak dapat dihilangkan dengan sterilisasi permukaan (Widiastoety, 2001).

VI. Kesimpulan Faktor sterilitas ruangan juga sangat menentukan terhadap kontaminasi. Ruangan yang sudah steril dapat saja berubah menjadi tidak steril pada saat musim hujan, sehingga dapat membawa masuknya bakteri dan jamur dari luar, serta dapat meningkatkan kelembaban yang akan mempercepat perkembangan mikroorganisme. Kontaminasi disebabkan oleh jamur, bakteri dan cendawan. Kontaminasi oleh jamur terlihat jelas pada media, media dan eksplan diselimuti oleh spora berbentuk kapas berwarna putih, sedangkan kontaminasi oleh bakteri, pada eksplan terlihat lendir berwarna kuning sebagian lagi melekat pada media membentuk gumpalan yang basah. Jamur yang mengkontaminasi media dan eksplan adalah jamur yang biasa ada di laboratorium seperti Aspergillus sp, Monilla sp dan Penicillium sp.

DAFTAR PUSTAKA Sondang, Yun. 2011. Buku Kerja Praktek Mahasiswa Kultur Jaringan Tanaman. Politeknik Petanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh. http://bioscientiae.unlam.ac.id/v2n2/v2n2_nisa_rodinah.pdf

LAPORAN LABORATURIUM KULTUR JARINGAN SUBKULTUR PISANG

SIGIT DWI PRAMONO NIM. O81113010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNKIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS TANJUNG PATI 2011

I. Judul : Subkultur pisang II. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa diharapkan mampu : 1. melakukan subkultur eksplan dari kultur meristem dan pucuk 2. subkultur melakukan pemilihan dan penanaman eksplan yang tepat pada media

3. melakukan pemeliharaan kultur III. Teori Subkultur adalah pemindahan kultur dari media lama ke media baru setelah suatu masa kultur untuk memperoleh pertumbuhan baru yang diinginkan. Alasan pengadaan subkultur adalah : 1. Pertumbuhan kultur yang cepat dan telah memenuhi botol 2. Nutrient dalam media suda habis, kultur suda mulai menunjukkan gejala defisiensi 3. Kultur perlu diperbanyak lebih lanjut, terutama dalam tujuan perbanyakan4. Terjadi proses pencoklatan (browning) terutama pada awal inisiasi, akibat

persenyawaan-persenyawaan polifenolik yang keluar dari bekas irisan 5. Media tumbuh mongering (agar-agar menciut) atau media cair suda habis 6. Kultur memerlukan media yang susunannya baru, agar berdiferensiasi lebih lanjut. Dalam kultur kalus, pemindahan kalus ke media lain dapat menginduksi terbentuknya pucuk atau mebrio somatic7. Kultur menunjukkan gejala viitrous (daun dan batang lunak, agak transparan

akibat kurang lignin) dan perllu dipindahkan ke media lain dengan sitokinin yang lebih rendah Dalam usaha perbanyakan tanaman, subkultur diperlukan agar diperoleh populasi pucuk yang banyak sekali. Dari satu pucuk menjadi 20 pucuk, dapat Biasanya kultur jaringan dipisahkan menjadi 20 propagul. Setelah masa induksi 6 8 minggu, ke 20 propagul masing-masing telah membentuk sejumlah pucuk lagi.

adalah pucuk atau hasil perbanyakan pertama dapat langsung digunakan untuk perbanyakan selanjutnya. Pelaksanaan subkultur perlu juga memperhatikan propagul yang akan disubkultur. Bila pucuk menunjukkan pertumbuhan yang abnormal seperti : pucuk yang gemuk pendek menggerombol, bewarna pucat, dan kecil-kecil menggerombol kerdil, maka pucuk demikian tidak disubkulturkan. Generasi hasil subkultur sangat perlu diperhatikan. Beberapa hal yang harus dihindari : 1. Terjadinya fitrifikasi pada kultur Vitrifikasi ditandai dengan pucuk yang bewarna hijau muda, daun dan batang agak transparan, serta rapuh. Pada daun, stomata tidak Vitrifikasi sebagian berfungsi (hanya terbuka), jaringan palisade tidak tersusun dengan baik, dan rongga-rongga dalam daun banyak. dapat dihindarkan dengan cara:

Menaikkan konsentrasi agar-agar yang digunakan Menurunkan konsentrasi sitokinin yang digunakan Menggunakan reterdan dalam media kultur seperti ancymisol dan paclobutrazol dengan konsentrasi 0,1 0,5 mg/liter

Meningkatkan intensitas cahaya, dan pada saat yang sama menurunkan temperature ruangan

Menggunakan metode dua lapisan media : padat dan diatasnya diberi air steril

2. Terjadinya pucuk albino atau variegate Sel albino atau variegate banyak diamatai dalam kultur padi, tebu, dan graminae yang lain. Penyebabnya belum diketahui dengan jelas, tetapi tampaknya berhubungan dengan genotip. Dalam pelaksanaan praktis, menumbuhkan kultur pada temperature stabil 250oC dapat menekan terjadinya pucuk albino.

Dalam bebrapa kasus seperti pada kultur asparagus officinalis, pucuk yang demikian terbentuk dalam media dengan BAP tinggi. Untuk mengatasinya, perlu digantikan jenis sitokinin dan juga menurunkan konsentrasinya 3. Terjadinya penyimpangan genetis yang menimbulkan variasi yang tidak diinginkan Untuk perbanyakan buah-buahan, hal ini tidak diinginkan adalah keturunan yang persisi dengan induknya. Namun, untuk mencari variasi baru seperti tanaman hias, mungkin ada artinya. Terjadinya variasi dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut : Sifat dari tanaman induknya Misalnya pada tebu yang sel-selnya bervariasi dalam hal jumlah kromosom akibat dari persilangan yang luas antar spesies maupun intraspesies pada tetuanya. Sel-sel yang berbeda ini akan menghasilkan tanaman yang berbeda pula. Zat pengatur tumbuh yang digunakan Sebaiknya tidak menggunakan 2,4-D, karena sudah dapat menginduksi mutasi bila digunakan pada spesies tertentu dan pada konsentrasi tertentu, terutama bila kontak sel dengan zat ini berlangsung cukup lama. Bagian tanaman yang diambil Ujung akar adalah bagian tanaman dengan sel yang agak bervariasi sehingga kalu diregenarisakn juga akan terjadi variasi. Subkultur yang berkepanjangan selama periode lebih dari satu tahun Dianjurkan paling banyak 5-6 kali disubkultur.

Media yang digunakan untuk perbanyakan dengan kultur in vitro terbagi menjadi tiga jenis : 1. Media induksi kalus 2. Media diferensiasi Medium yang diguanakan untuk menumbuhkan tunas dan

memperbanyak yang sudah di induksi pada media induksi kalus. 3. Media perakaran Akar merupakan salah satu komponen yang penting untuk tanaman, maka sebelum tahap aklimatisasi dilakukan induksi perakaran tanaman, sehingga didapatkan planlet yang sempurna dan dapat beradaptasi dengan lingkungan baru di luar botol pada tahapan aklimatisasi

DAFTAR PUSTAKA Sondang, Yun. 2011. Buku Kerja Praktek Mahasiswa Kultur Jaringan Tanaman. Politeknik Petanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh.

LAPORAN LABORATURIUM KULTUR JARINGAN SUBKULTUR ANGGREK

SIGIT DWI PRAMONO NIM. O81113010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNKIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS TANJUNG PATI 2011

I. Judul : Subkultur anggrek II. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa diharapkan mampu : 1. melakukan transfer kultur anggrek dari hasil tabur biji 2. melakukan pemilihan dan penanaman yang tepat pada media subkultur III. Teori Subkultur adalah pemindahan kultur dari media lama ke media baru setelah suatu masa kultur untuk memperoleh pertumbuhan baru yang diinginkan. Dalam usaha perbanayakan tanaman, subkultur diperlukan agar diperoleh pucuk dalam jumlah banyak. Subklutur anggrek, sering disebut (Overplanting) yaitu pemindahan anggrek yang masih sangat kecil dari medium lama ke medium baru yang dilakukan secara aseptis di dalam laminar air flow cabinet. Tujuannya adalah agar anggrek tersebut tetap mendapatkan unsure hara untuk pertumbuhannya. Biji-biji anggrek yang sudah ditabur membutuhkan waktu 3 4 bulan untuk berkecambah dan membentuk palnlet. Dalam keadaan demikian, pertumbuhan anggrek sudah saling berdesakan dan saling berebut ruang tumbuh dan unsure hara yang semakin berkurang sehingga perlu utnuk dipindahkan ke medium baru. Untuk satu botol anggrek yang berisi tanaman hasil overplanting di simpan pada ruang inkubasi pada temperature 25oC. Subkultur anggrek dari kultur anggrek yang ditanam dari biji, biasanya dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu subkultur pertama, setelah biji ditabur 1 3 bulan, sedangkan subkultur ke 2 dilakukan 2 3 bulan setelah subkultur pertama. Tujuan subkultur pada anggrek adalah terutama untuk perbanyakan (multipikasi tunas).

DAFTAR PUSTAKA Sondang, Yun. 2011. Buku Kerja Praktek Mahasiswa Kultur Jaringan Tanaman. Politeknik Petanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh.